Dari BUDHA Hingga YESUS

Started by Mas Tidar, 11 June 2011, 09:09:00 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dipasena

#660
ini sedikit inpo dari tetangga ;D - bagian II


Kitab ini diturunkan pada Nabi Isa a.s dalam bahasa Yahudi Kuno (Ibrani). Kitab pertama yang asli telah dimusnahkan oleh Paulus dari pihak Gereja Pauline pada 325 M. Semua naskah Injil yang bertentangan dengan Injil resmi kerajaan Romawi saat itu dibakar. Siapa saja yang memiliki salinan naskah asli dihukum mati. Kitab Injil tertua saat ini ada dalam bahasa Yunani Kuno, bukan Yahudi kuno (Ibrani).

Terdiri dari :
Kitab Perjanjian Lama (Old  Testament) yang berisi Taurat dan Zabur
Kitab Perjanjian  Baru (New Testament) yang berisi Injil Markus, Matius, Lukas dan Yahya, perkataan Nabi Isa dan surat pendakwah (Paulus)

Siapakah Yang Menulis Injil. Di dalam kitab Injil terdapat 2 bagian yaitu Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru. Namun begitu Umat Kristian melarang penganutan terhadap Kitab Perjanjian Lama. Sebelum diadakan usaha-usaha membentuk kitab Perjanjian Baru, kitab Injil terdiri daripada 75 bab / surah. Surah ini dikarang oleh perseorangan atau kumpulan pendeta. Inilah yang menyebabkan kitab tersebut mengandung banyak pertentangan dan perbedaan yang serius dan nyata. 

Pengumpul-pengumpul kitab tersebut juga tidak hidup semasa zaman Nabi Isa atau tatkala Nabi Isa masih hidup. Kebanyakan mereka lahir selepas 20-40 tahun  setelah peristiwa penyaliban. Kitab Perjanjian Baru ini baru ada semasa persidangan Nicea pada tahun 325 M di mana semua ketua gereja berkumpul untuk menentukan kembali isi kitab Injil.  Sejumlah 27 risalah saja dari sekian banyak risalah ditentukan sebagai yang betul, setelah itu 27 risalah ini dijilidkan menjadi kitab Perjanjian Baru.

Kitab perjanjian ini terdiri dari sejarah dan pelajaran. Bagian sejarah terkandung dalam Injil Matius, Markus, Lukas dan Yahya. Sementara bagian pelajaran terdiri dari 21 risalah yaitu : 14 risalah Paulus, 3 risalah Yahya, 2 risalah Petrus, 1 Yakub dan Yahuda.

Injil Matius
Nama Injil Matius diambil dari nama pendeta Matius dari gereja Alexandria  Mesir dalam bahasa Hebrew. Beliau dipercayai sebagai orang pertama yang menghasilkan risalah kandungan sejarah. Hasil karangan Matius ini dikarang 20 –  27 tahun setelah Nabi Isa tiada. Bahkan kitab asli karangan Matius sendiri telah hilang, ini diakui sendiri oleh umat Kristian. Setelah itu injil dalam Bahasa Yunani dijumpai, dan dikatakan sebagai Injil karangan Matius. Banyak tokoh Kristian menolak pendapat bahwa Injil ini merupakan karangan Matius, tetapi sebaliknya merupakan karangan gurunya, Petrus.

Injil Lukas
Injil Lukas diambil dari nama pendeta Lukas dari tahun 25 –   30 M. Beliau  juga tidak pernah bertemu Nabi Isa. Banyak tokoh Kristian sendiri mengakui bahwa Injil karangan Lukas merupakan fakta palsu yang bukan merupakan ajaran Nabi Isa. Sebenarnya beliau mengarang injil ini disebabkan tekanan gereja waktu itu. Begitu  juga dengan Markus dan Yahya. Kesemuanya tidak pernah hidup sezaman dengan Nabi Isa.

Injil Yahya
Kitab Injil Yahya diambil dari nama pendeta Yahya atau lebih dikenal  sebagai Yohanes. Beliau merupakan putera saudara perempuan Maryam yaitu ibu Nabi Isa. Yahya mengarang injilnya dalam bahasa Yunani antara tahun 45 – 65 M. Banyak  pendeta meragukan kandungan Injil Yohanes ini. Bahkan Encyclopedia Britanica  menegaskan bahwa Injil yahya tidak syak lagi di karang oleh seorang mahasiswa Institusi Iskandariah dan bukannya karangan Yahya.

Persoalan mengapa di dalamnya berisi Taurat juga tidak dapat di jawab dengan pasti dan tepat. Ini  mungkin juga merupakan bukti bahwa orang Yahudi selalu ingin memalsukan fakta Injil asli, karena bagi mereka, Yahudi, mereka senang bila dapat menyesatkan kaum Kristian dari ajaran asli Nabi Isa, dan mereka berhasil.

Persidangan Nicea
Menurut perkiraan para ahli sejarah, kitab Injil yang masih asli belum diikuti campur tangan para pendeta, masih ada hingga 325 M. Setelah tahun 325 M, kitab ini mulai dinodai oleh Raja Konstantin Roma pada Persidangan Nicea. Karena  semasa  persidangan ini terdapat perdebatan dan pertentangan pendapat mengenai ketuhanan dan kenabian Isa, perdebatan dalam ajaran pokok, akidahnya. Satu pendapat (Golongan Arius) mengatakan bahwa Nabi Isa hanyalah seorang manusia dan Nabi yang membawa ajaran agama dari Tuhan. Satu pihak lagi mengatakan bahwa Nabi  Isa ialah "anak Tuhan".

Pendapat tentang Isa "anak tuhan" ini didukung oleh pihak gereja dari Alexandria yang diketuai oleh penolong Bishop Iskandariah  bernama Athanasius. Raja Konstantin mempunyai niat tersirat untuk campur  tangan dalam hal agama[/i], demi menjaga hak politiknya agar tidak jatuh ke tangan  orang lain. Semasa persidangan tersebut, sebanyak 2048 orang Uskup telah hadir untuk membincangkan perselisihan pendapat mengenai Nabi Isa.

Sebanyak  1730 orang telah setuju bahwa Nabi Isa adalah seorang manusia  biasa yang diutus Allah, 318 orang mengatakan bahwa Isa ialah  Anak Tuhan. Walau bagaimanapun majoritas pendapat ini ditolak  mentah-mentah Raja Konstantin dan mengambil pendapat minoritas, yaitu Nabi Isa adalah seorang anak Tuhan.

Arius ketua pendukung bahwa Nabi Isa bukan anak Tuhan.
Arius (250-336 M) adalah salah seorang murid utama Lucian berbangsa Libya  yang juga bersama-sama dengan gurunya menegakkan ajaran Tauhid kepada Allah, Arius merupakan seorang presbyter (ketua majelis agama /gereja) digereja  Baucalis Alexandria, salah satu gereja tertua dan terpenting di kota itu pada  tahun 318 M.

Sejak mangkatnya Lucian pada tahun 312 M ditangan orang-orang gereja Paulus, perlawanan Arius terhadap doktrin Trinity   semakin  memuncak, dan dalam perjuangannya ini, Arius mendapatkan dukungan dua orang saudara Kaisar Constantin yang bernama Constantina dan Licunes.

Arius dianggap sebagai seorang pemberontak Trinity dengan mendasarkan
teori:
"Jika  itu benar-benar anak Tuhan  atau Tuhan itu sendiri, maka Bapa harus ada lebih dahulu. Oleh karena itu harus  ada "masa" sebelum   adanya anak. Artinya anak adalah makhluk. Maka anak itu pun  tidak   selamanya ada atau tidak abadi. Sedangkan Tuhan yang sebenarnya haruslah abadi, berarti tidaklah sama dengan Tuhan."
Atas pandangan  Arius tersebut, sebanyak 100 orang pendeta Mesir dan   Libya berkumpul untuk  mendengar pandangan Arius. Pada waktu inilah juga Arius mengemukakan kembali  pendangannya :

"Ada masa sebelum adanya, sedangkan Tuhan sudah ada sebelumnya.  ada kemudian, dan hanyalah makhluk biasa yang bisa binasa seperti makhluk-makhluk lainnya. Tetapi Tuhan tidak mungkin binasa."
Arius memperkuat pendapatnya dengan sejumlah ayat-ayat  Bible seperti Yohanes 14:8, "Bapa lebih besar daripada "; Seandainya kita  mengakui bahwa  adalah sama dengan Tuhan, maka kita harus menolak kebenaran  ayat Yohanes tersebut.

Pendapat Arius ini secara sederhana dapat  dijelaskan sebagai berikut : ,,Jika memang "anak Tuhan", maka akan segera  disertai pengertian bahwa "Bapak Tuhan" haruslah ada terlebih dahulu sebelum adanya sang "Anak".

Oleh sebab itu tentulah akan terdapat jurang waktu ketika "Anak" belum ada. Oleh karena, "Anak" adalah makhluk yang tersusun dari  sebuah "esensi" atau makhluk yang tidak selalu ada. Dan Tuhan merupakan suatu zat yang bersifat mutlak, kekal, tidak terlihat dan berkuasa, maka tidak mungkin bisa menjadi sifat yang sama sebagaimana sifat Tuhan.

Argumen Arius ini tidak dapat dilawan lagi, maka mulai tahun 321 M Arius dikenal sebagai seorang presbyter pembangkang. Ia mendapat banyak   dukungan dari Uskup-uskup  daerah Timur. Hal ini membuat Alexandria   (yang pernah menghukum mati Origen  tahun 250 M) menjadi semakin marah.

Arius pula orangnya yang sangat menentang keras keputusan Nicea pada tahun 325 M, sehingga senantiasa mendapatkan tantangan dari orang-orang gereja Paulus. Pada tahun 336 Arius  dibunuh di Constantinopel dalam satu muslihat yang licik.
Setelah  pembunuhan ini segala usaha menentang trinitas dilawan habis-habisan. Naskah Injil diseragamkan. Naskah yang tidak sama dengan pihak Gereja Pauline dimusnahkan, dihapuskan di bumi Kerajaan Romawi. Inilah sejarah awal tersesatnya ajaran Kristian.
Mengenai Bible (2)

Dalam persidangan Nicea, beberapa Doktrin diperkenalkan, diantaranya Doktrin Trinitas dan Doktrin Penebusan Dosa]. Konsep Trinitas sebenarnya telah direka oleh Athanasius, seorang pegawai Gereja Mesir dari Iskandariah, diterima  oleh Majelis Nicaea pada 325 M.

Konsep Trinity [KeEsaan Tiga] ini serupa filsafat Plato,   kepercayaan Yunani, 'Neo – Platonisme" yang mempercayai "Tiga    Kekuatan". Kemungkinan doktrin trinitas tertulari kepercayaan Yunani   kuno ini.  Trinity yang di pelopori oleh Paulus merupakan ajaran agama Yunani- Romawi,  yaitu kerajaan yang berkuasa di Rom pada masa itu. Jadi paham trinitas dari  kato lik Roma atau pun aliran kris ten yang lain jelas merupakan hasil proses  masuknya ajaran lain dalam ajaran Isa, dan bukannya ajaran asli Nabi Isa sendiri  !.

Begitu juga dengan Dokrin Penghapusan Dosa yang dipelopori Gereja  Alexandria di mana mereka mengatakan bahwa Nabi Isa telah disalib demi tujuan  menyelamatkan seluruh umat manusia. Ajaran ini juga jelas hasil proses masuknya  ajaran agama romawi Kuno. Hari Minggu yang dianggap hari Suci bagi agama  Kristian merupakan hasil pengaruh daripada Kepercayaan ini dan tanggal 25 Desember yang diperingati sebagai Natal, Sebenarnya merupakan tanggal   kelahiran  tuhan Matahari mereka yaitu "Mithra" dan jelas bukan tanggal   lahir Nabi  Isa.

Mulai tahun 1582 di Rheims, Bible diterjemahkan dari bahasa Latin  berdasarkan Bible Versi Tyndale.   (Yang digunakan Gereja kato lik Rom) juga  dikenali sebagai Roman kato lik Version. Ini merupakan versi bible yang tertua  yang dikenal.

Sejak itu sebanyak 4 kali terjemahan telah dibuat. Pada tahun 1611 King James I telah memerintahkan supaya dilakukan penulisan ulang   karena terdapatnya pertentangan yang meragukan. Versi penulisan ulang   ini kini  dinamakan King James Version (KJV) yaitu dengan tidak   memasukkan 7 buku kecil  (bab). Versi ini selanjutnya dirilis ulang pada   tahun 1881 dan diperbaharui pada  tahun 1952 dan 1971. kedua Versi   terakhir ini dinamakan Revised Standard Version  (RSV).

Collin yaitu percetakan yang mengeluarkan Revised Standard Version  ( RSV ) melaporkan bahwa :
"Meskipun begitu, Versi Raja James memiliki  cacatan-cacat yang   serius, dan cacat ini ada terlalu banyak dan terlalu serius  sehingga   satu penulisan ulang masih benar-benar diperlukan."

dipasena

#661
jika tulisan saya dan tulisan dari rekan tetangga salah, mohon di sanggah, bkn cm bs ngolok/mengaburkan permasalahan/ngomel2 kayak banci.. hihihi...

malah dato' sungguh2 berharap, si abud adalah si josaphat, walau berkali2 ia berkelit dan menyangkal nya.

mungkin kalimat ini bs dijadikan perbandingan, berikut adalah tulisan si josaphat.

"Beda dengan Injil yang masa penulisannya bisa diverifikasikan oleh murid-murid Yesus yang masih hidup saat itu...."

mirip dgn tulisan si abud. jika memang dewasa, sanggah lah tulisan itu... krn dato' masih byk materi yg bs dibahas disini... ;D

tulisan si josaphat yg selalu membahas ambapali/kehidupan buddhist di thailand dan negara lain/membahas tentang standar kamma dan tipitaka memiliki kemiripan dengan si mas bro a-su (sugianto budiman)

jd kesimpulan tetap abud = josaphat = mas bro a-su (sugianto budiman) walau penyangkalan tetap dilakukan, tidak akan merubah kenyataan dan hanya menjadikan diri nya seorang pendusta yg mengagungkan brewok...

Mas Tidar

#662
menurut "terawangan" kami si abud neither Bj nor bro a-su.
si abud lbh sekelas ama si dede. Sekian "terawangan" kami.


aniwei, reply RR DC diatas, kami katakan sebagai penyeimbang dr penyelewengan sasana olh ajaran lain (baca: disama samakan)
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

DeNova

debat tidak diperlukan, asalkan bisa menghargai keberadaan ajaran masing2. namun debat akan diperlukan ketika suatu agama mengkalim ajaran nya benar dengan cara menjelek2an/menjatuhkan ajaran agama lain
Quote
Setuju bro, ini adalah opini yang paling hebat, sebenarnya debat itu buang2 energi, toh setiap org kan punya keyakinan sendiri2, alangkah baiknya jika kita saling menghormati, jika kita jadi umat beragama punya moral yang bagus otomatis org lain yang melihat akan tertarik juga belajar agama kita dan buka tidak mungkin memeluk agama yang sama dengan kita, tak usah dibuat perdebatan, menantang2 umat pihak lain karena ini justru akan memperlihatkan betapa buruknya ajaran agama kita di hadapan org lain... Macam iklan obat kulit aja... Haduh... Malu2in...

dipasena

#664
Quote from: DeNova on 20 May 2012, 05:58:32 PM
debat tidak diperlukan, asalkan bisa menghargai keberadaan ajaran masing2. namun debat akan diperlukan ketika suatu agama mengkalim ajaran nya benar dengan cara menjelek2an/menjatuhkan ajaran agama lain

Setuju bro, ini adalah opini yang paling hebat, sebenarnya debat itu buang2 energi, toh setiap org kan punya keyakinan sendiri2, alangkah baiknya jika kita saling menghormati, jika kita jadi umat beragama punya moral yang bagus otomatis org lain yang melihat akan tertarik juga belajar agama kita dan buka tidak mungkin memeluk agama yang sama dengan kita, tak usah dibuat perdebatan, menantang2 umat pihak lain karena ini justru akan memperlihatkan betapa buruknya ajaran agama kita di hadapan org lain... Macam iklan obat kulit aja... Haduh... Malu2in...

selama yg dato' tau, debat adalah salah satu cara untuk dapat melihat mana yg salah, mana yg benar... adu argument atas suatu hal kadang diperlukan untuk melihat apakah suatu permasalahan itu salah atau benar. sejarah jg mencatat begitu byk debat terjadi untuk menunjukan eksistensi suatu kebenaran.

dalam hal ini, debat tidak akan menunjukkan bahwa buruk nya suatu ajaran agama. namun dari debat akan memperlihatkan komentar sapa yg salah atas penilaian nya terhadap agama lain. debat tidak akan menjadi buruk selama debat dapat berlangsung dengan baik dimana setiap pihak bisa memberikan referensi yg benar terhadap pernyataan masing2...

jd santai aja...  :whistle:

Mas Tidar

#665
Quote
Kalimat "Evam me sutam"( Demikianlah yang kudengar) atau ada yg  menerjemahkan Evam me sutam ekam samayam (Demikianlah yg kudengar saat itu) memberikan kita beberapa petunjuk :

Pertama,  sang penulis dan org yg menjadi sumber info dalam kisah ini TIDAK MEMILIKI pengalaman atau mengalami sendiri kisah yg diceritakan tsb. Dengan demikian ada keraguan, apakah cerita itu memang terjadi demikian atau telah ditambah2 bumbu2 agar kelihatan sangat dramatis? Tak ada yg tahu.

asal kalimat "Demikian lah yang telah kudengar" telah dijelaskan oleh 650 dengan sangat baik, kami hanya ingin menguatkan saja.

secara singkat ada di Ananda penjaga dhamma, hal 7-9
Lebih detail ttg ini Anda dapat membacanya dibawah ini, hal 2720-2724 atau hal 2884 - 2888:

Penunjukan ânanda Sebagai Pelayan Pribadi Buddha

Buddha tidak memiliki pelayan pribadi tetap selama dua puluh tahun pertama setelah mencapai Kebuddhaan, yang disebut periode Bodhi Pertama. Pada masa itu, sejumlah bhikkhu bertindak sebagai pelayan pribadi Buddha, membawakan mangkuk dan jubah Buddha; mereka adalah: Yang Mulia Nàgasamàla, Nàgita, Upavàna, Sunakkhatta, mantan Pangeran Licchaci; Cunda, adik Yang Mulia Sàriputta, Sàgata, Ràdha, dan Meghiya.

Pada suatu ketika, Buddha dilayani oleh Yang Mulia Nàgasamàla, sewaktu melakukan perjalanan, mereka tiba dipersimpangan jalan. Yang Mulia Nàgasamàla, meninggalkan jalan utama, berkata kepada Buddha, "Yang Mulia, aku akan mengambil jalan ini (dari persimpangan jalan itu)."
Buddha berkata, "Bhikkhu, marilah kita mengambil jalan yang lain."
Yang Mulia Nàgasamàla kemudian berkata dengan tidak sabar, "Yang Mulia, aku akan mengambil jalan ini," dan meletakkan mangkuk dan jubah Buddha di atas tanah.
Selanjutnya Buddha berkata kepadanya, "Bhikkhu, berikan kepadaKu," dan Beliau terpaksa membawanya sendiri, dan berjalan ke arah yang Beliau pilih sedangkan Yang Mulia Nàgasamàla mengambil jalan lainnya, meninggalkan Buddha.
Tidak lama setelah ia berjalan, Yang Mulia Nàgasamàla dirampok oleh sekelompok perampok yang mengambil mangkuk dan jubahnya dan juga memukul kepalanya.  Dengan darah mengalir dari kepalanya, ia teringat kepada Buddha sebagai pelindung satu-satunya dan kembali ke Buddha.
Buddha berkata kepadanya, "Bhikkhu, apa yang terjadi padamu?" Yang Mulia Nàgasamàla menceritakan kejadiannya kepada Buddha dan Buddha berkata kepadanya, "Bhikkhu, tenanglah. Mengetahui bahaya itu, Aku telah mengatakan kepadamu untuk tidak mengambil jalan itu." (Ini adalah satu peristiwa yang melatarbelakangi penunjukan pelayan pribadi tetap.)

Pada kesempatan lain (pada vassa ke-13 ketika Buddha sedang menetap di Bukit Càlika) setelah mengumpulkan dàna makanan di Desa Jantu. Buddha, bersama pelayan pribadi, Thera Meghiya, berjalan di tepi Sungai Timikàëà, saat melihat hutan mangga, Yang Mulia Meghiya berkata kepada Buddha, "Yang Mulia, bawalah sendiri mangkuk dan jubah-Mu. Aku ingin bermeditasi di hutan mangga itu." Buddha tiga kali meminta agar ia tidak melakukannya, tetapi ia tidak mendengarkan. Kemudian, tidak lama kemudian Yang Mulia Thera Meghiya duduk di atas batu untuk bermeditasi. Tiga pikiran buruk menyerangnya saat ia bermeditasi. Ia kembali kepada Buddha dan menceritakan apa yang dialaminya sewaktu ia bermeditasi di sana. Buddha menghiburnya dengan berkata, "Mengetahui apa yang akan terjadi padamu, Aku telah memintamu untuk tidak pergi ke tempat itu." (Ini adalah peristiwa lain yang melatarbelakangi penunjukan pelayan pribadi tetap.)

Karena peristiwa-peristiwa itu, Buddha, pada kesempatan lain, saat duduk dalam aula pertemuan di Vihàra Jetavana, Beliau berkata kepada para bhikkhu:
"Para bhikkhu, Aku telah tua (Beliau telah berumur lebih dari lima puluh lima tahun). Beberapa bhikkhu yang melayani-Ku mengambil jalan yang lain dari yang Kupilih (merujuk pada Yang Mulia Meghiya); beberapa bhikkhu bahkan meletakkan mangkuk dan jubah-Ku di atas tanah (merujuk pada Yang Mulia Nàgasamàla). Sekarang tentukanlah seorang bhikkhu yang akan melayani-Ku secara tetap."

Mendengar kata-kata itu, emosi para bhikkhu tersentuh.

Kemudian Yang Mulia Sàriputta bangkit dari duduknya, bersujud kepada Bdudha dan berkata, "Yang Mulia, selama satu asaïkhyeyya dan seratus ribu kappa, aku telah memenuhi Kesempurnaan hanya untuk siswa Bhagavà. Seorang yang berpengetahuan luas sepertiku harus dipertimbangkan untuk menjadi pelayan pribadi Bhagavà. Mohon aku diperbolehkan untuk melayani Bhagavà." Bhagavà berkata, "Tidak begitu, Sàriputta, ke mana pun engkau pergi, di sanalah Dhamma. Karena engkau membabarkan Dhamma sama seperti yang dilakukan oleh Tathàgata. Karena itu engkau tidak dapat melayani Tathàgata." Setelah Buddha memuji kemuliaan Yang Mulia Sàriputta, dan mengulangi tawaran untuk melayani Beliau, Yang Mulia Moggallàna menawarkan dirinya untuk posisi tersebut tetapi ditolak dengan cara yang sama. Kemudian delapan puluh Siswa Besar menawarkan diri mereka, semuanya ditolak.

Delapan Anugerah untuk ânanda
Yang Mulia ânanda tetap diam dan tidak menawarkan dirinya untuk posisi itu. Para bhikkhu mendesaknya, "Teman ânanda, semua anggota Saÿgha menawarkan dirinya untuk melayani Bhagavà. Engkau harus menawarkan dirimu." Yang Mulia ânanda berkata kepada mereka, "Teman-teman, posisi (yang berhubungan dengan Bhagavà) bukanlah suatu hal yang dapat diminta. Apakah Bhagavà tidak melihatku? Jika Bhagavà menginginkan aku, Beliau akan berkata, "ânanda, jadilah pelayan pribadi-Ku."

Kemudian Buddha berkata kepada para bhikkhu, "Para bhikkhu, ânanda tidak memerlukan nasihat untuk melayani Tathàgata. Ia akan melakukannya atas keinginannya sendiri." Selanjutnya para bhikkhu memohon kepada Yang Mulia ânanda dengan berkata, "Teman ânanda, sekarang berdirilah, dan tawarkan dirimu untuk menjadi pelayan pribadi." Kemudian Yang Mulia ânanda berdiri dari duduknya dan memohon agar Buddha memberikan delapan anugerah kepadanya, "Yang Mulia, jika Bhagavà menyetujui empat 'tidak' berikut, aku akan menjadi pelayan pribadi Bhagavà:
1. Bahwa Bhagavà tidak memberikan kepadaku jubah baik yang Beliau terima.
2. Bahwa Bhagavà tidak memberikan makanan yang baik kepadaku.
3. Bahwa Bhagavà tidak mengizinkan aku menetap di tempat yang sama dengan Beliau.
4. Bahwa Bhagavà tidak mengajakku ke rumah umat awam yang mengundang Beliau."

Buddha berkata kepada Yang Mulia ânanda, "ânanda, apa kerugian yang engkau lihat dari empat hal itu?" dan Yang Mulia ânanda menjelaskan sebagai berikut, "Yang Mulia, jika aku diberikan empat kebutuhan yang seharusnya digunakan oleh Buddha, hal itu akan menimbulkan kritik bahwa ânanda berhak
(1) menerima jubah baik yang diterima oleh Bhagavà,
(2) menerima makanan baik yang diterima oleh Bhagavà,
(3) berdiam bersama Buddha di Kuñã Harum, dan
(4) berhak menyertai Buddha mengunjungi rumah umat awam.
Aku melihat kritik itu sebagai kerugian."

Lebih jauh lagi, Yang Mulia ânanda memohon empat hak berikut kepada Buddha:
"Yang Mulia, jika Bhagavà sudi memberikan empat hak istimewa berikut kepadaku, aku akan menjadi pelayan pribadi Bhagavà,
(1) Bahwa Bhagavà sudi pergi ke tempat aku diundang;
(2) Bahwa Bhagavà sudi memberikan audisi kepada pengunjung asing segera setelah mereka tiba;
(3) Bahwa Bhagavà sudi menjelaskan segala hal yang berhubungan dengan Dhamma kepadaku saat aku memerlukan penjelasan;
(4) Bahwa Bhagavà sudi mengulangi semua khotbah yang telah dibabarkan tanpa kehadiranku."

Buddha berkata kepada Yang Mulia ânanda, "ânanda, manfaat apakah yang engkau lihat dari empat hak itu?" Yang Mulia ânanda menjelaskan sebagai berikut, "Yang Mulia, dalam Dhamma ini yang memiliki delapan kualitas,
(1) umat penyokong tertentu yang berkeyakinan terhadap Buddha tidak memiliki hak untuk secara langsung mengundang Buddha ke rumah mereka. Mereka akan memohon kepadaku sebagai pelayan pribadi Buddha untuk mewakili mereka mengundang Buddha dan jika Engkau menerima undangan mereka;
(2) para umat yang datang dari jauh untuk memberi hormat kepada Bhagavà harus diperbolehkan untuk bertemu dengan Bhagavà tanpa harus menunggu lama;
(3) jika aku tidak puas dengan kata-kata Bhagavà, aku sebagai pelayan pribadi harus diperbolehkan untuk memohon Bhagavà agar menjelaskan hal yang berhubungan dengan Dhamma.

Yang Mulia, jika Bhagavà
(1) tidak menyanggupi permohonanku untuk menerima undangan yang disampaikan oleh para umat awam melalui aku; atau
(2) tidak menyanggupi permohonanku atas nama pengembara asing untuk memberikan audisi lebih dulu;
(3) tidak menyanggupi permohonanku untuk mendapatkan hak meminta penjelasan sehubungan dengan Dhamma, maka orang-orang akan berkata,
'Apa gunanya ânanda menjadi perlayan pribadi Bhagavà jika ia tidak memperoleh hak-hak ini?' Itulah alasan aku memohon tiga anugerah pertama.
(4) sehubungan dengan yang keempat: Jika para bhikkhu lain bertanya kepadaku,
'Teman ânanda, di manakah syair ini, atau khotbah atau kisah kelahiran yang disampaikan oleh Bhagavà?'
Dan jika aku tidak mampu menjawab pertanyaan mereka, mereka akan berkata,
'Teman, engkau begitu akrab dengan Bhagavà bagaikan bayanganNya, tetapi engkau tidak mengetahui apa-apa.'
Yang Mulia, untuk menghindari kritik demikian, aku memohon kepada Bhagavà untuk memberikan anugerah keempat ini, yaitu, mengulangi kepadaku khotbah-khotbah yang dibabarkan oleh Bhagavà tanpa kehadiranku."

"Yang Mulia, demikianlah manfaat yang kulihat dari empat anugerah yang kumohon tersebut." Buddha menyetujui seluruh delapan hal itu, empat tidak dan empat hak.


komentar kami:
warna merah & birulah alasan mengapa "Demikianlah yang telah kudengar ..." muncul sampai saat ini.
perlu diketahui sebelum Ven. Ananda muncul sebagai pembantu utama Sang Buddha ada beberapa pembantu yang lain dan pada masa itulah permintaan Ven. Ananda meminta Sang Buddha untuk mengulangi kothbah yang belum pernah didengar oleh Ven. Ananda kembali. Demikian lah yang telah kami baca ...



QuoteKedua, kata " sang jalan" hanya menunjukan sebuah kabar dalam kisah itu bahwa sang Buddha memiliki kriteria seperti itu. Jadi masih sekedar "kabarnya" Dalam semua sutta sejauh yg saya tahu, Buddha tidak pernha dengan tegas menyatakan, "Akulah jalan"

Jika ada, mas boleh memberikan referensinya.

tentang sang jalan juga telah dijelaskan oleh 650 dan acuan uraian kami terdahulu, 626, masih tetap sama.


Sāmaññaphala Sutta (Buah Kehidupan Tanpa Rumah)


Ambaṭṭha Sutta (Tentang Ambaṭṭha):

komentar kami:
Argumen Anda benar Sang Buddha tidak pernah mengatakan secara langsung dengan tegas "akulah jalan"
tetapi Sang Jalan disini diartikan bahwa Sang Buddha telah menempuh, melaluinya, melewatinya seperti ditunjukkan tanda panah diatas kemudian menunjukan lagi kepada para murid2nya (bhikkhu/ni ataupun umat awam) dan bukan sekedar pemberian ataupun anugerah dari faktor kekuatan surgawi.

Dan yang pasti bukan dari sekedar "Kabarnya" karena Sang buddha telah mengatakan sendiri secara langsung berdasarkan Sang Jalan yang telah dilalui-nya:
... Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna, memiliki kebijaksanaan dan perilaku yang sempurna, telah menempuh Sang Jalan dengan sempurna ...
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

seniya

Quote from: DeNova on 20 May 2012, 05:58:32 PM
debat tidak diperlukan, asalkan bisa menghargai keberadaan ajaran masing2. namun debat akan diperlukan ketika suatu agama mengkalim ajaran nya benar dengan cara menjelek2an/menjatuhkan ajaran agama lain

Setuju bro, ini adalah opini yang paling hebat, sebenarnya debat itu buang2 energi, toh setiap org kan punya keyakinan sendiri2, alangkah baiknya jika kita saling menghormati, jika kita jadi umat beragama punya moral yang bagus otomatis org lain yang melihat akan tertarik juga belajar agama kita dan buka tidak mungkin memeluk agama yang sama dengan kita, tak usah dibuat perdebatan, menantang2 umat pihak lain karena ini justru akan memperlihatkan betapa buruknya ajaran agama kita di hadapan org lain... Macam iklan obat kulit aja... Haduh... Malu2in...

Memang ada yang suka berdebat tentang agama untuk menunjukkan keunggulan agamanya sendiri. Namun saya pribadi ikut terlibat dlm diskusi yg demikian lebih untuk menunjukkan apa yang salah sebagai salah dan apa yang benar sebagai benar spt kata2 Sang Buddha dlm Brahmajala Sutta berikut ini:

Quote
1.5. 'Para bhikkhu, jika seseorang menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, [3] kalian tidak boleh marah, tersinggung, atau terganggu akan hal itu. Jika kalian marah atau tidak senang akan penghinaan itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Karena jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, dan kalian marah atau tidak senang, dapatkah kalian mengetahui apakah yang mereka katakan itu benar atau salah?'
'Tidak, Bhagavā.'
'Jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, maka kalian harus menjelaskan apa yang tidak benar sebagai tidak benar, dengan mengatakan: "Itu tidak benar, itu salah, itu bukan jalan kami,[4] itu tidak ada pada kami."'

1.6. Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian tidak boleh gembira, bahagia, atau senang akan hal itu. Jika kalian gembira, bahagia, atau senang akan pujian itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian harus mengakui kebenaran sebagai kebenaran, dengan mengatakan: "Itu benar, itu tepat sekali, itu adalah jalan kami, itu ada pada kami."'
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

abud

Quote from: Kainyn_Kutho on 18 May 2012, 08:52:33 AM
Nah, ini baru bikin senyum. ;D "Tidak ada pengalaman langsung", jadi hari gini masih ada orang yang pikir Injil itu ditulis langsung oleh Yesus, atau setidaknya jaman Yesus. 

Agar semyummu terbukti, silahkan buktikan jika sang penulis dan sumber saksi yg mengetahui dan mengalami pengajaran Buddha Gautama secara langsung. Coba kamu berikan kapan penulisan tipitaka dilakukan?

Quote
Saya ulangi: 
Injil Matius ditulis oleh Matius anak dari salah satu rasul, Alfeus, mantan pemungut cukai. 
Injil Markus ditulis oleh Markus yang adalah kemenakan dari Barnabas, muridnya Petrus. 
Injil Lukas ditulis oleh Lukas, seorang dokter yang dikonversi oleh Paulus.
Injil Yohanes DIDUGA ditulis oleh Yohanes, murid dari Yesus, tapi ini munculnya belakangan, sekitar tahun 90.

Saya ralat tulisan kamu agar tidak membohongi orang yg membacanya :
Injil Matius ditulis pada tahun 45-55 masehi oleh rasul Matius yg juga disebut Lewi, mantan pemungut cukai, anak dari Alfeus
Injil Markus ditulis pada tahun 50-55 masehi oleh Markus keponakan penginjil Barnabas, murid dan sekretaris pribadi rasul Petrus.
Injil Lukas ditulis pada tahun 50-60 masehi oleh tabib Lukas, murid Paulus dan pernah kerjasama dengan rasul Petrus
Injil Yohanes ditulis oleh rasul Yohanes (bukan dugaan) pada tahun 80-90 masehi.

Jadi kalo Yesus naik ke sorga tahun 33 masehi, maka tulisan injil itu begitu dekat dan banyak saksi yg mengetahui tentang kehidupan dan pelayananNya saat itu yg dapat diverifikasikan oleh banyak saksi baik kalangan sendiri( org kr****n maupun musuh tokoh agama Yahudi saat itu).$

Keempat injil ini diakui oleh Bapak gereja Papias (tahun 125 masehi) yg merupakan murid dari rasul Yohanes. Selain itu masih banyak bapak gereja yg mengetahui hal ini dan menuliskan komentarnya terhadap injil2 yg ditulis oleh pengikut Yesus :

Misalnya kesaksian St. Irenaeus (180 AD), yang menjadi murid dari St. Polycarpus, yang adalah murid Rasul Yohanes, dan murid St. Ignatius Martir yang adalah murid langsung dari Rasul Petrus dan Rasul Yohanes. Dengan demikian, kesaksian St. Irenaeus menjadi sangat penting tentang para penulis Injil. Dalam bukunya yang terkenal Against the Heresies, Buku III, bab 1,1 ia menggarisbawahi asal usul apostolik dari kitab Injil,

"Kita telah mengetahui bukan dari siapapun tentang rencana keselamatan kita kecuali dari mereka yang melaluinya Injil telah diturunkan kepada kita, yang pada suatu saat mereka ajarkan di hadapan publik, dan yang kemudian, sesuai dengan kehendak Tuhan, diturunkan kepada kita di dalam Kitab Suci, untuk menjadi dasar dan tonggak dari iman kita.... Sebab setelah Tuhan kita bangkit dari mati [para rasul] diberikan kuasa dari atas, ketika Roh Kudus turun [atas mereka] dan dipenuhi oleh semua karunia-Nya, dan mempunyai pengetahuan yang sempurna: mereka berangkat menuju ujung-ujung bumi, mengajarkan kabar gembira yang diberikan oleh Tuhan kepada kita.... Matius... menuliskan Injil untuk diterbitkan di antara orang Yahudi di dalam bahasa mereka, sementara Petrus dan Paulus berkhotbah dan mendirikan Gereja di Roma.... Markus, murid dan penerjemah Petrus, juga memmeneruskan kepada kita secara tertulis, apa yang biasanya dikhotbahkan oleh Petrus. Dan Lukas, rekan sekerja Paulus, juga menyusun Injil yang biasanya dikhotbahkan Paulus. Selanjutnya, Yohanes, murid Tuhan Yesus ....juga menyusun Injil ketika tinggal di Efesus, Asia Minor."

Hal serupa dituliskan juga oleh Origen (185-254) tentang asal usul Injil, dalam In Matthew. I apud Eusebius, His eccl 6.25.3-6.

Masa penulisan perjanjian baru diawali oleh surat Paulus kepada jemaat di Galatia yang ditulis sekitar tahun 48-49M [1] yaitu sekitar 16 tahun setelah peristiwa kebangkitan Kristus. Dalam I Korintus 15:16 kita dapat melihat bahwa terdapat lebih dari 500 orang saksi mata yang masih hidup pada saat surat tersebut dituliskan yaitu sekitar tahun 55M [2]. Selain itu kita juga dapat melihat dalam Kisah Para Rasul bahwa penyebaran Injil begitu meluas ditengah ancaman penganiayaan serta pengucilan. Bahkan masih begitu banyak orang yang percaya dan menginginkan orang lain juga percaya pada berita injil. Mereka rela mati bagi iman yang dipercayainya tersebut.

Quote
Jadi dari empat itu, sudah jelas ditulis bukan di jaman YK, apalagi oleh YK sendiri. Jadi sebetulnya sama saja semua hasil 'dengar-dengar', tapi kita bisa lihat sikap orang yang jujur dan yang tidak. Orang yang jujur mengakui bahwa itu semua hasil 'dengar-dengar' dengan mencantumkan 'evam me suttam', sedangkan yang tidak jujur... Yah, nilai sendiri deh, 'kan sudah pada dewasa.

Kelihatan disini siapa yg tidak jujur?  Apakah keempat injil hanya dengar2an? Bukankah 2 orang merupakan saksi mata( Matius dan Yohanes) dan 2 orang sisanya memiliki sumber info dari saksi mata( Yohanes dan Petrus). Bagaimana dengan tipitaka yg baru dituliskan setelah lebih 400 tahun setelah Buddha wafat dan TIDAK ADA SATU SAKSI MATA yang menuliskan dengan benar apa yg dilakukan dan diajarkan oleh Buddha. 

Bayangkan setelah beberapa tahun Yesus naik ke sorga, banyak injil palsu telah beredar saat itu yg mencatut nama2 murid Yesus, makanya para rasul dan pengikut Yesus harus menuliskan apa yg benar dan yg terjadi. Jika kita baca Lukas 1:1-4, 1 Yohanes 1:1-5, 2 Petrus 1:16-21
Apalagi lebih 400 tahun, seperti apa isi tipitaka sampai sangha harus bertemu dan membahas pengajaran Buddha? 

Quote
Saya selalu berpikir hal debat seperti ini tidak perlu terjadi, Buddhis dan Kr1sten bisa jalan masing2 dengan damai. Tapi entah kenapa selalu saja dari pihak Kr1sten, banyak -walaupun tentu saja tidak semua- yang hobby sekali mengusik kepercayaan orang lain.

Kenapa kamu tidak bertanya sebaliknya, kenapa pihak Buddhis, banyak -walaupun tentu saja tidak semua- yang hobby sekali mengusik kepercayaan orang lain?.




abud

Quote from: ariyakumara on 18 May 2012, 06:18:00 PM

Hmmm... Saya cuma mau menanggapi bagian yg ini:

Pertama, frase "Demikianlah yang kudengar" berasal dari Bhikkhu Ananda, siswa langsung Sang Buddha, yang mendengar dan melihat sendiri kejadian yang disebutkan dalam sutta tsb.

Itu tipitaka Pali, bagaimana kalo frasa Sansekerta : "Tam yatha nusuyata" (demikianlah telah diturunkan), siapakah yg mengucapkannya?

Apakah ada perbedaan antara tipitaka Pali( Hinayana) dan tipitaka sansekerta ( Mahayana)? 
Ini ada kutipan sedikit dari aliran Mahayana ::

Selama ini kita tahu bahwa YA Ananda sebagai Penjaga Dhamma adalah yang mengucapkan ulang dan merangkai Sutta Pitaka. YA Mahakassapa mengucapkan ulang Abhidhamma dan YA Upali mengucapkan ulang Vinaya. Semua di atas adalah Tipitaka Pali alias Theravada dan diucapkan pada saat Konsili Pertama.

Dalam tradisi Mahayana, Sang Buddha Sakyamuni sendirilah yang membabarkan Sutra-Sutra Mahayana. Lantas siapakah yang mengucapkan kembali dan merangkai Sutra-Sutra Mahayana?

Ketika Konsili Buddhis Pertama diadakan, para Bodhisattva pergi ke Gunung Vimalasvabhava. Di sana Bodhisattva Maitreya mengucapkan ulang dan merangkai Vinaya Mahayana, Bodhisattva Vajrapani mengucapkan ulang dan merangkai Sutra Mahayana, Bodhisattva Manjusri mengucapkan ulang dan merangkai Abhidharma Mahayana, Bodhisattva Samantabhadra sebagai pemimpin Konsili.

Menurut YA Jnanamitra, Manjusri-lah yang mendengar dan merangkai Sutra-Sutra Mahayana, bukan Vajrapani.

YA Bhavaviveka (500-578 M, pendiri Svatantrika Madhyamika) berkata dalam Tarkajvala bahwa yang merangkai dan mengucapkan ulang Sutra-Sutra Mahayana bukanlah Ananda karena pemahaman Prajnaparamita dalam Sutra Mahayana tidak dapat dipahami oleh batin Ananda yang merupakan pengikut "Hinayana".

Namun YA Haribhadra (abad 8 M, murid dari Guru Shantaraksita) mengatakan bahwa meskipun batin Ananda tidak dapat memahaminya, namun yang mengucapkan ulang dan merangkai Sutra Mahayana tetaplah Ananda. Ananda melakukannya dengan "berkah" dari Buddha.

Komentator Prasastrasena berkata bahwa mendengar seperti pada awal Sutra Mahayana "Evam me suttram" yang berarti "Demikianlah yang kudengar", tidak harus dapat dipahami. Jadi ketika YA Ananda merangkai Sutra Mahayana, Beliau memang tidak paham akan isinya, namun beliau tetap mengucapkan ulang berdasarkan atas apa yang beliau dengar dari Sang Buddha.

Kemudian Mahaprajnaparamitopadesa mencatat bahwa Maitreya dan Manjusri membawa Ananda ke Pegunungan Besi di luar Gunung Sumeru untuk merangkai Sutra-sutra Mahayana. Dan menurut bhiksu Nichiren, Manjusri dan Ananda mendengarkan dan merangkai ulang Saddharmapundarika Sutra beserta dengan 999 Arhat.

Berdasarkan catatan Tibet, dikatakan bahwa Sutra-Sutra Mahayana pada tahap awal (setelah Konsili Pertama) dilestarikan dalam tradisi oral oleh para Tripitakadhara dalam kelompok-kelompok privat yang kecil, sampai akhirnya ditulis pada Konsili Keempat. Sedangkan Sutra-Sutra Hinayana dilestarikan secara oral dalam kelompok-kelompok besar.

Mana tipitaka yg benar? Yg satu kelihatan lebih alami, yang lain kelihatan lebih hiperbola penulisannya? 

Quote
Kedua, "Sang Jalan" dlm sutta2 tidak sama arti/maknanya dengan "Sang Jalan" dlm Alkitab. "Sang Jalan" dalam Buddhis menunjuk pada Jalan Mulia Berunsur Delapan yang jika dikembangkan akan membawa pada "Buah", yaitu pencapaian tujuan akhir/pencerahan itu sendiri. Telah banyak siswa Sang Buddha baik pada masa Beliau masih hidup maupun masa sesudahnya mengembangkan "Sang Jalan" tsb dan merealisasi hasilnya.

Saya kutip terjemahan lain secara singkat Aja : Brahmana Pokkharasadi mendengar berita bahwa Samana Gotama dari suku Sakya, yang telah meninggalkan keluarga Sakya untuk menjalankan hidup pabbajja; bepergian menjelajahi negara Kosala bersama dengan lima ratus orang bhikkhu dan sekarang tiba di Icchanankala dan berdiam di Hutan Icchanankala. Demikianlah kabar baik mengenai Sang Gotama, Sang Bhagava yang telah tersebar luas: "Sang Bhagava, yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, sempurna pengetahuan serta tindak-tanduk-Nya, sempurna dalam menempuh Jalan, Pengenal segenap alam, Pembimbing yang tiada tara bagi mereka yang bersedia untuk dibimbing, Guru para dewa dan manusia, Yang Sadar, Yang Patut Dimuliakan. Beliau mengajarkan Pengetahuan yang telah diperoleh melalui usaha-Nya sendiri kepada orang orang lain dalam dunia ini yang terdiri dari para dewa, mara dan Brahma; para petapa, brahmana, raja beserta rakyatnya. Beliau mengajarkan Dhamma (Kebenaran) yang indah pada permulaan, indah pada pertengahan dan indah pada akhirnya, baik dalam isi maupun bahasanya. Beliau mengajarkan cara hidup pertapa (brahmacariya) yang sempurna dan suci".'Sungguh baik sekali untuk pergi mengunjungi Arahat seperti itu'.

Dalam pengertian disini " sang jalan" kurang tepat, artinya Buddha "hanya menjalani " kebenaran dharma, bukan pemilik jalan( sang jalan) itu sendiri. Yesus mengakui diriNya " sang jalan". Sang jalan tidak perlu menjalani jalan kebenaran itu, sebab Dia adalah kebenaran itu sendiri.

Kelihatan disini, pemahaman saudara terlalu dipaksakan untuk menyatakan bahwa Buddha seperti Yesus, sang jalan itu. Kenyataan Buddha hanya merealisasikan kebenaran dharma saja( bukan sang jalan).

Quote
Sang Buddha memang tidak pernah mengatakan "Akulah Sang Jalan", tetapi Beliau mengatakan: "Siapa yang melihat Kebenaran (Dhamma) melihat Aku, siapa yang melihat-Ku melihat Kebenaran." (Vakkali Sutta, Samyutta Nikaya 22.87)

Namun lagi2 "Kebenaran" di sini tidak sama dengan pengertian "Kebenaran" seperti dalam Kekr****nan. Ini adalah kebenaran tentang dukkha, sebab dukkha, lenyapnya dukkha dan jalan menuju lenyapnya dukkha. Tentu saja kebenaran ini juga mencakup kebenaran moral dan budi, bahkan melampaui hal ini karena "'Ini, para bhikkhu, adalah hal-hal mendasar, persoalan kecil dari praktik moral bagi orang-orang biasa untuk memuji Sang Tathāgata.

[Tetapi] ada lagi, para bhikkhu, hal-hal lain, yang mendalam, sulit dilihat, sulit dipahami, damai, luhur, melampaui sekadar pikiran, halus, yang harus dialami oleh para bijaksana, yang Sang Tathāgata, setelah mencapainya dengan pengetahuan-agung-Nya sendiri, menyatakan, dan tentang hal-hal yang diucapkan dengan benar oleh ia yang sungguh-sungguh memuji Sang Tathāgata. (Brahmajala Sutta, Digha Nikaya 1)

Dalam hal ini saya sepaham sejauh menurut pemahaman Buddhisme.

QuoteIntinya, masing2 ajaran memiliki definisi dan kriteria sendiri-sendiri tentang jalan dan kebenaran, namun bagaimana mungkin keduanya disamakan/dibandingkan seperti membandingkan keunggulan minyak dan air? Rasanya sia2 saja toh?

Sejauh yg kutahu, kebenaran hanya satu, jika ada dua kebenaran, artinya yg satu asli, yg satu palsu atau kedua2nya adalah palsu. Tidak mungkin kedua2nya adalah benar. Jadi analogi air dan minyak kurang pas disini. 


Note : penulis sutta pitaka mencatut nama Ananda, apakah hal ini mendukung bahwa benar itu bersumber dari saksi mata, sedangkan tahun penulisan tipitaka sekitar paling awal 100 sebelum masehi?

abud

Quote from: adi lim on 19 May 2012, 08:46:53 AM
kemampuan anda hanya begini  :))


Komentarmu kog cuma gitu aja?  ;D :P :o

abud

Quote from: sl99 on 19 May 2012, 09:43:36 PM
yohanes
10:11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;
10:12 sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.

Saya: Hanya gembala yang bodoh yang memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.

maaf oot :)

Ya gembala yang pintar cuma seorang upahan yang meminta dengan mangkok dan menyuruh kambingnya jalan sendiri, kalo salah jalan dibiarin, dirampok dan dilukai oleh pencuri. Kasihan dech gembala yg kayak begini masih diikuti oleh kambing-kambing yang merasa aman.....ckckckckck  ^:)^ :)) :))

abud

 
Quote from: dato' tono on 20 May 2012, 03:33:31 PM
jika tulisan saya dan tulisan dari rekan tetangga salah, mohon di sanggah, bkn cm bs ngolok/mengaburkan permasalahan/ngomel2 kayak banci.. hihihi...

malah dato' sungguh2 berharap, si abud adalah si josaphat, walau berkali2 ia berkelit dan menyangkal nya.

mungkin kalimat ini bs dijadikan perbandingan, berikut adalah tulisan si josaphat.

"Beda dengan Injil yang masa penulisannya bisa diverifikasikan oleh murid-murid Yesus yang masih hidup saat itu...."

mirip dgn tulisan si abud. jika memang dewasa, sanggah lah tulisan itu... krn dato' masih byk materi yg bs dibahas disini... ;D




tulisan si josaphat yg selalu membahas ambapali/kehidupan buddhist di thailand dan negara lain/membahas tentang standar kamma dan tipitaka memiliki kemiripan dengan si mas bro a-su (sugianto budiman)

jd kesimpulan tetap abud = josaphat = mas bro a-su (sugianto budiman) walau penyangkalan tetap dilakukan, tidak akan merubah kenyataan dan hanya menjadikan diri nya seorang pendusta yg mengagungkan brewok...

Nabi aa(asli asbun), kalo banci tetap banci, apa kamu nggak malu cuma bisa comot dan copy paste ilmu alkitabiah muslimer? Itu udah tahun berapa kamu masih pakai ilmu alkitabiah itu?  :)) :))

Ampun dech gaya begini masih bisa jualan kesana kemari?  :'( :'( :o

Dimana ilmumu sendiri, kalo copy paste saya juga banyak Dato....

Cilaka benar nabi yg satu ini masih menganggap dirinya pendekar alkitabiah gaya tinju muslimer.  ^:)^ ^:)^ =P~

abud

Quote from: ariyakumara on 21 May 2012, 07:35:19 PM
Memang ada yang suka berdebat tentang agama untuk menunjukkan keunggulan agamanya sendiri. Namun saya pribadi ikut terlibat dlm diskusi yg demikian lebih untuk menunjukkan apa yang salah sebagai salah dan apa yang benar sebagai benar spt kata2 Sang Buddha dlm Brahmajala Sutta berikut ini:

1.5. 'Para bhikkhu, jika seseorang menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, [3] kalian tidak boleh marah, tersinggung, atau terganggu akan hal itu. Jika kalian marah atau tidak senang akan penghinaan itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Karena jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, dan kalian marah atau tidak senang, dapatkah kalian mengetahui apakah yang mereka katakan itu benar atau salah?'
'Tidak, Bhagavā.'
'Jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, maka kalian harus menjelaskan apa yang tidak benar sebagai tidak benar, dengan mengatakan: "Itu tidak benar, itu salah, itu bukan jalan kami,[4] itu tidak ada pada kami."'

1.6. Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian tidak boleh gembira, bahagia, atau senang akan hal itu. Jika kalian gembira, bahagia, atau senang akan pujian itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian harus mengakui kebenaran sebagai kebenaran, dengan mengatakan: "Itu benar, itu tepat sekali, itu adalah jalan kami, itu ada pada kami."'

Kutipan ini bagus, seharusnya beginilah teladan Buddha yg mesti dikuti oleh yang mengaku muridnya, kalo benar bilang benar, jangan diplintirin. Kalo salah harus sabarlah menjelaskannya, bukan menjadi marah2 dan mulai menghina. Jadi orang yang mau belajar sendiri di DC ini menjadi apatis, minder, dan menjauhi akhirnya. Katanya dharma itu cahaya terang yg menuntun umat manusia ke nibbana? Bagaimana bisa terealisasi kehendak guru agungmu, kalo sikap tak bersahabat seperti ini ditonjolkan dalam forum ini? coba belajar web buddhis lainnya, koq nggak seperti yg disini? Itu bedanya dimana, alirannya yg beda? Sini lebih banyak pake otak, sana lebih banyak pake hati atau apa?

Makanya saya bilang ehipassiko itu cuma sekedar teori dan lips service saja. NATO( No Action Talk Only) aja. Nggak ada buktinya koq.



Mas Tidar

#673
reply no:669  :outoftopic:

Pembahasan-nya mulai melebar, menyamarkan, tidak fokus  dan mulai mencampur aduk dengan mahayana padahal Anda sndiri yang memulai meragukan ttg "Demikianlah yang telah saya dengar .." setelah kami memberikan runtutan historis dan alasannya.

QuoteKalimat "Evam me sutam"( Demikianlah yang kudengar) atau ada yg  menerjemahkan Evam me sutam ekam samayam (Demikianlah yg kudengar saat itu) memberikan kita beberapa petunjuk :

Pertama,  sang penulis dan org yg menjadi sumber info dalam kisah ini TIDAK MEMILIKI pengalaman atau mengalami sendiri kisah yg diceritakan tsb. Dengan demikian ada keraguan, apakah cerita itu memang terjadi demikian atau telah ditambah2 bumbu2 agar kelihatan sangat dramatis? Tak ada yg tahu.




jika ingin mengkritisi dari sisi mahayana, silakan buka topik baru di board mahayana

QuoteItu tipitaka Pali, bagaimana kalo frasa Sansekerta : "Tam yatha nusuyata" (demikianlah telah diturunkan), siapakah yg mengucapkannya?

Apakah ada perbedaan antara tipitaka Pali( Hinayana) dan tipitaka sansekerta ( Mahayana)?
Ini ada kutipan sedikit dari aliran Mahayana ::

Selama ini kita tahu bahwa YA Ananda sebagai Penjaga Dhamma adalah yang mengucapkan ulang dan merangkai Sutta Pitaka. YA Mahakassapa mengucapkan ulang Abhidhamma dan YA Upali mengucapkan ulang Vinaya. Semua di atas adalah Tipitaka Pali alias Theravada dan diucapkan pada saat Konsili Pertama.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Mas Tidar

#674
trit inipun dibuka untuk meluruskan isi dari buku "Dari BUDHA Hingga YESUS" yang telah dipelintirkan oleh oknum bernama steve Cioccolanti menggunakan ajaran Kr, ajaran yang Anda juga gunakan untuk berargumentasi dengan kami disini.

jadi yang diplintirin pada buku "Dari Budha hingga yesus", menurut Anda ajaran sang buddha atau kr ?
kalau buku itu tidak pernah dibuat, topik ini juga ndak pernah ada sepanjang masa. Anda & kami pun ndak perlu membahasnya berkepanjangan.


Quote from: abud on 22 May 2012, 12:51:59 AM

Kutipan ini bagus, seharusnya beginilah teladan Buddha yg mesti dikuti oleh yang mengaku muridnya, kalo benar bilang benar, jangan diplintirin. Kalo salah harus sabarlah menjelaskannya, bukan menjadi marah2 dan mulai menghina. Jadi orang yang mau belajar sendiri di DC ini menjadi apatis, minder, dan menjauhi akhirnya. Katanya dharma itu cahaya terang yg menuntun umat manusia ke nibbana? Bagaimana bisa terealisasi kehendak guru agungmu, kalo sikap tak bersahabat seperti ini ditonjolkan dalam forum ini? coba belajar web buddhis lainnya, koq nggak seperti yg disini? Itu bedanya dimana, alirannya yg beda? Sini lebih banyak pake otak, sana lebih banyak pake hati atau apa?

Makanya saya bilang ehipassiko itu cuma sekedar teori dan lips service saja. NATO( No Action Talk Only) aja. Nggak ada buktinya koq.

Bagi Anda "ehipassiko itu cuma sekedar teori dan lips service saja" tapi ternyata di reply2 sebelumnya juga mempelajari, menguraikan, membahas dan mengkomentari ajaran sang buddha.
Paling tidak Anda telah datang kemari dan melihat, mempelajari referensi sutta/sutra, walaupun pembuktian-nya menurut Anda berbeda.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha