weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye

Started by ryu, 05 January 2012, 11:00:45 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dilbert

di dunia ini, memang ada yang otodidak, bisa berhasil (praktek) tanpa mempelajari teori. Tetapi statistik dan perjalanan panjang akan membuktikan bahwa mempelajari teori terlebih dahulu baru kemudian praktek bisa memberikan probabilitas untuk berhasil yang lebih besar dibandingkan dengan praktek langsung tanpa mempelajari teori.

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

morpheus

Quote from: inJulia on 12 January 2012, 03:46:21 PM
Disaat santai, tak ada gangguan, kita bisa memahami agar jangan membalas kebencian dg kebencian. Tapi di saat muncul gangguan (dari masalah kecil sampai yg berat), di sinilah reaksinya ditentukan oleh besarnya transformasi bathin kita masing2. Bukan ditentukan pemahaman intelektual kita.

Contoh lain yg lebih jelas, orang yg stress. Ini karena pikirannya tidak bisa melepas masalahnya, problemnya, kesedihannya, emosinya. selalau TERPIKIRKAN/TERBAWA-BAWA. Sudah disarankan agar lupakan, tapi walaupun berusaha untuk melupakan, IA TETAP MEMIKIRKANNYA. Kalau kita bisa melepas pikiran, emosi, kebencian, keserakahan sesuai kemauan kita, rasanya kita ngga perlu meditasi lagi...  :)
nambahin...

disitulah bedanya meditasi dengan nasehat2 self help. sering kita melihat "10 tips cara mengatasi kemarahan", "cara praktis menjadi orang sabar", "trik agar disayang pacar", dll. semua tips2 ini sifatnya mencoba memoles diri pada level intelek. do this, you will be that. do that, you will gain this. majalah atau buku2 self help mencoba memaksa, memanipulasi, mengekang, memoles bagaimana agar kita memiliki sifat2 baik, yg sukses, yg memiliki banyak teman, efisien walaupun berbeda dengan realitanya. sayangnya polesan intelek tidak akan membawa transformasi batin.

pikirannya hanya meloncat2 saja dari satu tips ke tips yg lain, dari satu polesan ke polesan yang lain, satu nasehat bijak ke nasehat bijak terkini...dengan kata lain: dukkha!

tanpa transformasi batin, ini sifatnya hanya dipermukaan, palsu...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

dilbert

Quote from: inJulia on 12 January 2012, 04:15:18 PM
Sekedar info, kebanyakan teori justru berbahaya!

Saya beberapa kali konflik dg pembimbing.   :)
yah sok tahu!
Diberitahu, malah ngeyel. Terlalu banyak berpikir, membandingkan dg teori yg pernah saya baca.
hasilnya: kacau.

***
cerita Sdr. Bing.
Ada teman penterjemah banyak buku Buddhis (termasuk ttg Vipassana), ikut meditasi.
Saat wawancara dg Sayadaw (biasa 2-3 yogy datang di kuti saat wawancara, jd kedengar oleh Sdr. Bing), sayadawnya bilang: Nooooooooo!
yang ia laporkan bukan PENGALAMAN MEDITASInya, tapi TEORI MEDITASI!!!
Karena berulang-ulang demikian, Teman Sdr. Bing itu akhirnya tidak mau melakukan wawancara lagi.

Dan, yg menceritakan TEORI yg dibaca, bukannya PENGALAMAN meditasinya, ada beberapa orang.

dari kisah nyata ini, semoga tidak ada yg terpeleset, mau mendalami teorinya dulu baru ikut retret vipassana.

***
Sdr. Bing ini memang ngga suka baca teori buddhis yg lain, sukanya baca ttg Vipassana saja.
Kurang suka membahas teori Dhamma yg lain. Lain waktu, mungkin Sdr. Fabian (mereka saling kenal), berkenan memberikan konfirmasi.


_/\_




itu berarti yang di-tanya oleh sayadaw itu salah memberikan jawaban... yang di-tanya adalah pengalaman-nya saat bermeditasi... jadi bukan masalah dia banyak tahu teori atau tidak.

Jadi kalau di-arah-kan jawabannya, dan ketika sang meditator (yang memiliki  banyak teori dan pengetahuan teori meditasi) berhasil meraih hasil-nya, saya yakin sang meditator akan lebih mahir / ahli di dalam menjelaskan tahapan2 meditasi, karena dia sudah menguasai banyak teori dan telah mengalam-i sendiri pengalaman meditasi.

Menurut saya, mengetahui banyak teori tidak berbahaya...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

will_i_am

baru ingat ada sutta yang satu ini...
udah hampir kelupaan sih..  :P :P

Quote
mahācattarisaka sutta.
[spoiler]
117  Mahācattarisaka Sutta
Empat Puluh Besar


1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap Di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu sebagai berikut: "Para bhikkhu." – "Yang Mulia," mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

2. "Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang konsentrasi benar yang mulia dan pendukung serta perlengkapannya.  Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan Aku katakan." – "Baik, Yang Mulia," para bhikkhu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

3. "Apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar yang mulia dengan pendukung serta perlengkapannya, yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, dan perhatian benar? Keterpusatan pikiran yang dilengkapi dengan ketujuh faktor ini disebut konsentrasi benar yang mulia dengan pendukung serta perlengkapannya.

(PANDANGAN)

4. "Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama.  Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami pandangan salah sebagai pandangan salah dan pandangan benar sebagai pandangan benar: ini adalah pandangan benar seseorang.

5. "Dan apakah, para bhikkhu, pandangan salah? 'Tidak ada yang diberikan, tidak ada yang dipersembahkan, tidak ada yang dikorbankan; tidak ada buah atau akibat dari perbuatan baik dan buruk; tidak ada dunia ini, tidak ada dunia lain; tidak ada ibu, tidak ada ayah; tidak ada makhluk-makhluk yang terlahir kembali secara spontan; tidak ada [72] para petapa dan brahmana yang baik dan mulia di dunia ini yang telah menembus oleh diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung dan menyatakan dunia ini dan dunia lain.' Ini adalah pandangan salah.

6. "Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar? Pandangan benar, Aku katakan, ada dua jenis: ada pandangan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan;  dan ada pandangan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan.

7. "Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? 'Ada yang diberikan dan ada yang dipersembahkan dan ada yang dikorbankan; ada buah atau akibat dari perbuatan baik dan buruk; ada dunia ini dan dunia lain; ada ibu dan ayah; ada makhluk-makhluk yang terlahir kembali secara spontan; ada para petapa dan brahmana yang baik dan mulia di dunia ini yang telah menembus oleh diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung dan menyatakan dunia ini dan dunia lain.' Ini adalah pandangan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan.

8. "Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan? Kebijaksanaan, indria kebijaksanaan, kekuatan kebijaksanaan, faktor pencerahan penyelidikan kondisi-kondisi, faktor sang jalan pandangan benar dalam diri seseorang yang pikirannya mulia, yang pikirannya tanpa noda, yang memiliki jalan mulia dan yang mengembangkan jalan mulia:  ini adalah pandangan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan,

9. "Seseorang berusaha untuk meninggalkan pandangan salah dan memasuki pandangan benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian meninggalkan pandangan salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam dalam pandangan benar: ini adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga kondisi ini berlangsung dan berputar di sekeliling pandangan benar, yaitu, pandangan benar, usaha benar, dan perhatian benar.

(KEHENDAK)

10."Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami kehendak salah sebagai kehendak salah dan kehendak benar sebagai kehendak benar: ini adalah [73] pandangan benar seseorang.

11. "Dan apakah, para bhikkhu, kehendak salah? Kehendak keinginan indria, kehendak niat buruk, dan kehendak kekejaman: ini adalah kehendak salah.

12. "Dan apakah, para bhikkhu, kehendak benar? Kehendak benar, Aku katakan, ada dua jenis: ada kehendak benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan dan ada kehendak benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan.

13. "Dan apakah, para bhikkhu, kehendak benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? Kehendak meninggalkan keduniawian, kehendak tanpa niat buruk, dan kehendak tanpa kekejaman:  ini adalah kehendak benar yang terpengaruh oleh noda-noda ... matang dalam perolehan.

14. "Dan apakah, para bhikkhu, kehendak benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan? Pemikiran, pikiran, kehendak, pencerapan pikiran, ketetapan pikiran, pengarahan pikiran, bentukan ucapan dalam diri seseorang yang pikirannya mulia, yang pikirannya tanpa noda, yang memiliki jalan mulia dan yang mengembangkan jalan mulia:  ini adalah kehendak benar yang mulia ... sebuah faktor dari sang jalan.

15. "Seseorang berusaha untuk meninggalkan kehendak salah dan memasuki kehendak benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian meninggalkan kehendak salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam dalam kehendak benar: ini adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga kondisi ini berlangsung dan berputar di sekeliling kehendak benar, yaitu, pandangan benar, usaha benar, dan perhatian benar.

(UCAPAN)

16. "Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami ucapan salah sebagai ucapan salah dan ucapan benar sebagai ucapan benar: ini adalah pandangan benar seseorang.

17, "Dan apakah, para bhikkhu, ucapan salah? Kebohongan, ucapan jahat, ucapan kasar, dan gossip: ini adalah ucapan salah.

18. "Dan apakah, para bhikkhu, ucapan benar? Ucapan benar, Aku katakan, ada dua jenis: ada ucapan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan dan ada [74] ucapan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan.

19. "Dan apakah, para bhikkhu, ucapan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? Menghindari kebohongan, menghindari ucapan jahat, menghindari ucapan kasar, menghindari gosip: ini adalah ucapan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan.

20. "Dan apakah, para bhikkhu, ucapan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan? Pemberhentian dari empat jenis perilaku ucapan yang salah, penjauhan, penahanan diri, penghindaran dari perilaku ucapan yang salah dalam diri seseorang yang pikirannya mulia, yang pikirannya tanpa noda, yang memiliki jalan mulia dan yang mengembangkan jalan mulia:  ini adalah ucapan benar yang mulia ... sebuah faktor dari sang jalan.

21. "Seseorang berusaha untuk meninggalkan ucapan salah dan memasuki ucapan benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian meninggalkan ucapan salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam dalam ucapan benar: ini adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga kondisi ini berlangsung dan berputar di sekeliling ucapan benar, yaitu, pandangan benar, usaha benar, dan perhatian benar.

(PERBUATAN)

22. "Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami perbuatan salah sebagai perbuatan salah dan perbuatan benar sebagai perbuatan benar: ini adalah pandangan benar seseorang.

23, "Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan salah? Membunuh makhluk-makhluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan, dan perilaku salah dalam kenikmatan indria: ini adalah perbuatan salah.

24. "Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar? Perbuatan benar, Aku katakan, ada dua jenis: ada perbuatan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan; dan ada perbuatan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan.

25. "Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? Menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria: ini adalah perbuatan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan.

26. "Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan? Pemberhentian dari tiga jenis perilaku jasmani yang salah, penjauhan, penahanan diri, penghindaran dari perilaku jasmani yang salah dalam diri seseorang yang pikirannya mulia, yang pikirannya tanpa noda, yang memiliki jalan mulia dan yang mengembangkan jalan mulia: ini adalah perbuatan  benar [75] yang mulia ... sebuah faktor dari sang jalan.

27. "Seseorang berusaha untuk meninggalkan perbuatan salah dan memasuki perbuatan benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian meninggalkan perbuatan salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam dalam perbuatan benar: ini adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga kondisi ini berlangsung dan berputar di sekeliling perbuatan benar, yaitu, pandangan benar, usaha benar, dan perhatian benar.

(PENGHIDUPAN)

28. "Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami penghidupan salah sebagai penghidupan salah dan penghidupan benar sebagai penghidupan benar: ini adalah pandangan benar seseorang.

29, "Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan salah? Menipu, membujuk, mengisyaratkan, merendahkan, mengejar keuntungan dengan keuntungan: ini adalah penghidupan salah.

30. "Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar? penghidupan benar, Aku katakan, ada dua jenis: ada penghidupan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan; dan ada penghidupan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan.

31. "Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? Di sini, para bhikkhu, seorang siswa mulia meninggalkan penghidupan salah dan memperoleh penghidupannya melalui penghidupan benar: ini adalah penghidupan benar yang terpengaruh oleh noda-noda ... matang dalam perolehan.

32. "Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan? Pemberhentian dari penghidupan salah, penjauhan, penahanan diri, penghindaran dari penghidupan salah dalam diri seseorang yang pikirannya mulia, yang pikirannya tanpa noda, yang memiliki jalan mulia dan yang mengembangkan jalan mulia: ini adalah penghidupan benar yang mulia ... sebuah faktor dari sang jalan.

33. "Seseorang berusaha untuk meninggalkan penghidupan salah dan memasuki penghidupan benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian meninggalkan penghidupan salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam dalam penghidupan benar: ini adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga kondisi ini berlangsung dan berputar di sekeliling penghidupan benar, yaitu, pandangan benar, usaha benar, dan perhatian benar.

(EMPAT PULUH BESAR)

34. "Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? [76] Pada seorang yang memiliki pandangan benar, muncul kehendak benar;  pada seorang yang memiliki kehendak benar, muncul ucapan benar; pada seorang yang memiliki ucapan benar, muncul perbuatan benar; pada seorang yang memiliki perbuatan benar, muncul penghidupan benar; pada seorang yang memiliki penghidupan benar, muncul usaha benar; pada seorang yang memiliki usaha benar, muncul perhatian benar; pada seorang yang memiliki perhatian benar, muncul konsentrasi benar; pada seorang yang memiliki konsentrasi benar, muncul pengetahuan benar; pada seorang yang memiliki pengetahuan benar, muncul pembebasan benar. Demikianlah, para bhikkhu, jalan dari siswa yang dalam latihan lebih tinggi memiliki delapan faktor, Arahant memiliki sepuluh faktor.

35. "Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Pada seorang yang memiliki pandangan benar, pandangan salah dilenyapkan, dan banyak kondisi tidak bermanfaat yang berasal-mula dengan pandangan salah sebagai kondisi juga dilenyapkan, dan banyak kondisi bermanfaat yang berasal-mula dengan pandangan benar sebagai kondisi menjadi terpenuhi melalui pengembangan.

"Pada seorang yang memiliki kehendak benar, kehendak salah dilenyapkan, dan banyak kondisi tidak bermanfaat yang berasal-mula dengan kehendak salah sebagai kondisi juga dilenyapkan, dan banyak kondisi bermanfaat yang berasal-mula dengan kehendak benar sebagai kondisi menjadi terpenuhi melalui pengembangan.

"Pada seorang yang memiliki ucapan benar, ucapan salah dilenyapkan ... Pada seorang yang memiliki perbuatan benar, perbuatan salah dilenyapkan ... Pada seorang yang memiliki penghidupan benar, penghidupan salah dilenyapkan [77] ... Pada seorang yang memiliki usaha benar, usaha salah dilenyapkan ... Pada seorang yang memiliki perhatian benar, perhatian salah dilenyapkan ... Pada seorang yang memiliki konsentrasi benar, konsentrasi salah dilenyapkan ... Pada seorang yang memiliki pengetahuan benar, pengetahuan salah dilenyapkan ... Pada seorang yang memiliki pembebasan benar, pembebasan salah dilenyapkan, dan banyak kondisi tidak bermanfaat yang berasal-mula dengan pembebasan salah sebagai kondisi juga dilenyapkan, dan banyak kondisi bermanfaat yang berasal-mula dengan pembebasan benar sebagai kondisi menjadi terpenuhi melalui pengembangan.

36. "Demikianlah, para bhikkhu, terdapat dua puluh faktor pada sisi tidak bermanfaat, dan terdapat dua puluh faktor pada sisi bermanfaat.  Khotbah Dhamma tentang Empat Puluh Besar ini telah diputar dan tidak dapat dihentikan oleh petapa atau brahmana atau dewa atau Māra atau Brahmā mana pun atau siapa pun di dunia.

37. "Para bhikkhu, jika petapa atau brahmana manapun berpikir bahwa Khotbah Dhamma tentang Empat Puluh Besar ini harus dicela dan ditolak, maka ada sepuluh kesimpulan sah dari pernyataan mereka yang memberikan dasar untuk mencela mereka di sini dan saat ini. Jika yang mulia itu mencela pandangan benar, maka ia tentu menghormati dan memuji para petapa dan brahmana yang memiliki pandangan salah. Jika yang mulia itu mencela kehendak benar, [78] maka ia tentu menghormati dan memuji para petapa dan brahmana yang memiliki kehendak salah. Jika yang mulia itu mencela ucapan benar ... perbuatan benar ... penghidupan benar ... usaha benar ... perhatian benar ... konsentrasi benar ... pengetahuan benar ... pembebasan benar, maka ia tentu menghormati dan memuji para petapa dan brahmana yang memiliki pembebasan salah. jika petapa atau brahmana manapun berpikir bahwa Khotbah Dhamma tentang Empat Puluh Besar ini harus dicela dan ditolak, maka ada sepuluh kesimpulan sah dari pernyataan mereka yang memberikan dasar untuk mencela mereka di sini dan saat ini.

38. "Para bhikkhu, bahkan para guru dari Okkala, Vassa dan Bhañña,  yang menganut doktrin non-kausaliotas, doktrin tidak-berbuat, dan doktrin nihilisme, tidak akan berpikir bahwa Khotbah Dhamma tentang Empat Puluh Besar ini harus dicela dan ditolak. Mengapakah? Karena takut disalahkan, diserang, dan dibantah.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Para bhikkhu merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.[/spoiler]
dari paragraf yang pertama kali di bold, disana dengan jelas ditunjukkan bahwa konsentrasi benar membutuhkan 7 faktor lainnya sebagai pelengkap dan penopangnya, dan tidak bisa berdiri sendiri...
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

morpheus

Quote from: dilbert on 12 January 2012, 05:11:19 PM
di dunia ini, memang ada yang otodidak, bisa berhasil (praktek) tanpa mempelajari teori. Tetapi statistik dan perjalanan panjang akan membuktikan bahwa mempelajari teori terlebih dahulu baru kemudian praktek bisa memberikan probabilitas untuk berhasil yang lebih besar dibandingkan dengan praktek langsung tanpa mempelajari teori.
tergantung belajar apa dulu...
kalo belajar programming komputer yg sifatnya intelektual, ya benar, mereka yang belajar teori mendalam mengenai data structure, design pattern, architecture, dsb akan mendapat kemajuan yang jauh lebih pesat ketimbang mereka yang gak mau belajar teori (itupun dengan catatan, mereka tetap harus praktik).

tapi kalo belajar skill, apalagi yg namanya meditasi, hal di atas tidak berlaku. kebanyakan teori malah menghambat dan ini sesuai dengan pengalaman teman2 meditator yang saya tanyai...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

morpheus

Quote from: dilbert on 12 January 2012, 05:13:42 PM
Jadi kalau di-arah-kan jawabannya, dan ketika sang meditator (yang memiliki  banyak teori dan pengetahuan teori meditasi) berhasil meraih hasil-nya, saya yakin sang meditator akan lebih mahir / ahli di dalam menjelaskan tahapan2 meditasi, karena dia sudah menguasai banyak teori dan telah mengalam-i sendiri pengalaman meditasi.
diarahkan jawabannya? meditasi bukan ujian kenaikan semester dengan minimum score 60 point  :))
konsultasi meditasi hanyalah menceritakan apa yang dirasakan, apa yg dialami selama meditasi dengan jujur dan tanpa bias apapun.

menurut saya, sang meditator hanya bisa mendapat kemajuan kalo dia bisa melupakan segala teori yg sudah dipelajarinya dan melakukan pengamatan dengan jujur dan netral tanpa bias teori apapun. semua teori2 yg sudah dipelajarinya hanyalah sebuah ide sedangkan dalam meditasi dia harus berhadapan dan mengamati realita batinnya sendiri.
ide bukanlah realita...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Mokau Kaucu

Quote from: Kainyn_Kutho on 11 January 2012, 10:24:19 AM
Kalau terhadap JMB8 ini, menurut saya kita tidak harus 'memulai' di mana dulu, tapi itu adalah satu kesatuan. Jika satu terhambat, maka yang lain pun susah untuk maju.

JMB8 ini dikatakan beruas delapan, kalau saya umpamakan seperti kita ada dalam satu kereta kuda yang berat dan ditarik 8 ekor kuda. Delapan kuda ini saling mendukung satu sama lain, dan hambatan bagi satu kuda adalah hambatan bagi tujuh kuda lain. Jika satu terhambat, bisa jadi tujuh lain pun tidak maju sama sekali. Sebaliknya jika satu kuda menguat, maka memberikan kemudahan bagi 7 kuda lain untuk maju.

JMB8 ini BUKAN seperti kereta dengan delapan stasiun di mana stasiun 1 adalah pandangan benar, lalu ke pikiran benar, sampai stasiun 8 yaitu konsentrasi benar.

Dalam urutan umum, pertama adalah Sila yang dilakukan untuk mendukung Samadhi dan pada akhirnya menimbulkan Panna. Tapi Panna (JMB 1&2) juga mengondisikan Sila (JMB 3-6) dan Samadhi (JMB 7&8 ).

Menurut saya, itu sebabnya dikatakan 'beruas delapan' bukan 'bertahap delapan'.


Benar sekali bro KK
~Life is suffering, why should we make it more?~

Sumedho

Quote from: will_i_am on 12 January 2012, 08:32:59 PM
baru ingat ada sutta yang satu ini...
udah hampir kelupaan sih..  :P :P
dari paragraf yang pertama kali di bold, disana dengan jelas ditunjukkan bahwa konsentrasi benar membutuhkan 7 faktor lainnya sebagai pelengkap dan penopangnya, dan tidak bisa berdiri sendiri...

bonus lagi

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_18:_Janavasabha_Sutta#27
Quote27. '"Inilah pokok pembicaraan Brahmā Sanankumāra. Ia melanjutkan: 'Bagaimanakah menurut Para Tiga-Puluh-Tiga Dewa? Seberapa baikkah Sang Buddha yang mengetahui dan melihat mengajarkan tujuh prasyarat konsentrasi, demi pengembangan konsentrasi sempurna dan kesempurnaan konsentrasi! Apakah itu? Yaitu, pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar [217], usaha benar, perhatian benar.[35] Keterpusatan pikiran itu, yang dihasilkan tujuh faktor ini disebut konsentrasi benar Ariya dengan landasan dan prasyaratnya. Dari pandangan benar muncul pikiran benar, dari pikiran benar muncul ucapan benar, dari ucapan benar muncul perbuatan benar, dari perbuatan benar muncul penghidupan benar, dari penghidupan benar muncul usaha benar, dari usaha benar muncul perhatian benar, dari perhatian benar muncul konsentrasi benar, dari konsentrasi benar muncul pengetahuan benar,[36] dari pengetahuan benar muncul kebebasan benar.[37] Jika seseorang dengan jujur menyatakan: "Dhamma telah diajarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, terlihat di sini dan saat ini, tanpa batas waktu, mengundang untuk diselidiki, mengarah menuju kemajuan, untuk dipahami oleh para bijaksana untuk dirinya sendiri," mengatakan: "Terbukalah pintu keabadian,"[38] ia pasti berbicara sesuai dengan kebenaran tertinggi. Karena sesungguhnya, Tuan-tuan, Dhamma memang telah diajarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, terlihat di sini dan saat ini, tanpa batas waktu, mengundang untuk diselidiki, mengarah menuju kemajuan, untuk dipahami oleh para bijaksana untuk dirinya sendiri, dan juga, pintu menuju keabadian telah terbuka!'"'
There is no place like 127.0.0.1

DragonHung

Quote from: morpheus on 13 January 2012, 09:29:52 AM
tergantung belajar apa dulu...
kalo belajar programming komputer yg sifatnya intelektual, ya benar, mereka yang belajar teori mendalam mengenai data structure, design pattern, architecture, dsb akan mendapat kemajuan yang jauh lebih pesat ketimbang mereka yang gak mau belajar teori (itupun dengan catatan, mereka tetap harus praktik).

tapi kalo belajar skill, apalagi yg namanya meditasi, hal di atas tidak berlaku. kebanyakan teori malah menghambat dan ini sesuai dengan pengalaman teman2 meditator yang saya tanyai...


Jadi teringat yang diceritakan oleh bhante DSB mengenai mengajar orang yang pandai teori meditasi dan tidak tahu teori meditasi buddha dharma sama sekali, menurut beliau jauh lebih cepat kemajuan mengajar orang yang tidak tahu teori sama sekali dari pada yang tahu.

Jika terlalu banyak teori malah menghambat kemajuan karena bila ada kesalahan pandangan, harus dihilangkan dulu pandangan salah itu dan biasanya memakan waktu, apalagi bila yang diajar merasa bahwa yang diketahuinya itu adalah benar, tidak salah dan melekat kuat pada pandangannya itu.


Kalau pengalaman pribadi sendiri sih, semua teori buddha dhamma yang saya pelajari selama 6,5 tahun (dari masa SMA sampai ketemu bhante) akhirnya masuk 'tong sampah' semua :) :) :)
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

K.K.

Quote from: will_i_am on 12 January 2012, 08:32:59 PM
baru ingat ada sutta yang satu ini...
udah hampir kelupaan sih..  :P :P
dari paragraf yang pertama kali di bold, disana dengan jelas ditunjukkan bahwa konsentrasi benar membutuhkan 7 faktor lainnya sebagai pelengkap dan penopangnya, dan tidak bisa berdiri sendiri...
Bro will, betul bahwa yang menyertai semua jalan tersebut adalah pandangan benar. Tapi jika dikatakan pandangan benar sebagai 'permulaan', apakah kondisi dari pandangan benar? Bagaimana ia muncul?


ryu

Quote from: DragonHung on 13 January 2012, 10:18:02 AM
Jadi teringat yang diceritakan oleh bhante DSB mengenai mengajar orang yang pandai teori meditasi dan tidak tahu teori meditasi buddha dharma sama sekali, menurut beliau jauh lebih cepat kemajuan mengajar orang yang tidak tahu teori sama sekali dari pada yang tahu.

Jika terlalu banyak teori malah menghambat kemajuan karena bila ada kesalahan pandangan, harus dihilangkan dulu pandangan salah itu dan biasanya memakan waktu, apalagi bila yang diajar merasa bahwa yang diketahuinya itu adalah benar, tidak salah dan melekat kuat pada pandangannya itu.


Kalau pengalaman pribadi sendiri sih, semua teori buddha dhamma yang saya pelajari selama 6,5 tahun (dari masa SMA sampai ketemu bhante) akhirnya masuk 'tong sampah' semua :) :) :)
pengalaman pribadi, pengalaman kevihara selama beberapa tahun, baca keng, baca sutra dll pun akhirnya masuk "tong sampah" semua gara2 ada DC ini.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: Sumedho on 13 January 2012, 10:11:37 AM
bonus lagi

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_18:_Janavasabha_Sutta#27
Kalau gitu, bonus pertanyaan juga nih. ;D

Waktu Bodhisatta duduk di bawah pohon Bodhi, sebelum mencapai penerangan sempurna, meditasinya termasuk samma samadhi ataukah miccha samadhi?

K.K.

Quote from: DragonHung on 13 January 2012, 10:18:02 AM
Jadi teringat yang diceritakan oleh bhante DSB mengenai mengajar orang yang pandai teori meditasi dan tidak tahu teori meditasi buddha dharma sama sekali, menurut beliau jauh lebih cepat kemajuan mengajar orang yang tidak tahu teori sama sekali dari pada yang tahu.

Jika terlalu banyak teori malah menghambat kemajuan karena bila ada kesalahan pandangan, harus dihilangkan dulu pandangan salah itu dan biasanya memakan waktu, apalagi bila yang diajar merasa bahwa yang diketahuinya itu adalah benar, tidak salah dan melekat kuat pada pandangannya itu.


Kalau pengalaman pribadi sendiri sih, semua teori buddha dhamma yang saya pelajari selama 6,5 tahun (dari masa SMA sampai ketemu bhante) akhirnya masuk 'tong sampah' semua :) :) :)
Kalau begitu kasusnya, mungkin yang perlu dipertanyakan adalah teorinya. Sepertinya itu teori salah yang disampaikan dengan salah, sehingga dipahami secara salah.

Berlawanan dengan pandangan umum yang melihat demikian murahannya teori seolah-olah teori itu hanya hafalan ataupun spekulasi belaka, teori yang disampaikan dengan benar dan dipahami dengan benar adalah sebuah instruksi bagi praktik beserta penjelasannya. Jika teori tidak dipahami dengan benar, maka praktiknya pasti ngaco; jika kemudian dengan metode lain, praktiknya berhasil, maka teori awal itu otomatis akan masuk tong sampah.

Sebaliknya jika teori yang benar dipahami dengan benar, maka itu TIDAK MEMBAWA PADA SPEKULASI, justru mengarah pada dorongan praktik sebagaimana adanya. Jika praktiknya tidak benar, maka teori tinggal teori, tapi jika praktiknya berhasil, maka kesinambungan teori dan praktik itu akan menjadi kekayaannya dan modalnya dalam membimbing orang lain.


ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 13 January 2012, 10:50:57 AM
Kalau gitu, bonus pertanyaan juga nih. ;D

Waktu Bodhisatta duduk di bawah pohon Bodhi, sebelum mencapai penerangan sempurna, meditasinya termasuk samma samadhi ataukah miccha samadhi?

akting man, akting man
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Sumedho

Quote from: Kainyn_Kutho on 13 January 2012, 10:50:57 AM
Kalau gitu, bonus pertanyaan juga nih. ;D

Waktu Bodhisatta duduk di bawah pohon Bodhi, sebelum mencapai penerangan sempurna, meditasinya termasuk samma samadhi ataukah miccha samadhi?

asik dapet bonus...

beliau kan dulu masuk jhana 1 dengan belum memiliki sammaditthi, jika ditilik dari urutan itu maka masih belum sammasamadhi.

Jika itu sammasamadhi, maka udah dapet sammananam lalu sammavimutti

unless... like stated by ryu ^
There is no place like 127.0.0.1