Arahat dalam waktu 7 hari harus menjadi bhikkhu?

Started by hudoyo, 08 June 2008, 07:21:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Riky_dave

QuoteItulah yang kita pegang, yang kita jadikan dasar... Kalau bukan sutta yang dijadikan dasar. Apakah Alkitab ? Alquran ? Weda ? atau buku lainnya ?
Ya2...Itulah yang kita "pegang" dan juga harus kita "lepaskan"...Jangan sampai "pegangnya" terlalu lama.^-^
QuoteKetika "kebenaran" atas polemik apakah seorang yang mencapai ARAHAT harus menjadi anggota sangha dalam waktu 7 hari atau kurang atau tidak perlu sama sekali, itu menjadi sesuatu yang ambigu (tidak jelas) dan tidak dapat dibuktikan, tentunya salah satu dasar untuk mencari sedikit "kebenaran" adalah berdasarkan sutta yang tentunya lebih kredibel dibandingkan dengan pendapat sana dan sini.
Benar sekali...Tapi itu bukan absolut,itu juga hanya terkaan atau pengartikan atau persepsi saja...Itu bukan KEBENARAN HAKIKI tapi KEBENARAN KONSEP,dia akan menjadi HAKIKI jika anda sudah MEMBUKTIKANNYA sendiri....Dia akan selamanya menjadi KONSEP jika anda tidak pernah MEMBUKTIKANNYA,so tidak perlu ditelan bulat2 bukan perkataan2 dari sutta tsbt?
Karena perkataan sutta tsbt "tidak jauh beda" dengan pendapat sana dan sini jika belum DIBUKTIKAN SENDIRI.... :)

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

dilbert

Quote from: Riky_dave on 20 July 2008, 01:24:00 PM
QuoteItulah yang kita pegang, yang kita jadikan dasar... Kalau bukan sutta yang dijadikan dasar. Apakah Alkitab ? Alquran ? Weda ? atau buku lainnya ?
Ya2...Itulah yang kita "pegang" dan juga harus kita "lepaskan"...Jangan sampai "pegangnya" terlalu lama.^-^
QuoteKetika "kebenaran" atas polemik apakah seorang yang mencapai ARAHAT harus menjadi anggota sangha dalam waktu 7 hari atau kurang atau tidak perlu sama sekali, itu menjadi sesuatu yang ambigu (tidak jelas) dan tidak dapat dibuktikan, tentunya salah satu dasar untuk mencari sedikit "kebenaran" adalah berdasarkan sutta yang tentunya lebih kredibel dibandingkan dengan pendapat sana dan sini.
Benar sekali...Tapi itu bukan absolut,itu juga hanya terkaan atau pengartikan atau persepsi saja...Itu bukan KEBENARAN HAKIKI tapi KEBENARAN KONSEP,dia akan menjadi HAKIKI jika anda sudah MEMBUKTIKANNYA sendiri....Dia akan selamanya menjadi KONSEP jika anda tidak pernah MEMBUKTIKANNYA,so tidak perlu ditelan bulat2 bukan perkataan2 dari sutta tsbt?
Karena perkataan sutta tsbt "tidak jauh beda" dengan pendapat sana dan sini jika belum DIBUKTIKAN SENDIRI.... :)

Salam,
Riky

Ketika anda menjelaskan tentang air kepada anak SD, tentunya yang ditunjukkan adalah air dalam bentuk wujud air... bukan dalam rumus kimia Hidrogen dan Oksigen. GAk kena tentunya...

Lantas jika air itu adalah rumus kimia hidrogen dan oksigen, apakah wujud Air sebenarnya itu tidak ada... Tentu ada donk... Ketika anda meragukan sutta itu, apakah keraguan dalam kapasitas "pemahaman" sebenarnya atau hanya sebatas retorika saja (mungkin karena kebanyakan baca kisah kisah ZEN) ??
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

J.W


hudoyo

Quote from: dilbert on 20 July 2008, 01:16:54 PM
Anda boleh quote sutta yang anda rasa tidak benar... atau yang anda ragukan... disini banyak pakar pakar yang bisa "defence"... Karena saya rasa, sampai sekarang ini belum ada satupun sutta yang bisa saya ragukan kebenarannya ??

Ada beberapa bagian dari Tipitaka Pali yang saya ragukan kebenarannya. ... Yang paling mencolok adalah di dalam Mahaparinibbana-sutta, di mana Sang Buddha dikisahkan bersabda, bahwa di dalam ajaran mana pun yang tidak mengandung Jalan Mulia Berfaktor Delapan tidak mungkin ada pembebasan. ... Dengan kata lain, di situ ditampilkan Sang Buddha mengklaim bahwa hanya di dalam ajarannya sendiri mungkin tercapai pembebasan, di luar ajaran Buddha tidak mungkin ada pembebasan: ajaranku paling benar, semua ajaran lain salah.

Saya tidak percaya itu.

Salam,
hudoyo

andry

Pak Hud, saya mempunyai pemikiran seperti ini.
Saya pikir, pada suatu saat nanti, dimana orang2 pada keadaan tingkat spiritual tertentu
sadar maupun tak sadar akan menjalani "isi" dari jalur beruas 8 itu..
Bagaimana pendapat bapak?
Samma Vayama

Mr. Wei

Quote from: hudoyo on 20 July 2008, 07:56:54 PM
Quote from: dilbert on 20 July 2008, 01:16:54 PM
Anda boleh quote sutta yang anda rasa tidak benar... atau yang anda ragukan... disini banyak pakar pakar yang bisa "defence"... Karena saya rasa, sampai sekarang ini belum ada satupun sutta yang bisa saya ragukan kebenarannya ??

Ada beberapa bagian dari Tipitaka Pali yang saya ragukan kebenarannya. ... Yang paling mencolok adalah di dalam Mahaparinibbana-sutta, di mana Sang Buddha dikisahkan bersabda, bahwa di dalam ajaran mana pun yang tidak mengandung Jalan Mulia Berfaktor Delapan tidak mungkin ada pembebasan. ... Dengan kata lain, di situ ditampilkan Sang Buddha mengklaim bahwa hanya di dalam ajarannya sendiri mungkin tercapai pembebasan, di luar ajaran Buddha tidak mungkin ada pembebasan: ajaranku paling benar, semua ajaran lain salah.

Saya tidak percaya itu.

Salam,
hudoyo

Maaf Pak Hud, saya ikut berkomentar _/\_

Mungkin saja bisa ada ajaran lain yg mengajarkan jalan beruas 8 tersebut, jadi Buddha tidak mengatakan hanya ajarannya yang benar namun yang benar itu hanyalah ajaran yg ada jalan beruas 8 tsb.

Kelihatannya seperti permainan bahasa...

Tapi it's just my opinion only...

hudoyo

#66
Quote from: Mr. Wei on 20 July 2008, 10:45:04 PM
Maaf Pak Hud, saya ikut berkomentar _/\_
Mungkin saja bisa ada ajaran lain yg mengajarkan jalan beruas 8 tersebut, jadi Buddha tidak mengatakan hanya ajarannya yang benar namun yang benar itu hanyalah ajaran yg ada jalan beruas 8 tsb.
Kelihatannya seperti permainan bahasa...
Tapi it's just my opinion only...
Quote from: AndryPak Hud, saya mempunyai pemikiran seperti ini.
Saya pikir, pada suatu saat nanti, dimana orang2 pada keadaan tingkat spiritual tertentu
sadar maupun tak sadar akan menjalani "isi" dari jalur beruas 8 itu..
Bagaimana pendapat bapak?

Bagaimana kalau saya katakan, akhirnya nanti Kristus pasti akan bersemayam dalam hati semua orang, disadari atau tidak? ;D Itu namanya pandangan 'inklusivistik': mengkooptasi (merangkul) semua agama/ajaran ke dalam agama sendiri, namun agama sendiri tetap ditonjolkan. :)

Tampaknya Anda berdua masih melekat pada konsep (Jalan Mulia Berfaktor Delapan), terutama rekan Wei. :)

Begini ya, Anda harus dapat membedakan antara konsep dan kebenaran. Konsep adalah pikiran, sedangkan kebenaran berada di luar pikiran. Kebenaran itu bisa diungkapkan dengan berbagai konsep, kata-kata, paradigma dsb, tergantung pembelajaran & keterkondisian pikiran masing-masing orang. Tapi kata-kata tidak bisa menggantikan kebenaran. The word is not the thing.

Pikiran bisa mencoba memahami kebenaran, itu terjadi dalam setiap agama, termasuk agama Buddha. Tapi kebenaran yang dipahami oleh pikiran selalu bersifat parsial, tidak utuh, karena selalu diwarnai oleh corak tertentu yang tidak universal.  Ibarat orang mau mendeskripsikan sebuah gedung dari sudut pandang yang berbeda-beda. Jadi janganlah kebenaran dicocok-cocokkan dengan konsep. Salah-salah, akhirnya konsep menjadi mutlak, menggantikan kebenaran. Di sinilah mulai eksklusivisme dan fanatisme.

Oleh karena itu, menurut hemat saya, pada satu zaman yang sama bisa saja muncul lebih dari satu buddha, lebih dari satu pacceka-buddha (meminjam istilah dari Buddhisme)--maksudnya orang-orang yang mencapai pembebasan dan kebenaran melalui jalannya sendiri, tanpa harus belajar buddha-dhamma--masing-masing dengan ajaran yang secara konseptual berbeda, tapi masing-masing mencapai kebenaran, pembebasan yang sama. Tidak perlu kebenaran yang diungkapkan secara berbeda-beda itu saling bertabrakan bagi orang yang sudah menyelami kebenaran.

Menurut hemat saya, "sabda Sang Buddha" dalam Mahaparinibbana-sutta tsb disisipkan oleh bhikkhu-bhikkhu penghafal Tipitaka sebelum kitab suci itu dituliskan ratusan tahun kemudian. Maksudnya sih baik, menjunjung tinggi ajaran Sang Guru, tapi tidak cocok dengan pencerahan zaman sekarang.

Salam,
hudoyo

dilbert

#67
Quote from: hudoyo on 20 July 2008, 07:56:54 PM
Quote from: dilbert on 20 July 2008, 01:16:54 PM
Anda boleh quote sutta yang anda rasa tidak benar... atau yang anda ragukan... disini banyak pakar pakar yang bisa "defence"... Karena saya rasa, sampai sekarang ini belum ada satupun sutta yang bisa saya ragukan kebenarannya ??

Ada beberapa bagian dari Tipitaka Pali yang saya ragukan kebenarannya. ... Yang paling mencolok adalah di dalam Mahaparinibbana-sutta, di mana Sang Buddha dikisahkan bersabda, bahwa di dalam ajaran mana pun yang tidak mengandung Jalan Mulia Berfaktor Delapan tidak mungkin ada pembebasan. ... Dengan kata lain, di situ ditampilkan Sang Buddha mengklaim bahwa hanya di dalam ajarannya sendiri mungkin tercapai pembebasan, di luar ajaran Buddha tidak mungkin ada pembebasan: ajaranku paling benar, semua ajaran lain salah.

Saya tidak percaya itu.

Salam,
hudoyo

Mungkin pertanyaannya diubah dulu begini...

Apakah ajaran yang memuat Delapan Jalan Utama (seperti yang terdapat pada ajaran buddhis) bisa membawa kepada pembebasan ?

Jika di dalam Delapan Jalan Utama sendiri tidak terdapat pembebasan, maka pernyataan Sang Buddha sendiri salah...

Jika pertanyaan di atas BENAR, lantas mungkin dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap ajaran lainnya. Apakah terdapat ajaran menuju pembebasan ??



VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

K.K.

Quote... Yang paling mencolok adalah di dalam Mahaparinibbana-sutta, di mana Sang Buddha dikisahkan bersabda, bahwa di dalam ajaran mana pun yang tidak mengandung Jalan Mulia Berfaktor Delapan tidak mungkin ada pembebasan. ... Dengan kata lain, di situ ditampilkan Sang Buddha mengklaim bahwa hanya di dalam ajarannya sendiri mungkin tercapai pembebasan, di luar ajaran Buddha tidak mungkin ada pembebasan: ajaranku paling benar, semua ajaran lain salah.

Menurut pendapat saya, jalan mulia berunsur 8 bisa dijalani oleh siapapun, tanpa harus kenal "label Buddha".

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Begini, memang tidak bisa disatukan. Theravada sendiri ada banyak, dan pembagian yang saya terima adalah Theravada Modern dan Theravada Klasik.

Yang klasik adalah yang menerima Tipitaka termasuk Abhidhamma sebagai satu kesatuan, dan menganggap kitab-kitab komentar sebagai hal yang baik.

Yang modern adalah yang tidak menerima begitu saja atau memiliki interpretasi sendiri.
Yang modern ada 2 kecenderungan :
1. Kecenderungan materialis : tumimbal lahir, karma, hal-hal adikodrati sebagai perumpamaan belaka. Yang terkenal mengatakan hal ini adalah Paul Harvey.
2. Kecenderungan orang-orang jaman dahulu menyimpang : Abhidhamma, Sutta-Sutta, kitab-kitab komentar disisipkan belakangan atau ditambahi kecenderungan tertentu. Yang terkenal mengatakan hal ini adalah Ajahn Buddhadasa. Karena itu sering dikatakan oleh mereka yang menganut pandangan ini : Arahat tidak harus 7 hari, sebab musabab yang saling bergantung timbul bersamaan, sebab musabab yang saling bergantung menggambarkan 1 model kehidupan, akaliko = timeless, karma perbuatan dan perkataan adalah produk hindu, ada jalan lain selain jalan mulia beruas delapan, dsb.

Selain itu ada 2 pandangan Modern yang terkenal :
1. Eternal citta oleh Ajahn Maha Boowa
2. Ajahn Buddhadasa yang dituduh ucchedavadin (nihilisme), karena mengatakan tidak ada bukti empiris kelahiran kembali, dan ada murid-murid Buddhadasa yang terang-terangan menganut nihilisme. Hal ini dikatakan bukan hanya oleh para teoriwan, tetapi juga oleh praktisi yang sesuai dengan Theravada klasik.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

williamhalim

Quote from: dilbert on 21 July 2008, 08:18:39 AM
Mungkin pertanyaannya diubah dulu begini...

Apakah ajaran yang memuat Delapan Jalan Utama (seperti yang terdapat pada ajaran buddhis) bisa membawa kepada pembebasan ?

Jika di dalam Delapan Jalan Utama sendiri tidak terdapat pembebasan, maka pernyataan Sang Buddha sendiri salah...

Jika pertanyaan di atas BENAR, lantas mungkin dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap ajaran lainnya. Apakah terdapat ajaran menuju pembebasan ??


Atau bisa juga pernyataan sutta tadi dibalik menjadi:

Apakah seseorang yg tidak menerapkan jalan beruas 8 secara lengkap akan bisa tercerahkan?

contoh:
~ Orang yg menjalankan 7 ruas, kecuali satu, ia sering membual... apakah orang begini akan bisa tercerahkan?
~ Orang yg menjalankan 7 ruas, kecuali satu, ia tidak konsentrasi... apakah orang begini akan bisa tercerahkan?

Jika ada kemungkinan seseorang bisa tercerahkan tanpa menjalankan jalan beruas 8 secara komplit, artinya Sutta itu tidak benar.

Jika tidak mungkin tercerahkan tanpa menjalankan jalan beruas 8 secara komplit, artinya Sutta tersebut Benar.

:: 
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Indra

pertanyaan jadi berkembang:
1. apakah orang yang sudah cerah masih terus membual?
2. apakah orang yang sudah cerah tidak mampu konsentrasi?
_/\_

K.K.

Quote from: Indra on 21 July 2008, 12:52:35 PM
pertanyaan jadi berkembang:
1. apakah orang yang sudah cerah masih terus membual?
2. apakah orang yang sudah cerah tidak mampu konsentrasi?
_/\_

Maksud pertanyaannya adalah, "sebelum tercerah, apakah dengan terus membual atau tidak berkonsentrasi, tetap bisa mencapai pencerahan?".


Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Mr. Wei

Quote from: hudoyo on 21 July 2008, 01:00:02 AM
Quote from: Mr. Wei on 20 July 2008, 10:45:04 PM
Maaf Pak Hud, saya ikut berkomentar _/\_
Mungkin saja bisa ada ajaran lain yg mengajarkan jalan beruas 8 tersebut, jadi Buddha tidak mengatakan hanya ajarannya yang benar namun yang benar itu hanyalah ajaran yg ada jalan beruas 8 tsb.
Kelihatannya seperti permainan bahasa...
Tapi it's just my opinion only...
Quote from: AndryPak Hud, saya mempunyai pemikiran seperti ini.
Saya pikir, pada suatu saat nanti, dimana orang2 pada keadaan tingkat spiritual tertentu
sadar maupun tak sadar akan menjalani "isi" dari jalur beruas 8 itu..
Bagaimana pendapat bapak?

Bagaimana kalau saya katakan, akhirnya nanti Kristus pasti akan bersemayam dalam hati semua orang, disadari atau tidak? ;D Itu namanya pandangan 'inklusivistik': mengkooptasi (merangkul) semua agama/ajaran ke dalam agama sendiri, namun agama sendiri tetap ditonjolkan. :)

Tampaknya Anda berdua masih melekat pada konsep (Jalan Mulia Berfaktor Delapan), terutama rekan Wei. :)

Begini ya, Anda harus dapat membedakan antara konsep dan kebenaran. Konsep adalah pikiran, sedangkan kebenaran berada di luar pikiran. Kebenaran itu bisa diungkapkan dengan berbagai konsep, kata-kata, paradigma dsb, tergantung pembelajaran & keterkondisian pikiran masing-masing orang. Tapi kata-kata tidak bisa menggantikan kebenaran. The word is not the thing.

Pikiran bisa mencoba memahami kebenaran, itu terjadi dalam setiap agama, termasuk agama Buddha. Tapi kebenaran yang dipahami oleh pikiran selalu bersifat parsial, tidak utuh, karena selalu diwarnai oleh corak tertentu yang tidak universal.  Ibarat orang mau mendeskripsikan sebuah gedung dari sudut pandang yang berbeda-beda. Jadi janganlah kebenaran dicocok-cocokkan dengan konsep. Salah-salah, akhirnya konsep menjadi mutlak, menggantikan kebenaran. Di sinilah mulai eksklusivisme dan fanatisme.

Oleh karena itu, menurut hemat saya, pada satu zaman yang sama bisa saja muncul lebih dari satu buddha, lebih dari satu pacceka-buddha (meminjam istilah dari Buddhisme)--maksudnya orang-orang yang mencapai pembebasan dan kebenaran melalui jalannya sendiri, tanpa harus belajar buddha-dhamma--masing-masing dengan ajaran yang secara konseptual berbeda, tapi masing-masing mencapai kebenaran, pembebasan yang sama. Tidak perlu kebenaran yang diungkapkan secara berbeda-beda itu saling bertabrakan bagi orang yang sudah menyelami kebenaran.

Menurut hemat saya, "sabda Sang Buddha" dalam Mahaparinibbana-sutta tsb disisipkan oleh bhikkhu-bhikkhu penghafal Tipitaka sebelum kitab suci itu dituliskan ratusan tahun kemudian. Maksudnya sih baik, menjunjung tinggi ajaran Sang Guru, tapi tidak cocok dengan pencerahan zaman sekarang.

Salam,
hudoyo

Menurut Pak Hud jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak? (cuma nanya, jadi mau tahu gimana pandangan Pak Hud mengenai jalan beruas 8 ) :))