Arahat dalam waktu 7 hari harus menjadi bhikkhu?

Started by hudoyo, 08 June 2008, 07:21:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Riky_dave

Quotemaka dalam waktu 7 hari harus menjadi bhikkhu, kalau tidak ia akan meninggal.

Saya pribadi sih tidak setuju dengan hal tersebut...Bukankah SB juga bisa "menentukan" kapan saatnya dia "mati" seperti yg pernah saya baca(tapi saya lupa baca dimana)..
Kemudian apakah seorg arahat "harus" menjadi seorang "Bhikkhu" hanya untuk supaya bisa melanjutkan kehdpan?Saya rasa tidak relevan...Karena seorg arahat sudah tidak memiliki "aku" segalanya sudah runtuh...Kenapa Arahat harus pindah menjadi "BHikkhu" hanya supaya dia tidak meninggal dlm wkt 7hari?Bukankah itu aneh?

_/\_

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

markosprawira

Quote from: Riky_dave on 10 June 2008, 08:09:56 PM
Quotemaka dalam waktu 7 hari harus menjadi bhikkhu, kalau tidak ia akan meninggal.

Saya pribadi sih tidak setuju dengan hal tersebut...Bukankah SB juga bisa "menentukan" kapan saatnya dia "mati" seperti yg pernah saya baca(tapi saya lupa baca dimana)..
Kemudian apakah seorg arahat "harus" menjadi seorang "Bhikkhu" hanya untuk supaya bisa melanjutkan kehdpan?Saya rasa tidak relevan...Karena seorg arahat sudah tidak memiliki "aku" segalanya sudah runtuh...Kenapa Arahat harus pindah menjadi "BHikkhu" hanya supaya dia tidak meninggal dlm wkt 7hari?Bukankah itu aneh?

_/\_

Salam,
Riky

Dear Riky,

anak TK bilang Aljabar itu sesuatu yang tidak masuk akal.
Menurut dia, aljabar itu amat sangat tidak lah mungkin.

Teman saya yang kuliah di jurusan matematika, dengan santai menerangkan Aljabar......


Anak balita takjub melihat ada air turun dari langit (baca : hujan), dan bilang "aneh yah ada air turun dari langit.......
Orang dengan kepercayaan tertentu akan bilang, hujan ciptaan tuhan

Tapi anak SMP saja, saat ini sudah mahir menerangkan proses penguapan, menjadi awan, pengembunan dan turun menjadi hujan........


Apakah kita hanya ingin bertanya-tanya dengan menggunakan pikiran anak TK/balita, ataukah kita akan berusaha untuk mencari tahu lebih lanjut???

Mengingat Buddha sudah mengajarkan jalan, Arya Atthangika Magga...... marilah kita laksanakan itu........

Riky_dave

[at]Atas...
Ya...Jawaban dr segala sesuatu yang menembus "batin" kita sendiri...
Karena segala misteri duniawi terkuak lewat penembusan "batin"
Sehingga tidak "terlalu" banyak "berteori" lagi...
_/\_

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

K.K.

Riky_dave,

QuoteKemudian apakah seorg arahat "harus" menjadi seorang "Bhikkhu" hanya untuk supaya bisa melanjutkan kehdpan?Saya rasa tidak relevan...Karena seorg arahat sudah tidak memiliki "aku" segalanya sudah runtuh...Kenapa Arahat harus pindah menjadi "BHikkhu" hanya supaya dia tidak meninggal dlm wkt 7hari?Bukankah itu aneh?

Seperti saya bilang di awal, rasanya sih bukan harus menjadi 'bhikkhu', tetapi meniggalkan kehidupan berumah tangga.
Kalo menurut kisah2 dhamma, para Arahat itu bukan buru2 jadi 'bhikkhu' karena takut atau tidak mau mati, sebab bathin mereka sudah melampaui itu semua. Mereka parinibbana karena memang kondisi bathin dan lingkungannya tidak cocok, barangkali seperti bunga tropis yang diletakkan di daerah dingin.

Riky_dave

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Hendra Susanto


Wen Wen

judulnya kok seperti kaum islam? 7 hari menuju tobat
emang u tidak ada bahasa lain?

K.K.

Wen Wen,

Quotejudulnya kok seperti kaum islam? 7 hari menuju tobat
emang u tidak ada bahasa lain?

Emangnya penggunaan "7 hari" selalu identik dengan Islam?

nyanadhana

kamu yang tidak tahu arti pembahasan ini apa
Quote from: Wen Wen on 18 June 2008, 10:13:16 AM
judulnya kok seperti kaum islam? 7 hari menuju tobat
emang u tidak ada bahasa lain?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

LuMiNoUz

Maaf, ikut berpendapat. :)

Dari sini kita bisa mengetahui bahwa kehidupan sebagai petapa adalah kehidupan suci. Makanya, jgn menganggap remeh orang yg berjubah kuning.

Ada juga yg dikatakan bhw seorang perumah tangga yg telah mencapai tingkatan Sotapanna harus menghormati samanera. Karena, samanera ada beberapa kualitas yg patut dihormati.

Mohon maaf bila ada kesalahan. :)

tesla

^kalau menurut saya, bagaimana pun sotapanna bagaimanapun adalah seorang ariya (suci?) yg sebenarnya, sedangkan samanera, bhikkhu atau pertapa masih mungkin adalah seorang yg sedang berusaha utk menjadi ariya & artinya mungkin belum ariya...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Suchamda

 [at]  kepada rumput yg bergoyang ;D

Terus terang saya kagum dengan jawaban2 bro Riky. Rasanya tidak percaya kalau anak seumuran SMU menjawab dengan cara demikian........ _/\_
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

hudoyo

Quote from: LuMiNoUz on 18 June 2008, 10:32:25 PM
Maaf, ikut berpendapat. :)

Dari sini kita bisa mengetahui bahwa kehidupan sebagai petapa adalah kehidupan suci. Makanya, jgn menganggap remeh orang yg berjubah kuning.

Ada juga yg dikatakan bhw seorang perumah tangga yg telah mencapai tingkatan Sotapanna harus menghormati samanera. Karena, samanera ada beberapa kualitas yg patut dihormati.

Mohon maaf bila ada kesalahan. :)

Maaf, saya berpendapat lain ... Sang Buddha mengajarkan, bukan atribut-atribut yang tampak dari luar (jubah kuning, kepala gundul) yang membuat orang suci dan PATUT DIHORMATI ... melainkan apa yang ada di dalam batin. (Lihat: Brahmana-vagga, Dhammapada)

Salam,
hudoyo

LuMiNoUz

Iya.. Saya setuju juga dengan pendapat dari Pak Hudoyo. :)

Yg gw maksudkan dari atribut luar, itu hanyalah salah satunya. Kan ada mksd lain seperti apa yang ada di dalam batin. :)

Salam Kenal Pak Hudoyo dan para penghuni forum ini :)

Terima Kasih.

Forte

Quote from: markosprawira on 11 June 2008, 01:52:09 PM
Quote from: Riky_dave on 10 June 2008, 08:09:56 PM
Quotemaka dalam waktu 7 hari harus menjadi bhikkhu, kalau tidak ia akan meninggal.

Saya pribadi sih tidak setuju dengan hal tersebut...Bukankah SB juga bisa "menentukan" kapan saatnya dia "mati" seperti yg pernah saya baca(tapi saya lupa baca dimana)..
Kemudian apakah seorg arahat "harus" menjadi seorang "Bhikkhu" hanya untuk supaya bisa melanjutkan kehdpan?Saya rasa tidak relevan...Karena seorg arahat sudah tidak memiliki "aku" segalanya sudah runtuh...Kenapa Arahat harus pindah menjadi "BHikkhu" hanya supaya dia tidak meninggal dlm wkt 7hari?Bukankah itu aneh?

_/\_

Salam,
Riky

Dear Riky,

anak TK bilang Aljabar itu sesuatu yang tidak masuk akal.
Menurut dia, aljabar itu amat sangat tidak lah mungkin.

Teman saya yang kuliah di jurusan matematika, dengan santai menerangkan Aljabar......


Anak balita takjub melihat ada air turun dari langit (baca : hujan), dan bilang "aneh yah ada air turun dari langit.......
Orang dengan kepercayaan tertentu akan bilang, hujan ciptaan tuhan

Tapi anak SMP saja, saat ini sudah mahir menerangkan proses penguapan, menjadi awan, pengembunan dan turun menjadi hujan........


Apakah kita hanya ingin bertanya-tanya dengan menggunakan pikiran anak TK/balita, ataukah kita akan berusaha untuk mencari tahu lebih lanjut???

Mengingat Buddha sudah mengajarkan jalan, Arya Atthangika Magga...... marilah kita laksanakan itu........
Nice reason.. :)