Kenapa selalu di lock untuk pembahasan seputar kanesten ???

Started by dipasena, 16 October 2012, 08:06:28 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

emulio

Quote from: oeda on 20 October 2012, 08:26:00 AM

koq 'buku' bisa beraksi reaksi seperti itu?  :o  :'(

salam....

Saya pakai analogi agar kamu mengerti. Bisa kamu tunjukkan inti buku atau inti diri?
Tidak bisa bukan?

Untuk kamu yang berpikir sesuatu itu eksis atau tidak eksis, atau kalau tidak A, ya berarti B, tentu konsep "anatta" (tanpa diri) ini sulit kamu mengerti.

Kamu sebagai penganut paham eternalist menganggap ada roh/inti diri yang selama-lamanya harus kamu lindungi.
Buddhisme mengambil Jalan Tengah (Middle Way) antara eternalist dan nihilist.

Jadi ada yang namanya "aku" (yang kamu rasakan sekarang), tapi "aku" ini tidaklah sekonsisten yang kamu anggap. Setiap detik terjadi tidak terhitung kelahiran dan kematian yang tidak kamu sadari, misalnya regenerasi sel atau perubahan pola pikir.
Buddha's teachings summed in one word: Awareness.

oeda

Quote from: emulio on 20 October 2012, 12:37:43 PM
Saya pakai analogi agar kamu mengerti. Bisa kamu tunjukkan inti buku atau inti diri?
Tidak bisa bukan?

Untuk kamu yang berpikir sesuatu itu eksis atau tidak eksis, atau kalau tidak A, ya berarti B, tentu konsep "anatta" (tanpa diri) ini sulit kamu mengerti.

Kamu sebagai penganut paham eternalist menganggap ada roh/inti diri yang selama-lamanya harus kamu lindungi.
Buddhisme mengambil Jalan Tengah (Middle Way) antara eternalist dan nihilist.

Jadi ada yang namanya "aku" (yang kamu rasakan sekarang), tapi "aku" ini tidaklah sekonsisten yang kamu anggap. Setiap detik terjadi tidak terhitung kelahiran dan kematian yang tidak kamu sadari, misalnya regenerasi sel atau perubahan pola pikir.

apakah cocok jika kualitas hidup dianalogikan dengan materi/benda mati?
bahkan analogi kehidupan dengan kehidupanpun harus yang sebanding....
sebagai contoh : kualitas unggul orang baik mana bisa dianalogikan dengan anjing,
atau orang yang tahu aturan, etika, sopan santun disamakan dengan monyet,
atau orang yang berhati-hati bicara disamakan dengan bebek?

coba kalau isi tulisannya, berganti apapun juga bentuk medianya, itu menunjuk kepada si pengarang.
seperti juga karma (hasil tabur tuaian perbuatan makhluk kehidupan), siapakah yang mengalaminya, jika ketiadaan diri? menunjuk kepada siapa? koq bisa-bisanya jika tiada diri, guru Buddha bisa menceritakan kesinambungan kehidupannya merujuk kepada kesinambungan pribadi kehidupan yang sama, menceritakan kehidupan-kehidupan lampaunya sampai bodhisatva sampai saat Ia sebagai Buddha?

mengapa bisa ditunjukan that's Him.

_/\_

Indra

Quote from: oeda on 20 October 2012, 01:24:34 PM
apakah cocok jika kualitas hidup dianalogikan dengan materi/benda mati?
bahkan analogi kehidupan dengan kehidupanpun harus yang sebanding....
sebagai contoh : kualitas unggul orang baik mana bisa dianalogikan dengan anjing,
atau orang yang tahu aturan, etika, sopan santun disamakan dengan monyet,
atau orang yang berhati-hati bicara disamakan dengan bebek?

coba kalau isi tulisannya, berganti apapun juga bentuk medianya, itu menunjuk kepada si pengarang.
seperti juga karma (hasil tabur tuaian perbuatan makhluk kehidupan), siapakah yang mengalaminya, jika ketiadaan diri? menunjuk kepada siapa? koq bisa-bisanya jika tiada diri, guru Buddha bisa menceritakan kesinambungan kehidupannya merujuk kepada kesinambungan pribadi kehidupan yang sama, menceritakan kehidupan-kehidupan lampaunya sampai bodhisatva sampai saat Ia sebagai Buddha?

mengapa bisa ditunjukan that's Him.

_/\_


sekedar saran, anda harus terlebih dulu melepaskan ketercekatan pada cangkang diri anda untuk bisa memahami makna yg mendalam ini

oeda

Quote from: Indra on 20 October 2012, 01:31:51 PM
sekedar saran, anda harus terlebih dulu melepaskan ketercekatan pada cangkang diri anda untuk bisa memahami makna yg mendalam ini

loh memang benar koq apa yang saya tulis. guru Buddha bisa menceritakan kehidupan-kehidupan lampaunya, dikaitkan sampai kehidupannya saat itu.
apakah anda belum mengetahuinya atau menyangkalinya?  :o

K.K.

Quote from: oeda on 20 October 2012, 01:24:34 PM
apakah cocok jika kualitas hidup dianalogikan dengan materi/benda mati?
bahkan analogi kehidupan dengan kehidupanpun harus yang sebanding....
sebagai contoh : kualitas unggul orang baik mana bisa dianalogikan dengan anjing,
atau orang yang tahu aturan, etika, sopan santun disamakan dengan monyet,
atau orang yang berhati-hati bicara disamakan dengan bebek?

coba kalau isi tulisannya, berganti apapun juga bentuk medianya, itu menunjuk kepada si pengarang.
seperti juga karma (hasil tabur tuaian perbuatan makhluk kehidupan), siapakah yang mengalaminya, jika ketiadaan diri? menunjuk kepada siapa? koq bisa-bisanya jika tiada diri, guru Buddha bisa menceritakan kesinambungan kehidupannya merujuk kepada kesinambungan pribadi kehidupan yang sama, menceritakan kehidupan-kehidupan lampaunya sampai bodhisatva sampai saat Ia sebagai Buddha?

mengapa bisa ditunjukan that's Him.

_/\_

Ketika kita menunjuk 'seseorang' atau bahkan diri kita sendiri, yang ditunjuk adalah kumpulan khanda yang senatiasa berproses. Anatta atau 'tanpa diri' maksudnya adalah tidak ada satupun dari khanda itu yang sifatnya abadi.

Bagaimana? Bisa diterima?

Indra

Quote from: oeda on 20 October 2012, 01:38:02 PM
loh memang benar koq apa yang saya tulis. guru Buddha bisa menceritakan kehidupan-kehidupan lampaunya, dikaitkan sampai kehidupannya saat itu.
apakah anda belum mengetahuinya atau menyangkalinya?  :o

saya tidak menyangkalnya atau menerimanya, tapi saya mengatakan "sekedar saran, anda harus terlebih dulu melepaskan ketercekatan pada cangkang diri anda untuk bisa memahami makna yg mendalam ini".
anda adalah bukti lain dari ketololan yg diajarkan oleh agama anda

oeda

Quote from: Kainyn_Kutho on 20 October 2012, 01:43:05 PM
Ketika kita menunjuk 'seseorang' atau bahkan diri kita sendiri, yang ditunjuk adalah kumpulan khanda yang senatiasa berproses. Anatta atau 'tanpa diri' maksudnya adalah tidak ada satupun dari khanda itu yang sifatnya abadi.

Bagaimana? Bisa diterima?

apakah guru Buddha Sakyamuni pernah sekali saja menyangkali dirinya sendiri (menihilkan) merujuk kepada keberadaan kehidupan dirinya?!!!

Indra

Quote from: oeda on 20 October 2012, 01:48:55 PM
apakah guru Buddha Sakyamuni pernah sekali saja menyangkali dirinya sendiri (menihilkan) merujuk kepada keberadaan kehidupan dirinya?!!!

seingat saya tidak ada yg pernah menperdebatkan hal itu dengan Sang Buddha. jadi kenapa tiba2 Sang Buddha harus membantah sesuatu yg tidak diperdebatkan? tapi saya tidak akan bosan mengingatkan anda sbb:
"sekedar saran, anda harus terlebih dulu melepaskan ketercekatan pada cangkang diri anda untuk bisa memahami makna yg mendalam ini".

oeda

Quote from: Indra on 20 October 2012, 01:44:09 PM
saya tidak menyangkalnya atau menerimanya, tapi saya mengatakan "sekedar saran, anda harus terlebih dulu melepaskan ketercekatan pada cangkang diri anda untuk bisa memahami makna yg mendalam ini".
anda adalah bukti lain dari ketololan yg diajarkan oleh agama anda

loh kenapa yang merasa bijaksana malah ikut-ikutan bersikap tolol......, jika saya tolol.... silahkan anda jelaskan baik-baik. itu lebih berguna bagi para forumer lain.
masalah saya mengerti atau menerima atau tidak itu urusan yang lain.
sayapun menulisnya dengan bahasa yang baik-baik koq..., tidak ada kata-kata tidak sopan.

Indra

Quote from: oeda on 20 October 2012, 01:52:57 PM
loh kenapa yang merasa bijaksana malah ikut-ikutan bersikap tolol......, jika saya tolol.... silahkan anda jelaskan baik-baik. itu lebih berguna bagi para forumer lain.
masalah saya mengerti atau menerima atau tidak itu urusan yang lain.
sayapun menulisnya dengan bahasa yang baik-baik koq..., tidak ada kata-kata tidak sopan.

dalam menghadapi orang tolol bahkan seorang bijaksana pun kadang-kadang harus bersikap tolol untuk menyamakan bahasa agar si tolol lebih mudah memahami. saya juga menuliskan kata2 di atas dengan baik2 kok, apakah mengatakan tolol sbg tolol adalah kata-kata tidak sopan?

K.K.

Quote from: oeda on 20 October 2012, 01:48:55 PM
apakah guru Buddha Sakyamuni pernah sekali saja menyangkali dirinya sendiri (menihilkan) merujuk kepada keberadaan kehidupan dirinya?!!!
Saya tidak mengerti pertanyaannya. Untuk apa Buddha menyangkal dirinya sendiri?

oeda

Quote from: Kainyn_Kutho on 20 October 2012, 01:59:11 PM
Saya tidak mengerti pertanyaannya. Untuk apa Buddha menyangkal dirinya sendiri?

merujuk kepada (membuktikan) ketiadaan inti diri seperti yang dicerap, dipahami oleh kalian.

K.K.

Quote from: oeda on 20 October 2012, 02:03:21 PM
merujuk kepada (membuktikan) ketiadaan inti diri seperti yang dicerap, dipahami oleh kalian.
Pembuktian? ;D Anda mengoceh tanpa pernah baca apa itu 'anatta'?

oeda

Quote from: Kainyn_Kutho on 20 October 2012, 02:13:34 PM
Pembuktian? ;D Anda mengoceh tanpa pernah baca apa itu 'anatta'?

kenyataan pencerapannya (pencerapan umat) adalah tidak seperti yang anda sangkali.
kalian bingung apa itu anatta. penihilan (menihilkan segala sesuatunya), dibilang bukan nihil, tetapi tiada.
(kalian) bingung sendiri....  ;D  :))  :))  :))

Sang_battousai

maaf sebelumnya.. kata tolol menurut sy kata2 yg kurang tepat atau kurang baik didengar karena qt sudah pernah mendengar kata2 yang lebih baik dari kata tolol seperti kurang pintar atau dsb.(lebih halus tp maksudnya sama). maaf sebelumnya seperti u gob**k dan km kurang pintar dh. lebih enak didengarnya yg mana?. penekanan dan penerimaan katapun bisa sampe ke hati nya lain lho. ini sih pendapat sy, jadi jalannya diskusi juga bisa jauh lebih baik. no hard feeling. kalo mau belajar atau berdiskusi. lain halnya kalo jadi peru***h
maaf ceplas ceplos

_/\_