Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas

Started by vincentliong, 29 June 2008, 08:44:32 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

andry

Samma Vayama

nyanadhana

#31
To sandalJepit,
anda yang tidak mengerti pembicaraan kita itu seperti apa. setiap kali ada ajaran uka uka datang tentu analisa terhadap konsistensi Dhamma itu harus dipertanyakan. anda merasa kita menjelek-jelekkan mereka, padahal fakta dijalan merekalah yang dengan kasar mengata-ngatai kita. apakah kita harus kalem seperti lembu?
Vincent Liong di beberapa posting internet pernah menulis "Agama Buddha, Agama (deleted)", apakah kit aharus berpuisi ria memberikan jawaban,bukan demikian, IKT dan MLDD dengan sengaja memutar balikkan semua fakta Dhamma, anda juga merasa it's okay.

Saya mungkin kurang mengerti apa isi kepala kamu, namun setiap debat itu adalah melihat konsistensi lawan dalam mempertahankan pemikirannya,apa sih yang dia pikirkan sehingga dipegang teguh, namun sayang begitu ditambah Dhamma, konsistensi itu runtuh. tidak bisa berkata apa2 hanya bisa berpuisi ria.

Kalo kamu merasa kasihan dengan kita, saya lebih merasa terhina oleh pembelaan kamu terhadap mereka. terhina karena kamu berpartisipasi menginjak Dhamma, terhina oleh postingan kamu di beberapa tempat yang mengatakan rekan2 disini suka mengasari mereka yang baru datang. Malu kamu? saya pikir tidak. disini Forum Dhamma, saya pikir kamu hendaknya masuk ke Forum Gado-Gado Agama,disana anda bisa menambah micca ditthi lebih dalam lagi.

Terima Kasih.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

K.K.

vincentliong,

Terima kasih untuk penjelasannya. Terus terang saya tidak mengerti manfaat dari ter-dekon, bisa dijelaskan? Menurut saya, proses ini lebih menguntungkan para pen-dekon karena mereka bisa mempelajari karakteristik berbagai manusia secara cukup dekat (intim) dan gratis, yang sebetulnya jauh lebih mahal ketimbang naik taxi ke mall dan bayar makan sendiri. (maaf, ini hanya opini)

Hasil dari proses ini pun memang akan menghasilkan result yang mirip2, tergantung ter-dekon. Jika ter-dekon adalah orang yang memang ter-generalisasi dan mudah terbawa arus (trend), kemungkinan besar proses dan hasilnya seperti yang diharapkan (para pen-dekon). Yang berbeda adalah hanya feel dan experience, serta cara pengungkapan yang dilakukan oleh ter-dekon, yang kemudian dijadikan catatan oleh pen-dekon.

Saya sangat setuju bahwa ilmunya tidak akan bisa dipatenkan dan akan terus bertransformasi tanpa henti. Dan itu pula sebabnya saya tidak menemukan manfaat proses dekon ini, karena biarpun tiap hari dilakukan proses ini kepada 6 milyar orang di muka bumi, bahkan sampai 1000 tahun juga tidak akan ketemu rumusnya untuk memahami orang lain. Karena manusia bukanlah data, tetapi data dan variabel dalam varian ruang dan waktu.

ryu

Mantep om nyana, tambahin GERPNYA dahhh
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Waks GRP gw kok kurang satu lagi? Sapa yah yang ngasih brp ke gw? Buat thread lagi gitu yah?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

SandalJepit,

Quote from: SandalJepit on 30 June 2008, 08:30:45 PM
saya kecewa dengan sikap rekan-rekan Buddhist di forum ini, kalau ada orang non Buddhist join di milis, kenapa harus diserang?
bukankah ini suatu kesempatan untuk memberikan pengertian tentang agama Buddha?

Tidak perlu menjadi kecewa oleh sikap orang lain. Biarkan saja jika seseorang memberikan pengertian dhamma dengan cara yang menurut mereka benar, karena itu memang hak masing2 orang. Kamu silahkan memberikan pengertian dengan caramu sendiri.


vincentliong

#36
Quote from: nyanadhana on 01 July 2008, 08:33:49 AM
To sandalJepit,
anda yang tidak mengerti pembicaraan kita itu seperti apa. setiap kali ada ajaran uka uka datang tentu analisa terhadap konsistensi Dhamma itu harus dipertanyakan. anda merasa kita menjelek-jelekkan mereka, padahal fakta dijalan merekalah yang dengan kasar mengata-ngatai kita. apakah kita harus kalem seperti lembu?
Vincent Liong di beberapa posting internet pernah menulis "Agama Buddha, Agama (deleted)", apakah kit aharus berpuisi ria memberikan jawaban,bukan demikian, IKT dan MLDD dengan sengaja memutar balikkan semua fakta Dhamma, anda juga merasa it's okay.

Saya mungkin kurang mengerti apa isi kepala kamu, namun setiap debat itu adalah melihat konsistensi lawan dalam mempertahankan pemikirannya,apa sih yang dia pikirkan sehingga dipegang teguh, namun sayang begitu ditambah Dhamma, konsistensi itu runtuh. tidak bisa berkata apa2 hanya bisa berpuisi ria.

Kalo kamu merasa kasihan dengan kita, saya lebih merasa terhina oleh pembelaan kamu terhadap mereka. terhina karena kamu berpartisipasi menginjak Dhamma, terhina oleh postingan kamu di beberapa tempat yang mengatakan rekan2 disini suka mengasari mereka yang baru datang. Malu kamu? saya pikir tidak. disini Forum Dhamma, saya pikir kamu hendaknya masuk ke Forum Gado-Gado Agama,disana anda bisa menambah micca ditthi lebih dalam lagi.

Terima Kasih.

Sdr Nyanadhana, anda menuduh saya mengatakan bahwa "Agama Buddha, Agama (deleted)". Anda harus membuktikan ucapan anda telah melakukan adu domba atas nama agama. Anda harus memberikan bukti bahwa Vincent Liong telah menulis hal tsb di atas. Bila tidak tentunya anda harus membuat permohonan maaf kepada pihak saya dan para penganut umat Budhist di forum ini.

Beberapa waktu yang lalu di maillist vincentliong [at] yahoogroups.com seseorang yang mengaku umat Budhist memposting tulisan:
* Subject: "ISLAM AGAMA (deleted)"
From: Ver Cillit <vercillit [at] yahoo.co.id>
e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24398
Isinya adalah pembahasan doktrin-doktrin keBuddhaan.

Lalu seorang dari falun dafa melanjutkan dengan judul yang sama yang berisi ajaran falun dafa.
* Subject: "ISLAM AGAMA (deleted)"
From: "sunari" <sunari [at] ssp.co.id>
e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24415

Hal ini menyakiti perasaan beberapa umat muslim di vincentliong [at] yahoogroups.com. Kalau mau promosi agama mbok jangan pakai cara yang menjelek-jelekkan agama sendiri, atau mungkin saja yang posting sebenarnya malah non-budhist yang ingin menimbulkan kebencian terhadap Buddha. Tolong dibantu agar ada yang memeriksa kebenaran postingan tentang Buddha itu di maillist saya supaya tidak membuat jelek umat Buddha.

Ada beberapa umat muslim di vincentliong [at] yahoogroups.com yang terpancing dan sebagian lagi tidak terpancing samasekali. Muncul beberapa judul email baru membalas email tsb, misalnya: "kr****n, BUDHA, KONGHUCU, YAHUDI AGAMA (deleted)"

Silahkan baca dari awal konflik tsb di e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/msearch?query=ISLAM+AGAMA+(deleted)&pos=10&cnt=10

Saya sendiri hanya 1x mengikuti diskusi tsb:
* Subject: Re: ISLAM AGAMA (deleted) -- Masih Ada Langit Diatas Langit
From: vincentliong [at] yahoo.co.nz
DDT: Wed Jun 25, 2008 4:04 pm
e-link: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24418

Vincent Liong wrote: Tulisan anda-anda di bawah ini mengenai Budha adalah hak anda, tetapi
saya heran mengapa judulnya tidak ada sangkut pautnya dengan Budha.


Sdr Nyanadhana, bicara Dhamma itu sangat amat gampang, mencantumkan, membahas ulang  berbagai ucapan Buddha itu mudah tetapi memahami dan menjalaninya seperti yang pertama kali individu yang mengungkapkannya menjalaninya itu sangat amat sulit. Orang sering terjebak pada kebiasaan menyebut-nyebut isi suatu ajaran tetapi apakah mampu bertahan konsisten menjalaninya sering kali menjadi kontradiksi yang bisa diamati secara langsung.

Saya ingin mentanyakan kepada satu pertanyaan terutama kepada Sdr Nyanadhana dan boleh juga ikut dijawab oleh member forum yang lain;
"Kalau anda bertemu dengan Sidharta Gautama atau orang yang sejenis dengannya (menjalankan perjalanan pencarian yang serupa tapi tidak sama) di masa kini, bisa dalam pribadi siapa saja... Bagaimana anda akan memperlakukan Sidharta Gautama tersebut?" 
Saya mentanyakan ini sebab anda suka berbicara seolah-olah anda mengerti Dhamma. Saya sendiri tidak mengaku mengerti.

vincentliong

#37
Quote from: Kainyn_Kutho on 01 July 2008, 08:46:04 AM
vincentliong,

Terima kasih untuk penjelasannya. Terus terang saya tidak mengerti manfaat dari ter-dekon, bisa dijelaskan? Menurut saya, proses ini lebih menguntungkan para pen-dekon karena mereka bisa mempelajari karakteristik berbagai manusia secara cukup dekat (intim) dan gratis, yang sebetulnya jauh lebih mahal ketimbang naik taxi ke mall dan bayar makan sendiri. (maaf, ini hanya opini)

Hasil dari proses ini pun memang akan menghasilkan result yang mirip2, tergantung ter-dekon. Jika ter-dekon adalah orang yang memang ter-generalisasi dan mudah terbawa arus (trend), kemungkinan besar proses dan hasilnya seperti yang diharapkan (para pen-dekon). Yang berbeda adalah hanya feel dan experience, serta cara pengungkapan yang dilakukan oleh ter-dekon, yang kemudian dijadikan catatan oleh pen-dekon.

Saya sangat setuju bahwa ilmunya tidak akan bisa dipatenkan dan akan terus bertransformasi tanpa henti. Dan itu pula sebabnya saya tidak menemukan manfaat proses dekon ini, karena biarpun tiap hari dilakukan proses ini kepada 6 milyar orang di muka bumi, bahkan sampai 1000 tahun juga tidak akan ketemu rumusnya untuk memahami orang lain. Karena manusia bukanlah data, tetapi data dan variabel dalam varian ruang dan waktu.


Saya cukup sependapat...

Ter-Dekon mendapatkan manfaat yaitu kemampuan mengukur range, scale & posisioning suatu data terhadap variasi data yang lain secara PASIF. Data tidak diukur untuk mendapatkan kepastian, melainkan untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat costumize (saat itu di tempat yang kondisi tertentu itu saja).

Pen-Dekon mendapatkan manfaat yaitu kemampuan "mengukur range, scale & posisioning suatu data terhadap variasi data yang lain secara pasif" (yang telah didapatkan ketika jadi Ter-Dekon sebelumnya) sekaligus kemampuan untuk mempengaruhi sebab-akibat secara AKTIF terhadap Ter-Dekon dan orang-orang di sekitarnya. Misalnya yang paling sederhana adalah bahwa susunan minuman mempengaruhi rancangan diri Ter-Dekon yang dihasilkan.

Mengalami menjadi berbagai ter-dekon dan banyak individu "saya/aku" yang lain menambah koleksi range variasi yang dimiliki seorang Pen-Dekon. Pen-Dekon kebanyakan tidak membuat pencatatan tentang Ter-Dekon. Berbagai "saya/aku" di dalam diri dan "saya/aku" di luar diri.

Dekon-Kompatiologi hanyalah simulasi yang lebih sederhana dibanding kenyataan sebenarnya yang terjadi di realita sehari-hari. Ada Ter-Dekon dan "Pen-Dekon"(mantan Ter-Dekon) yang punya kecenderungan bereksperimen di ranah pikiran seperti efek samping orang yang bermeditasi, ada yang punya kecenderungan bereksperimen di ranah realita sehari-hari dan ada yang keduanya. Tentunya individu yang bereksperimen di ranah realita sehari-hari akan tampak lebih ekstrim pergolakan hidupnya dibanding yang tampaknya diam di realita sehari-hari tetapi sibuk berproses di ranah pikiran.


"Sebuah dawai telah memiliki nada, jika dia tidak dipetik bukan berarti dia tak bernada, hanya kita tak dapat mendengar nadanya. Nada yang terdengar adalah hasil dari petikan, dan mempunyai kemungkinan tak ada batasnya.
...
Semenjak manusia sadar bahwa dia memiliki kesadaran diri, dan kesadaran diri adalah sesuatu yang pasti, maka manusia menganggap semua ilmu pengetahuan harus dibangun atas dasar kepastian. Sehingga semua pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan dan ketidak pastian tidak dapat dipandang sebagai ilmu.
Tetapi jangan lupa kesadaran diri dan pengalaman tidaklah ada hubungannya. Pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi tiap individu. Jadi pengetahuan yang didapat dari pengalaman tidak dapat dengan begitu saja dikatakan benar atau salah dengan memakai metode kepastian.
...
Kini tiba pada pengertian baru, bahwa pengalaman tidak dapat menjadi tolok ukur, tetapi menghasilkan jangkauan variasi yang berskala. Ini sebenarnya sudah kita ketahui sejak dulu, tetapi tidak pernah kita sadari, seperti waktu, tidak kita sadari adalah suatu dimensi sampai Einstein mengenalkan pada kita bahwa waktu adalah dimensi. Setelah kita menyadari waktu adalah dimensi, banyak pengetahuan yang dahulu terasa benar, akhirnya kebenarannya hanya di dalam lingkup dan kondisi yang sangat sempit dan tertentu."
(Dikutip dari http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,3310.0.html SINOPSIS e-book "Kompatiologi logika komunikasi empati")

Yang bisa dipatenkan/dipastikan/distandarisasi hanyalah metode untuk membuat orang mendapatkan track memulai perjalanannya seperti yang diberlakukan kepada Ter-Dekon dan Pen-Dekon kompatiologi. Metode itu pun masih bisa dimodifikasi menurut budaya, tempat dan kondisi.

Murid saya "B.W." pernah tinggal di desa yang tidak memiliki supermarket dan mall, maka ia memilih duduk di teras sebuah gubuk di pinggir sawah dan mengadaptasi rumus/metodenya menggunakan beberapa macam permen dalam mengajarkan metode berpikir tsb kepada orang lain.

Ketika saya bertemu lagi dengannya malahan ia bercerita bahwa ia jualan berbagai layanan dengan label psikologi ke beberapa perusahaan karena ia punya lisence-nya, tetapi sebenarnya dia hanya mencari tahu dengan pemahaman kompatiologi yang dimilikinya apa kebutuhan perusahaan saat itu dan cari jalankeluar termurah untuk dapat membantu.

Mendidik dan sekedar menjual suatu layanan adalah tujuan yang berbeda:
* Saat mendidik kita harus membuat si murid paham benar mekanisme sebab-akibat suatu metode sehingga tidak terikat pada doktrin tertulis lagi, bisa mengadaptasikannya ke sutuasi dan kondisi yang dihadapi saat itu; maka dari itu saya dan para pengajar kompatiologi lainnya mendidik kompatiologi tetap dengan menggunakan "The Old Ways" yang merepotkan (Dekon-Kompatiologi dengan berbagai minuman tsb). 
* Saat menjual suatu layanan yang dibutuhkan adalah mencari tahu dengan pemahaman kompatiologi yang dimilikinya apa kebutuhan perusahaan saat itu dan cari jalankeluar termurah untuk dapat membantu. Kadang-kadang kelihaian mencari jalan keluar yang tepat dan murah ini membuat orang dianggap sakti, cerdas, dlsb. Saat menjual suatu layanan memang tujuannya agar klien percaya kepada kita dan memilih membeli layanan kita dibanding penjual yang lain; tidak dalam tujuan untuk mendidik.

K.K.

#38
vincentliong,

Oooh, jadi ternyata untuk alat bantu memahami variable itu bagi diri sendiri dan orang lain yah?! Kalo itu sih, OK juga. Tadinya saya pikir motivasi bodoh lain yang menjanjikan kesuksesan atau kekayaan tanpa usaha atau belajar lebih jauh.  ;D
OK deh, terima kasih untuk penjelasannya.

QuoteKini tiba pada pengertian baru, bahwa pengalaman tidak dapat menjadi tolok ukur, tetapi menghasilkan jangkauan variasi yang berskala.
Saya setuju pada point ini. Dengan memahami luasnya jangkauan (range) dari variable (diri sendiri dan orang lain) itu, maka kita memahami pengalaman nyata yang sepertinya bersifat mutlak pun, kadang bisa menipu.


vincentliong

#39
Quote from: Kainyn_Kutho on 01 July 2008, 06:59:44 PM
vincentliong,

Oooh, jadi ternyata untuk alat bantu memahami variable itu bagi diri sendiri dan orang lain yah?! Kalo itu sih, OK juga. Tadinya saya pikir motivasi bodoh lain yang menjanjikan kesuksesan atau kekayaan tanpa usaha atau belajar lebih jauh.  ;D
OK deh, terima kasih untuk penjelasannya.

QuoteKini tiba pada pengertian baru, bahwa pengalaman tidak dapat menjadi tolok ukur, tetapi menghasilkan jangkauan variasi yang berskala.
Saya setuju pada point ini. Dengan memahami luasnya jangkauan range dari variable (diri sendiri dan orang lain) itu, maka pengalaman nyata yang sepertinya bersifat mutlak pun, kadang bisa menipu.



Saya juga BT dengan berbagai acara motivasi entah hanya menggunakan label science, psikologi, agama, dlsb. Kebenaran Motivasi hanya jalan selama kondisi yang terjadi ideal, bila kondisi tidak ideal maka apa yang dibahas di motivasi tidak ada yang jalan sebab di dunia ini ada pilihan bebas.

Pada tahun 2002 bulan Januari saya diikutkan sebuah acara motivasi ke Kuala Lumpur Malaysia dengan trainner "T.D.W." (seorang trainner ternama yang saat ini menjadi bintang iklan televisi sebuah produk oli mesin) oleh ayah saya. Saya pergi sendirian tidak ada yang saya kenal, karena saya anak kecil sendirian maka saya diasuh berarai-ramai oleh para peserta yang lain. Salahsatunya sepasang suami isteri; suaminya orang Australia dan isterinya orang Indonesia.

Pada hari ke-2 di sana saya mengikuti satu sesi trainning dimana masing-masing peserta berkelompok bergantian untuk berdiri di atas tumpukan kursi setinggi 1,5 meter, menjatuhkan badan ke belakang dan ditangkap bersama-sama oleh tangan-tangan anggota kelompok yang lain. Kata trainnernya untuk meningkatkan trust. Ada beberapa puluh kelompok dalam satu ballrom hotel yang letaknya di jalan yang sama dengan Petronas Twin Tower. Dalam trainning ini orang yang kenal tidak boleh dalam satu kelompok.

Pada saat trainning berjalan tiba-tiba isterinya sahabat bule Ausi saya itu jatuh dari ketinggian 2 meter, kepala bagian belakangnya langsung kena lantai. Lalu kelompok tsb buyar. Para trainner berdatangan dan garuk-garuk kepala, lalu maju ke panggung melanjutkan trainning dengan semangat, lalu kembali lagi ke tubuh si ibu dan garuk-garuk kepala, alu maju ke panggung melanjutkan trainning dengan semangat. 
Kondisi tidak se-ideal yang diharapkan, jadi apa yang harus dilakukan?

Sesuai dengan ajaran mereka tentang positif thingking bahwa segala hal yang negatif harus dibuang atau diabaikan, maka mereka mengangkat pot tanaman dan sekat setinggi 2 meter dari kayu untuk menutupi tubuh si ibu tsb, mirip dech dengan kuburan. Mereka tidak memberitahu suami bule si ibu dan peserta yang lain, katakan saja pingsan atau apa lah. Saya mencoba mencari suami bule si ibu sampai ketemu. Saya dan suami bule si ibu menunggu si ibu yang kepalanya baru terbentur lantai dari ketinggian 2 meter, si ibu pingsan, setelah sadar tidak mampu membau, dan selalu migran selama beberapa tahun.

Saya dan suami bule si ibu minta dipanggilkan ambulance. Dengan alasan bahwa macet, jauh, dlsb (padahal letak hotel di jalan yang sama dengan Petronas Twin Tower di tengah kota) maka 3.5 jam kemudian ambulance baru diperbolehkan masuk melalui dapur ballrom. Para trainner melarang ambulance masuk agar kondisi tetap ideal, mereka menunggu semua peserta kembali ke kamar masing-masing dan tidur.

Ketika saya mau ikut di ambulance ke rumahsakit, saya dilarang. saya diancam bahwa saya nga boleh cerita bahwa si ibu kepalanya terbentur lantai bagian belakang duluan dari ketinggian 2 meter. Saya anak kecil sendirian, maka saya diasuh berarai-ramai oleh para peserta yang lain kalau saya hilang maka situasi akan menjadi ganjil. 

2 tahun semenjak kasus tsb saya masih membantu si ibu dan suami bulenya menuntut kasus tsb ke pengadilan, sampai hari ini nga dapat apa-apa. Saya juga tahu bahwa si trainner tidak berniat buruk. Seperti ilmunya mereka hanya tahu yang harus dilakukan selama keadaan masih ideal.

Riky_dave

Waw...Perang sebentar lagi akan dimulai...
Moha dan avijja akan muncul.....:)
Semoga manusia tercerahkan dan lebih bijaksana lagi....
Saddhu....Saddhu....Saddhu...:)

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

vincentliong

Beberapa kali dalam diskusi ini kata "Dhamma" itu keluar. Sampai sekarang saya tidak mengerti apa yang dimaksut dalam penggunakan kata "Dhamma" itu.

Quote from: Riky_dave on 30 June 2008, 09:33:16 PM
[at]Rumput yang bergoyang...
Ada yang merasa dibilang umat Buddhis?:)
Dhamma itu tidak pandang bulu....Dhamma itu tidak butuh sebuah "label" tentang sebuah "agama" maupun sebuah "buku" menuju "kebenaran tertinggi" karena Dhamma itu sendiri adalah Kebenaran....

Salam,
Riky

Jadi mohon dijelaskan apa itu sebenarnya "Dhamma" agar pembicaraan lebih nyambung.

vincentliong

Quote from: nyanadhana on 01 July 2008, 08:33:49 AM
To sandalJepit,
anda yang tidak mengerti pembicaraan kita itu seperti apa. setiap kali ada ajaran uka uka datang tentu analisa terhadap konsistensi Dhamma itu harus dipertanyakan. anda merasa kita menjelek-jelekkan mereka, padahal fakta dijalan merekalah yang dengan kasar mengata-ngatai kita. apakah kita harus kalem seperti lembu?
Vincent Liong di beberapa posting internet pernah menulis "Agama Buddha, Agama (deleted)", apakah kit aharus berpuisi ria memberikan jawaban,bukan demikian, IKT dan MLDD dengan sengaja memutar balikkan semua fakta Dhamma, anda juga merasa it's okay.

Saya mungkin kurang mengerti apa isi kepala kamu, namun setiap debat itu adalah melihat konsistensi lawan dalam mempertahankan pemikirannya,apa sih yang dia pikirkan sehingga dipegang teguh, namun sayang begitu ditambah Dhamma, konsistensi itu runtuh. tidak bisa berkata apa2 hanya bisa berpuisi ria.

Kalo kamu merasa kasihan dengan kita, saya lebih merasa terhina oleh pembelaan kamu terhadap mereka. terhina karena kamu berpartisipasi menginjak Dhamma, terhina oleh postingan kamu di beberapa tempat yang mengatakan rekan2 disini suka mengasari mereka yang baru datang. Malu kamu? saya pikir tidak. disini Forum Dhamma, saya pikir kamu hendaknya masuk ke Forum Gado-Gado Agama,disana anda bisa menambah micca ditthi lebih dalam lagi.

Terima Kasih.

Jadi apakah "Dhamma" yang dimaksut adalah semacam alat nge-test seseorang. Jadi bagaimana cara mengetest sesuatu tsb? Saya belum paham benar, sebab mengetest sesuatu menggunakan sesuatu yang mengetest dan yang di-test bisa menggunakan bahasa yang samasekali berbeda sehingga makin lama makin nga nyambung.

Kalau "Dhamma" yang dimaksut adalah semacam alat nge-test seseorang, lalu apakah alat test bisa diinjak?

Diskusi saya yang terakhir dengan Kainyn_Kutho agak nyambung.

Konsistensi saya adalah pada point tentang tekhik/metode dekon-kompatiologi.

Hal itu pun sulit sekali didiskusikan sebab mendiskusikan sesuatu dengan cara apapun tetap bukanlah sesuatu itu sendiri. Paling-paling asumsi-asumsi lagi jatuh-jatuhnya; asumsi before judgement, asumsi feel, judgement, generalisasi. Masalahnya ngomong perlu bahasa sekedar sesuatu itu sendiri tanpa kegiatan membahas sesuatu maka akan sulit sampai membawa ke sesuatu itu sendiri.

Mau konsisten di asumsi-asumsi atas sesuatu padahal asumsi itu satu diantara sekian banyak sudutpandang. Konsisten pada taraf asumsi-asumsi atas sesuatu hanya bisa jalan kalau yang dibahas adalah suatu doktrin yang tidak bisa diganggu gugat bukan suatu tekhnik/metode.

nyanadhana

Jangan membuat pernyataan untuk melencengkan maksud saya.
Tujuan anda selalu jelas bukan untuk berdiskusi tapi UUD dan itu sudah dibuktikan oleh begitu banyak orang yang online, anda selalu mencari musuh dalam setiap berkata-kata. Pada beberapa poin investigasi, kebanyakan anda paling gemar mencari problem dengan orang yang mungkin tidak begitu sependapat. Untuk apa mencari musuh dengan ajaran yang kamu kembangkan?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

K.K.

vincentliong,

Karena sudah disinggung, jadi sekalian dibahas.  :)

QuotePada hari ke-2 di sana saya mengikuti satu sesi trainning dimana masing-masing peserta berkelompok bergantian untuk berdiri di atas tumpukan kursi setinggi 1,5 meter, menjatuhkan badan ke belakang dan ditangkap bersama-sama oleh tangan-tangan anggota kelompok yang lain. Kata trainnernya untuk meningkatkan trust.

Saya juga pernah diceritakan mengenai sesi ini. Menurut saya, ini murni kebodohan. Apa dasarnya kita disuruh percaya pada orang yang baru kenal? Motivator2 jaman sekarang memang sering salah menggunakan (abuse) kata "positive thinking" dan membuat orang menjadi (over) Optimistic, serta menyudutkan orang yang mengutarakan kemungkinan buruk sebagai pessimist. 

Dalam hidup ini, pada setiap pengambilan keputusan, selalu ada kemungkinan baik dan buruk, yang kemudian dijadikan perhitungan dan antisipasi.
Para over-optimist itu tidak punya kemampuan untuk melihat kemungkinan buruk, ataupun tidak punya keberanian untuk menerima bahwa kemungkinan buruk itu ada. Maka, ketika memang hal buruk yang terjadi, mereka akan berpaling mencari pelarian. Kita lihat:

Quotesaya diancam bahwa saya nga boleh cerita bahwa si ibu kepalanya terbentur lantai bagian belakang duluan dari ketinggian 2 meter. Saya anak kecil sendirian, maka saya diasuh berarai-ramai oleh para peserta yang lain kalau saya hilang maka situasi akan menjadi ganjil.

mereka lari dari tanggung jawab, bahkan lari dari metoda mereka sendiri. Mereka menekankan 'trust', tapi mereka tidak mempercayai (trust) anggota sesinya akan 'menjaga rahasia'. Bahkan mereka juga ber-negative thinking, takut orang melihat situasi menjadi ganjil (tidak positive thinking bahwa orang lain akan melihat itu sebagai baik2 saja). Saya katakan itu sungguh metoda yang tidak berguna dan tidak bertanggung jawab. Mungkin yang membaca bisa mempertimbangkan kembali jika diajak ke sesi motivasi macam itu.