News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye

Started by ryu, 05 January 2012, 11:00:45 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 12 January 2012, 10:28:44 AM
;D Meditasi sebelum tidur ini biasanya memang rentan rasa kantuk, jadi kurang efisien. Tapi bisa juga memang meditasinya memang direncanakan jadi dilakukan sebelum mengantuk sama sekali. Mungkin waktunya bisa dipercepat, jadi tadinya 5 menit 'medit' langsung 'bo', dipanjangin jd 10 menit 'medit' baru 'bo', dst.

Itu bukannya Asura yah?  :P
memang rencananya meditabo itu biar cepet2 tidur, agar pikiran berhenti ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: will_i_am on 11 January 2012, 09:25:38 PM
berarti setidaknya ada donk yang menjadi awalnya.. ;D ;D ;D
Tidak ada 'awal'-nya, antara pengertian, moralitas, dan meditasi, semua berjalan selaras. Sebelum mencapai kesucian, kualitas kita ini senantiasa naik-turun. Guru yang baik bisa melihat keunggulan dan kelemahan muridnya sehingga mengetahui pemicu dari sisi mana yang terbaik dan efektif bagi muridnya itu.


Quotedan bukan berarti harus ada samadhi dulu baru ada pandangan benar juga bukan??
Pemicunya memang tidak selalu harus moralitas, pengertian (teori) ataupun meditasi. Tapi dalam proses pembelajarannya, sudah pasti harus memiliki harus mengembangkan ketiganya.

Jadi misalnya Sariputta punya teori sebagai pemicu dan Khema punya perhatian sebagai pemicu, namun keduanya telah memiliki kematangan dalam moralitas, pengertian, dan meditasi yang cukup di masa lampau. Yang buat berbeda adalah kecenderungan masing-masing pribadi saja sehingga pemicunya juga beda-beda.


K.K.

Quote from: ryu on 12 January 2012, 10:38:37 AM
memang rencananya meditabo itu biar cepet2 tidur, agar pikiran berhenti ;D
;D Pikiran ga berhenti sewaktu tidur, buktinya bisa mimpi.

bawel

#213
Quote from: Kainyn_Kutho on 12 January 2012, 11:01:50 AM
Tidak ada 'awal'-nya, antara pengertian, moralitas, dan meditasi, semua berjalan selaras. Sebelum mencapai kesucian, kualitas kita ini senantiasa naik-turun. Guru yang baik bisa melihat keunggulan dan kelemahan muridnya sehingga mengetahui pemicu dari sisi mana yang terbaik dan efektif bagi muridnya itu.

Pemicunya memang tidak selalu harus moralitas, pengertian (teori) ataupun meditasi. Tapi dalam proses pembelajarannya, sudah pasti harus memiliki harus mengembangkan ketiganya.

Jadi misalnya Sariputta punya teori sebagai pemicu dan Khema punya perhatian sebagai pemicu, namun keduanya telah memiliki kematangan dalam moralitas, pengertian, dan meditasi yang cukup di masa lampau. Yang buat berbeda adalah kecenderungan masing-masing pribadi saja sehingga pemicunya juga beda-beda.

menurut om kutho, sila dan samadhi yang dilakukan YM sariputta dan YM khema serta sang buddha sendiri sebelum mereka mencapai kesucian itu merupakan sila dan samadhi yang 'benar' seperti pada jmb8? ;D

kalo menurut saya sih, harus memahami pandangan dan pikiran benar dulu baru bisa melakukan yang benar-benar lainnya ;D. karena sila dan samadhi yang dilakukan sebelumnya hanyalah jalan menuju panna yang benar sih kalo menurut saya ;D. nah setelah adanya panna yang benar ini, baru bisa memasuki sang jalan ;D. karena pandangan benar sendiri adalah pandangan yang benar tentang dukkha dan akhir dukkha itu sendiri ;D.

*edit:

contohnya seperti brahmajala sutta, dimana dibabarkan tentang sila yang dilakukan sang buddha dan pertapa lainnya ;D.

sobat-dharma

Quote from: ryu on 12 January 2012, 10:38:37 AM
memang rencananya meditabo itu biar cepet2 tidur, agar pikiran berhenti ;D

:)) bener2 mirip pikiranku waktu kuliah dulu :)) memanfaatkan meditasi untuk tidur
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 12 January 2012, 11:04:20 AM
;D Pikiran ga berhenti sewaktu tidur, buktinya bisa mimpi.
nah itu dia, jarang sekali mimpi.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

Quote from: ryu on 12 January 2012, 11:39:12 AM
nah itu dia, jarang sekali mimpi.

untuk sebagian orang yg gak punya otak, itu masih normal

K.K.

Quote from: bawel on 12 January 2012, 11:18:18 AM
menurut om kutho, sila dan samadhi yang dilakukan YM sariputta dan YM khema serta sang buddha sendiri sebelum mereka mencapai kesucian itu merupakan sila dan samadhi yang 'benar' seperti pada jmb8? ;D

kalo menurut saya sih, harus memahami pandangan dan pikiran benar dulu baru bisa melakukan yang benar-benar lainnya ;D. karena sila dan samadhi yang dilakukan sebelumnya hanyalah jalan menuju panna yang benar sih kalo menurut saya ;D. nah setelah adanya panna yang benar ini, baru bisa memasuki sang jalan ;D. karena pandangan benar sendiri adalah pandangan yang benar tentang dukkha dan akhir dukkha itu sendiri ;D.

*edit:

contohnya seperti brahmajala sutta, dimana dibabarkan tentang sila yang dilakukan sang buddha dan pertapa lainnya ;D.
Kalau bicara konteks kesucian, maka pandangan benar-nya itu adalah yang lokuttara, adi-duniawi, yang sudah di luar 62 pandangan dalam Brahmajalasutta. Dalam konteks ini, semua puthujjana termasuk Pangeran Siddhatta juga tidak berpandangan benar. Untuk menembus pandangan benar ini, tidak ada jalan lain kecuali penegakkan perhatian (satipatthana).

Nah, kalau transformasi bathin yang saya bicarakan ini, tentu masih dalam tahap duniawi (lokiya). Nah, semisalnya non-Buddhis, tidak tahu teori apapun, tapi dia menjalankan petapaan, kehidupan suci sampai mencapai jhana. Walaupun dia tidak merumuskan pelanggaran sila ke 3, misalnya, namun ia secara otomatis telah mengetahui bahaya dari kenikmatan indera dan menghindarinya. Tanpa perlu belajar Agama Buddha dan pancasila, dia telah punya pengertian benar tentang sila. Ini contoh yang saya maksud dengan dipicu dari Samadhi yang benar, membawa pada pandangan benar.

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

will_i_am

Quote from: morpheus on 12 January 2012, 09:01:35 AM
bagaimana halnya dengan kontemplasi dan perenungan?
bagaimana halnya dengan konsentrasi dan ketenangan?
:outoftopic:
biar lebih mudah..
samatha: perenungan terhadap objek
vipassana: penyadaran terhadap batin-jasmani
ini cuma pandangan saya, mungkin saja salah...

kembali ke pertanyaan awal..
Quote from: will_i_am on 11 January 2012, 09:18:00 PM
[at] morpheus

jadi, menurut bro, apakah tidak ada agama lain yang umatnya akan mengalami transformasi batin, kecuali agama tersebut ada mengajarkan meditasi terlebih dahulu??
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

morpheus

#220
Quote from: will_i_am on 12 January 2012, 01:25:19 PM
kembali ke pertanyaan awal..
jadi, menurut bro, apakah tidak ada agama lain yang umatnya akan mengalami transformasi batin, kecuali agama tersebut ada mengajarkan meditasi terlebih dahulu??
menurut saya sih, tanpa meditasi, gak ada transformasi batin. cmiiw
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

will_i_am

Quote from: morpheus on 12 January 2012, 02:11:31 PM
menurut saya sih, tanpa meditasi, gak ada transformasi batin. cmiiw
lalu, kenapa terkadang ada kasus, dimana seorang pembunuh berantai yang telah membunuh ratusan orang tiba-tiba bertobat dan bahkan menjadi biarawan karena mengalami suatu kejadian yang mengubah hidup dan cara pandangnya??
kalau begitu, apakah itu termasuk transformasi batin yang ecek2(bohongan)??
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

inJulia

Quote from: will_i_am on 11 January 2012, 04:36:56 PM
agar dapat menyamakan pemikiran, lebih baik saya bertanya lebih dahulu, bagaimana defenisi transformasi batin menurut anda?? kalau bisa, tolong sekalian sertakan sebuah contoh kasus agar lebih dapat saya pahami..
karena saya rasa ada perbedaan persepsi dalam memahami makna "transformasi batin" antara anda dengan saya..
Wah, dah page 15. kemarin kehabisan pulsa, inetku macet.
Sementara saya respon yg ini dulu, ya. dah mau pulang soalnya.

kita tahu saran baik begini: Balas kebencian dg cinta kasih.

Secara intelektual kita tahu apa yg mesti kita lakukan: jangan membenci, balas dg cinta kasih.
Tapi begitu mengalami, mendapat sikap kebencian dari pihak lain:

1. Yang satu: sudah mukul secara fisik duluan. setelahnya (1 detik, 1 jam, besoknya) baru sadar, menyesal kenapa ia kok memukul?
2. Ada yg sadar, ia ngga boleh main fisik, berusaha mengendalikan emosinya. hati memang panas, tapi mampu mengendalikan fisik. Sadar bathinnya panas, ada kebencian, sudah diamati dg penuh perhatian, tapi kebencian itu tetap ada.
3. Yang kesadarannya lebih maju, begitu muncul kebencian, ia SUDAH TAHU, SADAR akan kemunculannya. Di beri perhatian penuh, kebencian itu lumer, lenyap.
4. ini cerita teman saya, bahwa sebelum kebencian, emosi muncul, jidatnya terasa ada kedutan, ketegangan. Kalau meleng, lalai dikit, maka kebencian muncul dan membesar. tapi kalau penuh perhatian, maka kebencian itu menjadi lumer, buyar.  Semakin dini disadari, semakin mudah buyar.
5. (belum tahu....)

Disaat santai, tak ada gangguan, kita bisa memahami agar jangan membalas kebencian dg kebencian. Tapi di saat muncul gangguan (dari masalah kecil sampai yg berat), di sinilah reaksinya ditentukan oleh besarnya transformasi bathin kita masing2. Bukan ditentukan pemahaman intelektual kita.


Contoh lain yg lebih jelas, orang yg stress. Ini karena pikirannya tidak bisa melepas masalahnya, problemnya, kesedihannya, emosinya. selalau TERPIKIRKAN/TERBAWA-BAWA. Sudah disarankan agar lupakan, tapi walaupun berusaha untuk melupakan, IA TETAP MEMIKIRKANNYA. Kalau kita bisa melepas pikiran, emosi, kebencian, keserakahan sesuai kemauan kita, rasanya kita ngga perlu meditasi lagi...  :)

CMIIW, karena itu hanya pemahaman intelektual saya.



inJulia

Quote from: sobat-dharma on 11 January 2012, 08:25:12 PM

Menurut saya, sebenarnya bro ryu pengetahuannya sudah cukup untuk memulai praktik meditasi. Dari beberapa diskusi saya dengan bro ryu, menurut saya Kekritisan bro ryu selama ini di forum terhadap praktik2 yang salah sudah cukup jadi benteng diri dari praktik yang salah. Kalau bro ryu sadar bahwa meditasi itu bukan untuk mencari2 pengalaman mistis,  menurutku sikap ini saja bisa jadi salah satu modal untuk menjalani praktik yang benar (bukankah ini salah satu bentuk dari pandangan benar, cmiiw).

Saya dulu juga pernah terperosok dalam jalan praktik yang salah, kayak yang dikhawatirkan bro Ryu, tapi tidak seserem itu kok  ;D Asal kita punya pengetahuan tentang Buddhadharma yang cukup baik, selalu bisa melakukan koreksi ulang atas praktik kita. Jangan tinggalkan membaca Tipitaka.

Lagipula, melakukan kesalahan dalam praktik itu lumrah. Saya banyak belajar dari kesalahan yang lalu2.  Jadi, kadang2 kalau ada teman yang salah jalan saya bisa segera mengingatkan, karena pernah juga mengalami hal yang sama. Bodhisatta saja pernah menjalani praktik salah penyiksaan diri kan :)

By the way, saya menghormati pilihan bro ryu, apapun itu. Semoga kamu bisa menemukan guru yang sesuai.
Sekedar info, kebanyakan teori justru berbahaya!

Saya beberapa kali konflik dg pembimbing.   :)
yah sok tahu!
Diberitahu, malah ngeyel. Terlalu banyak berpikir, membandingkan dg teori yg pernah saya baca.
hasilnya: kacau.

***
cerita Sdr. Bing.
Ada teman penterjemah banyak buku Buddhis (termasuk ttg Vipassana), ikut meditasi.
Saat wawancara dg Sayadaw (biasa 2-3 yogy datang di kuti saat wawancara, jd kedengar oleh Sdr. Bing), sayadawnya bilang: Nooooooooo!
yang ia laporkan bukan PENGALAMAN MEDITASInya, tapi TEORI MEDITASI!!!
Karena berulang-ulang demikian, Teman Sdr. Bing itu akhirnya tidak mau melakukan wawancara lagi.

Dan, yg menceritakan TEORI yg dibaca, bukannya PENGALAMAN meditasinya, ada beberapa orang.

dari kisah nyata ini, semoga tidak ada yg terpeleset, mau mendalami teorinya dulu baru ikut retret vipassana.

***
Sdr. Bing ini memang ngga suka baca teori buddhis yg lain, sukanya baca ttg Vipassana saja.
Kurang suka membahas teori Dhamma yg lain. Lain waktu, mungkin Sdr. Fabian (mereka saling kenal), berkenan memberikan konfirmasi.


_/\_



morpheus

Quote from: will_i_am on 12 January 2012, 03:15:21 PM
lalu, kenapa terkadang ada kasus, dimana seorang pembunuh berantai yang telah membunuh ratusan orang tiba-tiba bertobat dan bahkan menjadi biarawan karena mengalami suatu kejadian yang mengubah hidup dan cara pandangnya??
kalau begitu, apakah itu termasuk transformasi batin yang ecek2(bohongan)??
karena pertanyaannya tidak spesifik, jawabannya juga gak bisa spesifik.

gampang saja, om.

ada dua kemungkinan:

pertama, dia mengalami perubahan tanpa transformasi batin karena sesuatu yg dia dengar atau lihat atau baca, dia mengekang dirinya untuk menahan diri agar tidak membunuh dan menyakiti orang. secara laten di dalam batin, masih terdapat keinginan untuk membunuh, kemarahan dan kebengisan yg disuppress.

kedua, dia mengalami perubahan disebabkan oleh transformasi batin karena pada suatu waktu dia melakukan kontemplasi ataupun konsentrasi yg membawa batinnya ke kondisi yang sangat tenang yang menyebabkan terjadinya transformasi batin, merubah yg sebelumnya dosa menjadi adosa, atau minimal membuat dosanya tertekan jauh ke bawah. bisa juga sebuah inspirasi membawa batinnya kepada proses sadar, mengamati batinnya, menyadari dukkha ataupun kefanaan sehingga terjadi transformasi batin...

point saya, meditasi itu bukan hanya kegiatan formal buddhis duduk dan mengamati nafas keluar masuk. segala aktifitas yang membawa batin ke saat ini, mindful, aware ataupun tenang dan lepas, itu termasuk meditasi... biarpun agama lain secara formal tidak mengajarkan meditasi.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path