weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye

Started by ryu, 05 January 2012, 11:00:45 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

Quote from: dtgvajra on 09 January 2012, 05:09:17 PM
Kalau bisa tanpa meditasi, Buddha akan mengajarkan 6 Jalan Ariya ,  tanpa Konsentrasi Benar dan Samadhi Benar. 

;D ;D
"Perhatian dan Samadhi" kali bro. ;D

K.K.

Quote from: ryu on 09 January 2012, 05:07:17 PM
nah makna meditasi yang "sebenar2nya" itu kek gimana?
Makna meditasi itu ada di pikiran yang diam terpusat (samatha) atau perhatian yang kuat (satipatthana), bukan pada kegiatan yang tampak. Postur tubuh, misalnya, memang mengkondisikan dilakukannya konsentrasi, tapi intinya bukan di situ. Nah, seperti kata bro dtgvajra, dilakukan saja. Setiap orang pengalamannya berbeda, jadi 'gambaran' dari orang lain belum tentu cocok. 

cumi polos

QuoteKK:
Dari sini bisa dilihat bahwa tanpa meditasi, konsep Buddhisme bisa memberi manfaat dalam porsi kecil, yaitu sebatas kapasitas konsep juga. Tapi untuk mendapatkan intinya, meditasi tidak boleh diabaikan.
seingat gw Hui Neng begitu mendengar seseorang membacakan sepotong syaring diamond sutta, dia langsung begitu tertarik... dan selama diperguruan, setau gw kerjanya hanya di dapur.. dan juga gak banyak belajar sutta, apalagi dia buta huruf, tapi koq malah jadi penerus ? adakah bukti bahwa dia juga banyak meditasi ?
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Mokau Kaucu

~Life is suffering, why should we make it more?~

morpheus

Quote from: Kainyn_Kutho on 09 January 2012, 09:50:08 AM
Betul, hanya dana dan sila sebetulnya sangat sayang karena kalau hanya dua ini, di ajaran lain juga bisa ditemukan. Dana demi pamrih, sila berdasarkan pengekangan diri, bukan terkondisi dari 'pandangan benar'; namun orang tidak pernah berdana belajar berdana, orang tidak terkendali berusaha mengendalikan diri, menurut saya kalau bisa demikian pun sudah merupakan transformasi bathin.
pendapat saya lebih ekstrim: tidak ada transformasi batin tanpa meditasi.
transformasi batin dalam arti dari lobha ke alobha, dosa ke adosa, moha ke amoha.

dalam contoh orang belajar berdana dan belajar mengendalikan diri itu (tanpa disertai meditasi) tidak lain untuk memperoleh sebuah pamrih.
tidak ada transformasi batin di sana.
dan juga tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.

Quote from: Kainyn_Kutho on 09 January 2012, 09:50:08 AM
Kalau saya pribadi, terlepas dari orang itu GM atau Admin di forum Buddhis, bebas saja dia mengkritik. Saya cukup yakin bro ryu ini tidak anti-meditasi, tapi seandainya pun dia menyerukan 'anti-meditasi', maka saya tidak akan menghalangi atau mengkritiknya karena berkata demikian, tapi merasa tertantang untuk menjelaskan manfaat dari meditasinya. Tapi sekali lagi, itu saya pribadi.
done that. sasaran saya sekarang adalah pembaca yang lain.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

will_i_am

Quote from: morpheus on 09 January 2012, 09:51:42 PM
pendapat saya lebih ekstrim: tidak ada transformasi batin tanpa meditasi.
transformasi batin dalam arti dari lobha ke alobha, dosa ke adosa, moha ke amoha.

dalam contoh orang belajar berdana dan belajar mengendalikan diri itu (tanpa disertai meditasi) tidak lain untuk memperoleh sebuah pamrih.
tidak ada transformasi batin di sana.
dan juga tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.
saya melakukan kebajikan dengan harapan:
"semoga dengan jasa kebajikan saya perbuat dapat membuat saya lebih cepat memahami dan merealisasi dhamma di masa yang akan datang"
apakah ini termasuk pamrih??
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

inJulia

Quote from: dilbert on 09 January 2012, 05:01:44 PM
bukan sekedar pada postur meditasi (duduk bersila dan tutup mata, atau meditasi jalan atau meditas berbaring, atau meditasi berdiri, ataupun meditasi setengah berbaring). sambil ngetik di DC sebenarynya bisa juga praktek SATI... AMAT-I gerak bathin... timbul tenggelam ... timbul tenggelam...
Yang saya tahu:

Meditasi itu proses bathin, bukan tubuh atau posisi tubuh jasmani. Menyadari gerak gerik bathin dan jasmani.
So, meditasi bisa dilakukan dalam semua posisi tubuh jasmani, bahkan dalam aktivitas sehari-hari.

Yup, saat ngetik keyboard, bisa jadi latihan meditasi.  ;D ;D ;D
Menyadari emosi, niat, yg ada/muncul di bathin sendiri.

:)

inJulia

#112
Quote from: Kainyn_Kutho on 09 January 2012, 02:18:37 PM
Secara singkat, berdasarkan realisasi dan pengajaran, ada 4 jenis orang:
<<<del, maaf ngirit bandwidth>>>
Kalau kita lihat/baca di inet, yg sering2 meditasipun sering beda pendapat.  ;D
Kisah Chikung, sedikit menginspirasi saya pribadi. bahwa sikap dan tindakan seseorang belum tentu bisa dijadikan ukuran isi bathinnya.
Bila membaca perbedaan pendapat senior2 meditator, saya memilih diam, tidak berani berkomentar, apalagi ngotot.

Tapi dari teman darat (Sdr. Bing S. dapat dua jempol dari Chanmyay Sayadaw), yg sudah hampir 20 kali ikut retret di bawah bimbingan Sayadaw2 dari Myanmar, ia menyatakan: masing2 level mempunyai instruklsi yg berbeda-beda. Tidak bisa digeneralisir. Yg level pemula dan lanjut beda instruksinya. Bahkan mungkin bertentangan.

satu contoh:
Kebanyakan (bahkan yg seniorpun) menyatakan tidak perlu duduk lama2. satu jam cukup.
Tapi, Chanmyay Sayadaw sudah menginstruksikan pd sdr. Bing: jalan secukupnya, terus duduk selama mungkin (dalam kesadaran penuh). Ada tujuannya. (Cerita Sdr. Bing. Di Samatha sudah bisa duduk satu jam lebih, tapi dg perhatian penuh, rasa sakit semakin kuat, shg menjadi lebih singkat.)

***
Soal pentingnya pencatatan, labeling atas apa yg kita sadari.
Pemula HARUS melakukan pecatatan bathin. Teman saya (Sdr. GSK), disuruh pulang saja, kalau tetap tidak mau melakukan pencatatan.
Tapi di tingkat lanjut: Pencatatan itu justru menjadi penghambat, yang mesti dilepas.


Chanmyay Sayadaw murid langsung Mahasi sayadaw. Konon di Myanmar beliau hanya mengajar yg sudah lanjut saja. tapi di Indonesia, beliau mengajar yg mau ikut retretnya.

***
Point pemahaman saya yg mau saya sharing,
= Sikap, tindakan seseorang BELUM TENTU bisa dipakai mengukur isi bathin seseorang.
= Instruksi vipassana bisa berbeda bahkan bertentangan, sesuai level meditator.

so, IMO:
yang sudah tingkat lanjut, silahkan beradu pendapat soal meditasi.
yang pemula, sebaiknya hanya menjadi penonton, tidak perlu ngotot.

_/\_




inJulia

Quote from: will_i_am on 09 January 2012, 10:12:33 PM
saya melakukan kebajikan dengan harapan:
"semoga dengan jasa kebajikan saya perbuat dapat membuat saya lebih cepat memahami dan merealisasi dhamma di masa yang akan datang"
apakah ini termasuk pamrih??
Mungkinkah anak kecil mampu bersikap bijaksana?
Mustahil lah.  :)

Demikian juga, selama kita  masih punya ego, maka mustahil (baca: sangat kecil kemungkinannya) untuk mempunyai sikap dan tindakan yg tanpa ego. HAMPIR selalu demi kepentingKU!

Kalau menurut saya, jawabanku: ya itu pamrih juga, bro. tapi pamrih yg lebih halus.

inJulia

RALAT:

Tertulis : Chanmyay Sayadaw
mestinya: Chanmay Sayadaw

maaf...
_/\_

William_phang

Quote from: inJulia on 10 January 2012, 09:01:02 AM
Kalau kita lihat/baca di inet, yg sering2 meditasipun sering beda pendapat.  ;D
Kisah Chikung, sedikit menginspirasi saya pribadi. bahwa sikap dan tindakan seseorang belum tentu bisa dijadikan ukuran isi bathinnya.
Bila membaca perbedaan pendapat senior2 meditator, saya memilih diam, tidak berani berkomentar, apalagi ngotot.

Tapi dari teman darat (Sdr. Bing S. dapat dua jempol dari Chanmyay Sayadaw), yg sudah hampir 20 kali ikut retret di bawah bimbingan Sayadaw2 dari Myanmar, ia menyatakan: masing2 level mempunyai instruklsi yg berbeda-beda. Tidak bisa digeneralisir. Yg level pemula dan lanjut beda instruksinya. Bahkan mungkin bertentangan.

satu contoh:
Kebanyakan (bahkan yg seniorpun) menyatakan tidak perlu duduk lama2. satu jam cukup.
Tapi, Chanmyay Sayadaw sudah menginstruksikan pd sdr. Bing: jalan secukupnya, terus duduk selama mungkin (dalam kesadaran penuh). Ada tujuannya. (Cerita Sdr. Bing. Di Samatha sudah bisa duduk satu jam lebih, tapi dg perhatian penuh, rasa sakit semakin kuat, shg menjadi lebih singkat.)

***
Soal pentingnya pencatatan, labeling atas apa yg kita sadari.
Pemula HARUS melakukan pecatatan bathin. Teman saya (Sdr. GSK), disuruh pulang saja, kalau tetap tidak mau melakukan pencatatan.
Tapi di tingkat lanjut: Pencatatan itu justru menjadi penghambat, yang mesti dilepas.


Chanmyay Sayadaw murid langsung Mahasi sayadaw. Konon di Myanmar beliau hanya mengajar yg sudah lanjut saja. tapi di Indonesia, beliau mengajar yg mau ikut retretnya.

***
Point pemahaman saya yg mau saya sharing,
= Sikap, tindakan seseorang BELUM TENTU bisa dipakai mengukur isi bathin seseorang.
= Instruksi vipassana bisa berbeda bahkan bertentangan, sesuai level meditator.

so, IMO:
yang sudah tingkat lanjut, silahkan beradu pendapat soal meditasi.
yang pemula, sebaiknya hanya menjadi penonton, tidak perlu ngotot.

_/\_





Apakah Chi-kung itu tokoh yang real? ato cuma donggeng..... saya rasa sangat tidak mungkin orang yg mabuk2an itu bisa menjadi suci....

K.K.

Quote from: inJulia on 10 January 2012, 09:01:02 AM
Kalau kita lihat/baca di inet, yg sering2 meditasipun sering beda pendapat.  ;D
Kisah Chikung, sedikit menginspirasi saya pribadi. bahwa sikap dan tindakan seseorang belum tentu bisa dijadikan ukuran isi bathinnya.
Bila membaca perbedaan pendapat senior2 meditator, saya memilih diam, tidak berani berkomentar, apalagi ngotot.

Tapi dari teman darat (Sdr. Bing S. dapat dua jempol dari Chanmyay Sayadaw), yg sudah hampir 20 kali ikut retret di bawah bimbingan Sayadaw2 dari Myanmar, ia menyatakan: masing2 level mempunyai instruklsi yg berbeda-beda. Tidak bisa digeneralisir. Yg level pemula dan lanjut beda instruksinya. Bahkan mungkin bertentangan.

satu contoh:
Kebanyakan (bahkan yg seniorpun) menyatakan tidak perlu duduk lama2. satu jam cukup.
Tapi, Chanmyay Sayadaw sudah menginstruksikan pd sdr. Bing: jalan secukupnya, terus duduk selama mungkin (dalam kesadaran penuh). Ada tujuannya. (Cerita Sdr. Bing. Di Samatha sudah bisa duduk satu jam lebih, tapi dg perhatian penuh, rasa sakit semakin kuat, shg menjadi lebih singkat.)

[...]
Saya tidak masalah dengan berbagai cara mengajar. Setahu saya bahkan dalam level yang sama pun, guru yang baik mengajarkan sesuai kecenderungan murid, jadi mengajarkah metode yang berbeda.

Saya hanya mempermasalahkan orang yang tidak bisa mengajar hanya bisa banyak bacot.

Mengenai Chikung, yang saya tahu ia memang 'sengaja' berbuat urakan untuk memprotes 'kemunafikan' di kuil yang tampaknya baik2, tapi 'busuk' di dalam.

ryu

Quote from: inJulia on 10 January 2012, 08:02:15 AM
Yang saya tahu:

Meditasi itu proses bathin, bukan tubuh atau posisi tubuh jasmani. Menyadari gerak gerik bathin dan jasmani.
So, meditasi bisa dilakukan dalam semua posisi tubuh jasmani, bahkan dalam aktivitas sehari-hari.

Yup, saat ngetik keyboard, bisa jadi latihan meditasi.  ;D ;D ;D
Menyadari emosi, niat, yg ada/muncul di bathin sendiri.

:)

jadi artinya seseorang yang tidak mengetahui apa itu meditasi, tapi dia melakukan transformasi batinnya seperti perenungan, doa, sholat dll apakah termasuk dalam meditasi?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Quote from: inJulia on 10 January 2012, 09:01:02 AM
Kalau kita lihat/baca di inet, yg sering2 meditasipun sering beda pendapat.  ;D
Kisah Chikung, sedikit menginspirasi saya pribadi. bahwa sikap dan tindakan seseorang belum tentu bisa dijadikan ukuran isi bathinnya.
Bila membaca perbedaan pendapat senior2 meditator, saya memilih diam, tidak berani berkomentar, apalagi ngotot.

Tapi dari teman darat (Sdr. Bing S. dapat dua jempol dari Chanmyay Sayadaw), yg sudah hampir 20 kali ikut retret di bawah bimbingan Sayadaw2 dari Myanmar, ia menyatakan: masing2 level mempunyai instruklsi yg berbeda-beda. Tidak bisa digeneralisir. Yg level pemula dan lanjut beda instruksinya. Bahkan mungkin bertentangan.

satu contoh:
Kebanyakan (bahkan yg seniorpun) menyatakan tidak perlu duduk lama2. satu jam cukup.
Tapi, Chanmyay Sayadaw sudah menginstruksikan pd sdr. Bing: jalan secukupnya, terus duduk selama mungkin (dalam kesadaran penuh). Ada tujuannya. (Cerita Sdr. Bing. Di Samatha sudah bisa duduk satu jam lebih, tapi dg perhatian penuh, rasa sakit semakin kuat, shg menjadi lebih singkat.)

***
Soal pentingnya pencatatan, labeling atas apa yg kita sadari.
Pemula HARUS melakukan pecatatan bathin. Teman saya (Sdr. GSK), disuruh pulang saja, kalau tetap tidak mau melakukan pencatatan.
Tapi di tingkat lanjut: Pencatatan itu justru menjadi penghambat, yang mesti dilepas.


Chanmyay Sayadaw murid langsung Mahasi sayadaw. Konon di Myanmar beliau hanya mengajar yg sudah lanjut saja. tapi di Indonesia, beliau mengajar yg mau ikut retretnya.

***
Point pemahaman saya yg mau saya sharing,
= Sikap, tindakan seseorang BELUM TENTU bisa dipakai mengukur isi bathin seseorang.
= Instruksi vipassana bisa berbeda bahkan bertentangan, sesuai level meditator.

so, IMO:
yang sudah tingkat lanjut, silahkan beradu pendapat soal meditasi.
yang pemula, sebaiknya hanya menjadi penonton, tidak perlu ngotot.

_/\_




jadi artinya kalau ada meditator misalnya yang suka melihat paha mulus muridnya kita jangan menilai batinnya, siapa tau dia meditasi objek suba?

kalau ada meditator yang bicara kasar, kita jangan menilai dia, karena bisa jadi dia sedang mengetes batin kita?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

dilbert

Quote from: inJulia on 10 January 2012, 08:02:15 AM
Yang saya tahu:

Meditasi itu proses bathin, bukan tubuh atau posisi tubuh jasmani. Menyadari gerak gerik bathin dan jasmani.
So, meditasi bisa dilakukan dalam semua posisi tubuh jasmani, bahkan dalam aktivitas sehari-hari.

Yup, saat ngetik keyboard, bisa jadi latihan meditasi.  ;D ;D ;D
Menyadari emosi, niat, yg ada/muncul di bathin sendiri.

:)


dalam hal ini, saya sependapat dengan anda...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan