Sotapanna

Started by Sumedho, 12 November 2007, 03:53:10 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Equator

Quote from: Kainyn_Kutho on 18 February 2009, 02:01:42 PM
Konsep peramalan itu adalah seperti proses analisa dan prakiraan berdasarkan "data" masa lalu dan masa kini. Setiap orang juga bisa "meramal", hanya saja seberapa jauh dan seberapa detailnya itu masing-masing berbeda. Contoh gampangnya kita tanem pohon mangga, misalnya. Karena sebagai orang biasa, pengetahuan pas-pas-an, mungkin kita bisa "meramalkan" asal dikasih pupuk, dirawat dengan baik, maka dalam 5 tahun akan berbuah. Nah, bagi yang pengetahuannya "tidak pas-pas-an", dia bisa lihat keadaan tanah, jenis mangganya, interaksi antar pohon itu dengan lingkungan, kelembaban udara, dan lain-lain. Mungkin dia bisa tahu dalam kurun waktu 5 tahun, tingginya adalah sekian cm, buahnya demikian, daunnya demikian. Sama saja seperti itu.

Lalu apakah masa depan adalah PASTI begitu? Tentu tidak, semua bisa berubah. Dalam suatu kisah, ada sepasang suami istri yang mendapatkan warisan kekayaan yang sangat besar dari orang tua mereka. Karena mereka tidak pandai mengolah uang, juga hanya berfoya-foya, maka kekayaan mereka berangsur2 habis dan akhirnya mereka hanya menjadi pengemis saja.

Buddha mengatakan bahwa jika pada masa muda/paruh baya/tua mereka belajar mengolah kekayaannya, maka mereka akan menjadi orang kaya kelas satu/dua/tiga, atau jika meninggalkan kehidupan rumah tangga, si suami akan menjadi Arahat/Anagami/Sakadagami dan si istri akan menjadi Anagami/Sakadagami/Sotapanna. Tetapi karena mereka tidak juga melakukan apapun pada masa kehidupannya, maka tidak memiliki kekayaan duniawi, juga tidak mendapatkan manfaat magga dan phala.

Di sini kita lihat ramalan/perhitungan itu ada, tetapi yang memutuskan adalah kita sendiri juga.

Terima kasih atas penjelasan dari Ko Kaynyn & Ko Indra

Tetapi kalo ditilik dari cerita Buddhis tsb, peramalan itu hanya seperti 'flowchart' yang masih memberikan pilhan yang akan dipilih oleh si suami istri tsb dalam kehidupannya
Kelihatannya Buddha seperti melihat potensi yang ada dan akibat yang ditimbulkannya apabila suami istri itu memilih demikian
Hal ini memberikan dilema ketika kita ditanya; apakah ramalan seorang Buddha itu tepat atau tidak ? Sebab apabila dijawab tepat, berarti harusnya Sang Buddha tahu pada akhirnya si pasutri tsb akan memilih berfoya2 dan menjadi pengemis sebagai konsekuensinya
Bila dijawab tidak tepat, berarti kita seperti juga meragukan kemampuan seorang Buddha
Nah ini menurut saya seperti kontradiktif dengan kehidupan ini yang tidak pasti, hanya kematianlah yang pasti terjadi

Mohon tanggapannya, sebab saya juga pernah ditanyakan hal seperti ini
Hanya padaMu Buddha, Kubaktikan diriku selamanya
Hanya untukMu Buddha, Kupersembahkan hati dan jiwaku seutuhnya..

K.K.

Quote from: Equator on 18 February 2009, 03:00:23 PM
Terima kasih atas penjelasan dari Ko Kaynyn & Ko Indra

Tetapi kalo ditilik dari cerita Buddhis tsb, peramalan itu hanya seperti 'flowchart' yang masih memberikan pilhan yang akan dipilih oleh si suami istri tsb dalam kehidupannya
Kelihatannya Buddha seperti melihat potensi yang ada dan akibat yang ditimbulkannya apabila suami istri itu memilih demikian
Hal ini memberikan dilema ketika kita ditanya; apakah ramalan seorang Buddha itu tepat atau tidak ? Sebab apabila dijawab tepat, berarti harusnya Sang Buddha tahu pada akhirnya si pasutri tsb akan memilih berfoya2 dan menjadi pengemis sebagai konsekuensinya
Bila dijawab tidak tepat, berarti kita seperti juga meragukan kemampuan seorang Buddha
Nah ini menurut saya seperti kontradiktif dengan kehidupan ini yang tidak pasti, hanya kematianlah yang pasti terjadi

Mohon tanggapannya, sebab saya juga pernah ditanyakan hal seperti ini

Walaupun memang seperti flow-chart begitu, tapi yang menentukan adalah pilihan si suami/istri tersebut. Nah, yang diketahui Buddha bukan hanya flow-chartnya saja, tetapi juga kecenderungan bathin orang tersebut, apakah yang cenderung dipilih orang tersebut. Jadi melihat kecenderungan tersebut, Buddha pasti tahu pilihan yang akan diambilnya.
Bisa saja orang berubah drastis, tetapi perubahan itu juga tentu ada sebabnya dan ada pendukungnya. Oleh karena itu, untuk meramalkan secara pasti adalah sangat sulit, tetapi bukan tidak mungkin jika kita punya SEMUA data masa lalu dan masa sekarang.

markosprawira

Quote from: Equator on 18 February 2009, 03:00:23 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 February 2009, 02:01:42 PM
Konsep peramalan itu adalah seperti proses analisa dan prakiraan berdasarkan "data" masa lalu dan masa kini. Setiap orang juga bisa "meramal", hanya saja seberapa jauh dan seberapa detailnya itu masing-masing berbeda. Contoh gampangnya kita tanem pohon mangga, misalnya. Karena sebagai orang biasa, pengetahuan pas-pas-an, mungkin kita bisa "meramalkan" asal dikasih pupuk, dirawat dengan baik, maka dalam 5 tahun akan berbuah. Nah, bagi yang pengetahuannya "tidak pas-pas-an", dia bisa lihat keadaan tanah, jenis mangganya, interaksi antar pohon itu dengan lingkungan, kelembaban udara, dan lain-lain. Mungkin dia bisa tahu dalam kurun waktu 5 tahun, tingginya adalah sekian cm, buahnya demikian, daunnya demikian. Sama saja seperti itu.

Lalu apakah masa depan adalah PASTI begitu? Tentu tidak, semua bisa berubah. Dalam suatu kisah, ada sepasang suami istri yang mendapatkan warisan kekayaan yang sangat besar dari orang tua mereka. Karena mereka tidak pandai mengolah uang, juga hanya berfoya-foya, maka kekayaan mereka berangsur2 habis dan akhirnya mereka hanya menjadi pengemis saja.

Buddha mengatakan bahwa jika pada masa muda/paruh baya/tua mereka belajar mengolah kekayaannya, maka mereka akan menjadi orang kaya kelas satu/dua/tiga, atau jika meninggalkan kehidupan rumah tangga, si suami akan menjadi Arahat/Anagami/Sakadagami dan si istri akan menjadi Anagami/Sakadagami/Sotapanna. Tetapi karena mereka tidak juga melakukan apapun pada masa kehidupannya, maka tidak memiliki kekayaan duniawi, juga tidak mendapatkan manfaat magga dan phala.

Di sini kita lihat ramalan/perhitungan itu ada, tetapi yang memutuskan adalah kita sendiri juga.

Terima kasih atas penjelasan dari Ko Kaynyn & Ko Indra

Tetapi kalo ditilik dari cerita Buddhis tsb, peramalan itu hanya seperti 'flowchart' yang masih memberikan pilhan yang akan dipilih oleh si suami istri tsb dalam kehidupannya
Kelihatannya Buddha seperti melihat potensi yang ada dan akibat yang ditimbulkannya apabila suami istri itu memilih demikian
Hal ini memberikan dilema ketika kita ditanya; apakah ramalan seorang Buddha itu tepat atau tidak ? Sebab apabila dijawab tepat, berarti harusnya Sang Buddha tahu pada akhirnya si pasutri tsb akan memilih berfoya2 dan menjadi pengemis sebagai konsekuensinya
Bila dijawab tidak tepat, berarti kita seperti juga meragukan kemampuan seorang Buddha
Nah ini menurut saya seperti kontradiktif dengan kehidupan ini yang tidak pasti, hanya kematianlah yang pasti terjadi

Mohon tanggapannya, sebab saya juga pernah ditanyakan hal seperti ini

dear my frens,

saya rasa disini sudah bukan ramalan lagi yah karena hal itu SUDAH terjadi...... sementara ramalan adalah mengenai hal yg akan datang

Jika ramalan mengenai masa yang akan datang, TIDAK ada yang bisa memastikan karena kecenderungan yg bisa berubah secara tiba2 spt yg disebut bro Kai

bahkan utk jodoh saja, mama laurent dalam salah satu acara, pernah cerita bhw si A punya 4 kesempatan jodoh : 2x di umur 20an, 1x di umur 30an dan 1x lagi di umur 40an
Tapi dengan yg mana, si A akan menikah? mama juga ga tau  ^-^

mirip kaya ramalan cuaca juga..... semua hanya berdasar pada data2 historis

semoga bermanfaat

metta  _/\_

fabian c

Quote from: Equator on 18 February 2009, 03:00:23 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 February 2009, 02:01:42 PM
Konsep peramalan itu adalah seperti proses analisa dan prakiraan berdasarkan "data" masa lalu dan masa kini. Setiap orang juga bisa "meramal", hanya saja seberapa jauh dan seberapa detailnya itu masing-masing berbeda. Contoh gampangnya kita tanem pohon mangga, misalnya. Karena sebagai orang biasa, pengetahuan pas-pas-an, mungkin kita bisa "meramalkan" asal dikasih pupuk, dirawat dengan baik, maka dalam 5 tahun akan berbuah. Nah, bagi yang pengetahuannya "tidak pas-pas-an", dia bisa lihat keadaan tanah, jenis mangganya, interaksi antar pohon itu dengan lingkungan, kelembaban udara, dan lain-lain. Mungkin dia bisa tahu dalam kurun waktu 5 tahun, tingginya adalah sekian cm, buahnya demikian, daunnya demikian. Sama saja seperti itu.

Lalu apakah masa depan adalah PASTI begitu? Tentu tidak, semua bisa berubah. Dalam suatu kisah, ada sepasang suami istri yang mendapatkan warisan kekayaan yang sangat besar dari orang tua mereka. Karena mereka tidak pandai mengolah uang, juga hanya berfoya-foya, maka kekayaan mereka berangsur2 habis dan akhirnya mereka hanya menjadi pengemis saja.

Buddha mengatakan bahwa jika pada masa muda/paruh baya/tua mereka belajar mengolah kekayaannya, maka mereka akan menjadi orang kaya kelas satu/dua/tiga, atau jika meninggalkan kehidupan rumah tangga, si suami akan menjadi Arahat/Anagami/Sakadagami dan si istri akan menjadi Anagami/Sakadagami/Sotapanna. Tetapi karena mereka tidak juga melakukan apapun pada masa kehidupannya, maka tidak memiliki kekayaan duniawi, juga tidak mendapatkan manfaat magga dan phala.

Di sini kita lihat ramalan/perhitungan itu ada, tetapi yang memutuskan adalah kita sendiri juga.

Terima kasih atas penjelasan dari Ko Kaynyn & Ko Indra

Tetapi kalo ditilik dari cerita Buddhis tsb, peramalan itu hanya seperti 'flowchart' yang masih memberikan pilhan yang akan dipilih oleh si suami istri tsb dalam kehidupannya
Kelihatannya Buddha seperti melihat potensi yang ada dan akibat yang ditimbulkannya apabila suami istri itu memilih demikian
Hal ini memberikan dilema ketika kita ditanya; apakah ramalan seorang Buddha itu tepat atau tidak ? Sebab apabila dijawab tepat, berarti harusnya Sang Buddha tahu pada akhirnya si pasutri tsb akan memilih berfoya2 dan menjadi pengemis sebagai konsekuensinya
Bila dijawab tidak tepat, berarti kita seperti juga meragukan kemampuan seorang Buddha
Nah ini menurut saya seperti kontradiktif dengan kehidupan ini yang tidak pasti, hanya kematianlah yang pasti terjadi

Mohon tanggapannya, sebab saya juga pernah ditanyakan hal seperti ini

Teman-teman,
Menurut saya Para Buddha bisa mengetahui apa yang akan terjadi karena memiliki juga kemampuan memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang berdasarkan kecenderungan-kecenderungan yang akan terjadi.

mungkin contohnya begini, bila kita meletakkan uang 20 ribu di pekarangan, kemudian kita bisa meramalkan apakah si Paijo teman baik kita akan mengambil uang itu atau tidak, berdasarkan kecenderungan batin si Paijo yang kita kenal baik, demikian juga, oleh Karena itu Sang Buddha bisa meramalkan apa yang akan terjadi dengan tepat.

sukhi hotu

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Indra

Setuju dgn Mbah Fabian,
karena salah satu pengetahuan yang hanya dimiliki oleh Sang Buddha dan tidak dimiliki oleh para Arahat adalah Pengetahuan atas Watak dan Kecenderungan makhluk-makhluk.

ENCARTA

kalau menurut saya uang 20rb itu bisa diambil siapa saja di forum ini tanpa terkecuali ( tegantung situasi nya waktu itu )
jadi saya yakin tindakan paijo tidak dapat ditebak

tidak segampang itu Buddha melihat masa depan
tapi dengan perhitungan yang lebih mantap

ika_polim

Quote from: Indra on 18 February 2009, 01:55:34 PM
Quote from: Sumedho on 18 February 2009, 01:49:43 PM
kalau pakai drugs dimana sedang high dan merasakan kedamaian mutlak.....

itu memang damai, tapi tidak mutlak, dalam arti masih berkondisi/bersyarat

Quote from: Indra on 18 February 2009, 02:08:31 PM
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 02:04:31 PM
Quote from: Indra on 18 February 2009, 01:59:30 PM
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 01:55:58 PM
Saudara Indra yang baik,

Mencicipi berarti mengalami kan? Pertama kali kita mengalami sesuatu maka itu disebut mencicipi.
Jadi ia sudah Sotapanna.

Kalau statement ini benar, maka berarti sudah ada banyak Sotapanna di forum ini, karena melalui diskusi2 lalu ada beberapa atau minimal ada 1 yg mengaku telah mencicipi Nibbana walaupun cuma 1 detik.

Iya yah... bahkan ada yang meng-klaim ia mencicipi Nibbana setelah berhubungan intim dengan wanita
kalau begitu banyak sekali Sotapanna di dunia ini ya?  :)


tanya: Apakah Nibbana sama dengan Orgasm?


ha ha ha ...!

semoga saja dengan hal2 spt diatas itu, kini kita semakin disadarkan bahwa masih "ada suatu situasi-kondisi yang diluar itu semua" yaitu yang "tidak mengandung sensasi apapun"!

ha ha ha ...!

:hal2 spt itulah yang jauh lbh "mutlak" dari yang dicontohkan diatas!

ika.


dhannya_lie

#202
semoga semua dapat memasuki "arus" (sopatanna)
dengan membaca dhammapada ini...


http://www.ziddu.com/download/3586539/Dhammapada.rar.html

or

http://rapidshare.com/files/201116344/Dhammapada.rar.html

semoga semua mahluk dapat hidup bahagia.


BlackDragon

#203
Quote from: fabian c on 18 February 2009, 01:09:05 PM
QuoteBagaimanakah kita tahu pasti kalau kita sudah mencapai sotapanna ?

Saudara Sumedho yang baik,

Mudah sekali jawabannya, tentu saja dengan mengalami kedamaian mutlak, yaitu Nibbana.

sukhi hotu


_/\_

mau bertanya om Fabian, kedamaian mutlak/Nibbana seperti apa yah???
Ciri2 dan persyaratan kedamaian Mutlak/Nibbana seperti apa?
Nibbana nya Sotapanna sama atau beda dgn Nibbana Arahat?

Saya pernah mengalami kedamaian extreme (dalam meditasi), sampe saya merasa tidak mau keluar dari keadaan itu, walaupun harus berpisah dgn apa yg ada di dunia ini, (keluarga, teman2, bahkan diri saya sendiri) seperti tidak berharga, dibanding keadaan itu.
Tapi ternyata kenyataan tdk sesuai kemauan.
Akhirnya balik lagi ke kondisi kesadaran normal.

Cat:
Ada seorang guru/praktisi meditasi yg mengatakan itu pengalaman Nibbana, tp saya menolak mentah2 krn pemahaman saya saat itu yg mencapai nibbana hanya seorang arahat.(sy org yg sangat kritis)
Dan dia cuma menjawab, mgkn pemahaman kita ttg Nibbana yg berbeda.
(melihat Postingan bro fabian di atas, saya jadi tersentak dan tergerak utk bertanya)

Bagaimana pendapat om Fabian dan senior2?
Piti kah? atau yg lain?
Bagaimana membedakan piti dan Nibbana?

Saya mohon maaf apabila pertanyaan saya agak OOT, tp saya melihat kondisi yg pas utk menanyakan hal ini. ^:)^

Mohon penjelasannya, krn saya tidak ada tujuan lain, selain benar2 mau mengerti.
_/\_
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

kalau masih nanya-nanya berarti belon ;D
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

dilbert

[at] bro fabian...

menurut bro fabian, apa sotapanna sudah mencapai nibbana ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

tesla

QuoteSaya pernah mengalami kedamaian extreme  (dalam meditasi), sampe saya merasa tidak mau keluar dari keadaan itu, walaupun harus berpisah dgn apa yg ada di dunia ini, (keluarga, teman2, bahkan diri saya sendiri) seperti tidak berharga, dibanding keadaan itu.
Tapi ternyata kenyataan tdk sesuai kemauan.
Akhirnya balik lagi ke kondisi kesadaran normal.
mungkin jhana

bedanya seseorang bisa melekati jhana, tapi tidak bisa melekati nibbana :D
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

BlackDragon

Quotekalau masih nanya-nanya berarti belon
_/\_

Quotemungkin jhana

bedanya seseorang bisa melekati jhana, tapi tidak bisa melekati nibbana
Kalo jhana, harus lewat Nimitta atau tdk bro tesla?
_/\_

Thx Bro2 atas responnya, btw mana jwban dr om Fabian yah. :)
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.

tesla

Quote from: BlackDragon on 26 February 2009, 04:15:15 PM
Quotemungkin jhana

bedanya seseorang bisa melekati jhana, tapi tidak bisa melekati nibbana
Kalo jhana, harus lewat Nimitta atau tdk bro tesla?
_/\_
kalau berdasarkan sutta, yg ada adalah faktor jhana. tidak ada nimitta.
coba cek kondisi black dragon aja, apakah faktor2 jhana itu hadir?

kalau saya pribadi, saya ga tau, krn belum pernah mencapai jhana atau tidak sadar pernah mencapai jhana.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

BlackDragon

#209
Saya jg tdk mau beranggapan melebih2kan atas apa yg dialami, krn bisa2 malah menghambat latihan.
Tapi sy jg mau tau pendapat dr bro n sis yg sudah berpengalaman sehingga saya mendapat pandangan benar dan bisa mendapat gambaran harus bertindak spt apa.
Saya baru tau kalo di sutta tdk dibahas nimitta, soalnya di buku2 yg saya baca rata2 membicarakan Nimitta sebelum masuk Jhana.
Maklum saya masih junior dan lom berjodoh utk membaca byk sutta2, kecuali dr buku. :)

Mohon Bimbingannya ^:)^
_/\_
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.