Lu Sheng Yen dan Buddhism

Started by indra_ihong, 27 February 2010, 10:52:29 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

J.W

Quote from: indra_ihong on 02 March 2010, 09:46:18 AM
Yang anda tuliskan hanya mengenai kesaktian, dan hal-hal aneh. Sebagai murid Sang Buddha apakah anda di perkenankan menulis seperti ini ?
Kesaktian ? Justru sy menilainya ssorg yg parnod..

Emangnya murid sang buddha tidak diperkenankan mempertanyaan hal ini yah ?

ryu

intinya, sudah berpuluh2 halaman murid LSY tidak bisa memberikan pencerahan pada member sini, dengan bahasa yang berbelit2 sudah jelas pengetahuannya tentang TBSN sangat minim. menghabiskan waktu saja nih.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Nevada

Quote from: indra_ihong on 02 March 2010, 09:58:07 AM
Sepertinya pikiran anda bekerja, namun mata anda tidak teliti apa yang pernah tulis di halaman sebelumnya.

Sepertinya pikiran Anda tidak bekerja, namun mata Anda sangat teliti dengan apa yang saya tulis selama ini...

Saya ulangi sekali lagi...
Saya kurang paham dengan penjelasan Anda di halaman-halaman sebelumnya. Saya minta penjelasan lebih lanjut dari Anda: "apakah definisi jelas dari pencerahan di TBSN?"

Kenapa Anda selalu menggunakan sudut pandang Anda sendiri? Bahkan makna kalimat pertanyaan sederhana dari saya saja tidak bisa Anda tangkap sampai detik ini...

Sukma Kemenyan

#183
indra_ihong:
gw ada sedikit pertanyaan buat elo,
Apa yang membuat anda yakin akan apa yang diajarkan lsy ?
Apa yang membuat anda yakin kalau lsy merupakan orang suci ?
Apakah menurut lsy "pencerahan" adalah "terlahir di alam sukhavati" ?
Apa yang menjadi golden-goal (tujuan akhir) murid-murid lsy?
Apa kitab pedoman aliran yang dikembangkan oleh lsy?

indra_ihong

Mengaku dari Ajaran SAng Buddha, harus membaca semua isi Sutta-sutta dari wejangan Sakyamuni Buddha ?

Saya mempertanyakan kredibilitas anda dalam membaca Sutta ?

Mau diskusi, harus mempunyai wawasan yang luas ?
Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.

johan3000

Quote from: indra_ihong on 02 March 2010, 10:16:33 AM
Mengaku dari Ajaran SAng Buddha, harus membaca semua isi Sutta-sutta dari wejangan Sakyamuni Buddha ?
Berapa jumlah buku/kitab Tripitaka? Berapakah jumalah halaman/kata2 keseluruhannya ? Siapakah yg udah membaca semua buku2 tsb? Adakah Buddha Gautama bilang kalau mengaku ajarannya HARUS membaca semua buku2 Tripitaka ?.........................

hayo bro... jangan tambah lama tambah melencenggg :)) :)) :))



Saya mempertanyakan kredibilitas anda dalam membaca Sutta ?

Mau diskusi, harus mempunyai wawasan yang luas ?
Itu aja............ 8) 8)
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Nevada

Quote from: indra_ihong on 02 March 2010, 10:16:33 AM
Mengaku dari Ajaran SAng Buddha, harus membaca semua isi Sutta-sutta dari wejangan Sakyamuni Buddha ?

Saya mempertanyakan kredibilitas anda dalam membaca Sutta ?

Mau diskusi, harus mempunyai wawasan yang luas ?

Entah ada masalah apa di pikiran indra_ihong yang satu ini...

Saya orang yang tidak tahu dan ingin bertanya mengenai makna "pencerahan". Ternyata Anda malah tampaknya kesal dengan saya. Lucu sekali.

Kalau Anda tidak bisa diajak berdiskusi, jangan menjustifikasi orang lain sebagai tidak kredibel dalam berdiskusi dengan Anda.

Sunce™

btw, indra_ihong ini umurnya berapa yach? :)

truth lover

Ditanya mangga jawabnya jeruk, atau jawabannya berkeliling dunia. Simpati mendalam saya untuk para member yang bertanya, kasihan sekali deh kalian, jangan penasaran ya?  :))
The truth, and nothing but the truth...

The Ronald

yah masih untung  di jawab  jeruk atau pun yg lain..
dari pada di suruh coba dulu :P
...

HokBen

halo bro indra_ihong...
aktif di TBSN ? wihara mana? Vajra Bumi Nusantara Karawaci kah?

ikutan nanya sedikit, bro indra_ihong ada bilang kalo Guru bro, yg bro sebut Master Lu, adalah praktisi Tantra Buddhism bukan?

1. Sikap bro indra_ihong yang sangat mengagumi Guru bro memang umum terjadi pada murid2 praktisi Tantra yang sudah mengikat hubungan Guru-murid. Tapi apakah bro indra_ihong sudah "menguji" Guru bro sebelum bro mengikat hubungan Guru-murid tersebut? Boleh baca kisah-kisah praktisi Tantra terdahulu (cari sendiri di Google) dimana Beliau2 terkadang menguji seseorang sebelum diangkat menjadi Guru.

2. Tiap praktisi Tantra tentu mengenal istilah silsilah. Boleh dishare disini silsilah Tantra dari Guru bro indra_ihong ?

3. Boleh sedikit dishare bagaimana konsep "Berlindung pada Triratna" dalam tradisi Tantra ala TBSN ?

Tiga itu aja dulu bro indra_ihong :D

btw, bro dari ZFZ kasogatan ato Madatantri?

dhammadinna

#191
Saya tidak tau banyak tentang LSY, tapi ada beberapa famili saya yang memang berguru pada beliau. Ada beberapa upacara yang memang sulit saya mengerti, seperti penyeberangan roh dengan kertas berbentuk teratai, yang dibakar, lalu diiringi doa, dsb. Katanya sih sejenis perahu untuk menyeberang ke alam yang lebih baik. Mungkin ini seperti pelimpahan jasa juga gitu?

Saya juga gak ngerti mandarin, jadi gak ngerti ceramah beliau. Bro indra_ihong, kalau gak salah katanya LSY dulunya adalah Sariputta, apakah benar? Btw, kalo dalam diskusi ini, ada pertanyaan yang anda kurang paham, bisa nanti aja jawabnya. Kalau gak bisa jawab, juga gak apa (tidak perlu dipaksakan, nanti bingung sendiri  ;D )

johan3000

Halloween Party : LSY dgn Murid-murid TSB.
boleh tau LSY pakai outfit apa ya ? selain FUN,
apa gunanya LSY mengikutin Halloween tsb?

Kalau ice skating, mountain climbing, arum jeram gimana ya?
apakah pernah dilakukan ?  :)) :)) :))

Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Nevada

Sedikit referensi agar teman-teman bisa tahu seperti apakah orang yang bisa diajak berdiskusi atau orang yang tidak bisa diajak berdiskusi...

---------------------------

AN 3.67 - Kathavatthu Sutta (Topik-topik untuk Diskusi)


"Para bhikkhu, ada 3 topik berikut untuk berdiskusi. Apakah tiga itu?

"Seseorang bisa berkata tentang masa lampau, dengan berkata, 'Demikianlah pada masa lampau.' Seseorang bisa berkata tentang masa depan. dengan berkata, 'Demikianlah yang akan terjadi dimasa depan.' Atau seseorang bisa berkata tentang masa kini, dengan berkata, 'Demikianlah masa kini.'

"Para bhikkhu, melalui caranya berpartisipasi dalam sebuah diskusi seseorang dapat diketahui cocok atau tidak cocok untuk berdiskusi. Jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, tidak memberikan sebuah jawaban langsung untuk sebuah pertanyaan yang membutuhkan sebuah jawaban langsung, tidak memberikan sebuah jawaban analitis (yang layak) untuk sebuah pertanyaan yang membutuhkan sebuah jawaban analitis, tidak memberikan sebuah pertanyaan balasan untuk sebuah pertanyaan yang membutuhkan sebuah pertanyaan balasan, tidak mengesampingkan pertanyaan yang perlu dikesampingkan, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang tidak cocok untuk berdiskusi. Tetapi jika dia, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, memberikan sebuah jawaban langsung untuk sebuah pertanyaan yang membutuhkan sebuah jawaban langsung, memberikan sebuah jawaban analitis untuk sebuah pertanyaan yang membuthkan sebuah jawaban analitis, memberikan sebuah pertanyaan balasan untuk pertanyaan yang membutuhkan sebuah pertanyaan balasan, dan mengesampingkan sebuah pertanyaan yang perlu dikesampingkan, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang cocok untuk berdiskusi.

"Para bhikkhu, melalui caranya berpartisipasi dalam sebuah diskusi seseorang dapat diketahui cocok atau tidak cocok untuk berdiskusi. Jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, tidak memperhatikan apa yang mungkin dan tidak mungkin, tidak sesuai dengan asumsi-asumsi yang disepakati, tidak sesuai dengan ajaran-ajaran yang diketahui kebenarannya,[ 1* ] tidak sesuai dengan prosedur standar, kemudian dengan demikian — dia adalah orang yang tidak cocok untuk berdiskusi. Tetapi jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, memperhatikan apa yang mungkin dan tidak mungkin, sesuai dengan asumsi-asumsi yang disepakati, sesuai dengan ajaran-ajaran yang diketahui kebenarannya, sesuai dengan prosedur standar, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang cocok untuk berdiskusi.

"Para bhikkhu, melalui caranya berpartisipasi dalam sebuah diskusi seseorang dapat diketahui cocok atau tidak cocok untuk berdiskusi. Jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, merendahkan [si penanya], mempermalukannya, mengoloknya, mengambil kesempatan dari kesalahan-kesalahan kecilnya, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang tidak cocok untuk berdiskusi. Tetapi jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, tidak merendahkan [si penanya], tidak mempermalukannya, tidak mengoloknya, tidak mengambil kesempatan dari kesalahan-kesalahan kecilnya, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang cocok untuk berdiskusi.

"Para bhikkhu, melalui caranya berpartisipasi dalam sebuah diskusi seseorang dapat diketahui mendekati atau tidak mendekati. Seseorang yang mendengarkan mendekati; seseorang yang tidak mendengarkan tidak mendekati. Dengan mendekati, dia mengetahui dengan jelas kualitasnya, memahami kualitasnya, meninggalkan kualitasnya, dan menyadari kualitasnya.[ 2* ] Dengan jelas mengetahui kualitasnya, memahami kualitasnya, meninggalkan kualitasnya, dan menyadari kualitasnya, dia menyentuh pelepasan benar. Untuk itulah guna dari diskusi, itulah guna dari mendengarkan nasehat, itulah guna dari mendekat, itulah guna dari mendengarkan: yaitu, pembebasan batin melalui tanpa kemelekatan.

Mereka yang berdiskusi
ketika kemarahan, dogma, kesombongan,
mengikuti apa yang bukan jalan mulia,
saling mencari-cari kesalahan,
bersenang dalam kata-kata yang salah diucapkan,
tergelincir, terjatuh, terkalahkan.

Para mulia tidak berkata dengan cara demikian.
Jika orang bijaksana, mengetahui waktu yang tepat, ingin berbicara,
kemudian, kata-katanya baik dan masuk akal,
mengikuti cara para bijaksana:

Itulah apa yang dikatakan oleh mereka yang sudah tercerahkan,
tanpa kemarahan atau kesombongan,
dengan batin yang tidak lepas kendali,
tanpa nada keras, tanpa dengki.
Tanpa iri, mereka berkata berdasarkan pengetahuan benar.
Mereka akan bersenang dalam kata-kata yang diucapkan dengan baik.
dan tidak mengecilkan apa yang tidak.

Mereka tidak mempelajari untuk mencari kesalahan,
tidak mencari kesalahan-kesalahan kecil.
tidak merendahkan, tidak mempermalukan,
tidak berkata sembarangan.
      
Demi pengetahuan,
demi [menginspirasi] keyakinan jernih,
menasihati apa yang benar:
Demikianlah para bijaksana memberikan nasihat,
Demikianlah para bijaksana mendengarkan nasihat.
Mengetahui ini, orang bijaksana
seharusnya memberikan nasihat tanpa kesombongan."

---------------------------

Catatan kaki:

[1*] Bacaan aññaatavaada dengan edisi Burma. Terjemahan alternatifnya adalah, "ajaran-ajaran mereka yang mengetahui."
[2*] Sesuai dengan kitab Komentar, kualitas-kualitas ini adalah, masing-masing, kebenaran mulia tentang sang jalan, kebenaran mulia tentang ketidakpuasan, kebenaran mulai tentang sumber dari ketidakpuasan, dan kebenaran mulian tentang berhentinya ketidakpuasan.





*Courtesy: Portal Tipitaka - Sumber Access to Insight, Hak Cipta © 2005-2009 Bhikkhu Thanissaro Edisi DhammaCitta © 2009

indra_ihong

3. Boleh sedikit dishare bagaimana konsep "Berlindung pada Triratna" dalam tradisi Tantra ala TBSN ?

Keliatan cacat dalam penulisan : " Berlindung pada Triratna ".

Tidak mengerti prosedur tantra, berani-berani-nya anda memberi pertanyaan ?
Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.