Lu Sheng Yen dan Buddhism

Started by indra_ihong, 27 February 2010, 10:52:29 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sukma Kemenyan

#210
ihong:
Thats it ?
itu jawaban anda ?

Lima pertanyaan yang anda jawab dengan copas artikel panjang ?

kalo anda lupa apa pertanyaan saya:
QuoteApa yang membuat anda yakin akan apa yang diajarkan lsy ?
Apa yang membuat anda yakin kalau lsy merupakan orang suci ?
Apakah menurut lsy "pencerahan" adalah "terlahir di alam sukhavati" ?
Apa yang menjadi golden-goal (tujuan akhir) murid-murid lsy?
Apa kitab pedoman aliran yang dikembangkan oleh lsy?

Ingat logh... saya bertanya kepada anda,
bukan kepada mahaguru anda/guru anda, namun kepada anda...

yang tentunya jawaban yang saya harapkan adalah jawaban anda

indra_ihong

Khusus [ Johan3000 ]

Maaf, saya tidak berminat menjawab.

Memposting, foto mahaguru kemudian menuduh memperagakan gerakan tangan yang jorok ? Etiskah postingan anda ?

Posting seperti ini, tidak sesuai tulisan kattavathu Sutta. Bagaimana pendapat Audience ? Cocok-kah berdiskusi

Paragraf Ke-5 Katavatthu Sutta
Tetapi jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, tidak merendahkan [si penanya], tidak mempermalukannya, tidak mengoloknya, tidak mengambil kesempatan dari kesalahan-kesalahan kecilnya, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang cocok untuk berdiskusi

Cocok-kah berdiskusi dengan [ johan 3000 ]  ????????????

Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.

dhammadinna

at: indra_ihong, kalau misalnya anda belum bisa menjawab, bilang saja. Kalau saya pribadi memang lebih condong ke Theravada tapi banyak juga pertanyaan yang belum bisa saya jawab tentang Theravada. Wajar aja kok. Dengan begitu diskusi ini bisa dihentikan sementara, mungkin nanti ada member DC lain yang bisa menjawabnya. Atau mungkin anda sendiri bisa menjawabnya, di lain kesempatan..

Nevada

Quote from: indra_ihong on 03 March 2010, 12:16:18 PM
Khusus [ Johan3000 ]

Maaf, saya tidak berminat menjawab.

Memposting, foto mahaguru kemudian menuduh memperagakan gerakan tangan yang jorok ? Etiskah postingan anda ?

Posting seperti ini, tidak sesuai tulisan kattavathu Sutta. Bagaimana pendapat Audience ? Cocok-kah berdiskusi

Paragraf Ke-5 Katavatthu Sutta
Tetapi jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, tidak merendahkan [si penanya], tidak mempermalukannya, tidak mengoloknya, tidak mengambil kesempatan dari kesalahan-kesalahan kecilnya, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang cocok untuk berdiskusi

Cocok-kah berdiskusi dengan [ johan 3000 ]  ????????????

Anda sudah bercermin belum? :)

indra_ihong

Pertanyaan dan tulisan [ Johan3000 ] sangat tidak etis ? Sesuai-kah tulisan Katthavatthu Sutta ??????????????????????
Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.

Tekkss Katsuo

Bro Indra Ihong, seperti yang dikatakan Mayvise, jika kita tdk bisa jawab karena tdk mengetahui, blg aja kita tdk tahu, kagak apa apa kok, dr pada pertanyaannya menggantung terus.. tp jika bisa jawab ya dijawab gt, jgn pake rahasia,,  ;D . jawab aja apa yg anda ketahui,,,  :))

truth lover

#216
Quote from: indra_ihong on 03 March 2010, 12:16:18 PM
Khusus [ Johan3000 ]

Maaf, saya tidak berminat menjawab.

Memposting, foto mahaguru kemudian menuduh memperagakan gerakan tangan yang jorok ? Etiskah postingan anda ?

Posting seperti ini, tidak sesuai tulisan kattavathu Sutta. Bagaimana pendapat Audience ? Cocok-kah berdiskusi

Paragraf Ke-5 Katavatthu Sutta
Tetapi jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, tidak merendahkan [si penanya], tidak mempermalukannya, tidak mengoloknya, tidak mengambil kesempatan dari kesalahan-kesalahan kecilnya, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang cocok untuk berdiskusi

Cocok-kah berdiskusi dengan [ johan 3000 ]  ????????????



Mas ihong, siapa sih yang direndahkan? anda atau guru anda?
siapakah yang dipermalukan? anda atau guru anda?
siapakah yang diolok-olok? anda atau guru anda?
siapakah yang diambil kesalahan-kesalahan kecilnya? anda atau guru anda?
Siapakah yang seharusnya kesal, anda atau guru anda?
Dimanakah kesalahan mas Johan yang tak sesuai dengan kathavatu?

Dia tidak merendahkan anda
dia tidak mempermalukan anda
dia tidak mengambil kesalahan-kesalahan kecil anda
Yang dia rendahkan adalah guru anda, bukan anda
yang dia permalukan adalah guru anda, bukan anda
Yang dia ambil kesalahan-kesalahan kecilnya adalah guru anda, bukan anda.
Jadi yang harus kesal pada mas Johan adalah guru anda. Bukan anda!!
The truth, and nothing but the truth...

indra_ihong

Bila jawaban saya tidak memuaskan, tentunya tidak boleh menulis dan memberi pertanyaan seperti johan [3000] ?

Tulisan dan paparan dalam forum diskusi harus konsisten, tentunya seorang moderator sebagai penengah tentu tau tiap tulisan [ johan 3000 ].

Maaf. Saya tidak berminat menulis dan posting di forum diskusi ini.
Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.

dhammadinna

#218
^ ^ ^ dari tadi saya cari-cari pernyataan bro Johan kok gak ketemu ya? emang gak ada ato uda diedit? tapi kalo memang bro johan mengatakan kata-kata seperti itu, saya juga kurang setuju.

Bro indra_ihong, kalo kurang cocok sama pernyataan bro Johan dan gak mau diskusi dengannya, ya diabaikan, kan masih banyak rekan DC yang lain yang ingin berdiskusi tentang LSY. Sebetulnya kita semua ini penasaran aja tentang LSY. Kalo memang anda bisa jawab, ya terima kasih. Kalo gak bisa, ya uda.

johan3000

Quote from: indra_ihong on 03 March 2010, 12:16:18 PM
Khusus [ Johan3000 ]

Maaf, saya tidak berminat menjawab.

Memposting, foto mahaguru kemudian menuduh memperagakan gerakan tangan yang jorok ? Etiskah postingan anda ?

teringat apa yg dikatakann senior PM Singapore... dulu sewaktu dijajah orang Jepang, cara dia memberi salam pada orang Jepang dgn membungkuk.... nah bungkuknya harus pelan dan agak kebawah (sekitar arah jam 4)..... bila itu tidak dilakukan dgn benar.... bisa2 yg memberi salam langsung digeret kemobil dan dihukum MATI............

Lee Kwan Yew bersyukur, walaupun cara memberi salamnya kurang sempurna ternyata dia tidak ikut digeret masuk truk utk dibantai. Tapi banyak yg KARNA TIDAK MENGENAL ETIKA bangsa lain bisa menjadi malapetaka (MATI).

Jadi selain pengetahuan scientific, agama, mathematika, pengetahuan ETIKA pun sangat penting. Salah2 malah bisa MATI dikeroyok orang!  ;D ;D ;D

Utk membuktikan gerakan tsb tangan jorok atau tidak mudah aja....
bro indra_ihong  setiba di airport Honolulu, Los Angles atau Washington...
langsung aja samperin cewek2 disana sambil menunjukkan GERAKAN TANGAN TERSEBUT...
gw pingin tau hasilnya gimana.  :)) :)) :)) :)) (bukti lebih kuat dari kata2)


Posting seperti ini, tidak sesuai tulisan kattavathu Sutta. Bagaimana pendapat Audience ? Cocok-kah berdiskusi

Paragraf Ke-5 Katavatthu Sutta
Tetapi jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, tidak merendahkan [si penanya], tidak mempermalukannya, tidak mengoloknya, tidak mengambil kesempatan dari kesalahan-kesalahan kecilnya, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang cocok untuk berdiskusi

Cocok-kah berdiskusi dengan [ johan 3000 ]  ????????????


Paragraf ke 88 - Johan3000 Sutta:
Orang yg cocok diajak berdiskusi adalah bila ditanya, dapat menjawab dgn apa adanya...
kalau dia tak tau bilang aja tak tau, dan tidak serta merta membawa nama besar family, sekolah, maupun gurunya (karena kita tidak sedang berdiskusi dgn gurunya). Dan Orang tsb tidak mudah tersinggung dgn hal-hal kecil sehingga mengambil kesempatan utk tidak melanjutkan berdiskusi maupun menjawab. - Orang begitu memang BELUM memiliki kemampuan untuk berdiskusi.  :o

Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Nevada

Quote from: indra_ihong on 03 March 2010, 12:48:32 PM
Bila jawaban saya tidak memuaskan, tentunya tidak boleh menulis dan memberi pertanyaan seperti johan [3000] ?

Tulisan dan paparan dalam forum diskusi harus konsisten, tentunya seorang moderator sebagai penengah tentu tau tiap tulisan [ johan 3000 ].

Maaf. Saya tidak berminat menulis dan posting di forum diskusi ini.

Jawaban dan tanggapan Anda pada saya dan teman-teman yang lain sampai saat ini tidak pernah memuaskan. Anda terlihat seperti orang yang bersikap resisten sejak awal. Anda tampak sebagai orang yang angkuh dan menganggap orang lain tidak cukup kredibel untuk Anda ladeni, dan selalu mementahkan semua ajakan diskusi dengan cara tidak etis.

Anda hanya menjawab "silakan tanya ke mahaguru", "baca semua Sutta dan Sutra", "baca halaman-halaman sebelumnya"... Postingan kreatif Anda yang lain hanya menampilkan gambar-gambar seputar TSBN dan artikel TSBN, yang sudah tentu dengan motivasi untuk memberi stigma kepada semua orang yang membacanya.

Anda memang tidak berminat menulis dan posting di forum diskusi ini. Ini sudah terlihat sejak awal. Anda bergabung di sini hanya ingin mengharumkan nama TBSN. :)

wen78

#221
Quote from: indra_ihong on 03 March 2010, 11:21:49 AM[spoiler]

Ada sebuah kalimat dari aliran Zen :

"Penjelasan ajaran melalui teks belaka berarti memusuhi Buddha Tiga Masa ; Namun bila tidak sesuai dengan kitab suci walau satu kata saja, bagaikan ucapan mara."

Kaalimat ini menjelaskan jika hanya memahami teks belaka,kemudian menjelaskan mengenai sutra, asalkan orang itu memiliki kemampuan tekstual,  maka sudah bisa menjelaskan sutra dengan tekstual. Namun tidak benar bila hanya dengan pemahaman teori seperti ini mengatakan bahwa diri sendiri sudah tercerahkan. Apa yang dibicarakannya juga bukan Dharma yang sejati. Karena tidak benar-benar memahami kitab ajaran, tidak benar-benar menyadari Buddhatta.

Maka di jaman dulu banyak sekali Guru Leluhur yang melarang siswa yang belum tercerahkan untuk melihat kitab ajaran, karena kuatir mereka terjerumus dalam pemahaman sebatas teori belaka, yang menyebabkan tidak memperoleh pencerahan yang sejati, bahkan tidak bisa lebih maju lagi untuk sepenuh hati melakukan bhavana.

Jadi, bagaimana Guru leluhur Zen mengajar siswanya ?

Guru Leluhur Zen ingin para siswa nya tercerahkan, dari kegigihannya dalam perenungan memperoleh realisasi, dengan demikian barulah sesuai dengan Dharma. Sadhaka Zen yang sejati sebenarnya tidak butuh terlalu banyak pengetahuan akan teori, asalkan cukup saja sudah boleh.
Yang diperlukan dalam pencapaian Kebuddhaan adalah mengenali jati diri. Bila tidak mengenal Sifat Buddha, sebab - akibat maupun Dharma lainnya, semua merupakan adharma (diluar yang sejati), disegala waktu dan tempat , semua tidak memahami batin mula.

Apakah dengan demikian kita tidak perlu berdana dan melakukan kebajikan ? Tentu saja bukan demikian !

Hanya saja selain kita menjalankan Sad Paramita, kita juga harus memperhatikan pembinaan batin.

Dalam Yogagurubhumisastra , Maitreya Bodhisattva mengatakan :

"Seorang siswa Buddha ada 5 bhumi untuk mencapai Kebuddhaan :

1. Bhumi bekal
2. Bhumi Prayoga
3. Bhumi Pencerahan
4. Bhumi bhavana
5. Bhumi Kesunyataan

Bhumi Pencerahan adalah menunjuk pada pencapaian pencerahan relialisasi jati diri, sedangkan Pencerahan berasal dari bhumi bekal dan bhumi prayoga.

Oleh karena itulah sadhaka seharusnya sering melaksanakan sad paramita, saat bekal berkah tercukupi, kemudian bhumi prayoga tersempurnakan, maka pencerahan sudah tidak jauh lagi.

Setelah pencerahan adalah jalan bhavana, dengan kata lain merupakan awal permulaan dari bhavana. Seperti apa yang Mahaguru katakan :

"Setelah pencerahan tentu saja harus meneruskan sadhana. Setelah mencapai pencerahan , mengenyahkan segala ikatan, barulah sempurna."

Yang dimaksud sebagai ikatan adalah avidya dalam  pikiran dan avidya sejak masa yang tak terhingga.

Yang belum mencapai pencerahan, segala pembinaan diri yang dilakukan adalah prayoga dan pengumpulan bekal.

Pencerahan adalah merealisasikan secara langsung Kesunyataan Buddhatta, kemudian menggunakan prajna dari pencerahan, mengubah avidya dalam pikiran dan avidya sejak masa lampau tak terhingga. Ini merupakan bhavana untuk mengubah kesadaran menjadi prajna.

Bodhisattva yang mampu merubah kesadaran menjadi Prajna mampu sekehendak hati tanpa melanggar sila, karena Bodhisattva yang telah merealisasikan anutpattikaksanti paham bagaimana mengubah ke dalam batinnya, mampu mengontrol dalam batin diri sendiri dan menyucikannya. Maka saat memperoleh pembebasan dari batin dan rupa, batin dan rupa tiada noda. Inilah sila batin, inilah seorang pengamal sila sejati.

Sesungguhnya banyak sadhaka memahami mengenai sunya, namun pemahamannya hanya sebatas teori tekstual belaka, tidak memahaminya dengan nyata.

Sering mendengar sadhaka mengatakan :

"Saya telah mencapai pencerahan dalam teorinya, sekarang tinggal sepenuh hati melakukan bhavana dan merealisasikannya."


Dalam Buddha Dharma ada pencerahan akan ajaran dan realisasi. Sedangkan yang disebut dengan pencerahan akan ajaran bukanlah semata pencerahan akan teori tekstual belaka. Pengertian akan toeori tekstual Buddha Dharma dan Sunyata sebenarnya bukanlah Pencerahan akan ajaran. Meskipun apa yang dibicarakan sangat mirip dengan seseorang yang telah tercerahkan, namun itu hanya sebatas pemahaman tekstual belaka.

Ada sebuah kalimat dari aliran Zen :

"Penjelasan ajaran melalui teks belaka berarti memusuhi Buddha Tiga Masa ; Namun bila tidak sesuai dengan kitab suci walau satu kata saja, bagaikan ucapan mara."

Kaalimat ini menjelaskan jika hanya memahami teks belaka,kemudian menjelaskan mengenai sutra, asalkan orang itu memiliki kemampuan tekstual,  maka sudah bisa menjelaskan sutra dengan tekstual. Namun tidak benar bila hanya dengan pemahaman teori seperti ini mengatakan bahwa diri sendiri sudah tercerahkan. Apa yang dibicarakannya juga bukan Dharma yang sejati. Karena tidak benar-benar memahami kitab ajaran, tidak benar-benar menyadari Buddhatta.

Maka di jaman dulu banyak sekali Guru Leluhur yang melarang siswa yang belum tercerahkan untuk melihat kitab ajaran, karena kuatir mereka terjerumus dalam pemahaman sebatas teori belaka, yang menyebabkan tidak memperoleh pencerahan yang sejati, bahkan tidak bisa lebih maju lagi untuk sepenuh hati melakukan bhavana.

Jadi, bagaimana Guru leluhur Zen mengajar siswanya ?

Guru Leluhur Zen ingin para siswa nya tercerahkan, dari kegigihannya dalam perenungan memperoleh realisasi, dengan demikian barulah sesuai dengan Dharma. Sadhaka Zen yang sejati sebenarnya tidak butuh terlalu banyak pengetahuan akan teori, asalkan cukup saja sudah boleh.

[/spoiler]

yeah.. Zen is the Best  :jempol:

harusnya post di thread Zen buat nambah2 bacaan  ;D

back to topic  ;D
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Suparman

Quote from: upasaka on 03 March 2010, 01:03:57 PM

Jawaban dan tanggapan Anda pada saya dan teman-teman yang lain sampai saat ini tidak pernah memuaskan. Anda terlihat seperti orang yang bersikap resisten sejak awal. Anda tampak sebagai orang yang angkuh dan menganggap orang lain tidak cukup kredibel untuk Anda ladeni, dan selalu mementahkan semua ajakan diskusi dengan cara tidak etis.

Anda hanya menjawab "silakan tanya ke mahaguru", "baca semua Sutta dan Sutra", "baca halaman-halaman sebelumnya"... Postingan kreatif Anda yang lain hanya menampilkan gambar-gambar seputar TSBN dan artikel TSBN, yang sudah tentu dengan motivasi untuk memberi stigma kepada semua orang yang membacanya.

Anda memang tidak berminat menulis dan posting di forum diskusi ini. Ini sudah terlihat sejak awal. Anda bergabung di sini hanya ingin mengharumkan nama TBSN. :)

sesuatu yang harum tidak perlu diharumkan lagi akan tetap dikagumi oleh orang yang menciumnya, seseuatu yang bau, biar diumpetin pake kardus sejibun tetap saja tercium baunya.

;)

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

indra_ihong

Mengaku Ajaran Sang Buddha bukan berarti hanya membaca sutta-sutta Theravada.

Sutta-sutta lain seperti : Sutta Bhaisajyaguru Buddha, Vimalakirti nirdesa Sutta, Sutta Mahavairocana, Sutta Vajra Usnisa merupakan Sutta wejangan Sakyamuni Buddha.

Masih banyak lagi berbagai macam sutta prajna, yang saya yakin anda pasti belum membacanya.

Mencari guru saya, bukan perbandingan yang netral ?
Mencari murid-muridnya yang telah mencapai pencerahan, bukan perbandingan yang netral ?

Bila anda tidak membacanya, titik terang mana yang mesti diambil sebagai acuan ?

Belum lagi anda membaca biografi Padmasambhava edisi bahasa indonesia. Pada halaman awalnya, tertulis bagaimana Yang Ariya Mahakasyapa melakukan kesalahan karena menuduh. Namun Sakyamuni Buddha membuka tabir rahasia pencapaian orang tersebut.

Upasaka Vimalakirti ( statusnya hanya upasaka ) namun pengetahuan dharma melebihi 16 murid utama Sakyamuni Buddha. Pencapaian-nya Anuttara Samyaksamboddhi.

Apakah ini masih kurang jelas ???????????
Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.