ya, kita memang bukan buda yang bisa mencela yang pantas dicela, hanya buda yang boleh, kita tidak tahu mana yang harus dicela dan tidak karena tidak tahu motivasinya, hanya buda yang bisa melihat motivasi seseorang. begitukah?
tadi keliling2 nemu:
[at] ryu
Kejahatan seseorang diungkapkan bukan dengan cara mencelanya, tetapi memberi tahunya.
Contoh mencela: "hai engkau penjahat kotor yg telah mencuri sepeda teman ku"
Contoh memberitahu, "hai sdr.xx, mencuri adalah perbuatan yang tercela"
dari:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=15033.0;message=243734=====
Kalau saya pribadi:
1. Menanyakan, mempertanyakan atau ajak diskusi dulu tentang sikap dan tindakan yg kita ANGGAP KELIRU. Dari sini kita bisa menggali lebih dalam permasalahannya. Pointnya: Mengingatkan, dulu serta mungkin kita sendiri yg salah tafsir atau pandangan.
2.
Kalau sudah jelas sikap dan tindakannya tidak sesuai Dhamma:
2a. kalau tidak merugikan orang lain. kita sekedar mengingatkan, selesai. itu urusannya sendiri.
2b. Kalau merugikan orang banyak, (perlu tindakan yg lebih jauh.....
. Pertanyakan ke atasannya. Bila atasannya juga diam, yah butuh tindakan lebih jauh lagi....
Referensi saya, Coba baca ini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21123.0;message=371007***
Anda pakai istilah MENCELA, bro Morpheus pakai istilah MENGECAM.
Kalau saya pribadi, berusaha tidak mencela dan mengecam, cukup mempertanyakan, atau mengemukakan pendapat pribadi saja. Tapi kalau sampai mencela atau mengecam, itu keterpelesetan saya.