News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye

Started by ryu, 05 January 2012, 11:00:45 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

inJulia

Quote from: ryu on 10 January 2012, 03:24:01 PM
budis itu artinya pengikut buda, nah kalau seseorang yang berdoa dia masuk nya murid buda bukan? sudah masuk ke ranah transformasi batin. (semisalnya dia itu tidak pernah mengenal ajaran buda tapi doanya selaras dengan transformasi batin)
Secara formal, ya. Buddhist artinya penganut Buddha. Murid Sang Buddha.

maaf, saya kurang ngerti maksud tulisan Bro Ryu yg saya bold.
Yang jelas, sebagai Buddhist, yg saya maksud sebagai transformasi bathin adalah menurut versi sang Buddha. Bukan versi ajaran lain.

Kalau yg bro maksud Doa adalah cara berlatih diri-nya mampu mentransformasi bathin versi Buddhis (baca: mengurangi LDM), menurut saya pribadi: bagus-bagus saja. Tidak masalah.

Menurut bro, masalahnya dimana?



ryu

Quote from: inJulia on 10 January 2012, 03:44:15 PM
Secara formal, ya. Buddhist artinya penganut Buddha. Murid Sang Buddha.

maaf, saya kurang ngerti maksud tulisan Bro Ryu yg saya bold.
Yang jelas, sebagai Buddhist, yg saya maksud sebagai transformasi bathin adalah menurut versi sang Buddha. Bukan versi ajaran lain.

Kalau yg bro maksud Doa adalah cara berlatih diri-nya mampu mentransformasi bathin versi Buddhis (baca: mengurangi LDM), menurut saya pribadi: bagus-bagus saja. Tidak masalah.

Menurut bro, masalahnya dimana?



maksud saya, kalau seseorang bisa mentransformasikan batinnya, tanpa ajaran buda, tanpa mengenal ajaran buda, tapi selaras dengan ajaran buda, dia bisa disebut budis atau tidak?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

inJulia

#152
Quote from: ryu on 10 January 2012, 03:49:35 PM
maksud saya, kalau seseorang bisa mentransformasikan batinnya, tanpa ajaran buda, tanpa mengenal ajaran buda, tapi selaras dengan ajaran buda, dia bisa disebut budis atau tidak?
Apakah gunanya sebutan formalitas: saya Buddhist atau saya bukan Buddhist, bro?
Si A Buddhist, dan si B bukan Buddhist?

kalau saya pribadi:
yg penting bagaimana LDM saya (atau seseorang) bisa terkikis.
yang penting: Apa latihan saya sudah selaras dengan ajaran sang Buddha?

Saya pribadi masih butuh lingkungan, teman2, bimbingan Buddhis.
Tapi kalau ada yg sudah merasa tidak butuh lingkungan, formalitas Buddhisme, itu urusannya dia sendiri, kan bro Ryu?

_/\_

NB. Contohnya, misalkan di satu negara Buddhisme dilarang. Apa harus pindah negara, atau ngaku bukan Buddhist tapi menjalankan ajaran Buddha? Ini pointnya.

inJulia

Quote from: ryu on 10 January 2012, 03:25:04 PM
kalau misalnya sudah ada bukti bagaimana?
Tadi saya lebih dulu post  Reply #150, sebelum baca yg ini.
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21796.0;message=387827

Coba baca itu dulu.
***

Masalah BUKTI.
Yang dimaksud bener2 BUKTI atau hanya KESIMPULAN???

Itu dua hal yg berbeda lho, bro.

Kalau yakin itu bener2 BUKTI (ataupun hanya KESIMPULAN), jawaban saya tetap sama dg yg di Reply #150.

_/\_

ryu

Quote from: inJulia on 10 January 2012, 04:00:42 PM
Apakah gunanya sebutan formalitas: saya Buddhist atau saya bukan Buddhist, bro?
Si A Buddhist, dan si B bukan Buddhist?

kalau saya pribadi:
yg penting bagaimana LDM saya (atau seseorang) bisa terkikis.
yang penting: Apa latihan saya sudah selaras dengan ajaran sang Buddha?

Saya pribadi masih butuh lingkungan, teman2, bimbingan Buddhis.
Tapi kalau ada yg sudah merasa tidak butuh lingkungan, formalitas Buddhisme, itu urusannya dia sendiri, kan bro Ryu?

_/\_

NB. Contohnya, misalkan di satu negara Buddhisme dilarang. Apa harus pindah negara, atau ngaku bukan Buddhist tapi menjalankan ajaran Buddha? Ini pointnya.

om morph mengatakan seorang budis tidak meditasi --apapun cara meditasinya--, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa2...
nah kalau seorang umat lain yang berdoa (meditasi?) --apapun cara doanya--, apakah dia menyumbangkan sesuatu bagi dirinya, dan apakah selaras dengan budhis?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

inJulia

Quote from: ryu on 10 January 2012, 03:49:35 PM
maksud saya, kalau seseorang bisa mentransformasikan batinnya, tanpa ajaran buda, tanpa mengenal ajaran buda, tapi selaras dengan ajaran buda, dia bisa disebut budis atau tidak?
Lanjutan Reply #153 di atas, saya tambah dikit agar lebih jelas.

Contoh negara yg melarang Buddhisme mungkin kelewat ekstrim.

Misalnya lingkungan si A tidak kondusif untuk umat Buddha. Atau ia keturunan dari keluarga Non buddhis yg fanatik.
Apa ia harus memaksakan diri ngaku Buddhis, dan tidak memperdulikan apa resikonya?
Atau ia tidak perlu ngaku buddhist terang2an, tapi menjalan Ajaran sang Buddha?

Semoga lebih jelas.
Thanks.







inJulia

Quote from: ryu on 10 January 2012, 04:16:07 PM
om morph mengatakan seorang budis tidak meditasi --apapun cara meditasinya--, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa2...
begini bro,
cek pesan dua Bhante yg saya tulis di trit ini.
Anda setuju atau tidak dg pesan beliau?
kalau setuju, case closed.

Kalau tidak setuju, itu kita bahas dulu.

Quote from: ryu on 10 January 2012, 04:16:07 PMnah kalau seorang umat lain yang berdoa (meditasi?) --apapun cara doanya--, apakah dia menyumbangkan sesuatu bagi dirinya, dan apakah selaras dengan budhis?
Soal apakah ajaran non Buddhis bener2 bisa mentranformasi bathin ala buddha, KITA TIDAK TAHU, DAN TAK BEGITU PENTING buat kita. itu urusan mereka sendiri, kan?  ;D

Kalaupun kita mau bahas, itu sekedar sebagai selingan, berita tidak penting. Jadi tidak perlu diperdalam atau dituntaskan, diclearkan.

Sebab, untuk menilai dg tepat satu ajaran (baca: agama lain, ataupun sekte Buddha aliran lain), kita harus menyelami sedalamnya, prakteknya sampai puncak versinya. Padahal, mempraktekan ajaran Buddha, aliran sendiri saja kita belum tuntas, kekurangan waktu. Kalau hanya melihat, membaca sekilas ajaran atau aliran lain kemudian kita berani membuat kesimpulan, yah.... kurang bijak, namanya.

_/\_




ryu

#157
Quote from: inJulia on 10 January 2012, 04:43:05 PM
begini bro,
cek pesan dua Bhante yg saya tulis di trit ini.
Anda setuju atau tidak dg pesan beliau?
kalau setuju, case closed.

Kalau tidak setuju, itu kita bahas dulu.
Soal apakah ajaran non Buddhis bener2 bisa mentranformasi bathin ala buddha, KITA TIDAK TAHU, DAN TAK BEGITU PENTING buat kita. itu urusan mereka sendiri, kan?  ;D

Kalaupun kita mau bahas, itu sekedar sebagai selingan, berita tidak penting. Jadi tidak perlu diperdalam atau dituntaskan, diclearkan.

Sebab, untuk menilai dg tepat satu ajaran (baca: agama lain, ataupun sekte Buddha aliran lain), kita harus menyelami sedalamnya, prakteknya sampai puncak versinya. Padahal, mempraktekan ajaran Buddha, aliran sendiri saja kita belum tuntas, kekurangan waktu. Kalau hanya melihat, membaca sekilas ajaran atau aliran lain kemudian kita berani membuat kesimpulan, yah.... kurang bijak, namanya.

_/\_




kita akan balik lagi kemasa lalu, apakah JMB8 satu2nya jalan?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

morpheus

Quote from: ryu on 10 January 2012, 04:16:07 PM
om morph mengatakan seorang budis tidak meditasi --apapun cara meditasinya--, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa2...
nah kalau seorang umat lain yang berdoa (meditasi?) --apapun cara doanya--, apakah dia menyumbangkan sesuatu bagi dirinya, dan apakah selaras dengan budhis?
ayam goreng yang tidak pake garam --apapun merk garamnya--, rasanya gak enak.
kalau babi kecap yang pake lada hitam --apapun merk ladanya--, apakah rasanya enak?

kayaknya kedua pernyataan itu gak nyambung deh...

mungkin yg dimaksudkan adalah yg ini:
Quote
I have heard that at one time the Blessed One was staying at Vesali, in the Peaked Roof Hall in the Great Forest.

Then Mahapajapati Gotami went to the Blessed One and, on arrival, having bowed down to him, stood to one side. As she was standing there she said to him: "It would be good, lord, if the Blessed One would teach me the Dhamma in brief such that, having heard the Dhamma from the Blessed One, I might dwell alone, secluded, heedful, ardent, & resolute."

"Gotami, the qualities of which you may know, 'These qualities lead to passion, not to dispassion; to being fettered, not to being unfettered; to accumulating, not to shedding; to self-aggrandizement, not to modesty; to discontent, not to contentment; to entanglement, not to seclusion; to laziness, not to aroused persistence; to being burdensome, not to being unburdensome': You may categorically hold, 'This is not the Dhamma, this is not the Vinaya, this is not the Teacher's instruction.'

"As for the qualities of which you may know, 'These qualities lead to dispassion, not to passion; to being unfettered, not to being fettered; to shedding, not to accumulating; to modesty, not to self-aggrandizement; to contentment, not to discontent; to seclusion, not to entanglement; to aroused persistence, not to laziness; to being unburdensome, not to being burdensome': You may categorically hold, 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Teacher's instruction.'"

That is what the Blessed One said. Gratified, Mahapajapati Gotami delighted at his words.
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an08/an08.053.than.html
singkatnya, apapun yg bisa mengarahkan orang ke ketanpa-nafsuan, kebebasan, pelepasan, tidak memperbesar ego, rasa puas, dsb dsb, itulah dhamma dan praktik dhamma.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

will_i_am

Quote from: morpheus on 09 January 2012, 09:51:42 PM
dan juga tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.

kutipan dari buku ajahn chah: damai tak tergoyahkan(unshakeable peace)
Quote
"menurut teori, kebajikan(sila) datang terlebih dahulu, lalu kemudian samadhi dan selanjutnya kebijaksanaan. namun ketika saya menelitinya sendiri, ternyata saya menemukan bahwa sesungguhnya kebijaksanaan merupakan landasan setiap aspek lain dari praktik. agar memahami sepenuhnya segala konsekuensi dari apa yang kita ucapkan dan lakukan-- khususnya yang merugikan-- kita perlu menggunakan kebijaksanaan guna menuntun, mengendalikan, dan menyelidiki bekerjanya sebab-akibat. ini akan memurnikan perbuatan dan ucapan kita. manakala kita menjadi terbiasa dengan tindakan etis dan tidak etis, kita mulai paham untuk berlatih. kitapun lalu meninggalkan apa yang buruk dan menumbuhkan apa yang baik. kita meninggalkan yang salah dan mengembangkan yang benar. inilah:kebajikan. dengan menjalankan ini, batin bertambah kokoh dan tabah. ketegaran serta kemampuan ini bebas dari kekhawatiran, rasa bersalah, keraguan dalam bertindak dan berbicara. inilah samadhi.

lagipula dalam dhammacakka sutta, urutan jalan  mulia berunsur delapan diurutkan seperti ini:
A. samma ditthi (pandangan benar)
B. samma sankappo (pikiran benar)
C. samma vaca (ucapan benar)
D. samma kammanto (perbuatan benar)
E. samma ajivo (mata pencaharian benar)
F.  samma vayamo (usaha venar)
G. samma sati (perhatian benar)
H. samma samadhi (meditasi benar)

dalam urutan diatas, pandangan benar menempati posisi teratas, karena pandangan benar mendahului segalanya..
bagaimana bisa bermeditasi dengan benar, kalau tidak memiliki pandangan benar terlebih dahulu??
yang ada malah tersesat seperti si choa ini...
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

will_i_am

Quote from: morpheus on 10 January 2012, 12:25:38 PM
menurut saya, itu juga termasuk pamrih.

lalu, apakah tidak ada transformasi batin dalam perbuatan bak tersebut??
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

morpheus

Quote from: will_i_am on 10 January 2012, 05:38:01 PM
kutipan dari buku ajahn chah: damai tak tergoyahkan(unshakeable peace)
sepertinya anda menafsirkan pandangan benar sebagai pengetahuan intelektual yang berisikan kepercayaan doktrinal yang didapat dari membaca buku2, mendengar ceramah dan mikir2 secara intelek. bagi saya, pandangan benar bukanlah pengetahuan intelek, melainkan sesuatu realisasi yang didapat dari meditasi, dari sebuah transformasi batin.

ajahn chah justru menegaskan bahwa pengetahuan intelek tidak diperlukan dalam praktik:
QuoteQ, What is the biggest problem for your new disciples?
A: Opinions. Views and ideas about all things, about themselves, about practice, about the teachings of the Buddha. Many of
those who come here have a high rank in the community. They are wealthy merchants, college graduates, teachers,
government officials. Their minds are filled with opinions about things, and they are too clever to listen to others. Those who
are too clever leave after a short time; they never learn. You must get rid of your cleverness. A cup filled with dirty, stale
water is useless. Only after the old water is thrown out can the cup become useful. You must empty your minds of opinions;
then you will see. Our practice goes beyond cleverness and stupidity. If you think, "I am clever, I am wealthy, I am
important, I understand all about Buddhism," you cover up the truth of anatta, or non-self. All you will see is self, I, mine.
But Buddhism is letting go of self-voidness, emptiness, Nirvana. If you think yourself better than others, you will only suffer


The Simple Path
Traditionally the Eightfold Path is taught with eight steps such as Right Understanding, Right Speech, Right Concentration,
and so forth. But the true Eightfold Path is within us-two eyes, two ears, two nostrils, a tongue, and a body. These eight
doors are our entire Path and the mind is the one that walks on the Path. Know these doors, examine them, and all the
dharmas will be revealed.
The heart of the path is SO simple. No need for long explanations. Give up clinging to love and hate, just rest with things as
they are. That is all I do in my own practice.

Do not try to become anything. Do not make yourself into anything. Do not be a meditator. Do not become enlightened.
When you sit, let it be. When you walk, let it be. Grasp at nothing. Resist nothing.
Of course, there are dozens of meditation techniques to develop samadhi and many kinds of vipassana. But it all comes back
to this-just let it all be. Step over here where it is cool, out of the battle.
Why not give it a try? Do you dare


Go Beyond Words: See for Yourself
In my own practice, I did not know or study much. I took the straightforward teachings the Buddha gave and simply began
to study my own mind according to nature. When you practice, observe yourself. Then gradually knowledge and vision will
arise of themselves. If you sit in meditation and want it to be this way or that, you had better stop right there. Do not bring
ideals or expectations to your practice. Take your studies, your opinions, and store them away.
You must go beyond all words, all symbols, all plans for your practice. Then you can see for yourself the truth, arising right
here. If you do not turn inward, you will never know reality. I took the first few years of formal Dharma text study, and when
I had the opportunity, I went to hear various scholars and masters teach, until such study became more of a hindrance than a
help. I did not know how, to listen to their sermons because I had not looked within.
The great meditation masters spoke about the truth within oneself. Practicing, I began to realize that it existed in my own
mind as well. After a long time, I realized that these teachers have really seen the truth and that if we follow their path, we
will encounter everything they have spoken about. Then we will be able to say, ''Yes, they were right. What else could there
be? Just this." When I practiced diligently, realization unfolded like that.
If you are interested in Dharma, just give up, just let go. Merely thinking about practice is like pouncing on the shadow and
missing the substance. You need not study much. If you follow the basics and practice accordingly, you will see the Dharma
for yourself. There must be more than merely hearing the words. Speak just with yourself, observe your own mind.
If you cut
off this verbal, thinking mind, you will have a true standard for judging. Otherwise, your understanding will not penetrate
deeply. Practice in this way and the rest will follow.

Quote from: will_i_am on 10 January 2012, 05:38:01 PM
lagipula dalam dhammacakka sutta, urutan jalan  mulia berunsur delapan diurutkan seperti ini:
A. samma ditthi (pandangan benar)
B. samma sankappo (pikiran benar)
C. samma vaca (ucapan benar)
D. samma kammanto (perbuatan benar)
E. samma ajivo (mata pencaharian benar)
F.  samma vayamo (usaha venar)
G. samma sati (perhatian benar)
H. samma samadhi (meditasi benar)

dalam urutan diatas, pandangan benar menempati posisi teratas, karena pandangan benar mendahului segalanya..
bagaimana bisa bermeditasi dengan benar, kalau tidak memiliki pandangan benar terlebih dahulu??
yang ada malah tersesat seperti si choa ini...
seperti yg saya tulis di thread lain:
imo, dalam bermeditasi tidak diperlukan pengetahuan intelektual apapun. cukup mengetahui instruksi cara bermeditasinya dan temukan sendiri di dalam meditasi. di luar instruksi meditasi itu sudah terlalu banyak.

problem terlalu banyak teori itu adalah cara kerja pikiran (thought) yang sangat halus dan licin.
semakin kita mencoba mengatur dan mengarahkan pikiran sesuai teori tertentu, semakin kacau jadinya.
semakin dicoba untuk dijelaskan secara intelektual, semakin jauh dengan realita observasinya, malahan batin akan mengantisipasi dan mencocok-cocokkan teori dengan hasil observasinya.

makanya agak konyol kalo ada yang mencoba menanyakan dan mempelajari teori meditasi sampai sedetil-detilnya untuk menyakinkan dirinya sebelum mencoba memulai bermeditasi. seperti menolak tubuh basah, tapi pengen belajar berenang dari kursus tertulis.

menurut saya, dalam praktik meditasi kita tidak melakukan proses learning (intelektual), tapi justru melakukan proses de-learning, artinya melupakan semua teori yg sudah pernah dibaca, hanya melakukan pengamatan sejujur2nya, sepenuhnya berada di saat ini.

persis seperti yg dikatakan ajahn chah di atas.

om injulia mengatakan di atas bahwa kadang ajaran2 guru sering berbeda2 dan bertentangan. kalau anda melihat kontradiksi di sini, saya sarankan anda lakukan eksperimen, praktikkan dan temukan sendiri sampai anda melihat mana yang berhasil, mana yang gak berhasil. apa yang saya kutipkan di atas sesuai dengan pengalaman saya. entah dengan yg lain...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

morpheus

Quote from: will_i_am on 10 January 2012, 05:44:23 PM
lalu, apakah tidak ada transformasi batin dalam perbuatan bak tersebut??
tanpa meditasi? imo, tidak ada.

seperti yg dikatakan ajahn chah di atas, transformasi batin bisa terjadi kalau segala motivasi, pamrih, perasaan dan segala yang terjadi di dalam batin sewaktu melakukan perbuatan baik tersebut disadari, atau dengan kata lain: meditasi.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

cumi polos

Quotemorpheus :
makanya agak konyol kalo ada yang mencoba menanyakan dan mempelajari teori meditasi sampai sedetil-detilnya untuk menyakinkan dirinya sebelum mencoba memulai bermeditasi. seperti menolak tubuh basah, tapi pengen belajar berenang dari kursus tertulis.

kalau murid ingin bertanya itu adalah hal yg baik dan wajar,..harus dilayanin dgn baik...

jangan dikit2.............. bercerminlah, bercerminlah....

utk murid yg pikiran kritis, pikir...ehhh jangan2 bapaknya punya toko kaca...
koq selalu mempromosikan cermin...

_/\_ :))
merryXmas n happyNewYYYY 2018

adi lim

Quote from: Kainyn_Kutho on 10 January 2012, 11:20:29 AM
Lho? Betul 'kan? Kalau orang yang tidak mengaku meditator, memaki-maki, maka stigmanya adalah: "ah, dia mah cuma teori aja, berantem mulu kerjaannya." Nah kalau meditator memaki-maki, maka kemungkinan komentarnya adalah: "dia sedang mengajar, tapi dengan metode berbeda."



kayak 'koan'
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.