TINDAKAN SEKSUAL YANG TIDAK PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS

Started by Sumedho, 02 December 2007, 09:04:29 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

M14ka

Yg ditulis ko adhit gimana, kayanya masuk akal tuh:
Hal-hal lain yang dikategorikan pelanggaran sila ketiga yang harus juga kita hindari :
1. Berzinah (melakukan hubungan kelamin bukan dengan suami/istrinya)
2. Berciuman dengan lain jenis kelamin yang disertai nafsu birahi
3. Menyenggol, mencolek & sejenisnya yang disertai nafsu birahi

Catatan :
Tujuan sila ketiga ini adalah untuk mencegah perceraian, dan membina keharmonisan serta kepercayaan timbale balik antara suami istri

Atas dasar apa psk ga melanggar ketentuan diatas ya?

Indra

Quote from: M14ka on 16 April 2011, 08:01:55 AM
Yg ditulis ko adhit gimana, kayanya masuk akal tuh:
Hal-hal lain yang dikategorikan pelanggaran sila ketiga yang harus juga kita hindari :
1. Berzinah (melakukan hubungan kelamin bukan dengan suami/istrinya)
2. Berciuman dengan lain jenis kelamin yang disertai nafsu birahi
3. Menyenggol, mencolek & sejenisnya yang disertai nafsu birahi

Catatan :
Tujuan sila ketiga ini adalah untuk mencegah perceraian, dan membina keharmonisan serta kepercayaan timbale balik antara suami istri

Atas dasar apa psk ga melanggar ketentuan diatas ya?

wah jadi kalo berciuman dengan istri/suami orang lain tanpa napsu birahi, boleh ya? mencolek istri orang lain tanpa napsu birai juga boleh.

IMO sila bertujuan untuk pengendalian diri, bukan untuk mencegah perceraian juga bukan untuk membina kerukunan

Indra

saya kok lebih tertarik membahas "TINDAKAN SEKSUAL YANG PANTAS DALAM PANDANGAN BUDDHIS", seperti apa ya?

M14ka

1. Profesi PSK = dimata Buddhisme sama saja dengan profesi lainnya, tidak lebih tinggi dan tidak lebih rendah
>> Gmn dengan tukang jagal, penjual narkoba, dll? Apakah sama? Kalo sama berarti nomor 1 ga usa dibahas lg ◦°◦нeнeнeнe◦°◦

2. Profesi PSK = tidak disarankan dalam Buddhisme
>> Nah maksud saya ini dari pertama, tapi pada cenderung menekankan profesi ini netral, ga salah, kalo terpaksa maklum dll ◦°◦нeнeнeнe◦°◦

M14ka

 [at]  kk indra, itu ada sambungannya di awal, baca post kk adhit deh, objek yg melanggar dan tidak melanggar..

Skrg kita sedang membahas tentang bagaimana sebaiknya kita memandang profesi psk atau apakah bagaimanakah profesi psk dimata Buddhisme sih?

Indra

Quote from: M14ka on 16 April 2011, 08:40:20 AM
[at]  kk indra, itu ada sambungannya di awal, baca post kk adhit deh, objek yg melanggar dan tidak melanggar..

Skrg kita sedang membahas tentang bagaimana sebaiknya kita memandang profesi psk atau apakah bagaimanakah profesi psk dimata Buddhisme sih?

ya benar, saya hanya mengambil quote secara cepat saja, saya memang sudah mau menanyakan postingan dari Bro Adhit sejak tadi malam, tapi waktu tidak memungkinkan

Indra

Quote from: Landy Chua on 16 April 2011, 12:36:01 AM
terkadang kita para makhluk super *wanita* , ada situasi tertentu membuat kita "mentoleransi" suami melakukan transaksi dengan PSK .. malah itu menjadi "tidak terlalu buruk"  diantara pilihan "buruk"

misalnya aja : suami yg bekerja di luar negri , 5 atau 10 tahun terikat kontrak kerja , puasa selama 10 tahun ?  :)) katakanlah dia memang niatnya puasa / pemuasan sendiri selama 10 tahun .. tapi bagaimana bila lingkungan nya mendukung utk bertransaksi .. godaan duniawi bukannya susah di elakkan ? bahkan zaman skrg byk eksekutif muda  menjamu patner kerja di pub . diskotek and blabla..

selain itu lebih gampang berurusan dengan PSK ( kasih DUIT = SELESAI ) daripada suami kecantol wanita baik2 yg tidak di tidurinya tapi "dicintainya"  :))




bahagianya suami sis Landy, seandainya istri2 berpandangan spt ini

williamhalim

Quote from: rooney on 15 April 2011, 10:53:58 PM
Berhubung yg cr kpuasan adalah pelanggan, sdh tentu si pelacur hny pelampiasan. Tidak ada kewajiban saling memuaskan spt layaknya suami istri.

Kalau dilihat dari sisi ini,
sebagian besar istri juga jadi pelampiasan. Bisa di cek sendiri hasil survey, berapa persen istri yg mendapatkan kepuasan dalam hub. seksual rumah tangganya.

Juga, bisa di cek/googling hasil survey berapa persen suami-istri yg 'saling memuaskan' setiap kali berhubungan suami isteri.

Persentase nya sangat kecil....

Sebagian besar cerita seks rumah tangga adalah: istri sedang tidak mood berhubungan, tapi terpaksa melayani krn kewajiban terhadap suami. Tidak terjadi 'saling memuaskan' disini.

Pelacur juga melayani karena kewajiban (atas deal perjanjian jual-beli)

Cerita indah seks perkawinan hanya saat tahun2 awal perkawinan, di-saat hormon kedua belah pihak masih menggebu2. Si barat semakin membumbui dgn label 'making love' yg berarti perwujudan terdalam cintakasih, yg berarti aktivitas seksual sebagai sesuatu yg suci dan indah. Sebaliknya buddisme melihat aktivitas yg katanya 'suci dan indah' ini tidak lebih dari 'kelakuan hewan', berikut penjelasannya:

Buddhisme melihat  aktivitas seksual ini lebih jernih: 'saling memproduksi tanha'. Buddhisme tidak melihat suami melakukan dengan istri, atau sesama pacar, atau dengan pasangan bayaran, ataupun memuaskan diri sendiri alias masturbasi, Buddhisme sangat netral dalam memandang aktivitas ini sebagai: Suatu kegiatan untuk menyenangkan panca-indera. Dan apapun kegiatan yg ditujukan untuk menyenangkan indera, bagi Buddhisme adalah kegiatan yg tidak ada manfaatnya bagi kemajuan batin.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

M14ka


williamhalim

Quote from: Indra on 16 April 2011, 08:46:59 AM
bahagianya suami sis Landy, seandainya istri2 berpandangan spt ini

koq sama ya pendapat kita? ha3...

----

BTW, ini seriusnya....

Kenyataanya, banyak istri yg menderita karena berpikiran bahwa suami harus setia 100%.
Ketakutan akan 'milikku yg menyeleweng' telah menimbulkan siksaan batin (akusala citta) berupa kegelisahan, was-was, kecurigaan, hingga depresi berkepanjangan. Citta-ja rupa, pikiran mempengaruhi fisik... akhirnya pikiran ini berimbas ke penyakit fisik: kanker, tekanan darah tinggi, pusing2, jantung, dsbnya. Si istri sudah menerima vipaka langsung atas akusala-citta nya, padahal si suami sendiri belum tentu ada menyeleweng.

Dengan landasan pikiran seperti yg diambil Sis Landy, bersikap tenang, tidak terlalu pusing, tidak terlalu menggenggam 'suami ini milikku', alhasil Sis Landy tidak tersiksa batin dan fisik oleh pikirannya sendiri. Jikalaupun suaminya ternyata menyeleweng, ia bisa saja meminta putus hubungan.

Jadi, imo, beginilah seharusnya praktik Buddhisme itu sendiri: Janganlah kita tersiksa oleh pikiran sendiri, jikalaupun terjadi hal2 yg tidak kita setujui, ambil tindakan: ceraikan saja, nasehati, atau tindakan2 lain dengan kepala dingin.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

hendrako

Quote from: Landy Chua on 16 April 2011, 12:36:01 AM
terkadang kita para makhluk super *wanita* , ada situasi tertentu membuat kita "mentoleransi" suami melakukan transaksi dengan PSK .. malah itu menjadi "tidak terlalu buruk"  diantara pilihan "buruk"

misalnya aja : suami yg bekerja di luar negri , 5 atau 10 tahun terikat kontrak kerja , puasa selama 10 tahun ?  :)) katakanlah dia memang niatnya puasa / pemuasan sendiri selama 10 tahun .. tapi bagaimana bila lingkungan nya mendukung utk bertransaksi .. godaan duniawi bukannya susah di elakkan ? bahkan zaman skrg byk eksekutif muda  menjamu patner kerja di pub . diskotek and blabla..

selain itu lebih gampang berurusan dengan PSK ( kasih DUIT = SELESAI ) daripada suami kecantol wanita baik2 yg tidak di tidurinya tapi "dicintainya"  :))




Dalam kasus di atas, yang puasa 5-10 taon ndak cuman sang suami, istrinya ndiri gimana nih?  :-?
yaa... gitu deh

K.K.

#521
Quote from: M14ka on 15 April 2011, 09:41:39 PM
Kayanya banyak yg lebih sependapat tidak melanggar sila meskipun sudah punya pasangan, tidak terpaksa ato dipaksa ya udah saya terima aja deh... ◦°◦нeнeнeнe◦°◦ kalo gitu kampanye no free sex ganti aja dengan legalkan prostitusi aja...jd org harus konsisten lo hehehe... (No offense ya soalnya saya sepakat psk uda dianggap netral ◦°◦нeнeнeнe◦°◦ )
Sis M14ka, kalau orang berpasangan mencari PSK, maka pelanggaran sila ada pada si orang berpasangannya, BUKAN di PSK-nya. Sama juga seperti (lagi-lagi) tukang babi panggang tidak melanggar sila kalau menjual daging itu di atas pukul 12 siang ke orang yang sedang melakukan atthasila. Yang atthasila melanggar, tapi si tukang babi panggang jelas tidak ada urusan.



Quote from: M14ka on 15 April 2011, 11:54:58 PM
Oh ya ad yg bs jelasin gak, saya ms bingung di pos pertama ternyata ad kriteria sila 3:
Ada beberapa kategori. Misalnya: tidaklah tepat untuk berhubungan sex dengan orang yang masih mempunyai hubungan dengan anda,yang masih ada pertalian darah dengan diri anda. Secara ketat, dalam pandangan Buddhisme, jika dalam 7 generasi kebelakang anda masih mempunyai hubungan darah dengan seseorang, maka orang tersebut dipandang tidak pantas untuk menjadi pasangan seksual bagi kita.
Kita tidak pantas berhubungan dengan suami atau istri orang. Jika anda menikah, tidak pantas untuk berhubungan selain dengan istri atau suami anda.
Juga tidak pantas berhubungan seksual dengan anak dibawah umur, anak yang masih berada dalam perlindungan orang tuanya.

Sedangkan psk yg profesional kan katanya ga pilih2 konsumen, so kalo bkn psk melanggar sila kalo berhub dgn psgan org tapi kalo psk ga melanggar sila, gitu kah?
Setahu saya sila ke 3 dilanggar jika objeknya adalah ibu/saudara kandung, anak di bawah umur/di bawah perwalian, orang yang menikah/bertunangan, dan wanita petapa. Kalau sepupu tidak termasuk.


Indra

Quote from: Kainyn_Kutho on 16 April 2011, 09:03:25 AM
Sis M14ka, kalau orang berpasangan mencari PSK, maka pelanggaran sila ada pada si orang berpasangannya, BUKAN di PSK-nya. Sama juga seperti (lagi-lagi) tukang babi panggang tidak melanggar sila kalau menjual daging itu di atas pukul 12 siang ke orang yang sedang melakukan atthasila. Yang atthasila melanggar, tapi si tukang babi panggang jelas tidak ada urusan.

protes... menyebutkan babi panggang dengan tidak hormat. padahal bisa saja pake contoh lain, misalnya tukang lontong atau ketoprak

williamhalim

Quote from: M14ka on 16 April 2011, 08:29:05 AM
1. Profesi PSK = dimata Buddhisme sama saja dengan profesi lainnya, tidak lebih tinggi dan tidak lebih rendah
>> Gmn dengan tukang jagal, penjual narkoba, dll? Apakah sama? Kalo sama berarti nomor 1 ga usa dibahas lg ◦°◦нeнeнeнe◦°◦

Dari sisi Sila:
Tukang jagal membunuh makhluk hidup.
Penjual narkoba memperdagangkan barang yg melanggar sila ke 5 (melemahkan kesadaran) dan mengakibatkan kecanduan

Dari sisi Hukum:
Tukang jagal tidak melanggar hukum
Penjual narkoba diancam hukuman mati

Quote
2. Profesi PSK = tidak disarankan dalam Buddhisme
>> Nah maksud saya ini dari pertama, tapi pada cenderung menekankan profesi ini netral, ga salah, kalo terpaksa maklum dll ◦°◦нeнeнeнe◦°◦

NETRAL dalam artian:
Tidak melanggar sila, tidak ada pihak yg dirugikan, sama-sama mau.
Ambil contoh bintang iklan: dia juga menjual kelebihan fisiknya untuk memuaskan mata konsumen dan menerima uang untuk kegiatannya tsb.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

K.K.

Quote from: Indra on 16 April 2011, 09:08:10 AM
protes... menyebutkan babi panggang dengan tidak hormat. padahal bisa saja pake contoh lain, misalnya tukang lontong atau ketoprak
Apanya yang tidak hormat? Tidak disandingkan dengan BI kok... ;D
Kalau lontong atawa ketoprak, kesan kolestrolnya kurang kental (walaupun lontong sayur pakai santan juga).