Forum Dhammacitta

Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Topic started by: Sumedho on 12 November 2007, 03:53:10 PM

Title: Sotapanna
Post by: Sumedho on 12 November 2007, 03:53:10 PM
QuoteIn Buddhism, a sotapanna (Pali, Sanskrit: srotapanna) (or sotapatti), a stream-enterer or stream-winner, is a partially-enlightened person, who has eradicated the first three fetters of the mind, that prevent freedom. Sotapanna literally means "one who enters (āpadyate) the stream (sota)", after a simile that compares attaining enlightenment with crossing a stream and reaching the further shore. Sotapannaship is the first of the four stages of enlightenment.

Buddha said that a stream-enterer will surely attain full enlightenment (Arahantship) within no more than seven successive rebirths, possibly in this current life. The Venerable One will thus give the gift of the realisation of the end of suffering to him/herself within seven lives and is capable of giving the great gifts to many. The stream-winner can also be sure that he or she will not be reborn in any of the unhappy rebirths (that is, as an animal, as a preta, or as a being in hell (Niraya). The stream-enterer has attained an intuitive grasp of Buddhist doctrine (Skt: samyagdṛṣṭi; Pali: sammādiṭṭhi, "right view"), has complete confidence in the Three Jewels of Buddha, Dharma, and Sangha, and follows Buddhist morality (sila). The stream-enterer is said to have "opened the eye of the Dharma" (Pāli: dhammacakkhu), which means that he has seen Dhamma and, as a result of that, can see it (his eye is open now, not closed any more).

The three specific chains or fetters (Pali: saṃyojana) of which the Sotapanna is free are:

   1. Sakkāya-diṭṭhi (Pali) - Belief in self
   2. Vicikicchā (Pali) - Skeptical doubt
   3. Sīlabbata-parāmāsa (Pali) - Attachment to rites and rituals

QuoteThe student walking in the Sotapatti path must destroy three sanyojanas (fetters):

    * The animistic superstition that inside the body there is a permanent soul or a ghost, who sees, hears, smells, tastes, etc.;
    * The superstition that without austerities and bodily mortifications heaven could not be got;
    * Doubt of a future life, or a future world and of the Karma doctrine with its corollary the law of causality.

If he succeeds in the path he enjoys the fruit of Sotapatti. He has entered the threshold of Nirvana, and no more can he again enter the samsara. He is a niyato sambodhiparayano. The gates of hell are closed for him for ever. Nirvana is assured for him either in one more birth, or three or seven. The rest of the term of life he may return to the earth, or he may be born in the devalokas and pass onwards from devaloka to devaloka until he realizes Nirvana. Countless billions of years he may enjoy the celestial pleasures of the higher heavens. A Sotapatti never violates the moral law. He is incapable of destroying life, consciously, and he is incapable of dishonest gain, and can never be adulterous, nor can he tell lies, and drink intoxicants. However, a Sotapatti has not the wisdom of a Sakadagami, not to speak of the higher estates. Thousands of laymen and women in the time of the Blessed One realized the Sotapatti state. Till the end of the Buddhasasana good people who follow the path, and made the effort to destroy the three sanyojanas can reach the Sotapatti state. But they must make the effort. Those who make the effort now are born with better upanissaya karma for the realization of Nirvana in the future births. The very effort to walk in the path by observing the five silas, and the rules of brahmachariya on the sabbath days helps to create the upanissaya karma. It is necessary when creating good karma in this life the aspirant should have an aim. He should not proceed aimlessly.

Bagaimanakah kita tahu pasti kalau kita sudah mencapai sotapanna ?
Title: Re: Sotapanna
Post by: El Sol on 12 November 2007, 03:58:41 PM
saya sudah Sotapanna at least...I believe so...karena gk terlalu susah kalo liat reqnya...

tapi...kalo suatu saat gw gk memenuhi reqnya maka gw gk sotapanna lage... ;D
Title: Re: Sotapanna
Post by: morpheus on 12 November 2007, 04:07:39 PM
QuoteA Sotapatti never violates the moral law. He is incapable of destroying life
menurut penuturan salah seorang muridnya, ajahn chah, seorang guru meditasi yg dianggap sudah mencapai pencerahan oleh banyak orang, suatu ketika menerima kabar dan melihat bahwa monasterynya banyak termite (rayap?).

apa yg dilakukan ajahn chah?

ternyata dia memanggil exterminator / pembasmi hama.

katanya, biar dia terima semua karmanya, yg penting latihan dan praktek muridnya tidak boleh terganggu...

:-? :-? :-?
Title: Re: Sotapanna
Post by: El Sol on 12 November 2007, 04:14:43 PM
Quote from: morpheus on 12 November 2007, 04:07:39 PM
QuoteA Sotapatti never violates the moral law. He is incapable of destroying life
menurut penuturan salah seorang muridnya, ajahn chah, seorang guru meditasi yg dianggap sudah mencapai pencerahan oleh banyak orang, suatu ketika menerima kabar dan melihat bahwa monasterynya banyak termite (rayap?).

apa yg dilakukan ajahn chah?

ternyata dia memanggil exterminator / pembasmi hama.

katanya, biar dia terima semua karmanya, yg penting latihan dan praktek muridnya tidak boleh terganggu...

:-? :-? :-?

gk percaya ah~~ pemahaman karmanya kok gitu...seharusne dah Upekkha...lagepula ajahn Chah pernah bilank ke muridnya "anggaplah nyamuk sebagai gurumu" ke muridnya yg komplain banyak nyamuk...

dan gw yakin kalo versi rayap pasti sama juga...
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 12 November 2007, 04:16:12 PM
Quote
free from 1. Sakkāya-diṭṭhi (Pali) - Belief in self
ga ada kesombongan lagi. ga menganggap mahkluk lain itu lebih pintar-bodoh/kaya-miskin/jelek-indah/kotor-bersih/ternoda-suci/dlll

Quote
free from 2. Vicikicchā (Pali) - Skeptical doubt
memiliki pandangan yg terbuka, melihat segala sesuatu apa adanya, tanpa terpengaruh oleh pengalaman sebelumnya, pendapat luar, dll...

Quote
free from 3. Sīlabbata-parāmāsa (Pali) - Attachment to rites and rituals
tidak menggantungkan diri pada mahkluk lain untuk mengejar sesuatu...

bagi saya kira2 gitu dech tandanya...
Title: Re: Sotapanna
Post by: El Sol on 12 November 2007, 04:19:00 PM
 [at] atas gw
ngawur kamu....

1. Sakkāya-diṭṭhi (Pali)
kepercayaan adanya roh yg kekal (ini berarti menolak Anatta)

2. Vicikicchā (Pali) - Skeptical doubt
keraguan...aku masih ragu ama Tipitaka seh..tapi tidak pada Buddha

3. Sīlabbata-parāmāsa (Pali)
kemelekatan pada ritual dan upacara...(sangat bukan gw)

yay gw Sotapanna~~
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 12 November 2007, 04:21:54 PM
^yg di quote itu hambatannya
yg komen gua tuh tanda2 kalo dah lepas
Title: Re: Sotapanna
Post by: El Sol on 12 November 2007, 04:26:42 PM
^
yg loe gk quote itu...terlalu suci..itu arahat kayakne...

wong yg pertama ajah dah Upekkha banget...

inget loh...Sotapanna dll..itu cuma julukan...
Title: Re: Sotapanna
Post by: morpheus on 12 November 2007, 04:29:00 PM
Quote from: El Sol on 12 November 2007, 04:14:43 PM
gk percaya ah~~
di mana murid2nya bisa belajar kalo bangunannya jadi puing2?
di mana calon2 muridnya bisa bertemu ajahn chah kalo bangunannya gak ada?
berapa (ratus?) ribu orang yg kehilangan kesempatan bertemu dengan buddha dhamma kalo tidak ada murid2 ajahn chah yg menyebarkan ajarannya ke dunia luar?

pilih belief or fact?
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 12 November 2007, 04:29:55 PM
Quote from: El Sol on 12 November 2007, 04:26:42 PM
^
yg loe gk quote itu...terlalu suci..itu arahat kayakne...

wong yg pertama ajah dah Upekkha banget...

inget loh...Sotapanna dll..itu cuma julukan...

yg pertama seingat saya itu udah mulai dikikis pada sotapana, cuman bener2 hilang pada saat mencapai arahat.
Title: Re: Sotapanna
Post by: El Sol on 12 November 2007, 04:32:14 PM
Quote from: morpheus on 12 November 2007, 04:29:00 PM
Quote from: El Sol on 12 November 2007, 04:14:43 PM
gk percaya ah~~
di mana murid2nya bisa belajar kalo bangunannya jadi puing2?
di mana calon2 muridnya bisa bertemu ajahn chah kalo bangunannya gak ada?
berapa (ratus?) ribu orang yg kehilangan kesempatan bertemu dengan buddha dhamma kalo tidak ada murid2 ajahn chah yg menyebarkan ajarannya ke dunia luar?

pilih belief or fact?

emankne dia Boddhisatta? kasi sourcenya donk..baru gw percaya... ;D
Title: Re: Sotapanna
Post by: El Sol on 12 November 2007, 04:34:02 PM
Quote from: tesla on 12 November 2007, 04:29:55 PM
Quote from: El Sol on 12 November 2007, 04:26:42 PM
^
yg loe gk quote itu...terlalu suci..itu arahat kayakne...

wong yg pertama ajah dah Upekkha banget...

inget loh...Sotapanna dll..itu cuma julukan...

yg pertama seingat saya itu udah mulai dikikis pada sotapana, cuman bener2 hilang pada saat mencapai arahat.
dikikis....? ok deh that's explain everything...saya belum Sotapanna kalo gitu haha...karena kikisnya dikit doank... ;D :))

i'm still so proud of myself....

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 12 November 2007, 05:54:42 PM
mengakui kekurangan artinya sudah setengah jalan dalam memperbaiki  _/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: El Sol on 12 November 2007, 06:04:27 PM
Quote from: tesla on 12 November 2007, 05:54:42 PM
mengakui kekurangan artinya sudah setengah jalan dalam memperbaiki  _/\_
:P

gitu ajah keboong...:hammer:


hahahha.... ;D :))
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 12 November 2007, 06:09:09 PM
^ga ngerti

yg boong yg mana?
:hammer:

jadi loe dah sotapana ato arahat?
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 12 November 2007, 08:34:54 PM
Quote from: morpheus on 12 November 2007, 04:07:39 PM
QuoteA Sotapatti never violates the moral law. He is incapable of destroying life
menurut penuturan salah seorang muridnya, ajahn chah, seorang guru meditasi yg dianggap sudah mencapai pencerahan oleh banyak orang, suatu ketika menerima kabar dan melihat bahwa monasterynya banyak termite (rayap?).

apa yg dilakukan ajahn chah?

ternyata dia memanggil exterminator / pembasmi hama.

katanya, biar dia terima semua karmanya, yg penting latihan dan praktek muridnya tidak boleh terganggu...

:-? :-? :-?

Actually I was trying to find the statement kalau seorang sotapanna tidka akan melanggar sila in Suttas. Tapi belum dapet.

From my point of view, seorang Sotapanna masih bisa melanggar 'oh-so-called-sila'. They don't need Sila. They don't have all must according to the books. Mereka sudah memiliki arahnya sendiri. Mereka hidup 'baik & benar' dengan sendirinya.

QuoteVirtue, as practiced by the stream-winner, is also a function of a deep trust in the principle of kamma, and of a sympathy for others that arises from that trust. Although stream-winners may still break the minor rules of training, the depth of insight that informs their virtue ensures that their adherence to the basic principles of morality is unshakable.
Title: Re: Sotapanna
Post by: williamhalim on 12 November 2007, 08:38:16 PM
Sumedho:
QuoteThe three specific chains or fetters (Pali: saṃyojana) of which the Sotapanna is free are:
   1. Sakkāya-diṭṭhi (Pali) - Belief in self
   2. Vicikicchā (Pali) - Skeptical doubt
   3. Sīlabbata-parāmāsa (Pali) - Attachment to rites and rituals

Dan selanjutnya:
QuoteThe student walking in the Sotapatti path must destroy three sanyojanas (fetters):
    * The animistic superstition that inside the body there is a permanent soul or a ghost, who sees, hears, smells, tastes, etc.;
    * The superstition that without austerities and bodily mortifications heaven could not be got;
    * Doubt of a future life, or a future world and of the Karma doctrine with its corollary the law of causality.

Kalau ciri2 sotapanna adalah telah berhasil mengatasi ketiga hal diatas, yakni:
~ mengatasi keyakinan adanya diri
~ mengatasi keragu2an skeptis
~ mengatasi kepercayaan yg mengangggap ritual saja sudah cukup

Ketiga kepercayaan diatas adalah umum dalam masyarakat dunia, jika diibaratkan 'sungai', ketiga hal diatas adalah arus-nya.
Berhasil mengatasi kepercayaan umum diatas tsb, berarti sudah bisa mengatasi arus sungai (pemenang arus).

Hmmm.... jika itu barometernya, mungkin ada yah diantara kita yg sudah mengatasi ke 3 hal tsb (malah mungkin banyak ya)  >:)<
namun apakah sudah bisa dianggap sebagai seorang sotapanna? 
Sy nggak tau n belom berani menjawab-nya... :??
Kekna kata 'Sotapanna' ini kesannya tinggi n suci banget, sehingga kita menjadi agak risih.

Mungkin ada yg bisa membantu untuk menjawab?

Catatan:
Ada juga sy baca, ciri2 seorang Sotapanna adalah: berkeyakinan teguh pada Buddha, Dhamma dan Sangha dan berusaha untuk mengembangkan kebajikan yg sempurna.


::

Title: Re: Sotapanna
Post by: Predator on 13 November 2007, 10:44:33 AM
Quote from: willibordus on 12 November 2007, 08:38:16 PM
Sumedho:
QuoteThe three specific chains or fetters (Pali: saṃyojana) of which the Sotapanna is free are:
   1. Sakkāya-diṭṭhi (Pali) - Belief in self
   2. Vicikicchā (Pali) - Skeptical doubt
   3. Sīlabbata-parāmāsa (Pali) - Attachment to rites and rituals

Dan selanjutnya:
QuoteThe student walking in the Sotapatti path must destroy three sanyojanas (fetters):
    * The animistic superstition that inside the body there is a permanent soul or a ghost, who sees, hears, smells, tastes, etc.;
    * The superstition that without austerities and bodily mortifications heaven could not be got;
    * Doubt of a future life, or a future world and of the Karma doctrine with its corollary the law of causality.

Kalau ciri2 sotapanna adalah telah berhasil mengatasi ketiga hal diatas, yakni:
~ mengatasi keyakinan adanya diri
~ mengatasi keragu2an skeptis
~ mengatasi kepercayaan yg mengangggap ritual saja sudah cukup

Ketiga kepercayaan diatas adalah umum dalam masyarakat dunia, jika diibaratkan 'sungai', ketiga hal diatas adalah arus-nya.
Berhasil mengatasi kepercayaan umum diatas tsb, berarti sudah bisa mengatasi arus sungai (pemenang arus).

Hmmm.... jika itu barometernya, mungkin ada yah diantara kita yg sudah mengatasi ke 3 hal tsb (malah mungkin banyak ya)  >:)<
namun apakah sudah bisa dianggap sebagai seorang sotapanna? 
Sy nggak tau n belom berani menjawab-nya... :??
Kekna kata 'Sotapanna' ini kesannya tinggi n suci banget, sehingga kita menjadi agak risih.

Mungkin ada yg bisa membantu untuk menjawab?

Catatan:
Ada juga sy baca, ciri2 seorang Sotapanna adalah: berkeyakinan teguh pada Buddha, Dhamma dan Sangha dan berusaha untuk mengembangkan kebajikan yg sempurna.


::



Sotapana terasa tinggi dan suci mungkin karena di pikiran sudah terpatri dalam bentuk tingkatan-tingkatan (CMIIW) bagi yg sudah mengetahui dan merasakan sendiri bisa jadi dalam ungkapannya "ah biasa aja" ;D

Dikata sotapana suci banget yah baru 3 doank yg harus dipatahkan.. masih ada bebrapa lagi yg mesti dipatahkan.. salah satunya "nafsu keinginan" (tanha)
Title: Re: Sotapanna
Post by: asung on 26 February 2008, 10:15:25 AM
bagi gw melatih diri akan objek2 tidak menolak objek dan tidak melekat pada objek dl,.

mis: takut ketinggian, takut gelap, semua itu objek2 yg dijauhi bathin

dan melekat pada harta benda.

tujuan gw melatih utk tidak berpikir kedua hal2 trsb.

bagi gw ga masalah gw ini tingkat apa, yg jelas gw menjalankan aj ajaran Buddha, so hasilnya apa gw terima ja.

yg penting just do it. oke.
Title: Re: Sotapanna
Post by: Suchamda on 26 February 2008, 12:13:47 PM
Halo,
Salam buat Asung. Walau new comer tapi saya sejalan dengan pemikiran anda. Hanya saja sdr.Asung, hal seperti itu tidak bisa dilatih dengan berpikir. Hal itu merupakan hasil bukan jalan. Jalan yang terbaik menuju kesana adalah mengikuti prosedur normal yang ada. Saya tidak tahu level anda. Tapi kalau saya yg masih pemula ini, tentu masih ada benar-salah, ditolak-dimelekati, dsb, walaupun tidak merupakan kemutlakan dan tidak sesolid dulu lagi.

Just my 2 cents:

Seseorang tidak akan melanggar sila lagi bila memang sila dan bukan-sila itu sudah tidak ada.


Title: Re: Sotapanna
Post by: asung on 01 March 2008, 12:16:29 PM
yup, gw prh baca Sutta Buddha pernah d ty kok ada murid Buddha ga py tujuan dan ttp berlatih, dan ada murid yg berlatih dan memiliki tujuan.

lalu Buddha menjawab, kedua2 nya kan sampai k tujuan bukan? krn mereka menggunakan jalan yg benar, ga masalah seseorg da tujuan ato tidak....

kl ga salah...
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 19 April 2008, 02:20:58 PM
Sotapatti phala itu bisa dilihat telah menghancurkan 3 belenggu pertama dan punya 7 kekayaan: Saddha, Sila, Caga, Hiri, Ottappa, Sula, Panna. Dia sudah tidak mampu melakukan Akusala Garuka Kamma, dan sudah pasti tidak jatuh ke alam menyedihkan.
Tapi, 3 belenggu yang dihancurkan bukan berarti hanya 'tahu' atau 'percaya' saja, tapi memang memiliki pengertian benar (samma ditthi).

Menghancurkan Sakkāya-diṭṭhi adalah yang paling rumit. Jadi ga dibahas.

menghancurkan Vicikicchā adalah karena dia memang sudah membuktikan sendiri ajaran2 Buddha, sehingga mengetahui kebenarannya, bukan hanya keyakinan fanatik terhadap Buddha/Dhamma/Sangha.

Menghancurkan Sīlabbata-parāmāsa berarti dia mengetahui hal apakah yang membawa orang pada pembebasan, dan hal apakah yang tidak. Jika masih berpikir bahwa hanya 'merk' Buddha ataupun meditasi tertentu yang membawa orang pada pencapaian kesucian, itu pun sebenernya Sīlabbata-parāmāsa.

Jadi memang sebetulnya pencapaian Sotapatti tidak semudah yang dibayangkan.
Juga tidak perlu dilihat sebagai yang tidak mungkin dicapai. Yang penting terus berlatih aja.
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 19 April 2008, 09:10:13 PM
tapi tidak sesuci yg kita duga. bisa saja ada diantara kita, tetapi kita tidak menyadarinya.
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 19 April 2008, 09:29:47 PM
Quote from: Sumedho on 19 April 2008, 09:10:13 PM
tapi tidak sesuci yg kita duga. bisa saja ada diantara kita, tetapi kita tidak menyadarinya.

bisa saja ada yg menyadarinya juga ;)
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 19 April 2008, 09:32:19 PM
hayo hayo sapa tuh om tesla ?  ^-^
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 19 April 2008, 09:57:31 PM
'bisa saja' ada yg menyadarinya, tapi bukan saya suhu... ^:)^

yg jelas...

bisa ga bisa...

semua itu...

bisa aja...

=))
Title: Re: Sotapanna
Post by: Lily W on 21 April 2008, 03:09:01 PM
Quote from: willibordus on 12 November 2007, 08:38:16 PM
Sumedho:
QuoteThe three specific chains or fetters (Pali: saṃyojana) of which the Sotapanna is free are:
   1. Sakkāya-diṭṭhi (Pali) - Belief in self
   2. Vicikicchā (Pali) - Skeptical doubt
   3. Sīlabbata-parāmāsa (Pali) - Attachment to rites and rituals

Dan selanjutnya:
QuoteThe student walking in the Sotapatti path must destroy three sanyojanas (fetters):
    * The animistic superstition that inside the body there is a permanent soul or a ghost, who sees, hears, smells, tastes, etc.;
    * The superstition that without austerities and bodily mortifications heaven could not be got;
    * Doubt of a future life, or a future world and of the Karma doctrine with its corollary the law of causality.

Kalau ciri2 sotapanna adalah telah berhasil mengatasi ketiga hal diatas, yakni:
~ mengatasi keyakinan adanya diri
~ mengatasi keragu2an skeptis
~ mengatasi kepercayaan yg mengangggap ritual saja sudah cukup

Ketiga kepercayaan diatas adalah umum dalam masyarakat dunia, jika diibaratkan 'sungai', ketiga hal diatas adalah arus-nya.
Berhasil mengatasi kepercayaan umum diatas tsb, berarti sudah bisa mengatasi arus sungai (pemenang arus).

Hmmm.... jika itu barometernya, mungkin ada yah diantara kita yg sudah mengatasi ke 3 hal tsb (malah mungkin banyak ya)  >:)<
namun apakah sudah bisa dianggap sebagai seorang sotapanna? 
Sy nggak tau n belom berani menjawab-nya... :??
Kekna kata 'Sotapanna' ini kesannya tinggi n suci banget, sehingga kita menjadi agak risih.

Mungkin ada yg bisa membantu untuk menjawab?

Catatan:
Ada juga sy baca, ciri2 seorang Sotapanna adalah: berkeyakinan teguh pada Buddha, Dhamma dan Sangha dan berusaha untuk mengembangkan kebajikan yg sempurna.
::

Berdasarkan Abhidhamma....

Mari kita lihat dari Lobha-mula-citta & Moha-mula-citta... ^:)^

Lobha-mula-citta adalah Kesadaran atau pikiran yang berakar pada Lobha.

Lobha-mula¬citta terdiri atas delapan jenis, yaitu :

1. Somanassa-sahagatam, ditthigatasampayuttam, asankharikam, yang berarti Satu kesadaran, disertai perasaan senang, bersekutu dengan pandangan keliru, muncul spontan tanpa ajakan

2. Somanassa-sahagatam, ditthigatasampayuttam, sasankharikam, yang artinya Satu kesadaran, disertai perasaan senang, bersekutu dengan pandangan keliru, muncul dengan ajakan

3. Somanassa-sahagatam, ditthigatavippavuttam, asankharikam, yang artinya Satu kesadaran, disertai perasaan senang, tidak bersekutu dengan pandangan keliru, muncul spontan tanpa ajakan

4. Somanassa-sahagatam, ditthigatavippayuttam, sasankharikam, yang artinya Satu kesadaran, disertai perasaan senang, tidak bersekutu dengan pandangan keliru, muncul dengan ajakan

5. Upekkhasabagatam, ditthigatasampayuttam, asankharikam, yang artinya Satu kesadaran, disertai perasaan netral, bersekutu dengan pandangan keliru, muncul spontan tanpa ajakan

6. Upekkhasahagatam, ditthigatasampayuttam, sasahkharikam, yang artinya Satu kesadaran, disertai perasaan netral, bersekutu dengan pandangan keliru, muncul dengan ajakan

7. Upekkhasahagatam, ditthigatavippayutam, asatikharikam, yang artinya Satu kesadaran, disertai perasaan netral, tidak bersekutu dengan pandangan keliru, muncul spontan tanpa ajakan

8. Upekkhasahagatam, ditthigatavippayuttam, sasafikharikam, yang artinya Satu kesadaran, disertai perasaan netral, tidak bersekutu dengan pandangan keliru, muncul dengan ajakan


Moha-mula-citta adalah Kesadaran atau pikiran yang berakar pada moha.

Moha-mula-citta terdiri dari dua jenis, yaitu :

1. Upekkhasahagatam vicikicchasampayuttam, yang berarti Satu kesadaran disertai perasaan netral, bersekutu dengan keraguan / skeptis

2. Upekkhasahagatam uddhaccasampayuttam, yang berarti Satu kesadaran disertai perasaan netral, bersekutu dengan kegelisahan

Jadi untuk Sotapanna berarti telah membasmi LOBHA jenis pertama, kedua, kelima dan keenam, serta MOHA jenis pertama.

_/\_ :lotus:

Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 21 April 2008, 06:00:36 PM
Untuk lobha-mula-citta-nya, mungkin begitu. Tetapi untuk moha-mula-citta, sepertinya belum tentu seperti itu.
Upekkhasahagatam vicikicchasampayuttam, dalam hal ini adalah semua keraguan secara universal. Dalam hal ini cetasika Vicikiccha masih dapat muncul dalam kesadaran akusala yang manapun yang tidak terkait dengan pandangan salah.

Selain itu juga, rasanya Sotapanna sudah menyingkirkan kusala kamavacara cittani nomor 3,4, 7 dan 8, sebab mereka bukan orang yang berbuat baik dengan pandangan salah juga.

Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 21 April 2008, 07:06:25 PM
kalau seorang sotapanna rebirth, kan bisa saja melakukan akusala kamma dg citta di atas.

n mohon penjelasan, kenapa citta2 tsb tidak dapat muncul pada seorang sotapanna?
mulai dari yg pertama yah...
Quote
1. Somanassa-sahagatam, ditthigatasampayuttam, asankharikam, yang berarti Satu kesadaran, disertai perasaan senang, bersekutu dengan pandangan keliru, muncul spontan tanpa ajakan

terima kasih,
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 22 April 2008, 09:10:29 AM
Seorang Sotapanna, walaupun mengalami tumimbal lahir di tempat yang tidak mengenal Dhamma, atau tidak ada merk2 Buddhisme pun tetap tidak dapat melakukan hal-ha yang berlandaskan kesadaran tersebut, sebab ia sudah tidak memiliki pandangan salah. Kapanpun dia melakukan hal perbuatan salah (dalam hal ini berlandaskan Lobha), dia menyadari bahwa itu bukanlah hal yang benar.
Begitu pula untuk kesadaran 2, 5 & 6. Jadi walaupun kesadaran akusala itu muncul dari dalam ataupun karena faktor dari luar, apakah kemudian perasaannya senang atau netral, dia tetap menyadari itu bukanlah hal yang dibenarkan.

Pencapaian Sotapatti magga/phala ini adalah memang sangat istimewa. Maka saya katakan tidak semudah yang dipikir orang secara umum bahwa kalo sudah jadi umat Buddha, belajar tentang belenggu itu, melakukan meditasi tertentu beberapa sesi, sudah jadi Sotapanna.
Bahkan dalam Sutta dikatakan seorang Sotapanna pasti meninggal dengan pikiran baik (tidak ada akusala asanna kamma), oleh karena itu tidak akan terlahir di alam rendah.





Title: Re: Sotapanna
Post by: Lily W on 22 April 2008, 02:53:11 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 April 2008, 06:00:36 PM
Untuk lobha-mula-citta-nya, mungkin begitu. Tetapi untuk moha-mula-citta, sepertinya belum tentu seperti itu.
Upekkhasahagatam vicikicchasampayuttam, dalam hal ini adalah semua keraguan secara universal. Dalam hal ini cetasika Vicikiccha masih dapat muncul dalam kesadaran akusala yang manapun yang tidak terkait dengan pandangan salah.

Selain itu juga, rasanya Sotapanna sudah menyingkirkan kusala kamavacara cittani nomor 3,4, 7 dan 8, sebab mereka bukan orang yang berbuat baik dengan pandangan salah juga.
Quote from: tesla on 21 April 2008, 07:06:25 PM
kalau seorang sotapanna rebirth, kan bisa saja melakukan akusala kamma dg citta di atas.
n mohon penjelasan, kenapa citta2 tsb tidak dapat muncul pada seorang sotapanna?

Sotapanna baru menghancurkan sebagian lobha, yaitu lobha yang diliputi pandangan keliru. Untuk moha mula citta: Cuma membasmi yang vicikiccha, sedangkan yang satunya belum bisa dibasmi. 
Golongan akusala cetasika yang pasti ada di semua akusala citta adalah moha cetasika, ahirika cetasika, anottappa cetasika, uddhacca cetasika... sedangkan vicikicca cetasika bisa muncul bisa tidak dan sotapanna pasti telah membasmi bagian yang vicikicca ini.

Perbuatan baik yang dilandasi nanavippayutta citta artinya kesadaran yang tidak berhubungan dengan pandangan benar... ini memang sering disalah artikan oleh orang. Tolong dicatat bahwa TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN PANDANGAN BENAR   BUKANLAH BERARTI MEMILIKI PANDANGAN SALAH. Benar dan salah tidak mungkin jadi satu di dalam satu citta. Jadi mahakusala citta 8 selalu ada pada sotapanna.

Akusala citta bisa muncul sepanjang kehidupan sotapanna tersebut, tetapi akusala cittanya tidak akan memiliki kekuatan yang cukup untuk menyebabkan dia rebirth di 4 alam menyedihkan (apaya 4).

_/\_ :lotus: 
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 22 April 2008, 03:37:50 PM
Quote
1. Somanassa-sahagatam, ditthigatasampayuttam, asankharikam, yang berarti Satu kesadaran, disertai perasaan senang, bersekutu dengan pandangan keliru, muncul spontan tanpa ajakan

apa yg dimaksud dg pandangan keliru di akusala citta?
pandangan keliru tentang apa? atta atau kamma atau apa? (IMO pandangan tentang atta, kamma, dhamma, buddha, dst... semuanya adalah objek pikiran, jadi bagi sotapanna yg tidak memiliki ingatan kehidupan lampau butuh suatu kondisi yg pas dulu utk memunculkan objek pikiran pandangan benarnya).

IMO, setelah rebirth seorang sotapanna belum tentu memiliki ingatan masa lampaunya. artinya tetap saja dapat melakukan segala akusala citta, namun bobot akusala nya lebih rendah. utk melakukan akusala citta yg berbobot berat, akan ada kualitas mental yg menjaganya (lupa nama cetasikanya) utk tidak melakukannya. tetapi akusala yg lebih halus dapat lewat dari cetasika penjaga tsb.
misalnya ada orang yg kualitas mental penjaganya kuat bahkan dari lahir sudah tidak tega membunuh binatang. sedangkan yg lain suka main putusin kaki serangga :P

Anumodana
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 22 April 2008, 03:39:48 PM
Wah, saya memang tidak terlalu mengerti Abhidhamma, terutama jika menggunakan bahasa2 yang asing. Tapi menurut saya, seorang Sotapanna tidak melakukan kebaikan karena tidak tahu sebabnya. Misalnya seperti orang yang ditakut-takuti akan hukuman mahluk adikuasa, sehingga dia melakukan kebaikan.

Lebih jauh, nana-sampayuttam/vippayuttam memang bukan berhubungan dengan pandangan salah. Itu berhubungan dengan pengetahuan/pengertian. Dengan bahasa gampangnya, di antara orang yang melakukan kejahatan, ada yang tahu bahwa itu salah, ada yang tidak tahu bahwa itu salah. Di antara orang yang melakukan kebajikan, juga ada yang menyadari dan mengetahui kebajikan, ada yang tidak.

Seorang Sotapanna, ketika melakukan kejahatan, dia tidak menganggap itu sebagai kebaikan; ketika melakukan kebaikan, selalu mengetahui sebab akibat dan manfaat dari perbuatan baik itu. Jadi dia melakukannya dengan sadar/berpengetahuan. Perbuatan itu tentu saja bisa disebabkan dari dalam atau faktor pengaruh luar; kemudian bisa diikuti oleh perasaan senang/netral baik untuk akusala & sobhana. Itulah mengapa diuraikan dalam 8 kesadaran. 
Jadi memang saya tidak katakan tidak tahu = berpandangan salah kok ;D

Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 22 April 2008, 03:48:50 PM
Tesla:
Dalam dhamma, kita berkehendak (menanam kamma) yang tidak baik, bukan semata2 karena ingatan, namun karena akar kesadaran di dalam diri. Akar ini memang bisa menguat dan melemah, tetapi jika tidak dihilangkan sampai ke akar2nya, itu yang tadinya kuat, bisa menjadi lemah dan yang lemah bisa menjadi kuat. Misalnya seseorang yang memiliki masa lalu di alam Brahma, cenderung tidak menikmati nafsu indriah. Namun, tetap saja setelah beberapa saat, atau mungkin beberapa kehidupan di mana dia tidak menjaga indriahnya, kesadaran akusalanya menguat.

Seorang Sotapanna sudah menghilangkan sampai ke akar2nya, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan akusala kamma tertentu. Dan pandangan benar, seperti saya katakan, belum tentu harus dengan 'embel-embel Buddha'. Biarpun dilahirkan di zaman 'gelap', seorang Sotapanna tidak akan menggenggam konsep Atta ataupun mempercayai Ritual sebagai sarana keselamatan, misalnya. Juga tidak perlu dia mengingat dirinya sebagai Sotapanna, ataupun mengingat 4 kesunyataan mulia dsb.

Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 22 April 2008, 04:00:00 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 22 April 2008, 03:48:50 PM
Seorang Sotapanna sudah menghilangkan sampai ke akar2nya, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan akusala kamma tertentu. Dan pandangan benar, seperti saya katakan, belum tentu harus dengan 'embel-embel Buddha'. Biarpun dilahirkan di zaman 'gelap', seorang Sotapanna tidak akan menggenggam konsep Atta ataupun mempercayai Ritual sebagai sarana keselamatan, misalnya. Juga tidak perlu dia mengingat dirinya sebagai Sotapanna, ataupun mengingat 4 kesunyataan mulia dsb.

Anumodana _/\_

lalu bagaimana penjelasan tentang lobha mula citta yg tak pernah muncul lagi, misalnya ini:

Quote1. Somanassa-sahagatam, ditthigatasampayuttam, asankharikam, yang berarti Satu kesadaran, disertai perasaan senang, bersekutu dengan pandangan keliru, muncul spontan tanpa ajakan

apa pandangan keliru tsb?
Title: Re: Sotapanna
Post by: Lily W on 22 April 2008, 04:17:47 PM
Quote from: tesla on 22 April 2008, 03:37:50 PM
Quote
1. Somanassa-sahagatam, ditthigatasampayuttam, asankharikam, yang berarti Satu kesadaran, disertai perasaan senang, bersekutu dengan pandangan keliru, muncul spontan tanpa ajakan

apa yg dimaksud dg pandangan keliru di akusala citta?
pandangan keliru tentang apa? atta atau kamma atau apa? (IMO pandangan tentang atta, kamma, dhamma, buddha, dst... semuanya adalah objek pikiran, jadi bagi sotapanna yg tidak memiliki ingatan kehidupan lampau butuh suatu kondisi yg pas dulu utk memunculkan objek pikiran pandangan benarnya).
Anumodana

ditthigatasampayuttam berarti bersekutu dengan pandangan keliru/salah (miccha-ditthi), seperti menganggap tidak ada akibat dari perbuatan jahat. Jadi, orang yang berpikiran seperti ini tidak mengetahui bahwa perbuatan itu salah sehingga ia melekat.

_/\_ :lotus:
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 22 April 2008, 05:16:12 PM
Tesla:
Pandangan keliru itu seperti Lily katakan, kira2 adalah tidak mempercayai bahwa perbuatan buruk akan membawa akibat buruk, atau tidak mengetahui bahwa suatu perbuatan adalah perbuatan buruk.

Contohnya ketika orang berpikir bahwa hidup ini hanya sekali saja, sehingga bisa melakukan apa yang diinginkannya. Dia punya pandangan salah karena tidak tahu bahwa tidak semua kamma akan menghasilkan buah di kehidupan yang sama.
Atau jika seseorang hidup di antara orang yang tidak bermoral. Karena melihat tindakan salah sebagai suatu yang biasa, maka dia tidak tahu bahwa perbuatan itu salah, dan atas dasar lobha, dia ikut melakukannya.

Untuk kesadaran yang dipengaruhi lingkungan, adalah ajakan atau hasutan dari pihak lain, misalnya.
Untuk perasaan yang mengikuti, yang senang tentu banyak contohnya. Yang netral itu mungkin seperti orang Gypsy yang punya budaya mencuri. Mungkin tidak semuanya menikmati mencuri tersebut dan mereka juga tidak menganut pandangan mencuri itu salah. Jadi pada saat mencuri, perasaannya adalah netral.


Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 22 April 2008, 09:36:31 PM
Quote from: Lily W on 22 April 2008, 04:17:47 PM
ditthigatasampayuttam berarti bersekutu dengan pandangan keliru/salah (miccha-ditthi), seperti menganggap tidak ada akibat dari perbuatan jahat. Jadi, orang yang berpikiran seperti ini tidak mengetahui bahwa perbuatan itu salah sehingga ia melekat.

_/\_ :lotus:
nah, miccha ditthi kan ada banyak... (ada yg punya list miccha ditthi ga yah?)

& walau seseorang sotapanna dalam kehidupan pencapaian sotapannanya itu juga sudah menghilangkan pandangan keliru tentang adanya inti diri yg kekal (sakkaya ditthi) misalnya. tetapi bukan dalam artian sudah sepenuhnya lho... seingat, kesombongan (mana) hanya hilang pada saat pencapaian arahat. padahal kesombongan itu sendiri muncul karena ada pandangan adanya aku dalam bobot yg lebih halus :)

dalam lobha mula citta pertama tadi (Somanassa-sahagatam, ditthigatasampayuttam, asankharikam), citta yg ber-lobha halus ini contohnya adalah:

"...makan pizza hu* yuk"

"denger lagu pet*r pan ah..."

citta ini tetap timbul pada seorang sotapanna.

mohon koreksinya,
Anumodana _/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 22 April 2008, 09:55:27 PM
There are 8 types of citta rooted in lobha (greed) 4 are ditthigata sampayutta (associated with wrong view )and 4 are not. The sotapanna and sakadagami can still enjoy sex and have greed for all manner of sense objects. But the 4 consciousness associated with wrong view can never arise for them.

http://www.zencomp.com/greatwisdom/ebud/abhisgho/abhis01.htm (http://www.zencomp.com/greatwisdom/ebud/abhisgho/abhis01.htm)

1. Somanassa-sahagatam, ditthigatasampayuttam, asankharikam ekam

One consciousness, unprompted, accompanied by pleasure, connected with wrong view

2. Somanassa-sahagatam, ditthigatasampayuttam, sasankharikam ekam,

One consciousness, prompted, accompanied by pleasure, connected with wrong view

3. Somanassa-sahagatam ditthigatavippayuttam, asankharikam ekam

One consciousness, unprompted, accompanied by pleasure, disconnected with wrong view

4. Somanassa-sahagatam ditthigatavippayuttam, sasankharikam ekam

One consciousness, prompted, accompanied by pleasure, disconnected with wrong view

5. Upekkha-sahagatam, ditthigatasampayuttam, asankharikam ekam

One consciousness, unprompted, accompanied by indifference, connected with wrong view

6. Upekkha-sahagatam, ditthigatasampayuttam, sasankharikam ekam

One consciousness, prompted, accompanied by indifference, connected with wrong view

7. Upekkha-sahagatam, ditthigatavippayuttam, asankharikam ekam

One consciousness, unprompted, accompanied by indifference, disconnected with wrong view

8. Upekkha-sahagatam, ditthigatavippayuttam, sasankharikam ekan' ti

One consciousness, prompted, accompanied by indifference, disconnected with wrong view

Imani attha'pi Lobhasahagatacittani nama
These eight types of consciousness are rooted in Attachment
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 22 April 2008, 10:50:14 PM
 [at] karuna

kembali lagi ke pertanyaan sebelumnya. 'ditthigatasampayuttam' itu konteksnya sampe mana?

berasosiasi dg pandangan salah sebenarnya masih terlalu kabur.
kalau diartikan dalam segala pandangan salah (miccha ditthi), maka citta #1 itu masih muncul dalam sotapanna.

menurut saya mengenai 'ditthigatasampayuttam' ini,
bukan dalam ruang lingkup segala miccha ditthi yg dijelaskan Buddha, melainkan hanya pandangan salah bahwa suatu perbuatan ini merugikan ataupun bermanfaat. soal citta sotapannanya saya ga tau tepatnya juga, tapi kalau ''ditthigatasampayuttam' = 'miccha ditthi', menurut saya tidak valid. :)

mohon koreksinya,
Anumodana
_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 22 April 2008, 11:10:11 PM
Lebih lanjut dijelaskan :

A Sotapanna (Stream-Winner) eradicates the 1st, 2nd, 5th, 6th, and 11th types of consciousness as he has destroyed the two Fetters (samyojana)-sakkaya-ditthi  (Self-illusion) and vicikiccha (Doubts).

Kalau yang bro Tesla contohkan, makan es krim itu bukan pandangan salah. Pandangan salah yang dimaksud adalah pandangan atta baik nihilisme maupun eternalisme.

Kesombongan bukan pandangan salah.
http://www.vipassana.info/cetasikas45.html (http://www.vipassana.info/cetasikas45.html)
7)  conceit (mana), arising with the four types of cittas rooted in attachment which are unaccompanied by wrong view.
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 22 April 2008, 11:40:48 PM
Quote from: karuna_murti on 22 April 2008, 11:10:11 PM
Kesombongan bukan pandangan salah.
http://www.vipassana.info/cetasikas45.html (http://www.vipassana.info/cetasikas45.html)
7)  conceit (mana), arising with the four types of cittas rooted in attachment which are unaccompanied by wrong view.
ditthi cetasika tentu saja berbeda dg miccha ditthi dari pikiran :)
pikiran = salah satu indra

sakkaya-ditthi misalnya... -pandangan salah tentang adanya inti yg kekal-. sudah mematahkan belenggu pandangan salah tentang adanya inti yg kekal (aku), orang yg sudah tidak punya 'aku' mana ada kesombongan (mana) juga...

mohon koreksinya,
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 22 April 2008, 11:56:07 PM
baca ulang lagi :P

màna bukan berasal dari sakkaya-ditthi ataupun atta-ditthi langsung, tapi dari moha dan lobha menyebabkan sakkaya ditthi dan kemelekatan thd  sakkaya ditthi menyebabkan mana. jadi walau sakkaya ditthi sudah tidak dipatahkan, mana hanya melemah & di referensi katanya hanya bersih pada saat arahat.

Anumodana _/\_

btw, kesimpulannya pandangan salah yg bersekutu dg citta #1 tadi itu mencangkup semua miccha ditthi atau hanya sakkaya ditthi?
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 23 April 2008, 08:37:29 AM
IMHO, kita tidak perlu membahas sampai seperti itu. Abhidhamma memang merupakan panduan untuk memberikan pengertian teknis mendasar, tetapi untuk mengertinya, tidak bisa dengan kemampuan biasa (maka namanya Abhidhamma).
Saya beri contoh:
Suatu ketika Buddha Gotama mengatakan:
"Bukan ibu, bukan ayah, bukan saudara manapun dapat memberikan manfaat bagi seseorang lebih dari pikiran benar yang terarah".
Kemudian beberapa orang mencapai Sotapatti phala. Bisa kalian jelaskan proses pikirannya? Apa hubungannya omongan itu dengan 3 belenggu?

Title: Re: Sotapanna
Post by: nyanadhana on 23 April 2008, 08:43:25 AM
 :whistle: kalo ada yang bisa jelaskan berarti dia udah Sotapatti hueheheheheh
Title: Re: Sotapanna
Post by: Lily W on 23 April 2008, 10:48:12 AM
Quote from: tesla on 22 April 2008, 09:36:31 PM
Quote from: Lily W on 22 April 2008, 04:17:47 PM
ditthigatasampayuttam berarti bersekutu dengan pandangan keliru/salah (miccha-ditthi), seperti menganggap tidak ada akibat dari perbuatan jahat. Jadi, orang yang berpikiran seperti ini tidak mengetahui bahwa perbuatan itu salah sehingga ia melekat.
_/\_ :lotus:
nah, miccha ditthi kan ada banyak... (ada yg punya list miccha ditthi ga yah?)

Anumodana _/\_

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1281.0.html

MICCHA DITTHI
By : Selamat Rodjali

ARTI
Miccha = salah, keliru, menyesatkan ke jalan yang salah.
Ditthi = pandangan.

KARAKTERISTIK
Melakukan interpretasi terhadap sesuatu secara tidak bijaksana / tidak adil.

FUNGSI
Melakukan pra-anggap.

MANIFESTASI
Interpretasi atau kepercayaan yang salah / keliru / menyesatkan ke jalan yang salah.

SEBAB TERDEKAT
Ketidakmauan untuk mengunjungi para suciwan, karena mengunjungi para suciwan
mengkondisikan untuk mendengarkan Dhamma yang mencegah bercokolnya
pandangan keliru di dalam batin.

PENGERTIAN UMUM
Pandangan keliru yang muncul dalam bentuk kekeliruan dalam memahami, yaitu
menginterpretasikan sesuatu dalam cara yang bertentangan dengan kenyataan.
Di dalam konteks hal yang tidak baik / tidak benar (akusala dhamma), istilah
miccha ditthi seringkali hanya disebutkan sebagai ditthi.

PENGELOMPOKAN PANDANGAN DALAM PIKIRAN
1. Pikiran yang bersekutu dengan pandangan salah (ditthigatasampayutta)
2. Pikiran yang tidak bersekutu dengan pandangan salah (ditthigatavippayutta)
3. Pikiran yang bersekutu dengan pandangan benar (nanasampayutta)
4. Pikiran yang tidak bersekutu dengan pandangan benar (nanavippayutta)

SEBAB TERPERINCI YANG MENIMBULKAN MICCHA DITTHI
1. Mempunyai kebiasaan berpandangan salah (ditthijjhasayata)
2. Suka bergaul dengan orang yang mempunyai pandangan salah (ditthi
vippannapuggalasevanata)
3. Tidak suka belajar Dhamma (saddhammavimukhata)
4. Suka berpikir pada hal-hal yang salah (micchavitakkabahulata)
5. Tidak mempertimbangkan secara adil / bijaksana (ayoniso ummujjanam)

Tiga pandangan salah yang seringkali disinggung di dalam Sutta Pitaka, adalah:
1. Natthika ditthi = pandangan nihilisme, yang menolak kehidupan setelah kematian.
2. Akiriya ditthi = pandangan yang menolak manfaat perbuatan, yang mengklaim
bahwa perbuatan-perbuatan tidak akan berpengaruh.
3. Ahetuka ditthi = pandangan yang menolak penyebab sesuatu, mengklaim bahwa tidak ada sebab / kondisi yang menyebabkan kekotoran / kesucian mahluk. Mahluk-mahluk kotor ataupun suci karena nasib, kebetulan atau kebutuhan.

Di dalam Anguttara Nikaya, Tikanipata, dinyatakan ada 3 jenis akiriya ditthi yang berbahaya, yaitu:
1. Pubbekata-hetu ditthi, yang berpandangan bahwa segala sesuatu yang dialami
sekarang ini disebabkan hanya oleh perbuatan lampau.
2. Issaranimmana-hetu-ditthi, yang berpandangan bahwa segala sesuatu yang
dialami sekarang ini disebabkan oleh ciptaan mahluk adi-kodrati tertentu.
3. Ahetu-appaccaya-ditthi, yang berpandangan bahwa segala sesuatu yang dialami sekarang ini tidak disebabkan atau dikondisikan, melainkan ada dengan sendirinya.

Di dalam sutta yang sama, Sang Buddha menyatakan bahwa pandangan di atas tidak benar, dengan cara memberikan argumen sebagai berikut:

Bagi siapa saja yang berpandangan bahwa :
1. dikarenakan perbuatan lampau, atau
2. karena ciptaan mahluk adi kodrati tertentu atau
3. tidak disebabkan oleh perbuatan,
seseorang menjadi
a) pembunuh
b) pencuri,
c) pelaku perzinahan,
d) pendusta,
e) pemfitnah,
f) penguncar kata kasar,
g) penguncar pembicaraan yang tak bermanfaat,
h) serakah,
i) berniat jahat dan
j) berpandangan salah
maka tidak akan ada manfaatnya lagi keinginan untuk berbuat, upaya untuk berbuat, tidak diperlukan lagi melakukan ini atau itu, atau menghindari diri dari berbuat sesuatu.
Oleh karena itu kebutuhan untuk berbuat atau tidak berbuat tidak ditemukan lagi
eksistensinya di dalam kebenaran, hidup tidak berumah tangga menjadi tidak ada
artinya lagi.

Pandangan salah selalu berhubungan dengan pikiran yang terikat (pikiran lobha).
Beberapa contoh nyata yang umum dijumpai, antara lain:
1. kemelekatan terhadap upacara dan ritual yang dianggap membawa ke kesucian
(silabataparamasa). Misalnya pandangan bahwa cukup dengan sembahyang bisa menjadi suci.
2. kemelekatan terhadap konsep aku / kepemilikan / inti kekal (sakkayaditthi), misalnya pandangan bahwa "Ini milikku", "Ini aku", "Hanya ajaran ini yang benar dan kekal"
3. kemelekatan terhadap pandangan kekekalan (sassataditthi), misalnya pandangan bahwa setelah mati akan tetap sama atau bersatu secara kekal dengan mahluk agung tertentu yang dipraanggap kekal / abadi di alam tertentu atau
4. kemelekatan terhadap pandangan kemusnahan (ucchedaditthi), misalnya pandangan bahwa setelah kematian ini tidak ada apa-apa lagi (pandangan kaum materialis).

_/\_ :lotus:
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 23 April 2008, 10:49:28 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 23 April 2008, 08:37:29 AM
IMHO, kita tidak perlu membahas sampai seperti itu. Abhidhamma memang merupakan panduan untuk memberikan pengertian teknis mendasar, tetapi untuk mengertinya, tidak bisa dengan kemampuan biasa (maka namanya Abhidhamma).
Saya beri contoh:
Suatu ketika Buddha Gotama mengatakan:
"Bukan ibu, bukan ayah, bukan saudara manapun dapat memberikan manfaat bagi seseorang lebih dari pikiran benar yang terarah".
Kemudian beberapa orang mencapai Sotapatti phala. Bisa kalian jelaskan proses pikirannya? Apa hubungannya omongan itu dengan 3 belenggu?
kalau proses pikiran rasanya terlalu complex, memang diluar jangkauan yg bukan arahat.
soal 3 belenggu yg dipatahkan, justru itu yg saya mo tanya...
apa 3 belenggu itu hanya sebuah teori hapalan yg tidak bisa dijelaskan?
contoh saja sakkaya ditthi, batasannya sampai di mana.

saya yakin sdr. kainyn jg dah tau apa itu sakkaya ditthi. apa artinya udah mematahkan belenggu pertama? hehehe ;)
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 23 April 2008, 06:16:51 PM
Tesla,
Saya memang merasa tidak mutlak perlu (kalo mo belajar sih ga apa) untuk mencari ciri2 seorang Sotapanna secara teknis. Setahu saya (=bisa jadi salah), dulu sering sekali kalo ada umat Buddha yang meninggal, orang2 dateng ke Buddha Gotama untuk nanya "di mana dia terlahir kembali?" dan "apa pencapaiannya?". Jadi, supaya ga melulu nanya begituan, dikasih point2 secara umumnya, yaitu pembagian pencapaian kesucian tersebut.

3 belenggu itu hanya sebuah standarisasi saja. Batasannya biasanya memang tidak kentara. Tapi jika membahas lebih jauh dan mendetail, memang ada kemungkinan bisa dikenali apakah pandangan yang dianut seseorang. Dari uraian Lily, terlihat bahwa pandangan salah itu banyak sekali, dan kadang dalam wujud halus, sehingga bisa menipu. Misalnya saja orang percaya kamma, tetapi hidupnya tetap menderita. Lalu dia beranggapan "emang sudah kamma gue nih". Itu 'kan cenderung pada pubbekata-hetu ditthi, namun sifatnya halus saja.

Lalu seperti sakkaya ditthi, orang berkata "ini bukan aku", "tidak ada yang merasakan", "tidak ada yang mempersepsi" dan sebagainya. Kalau tidak ada yang ada, siapa yang mengucapkan omong kosong itu? apa gunanya dia bicara? Atau kadang mengatakan 'aku' itu hilang ketika disadari. Berarti kalau tidak disadari, 'aku' tetap ada? Jika tadinya ada, kemudian hilang, bisa jadi itu cenderung ke paham Annihilationism.
Hal seperti ini memang rumit, kadang tidak bisa menilai seseorang dari kalimat2nya, harus membahas panjang lebar.

Ini memang lebih cenderung pada teori. Tetapi bisa dijelaskan walaupun rumit. Kalo mau bahas panjang lebar, mungkin harus buka topik baru. Tapi saya tidak mengatakan bahwa saya juga mahir dalam hal ini.
Ada satu kecenderungan dalam umat Buddhis untuk selalu berkata, "ini tidak bisa dijelaskan, seperti rasa garam/gula/lada/dst pun tidak dapat dijelaskan kecuali orang itu mengalaminya sendiri".

Ketika saya mulai belajar Buddhisme sekitar 2 tahun lalu, saya cukup terkejut karena segala sesuatu dijelaskan dengan berbagai cara oleh Buddha Gotama, tanpa pernah berkata "anda harus ikut meditasi saya dulu, baru mengerti", ataupun "itu tidak bisa dijelaskan dengan kata2, tetapi ada".




Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 23 April 2008, 10:30:20 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 23 April 2008, 06:16:51 PM
Tesla,
Saya memang merasa tidak mutlak perlu (kalo mo belajar sih ga apa) untuk mencari ciri2 seorang Sotapanna secara teknis. Setahu saya (=bisa jadi salah), dulu sering sekali kalo ada umat Buddha yang meninggal, orang2 dateng ke Buddha Gotama untuk nanya "di mana dia terlahir kembali?" dan "apa pencapaiannya?". Jadi, supaya ga melulu nanya begituan, dikasih point2 secara umumnya, yaitu pembagian pencapaian kesucian tersebut.
setuju. saya juga merasakan pembahasan "sotapanna/not-sotapanna" cukup sampai disini saja.
lebih baik kita praktek melaksanakan sila samadhi & panna.

Anumodana _/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Lily W on 24 April 2008, 09:51:40 AM
 =D> =D> =D>
:jempol: :jempol: :jempol:

Mulai sekarang...kita praktek Dhamma.... ^:)^
Semoga kita bisa cepat merealisasi kebahagiaan sejati.... :)

_/\_ :lotus:
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 24 April 2008, 10:49:28 AM
 :)
Kalo praktek dalam hidup aja, tapi ga meditasi ato belajar teori, nanti jadi umat 'ritualis' yang untuk berbuat baik aja banyak aturannya
Kalo meditasi aja tapi ga tau teori atau praktek dalam hidup, nanti jadi 'pertapa penyiksa diri' yang ga tau apa gunanya meditasi
kalo teori aja tapi ga praktek dalam hidup ato meditasi, nanti jadi orang yang melihat orang lain makan enak, tapi dia sendiri mati kelaparan

Jadi lebih baik lakukan semuanya, dan ambil manfaat sebanyak2nya dari situ
Jika sudah mencapai Sotapanna juga nanti tahu sendiri. Dan jika saat itu datang, predikat/status 'sotapanna' atau bukan sudah tidak berarti lagi.
_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Lily W on 05 May 2008, 11:06:26 AM
PENGELOLAAN DHAMMA OLEH SOTAPANNA

AKUSALA KAMMAPATTHA 10 (10 SALURAN TUK BERBUAT TAK BERMANFAAT)
1. Panatipata (Membunuh)
2. Adinnadana (Mencuri)
3. Kamesumicchacara (Berbuat Asusila)
4. Musavada (Berdusta)

5. Micchaditthi (Pandangan Salah)
6. Pisunavaca (Bicara Fitnah)
7. Pharusavaca (Kata kasar)
8. Byapada (Itikat Jahat)
9. Samphappalapa (Gosip)
10. Abhijjha (Hasrat Rendah, ketamakan)

LOKA DHAMMA 8 (8 KONDISI DUNIA)
1. Alabha (Rugi)
2. Ayasa (Tidak Masyur)
3. Ninda (cela)
4. Dukkha (Penderitaan)
5. Labha (Untung)
6. Yasa (Kemasyuran)
7. Pasamsa (Pujian)
8. Sukha (kebahagiaan)

MACCHARIYA 5 (5 JENIS KEKIKIRAN)
1. Dhammamacchariya (Kekikiran terhadap kebenaran/pengetahuan/ajaran/Dhamma)
2. Vannamacchariya (Kekikiran terhadap kemasyuran/keterkenalan)
3. Labhamacchariya (Kekikiran terhadap keuntungan/rejeki)
4. Kulamacchariya (Kekikiran terhadap keluarga)
5. Avasamacchariya (Kekikiran terhadap tempat tinggal)


NIVARANA 6/7 (RINTANGAN BATIN)
1. Kukkucca (Kekhawatiran)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan)

3. Kamaraga (Hawa nafsu, nafsu indera)
4. Byapada (Itikat Jahat)
5. Thina-Middha (Malas-Lamban)
6. Uddhaca (Kegelisahan)
7. Avijja (Kegelapan batin )

SANYOJANA 10 (10 BELENGGU)
1. Ditthi (Pandangan)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan)
3. Silabataparamasa (Kepercayaan bahwa dengan upacara saja bisa mencapai kesucian)

4. Kamaraga (Hawa Nafsu, Nafsu Indera)
5. Patigha (Kebencian, kemarahan)
6. Ruparaga (Nafsu untuk bertubuh dengan materi/nafsu untuk lahir di alam bermateri)
7. Aruparaga (Nafsu untuk menjadi bertubuh tanpa materi/nafsu untuk lahir di alam tanpa materi)
8. Mana (kesombongan)
9. Uddhacca (Kegelisahan)
10. Avijja (Kegelapan batin)

KILESA 10 (10 KEKOTORAN BATIN)
1. Ditthi (pandangan)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan)

3. Dosa (Kebencian)
4. Ahirika (tidak malu akan kejahatan)
5. Anottappa (tidak takut akibat perbuatan jahat)
6. Thina (Kemalasan)
7. Uddhacca (Kegelisahan)
8. Mana (kesombongan)
9. Moha (kebodohan batin, kegelapan batin)
10. Lobha (Keserakahan)

MICCHATTA DHAMMA 10 (10 KEKELIRUAN)
1. Miccha-ditthi (Pengertian keliru)
2. Miccha-Vaca (Ucapan salah)

3. Miccha-Kammanta (Perbuatan jasmani salah)
4. Miccha-Avijja (Penghidupan salah)
5. Miccha-Sankhappa (Pikiran salah)
6. Miccha-Vayama (Daya upaya salah)
7. Miccha-Sati (Perhatian salah)
8. Miccha-Samadhi (Konsentrasi salah)
9. Miccha-Nana (Pengetahuan salah)
10. Miccha-Vimutti (Pembebasan salah)

VIPALLASA DHAMMA 12 (12 KESEMUAN)
1. Nicca-Sanna (Persepsi/pencerapan tentang segalanya kekal)
2. Nicca-Citta (Pemikiran tentang segalanya kekal)
3. NicchaDitthi (Pandangan/paham tentang segalanya kekal)
4. Atthasanna (Persepsi/pencerapan tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
5. Attacitta (Pemikiran tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
6. Atthaditthi (Pandangan/paham tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
7. Sukhaditthi (Pandangan bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
8. Subhaditth (Pandangan bahwa segala sesuatu itu indah)
i
9. Subhasanna (Persepsi/pencerapan bahwa segala sesuatu itu indah)
10. Subhacitta (Pemikiran bahwa segala sesuatu itu indah)
11. Sukhasanna (Persepsi/pecerapan bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
12. Sukhacitta (Pemikiran bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)

AKUSALA DHAMMA 12 (12 DHAMMA TAK BERMANFAAT)
1. Ditthigatasampayutta 4 (4 jenis Citta yg bersekutu dengan pandangan keliru)
2. Ditthigatavippayutta 4 (4 jenis Citta yang tidak bersekutu dengan pandangan keliru)
3. Dosamulacitta 2 (2 jenis Citta yang dipimpin oleh kebencian)
4. Vicikiccha-sampayutta 1 (1 jenis Citta yang dipimpin oleh keraguan-raguan)
5. Uddhaccasampayutta 1 (1 jenis Citta yang dipimpin oleh kegelisahan)

Ket : Yg di bold biru adalah Sotapanna mampu memusnahkan secara total (samuccheda-pahana)

_/\_ :lotus:
Title: Re: Sotapanna
Post by: nyanadhana on 05 May 2008, 11:12:23 AM
doh ce lily,ditulis serta bahasa indonesianya,biar pada melek Pali - Indo _/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Lily W on 06 May 2008, 10:27:45 AM
Siap....Moderator Bro Nyana... ;D
Tugas sudah di laksanakan...hormat grak...  :)) :)) :))

Semoga pada melek... ;D
Semoga bermanfaat... :)

_/\_ :lotus:
Title: Re: Sotapanna
Post by: nyanadhana on 06 May 2008, 10:35:02 AM
 _/\_ hooh tenkyu,kalo gini kan sambil belajar Dhamma,sambil mengenal Pali dan kosakatanya...Ce Lily 4 jempol deh buat kamu....hehehe ^:)^ hatur tenkyu
Title: Re: Sotapanna
Post by: EVO on 06 May 2008, 10:47:38 AM
nyana ngombal 4 jempol
gimana diangkat tuh jempol kaki :P ;D ^-^

c jangan pakai warna merah
mata lelah bacanya ;D :x
anumodana
Title: Re: Sotapanna
Post by: Lily W on 06 May 2008, 11:39:47 AM
Oce dech... Sis Evo... ;D
Saya ganti warna biru aje.... ;D
Semoga matanya tidak lelah... :)

_/\_ :lotus:
Title: Re: Sotapanna
Post by: nyanadhana on 06 May 2008, 11:43:14 AM
 [at] EVO : ya tinggal duduk bersila di lantai trus angkat deh 4 jempolnya wahahaha  ::) ^-^

Hohoho tulisannya berubahlangsugn jadi biru
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 08 September 2008, 04:09:49 PM
Berarti jelas bahwa seorang sotapanna tidak akan melakukan tindakan mencuri.
Tetapi ada kisah mengenai Dewa Sakka yg adalah Sotapanna mencuri relik gigi Sang Buddha dari Brahmana Dona, bagaimana penjelasannya ya?

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: nyanadhana on 08 September 2008, 04:31:47 PM
baru tahu ada urusan curi mencuri....tapi Sotopanas bukannya masih bisa melakukan hal yang aneh2 hanya mulai menginjak Sakadagami ke atas baru batin stabil. Sotopanas itu ibarat masuk TKnya urutan pencerahan?
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 08 September 2008, 04:40:23 PM
Nyana, baca uraian dari Sis Lily W di atas
Title: Re: Sotapanna
Post by: nyanadhana on 08 September 2008, 04:43:40 PM
hmmm......well untuk itu i donat deh....soalnya dulu belajarnya mengenai Sotopanas kek gitu....
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 08 September 2008, 04:46:03 PM
keknya emang gak nyambung, di sini lagi ngomongin SOTA, ente ngomongin SOTO :))
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 08 September 2008, 04:51:59 PM
AFAIK sih sotapana baru ber-"transformasi" di pandangannya.

soal mencuri sih, personally sih bisa kali yah.
Title: Re: Sotapanna
Post by: nyanadhana on 08 September 2008, 05:01:37 PM
keknya emang gak nyambang, di sini lagi ngomongin SOTA, ente ngomongin SOTO

berdebat ini benar dan ini salah hanya akan mebuat anda terjebak pada dualitas.....coba kita tanyakan ke member kita yang mengaku telah memasuki Sotapana ,telah lebih benar dari kita semua,baru kamu bisa mengetahui kalo Sotapana itu bisa ngapain aja....
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 08 September 2008, 05:02:08 PM
nih biar pada jelas
Quote from: Lily W on 05 May 2008, 11:06:26 AM
PENGELOLAAN DHAMMA OLEH SOTAPANNA

AKUSALA KAMMAPATTHA 10 (10 SALURAN TUK BERBUAT TAK BERMANFAAT)
1. Panatipata (Membunuh)
2. Adinnadana (Mencuri)
3. Kamesumicchacara (Berbuat Asusila)
4. Musavada (Berdusta)

5. Micchaditthi (Pandangan Salah)
6. Pisunavaca (Bicara Fitnah)
7. Pharusavaca (Kata kasar)
8. Byapada (Itikat Jahat)
9. Samphappalapa (Gosip)
10. Abhijjha (Hasrat Rendah, ketamakan)

LOKA DHAMMA 8 (8 KONDISI DUNIA)
1. Alabha (Rugi)
2. Ayasa (Tidak Masyur)
3. Ninda (cela)
4. Dukkha (Penderitaan)
5. Labha (Untung)
6. Yasa (Kemasyuran)
7. Pasamsa (Pujian)
8. Sukha (kebahagiaan)

MACCHARIYA 5 (5 JENIS KEKIKIRAN)
1. Dhammamacchariya (Kekikiran terhadap kebenaran/pengetahuan/ajaran/Dhamma)
2. Vannamacchariya (Kekikiran terhadap kemasyuran/keterkenalan)
3. Labhamacchariya (Kekikiran terhadap keuntungan/rejeki)
4. Kulamacchariya (Kekikiran terhadap keluarga)
5. Avasamacchariya (Kekikiran terhadap tempat tinggal)


NIVARANA 6/7 (RINTANGAN BATIN)
1. Kukkucca (Kekhawatiran)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan)

3. Kamaraga (Hawa nafsu, nafsu indera)
4. Byapada (Itikat Jahat)
5. Thina-Middha (Malas-Lamban)
6. Uddhaca (Kegelisahan)
7. Avijja (Kegelapan batin )

SANYOJANA 10 (10 BELENGGU)
1. Ditthi (Pandangan)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan)
3. Silabataparamasa (Kepercayaan bahwa dengan upacara saja bisa mencapai kesucian)

4. Kamaraga (Hawa Nafsu, Nafsu Indera)
5. Patigha (Kebencian, kemarahan)
6. Ruparaga (Nafsu untuk bertubuh dengan materi/nafsu untuk lahir di alam bermateri)
7. Aruparaga (Nafsu untuk menjadi bertubuh tanpa materi/nafsu untuk lahir di alam tanpa materi)
8. Mana (kesombongan)
9. Uddhacca (Kegelisahan)
10. Avijja (Kegelapan batin)

KILESA 10 (10 KEKOTORAN BATIN)
1. Ditthi (pandangan)
2. Vicikiccha (Keragu-raguan)

3. Dosa (Kebencian)
4. Ahirika (tidak malu akan kejahatan)
5. Anottappa (tidak takut akibat perbuatan jahat)
6. Thina (Kemalasan)
7. Uddhacca (Kegelisahan)
8. Mana (kesombongan)
9. Moha (kebodohan batin, kegelapan batin)
10. Lobha (Keserakahan)

MICCHATTA DHAMMA 10 (10 KEKELIRUAN)
1. Miccha-ditthi (Pengertian keliru)
2. Miccha-Vaca (Ucapan salah)

3. Miccha-Kammanta (Perbuatan jasmani salah)
4. Miccha-Avijja (Penghidupan salah)
5. Miccha-Sankhappa (Pikiran salah)
6. Miccha-Vayama (Daya upaya salah)
7. Miccha-Sati (Perhatian salah)
8. Miccha-Samadhi (Konsentrasi salah)
9. Miccha-Nana (Pengetahuan salah)
10. Miccha-Vimutti (Pembebasan salah)

VIPALLASA DHAMMA 12 (12 KESEMUAN)
1. Nicca-Sanna (Persepsi/pencerapan tentang segalanya kekal)
2. Nicca-Citta (Pemikiran tentang segalanya kekal)
3. NicchaDitthi (Pandangan/paham tentang segalanya kekal)
4. Atthasanna (Persepsi/pencerapan tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
5. Attacitta (Pemikiran tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
6. Atthaditthi (Pandangan/paham tentang sesuatu mengandung inti kekal/atta)
7. Sukhaditthi (Pandangan bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
8. Subhaditth (Pandangan bahwa segala sesuatu itu indah)
i
9. Subhasanna (Persepsi/pencerapan bahwa segala sesuatu itu indah)
10. Subhacitta (Pemikiran bahwa segala sesuatu itu indah)
11. Sukhasanna (Persepsi/pecerapan bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)
12. Sukhacitta (Pemikiran bahwa segala sesuatu itu menggembirakan)

AKUSALA DHAMMA 12 (12 DHAMMA TAK BERMANFAAT)
1. Ditthigatasampayutta 4 (4 jenis Citta yg bersekutu dengan pandangan keliru)
2. Ditthigatavippayutta 4 (4 jenis Citta yang tidak bersekutu dengan pandangan keliru)
3. Dosamulacitta 2 (2 jenis Citta yang dipimpin oleh kebencian)
4. Vicikiccha-sampayutta 1 (1 jenis Citta yang dipimpin oleh keraguan-raguan)
5. Uddhaccasampayutta 1 (1 jenis Citta yang dipimpin oleh kegelisahan)

Ket : Yg di bold biru adalah Sotapanna mampu memusnahkan secara total (samuccheda-pahana)

_/\_ :lotus:


pertanyaan, Dewa Sakka yang sudah Sotapanna, kok masih mencuri (Relik Gigi Sang Buddha dari Brahmana Dona) ?
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 08 September 2008, 05:03:15 PM
Quote from: nyanadhana on 08 September 2008, 05:01:37 PM
keknya emang gak nyambang, di sini lagi ngomongin SOTA, ente ngomongin SOTO

berdebat ini benar dan ini salah hanya akan mebuat anda terjebak pada dualitas.....coba kita tanyakan ke member kita yang mengaku telah memasuki Sotapana ,telah lebih benar dari kita semua,baru kamu bisa mengetahui kalo Sotapana itu bisa ngapain aja....
Dan siapakah member yang dimaksud? mohon diperkenalkan.

Dan Nyana, saya tidak ingin berdebat, hanya sekedar untuk memuaskan rasa ingin tahu saja, klarifikasi gitu.
Title: Re: Sotapanna
Post by: nyanadhana on 08 September 2008, 05:10:40 PM
Dan siapakah member yang dimaksud? mohon diperkenalkan.

Dan Nyana, saya tidak ingin berdebat, hanya sekedar untuk memuaskan rasa ingin tahu saja, klarifikasi gitu.


Sotapanna masih bisa mundur menjadi Tihetuka Puggala,ini menandakan bahwa ia masih bisa belum mantap. Sotapanna itu Stream Enterer. trus mengenai Dewa Sakka mencuri,bisa tidak memberikan detail di Sutta mana.setau saya Dewa Sakka tidak mencuri tapi memang satu relik diletakkan di Tavatimsa setelah izin.

Satu hal lagi,pengetahuan ini saya dapatkan dari beberapa bhikkhu yang menjadi guru saya.
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 08 September 2008, 05:17:53 PM
Cerita tadi saya kutip dari buku The Great Chronicle of Buddhas (atau terjemahan dalam bahasa Indonesianya RAPB) menurut sang penulis, Mingun Sayadaw, sumbernya adalah dari Kitab Komentar, karena Maha Parinibbana Sutta tidak menceritakan secara terperinci mengenai proses pembagian Relik yang dilakukan oleh Brahmana Dona.
_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 08 September 2008, 05:21:38 PM
Quote from: Indra on 08 September 2008, 05:02:08 PM
nih biar pada jelas
Quote from: Lily W on 05 May 2008, 11:06:26 AM
PENGELOLAAN DHAMMA OLEH SOTAPANNA

AKUSALA KAMMAPATTHA 10 (10 SALURAN TUK BERBUAT TAK BERMANFAAT)
1. Panatipata (Membunuh)
2. Adinnadana (Mencuri)
3. Kamesumicchacara (Berbuat Asusila)
4. Musavada (Berdusta)

...

pertanyaan, Dewa Sakka yang sudah Sotapanna, kok masih mencuri (Relik Gigi Sang Buddha dari Brahmana Dona) ?

seingat saya seh, sotapanna itu baru melihat (mendapat dhamma-cakku) bahwa segala yg muncul pasti akan lenyap.
soal perbuatannya, masih tergantung kualitas kesadarannya...




atau jawaban memuaskan utk Dewa Sakka,
waktu itu Dewa Sakka lagi mabuk...
sehingga satinya lewah & terjadilah perbuatan melanggar sila yg harusnya tidak terlanggar... =))
Title: Re: Sotapanna
Post by: nyanadhana on 08 September 2008, 05:29:49 PM
Cerita tadi saya kutip dari buku The Great Chronicle of Buddhas (atau terjemahan dalam bahasa Indonesianya RAPB) menurut sang penulis, Mingun Sayadaw, sumbernya adalah dari Kitab Komentar, karena Maha Parinibbana Sutta tidak menceritakan secara terperinci mengenai proses pembagian Relik yang dilakukan oleh Brahmana Dona.

lucu juga ada cerita seperti ini muncul....tapi namanya juga kitab komentar,jadi terserah mau komentar apa aja.yang bikin kitab komentar juga bukan berasal dari jaman dimana saksi relik Buddha itu ada melainkan sudah beratus tahun...
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 09 September 2008, 11:46:53 AM
Quote from: nyanadhana on 08 September 2008, 05:10:40 PM
Dan siapakah member yang dimaksud? mohon diperkenalkan.

Dan Nyana, saya tidak ingin berdebat, hanya sekedar untuk memuaskan rasa ingin tahu saja, klarifikasi gitu.


Sotapanna masih bisa mundur menjadi Tihetuka Puggala,ini menandakan bahwa ia masih bisa belum mantap. Sotapanna itu Stream Enterer. trus mengenai Dewa Sakka mencuri,bisa tidak memberikan detail di Sutta mana.setau saya Dewa Sakka tidak mencuri tapi memang satu relik diletakkan di Tavatimsa setelah izin.

Satu hal lagi,pengetahuan ini saya dapatkan dari beberapa bhikkhu yang menjadi guru saya.


Saudara Nyanadhana yang baik, setahu saya seorang Sotapanna tak akan mundur menjadi orang biasa kembali, yang bisa mundur adalah konsentrasinya, kalau ia tidak berlatih.

Magga-Phala adalah pengetahuan berdasarkan pengalaman mencapai Nibbana. Pengalaman pencapaian Nibbana itu demikian kuat, tak akan hillang seumur hidupnya, jadi... karena Magga-Phala adalah nyana (pengetahuan/pandangan terang), maka pengetahuan itu tak akan hilang. Jadi seorang Sotapanna tak akan kembali menjadi manusia biasa, karena ia pernah menembus (pernah mencapai Nibbana) dan pengetahuan penembusan itu tak akan hilang (akan selalu teringat)...

Selain itu sakkaya ditthi (salah satu belenggu) pandangan salah mengenai aku/atta telah lenyap bersamaan dengan pengertian (understanding / wisdom) yang timbul pada waktu pencapaian Nibbana.... maka sakkaya ditthi tak akan muncul lagi. Sakkaya ditthi hanya ada pada umat awam.

Oh ya satu hal lagi, seorang Sotapanna masih bisa melanggar sila karena terpaksa, tetapi sila itu biasanya hanya pelanggaran kecil yang tak akan menyebabkan ia telahir di keempat alam rendah, oleh karena itu dikatakan bahwa seorang Sotapanna selamanya tak akan terlahir di alam apaya (empat alam rendah).


Sukhi Hotu

Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 09 September 2008, 11:58:35 AM
Quote from: nyanadhana on 08 September 2008, 05:10:40 PM

Sotapanna masih bisa mundur menjadi Tihetuka Puggala,ini menandakan bahwa ia masih bisa belum mantap. Sotapanna itu Stream Enterer. trus mengenai Dewa Sakka mencuri,bisa tidak memberikan detail di Sutta mana.setau saya Dewa Sakka tidak mencuri tapi memang satu relik diletakkan di Tavatimsa setelah izin.

Satu hal lagi,pengetahuan ini saya dapatkan dari beberapa bhikkhu yang menjadi guru saya.

Sotapanna tidak akan bisa mundur menjadi puthujjana. Kalaupun latihannya 'kurang', maka selambat-lambatnya 7 kelahiran berikut, Ia akan mencapai Nibbana.
Dewa Sakka tidak mencuri relik, tetapi karena Brahmana Dona menyembunyikan relik gigi itu di penutup kepalanya dan berniat menyimpan untuknya sendiri, maka Sakka mengambilnya untuk diperlakukan sepantasnya. Seorang Sotapanna memang masih bisa mencuri dan melakukan kesalahan2 seperti manusia biasa. Yang tidak mungkin timbul pada pikiran seorang Sotapanna adalah (5) akusala garuka kamma.
Title: Re: Sotapanna
Post by: morpheus on 09 September 2008, 12:15:29 PM
hasil googling, katanya nih:
"In Anguttara Nikaya Suttas 3.85 & 9.12, the Buddha said that Sotapanna and Sakadagamin (first and second stage Ariyas) have Perfect Sila (morality)."
http://mail.saigon.com/~anson/ebud/ebdha163.htm

yg mana ya yg bener? :whistle:
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 09 September 2008, 01:02:04 PM
perfect sila dan moralitynya mengacu kemana nih, apakah pancasila atau umum?

dilink itu juga jg bilang Samyutta Nikaya Sutta 55.3.4, Sarakani seorang sotapanna itu mabuk.

apakah sila yg dimaksud adalah dalam JMB8 sila samadhi panna ? ucapan, perbuatan dan pneghidupan benar kali

Quote"Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar? Menahan diri dari pembunuhan, menahan diri dari pencurian, menahan diri dari hal-hal yang berhubungan dan melakukan kegiatan seksual.: Ini, para bhikkhu, yang disebut perbuatan benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar? Ada kasus dimana seorang murid dari Yang Mulia, meninggalkan penghidupan tidak jujur, hidup dengan penghidupan benar: Inilah, para bhikkhu, yang disebut penghidupan benar.

"Dan apakah ucapan benar? Menahan diri untuk berbohong, menahan diri untuk kata-kata yang memecah-belah, menahan diri dari kata-kata kasar, menahan diri dari kata-kata yang tidak perlu: Ini, para bhikkhu, yang disebut ucapan benar.

mau cari rujukannya kgk ketemu nih. ada yg punya? AN 3.85 , 9.12 sama SN 55.3.4


Title: Re: Sotapanna
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 09 September 2008, 01:12:03 PM
Quote(6)  Sarakani Sutta, Samyutta Nikaya 55.3.4:

... Sarakani the Sakyan had died, and the Blessed One had declared him to be a stream-enterer, no longer bound to the nether world, fixed in destiny, with enlightenment as his destination.

There upon a number of Sakyans, having met and assembled, deplored this, grumbled, and complained about it, saying: 'It is wonderful indeed, sir! It is amazing indeed, sir! Now who here won't be a stream-enterer when the Blessed One has declared Sarakani the Sakyan after he died to be a stream-enterer... with enlightenment as his destination? Sarakani the Sakyan was too weak for the training; he drank intoxicating drink!'

- Then Mahanama the Sakyan approached the Blessed One, paid homage to him, sat down to one side, and reported this matter to him.

...'Here, Mahanama, some person does not possess confirmed confidence in the Buddha ... nor in the Dhamma ... nor in the Sangha. He is not one of joyous wisdom, nor of swift wisdom, and he has not attained liberation. However, he has these five things: the faculty of faith ... the faculty of wisdom. And he has sufficient faith in the Tathagata, sufficient devotion to him.
This person too, Mahanama, is one who does not go to hell, nor to the animal realm, nor to the sphere of ghosts, who does not go to the plane of misery, the bad destinations, the nether world.'

...'Even if these great sala trees, Mahanama, could understand what is well spoken and what is badly spoken, then I would declare these great sala trees to be stream-enterers, no longer bound to the nether world, fixed in destiny, with enlightenment as their destination.
How much more, then, Sarakani the Sakyan? Sarakani the Sakyan, Mahanama, undertook the training at the time of his death.'

QuoteThe sakadagami and sotapanna have eliminated all wrong view; they cannot believe that any dhamma lasts or is 'theirs'. But they still have the type of lobha (desire) that arises for sense objects. They know that this type of lobha is conditioned and so are not fooled into thinking it is self. There are cases like Visakkha, who was a sotapanna at 7years, who after she got married had 10 sons and 10 daughters, still very much involved in sense desire. Ones like her are said to be attached to the round because of so many lives where they took pleasure in the sense objects. Even after becoming a sotapanna it is said that Visakkha will spend a long time in samsara - but only in very good conditions - because of so much accumulated clinging to sense pleasures. Thus sotapanna and sakadagami can still enjoy sex and they live normal lives depending on their nature. Some might renounce the world and become monks and nuns; others might stay as laypeople but live a simple life without husband or wife; other might take 8 precepts; while still others indulge in sense pleasures as is their nature. What they can never do is go back to having wrong view, nor can they ever drink alcohol or lie or steal or kill even an ant. They can never take any other teacher than the Buddha, and they value the triple gem above all things. They give freely as they have eliminated stinginess. But if they are the type who has accumulated much sense object desire then their life will still have its sorrows and frustrations.

Gak bertentangan, Sarakani mencapai pada saat kematian. Maboknya sebelum jadi Sotapanna.
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 09 September 2008, 01:19:35 PM
sakarani sutta ada di sini http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn55/sn55.024.wlsh.html

menurut translatan walshe memang ketika meninggal mencapainya. beda sama kutipan dari sourcenya bhante dhammavuddho.

sekrang kembali lagi, kita mesti periksa rujuan  AN 3.85 , 9.12  kembali nih.

cek apakah benar demikian dan Sila apa yg dimaksud.
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 09 September 2008, 01:40:54 PM
Dalam Anguttara Nikaya 3.85 itu dikatakan bahwa bahkan sampai Arahat juga bisa melakukan pelanggaran ajaran, tetapi yang minor, dan kemudian memperbaiki diri. Dalam hal yang merupakan inti dari kehidupan suci, yang merupakan hal2 yang mendasar bagi kehidupan suci, mereka tidak bisa melanggarnya lagi.
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 09 September 2008, 01:48:22 PM
punya contekannya nga bro?
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 09 September 2008, 01:57:02 PM
Patthamasikkha Sutta - The first on precepts

Bhikkhus, the two hundred and fifty rules are beyond capacity, and the coming for the recital every fortinight, the sons of clansmen seeking their own good, observe them.
In these three precepts all those get included. What three?

Here, bhikkhus, the bhikkhu becomes complete, observing the virtues and complete to a lesser degree in concentration and wisdom. He transgresses certain minor precepts and eventually emerges from them. What is the reason? Bhikkhus, saying it correctly it would happen. Of the main precepts dealing with the holy life and conducive to the holy life he is fixed and firm. He destroys the three bonds and enters the stream of the Teaching, becoming one who does not fall from that, directly aims extinction.

Here, bhikkhus, the bhikkhu becomes complete, observing the virtues and complete to a lesser degree in concentration and wisdom. He transgresses certain minor precepts and eventually emerges from them. What is the reason? Bhikkhus, saying it correctly it would happen. Of the main precepts dealing with the holy life and conducive to the holy life he is fixed and firm. He destroys the three bonds and reducing his greed, hate and delusion becomes one who returns to this world once more to make an end of unpleasantness.

Here, bhikkhus, the bhikkhu becomes complete, observing the virtues and complete in concentration and wisdom. He transgresses certain minor precepts and eventually emerges from them. What is the reason? Bhikkhus, saying it correctly it would happen. Of the main precepts dealing with the holy life and conducive to the holy life he is fixed and firm. Destroying the five bonds of the sensual world he takes sponteneous birth and would extinguish in that same birth, without a fall from there.

Here, bhikkhus, the bhikkhu becomes complete, observing the virtues and complete in concentration and wisdom. He transgresses certain minor precepts and eventually emerges from them. What is the reason? Bhikkhus, saying it correctly it would happen. Of the main precepts dealing with the holy life and conducive to the holy life he is fixed and firm. He will destroy desires, release the mind, and released through wisdom here and now realize and abide.

Thus bhikkhus, one becomes successful little by little, and complete little by little I declare the precepts in that manner, without making a mistake.
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 09 September 2008, 02:05:45 PM
bro, an 3.85 yah? itu terjemahan dari PTS bukan?

kalau ada link ke sumbernya boleh donk.

koq beda sama potongan dari bhante dhammavuddho.... hmm.... tadi sakarani sutta, sekarang AN 3.85....
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 09 September 2008, 02:10:20 PM
Kaya'nya bukan PTS, karena penomorannya lain. Saya ga ada link-nya.
Dari Samaggi-phala juga ada yang terjemahan Indonesia-nya.


Tiga Latihan dan Empat Tahap
Para bhikkhu, lebih dari seratus lima puluh peraturan latihan yang harus diucapkan ulang setiap dua minggu, yang dilatih oleh para pria muda yang menginginkan tujuan. Semua peraturan itu tercakup di dalam tiga latihan ini. Apakah yang tiga itu? Latihan dalam moralitas yang lebih tinggi, latihan dalam pikiran yang lebih tinggi, dan latihan dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi. Inilah tiga latihan yang merangkum lebih dari seratus lima puluh peraturan latihan itu.

Di sini, O para bhikkhu, seorang bhikkhu adalah orang yang sepenuhnya terampil di dalam moralitas, tetapi hanya agak terampil di dalam konsentrasi dan kebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturan latihan minor yang tidak begitu penting, dan kemudian memperbaiki diri. Mengapa begitu? Karena, para bhikkhu, memang tidak dikatakan bahwa hal itu tidak mungkin baginya. Tetapi mengenai peraturan-peraturan latihan yang amat mendasar untuk kehidupan suci, yang sesuai dengan kehidupan suci, di situ moralitasnya stabil dan mantap, dan dia melatih diri dalam peraturan-peraturan latihan yang telah dia ambil. Dengan hancur leburnya tiga belenggu itu seluruhnya, dia menjadi Pemasuk-Arus, orang yang tidak lagi terkena kelahiran kembali di alam yang rendah, yang mantap keberuntungannya, dengan pencerahan sebagai tujuannya.

Kemudian, para bhikkhu, seorang bhikkhu di sini adalah orang yang sepenuhnya terampil dalam moralitas, tetapi hanya agak terampil dalam konsentrasi dan kebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturan latihan minor yang kurang penting dan kemudian memperbaiki diri... dengan hancur leburnya tiga belenggu ini seluruhnya dan dengan melemahnya keserakahan, kebencian dan kebodohan batin, dia menjadi Yang-Kembali-Sekali-Lagi, yang kembali ke dunia ini hanya satu kali lagi dan kemudian mengakhiri penderitaan.

Kemudian, para bhikkhu, seorang bhikkhu di sini adalah orang yang sepenuhnya terampil dalam moralitas dan konsentrasi, tetapi hanya agak terampil dalam kebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturan latihan minor yang tidak begitu penting dan kemudian memperbaiki diri... Dengan hancur leburnya lima belenggu yang lebih rendah, dia menjadi orang yang akan terlahir lagi secara spontan (di alam surgawi) dan di sana mencapai Nibbana akhir, tanpa pernah kembali dari alam itu.

Kemudian, para bhikkhu seorang bhikkhu di sini adalah orang yang sepenuhnya terampil dalam moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturan pelatihan minor yang tidak begitu penting dan kemudian memperbaiki diri. Mengapa demikian? Karena, para bhikkhu, memang tidak dikatakan bahwa hal itu tidak mungkin baginya. Tetapi mengenai peraturan-peraturan latihan yang amat mendasar untuk kehidupan suci, yang sesuai dengan kehidupan suci, di situ moralitasnya stabil dan mantap, dan dia melatih diri dalam peraturan-peraturan latihan yang telah diambilnya. Dengan hancur leburnya noda-noda, di dalam kehidupan ini juga dia masuk dan berdiam di dalam pembebasan pikiran yang tak ternoda, pembebasan lewat kebijaksanaan, karena telah mewujudkannya untuk dirinya sendiri lewat pengetahuan langsung.

Kemudian, O para bhikkhu, orang yang terampil sebagian mencapai sukses sebagian, orang yang terampil sepenuhnya rnencapai sukses sepenuhnya. Tetapi kunyatakan, peraturan-peraturan latihan ini tidaklah tanpa buah.

Ada beda di awal, dibilang "150 peraturan" sedangkan yang Bahasa Inggris bilang "250 peraturan".

Title: Re: Sotapanna
Post by: nyanadhana on 09 September 2008, 02:14:06 PM
Kalau begitu maafkan saya kalau ada salah kata dan pengertian untuk hal ini. _/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 09 September 2008, 03:56:32 PM
ngomong2x yg dimaksud dalam an 3.85 itu adalah pancasila, vinaya atau Sila dalam artian JMB8 ?
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 09 September 2008, 03:59:06 PM
menilik jumlah dan isinya sepertinya vinaya ya?
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 09 September 2008, 04:04:23 PM
kita perluas deh, kalau menilik dari sutta itu kan utk bhikkhu yg sotapanna masih melanggar yg kecil, tapi apakah seorang sotapanna non bhikkhu itu bisa melanggar sila yah pancasila misalnya? ;D

sebelum itu juga ada yg punya rujukan Pancasila itu? aye dapetnya cuma Abhisanda Sutta yg ada 5 hadiah terbesar yg sama dengan pancasila buddhis
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an08/an08.039.than.html

ada yg punya?
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 09 September 2008, 04:40:39 PM
Kalau pelanggaran kecil, bukan hanya Sotapanna, tetapi Arahat pun masih bisa melanggarnya, terutama jika belum terlalu kenal dengan vinaya. Tetapi pelanggaran (oleh Arahat) itu tidak dilandasi oleh Lobha/Dosa/Moha, oleh karenanya, tidak dianggap apati.

Pancasila sering sekali disebutkan di sutta, dan dikatakan sebagai jalan untuk terlahir di alam bahagia. Sebaliknya, melanggar sila akan terlahir di alam menderita.

Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 12 September 2008, 01:31:56 AM
Quote from: morpheus on 09 September 2008, 12:15:29 PM
hasil googling, katanya nih:
"In Anguttara Nikaya Suttas 3.85 & 9.12, the Buddha said that Sotapanna and Sakadagamin (first and second stage Ariyas) have Perfect Sila (morality)."
http://mail.saigon.com/~anson/ebud/ebdha163.htm

yg mana ya yg bener? :whistle:

Saudara Morpheus

apa kabar? mungkin anda mengenal saya dari salah satu forum (FFI)... tetapi itu sebenarnya teman saya yang memakai nama saya... tetapi kadang-kadang saya juga menyumbang artikel.. di forum itu....

kembali pada topik diatas, mengenai link ke Bhikkhu Dhammavuddho yang dijadikan referensi rasanya saya kurang begitu sreg terhadap tulisan Bhikkhu dhammavuddho, karena menilai isi tulisan beliau, banyak pandangannya yang saya anggap teori pribadi, contohnya tulisan beliau bahwa hanya dengan mendengar Dhamma bisa mencapai kesucian, saya rasa yang lebih tepat adalah pada waktu mendengar dhamma, ia melatih Dhamma dan melaksanakan seven stages of purification) lalu selesai dalam waktu yang singkat.

Saya coba mengecek sutta yang dijadikan acuan oleh beliau, diantaranya Anguttara Nikaya 5 no 202, Sang Buddha hanya mengatakan bahwa mendengarkan Dhamma akan menyebabkan kita mendapatkan pandangan benar. Tetapi oleh Bhikkhu Dhammavuddho dilebihkan dengan mengatakan bahwa dengan mendengar Dhamma kita bisa mencapai kesucian (can make one ariyan disciple).

bagaimana Sotapanna bisa memiliki perfect sila jika ia masih memiliki lobha (kammachanda) dan dosa ? (byapada). Lain halnya jika Anagami atau Arahat, mereka mungkin memiliki perfect sila.

Banyak lagi lainnya, seperti terjemahan sota panna sebagai ear entry? Bhante Dhammavuddho mungkin satu-satunya orang yang menerjemahkan Sotapanna ear entry...

Apakah boleh kita menerjemahkan susu coklat kedalam bahasa Inggris menjadi brown milk? karena brown dan chocolate dalam bahasa Indonesianya adalah coklat. Atau saya ambil contoh lainnya, lead bisa berarti timah hitam atau inti pensil. bila ada kalimat dalam bahasa Inggris yang berbunyi "pencil lead are made of graphite" maka harus diterjemahkan menjadi "isi pensil terbuat dari grafit" bukan "timah hitam pensil terbuat dari grafit" karena artinya jadi melenceng.

Ada lagi perbedaan pandangannya yang menganggap bahwa untuk mencapai tingkat kesucian Sotapanna dan Sakadagami tidak diperlukan konsentrasi, saya rasa ini tidak tepat, tetapi bahwa untuk pencapaian tingkat kesucian Sotapanna harus memiliki Jhana saya juga tidak setuju, karena menurut pendapat saya, konsentrasi diperlukan untuk pencapaian tingkat kesucian Sotapanna, tetapi konsentrasinya adalah konsentrasi yang melihat lakkhana (karakteristik dari fenomena batin maupun jasmani) yaitu anicca, dukkha dan anatta (baca samadhi sutta SN XXXV. 99)

Konsentrasi yang melihat lakkhana ini juga disebut khanika samadhi.
Kesimpulannya adalah demikian, bila kita tak memiliki samadhi maka kita tak bisa melihat apa adanya, bila kita tak bisa melihat apa adanya maka kita tak bisa melihat tilakkhana, bila kita tak bisa melihat tilakkhana maka kita tak akan dapat menembus kesucian (Sotapanna)

Sukhi hotu....

Fabian


Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 12 September 2008, 08:26:17 AM
fabian c,

Boleh minta referensi tentang "Khanika Samadhi" dari Tipitaka?
Title: Re: Sotapanna
Post by: andrew on 12 September 2008, 08:50:34 AM
Quote from: fabian c on 12 September 2008, 01:31:56 AM


kembali pada topik diatas, mengenai link ke Bhikkhu Dhammavuddho yang dijadikan referensi rasanya saya kurang begitu sreg terhadap tulisan Bhikkhu dhammavuddho, karena menilai isi tulisan beliau, banyak pandangannya yang saya anggap teori pribadi, contohnya tulisan beliau bahwa hanya dengan mendengar Dhamma bisa mencapai kesucian, saya rasa yang lebih tepat adalah pada waktu mendengar dhamma, ia melatih Dhamma dan melaksanakan seven stages of purification) lalu selesai dalam waktu yang singkat.

Sukhi hotu....

Fabian




sepengetahuan saya... seven stages of purification ini disusun belakangan setelah Buddha parinibana oleh guru-guru meditasi,

apa betul demikian ? kalo salah tolong diralat ya...

apa di Tipitaka , dalam kotbahnya Buddha pernah menerangkan tentang seven stages of purification ?

saya hanya ingin mencari tau, bukan berdebat...

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 12 September 2008, 10:30:17 AM
Quotesepengetahuan saya... seven stages of purification ini disusun belakangan setelah Buddha parinibana oleh guru-guru meditasi,

Konon sih disarikan dari Tipitaka, jadi yang tersebar di Sutta anu atau itu dirangkum agar lebih mudah dibaca. Memang saya lihat juga banyak catatan kaki, dari Sutta anu atau itu.
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 12 September 2008, 10:37:03 AM
Quote from: Sumedho on 09 September 2008, 04:04:23 PM
kita perluas deh, kalau menilik dari sutta itu kan utk bhikkhu yg sotapanna masih melanggar yg kecil, tapi apakah seorang sotapanna non bhikkhu itu bisa melanggar sila yah pancasila misalnya? ;D

sebelum itu juga ada yg punya rujukan Pancasila itu? aye dapetnya cuma Abhisanda Sutta yg ada 5 hadiah terbesar yg sama dengan pancasila buddhis
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an08/an08.039.than.html

ada yg punya?

1) The sotāpanna has abandoned the first three of the lower fetters: personality view, doubt, misapprehension of precepts and vows. (Ratanasutta Sn. 233)

2) He is freed from the possibility of rebirth in the four lower realms. (Ratanasutta Sn. 234)

3) He is incapable of concealing any bodily, verbal or mental transgression. (Ratanasutta Sn. 235)

4) He has abandoned any lust, hate or delusion that would be strong enough to cause rebirth in the lower realms. (Abhabba Sutta AN. iii. 438)

5) He is incapable of nine actions: treating any san~khāra as permanent, treating any san~khāra as pleasurable, treating any dhamma as self, killing his mother, father or an arahant, causing bleeding in a Tathāgata with evil intent, splitting the San~gha, or going over to another teacher. (Bahudhātuka Sutta MN. 115)

6) He is incapable of living without reverence for the Buddha, the Dhamma, the Sangha, and the training. Nor can he embrace any of the 62 wrong views or take an eighth birth. (Paṭhama-abhabbaṭṭhāna Sutta AN. iii. 438-9)

7) He is incapable of seeking outside the Sangha for persons worthy of gifts. (Dutiya-abhabbaṭṭhāna Sutta AN. iii. 439)

8) He cannot fall into the six wrong views that pleasure and pain are self-wrought, or wrought by another, or wrought by both oneself and another, or arise by chance without any act by self, or arise by chance without any act by another, or arise by chance without any act by either self or another. "For the one attained to right view sees well both causes and dhammas that are causally arisen." (Catuttha-abhabbaṭṭhāna Sutta AN. iii. 440)

9) He is fixed unshakeably in the True Dhamma, is incapable of backsliding (to being a worlding), his future dukkha is finite, he has attained to knowledge not common to worldlings, cause and causally arisen dhammas are seen rightly by him.
(Ānisaṃsa Sutta AN. iii. 441)

10) He possesses unshakable confidence in the Three Jewels and the unbroken virtue that is pleasing to ariyans (numerous Suttas)

Bhante Dhammanando
...

The commentary to D 16 says:

pañca sīlāni hi ariyasāvakānaṃ kantāni honti, bhavantarepi avijahitabbato.

Which I understand as: "the five precepts are beloved by the ariya savaka, by their not being abandoned even in a later existence." or something like that.

...

The Buddha taught, eg at AN 4 7. pattakammavaggo 4. nirayasuttaṃ that breaking the first four precepts is what leads to the four niraya. Since one of the defining factors of every sotapanna is the inability to fall to the four niraya, it seems more than likely that the commentary is correct in saying that this is what is meant by "virtues that are dear to the Noble Ones", and that any person who can break the first four precepts is surely not free from the four niraya and should thus not be considered a sotapanna.

Bhante Yutthadhammo
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 12 September 2008, 10:46:04 AM
Anumodana atas tanggapan teman2,
mungkin kita perlu mendefinisikan dulu apakah Dewa Sakka mencuri atau tidak,
jadi ceritanya begini teman2:

Brahmana Dona sewaktu mendistribusikan relik Buddha, secara diam2 menyembunyikan Relik gigi Sang Buddha dibalik Sorbannya, saat itu Dewa Sakka turun untuk mengambil Relik Gigi yang dianggap sebagai jatahnya. Dewa Sakka mencari2 tapi tidak menemukan karena disembunyikan oleh Brahmana Dona. kemudian Sakka mengetahui bahwa Relik yang dicari ada di balik sorban Brahmana Dona dan mengambilnya. jadi Sakka mencuri dari si pencuri. (Sumber: RAPB)

Nah, dalam hal ini, apakah Sakka melakukan pencurian atau tidak?

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: nyanadhana on 12 September 2008, 10:48:53 AM
Dewa Sakka hanya mengambil apa yang menjadi jatahnya. tindakan itu bukan mencuri karena memang sudah disiapkan sebagai jatah/bagian
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 12 September 2008, 01:48:11 PM
Quote from: andrew on 12 September 2008, 08:50:34 AM
Quote from: fabian c on 12 September 2008, 01:31:56 AM


kembali pada topik diatas, mengenai link ke Bhikkhu Dhammavuddho yang dijadikan referensi rasanya saya kurang begitu sreg terhadap tulisan Bhikkhu dhammavuddho, karena menilai isi tulisan beliau, banyak pandangannya yang saya anggap teori pribadi, contohnya tulisan beliau bahwa hanya dengan mendengar Dhamma bisa mencapai kesucian, saya rasa yang lebih tepat adalah pada waktu mendengar dhamma, ia melatih Dhamma dan melaksanakan seven stages of purification) lalu selesai dalam waktu yang singkat.

Sukhi hotu....

Fabian




sepengetahuan saya... seven stages of purification ini disusun belakangan setelah Buddha parinibana oleh guru-guru meditasi,

apa betul demikian ? kalo salah tolong diralat ya...

apa di Tipitaka , dalam kotbahnya Buddha pernah menerangkan tentang seven stages of purification ?

saya hanya ingin mencari tau, bukan berdebat...

_/\_



Saudara Andrew yang baik,

Mungkin saudara Andrew pernah membaca tulisan dari Bhikkhu yang bukan ahli Tipitaka yang menganggap bahwa itu hanya susunan belakangan. Memang jaman sekarang banyak bhikkhu-bhikkhu yang ingin dianggap kritis sehingga dia menganggap bahwa pengertian ini atau pengertian itu atau sesuatu yang tidak dia ketahui tak ada di Tipitaka, lalu dia menolak begitu saja. Pandangan bhikkhu-bhikkhu ini bagai merusak ajaran Sang Buddha dari dalam, karena mereka menolak begitu saja poin-poin Dhamma yang tidak mereka ketahui atau berada diluar jangkauan pengetahuan mereka.

seven stages of purification ada dalam Majjhima Nikaya 24, yaitu rathavinita sutta, yang merupakan poin diskusi antara YA.Sariputta dan YA.Punna Mantaniputta, saya kutip sedikit sutta tersebut,

"In the same way, my friend, purity in terms of virtue is simply for the sake of purity in terms of mind. Purity in terms of mind is simply for the sake of purity in terms of view. Purity in terms of view is simply for the sake of purity in terms of the overcoming of perplexity. Purity in terms of the overcoming of perplexity is simply for the sake of purity in terms of knowledge & vision of what is & is not the path. Purity in terms of knowledge & vision of what is & is not the path is simply for the sake of purity in terms of knowledge & vision of the way. Purity in terms of knowledge & vision of the way is simply for the sake of purity in terms of knowledge & vision. Purity in terms of knowledge & vision is simply for the sake of total Unbinding through lack of clinging. And it's for the sake of total Unbinding through lack of clinging that the holy life is lived under the Blessed One."


saya juga bukan orang yang ahli dalam Buddha Dhamma, tetapi saya tidak mendebat poin-poin dalam Tipitaka, karena saya menyadari banyak yang belum saya mengerti dalam Tipitaka.

Seperti pernyataan saudara Kainyn Kutho yang  meminta saya referensi mengenai khanika Samadhi , terus terang saya tidak tahu persis dimana (maaf saudara Kainyn...), setahu saya kata-kata itu ada dalam buku Abhidhamma (tetapi tidak tahu dimana) mungkin teman-teman yang belajar Abhidhamma bisa membantu (pengetahuan Abhidhamma saya sedikit).

Sedangkan mengenai Samatha dan Vipassana sudah diulas oleh rekan rekan yang lain dan ini jelas ada dalam sutta.

Salam dalam Dhamma,

sukhi hotu,

Fabian


Title: Re: Sotapanna
Post by: nyanadhana on 12 September 2008, 01:57:54 PM
Bro fabian,

begitulah dilema Buddhisme yang terjadi sekarang,mengklaim diri lebih hebat dan mengenyahkan pandangan Tipitaka sebagai panduan...dan malah kita dicap melekat akan Tipitaka
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 12 September 2008, 02:00:26 PM
Quote from: Indra on 12 September 2008, 10:46:04 AM
Anumodana atas tanggapan teman2,
mungkin kita perlu mendefinisikan dulu apakah Dewa Sakka mencuri atau tidak,
jadi ceritanya begini teman2:

Brahmana Dona sewaktu mendistribusikan relik Buddha, secara diam2 menyembunyikan Relik gigi Sang Buddha dibalik Sorbannya, saat itu Dewa Sakka turun untuk mengambil Relik Gigi yang dianggap sebagai jatahnya. Dewa Sakka mencari2 tapi tidak menemukan karena disembunyikan oleh Brahmana Dona. kemudian Sakka mengetahui bahwa Relik yang dicari ada di balik sorban Brahmana Dona dan mengambilnya. jadi Sakka mencuri dari si pencuri. (Sumber: RAPB)

Nah, dalam hal ini, apakah Sakka melakukan pencurian atau tidak?

_/\_


Saudara Indra, terus terang menurut saya berdasarkan definisi sila itu sendiri, sila kedua adalah mengambil barang yang tidak diberikan. berarti dewa Sakka melanggar sila kedua.

rasanya hal ini perlu dijernihkan sehingga kita tidak terjebak pada definisi mencuri.
Makan makanan yang disediakan oleh orang di rumah kita bisa melanggar sila kedua juga (walaupun tidak dianggap mencuri), bila mau sempurna mungkin harus Bhikkhu, yaitu mengambil apabila telah diberikan kepada mereka.

Oleh karena itu perbuatan Dewa Sakka sebenarnya kurang bersih, tetapi bukan pelanggaran besar yang akan menyebabkan ia terlahir di alam apaya. Ia secara sadar melanggar sila kedua walaupun ia memiliki iktikad baik terhadap relik tersebut.

salam dalam Dhamma,

sukhi hotu,

Fabian


Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 12 September 2008, 03:05:58 PM
Quote from: nyanadhana on 12 September 2008, 01:57:54 PM
Bro fabian,

begitulah dilema Buddhisme yang terjadi sekarang,mengklaim diri lebih hebat dan mengenyahkan pandangan Tipitaka sebagai panduan...dan malah kita dicap melekat akan Tipitaka



Ya kalau umat Nasrani berpatokan kepada Alkitab (perjanjian lama dan baru)
Umat Islam berpatokan pada Al qur'an dan hadits
maka kita sebagai umat Buddha sepatutnya berpatokan kepada Tipitaka, bukan berpatokan kepada orang tertentu, apalagi bila orang itu berpatokan pada pandangan lain diluar Tipitaka.

sukhi hotu....


Title: Re: Sotapanna
Post by: nyanadhana on 12 September 2008, 03:11:52 PM
 _/\_ bro Fabian,
tambah lagi fenomena kegilaan akan pencerahan dan Nibbana itu sendiri telah banyak membutakan beberapa orang yang ingin mengklaim dan memproklamasikan pencerahan itu sendiri sampe akhirnya berujung pada terciptanya kultus(cult).
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 12 September 2008, 03:32:11 PM
Om Fabian, dalam hal ini saya berpegangan kepada 5 faktor pelanggaran sila kedua.

Quote* para-parigga-hitam — article(s) with a concerned owner.
    * para-parigga-hita-saññita — one knows there is a concerned owner.
    * theyya-cittam — the intention to steal.
    * upakkamo — the effort to steal.
    * tena haranam — the article(s) is (are) stolen through that effort.

Apabila Sakka mengetahui bahwa relik tersebut adalah milik Sakka sendiri, saya yakin dalam hal ini Beliau tidak bersalah. Selain itu dalam Jataka dan cerita lain seringkali disebutkan Sakka melakukan hal-hal yang "nyeleneh", seperti meminta kurban, hanya untuk kebaikan pihak lain.

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 12 September 2008, 04:02:28 PM
Quote from: fabian c on 12 September 2008, 01:48:11 PM
...
Seperti pernyataan saudara Kainyn Kutho yang  meminta saya referensi mengenai khanika Samadhi , terus terang saya tidak tahu persis dimana (maaf saudara Kainyn...), setahu saya kata-kata itu ada dalam buku Abhidhamma (tetapi tidak tahu dimana) mungkin teman-teman yang belajar Abhidhamma bisa membantu (pengetahuan Abhidhamma saya sedikit).


OK, nanti saya coba cari di Abhidhamma. Thanx untuk jawabannya!
Title: Re: Sotapanna
Post by: andrew on 12 September 2008, 07:45:09 PM
Quote from: fabian c on 12 September 2008, 01:48:11 PM

seven stages of purification ada dalam Majjhima Nikaya 24, yaitu rathavinita sutta, yang merupakan poin diskusi antara YA.Sariputta dan YA.Punna Mantaniputta, saya kutip sedikit sutta tersebut,

"In the same way, my friend, purity in terms of virtue is simply for the sake of purity in terms of mind. Purity in terms of mind is simply for the sake of purity in terms of view. Purity in terms of view is simply for the sake of purity in terms of the overcoming of perplexity. Purity in terms of the overcoming of perplexity is simply for the sake of purity in terms of knowledge & vision of what is & is not the path. Purity in terms of knowledge & vision of what is & is not the path is simply for the sake of purity in terms of knowledge & vision of the way. Purity in terms of knowledge & vision of the way is simply for the sake of purity in terms of knowledge & vision. Purity in terms of knowledge & vision is simply for the sake of total Unbinding through lack of clinging. And it's for the sake of total Unbinding through lack of clinging that the holy life is lived under the Blessed One."



Salam dalam Dhamma,

sukhi hotu,

Fabian





terima kasih pak Fabian

saya tadi siang juga menemukan ini

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 12 September 2008, 08:20:48 PM
Quote from: karuna_murti on 12 September 2008, 03:32:11 PM
Om Fabian, dalam hal ini saya berpegangan kepada 5 faktor pelanggaran sila kedua.

Quote* para-parigga-hitam — article(s) with a concerned owner.
    * para-parigga-hita-saññita — one knows there is a concerned owner.
    * theyya-cittam — the intention to steal.
    * upakkamo — the effort to steal.
    * tena haranam — the article(s) is (are) stolen through that effort.

Apabila Sakka mengetahui bahwa relik tersebut adalah milik Sakka sendiri, saya yakin dalam hal ini Beliau tidak bersalah. Selain itu dalam Jataka dan cerita lain seringkali disebutkan Sakka melakukan hal-hal yang "nyeleneh", seperti meminta kurban, hanya untuk kebaikan pihak lain.

_/\_



Saudara Karuna Murti yang baik,
saya rasa relik Sang Buddha milik semua mahluk yang memuliakan Beliau. Kalau Brahmana Dona menggelapkan relik lalu dianggap tidak baik, maka tentu dewa Sakka juga sama.

Dalam hal ini mungkin pertimbangan YA.Sakka (beliau Sotapanna lho...  ) relik-relik itu tak ada pemiliknya, dan menjadi perebutan para raja. Maka beliau juga merebut relik itu dari brahmana Dona. Lantas perbuatannya bagaimana? saya rasa beliau tetap masuk dalam kategori mengambil barang yang tidak diberikan, walaupun belum tentu masuk kategori pencurian. (jadi masuk perbuatan yang tidak bersih atau tidak murni)

(((Semoga kita semua berbahagia dan bebas dari penderitaan...)))


Title: Re: Sotapanna
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 12 September 2008, 08:30:37 PM
Om Fabian, saya tidak tahu asli atau tidaknya dan sumber referensinya, tetapi tulisan Om Indra di atas :

QuoteBrahmana Dona sewaktu mendistribusikan relik Buddha, secara diam2 menyembunyikan Relik gigi Sang Buddha dibalik Sorbannya, saat itu Dewa Sakka turun untuk mengambil Relik Gigi yang dianggap sebagai jatahnya.

Dan menilik fakta bahwa Sakka adalah Ariya, saya pribadi tidak senang (dosa) dengan memikirkan beginilah tingkah laku Ariya. Makanya saya mencoba melihat bahwa ada maksud lain dari Sakka.
_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 12 September 2008, 08:46:01 PM
Bro Fabian,
baiklah kita sepakat, bahwa Sakka telah melakukan pelanggaran "mengambil apa yg tidak diberikan", nah kita kembali lagi ke pokok pembahasan awal yaitu "apakah seorang Ariya masih bisa melakukan pelanggaran teb?".
mohon tanggapan

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 12 September 2008, 09:42:59 PM


Quote from: Indra on 12 September 2008, 08:46:01 PM
Bro Fabian,
baiklah kita sepakat, bahwa Sakka telah melakukan pelanggaran "mengambil apa yg tidak diberikan", nah kita kembali lagi ke pokok pembahasan awal yaitu "apakah seorang Ariya masih bisa melakukan pelanggaran teb?".
mohon tanggapan


_/\_

Saudara Indra yg baik,

Teb itu artinya apa sih? maaf istilah internet saya banyak yang nggak tahu.... kuno banget ya...? malu-maluin...   :-[  kadang-kadang mikir lama... apa sih arti kata itu...?

Kembali lagi mengenai Ariya, saya rasa seorang Ariya (terbatas Sotapanna dan Sakadagami) masih bisa melanggar sila karena masih memiliki lobha yang kasar (kamachanda / keinginan duniawi) dan dosa yang kasar (byapada / kehendak jahat).

Tetapi tak akan melakukan pelanggaran sila berat seperti membunuh dsbnya, karena pengertian (wisdom) telah berkembang. Saya yakin walau dipaksa sekalipun Sotapanna tak akan membunuh manusia, tetapi membunuh nyamuk masih mungkin....

Seorang Sotapanna saya rasa masih mungkin bicara kasar (yang termasuk pelanggaran sila kedua), tetapi menipu dengan maksud memiliki benda orang lain saya rasa tidak.

bahkan ada cerita dalam Sutta mengenai seorang Bhikkhu yang hebat meditasinya bahkan punya Abhinna (kalau tidak salah ia seorang Sotapanna), tetapi ia pernah minum sampai mabuk (pelanggaran sila ke 5). sehingga akhirnya dicela Sang Buddha. (saya lupa suttanya).

Semua ini adalah pelanggaran sila yang kecil, dan tidak sampai menyebabkan ia terlahir di keempat alam apaya.

Jadi seorang Sotapanna tak akan terlahir di alam apaya bukan karena ia mencapai Sotapanna, saya rasa seorang Sotapanna tak akan terlahir di alam apaya karena capabilitas untuk melakukan kejahatan besar telah lenyap.

(((Semoga kita semua berbahagia dan bebas dari penderitaan)))

Fabian


Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 12 September 2008, 09:57:22 PM
Anumodana atas penjelasannya Bro Fabian, sungguh mencerahkan. _/\_

"teb" itu adalah kesalahan jari2 saya, otak memerintahkan untuk menulis "tsb" tapi pesan diterima jari jadi "teb"  :))

Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 12 September 2008, 10:03:45 PM
so far, aye agree :)
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 15 September 2008, 09:12:48 AM
Quotebahkan ada cerita dalam Sutta mengenai seorang Bhikkhu yang hebat meditasinya bahkan punya Abhinna (kalau tidak salah ia seorang Sotapanna), tetapi ia pernah minum sampai mabuk (pelanggaran sila ke 5). sehingga akhirnya dicela Sang Buddha. (saya lupa suttanya).

Bhikkhu itu adalah Sagata, Thera yang dikatakan oleh Buddha sebagai yang paling mahir dalam Tejo Kasina. Kisahnya ada di Surapana Jataka.

Title: Re: Sotapanna
Post by: markosprawira on 15 September 2008, 09:51:01 AM
bagi ceritanya dong, Kai..........  ;)
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 15 September 2008, 09:56:37 AM
http://www.buddhabihar.com/jataka_story_81.html

Perlu diingat, syair Jataka memang biasanya dianggap kanon, tetapi cerita Jataka biasanya dianggap para-kanonikal.
_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 15 September 2008, 10:15:44 AM
Quote from: markosprawira on 15 September 2008, 09:51:01 AM
bagi ceritanya dong, Kai..........  ;)

Kalo ga salah inget, Sagata ini menaklukkan naga yang ada di daerah tertentu. Kemudian penduduk di situ berpikir untuk memberikan sesuatu kepada Bhikkhu ini, lalu mereka akhirnya memberikan minuman beralkohol. Sagata ini tidak tahu dan minum saja, lalu pingsan di tengah jalan. Ia dibawa oleh teman2nya menghadap Buddha dan karena mabuk, dia merubah2 posisi baringnya sehingga menghadapkan kakinya ke arah Buddha. Buddha menjelaskan bahwa itulah bahayanya minum minuman keras, maka akhirnya dibuat vinaya tentang itu.
Title: Re: Sotapanna
Post by: markosprawira on 15 September 2008, 02:37:45 PM
Hmm.... berarti sebenarnya bisa disimpulkan bahwa SAgata tidak melakukan dengan sengaja alias tidak ada niat untuk melanggar sila.... cmiiw
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 15 September 2008, 02:56:15 PM
Iya, sepertinya bukan sengaja mabuk2an. Lalu tidak dibilang juga apakah saat itu Sagata sudah mencapai Sotapanna atau belum.
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 15 September 2008, 03:04:00 PM
Bagi bhikkhu, dalam aturan vinaya tertentu, suatu pelanggaran adalah tetap merupakan pelanggaran terlepas dari sengaja atau tidak sengaja.
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 16 September 2008, 10:51:56 AM
Teman-teman,

yang saya maksud memang benar bhikkhu Sagata, saya telah lupa namanya oleh sebab itu saya tidak bisa mengecek cerita itu, ternyata bhikkhu Sagata memang belum mencapai tingkat kesucian pada waktu mabuk, tetapi ia dengan sadar minum arak putih, tahu bahwa itu arak dan tahu itu bisa memabukkan.
Terima kasih saudara Kainyn...   :)

Sukhi hotu


Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 16 September 2008, 11:00:24 AM
Quote from: fabian c on 16 September 2008, 10:51:56 AM
Teman-teman,

yang saya maksud memang benar bhikkhu Sagata, saya telah lupa namanya oleh sebab itu saya tidak bisa mengecek cerita itu, ternyata bhikkhu Sagata memang belum mencapai tingkat kesucian pada waktu mabuk, tetapi ia dengan sadar minum arak putih, tahu bahwa itu arak dan tahu itu bisa memabukkan.
Terima kasih saudara Kainyn...   :)

Sukhi hotu

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: g.citra on 26 November 2008, 09:15:40 PM
Bagaimanakah kita tahu pasti kalau kita sudah mencapai sotapanna ?

jawab:

Kalau kita juga tahu pasti bahwa kita punya sisa kelahiran 3 s/d 7 lagi...(sotapana magha 'n phala)
Title: Re: Sotapanna
Post by: cunda on 29 November 2008, 01:01:50 PM
Quote from: El Sol on 12 November 2007, 03:58:41 PM
saya sudah Sotapanna at least...I believe so...karena gk terlalu susah kalo liat reqnya...

tapi...kalo suatu saat gw gk memenuhi reqnya maka gw gk sotapanna lage... ;D


Namaste suavatthi hotu

u mestinya jangan mundur maju kayak mesin giling, sekali sudah mencapai sotapanna gak mundur lagi kata orang Jakarta maju terus pantang mundur. hehehehe

Semoga anda segera mencapai sotapanna

thuti


Title: Re: Sotapanna
Post by: Dhamma Sukkha on 07 December 2008, 06:19:22 AM
Quote from: morpheus on 12 November 2007, 04:07:39 PM
QuoteA Sotapatti never violates the moral law. He is incapable of destroying life
ternyata dia memanggil exterminator / pembasmi hama.

katanya, biar dia terima semua karmanya, yg penting latihan dan praktek muridnya tidak boleh terganggu...

:-? :-? :-?

w gak terima, kenapa harus dibunuh? Rayap-rayapnya kan gak salah. Kenapa dibunuh? bukannya mereka hanya melindungi diri mereka, seharusnya murid-murid Ajahn Chah harus senang, mereka jadi bisa lebih melatih Upekkha mereka. Bukankah ini kesempatan mereka melatih diri?
Title: Re: Sotapanna
Post by: markosprawira on 09 December 2008, 10:14:35 AM
Quote from: Citta Devi on 07 December 2008, 06:19:22 AM
Quote from: morpheus on 12 November 2007, 04:07:39 PM
QuoteA Sotapatti never violates the moral law. He is incapable of destroying life
ternyata dia memanggil exterminator / pembasmi hama.

katanya, biar dia terima semua karmanya, yg penting latihan dan praktek muridnya tidak boleh terganggu...

:-? :-? :-?

w gak terima, kenapa harus dibunuh? Rayap-rayapnya kan gak salah. Kenapa dibunuh? bukannya mereka hanya melindungi diri mereka, seharusnya murid-murid Ajahn Chah harus senang, mereka jadi bisa lebih melatih Upekkha mereka. Bukankah ini kesempatan mereka melatih diri?

dear devi,

murid2 ada disana adalah vipaka,
demikian juga rayap ada disana, itu adalah vipaka mereka

kesesuaian masing2 vipaka membuat mereka bisa bertemu disana.

rayap2 mati itu juga adalah vipaka krn mereka mendapat kondisi yg tidak sesuai
namun murid2 sudah membuat action/kamma baru.... yg notabene adalah akusala kamma dan tentunya nantinya akan membuahkan akusala vipaka

anda melihat cerita inipun, itu adalah vipaka.... yg jika menurut anda tidak menyenangkan, maka itu menjadi akusala vipaka

memang rumit cara kerja kamma berbuah (vipaka), serta kesesuaian berbagai niyama yg ada di alam ini.....

namun jika kita mulai menyadarinya maka kita akan semakin bisa menjaga batin kita sendiri agar tetap dalam kondisi kusala

semoga bisa bermanfaat
Title: Re: Sotapanna
Post by: Dhamma Sukkha on 11 December 2008, 12:15:35 PM
Quote from: morpheus on 12 November 2007, 04:07:39 PM
QuoteA Sotapatti never violates the moral law. He is incapable of destroying life
menurut penuturan salah seorang muridnya, ajahn chah, seorang guru meditasi yg dianggap sudah mencapai pencerahan oleh banyak orang, suatu ketika menerima kabar dan melihat bahwa monasterynya banyak termite (rayap?).

apa yg dilakukan ajahn chah?

ternyata dia memanggil exterminator / pembasmi hama.

katanya, biar dia terima semua karmanya, yg penting latihan dan praktek muridnya tidak boleh terganggu...

:-? :-? :-?


Tiga belenggu dipatahkan oleh yg memiliki Pandangan Benar, yakni:
1. Sakkaya-ditthi
2. Vicikkiccha
3.Silabbataparamasa
Ia telah bebas dari 4 alam yg menyedihkan serta tak dapat melakukan enam kejahatan berat. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat mustika tak ternilai ini
Demi kebenaran ini, semoga kita mendapat kebahagiaan.

Perbuatan salah apa pun juga yg dilakukan dgn tubuh, ucapan, dan pikiran, tak dpt disembunyikannya.
Karena telah dikatakan bahwa perbuatan demikian tak mungkin dilakukan oleh org yg tlh melihat Nibbana...

Hal ini berarti Ajahn Chah blum Sottapana, krn perbuatan apa pun juga tak dpt disembunyikan oleh mereka yg tlah melihat Nibbana, klo Ajahn Chah sudah Sottapana, ia tdk mungkin berpikiran spt itu...




Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 11 December 2008, 07:00:44 PM
Quote from: Citta DeviPerbuatan salah apa pun juga yg dilakukan dgn tubuh, ucapan, dan pikiran, tak dpt disembunyikannya.
Karena telah dikatakan bahwa perbuatan demikian tak mungkin dilakukan oleh org yg tlh melihat Nibbana...

Potongan ini diambil dari Sn 2.1 Ratana Sutta

Quote11. "Any evil action he may still do by deed, word or thought, he is incapable of concealing it; since it has been proclaimed that such concealing is impossible for one who has seen the Path (of Nibbana). This precious jewel is the Sangha. By this (asseveration of the) truth may there be happiness.

Sebenarnya tidak dapat disembunyikan berbeda dengan dilakukan loh.
Title: Re: Sotapanna
Post by: morpheus on 11 December 2008, 09:04:45 PM
Quote from: Citta Devi on 11 December 2008, 12:15:35 PM
Hal ini berarti Ajahn Chah blum Sottapana, krn perbuatan apa pun juga tak dpt disembunyikan oleh mereka yg tlah melihat Nibbana, klo Ajahn Chah sudah Sottapana, ia tdk mungkin berpikiran spt itu...
betul, itu kemungkinan pertama. apakah ada kemungkinan kedua?
:)
Title: Re: Sotapanna
Post by: waliagung on 14 December 2008, 06:00:35 PM
tolong pake bahasa indonesia dong....
sy kurang paham kalau pake bahasa asing

gimana kalau kita pake bahasa kasih.....oke....

mohon untuk di repesi kalimat asingnya ke indonesia.................
Title: Re: Sotapanna
Post by: CKRA on 16 January 2009, 04:29:41 PM
Dikisahkan Sang Buddha memenuhi janjiNya kepada Raja Bimbisara untuk mengunjungi Rajagaha. Pada saat itu Raja Bimbisara disebutkan telah mencapai Sotapanna setelah mendengarkan Dhamma dari Sang Buddha.

Namun kemudian juga dikisahkan Raja Bimbisara bertemu dengan wanita penghibur Ambapali dan melakukan affair hingga lahir seorang bayi yang bernama Vimala Kondanna. Ambapali dan Vimala Kondanna kemudian meninggalkan kehidupan perumah tangga dan akhirnya mencapai Arahat.

Mohon pencerahan dari rekan-rekan mengenai kisah Raja Bimbisara ini. Apakah seorang Sotapanna masih bisa melakukan pelanggaran sila atau memang berhubungan dengan wanita penghibur itu bukan pelanggaran sila?

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Lily W on 16 January 2009, 04:47:54 PM
Quote from: CKRA on 16 January 2009, 04:29:41 PM
Dikisahkan Sang Buddha memenuhi janjiNya kepada Raja Bimbisara untuk mengunjungi Rajagaha. Pada saat itu Raja Bimbisara disebutkan telah mencapai Sotapanna setelah mendengarkan Dhamma dari Sang Buddha.

Namun kemudian juga dikisahkan Raja Bimbisara bertemu dengan wanita penghibur Ambapali dan melakukan affair hingga lahir seorang bayi yang bernama Vimala Kondanna. Ambapali dan Vimala Kondanna kemudian meninggalkan kehidupan perumah tangga dan akhirnya mencapai Arahat.

Mohon pencerahan dari rekan-rekan mengenai kisah Raja Bimbisara ini. Apakah seorang Sotapanna masih bisa melakukan pelanggaran sila atau memang berhubungan dengan wanita penghibur itu bukan pelanggaran sila?

_/\_

Sotapanna telah memusnahkan 5 dari 10 AKUSALA KAMMAPATTHA (10 SALURAN TUK BERBUAT TAK BERMANFAAT)
1. Panatipata (Membunuh)
2. Adinnadana (Mencuri)
3. Kamesumicchacara (Berbuat Asusila)
4. Musavada (Berdusta)
5. Micchaditthi (Pandangan Salah)

Jadi Sotapanna tidak bisa melakukan pelanggaran Sila ke 3 lagi karena itu telah dimusnahkan secara total.

Sori.....Sy ga tahu kisah Raja Bimbisara. jadi yg itu sy no comment.

_/\_ :lotus:

Title: Re: Sotapanna
Post by: CKRA on 16 January 2009, 04:52:00 PM
Thanks sis Lily. Saya juga masih bingung soal ini. Kalau dilihat dari kisahnya harusnya kejadiannya secara kronologis adalah Raja Bimbisara mencapai Sotapanna dulu baru punya affair dengan Ambapali.
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 16 January 2009, 04:55:52 PM
Quote from: morpheus on 11 December 2008, 09:04:45 PM
Quote from: Citta Devi on 11 December 2008, 12:15:35 PM
Hal ini berarti Ajahn Chah blum Sottapana, krn perbuatan apa pun juga tak dpt disembunyikan oleh mereka yg tlah melihat Nibbana, klo Ajahn Chah sudah Sottapana, ia tdk mungkin berpikiran spt itu...
betul, itu kemungkinan pertama. apakah ada kemungkinan kedua?
:)


kemungkinan kedua, rule bahwa sottapana tidak akan membunuh absurb
Title: Re: Sotapanna
Post by: candle on 16 January 2009, 05:00:15 PM
Dalam suatu tatanan masyarakat monarch, seorang Raja adalah penguasa mutlak, seluruh rakyatnya adalah milik Raja, ini melegalkan perbuatan raja dalam hal affair yang disebutkan di atas. Dan sebagai seorang raja, adalah lumrah memiliki banyak selir. Jadi dalam Budaya setempat affair itu bukanlah suatu pelanggaran. ini adalah tinjauan dari aspek sosial.

Jika dari aspek Sila, syarat terjadi pelanggaran Sila ke-3 adalah: melakukan hubungan seksual dengan wanita yang masih dalam perlindungan wali, istri orang lain, selir raja, bhikkhuni. dan Ambapali tidak termasuk dalam kelompok2 tsb.

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: CKRA on 16 January 2009, 05:05:38 PM
Hmm, sis candle, apakah sila memandang kasta? Apakah anda yakin hanya itu syarat terjadinya pelanggaran sila ke-3? Tapi thanks anyway.  _/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 16 January 2009, 05:08:10 PM
Quote from: candle on 16 January 2009, 05:00:15 PM
Jika dari aspek Sila, syarat terjadi pelanggaran Sila ke-3 adalah: melakukan hubungan seksual dengan wanita yang masih dalam perlindungan wali, istri orang lain, selir raja, bhikkhuni. dan Ambapali tidak termasuk dalam kelompok2 tsb.

melakukan hub, dg bukan pasangan "sah" nya, bukankah termasuk asusila?
walau dilakukan dg orang yg "free" seperti wanita penghibur...
Title: Re: Sotapanna
Post by: candle on 16 January 2009, 05:09:07 PM
hmm... memang ada syarat2 lain, tapi yang saya sebutkan itu adalah bagian yang sesuai dengan episode tersebut.
Title: Re: Sotapanna
Post by: candle on 16 January 2009, 05:10:45 PM
Quote from: tesla on 16 January 2009, 05:08:10 PM
Quote from: candle on 16 January 2009, 05:00:15 PM
Jika dari aspek Sila, syarat terjadi pelanggaran Sila ke-3 adalah: melakukan hubungan seksual dengan wanita yang masih dalam perlindungan wali, istri orang lain, selir raja, bhikkhuni. dan Ambapali tidak termasuk dalam kelompok2 tsb.

melakukan hub, dg bukan pasangan "sah" nya, bukankah termasuk asusila?
walau dilakukan dg orang yg "free" seperti wanita penghibur...

Benar Bro Tesla,
tapi ingat bahwa dalam budaya pada waktu dan tempat itu, seorang raja melakukan hubungan sex dengan siapapun adalah sah.
Title: Re: Sotapanna
Post by: markosprawira on 16 January 2009, 05:19:01 PM
Disesuaikan dengan budaya, waktu dan jaman.........

memang penjelasannya adalah :
-   Yang dilarang karena adat istiadat adalah wanita yang masih dalam satu garis keturunan yang dekat

-   Yang dilarang karena peraturan agama adalah wanita yang menjalankan kehidupan suci (brahmacari). Dalam tradisi Theravada wanita disebut di atas adalah Upasika Atthasila, Samaneri dan Bhikkhuni (Ingat ini hanya berdasar theravada saja loh, belum melihat peraturan dari agama lain)

-   Yang dilarang karena hokum Negara/kerajaan adalah wanita yang menjadi selir raja.

Namun jika kita kembalikan pada syarat secara umumnya yaitu : Wanita yang dilarang menurut adat istiadat, peraturan agama, atau hukum Negara/kerajaan

apakah pelacur itu diperkenankan menurut adat saat ini?

apakah pelacur itu diperkenankan menurut peraturan agama saat ini?

apakah pelacur itu diperkenankan menurut hukum negara saat ini?

mari kita renungkan bersama agar tidak menjadi pelegalisasian bhw krn tidak diatur oleh Buddha, lalu kita bisa mencari celah2 dari sila itu sendiri......

semoga bs bermanfaat

metta  _/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: markosprawira on 16 January 2009, 05:20:45 PM
Quote from: CKRA on 16 January 2009, 05:05:38 PM
Hmm, sis candle, apakah sila memandang kasta? Apakah anda yakin hanya itu syarat terjadinya pelanggaran sila ke-3? Tapi thanks anyway.  _/\_

kalau saya boleh lengkapi bro

1. Objek yang menyebabkan pelanggaran sila ketiga :
Bagi seorang laki-laki :
a.   Wanita yang telah menikah
b.   Wanita yang masih dalam pengawasan atau asuhan keluarga
c.   Wanita yang dilarang menurut adapt istiadat, peraturan agama, atau hokum Negara/kerajaan
-   Yang dilarang karena adat istiadat adalah wanita yang masih dalam satu garis keturunan yang dekat
-   Yang dilarang karena peraturan agama adalah wanita yang menjalankan kehidupan suci (brahmacari). Dalam tradisi Theravada wanita disebut di atas adalah Upasika Atthasila, Samaneri dan Bhikkhuni.
-   Yang dilarang karena hokum Negara/kerajaan adalah wanita yang menjadi selir raja.

2. Objek yang menyebabkan pelanggaran sila ketiga :
Bagi seorang wanita :
a.   Laki-laki yang telah menikah
b.   Laki-laki yang dilarang karena peraturan agama, misalnya : Upasaka, Atthasila, Samanera dan Bhikkhu

3. Pelanggaran sila ketiga
a)   Seorang wanita/alki-laki yang berbuat asusila dengan laki-laki/wanita yang terlarang baginya, telah melakukan perzinahan
b)   Seorang wanita yg masih di bawah asuhan melakukan perbuatan asusila dengan laki-laki yang tidak merupakan objek terlarang baginya, tidak melanggar sila ini. Tetapi, wanita tersebut dapat dikatakan melanggar Dhamma karena menodai dirinya sendiri, dan menjatuhkan nama baiknya dalam masyarakat.

FAKTOR :
1.   Ada objek yang tidak patut di gauli
2.   Mempunyai pikiran untuk menyetubuhi objek tersebut
3.   Berpikir untuk menyetubuhi
4.   Berusaha untuk menyetubui
5.   Berhasil Menyetubuhi melalui usaha tersebut

Hal-hal lain yang dikategorikan pelanggaran sila ketiga yang harus juga kita hindari :
1.   Berzinah (melakukan hubungan kelamin bukan dengan suami/istrinya)
2.   Berciuman dengan lain jenis kelamin yang disertai nafsu birahi
3.   Menyenggol, mencolek & sejenisnya yang disertai nafsu birahi


semoga bermanfaat

metta  _/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: CKRA on 16 January 2009, 05:30:29 PM
Anumodana bro markos. Sungguh mencerahkan. Artinya pelanggaran sila ke-3 bagi seorang raja dan seorang rakyat jelata dapat diinterpretasikan berbeda ya?

Kalau demikian maka kesimpulannya saat itu Raja Bimbisara tidak melakukan pelanggaran sila dan seorang Sotapanna tidak mungkin melanggar sila (belum ada bukti seorang Sotapanna pernah melanggar sila). Benarkan demikian?
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 16 January 2009, 05:33:17 PM
Quote from: candle on 16 January 2009, 05:10:45 PM
Quote from: tesla on 16 January 2009, 05:08:10 PM
Quote from: candle on 16 January 2009, 05:00:15 PM
Jika dari aspek Sila, syarat terjadi pelanggaran Sila ke-3 adalah: melakukan hubungan seksual dengan wanita yang masih dalam perlindungan wali, istri orang lain, selir raja, bhikkhuni. dan Ambapali tidak termasuk dalam kelompok2 tsb.

melakukan hub, dg bukan pasangan "sah" nya, bukankah termasuk asusila?
walau dilakukan dg orang yg "free" seperti wanita penghibur...

Benar Bro Tesla,
tapi ingat bahwa dalam budaya pada waktu dan tempat itu, seorang raja melakukan hubungan sex dengan siapapun adalah sah.

jadi artinya kita tidak pantas mengatakan raja Bimbisara melakukan affair? hanya sarapan pagi biasa, nothing special...
Title: Re: Sotapanna
Post by: 7 Tails on 16 January 2009, 11:34:37 PM
apa sutta jaman dulu tidak sama dengan sekarang?
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 17 January 2009, 09:46:56 PM
sotapanna, telah mematahkan 3 belenggu rendah. yg soal sila2x itu rujukannya da yg punya nga?
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 17 January 2009, 10:06:05 PM
Quote from: Sumedho on 17 January 2009, 09:46:56 PM
sotapanna, telah mematahkan 3 belenggu rendah. yg soal sila2x itu rujukannya da yg punya nga?

Semua Rujukan yg ada hanya berupa tafsiran
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 17 January 2009, 10:14:18 PM
Quote from: Indra on 17 January 2009, 10:06:05 PM
Quote from: Sumedho on 17 January 2009, 09:46:56 PM
sotapanna, telah mematahkan 3 belenggu rendah. yg soal sila2x itu rujukannya da yg punya nga?

Semua Rujukan yg ada hanya berupa tafsiran

rujukannya sering di post ce lily, mungkin berasal dari abhidhamma pitaka, bukan tafsiran.
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 17 January 2009, 10:23:32 PM
list lengkapnya ada di reply #52 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=933.msg36744#msg36744)

dilihat dari gaya penulisannya sepertinya berasal dari abhidhammatta Sangaha... betul tak?
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 17 January 2009, 10:31:39 PM
Quote from: tesla on 17 January 2009, 10:23:32 PM
list lengkapnya ada di reply #52 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=933.msg36744#msg36744)

dilihat dari gaya penulisannya sepertinya berasal dari abhidhammatta Sangaha... betul tak?
yg ditanyakan Saudara Suhu adalah penjelasan mengenai Sila, adakah?
Title: Re: Sotapanna
Post by: cunda on 17 January 2009, 11:10:51 PM
Quote from: Sumedho on 17 January 2009, 09:46:56 PM
sotapanna, telah mematahkan 3 belenggu rendah. yg soal sila2x itu rujukannya da yg punya nga?

namaste suvatthi hotu

coba periksa di sutta perumpamaan ular air (Alagaddūpamasuttaṃ)


Majjhimanikāyo; Mūlapaṇṇāsapāḷi; 3. Opammavaggo; 2. Alagaddūpamasuttaṃ 248

Evaṃ svākkhāte, bhikkhave, mayā dhamme uttāne vivaṭe pakāsite chinnapilotike yesaṃ bhikkhūnaṃ tīṇi saṃyojanāni pahīnāni, sabbe te sotāpannā, avinipātadhammā, niyatā sambodhiparāyanā.


semoga ada yg bersedia menterjemahkan


semoga bermanfaat

thuti
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 18 January 2009, 05:21:44 AM
AKUSALA KAMMAPATTHA 10 (10 SALURAN TUK BERBUAT TAK BERMANFAAT)
1. Panatipata (Membunuh)
2. Adinnadana (Mencuri)
3. Kamesumicchacara (Berbuat Asusila)
4. Musavada (Berdusta)
5. Micchaditthi (Pandangan Salah)
6. Pisunavaca (Bicara Fitnah)
7. Pharusavaca (Kata kasar)
8. Byapada (Itikat Jahat)
9. Samphappalapa (Gosip)
10. Abhijjha (Hasrat Rendah, ketamakan)

1234 udah di musnahkan oleh sotapanna
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 18 January 2009, 10:20:23 AM
soal 1234 dimusnahkan itu ada rujukannya nga oom?
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 18 January 2009, 11:36:40 AM
kita tanya mami lily aja ;D
saya ga tau jg rujukannya :P
Title: Re: Sotapanna
Post by: Jerry on 18 January 2009, 01:07:50 PM
Nanya: Berarti 5-10 masih dilakukan seorang Sotapanna? :)

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Lily W on 19 January 2009, 09:50:28 AM
Quote from: tesla on 18 January 2009, 05:21:44 AM
AKUSALA KAMMAPATTHA 10 (10 SALURAN TUK BERBUAT TAK BERMANFAAT)
1. Panatipata (Membunuh)
2. Adinnadana (Mencuri)
3. Kamesumicchacara (Berbuat Asusila)
4. Musavada (Berdusta)
5. Micchaditthi (Pandangan Salah)
6. Pisunavaca (Bicara Fitnah)
7. Pharusavaca (Kata kasar)
8. Byapada (Itikat Jahat)
9. Samphappalapa (Gosip)
10. Abhijjha (Hasrat Rendah, ketamakan)

1234 udah di musnahkan oleh sotapanna


no. 5 juga telah di musnahkan oleh Sotapanna

_/\_ :lotus:
Title: Re: Sotapanna
Post by: Lily W on 19 January 2009, 09:53:12 AM
Quote from: Sumedho on 18 January 2009, 10:20:23 AM
soal 1234 dimusnahkan itu ada rujukannya nga oom?

Quote from: Lily W on 19 January 2009, 09:50:28 AM
Quote from: tesla on 18 January 2009, 05:21:44 AM
AKUSALA KAMMAPATTHA 10 (10 SALURAN TUK BERBUAT TAK BERMANFAAT)
1. Panatipata (Membunuh)
2. Adinnadana (Mencuri)
3. Kamesumicchacara (Berbuat Asusila)
4. Musavada (Berdusta)
5. Micchaditthi (Pandangan Salah)
6. Pisunavaca (Bicara Fitnah)
7. Pharusavaca (Kata kasar)
8. Byapada (Itikat Jahat)
9. Samphappalapa (Gosip)
10. Abhijjha (Hasrat Rendah, ketamakan)

1234 udah di musnahkan oleh sotapanna


no. 5 juga telah di musnahkan oleh Sotapanna

_/\_ :lotus:

Quote from: tesla on 18 January 2009, 11:36:40 AM
kita tanya mami lily aja ;D
saya ga tau jg rujukannya :P

Ada di Kitab Abhidhamma yaitu kitab Dhammasangani (kitab pertama dari Abhidhamma).

_/\_ :lotus:
Title: Re: Sotapanna
Post by: Lily W on 19 January 2009, 09:54:39 AM
Quote from: xuvie on 18 January 2009, 01:07:50 PM
Nanya: Berarti 5-10 masih dilakukan seorang Sotapanna? :)

_/\_

Berarti No. 6-10 masih dilakukan oleh seorang Sotapanna.

_/\_ :lotus:
Title: Re: Sotapanna
Post by: markosprawira on 19 January 2009, 12:38:09 PM
Quote from: CKRA on 16 January 2009, 05:30:29 PM
Anumodana bro markos. Sungguh mencerahkan. Artinya pelanggaran sila ke-3 bagi seorang raja dan seorang rakyat jelata dapat diinterpretasikan berbeda ya?

Kalau demikian maka kesimpulannya saat itu Raja Bimbisara tidak melakukan pelanggaran sila dan seorang Sotapanna tidak mungkin melanggar sila (belum ada bukti seorang Sotapanna pernah melanggar sila). Benarkan demikian?

Kesimpulannya adalah bhw scr theravada, Raja Bimbisara sudah tidak ada "cetana" utk melanggar Kamesumicchacara

Title: Re: Sotapanna
Post by: CKRA on 19 January 2009, 01:34:51 PM
Quote from: markosprawira on 19 January 2009, 12:38:09 PM
Quote from: CKRA on 16 January 2009, 05:30:29 PM
Anumodana bro markos. Sungguh mencerahkan. Artinya pelanggaran sila ke-3 bagi seorang raja dan seorang rakyat jelata dapat diinterpretasikan berbeda ya?

Kalau demikian maka kesimpulannya saat itu Raja Bimbisara tidak melakukan pelanggaran sila dan seorang Sotapanna tidak mungkin melanggar sila (belum ada bukti seorang Sotapanna pernah melanggar sila). Benarkan demikian?

Kesimpulannya adalah bhw scr theravada, Raja Bimbisara sudah tidak ada "cetana" utk melanggar Kamesumicchacara



Lalu, "cetana" apa yang muncul pada saat kejadian itu? Abhijjha-kah?
Title: Re: Sotapanna
Post by: markosprawira on 19 January 2009, 04:43:12 PM
dear bro CKRA,

mgkn bisa dishare dahulu cerita lengkap mengenai raja Bimbisara ini?

Jadi dari sana, kita semua bisa melihat apakah raja bimbisara sudah menjadi ariya puggala, apakah benar terjadi pelanggaran sila Kamesumicchacara, dsbnya........ krn kadang persepsi setiap org akan berbeda2, spt yg terjadi pada beberapa sutta yg ramai dibicarakan belakangan ini

metta  _/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: CKRA on 19 January 2009, 05:27:11 PM
Bro Markos,

Cerita mengenai Raja Bimbisara saya rangkum dari buku Kronologi Hidup Buddha karya Bhikkhu Kusaladhamma, terbitan Karaniya dan Ehipassiko Foundation.

Pada Bab 27 (Bimbisara Raja Penyantun Yang Pertama) hal 201-203, dikisahkan Sang Buddha mengunjungi kota Rajagaha, ibukota Magadha untuk memenuhi janjiNya pada Raja Bimbisara. Ketika mendengar kabar gembira mengenai kedatangan Yang Terberkahi, dengan diiringi seratus duapuluh ribu brahmin perumah tangga di Magadha, Raja Bimbisara segera pergi menemui Yang Terberkahi. dst

Tatkala para brahmin perumah tangga tersebut melihat Yang Terberkahi dan Bhikkhu Uruvela Kassapa, mereka menjadi bingung karena tahu bahwa Uruvela Kassapa selama ini dikenal sebagai guru yang hebat. Namun mereka juga mendengar bahwa nama harum Bhikkhu Gotama belakangan telah menyebar. Karena itu mereka bertanya-tanya: "Apakah Bhikkhu Gotama menjalani hidup suci di bawah bimbingan Bhikkhu Uruvela Kassapa ataukah Bhikkhu Uruvela Kassapa menjalani kehidupan suci di bawah bimbingan Bhikkhu Gotama?"

Akan tetapi, Yang Terberkahi mengetahui pikiran mereka, lalu bertanya kepada Bhikkhu Uruvela Kassap: "O Kassapa, apa yang menyebabkan Anda meninggalkan pemujaan api?"
Bhikkhu Uruvela Kassapa menjawab: "Setelah melihat noda dalam kelima kesenangan indrawi, serta para wanita yang dijanjikan sebagai imbalan untuk pemujaan api, saya menjadi sadar bahwa pemujaan dan pengorbanan itu tidak lagi membawa kebahagiaan bagi saya. Karena itu, O Bhante, saya meninggalkan praktik pemujaan api."

"Akan tetapi, Kassapa, jika Anda tidak berbahagia dengan semua ini, lalu apa yang membahagiakan hati Anda di dunia para dewa dan manusia?" tanya Yang Terberkahi.
"Saya telah menyadari kedamaian Nibbana, yang bebas dari kotoran bathin, yang hanya dapat dicapai seseorang melalui Jalan Kesucian, yang tidak mengalami perubahan, yang bebas dari nafsu atau kemelekatan terhadap kehidupan. Setelah menyadari Dhamma yang halus ini, O Bhante, saya tinggalkan praktik pemujaan api," jawab Bhikkhu Uruvela Kassapa.

Setelah itu, Bhikkhu Uruvela Kassapa bangkit dari duduknya, menata jubahnya pada satu bahu, dan bersujud dengan kepala menyentuh kaki Yang Terberkahi, sambil mengucapkan pengakuan: "Bhante, Yang Terberkahi adalah guru saya; saya adalah siswaNya."

Dengan pengakuan pribadi dari Bhikkhu Uruvela Kassapa tersebut lenyaplah kebingungan para brahmin. Mereka menjadi yakin bahwa Bhikkhu Uruvela Kassapa menjalani kehidupan suci di bawah bimbingan Bhikkhu Gotama. Dan ketika bathin mereka terbebas dari keraguan dan siap menerima bimbingan, Yang Terberkahi memberikan khotbah ajaran bertahap dan Empat Kebenaran Mulia. Setelah mendengarkan Dhamma tersebut, batin mereka menjadi bebas dari rintangan. Pada akhir pembabaran, dengan batin yang murni dan bahagia, keseratus sepuluh ribu brahmin yang dipimpin oleh Raja Bimbisara itu mencapai tataran kesucian pertama; sepuluh ribu brahmin lainnya menjadi umat awam yang bernaung kepada Tiga Pernaungan.

Kemudian, Raja Bimbisara yang juga telah menembus Dhamma dan menjadi Sotapanna berkata kepada Yang terberkahi, dst

Lalu pada Bab 66 (Ambapali, Wanita Penghibur Yang Menjadi Araha), hal 591 dikisahkan tentang pertemuan Raja Bimbisara dengan Ambapali dan dari hubungan ini melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Vimala Kondanna.

Juga dikisahkan pertemuan Ambapali dengan Sang Buddha.

Setelah dewasa diceritakan juga bahwa Vimala Kondanna, putra dari Ambapali dan Raja Bimbisara juga bertemu dengan Yang Terberkahi dan terkesan dengan keagunganNya. Ia lalu memasuki Persamuhan dan mencapai tataran Arahatta tak lama sesudahnya.

Bro markos, mohon maaf saya tidak bisa mengetik ulang secara lengkap. Saya juga sedang mencari referensi lain untuk mengetahui seberapa kronologis antara beberapa kejadian tersebut.

Kalau hubungan Raja Bimbisara terjadi sebelum beliau mencapai Sotapanna maka permasalahannya menjadi jelas, tapi kalau terjadi sesudahnya maka hal itu yang masih membuat saya agak bingung (walau penjelasan bro sebelumnya cukup dapat saya terima ).

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 19 January 2009, 08:27:46 PM
Quote6. Di AN 3.85; 9.12, Sotapanna dan Sakadagami dikatakan memiliki Sila yang sempurna;
Anagami memiliki Sila dan Samadhi yang sempurna; Arahat memiliki Sila, Samadhi,
Panna yang sempurna. Ini berarti bahwa Sotapanna dan Sakadagami tidak membutuhkan
Jhana sementara Anagami dan Arahat harus memiliki empat Jhana.

ini di post oleh rekan DNA, sayang sekali saya tak punya referensi sutta tsb (tidak ada di accesstoinsight)
Title: Re: Sotapanna
Post by: Jerry on 19 January 2009, 09:37:44 PM
Sumbernya ada di DC, bisa didonlot di bagian perpus:
[spoiler]http://dhammacitta.org/perpustakaan/ebook/theravada/kebebasan-sempurna[/spoiler]
hehe.. promosi mode on :P

yap gitu deh.. kita perlu sadar kl Buddhisme terlalu luas.. karenanya ngga mungkin kita bisa mempelajari semuanya. Maka ckp tahu beberapa hal sambil dijalankan. tetep seimbangi antara teori/doktrin buddhism dgn praktek deh.. :)

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: markosprawira on 20 January 2009, 09:38:41 AM
Quote from: tesla on 19 January 2009, 08:27:46 PM
Quote6. Di AN 3.85; 9.12, Sotapanna dan Sakadagami dikatakan memiliki Sila yang sempurna;
Anagami memiliki Sila dan Samadhi yang sempurna; Arahat memiliki Sila, Samadhi,
Panna yang sempurna. Ini berarti bahwa Sotapanna dan Sakadagami tidak membutuhkan
Jhana sementara Anagami dan Arahat harus memiliki empat Jhana.

ini di post oleh rekan DNA, sayang sekali saya tak punya referensi sutta tsb (tidak ada di accesstoinsight)


Jika berdasar pada abhidhamma, lokuttara citta itu bisa hanya terdiri dari 8 lokuttara citta saja (tanpa jhana), atau jika disertai jhana, maka akan menjadi 40 lokuttara citta seperti di bawah

Jadi seorang Arahat-pun, tidak mutlak utk mempunyai jhana dimana ini bisa dilihat dari proses kesadaran sebelum kematian Arahat (sy post di : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8173.0)

Dimana di bawah ini, terdapat pada no.1 dan no.5

1. Kamajavanamaranasanna-vitthi : cuti citta (pikiran yg mengakhiri kehidupan) yg timbul dari Javana yg menjadi Mahakiriya. Ini merupakan Pari-Nibbana yg biasa terjadi

2. Jhanasamanantara-vitthi : cuti citta yg timbul dari Jhanasamapatti-vitthi

3. Paccavekkhanasamanantara-vitthi : cuti citta yg timbul dari Vitthi yg merenungkan Jhana

4. Abhinnasamanantara-vitthi : cuti citta yg timbul dari Abhinna-vitthi yg sedang mempertunjukkan abhinna/kesaktian ---> ini yg ada pada link diatas

5. Jivitasamasisi : cuti citta yg timbul dari perenungan magga, phala, nibbana dan kilesa yg sudah dibasmi


40 lokuttara citta yg disertai jhana :

Quote1. vitakka, vicara, piti, sukhekaggata sahitam sotapatti magga
pathamajjhana lokuttara kusala citta
2. vicara, piti, sukhekaggata sahitam sotapatti magga dutiyajjhana
lokuttara kusala citta
3. piti, sukhekaggata sahitam sotapatti magga tatiyajjhana lokuttara
kusala citta
4. sukhekaggata sahitam sotapatti magga catutthajjhana lokuttara
kusala citta
5. upekkhekaggata sahitam sotapatti magga pancamajjhana lokuttara
kusala citta

6. vitakka, vicara, piti, sukhekaggata sahitam sotapatti phala
pathamajjhana lokuttara vipaka citta
7. vicara, piti, sukhekaggata sahitam sotapatti phala dutiyajjhana
lokuttara vipaka citta
8. piti, sukhekaggata sahitam sotapatti phala tatiyajjhana lokuttara
vipaka citta
9. sukhekaggata sahitam sotapatti phala catutthajjhana lokuttara
vipaka citta
10.upekkhekaggata sahitam sotapatti phala pancamajjhana lokuttara
vipaka citta

11. vitakka, vicara, piti, sukhekaggata sahitam sakadagami magga
pathamajjhana lokuttara kusala citta
12. vicara, piti, sukhekaggata sahitam sakadagami magga dutiyajjhana
lokuttara kusala citta
13. piti, sukhekaggata sahitam sakadagami magga tatiyajjhana
lokuttara kusala citta
14. sukhekaggata sahitam sakadagami magga catutthajjhana lokuttara
kusala citta
15. upekkhekaggata sahitam sakadagami magga pancamajjhana lokuttara
kusala citta

16. vitakka, vicara, piti, sukhekaggata sahitam sakadagami phala
pathamajjjhana lokuttara vipaka citta
17. vicara, piti, sukhekaggata sahitam sakadagami phala dutiyajjhana
lokuttara vipaka citta
18. piti, sukhekaggata sahitam sakadagami phala tatiyajjhana
lokuttara vipaka citta
19. sukhekaggata sahitam sakadagami phala catutthajjhana lokuttara
vipaka citta
20.upekkhekaggata sahitam sakadagami phala pancamajjhana lokuttara
vipaka citta

21. vitakka, vicara, piti, sukhekaggata sahitam anagami magga
pathamajjhana lokuttara kusala citta
22. vicara, piti, sukhekaggata sahitam anagami magga dutiyajjhana
lokuttara kusala citta
23. piti, sukhekaggata sahitam anagami magga tatiyajjhana lokuttara
kusala citta
24. sukhekaggata sahitam anagami magga catutthajjhana lokuttara
kusala citta
25. upekkhekaggata sahitam anagami magga pancamajjhana lokuttara
kusala citta

26. vitakka, vicara, piti, sukhekaggata sahitam anagami phala
pathamajjhana lokuttara vipaka citta
27. vicara, piti, sukhekaggata sahitam anagami phala dutiyajjhana
lokuttara vipaka citta
28. piti, sukhekaggata sahitam anagami phala tatiyajjhana lokuttara
vipaka citta
29. sukhekaggata sahitam anagami phala catutthajjhana lokuttara
vipaka citta
30.upekkhekaggata sahitam anagami phala pancamajjhana lokuttara
vipaka citta

31. vitakka, vicara, piti, sukhekaggata sahitam arahatta magga
pathamajjhana lokuttara kusala citta
32. vicara, piti, sukhekaggata sahitam arahatta magga dutiyajjhana
lokuttara kusala citta
33. piti, sukhekaggata sahitam arahatta magga tatiyajjhana lokuttara
kusala citta
34. sukhekaggata sahitam arahatta magga catutthajjhana lokuttara
kusala citta
35. upekkhekaggata sahitam arahatta magga pancamajjhana lokuttara
kusala citta

36. vitakka, vicara, piti, sukhekaggata sahitam arahatta phala
lokuttara vipaka citta
37. vicara, piti, sukhekaggata sahitam arahatta phala lokuttara
vipaka citta
38. piti, sukhekaggata sahitam arahatta phala lokuttara vipaka citta
39. sukhekaggata sahitam arahatta phala lokuttara vipaka citta
40.upekkhekaggata sahitam arahatta phala lokuttara vipaka citta.

Jadi tidak menjadi masalah, apakah orang itu menjalankan samatha sampai mencapai jhana, baru lanjut vipassana
ataukah langsung bervipassana karena semuanya kembali pada kecocokan batin masing2 org yg menjalankannya

semoga bs bermanfaat

metta  _/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 20 January 2009, 11:28:50 AM
so... apakah ada yg punya referensi sutta dalam bahasa Indo/English nya utk:

Di AN 3.85; 9.12, Sotapanna dan Sakadagami dikatakan memiliki Sila yang sempurna;
Anagami memiliki Sila dan Samadhi yang sempurna; Arahat memiliki Sila, Samadhi,
Panna yang sempurna. Ini berarti bahwa Sotapanna dan Sakadagami tidak membutuhkan
Jhana sementara Anagami dan Arahat harus memiliki empat Jhana.




atau ada yg bersedia mentranslatekan dari Pali nya?

Anumodana _/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: cunda on 20 January 2009, 11:59:08 AM
Quote from: tesla on 20 January 2009, 11:28:50 AM



atau ada yg bersedia mentranslatekan dari Pali nya?

Anumodana _/\_

namaste suvatthi hotu

kirim teks palinya dulu



Aṅguttaranikāyo; Tikanipātapāḷi; 2. Dutiyapaṇṇāsakaṃ; (9) 4. Samaṇavaggo;
6. Paṭhamasikkhāsuttaṃ[/b]


''Idha, bhikkhave, bhikkhu sīlesu paripūrakārī hoti samādhismiṃ mattaso kārī paññāya mattaso kārī. So yāni tāni khuddānukhuddakāni sikkhāpadāni tāni āpajjatipi vuṭṭhātipi.

Taṃ kissa hetu?
Na hi mettha, bhikkhave, abhabbatā vuttā. Yāni ca kho tāni sikkhāpadāni ādibrahmacariyakāni brahmacariyasāruppāni, tattha dhuvasīlo [dhuvasīlī (sī.) pu. pa. 127-129 (thokaṃ visadisaṃ)] ca hoti ṭhitasīlo [ṭhitasīlī (sī.)] ca, samādāya sikkhati sikkhāpadesu. So tiṇṇaṃ saṃyojanānaṃ parikkhayā sotāpanno hoti avinipātadhammo niyato sambodhiparāyaṇo.


''Idha pana, bhikkhave, bhikkhu sīlesu paripūrakārī hoti samādhismiṃ mattaso kārī paññāya mattaso kārī. So yāni tāni khuddānukhuddakāni sikkhāpadāni tāni āpajjatipi vuṭṭhātipi.

Taṃ kissa hetu?
Na hi mettha, bhikkhave, abhabbatā vuttā. Yāni ca kho tāni sikkhāpadāni ādibrahmacariyakāni brahmacariyasāruppāni tattha dhuvasīlo ca hoti ṭhitasīlo ca, samādāya sikkhati sikkhāpadesu. So tiṇṇaṃ saṃyojanānaṃ parikkhayā rāgadosamohānaṃ tanuttā sakadāgāmī hoti, sakideva imaṃ lokaṃ āgantvā dukkhassantaṃ karoti.


''Idha pana, bhikkhave, bhikkhu sīlesu paripūrakārī hoti samādhismiṃ paripūrakārī paññāya mattaso kārī. So yāni tāni khuddānukhuddakāni sikkhāpadāni tāni āpajjatipi vuṭṭhātipi.

Taṃ kissa hetu?
Na hi mettha, bhikkhave, abhabbatā vuttā. Yāni ca kho tāni sikkhāpadāni ādibrahmacariyakāni brahmacariyasāruppāni tattha dhuvasīlo ca hoti ṭhitasīlo ca, samādāya sikkhati sikkhāpadesu. So pañcannaṃ orambhāgiyānaṃ saṃyojanānaṃ parikkhayā opapātiko hoti tattha parinibbāyī anāvattidhammo tasmā lokā.


'Idha pana, bhikkhave, bhikkhu sīlesu paripūrakārī hoti samādhismiṃ paripūrakārī paññāya paripūrakārī. So yāni tāni khuddānukhuddakāni sikkhāpadāni tāni āpajjatipi vuṭṭhātipi.

Taṃ kissa hetu?
Na hi mettha, bhikkhave, abhabbatā vuttā. Yāni ca kho tāni sikkhāpadāni ādibrahmacariyakāni brahmacariyasāruppāni tattha dhuvasīlo ca hoti ṭhitasīlo ca, samādāya sikkhati sikkhāpadesu. So āsavānaṃ khayā anāsavaṃ cetovimuttiṃ paññāvimuttiṃ diṭṭheva dhamme sayaṃ abhiññā sacchikatvā upasampajja viharati.


''Iti kho, bhikkhave, padesaṃ padesakārī ārādheti paripūraṃ paripūrakārī. Avañjhāni tvevāhaṃ [avañcuvanevāhaṃ (ka.)], bhikkhave, sikkhāpadāni vadāmī''ti.





thuti
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 20 January 2009, 12:23:36 PM
sip sekali... saya sudah menunggu2 bantuan dari romo cunda :P
Title: Re: Sotapanna
Post by: ika_polim on 11 February 2009, 10:58:38 AM
Quote from: Sumedho on 12 November 2007, 03:53:10 PM
QuoteIn Buddhism, a sotapanna (Pali, Sanskrit: srotapanna) (or sotapatti), a stream-enterer or stream-winner, is a partially-enlightened person, who has eradicated the first three fetters of the mind, that prevent freedom. Sotapanna literally means "one who enters (āpadyate) the stream (sota)", after a simile that compares attaining enlightenment with crossing a stream and reaching the further shore. Sotapannaship is the first of the four stages of enlightenment.

Buddha said that a stream-enterer will surely attain full enlightenment (Arahantship) within no more than seven successive rebirths, possibly in this current life. The Venerable One will thus give the gift of the realisation of the end of suffering to him/herself within seven lives and is capable of giving the great gifts to many. The stream-winner can also be sure that he or she will not be reborn in any of the unhappy rebirths (that is, as an animal, as a preta, or as a being in hell (Niraya). The stream-enterer has attained an intuitive grasp of Buddhist doctrine (Skt: samyagdṛṣṭi; Pali: sammādiṭṭhi, "right view"), has complete confidence in the Three Jewels of Buddha, Dharma, and Sangha, and follows Buddhist morality (sila). The stream-enterer is said to have "opened the eye of the Dharma" (Pāli: dhammacakkhu), which means that he has seen Dhamma and, as a result of that, can see it (his eye is open now, not closed any more).

The three specific chains or fetters (Pali: saṃyojana) of which the Sotapanna is free are:

   1. Sakkāya-diṭṭhi (Pali) - Belief in self
   2. Vicikicchā (Pali) - Skeptical doubt
   3. Sīlabbata-parāmāsa (Pali) - Attachment to rites and rituals

QuoteThe student walking in the Sotapatti path must destroy three sanyojanas (fetters):

    * The animistic superstition that inside the body there is a permanent soul or a ghost, who sees, hears, smells, tastes, etc.;
    * The superstition that without austerities and bodily mortifications heaven could not be got;
    * Doubt of a future life, or a future world and of the Karma doctrine with its corollary the law of causality.

If he succeeds in the path he enjoys the fruit of Sotapatti. He has entered the threshold of Nirvana, and no more can he again enter the samsara. He is a niyato sambodhiparayano. The gates of hell are closed for him for ever. Nirvana is assured for him either in one more birth, or three or seven. The rest of the term of life he may return to the earth, or he may be born in the devalokas and pass onwards from devaloka to devaloka until he realizes Nirvana. Countless billions of years he may enjoy the celestial pleasures of the higher heavens. A Sotapatti never violates the moral law. He is incapable of destroying life, consciously, and he is incapable of dishonest gain, and can never be adulterous, nor can he tell lies, and drink intoxicants. However, a Sotapatti has not the wisdom of a Sakadagami, not to speak of the higher estates. Thousands of laymen and women in the time of the Blessed One realized the Sotapatti state. Till the end of the Buddhasasana good people who follow the path, and made the effort to destroy the three sanyojanas can reach the Sotapatti state. But they must make the effort. Those who make the effort now are born with better upanissaya karma for the realization of Nirvana in the future births. The very effort to walk in the path by observing the five silas, and the rules of brahmachariya on the sabbath days helps to create the upanissaya karma. It is necessary when creating good karma in this life the aspirant should have an aim. He should not proceed aimlessly.

Bagaimanakah kita tahu pasti kalau kita sudah mencapai sotapanna ?

tentang hal kata "tahu", banyak org yang seringkali dicemooh hanya karena dianggap tidak "tahu" ttg hal yang "org kebanyakan ketahui"!

juga ada jenis org yang cuma berminat thdp "segala sesuatu" hal yang ia ketahui saja!

ika.
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 11 February 2009, 02:03:27 PM
kalau bro sendiri termasuk orang yg mana?
Title: Re: Sotapanna
Post by: ika_polim on 11 February 2009, 04:51:39 PM
Quote from: Sumedho on 11 February 2009, 02:03:27 PM
kalau bro sendiri termasuk orang yg mana?

saya adalah org dari jenis "To Know Without Knowing".

ika.
Title: Re: Sotapanna
Post by: anggara on 11 February 2009, 04:58:14 PM
Quote from: ika_polim on 11 February 2009, 04:51:39 PM
Quote from: Sumedho on 11 February 2009, 02:03:27 PM
kalau bro sendiri termasuk orang yg mana?

saya adalah org dari jenis "To Know Without Knowing".

ika.

Artinya "Pengen tau tapi gak gagal terus"  :hammer:
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 11 February 2009, 05:01:05 PM
Seperti orang kebanyakan yang mengaku "tahu padahal nga tahu" bukan maksudnya?
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 16 February 2009, 09:24:49 PM
Bagaimanakah kita tahu pasti kalau kita sudah mencapai sotapanna ?
Quote from: Sumedho on 12 November 2007, 03:53:10 PM
QuoteIn Buddhism, a sotapanna (Pali, Sanskrit: srotapanna) (or sotapatti), a stream-enterer or stream-winner, is a partially-enlightened person, who has eradicated the first three fetters of the mind, that prevent freedom. Sotapanna literally means "one who enters (āpadyate) the stream (sota)", after a simile that compares attaining enlightenment with crossing a stream and reaching the further shore. Sotapannaship is the first of the four stages of enlightenment.

Buddha said that a stream-enterer will surely attain full enlightenment (Arahantship) within no more than seven successive rebirths, possibly in this current life. The Venerable One will thus give the gift of the realisation of the end of suffering to him/herself within seven lives and is capable of giving the great gifts to many. The stream-winner can also be sure that he or she will not be reborn in any of the unhappy rebirths (that is, as an animal, as a preta, or as a being in hell (Niraya). The stream-enterer has attained an intuitive grasp of Buddhist doctrine (Skt: samyagdṛṣṭi; Pali: sammādiṭṭhi, "right view"), has complete confidence in the Three Jewels of Buddha, Dharma, and Sangha, and follows Buddhist morality (sila). The stream-enterer is said to have "opened the eye of the Dharma" (Pāli: dhammacakkhu), which means that he has seen Dhamma and, as a result of that, can see it (his eye is open now, not closed any more).

The three specific chains or fetters (Pali: saṃyojana) of which the Sotapanna is free are:

   1. Sakkāya-diṭṭhi (Pali) - Belief in self
   2. Vicikicchā (Pali) - Skeptical doubt
   3. Sīlabbata-parāmāsa (Pali) - Attachment to rites and rituals

QuoteThe student walking in the Sotapatti path must destroy three sanyojanas (fetters):

    * The animistic superstition that inside the body there is a permanent soul or a ghost, who sees, hears, smells, tastes, etc.;
    * The superstition that without austerities and bodily mortifications heaven could not be got;
    * Doubt of a future life, or a future world and of the Karma doctrine with its corollary the law of causality.

If he succeeds in the path he enjoys the fruit of Sotapatti. He has entered the threshold of Nirvana, and no more can he again enter the samsara. He is a niyato sambodhiparayano. The gates of hell are closed for him for ever. Nirvana is assured for him either in one more birth, or three or seven. The rest of the term of life he may return to the earth, or he may be born in the devalokas and pass onwards from devaloka to devaloka until he realizes Nirvana. Countless billions of years he may enjoy the celestial pleasures of the higher heavens. A Sotapatti never violates the moral law. He is incapable of destroying life, consciously, and he is incapable of dishonest gain, and can never be adulterous, nor can he tell lies, and drink intoxicants. However, a Sotapatti has not the wisdom of a Sakadagami, not to speak of the higher estates. Thousands of laymen and women in the time of the Blessed One realized the Sotapatti state. Till the end of the Buddhasasana good people who follow the path, and made the effort to destroy the three sanyojanas can reach the Sotapatti state. But they must make the effort. Those who make the effort now are born with better upanissaya karma for the realization of Nirvana in the future births. The very effort to walk in the path by observing the five silas, and the rules of brahmachariya on the sabbath days helps to create the upanissaya karma. It is necessary when creating good karma in this life the aspirant should have an aim. He should not proceed aimlessly.

Bagaimanakah kita tahu pasti kalau kita sudah mencapai sotapanna ?

Teman-teman, ikut sharing pendapat ya?

Yang pasti seorang Sotapanna tidak akan ragu terhadap pencapaiannya bila ia mengalami Nibbana, tetapi seseorang yang mengalami Nibbana belum tentu tahu ia telah mencapai Sotapanna.

Nibbana pertama kali = Sotapanna

semoga pendapat ini membantu

sukhi hotu

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: marcedes on 16 February 2009, 10:02:40 PM
apa seorang sotapanna tahu bahwa kelahiran nya tidak akan lebih 7x?...atau tidak tahu...
atau tahu hanya ,tetapi tahu nya tidak bakalan banyak lagi.
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 17 February 2009, 12:30:37 PM
Quote from: marcedes on 16 February 2009, 10:02:40 PM
apa seorang sotapanna tahu bahwa kelahiran nya tidak akan lebih 7x?...atau tidak tahu...
atau tahu hanya ,tetapi tahu nya tidak bakalan banyak lagi.

saudara Marcedes yang baik,

Seorang Sotapanna hanya tahu bahwa ia terlahir maksimum 7 kali berdasarkan teori, ia bisa mengetahui batas akhir kelahirannya dengan tepat bila ia punya abhinna.

sukhi hotu

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: marcedes on 17 February 2009, 03:19:49 PM
thx _/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: HokBen on 17 February 2009, 03:24:02 PM
Quote from: fabian c on 17 February 2009, 12:30:37 PM
Quote from: marcedes on 16 February 2009, 10:02:40 PM
apa seorang sotapanna tahu bahwa kelahiran nya tidak akan lebih 7x?...atau tidak tahu...
atau tahu hanya ,tetapi tahu nya tidak bakalan banyak lagi.

saudara Marcedes yang baik,

Seorang Sotapanna hanya tahu bahwa ia terlahir maksimum 7 kali berdasarkan teori, ia bisa mengetahui batas akhir kelahirannya dengan tepat bila ia punya abhinna.

sukhi hotu

_/\_

ko fabian,
abhinna yg berkaitan dgn kelahiran kembali bukannya cuma bisa melihat kelahiran terdahulu? atau ada abhinna yg bisa melihat kehidupan yang akan datang?

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 17 February 2009, 04:15:20 PM
Sakka, pemimpin Deva di Tavatimsa, dengan mata bathinnya, mengetahui ke mana saja ia akan lahir pada kehidupan2 berikutnya.
Title: Re: Sotapanna
Post by: HokBen on 17 February 2009, 04:20:45 PM
thx infonya...
berarti emang ada abhinna untuk itu yah...

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 17 February 2009, 04:57:12 PM
Quote from: HokBen on 17 February 2009, 03:24:02 PM
Quote from: fabian c on 17 February 2009, 12:30:37 PM
Quote from: marcedes on 16 February 2009, 10:02:40 PM
apa seorang sotapanna tahu bahwa kelahiran nya tidak akan lebih 7x?...atau tidak tahu...
atau tahu hanya ,tetapi tahu nya tidak bakalan banyak lagi.

saudara Marcedes yang baik,

Seorang Sotapanna hanya tahu bahwa ia terlahir maksimum 7 kali berdasarkan teori, ia bisa mengetahui batas akhir kelahirannya dengan tepat bila ia punya abhinna.

sukhi hotu

_/\_

ko fabian,
abhinna yg berkaitan dgn kelahiran kembali bukannya cuma bisa melihat kelahiran terdahulu? atau ada abhinna yg bisa melihat kehidupan yang akan datang?

_/\_
Saudara Hokben yang baik,

Sang Buddha ketika menjadi Bodhisatta bernama Narada mampu mengingat 40 kappa yang lampau dan mengetahui apa yang akan terjadi 40 kappa yang akan datang. 40 Kappa adalah batas kemampuan melihat seorang non Ariya.

sukhi hotu

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: HokBen on 17 February 2009, 09:34:04 PM
Quote from: fabian c on 17 February 2009, 04:57:12 PM
Saudara Hokben yang baik,

Sang Buddha ketika menjadi Bodhisatta bernama Narada mampu mengingat 40 kappa yang lampau dan mengetahui apa yang akan terjadi 40 kappa yang akan datang. 40 Kappa adalah batas kemampuan melihat seorang non Ariya.

sukhi hotu

_/\_

thx ko...
_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: dilbert on 17 February 2009, 11:05:26 PM


melihat 40 kappa ke masa depan.... apakah masa depan diri sendiri atau masa depan orang lain ? Karena masa kehidupan sebagai manusia awam (puthujana) itu tidak terbatas (melebihi 40 kappa)... apakah masa depan seorang yang sangat awam (puthujana) bisa di-ramal-kan... bahkan oleh seorang sammasambuddha ?
Title: Re: Sotapanna
Post by: andry on 17 February 2009, 11:55:30 PM
Quote from: dilbert on 17 February 2009, 11:05:26 PM
melihat 40 kappa ke masa depan.... apakah masa depan diri sendiri atau masa depan orang lain ? Karena masa kehidupan sebagai manusia awam (puthujana) itu tidak terbatas (melebihi 40 kappa)... apakah masa depan seorang yang sangat awam (puthujana) bisa di-ramal-kan... bahkan oleh seorang sammasambuddha ?
wah saya dunno...
btw, bisakan? wong waktu itu aja, SB gotama, pun mendapatkan dulu ramalan baik yang pasti maupun yang tak pasti...

Namun jangka waktu ramalan dari non pasti ke pasti kan lama...
baca buku RAPB nya om...

*GRP pleas pak kumis,.....
kakaka....
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 18 February 2009, 12:09:26 AM
Quote from: andry on 17 February 2009, 11:55:30 PM
*GRP pleas pak kumis,.....
kakaka....
udah
Title: Re: Sotapanna
Post by: dilbert on 18 February 2009, 12:13:19 AM
Quote from: andry on 17 February 2009, 11:55:30 PM
Quote from: dilbert on 17 February 2009, 11:05:26 PM
melihat 40 kappa ke masa depan.... apakah masa depan diri sendiri atau masa depan orang lain ? Karena masa kehidupan sebagai manusia awam (puthujana) itu tidak terbatas (melebihi 40 kappa)... apakah masa depan seorang yang sangat awam (puthujana) bisa di-ramal-kan... bahkan oleh seorang sammasambuddha ?
wah saya dunno...
btw, bisakan? wong waktu itu aja, SB gotama, pun mendapatkan dulu ramalan baik yang pasti maupun yang tak pasti...

Namun jangka waktu ramalan dari non pasti ke pasti kan lama...
baca buku RAPB nya om...

*GRP pleas pak kumis,.....
kakaka....

dulu waktu bakal BUDDHA GOTAMA mendapat ramalan (berarti petapa sumedha) adalah seseorang yang memiliki kualitas dan kapasitas untuk pencapaian ARAHAT / SAVAKA BUDDHA, tetapi karena chanda (keinginan luhur) untuk mencapai sammasambuddha, maka tidak direalisasikan ARAHAT oleh petapa sumedha. Dan oleh BUDDHA DIPANKARA kemudian diramalkan pencapaian petapa sumedha dimasa mendatang berdasarkan KAPASITAS petapa sumedha (yang pasti-nya bukan seorang puthujana / umat awam karena telah memiliki kapasitas pencapaian ARAHAT jika diinginkan)... '

Yang menjadi pertanyaan jika seseorang itu sekarang ini masih puthujana, apakah masa depan-nya bisa diramalkan, mengingat bahwa free will (kebebasan berkehendak) masing bisa terjadi, yang mana mungkin bisa terjatuh ke alam menderita untuk jangka waktu yang lama karena perbuatannya atau berputar putar terus di lingkaran samasara atau dunia manusia untuk jangka waktu yang lama sekali... karena memang masih puthujana (AWAM).
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 18 February 2009, 08:16:46 AM
dalam AN 3.100 (xi-xv) Nimitta Sutta: tidak dikatakan adanya melihat kehidupan yang akan datang... ada yg punya rujukan suttanya tentang melihat masa depan?

Quote
"If he wants, he wields manifold supranormal powers. Having been one he becomes many; having been many he becomes one. He appears. He vanishes. He goes unimpeded through walls, ramparts, and mountains as if through space. He dives in and out of the earth as if it were water. He walks on water without sinking as if it were dry land. Sitting crosslegged he flies through the air like a winged bird. With his hand he touches and strokes even the sun and moon, so mighty and powerful. He exercises influence with his body even as far as the Brahma worlds. He can witness this for himself whenever there is an opening.

"If he wants, he hears — by means of the divine ear-element, purified and surpassing the human — both kinds of sounds: divine and human, whether near or far. He can witness this for himself whenever there is an opening.

"If he wants, he knows the awareness of other beings, other individuals, having encompassed it with his own awareness. He discerns a mind with passion as a mind with passion, and a mind without passion as a mind without passion. He discerns a mind with aversion as a mind with aversion, and a mind without aversion as a mind without aversion. He discerns a mind with delusion as a mind with delusion, and a mind without delusion as a mind without delusion. He discerns a restricted mind as a restricted mind, and a scattered mind as a scattered mind. He discerns an enlarged mind as an enlarged mind, and an unenlarged mind as an unenlarged mind. He discerns an excelled mind [one that is not at the most excellent level] as an excelled mind, and an unexcelled mind as an unexcelled mind. He discerns a concentrated mind as a concentrated mind, and an unconcentrated mind as an unconcentrated mind. He discerns a released mind as a released mind, and an unreleased mind as an unreleased mind. He can witness this for himself whenever there is an opening.

"If he wants, he recollects his manifold past lives (lit: previous homes), i.e., one birth, two births, three births, four, five, ten, twenty, thirty, forty, fifty, one hundred, one thousand, one hundred thousand, many aeons of cosmic contraction, many aeons of cosmic expansion, many aeons of cosmic contraction and expansion, [recollecting], 'There I had such a name, belonged to such a clan, had such an appearance. Such was my food, such my experience of pleasure and pain, such the end of my life. Passing away from that state, I re-arose there. There too I had such a name, belonged to such a clan, had such an appearance. Such was my food, such my experience of pleasure and pain, such the end of my life. Passing away from that state, I re-arose here.' Thus he remembers his manifold past lives in their modes and details. He can witness this for himself whenever there is an opening.

"If he wants, he sees — by means of the divine eye, purified and surpassing the human — beings passing away and re-appearing, and he discerns how they are inferior and superior, beautiful and ugly, fortunate and unfortunate in accordance with their kamma: 'These beings — who were endowed with bad conduct of body, speech, and mind, who reviled the noble ones, held wrong views and undertook actions under the influence of wrong views — with the break-up of the body, after death, have re-appeared in the plane of deprivation, the bad destination, the lower realms, in hell. But these beings — who were endowed with good conduct of body, speech, and mind, who did not revile the noble ones, who held right views and undertook actions under the influence of right views — with the break-up of the body, after death, have re-appeared in the good destinations, in the heavenly world.' Thus — by means of the divine eye, purified and surpassing the human — he sees beings passing away and re-appearing, and he discerns how they are inferior and superior, beautiful and ugly, fortunate and unfortunate in accordance with their kamma. He can witness this for himself whenever there is an opening.
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 18 February 2009, 01:09:05 PM
QuoteBagaimanakah kita tahu pasti kalau kita sudah mencapai sotapanna ?

Saudara Sumedho yang baik,

Mudah sekali jawabannya, tentu saja dengan mengalami kedamaian mutlak, yaitu Nibbana.

sukhi hotu


_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 18 February 2009, 01:18:23 PM
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 01:09:05 PM
QuoteBagaimanakah kita tahu pasti kalau kita sudah mencapai sotapanna ?

Saudara Sumedho yang baik,

Mudah sekali jawabannya, tentu saja dengan mengalami kedamaian mutlak, yaitu Nibbana.

sukhi hotu


_/\_


Bagaimana kalau sekedar mencicipi?
Title: Re: Sotapanna
Post by: Equator on 18 February 2009, 01:22:44 PM
Quote from: fabian c on 17 February 2009, 04:57:12 PM
Saudara Hokben yang baik,

Sang Buddha ketika menjadi Bodhisatta bernama Narada mampu mengingat 40 kappa yang lampau dan mengetahui apa yang akan terjadi 40 kappa yang akan datang. 40 Kappa adalah batas kemampuan melihat seorang non Ariya.

sukhi hotu

_/\_

Buat Fabian, Kaynyn Kutho dan yang lain

Saya masih belum mengerti tentang konsep peramalan, jika ada orang yang bisa meramal masa depan, yang sudah pasti tahu kita ini kedepannya akan seperti apa, bukankah ini seakan menentang konsep anicca (perubahan) ?
Kalo sudah bisa di ramal, bukankah berarti kehidupan kita seperti sudah tergariskan ke depan, bahwa kita akan menjadi ini dan itu, akan melakukan ini dan itu dan lain sebagainya
Mohon pencerahannya
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 18 February 2009, 01:34:43 PM
Quote from: Equator on 18 February 2009, 01:22:44 PM
Quote from: fabian c on 17 February 2009, 04:57:12 PM
Saudara Hokben yang baik,

Sang Buddha ketika menjadi Bodhisatta bernama Narada mampu mengingat 40 kappa yang lampau dan mengetahui apa yang akan terjadi 40 kappa yang akan datang. 40 Kappa adalah batas kemampuan melihat seorang non Ariya.

sukhi hotu

_/\_

Buat Fabian, Kaynyn Kutho dan yang lain

Saya masih belum mengerti tentang konsep peramalan, jika ada orang yang bisa meramal masa depan, yang sudah pasti tahu kita ini kedepannya akan seperti apa, bukankah ini seakan menentang konsep anicca (perubahan) ?
Kalo sudah bisa di ramal, bukankah berarti kehidupan kita seperti sudah tergariskan ke depan, bahwa kita akan menjadi ini dan itu, akan melakukan ini dan itu dan lain sebagainya
Mohon pencerahannya

Memang demikian kok, hanya saja yang menggariskan itu adalah diri kita sendiri, masa sekarang tergantung dari masa lalu dan masa depan tergantung dari masa lalu dan masa sekarang. jadi saling berhubungan.
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 18 February 2009, 01:43:42 PM
Quote from: Indra on 18 February 2009, 01:18:23 PM
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 01:09:05 PM
QuoteBagaimanakah kita tahu pasti kalau kita sudah mencapai sotapanna ?

Saudara Sumedho yang baik,

Mudah sekali jawabannya, tentu saja dengan mengalami kedamaian mutlak, yaitu Nibbana.

sukhi hotu


_/\_


Bagaimana kalau sekedar mencicipi?

& bagaimana tau itu kedamaian mutlak?
bisa jadi itu jhana :P
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 18 February 2009, 01:49:43 PM
kalau pakai drugs dimana sedang high dan merasakan kedamaian mutlak.....
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 18 February 2009, 01:55:34 PM
Quote from: Sumedho on 18 February 2009, 01:49:43 PM
kalau pakai drugs dimana sedang high dan merasakan kedamaian mutlak.....

itu memang damai, tapi tidak mutlak, dalam arti masih berkondisi/bersyarat
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 18 February 2009, 01:55:58 PM
Quote from: Indra on 18 February 2009, 01:18:23 PM
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 01:09:05 PM
QuoteBagaimanakah kita tahu pasti kalau kita sudah mencapai sotapanna ?

Saudara Sumedho yang baik,

Mudah sekali jawabannya, tentu saja dengan mengalami kedamaian mutlak, yaitu Nibbana.

sukhi hotu


_/\_


Bagaimana kalau sekedar mencicipi?

Saudara Indra yang baik,

Mencicipi berarti mengalami kan? Pertama kali kita mengalami sesuatu maka itu disebut mencicipi.
Jadi ia sudah Sotapanna.

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 18 February 2009, 01:59:30 PM
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 01:55:58 PM
Saudara Indra yang baik,

Mencicipi berarti mengalami kan? Pertama kali kita mengalami sesuatu maka itu disebut mencicipi.
Jadi ia sudah Sotapanna.

Kalau statement ini benar, maka berarti sudah ada banyak Sotapanna di forum ini, karena melalui diskusi2 lalu ada beberapa atau minimal ada 1 yg mengaku telah mencicipi Nibbana walaupun cuma 1 detik.
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 18 February 2009, 02:01:42 PM
Quote from: Equator on 18 February 2009, 01:22:44 PM
Buat Fabian, Kaynyn Kutho dan yang lain

Saya masih belum mengerti tentang konsep peramalan, jika ada orang yang bisa meramal masa depan, yang sudah pasti tahu kita ini kedepannya akan seperti apa, bukankah ini seakan menentang konsep anicca (perubahan) ?
Kalo sudah bisa di ramal, bukankah berarti kehidupan kita seperti sudah tergariskan ke depan, bahwa kita akan menjadi ini dan itu, akan melakukan ini dan itu dan lain sebagainya
Mohon pencerahannya

Konsep peramalan itu adalah seperti proses analisa dan prakiraan berdasarkan "data" masa lalu dan masa kini. Setiap orang juga bisa "meramal", hanya saja seberapa jauh dan seberapa detailnya itu masing-masing berbeda. Contoh gampangnya kita tanem pohon mangga, misalnya. Karena sebagai orang biasa, pengetahuan pas-pas-an, mungkin kita bisa "meramalkan" asal dikasih pupuk, dirawat dengan baik, maka dalam 5 tahun akan berbuah. Nah, bagi yang pengetahuannya "tidak pas-pas-an", dia bisa lihat keadaan tanah, jenis mangganya, interaksi antar pohon itu dengan lingkungan, kelembaban udara, dan lain-lain. Mungkin dia bisa tahu dalam kurun waktu 5 tahun, tingginya adalah sekian cm, buahnya demikian, daunnya demikian. Sama saja seperti itu.

Lalu apakah masa depan adalah PASTI begitu? Tentu tidak, semua bisa berubah. Dalam suatu kisah, ada sepasang suami istri yang mendapatkan warisan kekayaan yang sangat besar dari orang tua mereka. Karena mereka tidak pandai mengolah uang, juga hanya berfoya-foya, maka kekayaan mereka berangsur2 habis dan akhirnya mereka hanya menjadi pengemis saja.

Buddha mengatakan bahwa jika pada masa muda/paruh baya/tua mereka belajar mengolah kekayaannya, maka mereka akan menjadi orang kaya kelas satu/dua/tiga, atau jika meninggalkan kehidupan rumah tangga, si suami akan menjadi Arahat/Anagami/Sakadagami dan si istri akan menjadi Anagami/Sakadagami/Sotapanna. Tetapi karena mereka tidak juga melakukan apapun pada masa kehidupannya, maka tidak memiliki kekayaan duniawi, juga tidak mendapatkan manfaat magga dan phala.

Di sini kita lihat ramalan/perhitungan itu ada, tetapi yang memutuskan adalah kita sendiri juga.

Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 18 February 2009, 02:04:31 PM
Quote from: Indra on 18 February 2009, 01:59:30 PM
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 01:55:58 PM
Saudara Indra yang baik,

Mencicipi berarti mengalami kan? Pertama kali kita mengalami sesuatu maka itu disebut mencicipi.
Jadi ia sudah Sotapanna.

Kalau statement ini benar, maka berarti sudah ada banyak Sotapanna di forum ini, karena melalui diskusi2 lalu ada beberapa atau minimal ada 1 yg mengaku telah mencicipi Nibbana walaupun cuma 1 detik.

Iya yah... bahkan ada yang meng-klaim ia mencicipi Nibbana setelah berhubungan intim dengan wanita
kalau begitu banyak sekali Sotapanna di dunia ini ya?  :)



Title: Re: Sotapanna
Post by: Sumedho on 18 February 2009, 02:05:19 PM
Quote from: Indra on 18 February 2009, 01:55:34 PM
Quote from: Sumedho on 18 February 2009, 01:49:43 PM
kalau pakai drugs dimana sedang high dan merasakan kedamaian mutlak.....

itu memang damai, tapi tidak mutlak, dalam arti masih berkondisi/bersyarat
lah kalau merasakan ato mencicipi itu kan bersyarat jg. sama duonk
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 18 February 2009, 02:08:31 PM
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 02:04:31 PM
Quote from: Indra on 18 February 2009, 01:59:30 PM
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 01:55:58 PM
Saudara Indra yang baik,

Mencicipi berarti mengalami kan? Pertama kali kita mengalami sesuatu maka itu disebut mencicipi.
Jadi ia sudah Sotapanna.

Kalau statement ini benar, maka berarti sudah ada banyak Sotapanna di forum ini, karena melalui diskusi2 lalu ada beberapa atau minimal ada 1 yg mengaku telah mencicipi Nibbana walaupun cuma 1 detik.

Iya yah... bahkan ada yang meng-klaim ia mencicipi Nibbana setelah berhubungan intim dengan wanita
kalau begitu banyak sekali Sotapanna di dunia ini ya?  :)


tanya: Apakah Nibbana sama dengan Orgasm?
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 18 February 2009, 02:16:00 PM
Quote from: Indra on 18 February 2009, 02:08:31 PM
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 02:04:31 PM
Quote from: Indra on 18 February 2009, 01:59:30 PM
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 01:55:58 PM
Saudara Indra yang baik,

Mencicipi berarti mengalami kan? Pertama kali kita mengalami sesuatu maka itu disebut mencicipi.
Jadi ia sudah Sotapanna.

Kalau statement ini benar, maka berarti sudah ada banyak Sotapanna di forum ini, karena melalui diskusi2 lalu ada beberapa atau minimal ada 1 yg mengaku telah mencicipi Nibbana walaupun cuma 1 detik.

Iya yah... bahkan ada yang meng-klaim ia mencicipi Nibbana setelah berhubungan intim dengan wanita
kalau begitu banyak sekali Sotapanna di dunia ini ya?  :)


tanya: Apakah Nibbana sama dengan Orgasm?

Ada Juga kalangan yang berpendapat bahwa bersatunya kedua unsur positif dan negatif menghasilkan pencerahan :outoftopic:

:backtotopic:   Menurut Theravada, Nibbana hanya bisa dialami orang yang telah mengatasi lima nivarana (penghalang batin) dan memiliki panca bala (lima kekuatan) yang cukup dan seimbang.

sukhi hotu,

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Equator on 18 February 2009, 03:00:23 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 February 2009, 02:01:42 PM
Konsep peramalan itu adalah seperti proses analisa dan prakiraan berdasarkan "data" masa lalu dan masa kini. Setiap orang juga bisa "meramal", hanya saja seberapa jauh dan seberapa detailnya itu masing-masing berbeda. Contoh gampangnya kita tanem pohon mangga, misalnya. Karena sebagai orang biasa, pengetahuan pas-pas-an, mungkin kita bisa "meramalkan" asal dikasih pupuk, dirawat dengan baik, maka dalam 5 tahun akan berbuah. Nah, bagi yang pengetahuannya "tidak pas-pas-an", dia bisa lihat keadaan tanah, jenis mangganya, interaksi antar pohon itu dengan lingkungan, kelembaban udara, dan lain-lain. Mungkin dia bisa tahu dalam kurun waktu 5 tahun, tingginya adalah sekian cm, buahnya demikian, daunnya demikian. Sama saja seperti itu.

Lalu apakah masa depan adalah PASTI begitu? Tentu tidak, semua bisa berubah. Dalam suatu kisah, ada sepasang suami istri yang mendapatkan warisan kekayaan yang sangat besar dari orang tua mereka. Karena mereka tidak pandai mengolah uang, juga hanya berfoya-foya, maka kekayaan mereka berangsur2 habis dan akhirnya mereka hanya menjadi pengemis saja.

Buddha mengatakan bahwa jika pada masa muda/paruh baya/tua mereka belajar mengolah kekayaannya, maka mereka akan menjadi orang kaya kelas satu/dua/tiga, atau jika meninggalkan kehidupan rumah tangga, si suami akan menjadi Arahat/Anagami/Sakadagami dan si istri akan menjadi Anagami/Sakadagami/Sotapanna. Tetapi karena mereka tidak juga melakukan apapun pada masa kehidupannya, maka tidak memiliki kekayaan duniawi, juga tidak mendapatkan manfaat magga dan phala.

Di sini kita lihat ramalan/perhitungan itu ada, tetapi yang memutuskan adalah kita sendiri juga.

Terima kasih atas penjelasan dari Ko Kaynyn & Ko Indra

Tetapi kalo ditilik dari cerita Buddhis tsb, peramalan itu hanya seperti 'flowchart' yang masih memberikan pilhan yang akan dipilih oleh si suami istri tsb dalam kehidupannya
Kelihatannya Buddha seperti melihat potensi yang ada dan akibat yang ditimbulkannya apabila suami istri itu memilih demikian
Hal ini memberikan dilema ketika kita ditanya; apakah ramalan seorang Buddha itu tepat atau tidak ? Sebab apabila dijawab tepat, berarti harusnya Sang Buddha tahu pada akhirnya si pasutri tsb akan memilih berfoya2 dan menjadi pengemis sebagai konsekuensinya
Bila dijawab tidak tepat, berarti kita seperti juga meragukan kemampuan seorang Buddha
Nah ini menurut saya seperti kontradiktif dengan kehidupan ini yang tidak pasti, hanya kematianlah yang pasti terjadi

Mohon tanggapannya, sebab saya juga pernah ditanyakan hal seperti ini
Title: Re: Sotapanna
Post by: K.K. on 18 February 2009, 03:17:33 PM
Quote from: Equator on 18 February 2009, 03:00:23 PM
Terima kasih atas penjelasan dari Ko Kaynyn & Ko Indra

Tetapi kalo ditilik dari cerita Buddhis tsb, peramalan itu hanya seperti 'flowchart' yang masih memberikan pilhan yang akan dipilih oleh si suami istri tsb dalam kehidupannya
Kelihatannya Buddha seperti melihat potensi yang ada dan akibat yang ditimbulkannya apabila suami istri itu memilih demikian
Hal ini memberikan dilema ketika kita ditanya; apakah ramalan seorang Buddha itu tepat atau tidak ? Sebab apabila dijawab tepat, berarti harusnya Sang Buddha tahu pada akhirnya si pasutri tsb akan memilih berfoya2 dan menjadi pengemis sebagai konsekuensinya
Bila dijawab tidak tepat, berarti kita seperti juga meragukan kemampuan seorang Buddha
Nah ini menurut saya seperti kontradiktif dengan kehidupan ini yang tidak pasti, hanya kematianlah yang pasti terjadi

Mohon tanggapannya, sebab saya juga pernah ditanyakan hal seperti ini

Walaupun memang seperti flow-chart begitu, tapi yang menentukan adalah pilihan si suami/istri tersebut. Nah, yang diketahui Buddha bukan hanya flow-chartnya saja, tetapi juga kecenderungan bathin orang tersebut, apakah yang cenderung dipilih orang tersebut. Jadi melihat kecenderungan tersebut, Buddha pasti tahu pilihan yang akan diambilnya.
Bisa saja orang berubah drastis, tetapi perubahan itu juga tentu ada sebabnya dan ada pendukungnya. Oleh karena itu, untuk meramalkan secara pasti adalah sangat sulit, tetapi bukan tidak mungkin jika kita punya SEMUA data masa lalu dan masa sekarang.
Title: Re: Sotapanna
Post by: markosprawira on 18 February 2009, 04:51:40 PM
Quote from: Equator on 18 February 2009, 03:00:23 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 February 2009, 02:01:42 PM
Konsep peramalan itu adalah seperti proses analisa dan prakiraan berdasarkan "data" masa lalu dan masa kini. Setiap orang juga bisa "meramal", hanya saja seberapa jauh dan seberapa detailnya itu masing-masing berbeda. Contoh gampangnya kita tanem pohon mangga, misalnya. Karena sebagai orang biasa, pengetahuan pas-pas-an, mungkin kita bisa "meramalkan" asal dikasih pupuk, dirawat dengan baik, maka dalam 5 tahun akan berbuah. Nah, bagi yang pengetahuannya "tidak pas-pas-an", dia bisa lihat keadaan tanah, jenis mangganya, interaksi antar pohon itu dengan lingkungan, kelembaban udara, dan lain-lain. Mungkin dia bisa tahu dalam kurun waktu 5 tahun, tingginya adalah sekian cm, buahnya demikian, daunnya demikian. Sama saja seperti itu.

Lalu apakah masa depan adalah PASTI begitu? Tentu tidak, semua bisa berubah. Dalam suatu kisah, ada sepasang suami istri yang mendapatkan warisan kekayaan yang sangat besar dari orang tua mereka. Karena mereka tidak pandai mengolah uang, juga hanya berfoya-foya, maka kekayaan mereka berangsur2 habis dan akhirnya mereka hanya menjadi pengemis saja.

Buddha mengatakan bahwa jika pada masa muda/paruh baya/tua mereka belajar mengolah kekayaannya, maka mereka akan menjadi orang kaya kelas satu/dua/tiga, atau jika meninggalkan kehidupan rumah tangga, si suami akan menjadi Arahat/Anagami/Sakadagami dan si istri akan menjadi Anagami/Sakadagami/Sotapanna. Tetapi karena mereka tidak juga melakukan apapun pada masa kehidupannya, maka tidak memiliki kekayaan duniawi, juga tidak mendapatkan manfaat magga dan phala.

Di sini kita lihat ramalan/perhitungan itu ada, tetapi yang memutuskan adalah kita sendiri juga.

Terima kasih atas penjelasan dari Ko Kaynyn & Ko Indra

Tetapi kalo ditilik dari cerita Buddhis tsb, peramalan itu hanya seperti 'flowchart' yang masih memberikan pilhan yang akan dipilih oleh si suami istri tsb dalam kehidupannya
Kelihatannya Buddha seperti melihat potensi yang ada dan akibat yang ditimbulkannya apabila suami istri itu memilih demikian
Hal ini memberikan dilema ketika kita ditanya; apakah ramalan seorang Buddha itu tepat atau tidak ? Sebab apabila dijawab tepat, berarti harusnya Sang Buddha tahu pada akhirnya si pasutri tsb akan memilih berfoya2 dan menjadi pengemis sebagai konsekuensinya
Bila dijawab tidak tepat, berarti kita seperti juga meragukan kemampuan seorang Buddha
Nah ini menurut saya seperti kontradiktif dengan kehidupan ini yang tidak pasti, hanya kematianlah yang pasti terjadi

Mohon tanggapannya, sebab saya juga pernah ditanyakan hal seperti ini

dear my frens,

saya rasa disini sudah bukan ramalan lagi yah karena hal itu SUDAH terjadi...... sementara ramalan adalah mengenai hal yg akan datang

Jika ramalan mengenai masa yang akan datang, TIDAK ada yang bisa memastikan karena kecenderungan yg bisa berubah secara tiba2 spt yg disebut bro Kai

bahkan utk jodoh saja, mama laurent dalam salah satu acara, pernah cerita bhw si A punya 4 kesempatan jodoh : 2x di umur 20an, 1x di umur 30an dan 1x lagi di umur 40an
Tapi dengan yg mana, si A akan menikah? mama juga ga tau  ^-^

mirip kaya ramalan cuaca juga..... semua hanya berdasar pada data2 historis

semoga bermanfaat

metta  _/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 18 February 2009, 06:14:56 PM
Quote from: Equator on 18 February 2009, 03:00:23 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 February 2009, 02:01:42 PM
Konsep peramalan itu adalah seperti proses analisa dan prakiraan berdasarkan "data" masa lalu dan masa kini. Setiap orang juga bisa "meramal", hanya saja seberapa jauh dan seberapa detailnya itu masing-masing berbeda. Contoh gampangnya kita tanem pohon mangga, misalnya. Karena sebagai orang biasa, pengetahuan pas-pas-an, mungkin kita bisa "meramalkan" asal dikasih pupuk, dirawat dengan baik, maka dalam 5 tahun akan berbuah. Nah, bagi yang pengetahuannya "tidak pas-pas-an", dia bisa lihat keadaan tanah, jenis mangganya, interaksi antar pohon itu dengan lingkungan, kelembaban udara, dan lain-lain. Mungkin dia bisa tahu dalam kurun waktu 5 tahun, tingginya adalah sekian cm, buahnya demikian, daunnya demikian. Sama saja seperti itu.

Lalu apakah masa depan adalah PASTI begitu? Tentu tidak, semua bisa berubah. Dalam suatu kisah, ada sepasang suami istri yang mendapatkan warisan kekayaan yang sangat besar dari orang tua mereka. Karena mereka tidak pandai mengolah uang, juga hanya berfoya-foya, maka kekayaan mereka berangsur2 habis dan akhirnya mereka hanya menjadi pengemis saja.

Buddha mengatakan bahwa jika pada masa muda/paruh baya/tua mereka belajar mengolah kekayaannya, maka mereka akan menjadi orang kaya kelas satu/dua/tiga, atau jika meninggalkan kehidupan rumah tangga, si suami akan menjadi Arahat/Anagami/Sakadagami dan si istri akan menjadi Anagami/Sakadagami/Sotapanna. Tetapi karena mereka tidak juga melakukan apapun pada masa kehidupannya, maka tidak memiliki kekayaan duniawi, juga tidak mendapatkan manfaat magga dan phala.

Di sini kita lihat ramalan/perhitungan itu ada, tetapi yang memutuskan adalah kita sendiri juga.

Terima kasih atas penjelasan dari Ko Kaynyn & Ko Indra

Tetapi kalo ditilik dari cerita Buddhis tsb, peramalan itu hanya seperti 'flowchart' yang masih memberikan pilhan yang akan dipilih oleh si suami istri tsb dalam kehidupannya
Kelihatannya Buddha seperti melihat potensi yang ada dan akibat yang ditimbulkannya apabila suami istri itu memilih demikian
Hal ini memberikan dilema ketika kita ditanya; apakah ramalan seorang Buddha itu tepat atau tidak ? Sebab apabila dijawab tepat, berarti harusnya Sang Buddha tahu pada akhirnya si pasutri tsb akan memilih berfoya2 dan menjadi pengemis sebagai konsekuensinya
Bila dijawab tidak tepat, berarti kita seperti juga meragukan kemampuan seorang Buddha
Nah ini menurut saya seperti kontradiktif dengan kehidupan ini yang tidak pasti, hanya kematianlah yang pasti terjadi

Mohon tanggapannya, sebab saya juga pernah ditanyakan hal seperti ini

Teman-teman,
Menurut saya Para Buddha bisa mengetahui apa yang akan terjadi karena memiliki juga kemampuan memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang berdasarkan kecenderungan-kecenderungan yang akan terjadi.

mungkin contohnya begini, bila kita meletakkan uang 20 ribu di pekarangan, kemudian kita bisa meramalkan apakah si Paijo teman baik kita akan mengambil uang itu atau tidak, berdasarkan kecenderungan batin si Paijo yang kita kenal baik, demikian juga, oleh Karena itu Sang Buddha bisa meramalkan apa yang akan terjadi dengan tepat.

sukhi hotu

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Indra on 18 February 2009, 06:59:39 PM
Setuju dgn Mbah Fabian,
karena salah satu pengetahuan yang hanya dimiliki oleh Sang Buddha dan tidak dimiliki oleh para Arahat adalah Pengetahuan atas Watak dan Kecenderungan makhluk-makhluk.
Title: Re: Sotapanna
Post by: ENCARTA on 18 February 2009, 07:38:27 PM
kalau menurut saya uang 20rb itu bisa diambil siapa saja di forum ini tanpa terkecuali ( tegantung situasi nya waktu itu )
jadi saya yakin tindakan paijo tidak dapat ditebak

tidak segampang itu Buddha melihat masa depan
tapi dengan perhitungan yang lebih mantap
Title: Re: Sotapanna
Post by: ika_polim on 21 February 2009, 06:10:12 PM
Quote from: Indra on 18 February 2009, 01:55:34 PM
Quote from: Sumedho on 18 February 2009, 01:49:43 PM
kalau pakai drugs dimana sedang high dan merasakan kedamaian mutlak.....

itu memang damai, tapi tidak mutlak, dalam arti masih berkondisi/bersyarat

Quote from: Indra on 18 February 2009, 02:08:31 PM
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 02:04:31 PM
Quote from: Indra on 18 February 2009, 01:59:30 PM
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 01:55:58 PM
Saudara Indra yang baik,

Mencicipi berarti mengalami kan? Pertama kali kita mengalami sesuatu maka itu disebut mencicipi.
Jadi ia sudah Sotapanna.

Kalau statement ini benar, maka berarti sudah ada banyak Sotapanna di forum ini, karena melalui diskusi2 lalu ada beberapa atau minimal ada 1 yg mengaku telah mencicipi Nibbana walaupun cuma 1 detik.

Iya yah... bahkan ada yang meng-klaim ia mencicipi Nibbana setelah berhubungan intim dengan wanita
kalau begitu banyak sekali Sotapanna di dunia ini ya?  :)


tanya: Apakah Nibbana sama dengan Orgasm?


ha ha ha ...!

semoga saja dengan hal2 spt diatas itu, kini kita semakin disadarkan bahwa masih "ada suatu situasi-kondisi yang diluar itu semua" yaitu yang "tidak mengandung sensasi apapun"!

ha ha ha ...!

:hal2 spt itulah yang jauh lbh "mutlak" dari yang dicontohkan diatas!

ika.

Title: Re: Sotapanna
Post by: dhannya_lie on 22 February 2009, 06:49:42 PM
semoga semua dapat memasuki "arus" (sopatanna)
dengan membaca dhammapada ini...


http://www.ziddu.com/download/3586539/Dhammapada.rar.html

or

http://rapidshare.com/files/201116344/Dhammapada.rar.html

semoga semua mahluk dapat hidup bahagia.

Title: Re: Sotapanna
Post by: BlackDragon on 26 February 2009, 06:21:02 AM
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 01:09:05 PM
QuoteBagaimanakah kita tahu pasti kalau kita sudah mencapai sotapanna ?

Saudara Sumedho yang baik,

Mudah sekali jawabannya, tentu saja dengan mengalami kedamaian mutlak, yaitu Nibbana.

sukhi hotu


_/\_

mau bertanya om Fabian, kedamaian mutlak/Nibbana seperti apa yah???
Ciri2 dan persyaratan kedamaian Mutlak/Nibbana seperti apa?
Nibbana nya Sotapanna sama atau beda dgn Nibbana Arahat?

Saya pernah mengalami kedamaian extreme (dalam meditasi), sampe saya merasa tidak mau keluar dari keadaan itu, walaupun harus berpisah dgn apa yg ada di dunia ini, (keluarga, teman2, bahkan diri saya sendiri) seperti tidak berharga, dibanding keadaan itu.
Tapi ternyata kenyataan tdk sesuai kemauan.
Akhirnya balik lagi ke kondisi kesadaran normal.

Cat:
Ada seorang guru/praktisi meditasi yg mengatakan itu pengalaman Nibbana, tp saya menolak mentah2 krn pemahaman saya saat itu yg mencapai nibbana hanya seorang arahat.(sy org yg sangat kritis)
Dan dia cuma menjawab, mgkn pemahaman kita ttg Nibbana yg berbeda.
(melihat Postingan bro fabian di atas, saya jadi tersentak dan tergerak utk bertanya)

Bagaimana pendapat om Fabian dan senior2?
Piti kah? atau yg lain?
Bagaimana membedakan piti dan Nibbana?

Saya mohon maaf apabila pertanyaan saya agak OOT, tp saya melihat kondisi yg pas utk menanyakan hal ini. ^:)^

Mohon penjelasannya, krn saya tidak ada tujuan lain, selain benar2 mau mengerti.
_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 26 February 2009, 12:05:50 PM
kalau masih nanya-nanya berarti belon ;D
Title: Re: Sotapanna
Post by: dilbert on 26 February 2009, 01:22:59 PM
[at] bro fabian...

menurut bro fabian, apa sotapanna sudah mencapai nibbana ?
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 26 February 2009, 01:25:11 PM
QuoteSaya pernah mengalami kedamaian extreme  (dalam meditasi), sampe saya merasa tidak mau keluar dari keadaan itu, walaupun harus berpisah dgn apa yg ada di dunia ini, (keluarga, teman2, bahkan diri saya sendiri) seperti tidak berharga, dibanding keadaan itu.
Tapi ternyata kenyataan tdk sesuai kemauan.
Akhirnya balik lagi ke kondisi kesadaran normal.
mungkin jhana

bedanya seseorang bisa melekati jhana, tapi tidak bisa melekati nibbana :D
Title: Re: Sotapanna
Post by: BlackDragon on 26 February 2009, 04:15:15 PM
Quotekalau masih nanya-nanya berarti belon
_/\_

Quotemungkin jhana

bedanya seseorang bisa melekati jhana, tapi tidak bisa melekati nibbana
Kalo jhana, harus lewat Nimitta atau tdk bro tesla?
_/\_

Thx Bro2 atas responnya, btw mana jwban dr om Fabian yah. :)
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 26 February 2009, 04:27:25 PM
Quote from: BlackDragon on 26 February 2009, 04:15:15 PM
Quotemungkin jhana

bedanya seseorang bisa melekati jhana, tapi tidak bisa melekati nibbana
Kalo jhana, harus lewat Nimitta atau tdk bro tesla?
_/\_
kalau berdasarkan sutta, yg ada adalah faktor jhana. tidak ada nimitta.
coba cek kondisi black dragon aja, apakah faktor2 jhana itu hadir?

kalau saya pribadi, saya ga tau, krn belum pernah mencapai jhana atau tidak sadar pernah mencapai jhana.
Title: Re: Sotapanna
Post by: BlackDragon on 26 February 2009, 07:55:37 PM
Saya jg tdk mau beranggapan melebih2kan atas apa yg dialami, krn bisa2 malah menghambat latihan.
Tapi sy jg mau tau pendapat dr bro n sis yg sudah berpengalaman sehingga saya mendapat pandangan benar dan bisa mendapat gambaran harus bertindak spt apa.
Saya baru tau kalo di sutta tdk dibahas nimitta, soalnya di buku2 yg saya baca rata2 membicarakan Nimitta sebelum masuk Jhana.
Maklum saya masih junior dan lom berjodoh utk membaca byk sutta2, kecuali dr buku. :)

Mohon Bimbingannya ^:)^
_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 26 February 2009, 09:24:37 PM
Quote from: BlackDragon on 26 February 2009, 07:55:37 PM
Saya jg tdk mau beranggapan melebih2kan atas apa yg dialami, krn bisa2 malah menghambat latihan.
paling baik adalah tidak melebih2kan & jg tidak mengurang2kan.
jika bisa mencapai jhana, why not?
jika bisa merealisasikan nibbana, it's really good.

Quote
Tapi sy jg mau tau pendapat dr bro n sis yg sudah berpengalaman sehingga saya mendapat pandangan benar dan bisa mendapat gambaran harus bertindak spt apa.
Saya baru tau kalo di sutta tdk dibahas nimitta, soalnya di buku2 yg saya baca rata2 membicarakan Nimitta sebelum masuk Jhana.
referensi utk nimitta adalah kitab Vissudhi Magga dan Abhidhamma Pitaka.
ada thread khusus pembahasan nimitta oleh fabian c di sini (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8967.0).
ehi passiko!

Quote
Maklum saya masih junior dan lom berjodoh utk membaca byk sutta2, kecuali dr buku. :)
kebetulan sekali pihak DC Press sedang mengerjakan proyek Digha Nikaya (kumpulan [kotbah] panjang), salah satu Nikaya dalam Sutta Pitaka.

semoga berkondisi membacanya... :)
Title: Re: Sotapanna
Post by: BlackDragon on 26 February 2009, 10:29:59 PM
QuoteSaya jg tdk mau beranggapan melebih2kan atas apa yg dialami, krn bisa2 malah menghambat latihan.

paling baik adalah tidak melebih2kan & jg tidak mengurang2kan.
jika bisa mencapai jhana, why not?
jika bisa merealisasikan nibbana, it's really good.

Saya setuju bgt dgn bro Tesla, makanya saya bersikap kritis terhadap diri sendiri (tdk menilai berdasar pemikiran sendiri), tetapi tetap mencari masukan pendapat dari bro n sis (yg berpengalaman) sebagai perbandingan agar dapat menilai dgn lebih tepat.
_/\_

QuoteTapi sy jg mau tau pendapat dr bro n sis yg sudah berpengalaman sehingga saya mendapat pandangan benar dan bisa mendapat gambaran harus bertindak spt apa.
Saya baru tau kalo di sutta tdk dibahas nimitta, soalnya di buku2 yg saya baca rata2 membicarakan Nimitta sebelum masuk Jhana.

referensi utk nimitta adalah kitab Vissudhi Magga dan Abhidhamma Pitaka.
ada thread khusus pembahasan nimitta oleh fabian c di sini.
ehi passiko!


Quote
Maklum saya masih junior dan lom berjodoh utk membaca byk sutta2, kecuali dr buku.

kebetulan sekali pihak DC Press sedang mengerjakan proyek Digha Nikaya (kumpulan [kotbah] panjang), salah satu Nikaya dalam Sutta Pitaka.

semoga berkondisi membacanya...

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: bukeksiansu on 02 March 2009, 06:22:50 PM
Quote from: Sumedho on 12 November 2007, 03:53:10 PM
QuoteIn Buddhism, a sotapanna (Pali, Sanskrit: srotapanna) (or sotapatti), a stream-enterer or stream-winner, is a partially-enlightened person, who has eradicated the first three fetters of the mind, that prevent freedom. Sotapanna literally means "one who enters (āpadyate) the stream (sota)", after a simile that compares attaining enlightenment with crossing a stream and reaching the further shore. Sotapannaship is the first of the four stages of enlightenment.

Buddha said that a stream-enterer will surely attain full enlightenment (Arahantship) within no more than seven successive rebirths, possibly in this current life. The Venerable One will thus give the gift of the realisation of the end of suffering to him/herself within seven lives and is capable of giving the great gifts to many. The stream-winner can also be sure that he or she will not be reborn in any of the unhappy rebirths (that is, as an animal, as a preta, or as a being in hell (Niraya). The stream-enterer has attained an intuitive grasp of Buddhist doctrine (Skt: samyagdṛṣṭi; Pali: sammādiṭṭhi, "right view"), has complete confidence in the Three Jewels of Buddha, Dharma, and Sangha, and follows Buddhist morality (sila). The stream-enterer is said to have "opened the eye of the Dharma" (Pāli: dhammacakkhu), which means that he has seen Dhamma and, as a result of that, can see it (his eye is open now, not closed any more).

The three specific chains or fetters (Pali: saṃyojana) of which the Sotapanna is free are:

   1. Sakkāya-diṭṭhi (Pali) - Belief in self
   2. Vicikicchā (Pali) - Skeptical doubt
   3. Sīlabbata-parāmāsa (Pali) - Attachment to rites and rituals

QuoteThe student walking in the Sotapatti path must destroy three sanyojanas (fetters):

    * The animistic superstition that inside the body there is a permanent soul or a ghost, who sees, hears, smells, tastes, etc.;
    * The superstition that without austerities and bodily mortifications heaven could not be got;
    * Doubt of a future life, or a future world and of the Karma doctrine with its corollary the law of causality.

If he succeeds in the path he enjoys the fruit of Sotapatti. He has entered the threshold of Nirvana, and no more can he again enter the samsara. He is a niyato sambodhiparayano. The gates of hell are closed for him for ever. Nirvana is assured for him either in one more birth, or three or seven. The rest of the term of life he may return to the earth, or he may be born in the devalokas and pass onwards from devaloka to devaloka until he realizes Nirvana. Countless billions of years he may enjoy the celestial pleasures of the higher heavens. A Sotapatti never violates the moral law. He is incapable of destroying life, consciously, and he is incapable of dishonest gain, and can never be adulterous, nor can he tell lies, and drink intoxicants. However, a Sotapatti has not the wisdom of a Sakadagami, not to speak of the higher estates. Thousands of laymen and women in the time of the Blessed One realized the Sotapatti state. Till the end of the Buddhasasana good people who follow the path, and made the effort to destroy the three sanyojanas can reach the Sotapatti state. But they must make the effort. Those who make the effort now are born with better upanissaya karma for the realization of Nirvana in the future births. The very effort to walk in the path by observing the five silas, and the rules of brahmachariya on the sabbath days helps to create the upanissaya karma. It is necessary when creating good karma in this life the aspirant should have an aim. He should not proceed aimlessly.

Bagaimanakah kita tahu pasti kalau kita sudah mencapai sotapanna ?

Dari yang saya baca, menurut Mahasi Sayadaw dalam buku The Satipatthana Vipassana meditation dikatakan:
Seseorang yang telah mencapai Magga-Phala menyadari perubahan yang nampak pada sikap batin dan temperamennya dan merasa bahwa hidupnya telah berubah. Keyakinannya terhadap Sang Tiratana menjadi mutlak tak tergoyahkan..

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: markosprawira on 06 March 2009, 08:49:42 AM
Quote from: BlackDragon on 26 February 2009, 10:29:59 PM
QuoteSaya jg tdk mau beranggapan melebih2kan atas apa yg dialami, krn bisa2 malah menghambat latihan.

paling baik adalah tidak melebih2kan & jg tidak mengurang2kan.
jika bisa mencapai jhana, why not?
jika bisa merealisasikan nibbana, it's really good.

Saya setuju bgt dgn bro Tesla, makanya saya bersikap kritis terhadap diri sendiri (tdk menilai berdasar pemikiran sendiri), tetapi tetap mencari masukan pendapat dari bro n sis (yg berpengalaman) sebagai perbandingan agar dapat menilai dgn lebih tepat.
_/\_


Sangat senang melihat usaha bro BlackDragon......

memang demikianlah cara utk memupuk kebijaksanaan, yg dijelaskan oleh guru Buddha menjadi 3 yaitu :
1. Suttamaya panna : panna/kebijaksanaan yg diperoleh dari literatur2
2. Cintamaya panna : panna/kebijaksanaan yg diperoleh dari praktek
3. Bhavanamaya panna : panna/kebijaksanaan yg diperoleh dari menjalankan bhavana

kesemua panna diatas akan saling menguatkan satu dan yg lainnya

semoga bs bermanfaat

metta
Title: Re: Sotapanna
Post by: BlackDragon on 14 March 2009, 12:18:42 AM
Quote from: markosprawira on 06 March 2009, 08:49:42 AM
Quote from: BlackDragon on 26 February 2009, 10:29:59 PM
QuoteSaya jg tdk mau beranggapan melebih2kan atas apa yg dialami, krn bisa2 malah menghambat latihan.

paling baik adalah tidak melebih2kan & jg tidak mengurang2kan.
jika bisa mencapai jhana, why not?
jika bisa merealisasikan nibbana, it's really good.

Saya setuju bgt dgn bro Tesla, makanya saya bersikap kritis terhadap diri sendiri (tdk menilai berdasar pemikiran sendiri), tetapi tetap mencari masukan pendapat dari bro n sis (yg berpengalaman) sebagai perbandingan agar dapat menilai dgn lebih tepat.
_/\_


Sangat senang melihat usaha bro BlackDragon......

memang demikianlah cara utk memupuk kebijaksanaan, yg dijelaskan oleh guru Buddha menjadi 3 yaitu :
1. Suttamaya panna : panna/kebijaksanaan yg diperoleh dari literatur2
2. Cintamaya panna : panna/kebijaksanaan yg diperoleh dari praktek
3. Bhavanamaya panna : panna/kebijaksanaan yg diperoleh dari menjalankan bhavana

kesemua panna diatas akan saling menguatkan satu dan yg lainnya

semoga bs bermanfaat

metta

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 14 March 2009, 02:08:30 PM
Quote from: dilbert on 26 February 2009, 01:22:59 PM
[at] bro fabian...

menurut bro fabian, apa sotapanna sudah mencapai nibbana ?

Saudara Dilbert yang baik,

Sotapanna hingga Arahat yang belum wafat, mengalami Nibbana yang disebut Saupadisesa Nibbana Sedangkan pada Arahat yang telah mangkat disebut Anupadisesa Nibbana atau kita kenal juga sebagai Parinibbana.

Sukhi hotu,

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: dilbert on 14 March 2009, 08:57:54 PM
Quote from: fabian c on 14 March 2009, 02:08:30 PM
Quote from: dilbert on 26 February 2009, 01:22:59 PM
[at] bro fabian...

menurut bro fabian, apa sotapanna sudah mencapai nibbana ?

Saudara Dilbert yang baik,

Sotapanna hingga Arahat yang belum wafat, mengalami Nibbana yang disebut Saupadisesa Nibbana Sedangkan pada Arahat yang telah mangkat disebut Anupadisesa Nibbana atau kita kenal juga sebagai Parinibbana.

Sukhi hotu,

_/\_

sdr.fabian yang baik juga...

apakah dengan ini berarti sotapanna yang meninggal dunia juga dikatakan dikatakan parinibbana, karena ketika sama sama masih hidup, sotapanna dan arahat (savaka) dikatakan saupadisesa nibbana ?
Title: Re: Sotapanna
Post by: tesla on 14 March 2009, 09:01:13 PM
menurut saya, sotapana sampai anagami double vision, yaitu kadang melihat apa adanya, kadang tidak. sedangkan arahat sudah konstan melihat apa adanya. (putthujana selalu tidak melihat apa adanya).
melihat apa adanya boleh dikatakan mengalami nibbana.
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 14 March 2009, 10:31:54 PM
Quote from: dilbert on 14 March 2009, 08:57:54 PM
Quote from: fabian c on 14 March 2009, 02:08:30 PM
Quote from: dilbert on 26 February 2009, 01:22:59 PM
[at] bro fabian...

menurut bro fabian, apa sotapanna sudah mencapai nibbana ?

Saudara Dilbert yang baik,

Sotapanna hingga Arahat yang belum wafat, mengalami Nibbana yang disebut Saupadisesa Nibbana Sedangkan pada Arahat yang telah mangkat disebut Anupadisesa Nibbana atau kita kenal juga sebagai Parinibbana.

Sukhi hotu,

_/\_

sdr.fabian yang baik juga...

apakah dengan ini berarti sotapanna yang meninggal dunia juga dikatakan dikatakan parinibbana, karena ketika sama sama masih hidup, sotapanna dan arahat (savaka) dikatakan saupadisesa nibbana ?

Saudara Dilbert yang baik,

Hanya Arahat yang meninggal yang dikatakan Parinibbana, selain Arahat tidak disebut Parinibbana.

Semoga menjadi jelas,

sukhi hotu,

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: dilbert on 14 March 2009, 10:55:03 PM
Quote from: fabian c on 14 March 2009, 10:31:54 PM
Quote from: dilbert on 14 March 2009, 08:57:54 PM
Quote from: fabian c on 14 March 2009, 02:08:30 PM
Quote from: dilbert on 26 February 2009, 01:22:59 PM
[at] bro fabian...

menurut bro fabian, apa sotapanna sudah mencapai nibbana ?

Saudara Dilbert yang baik,

Sotapanna hingga Arahat yang belum wafat, mengalami Nibbana yang disebut Saupadisesa Nibbana Sedangkan pada Arahat yang telah mangkat disebut Anupadisesa Nibbana atau kita kenal juga sebagai Parinibbana.

Sukhi hotu,

_/\_

sdr.fabian yang baik juga...

apakah dengan ini berarti sotapanna yang meninggal dunia juga dikatakan dikatakan parinibbana, karena ketika sama sama masih hidup, sotapanna dan arahat (savaka) dikatakan saupadisesa nibbana ?

Saudara Dilbert yang baik,

Hanya Arahat yang meninggal yang dikatakan Parinibbana, selain Arahat tidak disebut Parinibbana.

Semoga menjadi jelas,

sukhi hotu,

_/\_


tetapi dikatakan bahwa sotapanna yang masih hidup juga dikatakan saupadisesa nibbana, mengapa ketika seorang sotapanna meninggal dunia tidak dikatakan parinibbana, hanya arahat saja, apakah saupadisesa nibbana seorang arahat dan seorang sotapanna berbeda ?
Title: Re: Sotapanna
Post by: fabian c on 14 March 2009, 11:37:38 PM
Quote from: dilbert on 14 March 2009, 10:55:03 PM
Quote from: fabian c on 14 March 2009, 10:31:54 PM
Quote from: dilbert on 14 March 2009, 08:57:54 PM
Quote from: fabian c on 14 March 2009, 02:08:30 PM
Quote from: dilbert on 26 February 2009, 01:22:59 PM
[at] bro fabian...

menurut bro fabian, apa sotapanna sudah mencapai nibbana ?

Saudara Dilbert yang baik,

Sotapanna hingga Arahat yang belum wafat, mengalami Nibbana yang disebut Saupadisesa Nibbana Sedangkan pada Arahat yang telah mangkat disebut Anupadisesa Nibbana atau kita kenal juga sebagai Parinibbana.

Sukhi hotu,

_/\_

sdr.fabian yang baik juga...

apakah dengan ini berarti sotapanna yang meninggal dunia juga dikatakan dikatakan parinibbana, karena ketika sama sama masih hidup, sotapanna dan arahat (savaka) dikatakan saupadisesa nibbana ?

Saudara Dilbert yang baik,

Hanya Arahat yang meninggal yang dikatakan Parinibbana, selain Arahat tidak disebut Parinibbana.

Semoga menjadi jelas,

sukhi hotu,

_/\_


tetapi dikatakan bahwa sotapanna yang masih hidup juga dikatakan saupadisesa nibbana, mengapa ketika seorang sotapanna meninggal dunia tidak dikatakan parinibbana, hanya arahat saja, apakah saupadisesa nibbana seorang arahat dan seorang sotapanna berbeda ?

Saudara Dilbert yang baik,

Pada Arahat kemelekatan terhadap kelima khanda telah lenyap sepenuhnya, oleh karena itu Nibbana pada Arahat yang wafat disebut Anupadisesa Nibbana (Nibbana without remainder), sedangkan pada Sotapanna hingga Anagami masih memiliki kemelekatan (oleh karena itu masih akan terlahir lagi), sehingga tidak dikatakan anupadisesa tetapi saupadisesa Nibbana.

Hanya anupadisesa Nibbana (tak akan terlahir kembali) yang disebut Parinibbana.

Semoga keterangan ini membantu,

sukhi hotu,

_/\_
Title: Re: Sotapanna
Post by: ika_polim on 21 April 2009, 04:07:17 PM
Quote from: BlackDragon on 14 March 2009, 12:18:42 AM
Quote from: markosprawira on 06 March 2009, 08:49:42 AM
Quote from: BlackDragon on 26 February 2009, 10:29:59 PM
QuoteSaya jg tdk mau beranggapan melebih2kan atas apa yg dialami, krn bisa2 malah menghambat latihan.

paling baik adalah tidak melebih2kan & jg tidak mengurang2kan.
jika bisa mencapai jhana, why not?
jika bisa merealisasikan nibbana, it's really good.

Saya setuju bgt dgn bro Tesla, makanya saya bersikap kritis terhadap diri sendiri (tdk menilai berdasar pemikiran sendiri), tetapi tetap mencari masukan pendapat dari bro n sis (yg berpengalaman) sebagai perbandingan agar dapat menilai dgn lebih tepat.
_/\_


Sangat senang melihat usaha bro BlackDragon......

memang demikianlah cara utk memupuk kebijaksanaan, yg dijelaskan oleh guru Buddha menjadi 3 yaitu :
1. Suttamaya panna : panna/kebijaksanaan yg diperoleh dari literatur2
2. Cintamaya panna : panna/kebijaksanaan yg diperoleh dari praktek
3. Bhavanamaya panna : panna/kebijaksanaan yg diperoleh dari menjalankan bhavana

kesemua panna diatas akan saling menguatkan satu dan yg lainnya

semoga bs bermanfaat

metta

_/\_

menurut anda pribadi, bagaimana timbal balik dari ke 3 jenis kebijaksanaan diatas?

ika.