Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: Semit on 30 January 2009, 04:05:24 PM

Title: Dhamma Commerce
Post by: Semit on 30 January 2009, 04:05:24 PM
Quote from: Indra on 30 January 2009, 03:48:49 PM

loh semua Dhammadesana kan copyright holdernya adalah Sang Buddha. sepertinya Sang Buddha gak keberatan deh.


Saya quote dari postingan Mod Indra yang saya muliakan.

Bagaimana tanggapan rekan2 netter atas perdagangan Dhamma yang semakin marak akhir2 ini. buku-buku Dhamma diperjualbelikan (bahkan yang tertulis TIDAK DIJUAL).

Bhikkhu2 yang diundang untuk ceramah tapi penonton/pendengar harus beli karcis untuk bisa mendengarkan ceramah.

Saya menilai semua ini adalah bentuk2 komersialisasi Dhamma. Silahkan menanggapi.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: mushroom_kick on 30 January 2009, 04:15:47 PM
 
::) cetak itu pake ongkos... ::) sewa gedung jg muahal... ::) sound system jg sewa...

Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Semit on 30 January 2009, 04:16:51 PM
pengen buka Polling Setuju/Tidak setuju. tapi terakhir saya bikin Polling saya dapat peringatan dari Pak Admin. gak tau masih boleh gak nih.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: William_phang on 30 January 2009, 04:18:43 PM
kalo menurut saya pribadi sih seharusnya dhamma itu gratis...karena tidak ada harga yang pantas untuk dibebankan.... cuma kalo untuk menganti biaya cetak sih ok ok aja....bagaimana pun membutuhkan biaya untuk pencetakan...
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Semit on 30 January 2009, 04:19:15 PM
Quote from: mushroom_kick on 30 January 2009, 04:15:47 PM

::) cetak itu pake ongkos... ::) sewa gedung jg muahal... ::) sound system jg sewa...



Bagaimana kalo tidak perlu cetak? misalnya dalam bentuk ebook.
Kenapa perlu sewa gedung? Vihara adalah tempat yang sangat tepat dan gratis.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: mushroom_kick on 30 January 2009, 04:22:45 PM
Quote from: Semit on 30 January 2009, 04:19:15 PM
Quote from: mushroom_kick on 30 January 2009, 04:15:47 PM

::) cetak itu pake ongkos... ::) sewa gedung jg muahal... ::) sound system jg sewa...



Bagaimana kalo tidak perlu cetak? misalnya dalam bentuk ebook.
Kenapa perlu sewa gedung? Vihara adalah tempat yang sangat tepat dan gratis.

gk smua org isa pake comp...org tua lbh suka baca buku ato nonton cd loh...
gedung vhr sangatlah terbuatas kapacity na...

pernah ad yg bilang, napa gk ceramah di pinggir sungai kek jaman sang Buddha dl?

dijakarta, ad yg isa recomended sungai yg bagus :D :D
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 04:22:59 PM
Quote from: Semit on 30 January 2009, 04:05:24 PM
Quote from: Indra on 30 January 2009, 03:48:49 PM

loh semua Dhammadesana kan copyright holdernya adalah Sang Buddha. sepertinya Sang Buddha gak keberatan deh.

Saya quote dari postingan Mod Indra yang saya muliakan.

Bagaimana tanggapan rekan2 netter atas perdagangan Dhamma yang semakin marak akhir2 ini. buku-buku Dhamma diperjualbelikan (bahkan yang tertulis TIDAK DIJUAL).

Bhikkhu2 yang diundang untuk ceramah tapi penonton/pendengar harus beli karcis untuk bisa mendengarkan ceramah.

Saya menilai semua ini adalah bentuk2 komersialisasi Dhamma. Silahkan menanggapi.

Kalau buku buku itu dicetak untuk kemudian dijual, tentunya masih wajar, karena ada komponen biaya... apakah nyari untung atau tidak, mungkin lain persoalan... Buat saya yang beginian masih wajar... demikian juga kalau seminar seminar yang ngutip uang masuk, lha kalau sewa gedung dan biaya biaya mobilisasi kan ada...

Nah, ada CD ceramah dharma dari bhikkhu vihara s****** **** yang tertulis begini...
"CD ini adalah kenang-kenangan atas donasi untuk pembangunan fasilitas di vihara S****** ****, dan semua kegiatan untuk memperbanyak dan mengedarkan CD ini tanpa ijin tertulis adalah sama dengan menghalangi orang lain untuk berbuat baik, dan sebaiknya tidak dilakukan."

Gimana ini, jadi copyright ? padahal ada pendapat bahwa dharma itu TM (trademark-nya) Copyright-nya seharusnya BUDDHA GOTAMA.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Indra on 30 January 2009, 04:23:55 PM
Saya setuju dengan mbak Semit, Dhamma seharusnya tersedia gratis bagi siapapun. tidak ada satu lembaga pun yang berhak mengambil keuntungan dari Dhamma.

Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Indra on 30 January 2009, 04:25:46 PM
Quote from: mushroom_kick on 30 January 2009, 04:22:45 PM
Quote from: Semit on 30 January 2009, 04:19:15 PM
Quote from: mushroom_kick on 30 January 2009, 04:15:47 PM

::) cetak itu pake ongkos... ::) sewa gedung jg muahal... ::) sound system jg sewa...



Bagaimana kalo tidak perlu cetak? misalnya dalam bentuk ebook.
Kenapa perlu sewa gedung? Vihara adalah tempat yang sangat tepat dan gratis.

gk smua org isa pake comp...org tua lbh suka baca buku ato nonton cd loh...
gedung vhr sangatlah terbuatas kapacity na...

pernah ad yg bilang, napa gk ceramah di pinggir sungai kek jaman sang Buddha dl?

dijakarta, ad yg isa recomended sungai yg bagus :D :D

Gimana kalo Sungai Cisadane deket rumah gue?
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Nevada on 30 January 2009, 04:27:44 PM
Dhamma tidak layak dijadikan objek komersil. Dana yang diterima dari hasil penjualan buku-buku atau kaset-kaset Dhamma seyogyanya hanya untuk menutupi biaya administrasinya.

Mengenai hak cipta yang dipatenkan, mungkin ada benarnya pada kondisi tertentu. Karena bisa saja dimanipulasi oleh orang yang tak bertanggungjawab.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 04:30:10 PM
Quote from: upasaka on 30 January 2009, 04:27:44 PM
Dhamma tidak layak dijadikan objek komersil. Dana yang diterima dari hasil penjualan buku-buku atau kaset-kaset Dhamma seyogyanya hanya untuk menutupi biaya administrasinya.

Mengenai hak cipta yang dipatenkan, mungkin ada benarnya pada kondisi tertentu. Karena bisa saja dimanipulasi oleh orang yang tak bertanggungjawab.

Nah... hak cipta itu yang jadi persoalan ? apakah ceramah dharma bisa jadi hak cipta ?
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: hatRed on 30 January 2009, 04:30:59 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:22:59 PM
Quote from: Semit on 30 January 2009, 04:05:24 PM
Quote from: Indra on 30 January 2009, 03:48:49 PM

loh semua Dhammadesana kan copyright holdernya adalah Sang Buddha. sepertinya Sang Buddha gak keberatan deh.

Saya quote dari postingan Mod Indra yang saya muliakan.

Bagaimana tanggapan rekan2 netter atas perdagangan Dhamma yang semakin marak akhir2 ini. buku-buku Dhamma diperjualbelikan (bahkan yang tertulis TIDAK DIJUAL).

Bhikkhu2 yang diundang untuk ceramah tapi penonton/pendengar harus beli karcis untuk bisa mendengarkan ceramah.

Saya menilai semua ini adalah bentuk2 komersialisasi Dhamma. Silahkan menanggapi.

Kalau buku buku itu dicetak untuk kemudian dijual, tentunya masih wajar, karena ada komponen biaya... apakah nyari untung atau tidak, mungkin lain persoalan... Buat saya yang beginian masih wajar... demikian juga kalau seminar seminar yang ngutip uang masuk, lha kalau sewa gedung dan biaya biaya mobilisasi kan ada...

Nah, ada CD ceramah dharma dari bhikkhu vihara s****** **** yang tertulis begini...
"CD ini adalah kenang-kenangan atas donasi untuk pembangunan fasilitas di vihara S****** ****, dan semua kegiatan untuk memperbanyak dan mengedarkan CD ini tanpa ijin tertulis adalah sama dengan menghalangi orang lain untuk berbuat baik, dan sebaiknya tidak dilakukan."

Gimana ini, jadi copyright ? padahal ada pendapat bahwa dharma itu TM (trademark-nya) Copyright-nya seharusnya BUDDHA GOTAMA.

[-X oh no no no...

pernah liat buku tentang cara menggunakan software aplikasi

seperti "Belajar cepat Excel" dll...

Excel sendiri adalah cr nya Ms punya.

tapi sang pengarang buku yg dapet honor tanpa harus bagi2 ke Ms.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Nevada on 30 January 2009, 04:35:34 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:30:10 PM
Nah... hak cipta itu yang jadi persoalan ? apakah ceramah dharma bisa jadi hak cipta ?

Kalau dalam Dhammadesana umum, saya rasa tidak layak dipatenkan oleh sebagian golongan. Karena saya juga aktif di redaksi majalah, saya bisa memberi pengecualian untuk Dhammadesana yang sudah dimuat di majalah. Dari segi itikad saja, memperbanyak artikel di suatu majalah tanpa seizin yang bersangkutan adalah pembajakan. Ini bukan soal Dhammadesananya, namun pada image dan nilai eksklusif dari artikel di majalah itu sendiri.

Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Semit on 30 January 2009, 04:39:45 PM
Quote from: upasaka on 30 January 2009, 04:35:34 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:30:10 PM
Nah... hak cipta itu yang jadi persoalan ? apakah ceramah dharma bisa jadi hak cipta ?

Kalau dalam Dhammadesana umum, saya rasa tidak layak dipatenkan oleh sebagian golongan. Karena saya juga aktif di redaksi majalah, saya bisa memberi pengecualian untuk Dhammadesana yang sudah dimuat di majalah. Dari segi itikad saja, memperbanyak artikel di suatu majalah tanpa seizin yang bersangkutan adalah pembajakan. Ini bukan soal Dhammadesananya, namun pada image dan nilai eksklusif dari artikel di majalah itu sendiri.



ini menarik, kalau artikel tsb mencantumkan kutipan Sutta atau syair Dhammapada, dan Sutta atau syair tsb dipublikasikan lagi oleh orang lain. bagaimana ini? apakah batasannya?
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: nyanadhana on 30 January 2009, 04:40:29 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:30:10 PM
Quote from: upasaka on 30 January 2009, 04:27:44 PM
Dhamma tidak layak dijadikan objek komersil. Dana yang diterima dari hasil penjualan buku-buku atau kaset-kaset Dhamma seyogyanya hanya untuk menutupi biaya administrasinya.

Mengenai hak cipta yang dipatenkan, mungkin ada benarnya pada kondisi tertentu. Karena bisa saja dimanipulasi oleh orang yang tak bertanggungjawab.

Nah... hak cipta itu yang jadi persoalan ? apakah ceramah dharma bisa jadi hak cipta ?

apakah ceramah dharma itu sama dengan Dhamma Kebenaran...hati2 lho ada yang ceramah hanya mengikuti trend pasar dan bikin ngangguk2 tapi itu bukan Dhamma Kebenaran.

Dhamma Kebenaran adalah mengenal dukkha bukan menjadi kaya dalam duniawi atau omongin resesi global,itu namanya berita masyarakat.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 04:46:45 PM
Yang saya lihat di Cover CD yang saya beli tercantum tentang...

"semua kegiatan untuk memperbanyak dan mengedarkan CD  ini tanpa ijin tertulis  adalah sama dengan menghalangi orang lain untuk berbuat baik, dan sebaiknya tidak dilakukan"

ini yang gawat sekali... MENGHALANGI ORANG LAIN BERBUAT BAIK ? Saya jadi gak ngerti gimana jalan pikiran yang buat CD ini sampai mencantumkan hal sedemikian...
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 04:49:25 PM
Quote from: nyanadhana on 30 January 2009, 04:40:29 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:30:10 PM
Quote from: upasaka on 30 January 2009, 04:27:44 PM
Dhamma tidak layak dijadikan objek komersil. Dana yang diterima dari hasil penjualan buku-buku atau kaset-kaset Dhamma seyogyanya hanya untuk menutupi biaya administrasinya.

Mengenai hak cipta yang dipatenkan, mungkin ada benarnya pada kondisi tertentu. Karena bisa saja dimanipulasi oleh orang yang tak bertanggungjawab.

Nah... hak cipta itu yang jadi persoalan ? apakah ceramah dharma bisa jadi hak cipta ?

apakah ceramah dharma itu sama dengan Dhamma Kebenaran...hati2 lho ada yang ceramah hanya mengikuti trend pasar dan bikin ngangguk2 tapi itu bukan Dhamma Kebenaran.

Dhamma Kebenaran adalah mengenal dukkha bukan menjadi kaya dalam duniawi atau omongin resesi global,itu namanya berita masyarakat.

yang saya quote itu adalah dharmadesana dari salah satu bhikkhu pemberi ceramah paling populer di Indonesia... Dan menurut saya, dharmadesana-nya adalah salah satu yang terbaik... tetapi yang menurut saya disesalkan adalah tulisan di COVER CD dharmadesana-nya...
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: nyanadhana on 30 January 2009, 04:49:52 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:46:45 PM
Yang saya lihat di Cover CD yang saya beli tercantum tentang...

"semua kegiatan untuk memperbanyak dan mengedarkan CD  ini tanpa ijin tertulis  adalah sama dengan menghalangi orang lain untuk berbuat baik, dan sebaiknya tidak dilakukan"

ini yang gawat sekali... MENGHALANGI ORANG LAIN BERBUAT BAIK ? Saya jadi gak ngerti gimana jalan pikiran yang buat CD ini sampai mencantumkan hal sedemikian...

itu urusan segelintir oknum yang ingin menulis "hanya lewat sayalah,anda bisa berdana dan mendapatkan kamma baik,kalo lo bikin sendiri,siap2 meluncur ke neraka"
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Indra on 30 January 2009, 04:50:29 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:46:45 PM
Yang saya lihat di Cover CD yang saya beli tercantum tentang...

"semua kegiatan untuk memperbanyak dan mengedarkan CD  ini tanpa ijin tertulis  adalah sama dengan menghalangi orang lain untuk berbuat baik, dan sebaiknya tidak dilakukan"

ini yang gawat sekali... MENGHALANGI ORANG LAIN BERBUAT BAIK ? Saya jadi gak ngerti gimana jalan pikiran yang buat CD ini sampai mencantumkan hal sedemikian...

yg lebih lucu lagi, itu kan termasuk si producer awal dan toko/bursa vihara juga
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Nevada on 30 January 2009, 04:51:27 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:46:45 PM
Yang saya lihat di Cover CD yang saya beli tercantum tentang...

"semua kegiatan untuk memperbanyak dan mengedarkan CD  ini tanpa ijin tertulis  adalah sama dengan menghalangi orang lain untuk berbuat baik, dan sebaiknya tidak dilakukan"

ini yang gawat sekali... MENGHALANGI ORANG LAIN BERBUAT BAIK ? Saya jadi gak ngerti gimana jalan pikiran yang buat CD ini sampai mencantumkan hal sedemikian...

Kalau alasan penerbit agar CD-nya tidak diduplikasi itu masih wajar. Namun kalau alasannya "menghalangi orang lain berbuat baik", saya juga kurang mengerti.

Apakah maksudnya si penerbit ingin berbuat kebaikan dan tidak ingin langkahnya disaingi orang lain?

Atau maksudnya menduplikasi isi CD tanpa izin adalah 'mencuri', dan membuat orang yang bersangkutan tidak berbuat kebaikan?

???
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: nyanadhana on 30 January 2009, 04:52:24 PM
Quote from: Semit on 30 January 2009, 04:05:24 PM
Quote from: Indra on 30 January 2009, 03:48:49 PM

loh semua Dhammadesana kan copyright holdernya adalah Sang Buddha. sepertinya Sang Buddha gak keberatan deh.


Saya quote dari postingan Mod Indra yang saya muliakan.

Bagaimana tanggapan rekan2 netter atas perdagangan Dhamma yang semakin marak akhir2 ini. buku-buku Dhamma diperjualbelikan (bahkan yang tertulis TIDAK DIJUAL).

Bhikkhu2 yang diundang untuk ceramah tapi penonton/pendengar harus beli karcis untuk bisa mendengarkan ceramah.

Saya menilai semua ini adalah bentuk2 komersialisasi Dhamma. Silahkan menanggapi.

kapan Dhamma itu copyrightnya Sang Buddha , makanya baca pernyataan Sang Buddha, bahwa beliau tidak menciptakan Dhamma,beliau menemukan kembali Dhamma, jadi pemegang hak cipta Dhamma adalah ???????
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 04:53:01 PM
Quote from: nyanadhana on 30 January 2009, 04:49:52 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:46:45 PM
Yang saya lihat di Cover CD yang saya beli tercantum tentang...

"semua kegiatan untuk memperbanyak dan mengedarkan CD  ini tanpa ijin tertulis  adalah sama dengan menghalangi orang lain untuk berbuat baik, dan sebaiknya tidak dilakukan"

ini yang gawat sekali... MENGHALANGI ORANG LAIN BERBUAT BAIK ? Saya jadi gak ngerti gimana jalan pikiran yang buat CD ini sampai mencantumkan hal sedemikian...

itu urusan segelintir oknum yang ingin menulis "hanya lewat sayalah,anda bisa berdana dan mendapatkan kamma baik,kalo lo bikin sendiri,siap2 meluncur ke neraka"

saya tidak tahu apakah CD ini sepengetahuan bhikkhu pemberi ceramah, tetapi CD itu memang dijual resmi di vihara bhikkhu bersangkutan...
Saya pernah berniat untuk memperbanyak CD ceramah dharma bhikkhu tersebut, dan saya menghubungi pihak mereka, tetapi memang tidak diperkenankan bila saya membeli copyright-nya misalnya Rp.10 juta buah 500 CD... mau-nya mereka tetap harus beli produk mereka seharga  [at] Rp. 50.000 per CD...
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Reenzia on 30 January 2009, 04:54:44 PM
Quote"menghalangi orang lain berbuat baik"

misalnya saia ingin membagi sebagian atau seluruh isi dari CD itu kepada teman tapi diberi peringatan sbb :

Quote"semua kegiatan untuk memperbanyak dan mengedarkan CD  ini tanpa ijin tertulis  adalah sama dengan menghalangi orang lain untuk berbuat baik, dan sebaiknya tidak dilakukan"

Quote from: nyanadhana on 30 January 2009, 04:52:24 PM
Quote from: Semit on 30 January 2009, 04:05:24 PM
Quote from: Indra on 30 January 2009, 03:48:49 PM

loh semua Dhammadesana kan copyright holdernya adalah Sang Buddha. sepertinya Sang Buddha gak keberatan deh.


Saya quote dari postingan Mod Indra yang saya muliakan.

Bagaimana tanggapan rekan2 netter atas perdagangan Dhamma yang semakin marak akhir2 ini. buku-buku Dhamma diperjualbelikan (bahkan yang tertulis TIDAK DIJUAL).

Bhikkhu2 yang diundang untuk ceramah tapi penonton/pendengar harus beli karcis untuk bisa mendengarkan ceramah.

Saya menilai semua ini adalah bentuk2 komersialisasi Dhamma. Silahkan menanggapi.

kapan Dhamma itu copyrightnya Sang Buddha , makanya baca pernyataan Sang Buddha, bahwa beliau tidak menciptakan Dhamma,beliau menemukan kembali Dhamma, jadi pemegang hak cipta Dhamma adalah ???????

dhamma tidak dimiliki siapa saja, siapa saja berhak untuk mengetahuinya
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: hatRed on 30 January 2009, 04:55:05 PM
maksudnya adalah,

kalau cd bikinan dia dibajak, maka ia tidak mendapatkan dana yang kemudian dapat ia pergunakan untuk berdana lagi.

jadi kalo kita membajak, membuat dia kehilangan pasar yg dapat mengumpulkan uang dimana uang tersebut ia gunakan kembali untuk berusaha berdana.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 04:55:18 PM
Quote from: upasaka on 30 January 2009, 04:51:27 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:46:45 PM
Yang saya lihat di Cover CD yang saya beli tercantum tentang...

"semua kegiatan untuk memperbanyak dan mengedarkan CD  ini tanpa ijin tertulis  adalah sama dengan menghalangi orang lain untuk berbuat baik, dan sebaiknya tidak dilakukan"

ini yang gawat sekali... MENGHALANGI ORANG LAIN BERBUAT BAIK ? Saya jadi gak ngerti gimana jalan pikiran yang buat CD ini sampai mencantumkan hal sedemikian...

Kalau alasan penerbit agar CD-nya tidak diduplikasi itu masih wajar. Namun kalau alasannya "menghalangi orang lain berbuat baik", saya juga kurang mengerti.

Apakah maksudnya si penerbit ingin berbuat kebaikan dan tidak ingin langkahnya disaingi orang lain?

Atau maksudnya menduplikasi isi CD tanpa izin adalah 'mencuri', dan membuat orang yang bersangkutan tidak berbuat kebaikan?

???

alasannya adalah CD itu dianggap sebagai kenang-kenangan buat donasi ke vihara bersangkutan sebesar minimal Rp. 50.000.- (jadi bukan dijual), sehingga pernyataan bahwa kalau CD itu diperbanyak dan diedarkan tanpa seijin seolah olah membuat orang lain tidak akan berdonasi lagi ke vihara... itu kan yang jadi bingung... saya punya 20 seri CD yang saya beli  Rp. 50.000/CD
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Indra on 30 January 2009, 04:55:46 PM
Ada yg udah pernah baca Lincese DhammaCitta?
Quote
Edisi DhammaCitta © 2008
Tidak diperjualbelikan. Isi situs ini boleh dipublikasi ulang, diformat ulang, dicetak ulang, dan distribusi ulang dalam segala bentuk dan cara. Akan tetapi atas kebijakan DhammaCitta, segala jenis publikasi dan distribusi ulang tersedia untuk umum tidak diperjualbelikan dan tanpa batas dan hasil tersebut dan turunan lainnya harus dinyatakan demikian juga.

Demikianlah seharusnya. Suhu DC  ^:)^
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Equator on 30 January 2009, 04:56:09 PM
Quote from: Indra on 30 January 2009, 04:23:55 PM
Saya setuju dengan mbak Semit, Dhamma seharusnya tersedia gratis bagi siapapun. tidak ada satu lembaga pun yang berhak mengambil keuntungan dari Dhamma.



Nanti kita di cap, umat Buddha maunya gratisan melulu nich.. :hammer:
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: hatRed on 30 January 2009, 04:56:53 PM
Quote from: Reenzia on 30 January 2009, 04:54:44 PM
Quote"menghalangi orang lain berbuat baik"

misalnya saia ingin membagi sebagian atau seluruh isi dari CD itu kepada teman tapi diberi peringatan sbb :

Quote"semua kegiatan untuk memperbanyak dan mengedarkan CD  ini tanpa ijin tertulis  adalah sama dengan menghalangi orang lain untuk berbuat baik, dan sebaiknya tidak dilakukan"

Quote from: nyanadhana on 30 January 2009, 04:52:24 PM
Quote from: Semit on 30 January 2009, 04:05:24 PM
Quote from: Indra on 30 January 2009, 03:48:49 PM

loh semua Dhammadesana kan copyright holdernya adalah Sang Buddha. sepertinya Sang Buddha gak keberatan deh.


Saya quote dari postingan Mod Indra yang saya muliakan.

Bagaimana tanggapan rekan2 netter atas perdagangan Dhamma yang semakin marak akhir2 ini. buku-buku Dhamma diperjualbelikan (bahkan yang tertulis TIDAK DIJUAL).

Bhikkhu2 yang diundang untuk ceramah tapi penonton/pendengar harus beli karcis untuk bisa mendengarkan ceramah.

Saya menilai semua ini adalah bentuk2 komersialisasi Dhamma. Silahkan menanggapi.

kapan Dhamma itu copyrightnya Sang Buddha , makanya baca pernyataan Sang Buddha, bahwa beliau tidak menciptakan Dhamma,beliau menemukan kembali Dhamma, jadi pemegang hak cipta Dhamma adalah ???????

dhamma tidak dimiliki siapa saja, siapa saja berhak untuk mengetahuinya

mudah sja kan, kan tinggal minta ijin tertulis.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Nevada on 30 January 2009, 04:58:05 PM
Quote from: Semit on 30 January 2009, 04:39:45 PM
Quote from: upasaka on 30 January 2009, 04:35:34 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:30:10 PM
Nah... hak cipta itu yang jadi persoalan ? apakah ceramah dharma bisa jadi hak cipta ?

Kalau dalam Dhammadesana umum, saya rasa tidak layak dipatenkan oleh sebagian golongan. Karena saya juga aktif di redaksi majalah, saya bisa memberi pengecualian untuk Dhammadesana yang sudah dimuat di majalah. Dari segi itikad saja, memperbanyak artikel di suatu majalah tanpa seizin yang bersangkutan adalah pembajakan. Ini bukan soal Dhammadesananya, namun pada image dan nilai eksklusif dari artikel di majalah itu sendiri.



ini menarik, kalau artikel tsb mencantumkan kutipan Sutta atau syair Dhammapada, dan Sutta atau syair tsb dipublikasikan lagi oleh orang lain. bagaimana ini? apakah batasannya?

Tentu bukan itu maksud saya. Yang dipatenkan adalah intisari dari artikel di dalam majalah itu. Syair-syair maupun kisah-kisah dalam sutta tidaklah termasuk.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: nyanadhana on 30 January 2009, 04:59:03 PM
Makanya semuanya perlu NPWP biar bisa diaudit dengan jelas.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 04:59:49 PM
Quote from: Indra on 30 January 2009, 04:55:46 PM
Ada yg udah pernah baca Lincese DhammaCitta?
Quote
Edisi DhammaCitta © 2008
Tidak diperjualbelikan. Isi situs ini boleh dipublikasi ulang, diformat ulang, dicetak ulang, dan distribusi ulang dalam segala bentuk dan cara. Akan tetapi atas kebijakan DhammaCitta, segala jenis publikasi dan distribusi ulang tersedia untuk umum tidak diperjualbelikan dan tanpa batas dan hasil tersebut dan turunan lainnya harus dinyatakan demikian juga.

Demikianlah seharusnya. Suhu DC  ^:)^

Ini-lah TRADEMARK terbaik yang pernah saya lihat...
memang DC pancen oye...
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: hatRed on 30 January 2009, 05:00:21 PM
Quote from: nyanadhana on 30 January 2009, 04:59:03 PM
Makanya semuanya perlu NPWP biar bisa diaudit dengan jelas.

???
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Reenzia on 30 January 2009, 05:01:50 PM
ha mungkin dengan membuat izin tertulis, dana yang harusnya digunakan untuk memperbanyak CD itu bisa disumbangkan kembali ke vihara? biar dalam penyebaran CD tersebut, orang yang memperbanyaknya tak mengambil keuntungan dari memperbanyak dan memasarkan CD tsb

masuk akal juga.......
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Nevada on 30 January 2009, 05:04:16 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:55:18 PM
Quote from: upasaka on 30 January 2009, 04:51:27 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:46:45 PM
Yang saya lihat di Cover CD yang saya beli tercantum tentang...

"semua kegiatan untuk memperbanyak dan mengedarkan CD  ini tanpa ijin tertulis  adalah sama dengan menghalangi orang lain untuk berbuat baik, dan sebaiknya tidak dilakukan"

ini yang gawat sekali... MENGHALANGI ORANG LAIN BERBUAT BAIK ? Saya jadi gak ngerti gimana jalan pikiran yang buat CD ini sampai mencantumkan hal sedemikian...

Kalau alasan penerbit agar CD-nya tidak diduplikasi itu masih wajar. Namun kalau alasannya "menghalangi orang lain berbuat baik", saya juga kurang mengerti.

Apakah maksudnya si penerbit ingin berbuat kebaikan dan tidak ingin langkahnya disaingi orang lain?

Atau maksudnya menduplikasi isi CD tanpa izin adalah 'mencuri', dan membuat orang yang bersangkutan tidak berbuat kebaikan?

???

alasannya adalah CD itu dianggap sebagai kenang-kenangan buat donasi ke vihara bersangkutan sebesar minimal Rp. 50.000.- (jadi bukan dijual), sehingga pernyataan bahwa kalau CD itu diperbanyak dan diedarkan tanpa seijin seolah olah membuat orang lain tidak akan berdonasi lagi ke vihara... itu kan yang jadi bingung... saya punya 20 seri CD yang saya beli  Rp. 50.000/CD

Saya bisa mengungkapkan niat terselubung di sini, namun saya juga bisa mengungkapkan pembenaran akan hal ini.

Mungkin saja pihak vihara ingin menerima dana dari umat, jadi CD adalah cinderamata yang disisipkan dalam strategi marketing.

Atau mungkin saja CD itu memang hasil produksi pihak vihara, sehingga semua umat vihara boleh mendapatkannya secara gratis. Biaya produksi ditanggung pihak vihara, dan pihak vihara tidak berniat untuk mengambil untung, karena CD itu tidak dikomersilkan. Namun pada event ini, pihak vihara mengajak umat untuk aktif berdana. Karena setelah dihitung-hitung biaya produksinya, maka ditetapkan bahwa 'standarisasi' dana dari umat adalah Rp 50.000,-, dan karenanya berhak mendapatkan cinderamata berupa CD Dhammadesana sebanyak 1 keping.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 05:09:10 PM
Quote from: upasaka on 30 January 2009, 05:04:16 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:55:18 PM
Quote from: upasaka on 30 January 2009, 04:51:27 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:46:45 PM
Yang saya lihat di Cover CD yang saya beli tercantum tentang...

"semua kegiatan untuk memperbanyak dan mengedarkan CD  ini tanpa ijin tertulis  adalah sama dengan menghalangi orang lain untuk berbuat baik, dan sebaiknya tidak dilakukan"

ini yang gawat sekali... MENGHALANGI ORANG LAIN BERBUAT BAIK ? Saya jadi gak ngerti gimana jalan pikiran yang buat CD ini sampai mencantumkan hal sedemikian...

Kalau alasan penerbit agar CD-nya tidak diduplikasi itu masih wajar. Namun kalau alasannya "menghalangi orang lain berbuat baik", saya juga kurang mengerti.

Apakah maksudnya si penerbit ingin berbuat kebaikan dan tidak ingin langkahnya disaingi orang lain?

Atau maksudnya menduplikasi isi CD tanpa izin adalah 'mencuri', dan membuat orang yang bersangkutan tidak berbuat kebaikan?

???

alasannya adalah CD itu dianggap sebagai kenang-kenangan buat donasi ke vihara bersangkutan sebesar minimal Rp. 50.000.- (jadi bukan dijual), sehingga pernyataan bahwa kalau CD itu diperbanyak dan diedarkan tanpa seijin seolah olah membuat orang lain tidak akan berdonasi lagi ke vihara... itu kan yang jadi bingung... saya punya 20 seri CD yang saya beli  Rp. 50.000/CD

Saya bisa mengungkapkan niat terselubung di sini, namun saya juga bisa mengungkapkan pembenaran akan hal ini.

Mungkin saja pihak vihara ingin menerima dana dari umat, jadi CD adalah cinderamata yang disisipkan dalam strategi marketing.

Atau mungkin saja CD itu memang hasil produksi pihak vihara, sehingga semua umat vihara boleh mendapatkannya secara gratis. Biaya produksi ditanggung pihak vihara, dan pihak vihara tidak berniat untuk mengambil untung, karena CD itu tidak dikomersilkan. Namun pada event ini, pihak vihara mengajak umat untuk aktif berdana. Karena setelah dihitung-hitung biaya produksinya, maka ditetapkan bahwa 'standarisasi' dana dari umat adalah Rp 50.000,-, dan karenanya berhak mendapatkan cinderamata berupa CD Dhammadesana sebanyak 1 keping.

CD jadi cinderamata donasi... lantas kalau memperbanyak CD tanpa izin = menghalangi orang lain berdonasi...
Jadi apakah orang berdonasi karena pingin CD-nya ? atau gimana ?
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Reenzia on 30 January 2009, 05:12:37 PM
QuoteCD jadi cinderamata donasi... lantas kalau memperbanyak CD tanpa izin = menghalangi orang lain berdonasi...
Jadi apakah orang berdonasi karena pingin CD-nya ? atau gimana ?

mungkin maksudnya dengan memperbanyak CD tanpa ijin =
tak ada donasi [dari org yg kita kasi copyannya ]masuk ke vihara ??
bukannya menghalangi kita berdonasi kepada orang lain

org lain disini bukan kita yg mengcopy, tapi orang yang kita beri copyan CD tsb
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Indra on 30 January 2009, 05:15:31 PM
Quote from: Reenzia on 30 January 2009, 05:12:37 PM
QuoteCD jadi cinderamata donasi... lantas kalau memperbanyak CD tanpa izin = menghalangi orang lain berdonasi...
Jadi apakah orang berdonasi karena pingin CD-nya ? atau gimana ?

mungkin maksudnya dengan memperbanyak CD tanpa ijin =
tak ada donasi [dari org yg kita kasi copyannya ]masuk ke vihara ??
bukannya menghalangi kita berdonasi kepada orang lain

org lain disini bukan kita yg mengcopy, tapi orang yang kita beri copyan CD tsb


Jadi sebenarnya mrk BELI CD atau berdana?
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 05:17:05 PM
Quote from: Reenzia on 30 January 2009, 05:12:37 PM
QuoteCD jadi cinderamata donasi... lantas kalau memperbanyak CD tanpa izin = menghalangi orang lain berdonasi...
Jadi apakah orang berdonasi karena pingin CD-nya ? atau gimana ?

mungkin maksudnya dengan memperbanyak CD tanpa ijin =
tak ada donasi [dari org yg kita kasi copyannya ]masuk ke vihara ??
bukannya menghalangi kita berdonasi kepada orang lain

org lain disini bukan kita yg mengcopy, tapi orang yang kita beri copyan CD tsb


jadi kan begini...

Mau donasi = suatu persoalan...

Mau beli CD = persoalan lainnya...

Orang yang mau donasi, belum tentu tahu kalau donasi itu dapat CD... sehingga kalau donasi itu benar benar murni, dan sebagai konsekuensi dari donasi (walaupun si pemberi donasi tidak tahu), maka akan mendapatkan kenang-kenangan dari pihak vihara...

Lha, gimana hubungannya dengan memberikan CD kepada orang lain = menghalangi orang lain berdonasi... ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Sumedho on 30 January 2009, 05:17:51 PM
yang CD MP3 ceramah utk donasi sih saya pernah minta ijin utk diupload ke DC tapi tidak diijinkan :)

Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 05:18:52 PM
Quote from: Sumedho on 30 January 2009, 05:17:51 PM
yang CD MP3 ceramah utk donasi sih saya pernah minta ijin utk diupload ke DC tapi tidak diijinkan :)

apa yang dimaksud sama dengan yang saya quote ?
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Edward on 30 January 2009, 05:29:32 PM
Coba kita lihat dari segi yg berlawanan, klo kga salah, ada salah satu majalah buddhis, yg karena menetapkan strandar, GRATIS, sehingga kesulitan untuk meningkatkan kualitas isi, dan mempertahankan produksinya, sehingga pernha beberapa edisi tidak dicetak..

Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Edward on 30 January 2009, 05:41:48 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:59:49 PM
Quote from: Indra on 30 January 2009, 04:55:46 PM
Ada yg udah pernah baca Lincese DhammaCitta?
Quote
Edisi DhammaCitta © 2008
Tidak diperjualbelikan. Isi situs ini boleh dipublikasi ulang, diformat ulang, dicetak ulang, dan distribusi ulang dalam segala bentuk dan cara. Akan tetapi atas kebijakan DhammaCitta, segala jenis publikasi dan distribusi ulang tersedia untuk umum tidak diperjualbelikan dan tanpa batas dan hasil tersebut dan turunan lainnya harus dinyatakan demikian juga.
Demikianlah seharusnya. Suhu DC  ^:)^
Ini-lah TRADEMARK terbaik yang pernah saya lihat...
memang DC pancen oye...
Kalo DC mah, emank markotop...
Jadi inget ketika saat2 dimana DC terancam kga bisa on air lagi karena kurangan dana sponsor untuk hosting web...
Sampe gw sendiri bilang, "udh boss, klo emank terpaksa banget, masukin iklan aja dehh...."
But, emank klo yg namanya niat baek, bkl bnyk yg bantu...Dan klo gw lihat, sepertinya semangat seperti ini yg hrs kita galakkan...Khususnya bagi kite2 yg masih muda...

Gw pernah dibilang begini "Semua org ada jalannya masing2...Menjadi umat awam yang baik pun sebenarnya termasuk salah satu pilar pendukung dhamma.."
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Reenzia on 30 January 2009, 05:46:30 PM
;D sekarang malah jadi rame
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: hatRed on 30 January 2009, 05:50:52 PM
Quote from: Edward on 30 January 2009, 05:41:48 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:59:49 PM
Quote from: Indra on 30 January 2009, 04:55:46 PM
Ada yg udah pernah baca Lincese DhammaCitta?
Quote
Edisi DhammaCitta © 2008
Tidak diperjualbelikan. Isi situs ini boleh dipublikasi ulang, diformat ulang, dicetak ulang, dan distribusi ulang dalam segala bentuk dan cara. Akan tetapi atas kebijakan DhammaCitta, segala jenis publikasi dan distribusi ulang tersedia untuk umum tidak diperjualbelikan dan tanpa batas dan hasil tersebut dan turunan lainnya harus dinyatakan demikian juga.
Demikianlah seharusnya. Suhu DC  ^:)^
Ini-lah TRADEMARK terbaik yang pernah saya lihat...
memang DC pancen oye...
Kalo DC mah, emank markotop...
Jadi inget ketika saat2 dimana DC terancam kga bisa on air lagi karena kurangan dana sponsor untuk hosting web...
Sampe gw sendiri bilang, "udh boss, klo emank terpaksa banget, masukin iklan aja dehh...."
But, emank klo yg namanya niat baek, bkl bnyk yg bantu...Dan klo gw lihat, sepertinya semangat seperti ini yg hrs kita galakkan...Khususnya bagi kite2 yg masih muda...

Gw pernah dibilang begini "Semua org ada jalannya masing2...Menjadi umat awam yang baik pun sebenarnya termasuk salah satu pilar pendukung dhamma.."

ini namanya, tenaga kurang napsu gede.

kalo gak mampu ya gak usah toh...
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Edward on 30 January 2009, 05:54:49 PM
 [at]  atas,
Sapa bilang kaga mampu?
Sampe saat ini u masih bisa posting dengan nyaman d DC ini kan?
Coba liat, pernah ada iklan d DC?
Apakah ada yg disuruh bayar untuk keperluan DC?
Dan ampe skrng, DC masih lancar aja tuh...
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: hatRed on 30 January 2009, 05:57:35 PM
om Edward, maksudnya pas kekurangan dana buat hosting web, maksudnya kalo mo hosting web tapi gak perlu pake sponsor kan lebih baik.

daripada bergantung pada orang lain.

lagian berbuat baik pada orang lain tetapi gak mampu kan gak usah dipaksain.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 06:47:32 PM
saya kira kalau DC menerima iklan, that's ok dan tidak melanggar apapun... toh mereka (para pengiklan) kan target-in para visitor DC buat konsumsi iklan mereka... dan buat DC pemasukan dana...
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Hendra Susanto on 30 January 2009, 06:50:28 PM
saya tidak setuju dengan komersialisasi dhamma sang buddha, dulu sang buddha kasih gratis kenapa sekarang 'ada' yang mesti bayar/ganti ongkos cetak, padahal kan bisa dilakukan penggalangan dana untuk satu acara yang mesti nyewa gedung atau pencetakan buku

Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 06:53:15 PM
Quote from: Hendra Susanto on 30 January 2009, 06:50:28 PM
saya tidak setuju dengan komersialisasi dhamma sang buddha, dulu sang buddha kasih gratis kenapa sekarang 'ada' yang mesti bayar/ganti ongkos cetak, padahal kan bisa dilakukan penggalangan dana untuk satu acara yang mesti nyewa gedung atau pencetakan buku



ideal-nya begitu... dan sampai sekarang kan masih ada penerbit yang cetak buku dharma gratis, ada juga dharmadesana masih gratis (tidak dalam acara seminar seminar / talkshow di gedung gedung mewah)... dan semoga kedepannya semuanya bisa gratis... hehehehehe...
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Hendra Susanto on 30 January 2009, 07:08:30 PM
ya sampai saat ini DC PRESS masih bagi2 gratis, pernah suatu hari gw ditelpon ama orang mao minta buku, gw jawab boleh minta berapa n alamatnya lalu dia jawab harga per 'satu' nya berapa? waktu itu sempet gw diem bbrp saat mencoba berpikir dengan jernih lalu die bilang juga maksudnya spy ongkos ganti cetaknya cengli gak kebanyakan n sesuai dengan budget kan cetaknya pake duit juga. gw bilang klo mao dana silahkan aja berapa pun permintaan akan saya berikan dengan catatan selama persediaan masih ada.

dari sini bisa ditarik kesimpulan ternyata bisa saja umat yang mengondisikan komersialisasi dhamma

_/\_
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 07:14:16 PM
Quote from: Hendra Susanto on 30 January 2009, 07:08:30 PM
ya sampai saat ini DC PRESS masih bagi2 gratis, pernah suatu hari gw ditelpon ama orang mao minta buku, gw jawab boleh minta berapa n alamatnya lalu dia jawab harga per 'satu' nya berapa? waktu itu sempet gw diem bbrp saat mencoba berpikir dengan jernih lalu die bilang juga maksudnya spy ongkos ganti cetaknya cengli gak kebanyakan n sesuai dengan budget kan cetaknya pake duit juga. gw bilang klo mao dana silahkan aja berapa pun permintaan akan saya berikan dengan catatan selama persediaan masih ada.

dari sini bisa ditarik kesimpulan ternyata bisa saja umat yang mengondisikan komersialisasi dhamma

_/\_

memang kali sudah persepsi umum seperti itu, bahwa tiada yang gratis... dan menurut saya sih kalau ada yang bertanya seperti itu masih wajar... dan menurut saya orangnya sangat ceng li... tanya dulu donk... ketimbang kalau asal minta minta gratis saja, ternyata harus bayar... kan lebih afdol, tanya dulu biaya pengganti berapa, dan kalau ternyata gratis... selanjutnya terserah apakah kita mau berdana atau tidak...
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Sumedho on 30 January 2009, 07:14:48 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 05:18:52 PM
Quote from: Sumedho on 30 January 2009, 05:17:51 PM
yang CD MP3 ceramah utk donasi sih saya pernah minta ijin utk diupload ke DC tapi tidak diijinkan :)

apa yang dimaksud sama dengan yang saya quote ?
kalau tidak salah :)
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 07:18:34 PM
Quote from: Sumedho on 30 January 2009, 07:14:48 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 05:18:52 PM
Quote from: Sumedho on 30 January 2009, 05:17:51 PM
yang CD MP3 ceramah utk donasi sih saya pernah minta ijin utk diupload ke DC tapi tidak diijinkan :)

apa yang dimaksud sama dengan yang saya quote ?
kalau tidak salah :)

kalau begitu... anda tahu, saya tahu...  ;D
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: xenocross on 30 January 2009, 07:19:50 PM
buat saya... prinsip saya sih saya tidak pernah membayar untuk mendapat dharma. Jadi ga cengli kalo saya minta bayaran ketika memberikan dharma ke orang lain.
Jadi apapun bentuknya, dharma itu tidak boleh diperjual belikan, dharma bukan barang dagangan

Tapi kalo untuk dana, biaya cetak, operasional, bolehlah... selama transparan dan ga dikorupsi :)
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 30 January 2009, 07:21:45 PM
makanya, bagi yang masih mau berdhammadesana tanpa label harga di sini aja =))
ketik sebentar, manfaatnya bagi ribuan orang...

bagi saya, dhamma terlalu berharga, gak bisa diukur pakai duit..., makanya selayaknya digratiskan...
saya gak mau merendahkan nilai dhamma dengan memberi label harga..., kalau mau ada yang berdana, baguslah, kalau gak ada juga dhamma masih lestari tanpa perlu label harga...

nah, ajahn brahm datang koq pemirsa bisa dikasih lepel platinum, gold...
kalo aye gak bayar lepelnya batu arang yak? =))
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: 7 Tails on 30 January 2009, 07:26:41 PM
Quotenah, ajahn brahm datang koq pemirsa bisa dikasih lepel platinum, gold...
kalo aye gak bayar lepelnya batu arang yak?

maksud level platinum, gold apa bos?
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Riky_dave on 30 January 2009, 07:37:05 PM
kalau saya lihat memang secara sekilas emang "salah" memungut biaya kayak gitu...jadi orang yang mau dengar "dhamma" pun terhalang oleh "biaya" lagi...
um..tapi kalau ditelusuri lagi..kira2 kalau mereka buad acara kayak gitu perlu biaya tidak ya?
Tiket pulang pergi Bhantenya gimana?
Acara lainnya gimana?
Sewa gedungnya gimana?
Cara mendongkrak agama Buddhisnya gimana?
Cara memperkenalkan Ajaran Buddha gimana?
Kalau saya pikir2kan lagi,di vihara itu saya tidak pernah lihat didalam Vihara Therevada setelah Bhante ceramah dipungut biaya,palingan biaya "sukarela" untuk vihara di kotak dana yang tersedia...
Lantas kenapa ya kita mengkritik orang2 yang sedang membangkitkan Dhamma Ajaran Bhagava ke permukaan?
Daripada itu,kenapa ya kita tidak membantu apa yang bisa kita bantu dengan kemampuan kita?
Mungkin aja yang saya tulis salah,mungkin juga benar..entahlah....cuma komentar doang...

Salam hangat,
Riky
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Toni on 30 January 2009, 07:43:09 PM
Hm.. iya juga ya. kenapa harus bayar? HIDUP GRATIS... ;D
No comment lah tentang hal ini. cuma numpang nimbrung aja.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Hendra Susanto on 30 January 2009, 07:44:46 PM
ya itu kembali lagi ke pandangan orang, silahkan saja. yang terutama saya gak begitu
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Dhamma Sukkha on 30 January 2009, 10:04:12 PM
Apa jadinya kalau Dhamma musti kita2 beli ya... :( :( :(
tapi, klo menurut wnya sih bukannya itu semua juga demi kepentingan Dhamma itu sendiri,
misalnya: suatu organisasi Buddhis mau mengadakan acara Dhammadesana, kalau Dhammadesananya tidak memerlukan tempat kan bisa sulit juga... ini kan bukan zaman dulu lagi... klo mo Dhammadesana bisa dimana aja...
kenapa bisa sulit?
soalnya kan, kalau organisasi Buddhis tersebut mengadakan Dhammadesana disuatu tempat secara tidak teratur, klo masyarakatnya banyak, kan bisa aja terjadi seperti konser band2, yang menyebabkan ada orang mati kepijak gitu....
Mungkin dalam batin kita bisa berpikir: Ini kan acara Dhamma, pastinya yang dengar Dhamma itu kan gak sama dengan orang-orang yang liat konser band...^^
memang mungkin gak sama, tapi bagaimana dengan sound systemnya? kan butuh biaya juga...ato di lapangan luas<=kan musti izin dulu... lagian tempatnya klo vihara kan belum bisa menampung orang gitu banyak, dan bukannya di vihara itu ada banyak barangnya cthnya: altar, jadinya mungkin tidak bisa begitu leluasa...
klo mo membangun tempat yang khusus Dhammadesana, bukannya dibutuhkan biaya yang cukup besar juga? lalu bukannya dibutuhkan soundsystemnya? <= butuh biaya
klo gak pake soundsystem bagaimana bisa lhe, Dhammadesananya didengar byk org??
artinya, untuk zaman sekarang ini, hanya unyuk mendengarkan Dhamma dibutuhkan biaya2, karena faktor2 yang menunjang pembabaran Dhamma tersebut juga...

Jadinya zaman sekarang mendengarkan Dhamma juga perlu memerlukan biaya itu adalah hal yg wajar aja..^^

Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 10:10:58 PM
Quote from: Riky_dave on 30 January 2009, 07:37:05 PM
kalau saya lihat memang secara sekilas emang "salah" memungut biaya kayak gitu...jadi orang yang mau dengar "dhamma" pun terhalang oleh "biaya" lagi...
um..tapi kalau ditelusuri lagi..kira2 kalau mereka buad acara kayak gitu perlu biaya tidak ya?
Tiket pulang pergi Bhantenya gimana?
Acara lainnya gimana?
Sewa gedungnya gimana?
Cara mendongkrak agama Buddhisnya gimana?
Cara memperkenalkan Ajaran Buddha gimana?
Kalau saya pikir2kan lagi,di vihara itu saya tidak pernah lihat didalam Vihara Therevada setelah Bhante ceramah dipungut biaya,palingan biaya "sukarela" untuk vihara di kotak dana yang tersedia...
Lantas kenapa ya kita mengkritik orang2 yang sedang membangkitkan Dhamma Ajaran Bhagava ke permukaan?
Daripada itu,kenapa ya kita tidak membantu apa yang bisa kita bantu dengan kemampuan kita?
Mungkin aja yang saya tulis salah,mungkin juga benar..entahlah....cuma komentar doang...

Salam hangat,
Riky

tiket pesawat ajahn brahmn tentu harus dibayar, tetapi kalau panitia sudah ada rencana mengundang ajahn brahmn setidaknya "biaya" sudah kudu dipersiapkan dengan misalnya mencari donatur dan sponsor... tidak dengan menjual tiket dengan harga yang cukup wah...

Pengalaman saya menghadiri dhammadesana sejenis talkshow digedung mewah di kota kami, pada tahun pertama, undangan digratiskan pengambilannya, alhasil yang datang sedikit dibandingkan dengan undangan yang disebar, karena banyak yang asal ngambil tetapi tidak hadir... sedangkan pada tahun seterusnya, untuk pengambilan undangan dikenakan deposit Rp.5.000/undangan dan akan deposit tersebut akan dikembalikan di meja penerima tamu, dan dimeja tamu disediakan kotak dana, dan biasanya duit Rp.5.000 yang dikembalikan itu akan didonasikan... jadi undangan tetap gratis, tetapi untuk menjaga supaya yang ngambil undangan itu tidak asal ngambil (karena perlu duit Rp.5.000 untuk pengambilan), maka efisiensi kedatangan berbanding undangan yang diambil sangat tinggi.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Toni on 30 January 2009, 10:17:21 PM
Kenapa seseorang ingin membabarkan dhamma butuh ini itu (pa sia lang kong : TETEK BENGEK)?
Pakai segala sound system? Keren banget, kayak mau konser. (Bukannya wa ga setuju loh). Cuma ini sepertinya sudah modern ya? Dhamma modern donk? Bah...
Dhamma kata sang buddha kan dimana-mana. Kenapa sekarang harus dibutuhkan 1 tempat yang wah untuk membabarkannya? Dhamma elit ya? Sampai-sampai ada karcis perak, emas, platinum, milenium, kondominium. Bah...
Dhamma hanya bisa didengar oleh orang yang duduk dibarisan depan (VVIP donk). Bah...
Muka gila kok wa jadi berkomentar. ;D
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Toni on 30 January 2009, 10:19:04 PM
Rp. 5.000,- per datang * 5000 orang berapa ya?

Kalau sang buddha turun untuk membabarkan dhamma sekali lagi. Rp. 5000 * 200juta = ??? Mahalnya dhamma itu.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 10:24:41 PM
Quote from: Toni on 30 January 2009, 10:19:04 PM
Rp. 5.000,- per datang * 5000 orang berapa ya?

Kalau sang buddha turun untuk membabarkan dhamma sekali lagi. Rp. 5000 * 200juta = ??? Mahalnya dhamma itu.

nah, toni yang medan lang... anda tidak menyimak dengan baik apa yang diquote... Bukan Rp.5.000 per datang... Tetapi untuk mencegah agar undangan tidak sembarangan diambil... jadi kalau tidak bisa hadir, tidak usah diambil banyak banyak, kecuali kalau banyak duit dan mau buang duit... jadi buat orang lain bisa dapat kesempatan.
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Edward on 30 January 2009, 10:50:39 PM
untuk yang ajahn Bram, harga segitu masih cukup wajar seh...
Mungkin klasifikasi berdasarkan posisi tempat duduk...
Kan kita tau, yg dtng k acara tersebut bukan org2 yg rela dgn harga sama tp duduk jauh...
Mungkin sengaja dibuat tarif bertahap seperti itu...
Dan, berkaitan dgn lokasi, The Golf itu emank tmpt lumayan eksklusif, harga sewa emank lumayan mahal..Trus, sound system, udh pasti wajib digunakan, masa dgn tmpt seluas itu, ajahn harus teriak2 selama 1 ato 2 jam?  Bisa gempor atuh...
Kembali lagi, rasanya tetep kurang etis klo kita menjudge ini hrs gratis ato ini hrs bayar...Kemungkinan selalu terbuka, dana hasil acara, bisa aja diselewengkan, bisa aja emank digunakan untuk sesuatu yg berguna bagi perkembangan Buddhisme...Toh klo kga salah, d tempat laen, biaya di gratiskan jg....

Yah klo gw seh berpikiran, dgn hasil tersebut, at least bisa menambah pemasukan bagi bnyk org, mo dipake untuk yg baek ato tidak, itu udh urusan masing2....
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 30 January 2009, 10:54:21 PM
Kalau dhammadesana sejenis talkshow begini yg pernah saya ikuti, barisan depan VIP hanya buat para undangan yang benar benar VIP seperti para bhikkhu, samanera samaneri dan biarawan serta pejabat pemerintah... diluar itu tidak ada yang diistimewakan... yang mau duduk depan (minimal baris ke-2) yah harus datang cepat...
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Adhitthana on 31 January 2009, 01:25:32 AM
Quote from: 7 Tails on 30 January 2009, 07:26:41 PM
Quotenah, ajahn brahm datang koq pemirsa bisa dikasih lepel platinum, gold...
kalo aye gak bayar lepelnya batu arang yak?

maksud level platinum, gold apa bos?

Maksudnya harga tiket ......
baca sini : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8533.0

JAKARTA

Sabtu, 28 Feb 09, 18.00

The Golf, Pantai Indah Barat 1, Pantai Indah Kapuk, Jakut

Panitia: Buddhist Fellowship Indonesia & Ehipassiko

Undangan: iuran biaya, 2.800 kursi

                   Platina Rp60.000, Emas Rp30.000, Perak Rp15.000
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Jayadipa on 31 January 2009, 03:18:48 AM
Iya, kutipan hanya sekedar dana yang ikhlas..hanya saja di Medan pengalaman saya, kalo mengundang Bante untuk ceramah, penempatan kotak dananya terlalu mencolok sampe banyak kali kotak dana yang transparan (terbuat dari kaca). Apakah tidak lebih baik dibuat suatu ruang dana yang lebih simple atau amplop dana yang sukarela, barangkali akan lebih baik buat pandangan. Kalo niatnya saya yakin baik, smoga bisa lebih baik..

**** sorry gak asik ahhh maen iklan2an(mohon dipencet iklannya) Thanks banget :) 8) ;D
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Jayadipa on 31 January 2009, 03:22:55 AM
Monya jangan dikasi embel2 gold platina, terlalu berbau bisnis...kali pake event orginizer panitianya yah...jadi bussiness minded. Kurang baik, menurut gw..bagus ide lain, barangkali bisa jadi banana, apple and durian...!

*** ini juga... mending diposting aja bungg
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Riky_dave on 31 January 2009, 10:20:11 AM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 10:10:58 PM
Quote from: Riky_dave on 30 January 2009, 07:37:05 PM
kalau saya lihat memang secara sekilas emang "salah" memungut biaya kayak gitu...jadi orang yang mau dengar "dhamma" pun terhalang oleh "biaya" lagi...
um..tapi kalau ditelusuri lagi..kira2 kalau mereka buad acara kayak gitu perlu biaya tidak ya?
Tiket pulang pergi Bhantenya gimana?
Acara lainnya gimana?
Sewa gedungnya gimana?
Cara mendongkrak agama Buddhisnya gimana?
Cara memperkenalkan Ajaran Buddha gimana?
Kalau saya pikir2kan lagi,di vihara itu saya tidak pernah lihat didalam Vihara Therevada setelah Bhante ceramah dipungut biaya,palingan biaya "sukarela" untuk vihara di kotak dana yang tersedia...
Lantas kenapa ya kita mengkritik orang2 yang sedang membangkitkan Dhamma Ajaran Bhagava ke permukaan?
Daripada itu,kenapa ya kita tidak membantu apa yang bisa kita bantu dengan kemampuan kita?
Mungkin aja yang saya tulis salah,mungkin juga benar..entahlah....cuma komentar doang...

Salam hangat,
Riky

tiket pesawat ajahn brahmn tentu harus dibayar, tetapi kalau panitia sudah ada rencana mengundang ajahn brahmn setidaknya "biaya" sudah kudu dipersiapkan dengan misalnya mencari donatur dan sponsor... tidak dengan menjual tiket dengan harga yang cukup wah...

Pengalaman saya menghadiri dhammadesana sejenis talkshow digedung mewah di kota kami, pada tahun pertama, undangan digratiskan pengambilannya, alhasil yang datang sedikit dibandingkan dengan undangan yang disebar, karena banyak yang asal ngambil tetapi tidak hadir... sedangkan pada tahun seterusnya, untuk pengambilan undangan dikenakan deposit Rp.5.000/undangan dan akan deposit tersebut akan dikembalikan di meja penerima tamu, dan dimeja tamu disediakan kotak dana, dan biasanya duit Rp.5.000 yang dikembalikan itu akan didonasikan... jadi undangan tetap gratis, tetapi untuk menjaga supaya yang ngambil undangan itu tidak asal ngambil (karena perlu duit Rp.5.000 untuk pengambilan), maka efisiensi kedatangan berbanding undangan yang diambil sangat tinggi.
Benar,kayak acara Bhante Uttamo 2 tahun yang lalu,menggunakan sistem seperti ini kan..Ada yang mau kasih usul buad panitia medan yang mengundang Ajahn Brahm?

Salam hangat,
Riky
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Riky_dave on 31 January 2009, 10:25:41 AM
Quote from: Virya on 31 January 2009, 01:25:32 AM
Quote from: 7 Tails on 30 January 2009, 07:26:41 PM
Quotenah, ajahn brahm datang koq pemirsa bisa dikasih lepel platinum, gold...
kalo aye gak bayar lepelnya batu arang yak?

maksud level platinum, gold apa bos?

Maksudnya harga tiket ......
baca sini : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8533.0

JAKARTA

Sabtu, 28 Feb 09, 18.00

The Golf, Pantai Indah Barat 1, Pantai Indah Kapuk, Jakut

Panitia: Buddhist Fellowship Indonesia & Ehipassiko

Undangan: iuran biaya, 2.800 kursi

                   Platina Rp60.000, Emas Rp30.000, Perak Rp15.000
Ampun...saya pikir harganya ratusan ribu,rupanya masih dibawah 100ribu ya?wah2...memang kerjanya orang sekarang kritik aja kritik aja...coba kita didalam situasi tersebut?emangnya mudah buat ini dan itu?ngomong sih ngampang...
Makanya orang sekarang jarang bisa "kaya" secara batiniah,yang kayanya cuma kaya secara materi doang...Suruh dana pelitnya minta ampun...Saya sudah beberapa kali dalam tahun ini "membantu" soal proposal permintaan dana kepada teman sekolah dan tetangga,susahnya minta ampun..yang ada mereka hanya melihat "muka" saya aja,bukan dengan "ikhlas" dananya......walah2...maunya gratis mulu...ini bukan zaman Sang Buddha lagi... ^^

Salam hangat,
Riky
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 31 January 2009, 10:32:51 AM
bukan masalah harganya seberapa om
saya yakin banyak juga yang berdana lebih tanpa diminta
tapi labelnya itu loh...
kaya, miskin, sangat miskin, paling miskin...
mau denger dhamma gak ada bedanya raja sama bawahan...
tapi memang pernah ada kejadian sih yang disuruh minggir sama Sang Buddha karena menghalangi para dewa...
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Riky_dave on 31 January 2009, 10:36:53 AM
Quote from: Wolverine on 31 January 2009, 10:32:51 AM
bukan masalah harganya seberapa om
saya yakin banyak juga yang berdana lebih tanpa diminta
tapi labelnya itu loh...
kaya, miskin, sangat miskin, paling miskin...
mau denger dhamma gak ada bedanya raja sama bawahan...
tapi memang pernah ada kejadian sih yang disuruh minggir sama Sang Buddha karena menghalangi para dewa...
Kenapa masalah "label" dipertanyakan?Kenapa kita tidak mempertanyakan "tujuan" dari acara itu?Maanfaat dari acara itu untuk perkembangan Ajaran Bhagava?
Aneh sekaleeeeee......
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 31 January 2009, 10:46:36 AM
karena topiknya dhamma commerce
kalau bicara tujuan acara itu di thread http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8533.0
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Dhamma Sukkha on 31 January 2009, 11:59:08 AM
Quote from: Toni on 30 January 2009, 10:17:21 PM
Kenapa seseorang ingin membabarkan dhamma butuh ini itu (pa sia lang kong : TETEK BENGEK)?
Pakai segala sound system? Keren banget, kayak mau konser. (Bukannya wa ga setuju loh). Cuma ini sepertinya sudah modern ya? Dhamma modern donk? Bah...
Dhamma kata sang buddha kan dimana-mana. Kenapa sekarang harus dibutuhkan 1 tempat yang wah untuk membabarkannya? Dhamma elit ya? Sampai-sampai ada karcis perak, emas, platinum, milenium, kondominium. Bah...
Dhamma hanya bisa didengar oleh orang yang duduk dibarisan depan (VVIP donk). Bah...
Muka gila kok wa jadi berkomentar. ;D
Dimana aja juga bisa dengerin DhammaT_T
btw, soundsystem itu bukannya untuk mic2nya itu?
klo gak pake mic, mana bisa didengerin banyak orang... :D :D :D
yang bisa dengerin palingan kan jadinya orang yang duduk di bagian depan aja...

Memang enaknya duduk dibagian depan ya klo ikut acara gituan... :P :P :P
sudah itu, untuk layarnya<=namanya layar ya? yang kayak proyektor itu?
Tapi, klo kita mo bener2 denger Dhamma, duduk dimana aja juga boleh...\<^0^>/ :P :P :P
^itu menurut wnya aja ya... ;D ;D ;D

klo masalah karcis karcis itu, mungkin dana untuk membuat acara seperti itu memang butuh dana yang sangat besar lhe...T_T
klo gak dibuat paltinum, emas, perak gitu, misalnya langsung ditetapkan harganya per orangT_T?" ,
kan jadinya gak semua orang bisa denger...T_T?"(hanya khusus orang2 yang mampu beli tiketnya aja...T_T)sudah itu pasti yang hadir dikit aja orangnyaT_T, jadinya dananya gak bakalan terpenuhi dong...ya nggak? :D :D :D
jadi daripada ditetapkan harga per orangnya(dgn tujuan memenuhi dananya...)bagusan dibuat tiket emas, perak, paltinumnya juga kan? :P :P :P , jadinya semuanya bisa denger... walaupun jadi ada perbedaan gitu...T_T?" tapi, klo bener2 mo denger Dhamma, bagi w gak jadi masalah tuh... ;D ;D
toh kita semua sama sama orang...T_T?" lagian klo yang beli tiket paling mahal itu mo sombong, mungkin gak selayaknya lha...(soalnya klo orangnya sombong, berarti dia dah menunjukkan keapaannya itu... kebodohan kali ya...^^?") karena tujuan kita semua(yang beli tiket emas, perak, tembaga, platinum) sama2 mo denger Dhamma^^, jadi, duduk sejauh apapun gak jadi masalah klo kita serius mo dengerinnya... ;D , duduk di yang paling depan pun, klo gak serius denger sama aja boong...T_T , dan justru mungkin yang duduk di paling depan bisa lebih gak konsen dengernya klo dia asik mikir: "w bangga nih duduk depan, bangga nih...^^?""
tapi w tau semoga gak gitu ya...^^?" soalnya jangan menyombongkan diri dulu bisa duduk di paling depan...^^" karena belum tentu kualitas batin yang duduk paling depan lbh baik dari yang duduk belakang2...(klo sombong berarti dah tanpa disadari menunjukkkan kualitas batin yang belum begitu baik...^^") yang duduk belakang2 pun gak perlu gengsi2an sama yang duduk depan...^^?""soalnya kan tujuan semuanya sama\<^0^>/ SAMA SAMA MO DENGER DHAMMA\<^0^>/JADI, dalam mendengar Dhamma itu gak perlu ada perbedaan... :yes: :yes: :yes: klo yang duduk depan mo membedakan ya... itu perkaranya sendiri lha...^^?"(berarti dia sudah menunjukkan kualitas batinnya yang kurang baik...^^?" )(klo yang w bilang ini gak bener sori ya...  silahkan dikoreksi aja...^^?"  ;D)
klo udah dibuat bayar yang khusus emas gini gini, perak gini gini lalu,
yang udah bayar mahal masa gak dapat pelayanan(duduk didepan gitu maksud wnya.. ;D )
jadinya gak adil kan? ya nggak? :D :D :D
sehingga dibuat yang gituan lhoo tony tony chopper... ;D ;D ;D untuk memenuhi dananya... ;D ;D ;D

(hiks.... w masuk SB, w mo nyapa, gak bisa pijit enternya... T_T?" dah dari semalam... T_T?" )
w sapa disini aja ya...T_T?" met siang semuaaaaa _/\_
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 31 January 2009, 12:14:51 PM
Quote from: Riky_dave on 31 January 2009, 10:25:41 AM
Quote from: Virya on 31 January 2009, 01:25:32 AM
Quote from: 7 Tails on 30 January 2009, 07:26:41 PM
Quotenah, ajahn brahm datang koq pemirsa bisa dikasih lepel platinum, gold...
kalo aye gak bayar lepelnya batu arang yak?

maksud level platinum, gold apa bos?

Maksudnya harga tiket ......
baca sini : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8533.0

JAKARTA

Sabtu, 28 Feb 09, 18.00

The Golf, Pantai Indah Barat 1, Pantai Indah Kapuk, Jakut

Panitia: Buddhist Fellowship Indonesia & Ehipassiko

Undangan: iuran biaya, 2.800 kursi

                   Platina Rp60.000, Emas Rp30.000, Perak Rp15.000
Ampun...saya pikir harganya ratusan ribu,rupanya masih dibawah 100ribu ya?wah2...memang kerjanya orang sekarang kritik aja kritik aja...coba kita didalam situasi tersebut?emangnya mudah buat ini dan itu?ngomong sih ngampang...
Makanya orang sekarang jarang bisa "kaya" secara batiniah,yang kayanya cuma kaya secara materi doang...Suruh dana pelitnya minta ampun...Saya sudah beberapa kali dalam tahun ini "membantu" soal proposal permintaan dana kepada teman sekolah dan tetangga,susahnya minta ampun..yang ada mereka hanya melihat "muka" saya aja,bukan dengan "ikhlas" dananya......walah2...maunya gratis mulu...ini bukan zaman Sang Buddha lagi... ^^

Salam hangat,
Riky

hehehe... itulah "harga" yang harus dibayar oleh umat buddha di indonesia dimana perbandingan antara bhante/bhikkhu sangha itu sedemikian sedikit dibandingkan dengan umat, sehingga ketika ada satu bhikkhu mau dhammadesana, pendengarnya bisa bejibun sampai ribuan orang... bandingkan dengan misalnya di negara Thailand, Myanmar dan beberapa negara yang mayoritas buddhis, dimana jumlah bhikkhu sangha dalam jumlah yang cukup memadai sehingga bisa melayani umat dalam jumlah kelompok yang lebih kecil... Kalau disana, kondisi-nya seperti umat muslim di Indonesia, dimana dalam jarak beberapa kilometer saja sudah ada satu mesjid dan jumlah ustadz-nya banyak untuk melayani umat...

Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Semit on 31 January 2009, 12:59:52 PM
Untuk memperburuk pembahasan, saya akan menambahkan lagi,

saya pernah menghadiri acara pengumpulan dana untuk pembangunan suatu Vihara, di sana mekanisme pengumpulan dana yg dilakukan adalah dengan cara "JUAL KERAMIK, TIANG, dll", jadi untuk yg berdana dengan nominal tertentu namanya kan ditulis di keping2 keramik di lantai/dinding; yg berdana dengan nominal yg lebih besar, namanya akan tertulis di pilar/tiang, dst, semakin besar jumlah dana, semakin mahal pula material yg digunakan untuk menulis nama. Dan acara tersebut dihadiri para bhikkhu senior yg beberapa diantaranya adalah Maha Thera dan pejabat dalam Sangha. Bukankah praktek seperti ini mengembangkan kesomobongan para donor?

Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Edward on 31 January 2009, 01:07:17 PM
Kebetulan lagi baca RAPB, dan ada pembahasan mengenai dana dalam Parami....
Dana diletakkan di urutan pertama, karena paling mudah dilakukan oleh semua orang.Tetapi, dana yg disertai sila adalah dana yg memiliki manfaat tertinggi..
Dana dimiliki oleh semua makhluk, dana lebih mudah dipraktikkan....
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 31 January 2009, 01:10:41 PM
Quote from: Semit on 31 January 2009, 12:59:52 PM
Untuk memperburuk pembahasan, saya akan menambahkan lagi,

saya pernah menghadiri acara pengumpulan dana untuk pembangunan suatu Vihara, di sana mekanisme pengumpulan dana yg dilakukan adalah dengan cara "JUAL KERAMIK, TIANG, dll", jadi untuk yg berdana dengan nominal tertentu namanya kan ditulis di keping2 keramik di lantai/dinding; yg berdana dengan nominal yg lebih besar, namanya akan tertulis di pilar/tiang, dst, semakin besar jumlah dana, semakin mahal pula material yg digunakan untuk menulis nama. Dan acara tersebut dihadiri para bhikkhu senior yg beberapa diantaranya adalah Maha Thera dan pejabat dalam Sangha. Bukankah praktek seperti ini mengembangkan kesomobongan para donor?



kalau tidak ada pencantuman nama, kali gak mau berdana... hehehehe... apakah masih perlu dilestarikan ?
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: hatRed on 31 January 2009, 01:12:41 PM
berdana adalah baik,

mengkondisikan orang lain berdana adalah...... ?
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Brado on 31 January 2009, 01:58:56 PM
Memang kalau dilihat, banyak sistim 'timbal balik' yang beredar di kalangan kita, dengan iming2 sesuatu akhirnya ujung2nya mengharapkan kita berdana kepada mereka
Saya kurang begitu tahu, siapa yang tidak tepat atau mana yang seharusnya patut
Hal ini juga pernah menimpa saya sebagai umat, ditawarkan buku gratis, tapi ujung2nya diharapkan berdana, lalu saya iseng bertanya, emang biaya modal satu bukunya berapa ? lalu disebutkan sekian sekian, akhirnya saya lebihkan berdana agar mereka juga tidak sampai merugi, begitu ?  :-?

Nah sekarang kebalikannya nih, kita diundang untuk menjadi penceramah, entah itu sekolah minggu atau dhammadesana, lalu usai acara, pihak vihara atau panitia memberikan kita 'amplop' dengan dalih sebagai pengganti ongkos transport  :-?
Menurut rekan2, apakah kita boleh menerimanya ? Kalau Dhamma harus diberikan secara gratis, bagaimana dengan pemberi ceramah ? Yang memang butuh 'ongkos' ketempat dia diundang berceramah
Banyak guru2 Buddhis di daerah yang hidupnya masih di bawah rata2, namun baktinya terhadap pengajaran membuat mereka tetap exist mengabdi sebagai guru agama, bahkan ada yayasan yang bersedia membelikan puluhan sepeda agar dapat memudahkan transportasi bagi para guru tersebut 
Jadi agak sulit bagi kita untuk menjudge, karena masing2 punya motivasi dan masalahnya sendiri2  :-?

Quote from: Virya on 31 January 2009, 01:25:32 AM
                   Platina Rp60.000, Emas Rp30.000, Perak Rp15.000

Ternyata sistim kasta masih tetap berlaku sampai saat ini  :whistle:

Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Hendra Susanto on 31 January 2009, 01:59:10 PM
luar biasssaaa...
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 31 January 2009, 02:16:41 PM
Quote from: Lokkhitacaro on 31 January 2009, 01:58:56 PM
Memang kalau dilihat, banyak sistim 'timbal balik' yang beredar di kalangan kita, dengan iming2 sesuatu akhirnya ujung2nya mengharapkan kita berdana kepada mereka
Saya kurang begitu tahu, siapa yang tidak tepat atau mana yang seharusnya patut
Hal ini juga pernah menimpa saya sebagai umat, ditawarkan buku gratis, tapi ujung2nya diharapkan berdana, lalu saya iseng bertanya, emang biaya modal satu bukunya berapa ? lalu disebutkan sekian sekian, akhirnya saya lebihkan berdana agar mereka juga tidak sampai merugi, begitu ?  :-?

Nah sekarang kebalikannya nih, kita diundang untuk menjadi penceramah, entah itu sekolah minggu atau dhammadesana, lalu usai acara, pihak vihara atau panitia memberikan kita 'amplop' dengan dalih sebagai pengganti ongkos transport  :-?
Menurut rekan2, apakah kita boleh menerimanya ? Kalau Dhamma harus diberikan secara gratis, bagaimana dengan pemberi ceramah ? Yang memang butuh 'ongkos' ketempat dia diundang berceramah
Banyak guru2 Buddhis di daerah yang hidupnya masih di bawah rata2, namun baktinya terhadap pengajaran membuat mereka tetap exist mengabdi sebagai guru agama, bahkan ada yayasan yang bersedia membelikan puluhan sepeda agar dapat memudahkan transportasi bagi para guru tersebut 
Jadi agak sulit bagi kita untuk menjudge, karena masing2 punya motivasi dan masalahnya sendiri2  :-?

Quote from: Virya on 31 January 2009, 01:25:32 AM
                   Platina Rp60.000, Emas Rp30.000, Perak Rp15.000

Ternyata sistim kasta masih tetap berlaku sampai saat ini  :whistle:



kalau bicara guru agama, wajar donk kalau semua usaha untuk mengajar mendapat imbalan... kan umat awam... tetapi kalau konteks-nya adalah dhammadesana seorang bhikkhu... adalah tanggung jawab dari pihak panitia apabila mengundang seorang bhikkhu ke tempat lain untuk memberikan dhammadesana, dan buat apa bhikkhu tersebut menerima duit, memang dalam vinaya bahwa seorang bhikkhu kebutuhannya sangat minimal (kalau tidak salah hanya 4 kebutuhan dasar saja yaitu sandang berupa 2 setel jubah, pangan berupa makanan sehari hari dari hasil pindapata atau pemberian umat dan tidak disimpan, papan berupa tempat berteduh / vihara / cetiya / kuti dan obat obatan yang secukupnya)... kalau ada pemberian dana berupa uang, biasanya dipercayakan kepada dayaka (pendamping bhikkhu).
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Brado on 31 January 2009, 02:31:04 PM
Quote from: dilbert on 31 January 2009, 02:16:41 PM
kalau bicara guru agama, wajar donk kalau semua usaha untuk mengajar mendapat imbalan... kan umat awam... tetapi kalau konteks-nya adalah dhammadesana seorang bhikkhu... adalah tanggung jawab dari pihak panitia apabila mengundang seorang bhikkhu ke tempat lain untuk memberikan dhammadesana, dan buat apa bhikkhu tersebut menerima duit, memang dalam vinaya bahwa seorang bhikkhu kebutuhannya sangat minimal (kalau tidak salah hanya 4 kebutuhan dasar saja yaitu sandang berupa 2 setel jubah, pangan berupa makanan sehari hari dari hasil pindapata atau pemberian umat dan tidak disimpan, papan berupa tempat berteduh / vihara / cetiya / kuti dan obat obatan yang secukupnya)... kalau ada pemberian dana berupa uang, biasanya dipercayakan kepada dayaka (pendamping bhikkhu).

Ini juga berbalik terhadap sikap umat yang terkadang 'memanjakan' Bhikkhu  :-?
Kalau bukan seorang Bhikkhu yang mensponsori penggalangan dana, maka umat kurang begitu tertarik untuk berdana, namun jika dipasang nama bhikkhu tertentu yang terkenal, pastilah dana akan begitu cepat terkumpul
Jadi kalo cuma Dayaka yang cuap2 nyari dana, apalagi cuma pake nama si Dayaka, bisa2 umat berpikiran macam2, karena tidak kenal dengan si dayakanya
CMIIW ya?  ;)

Agak OOT sih
Pernah seorang Romo mengatakan, begitu berlebihan umat memanjakan Bhikhhu, sampai didanakan fasilitas yang 'lebih', Hp lebih dari satu, Organizer, bahkan Bed berkelas satu
Jadinya lama kelamaan mulailah Bhikkhu mempunyai rekening pribadi, walaupun tidak pegang duit tapi punya rekening, inikan lucu dan kontradiktif jadinya   :whistle:
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Riky_dave on 31 January 2009, 02:34:19 PM
 [at]  untuk para pengkritik yang bermaksud baek...

Bagaimana kalau anda2 mengajukan diri menjadi bagian dalam panitia vihara2 yang sering anda lihat kurang "enak" didalam pengembangan kebajikan dan Dhamma?
Mungkin nanti ada suatu jalinan jodoh(kamma) sehingga anda2 bisa membuat perubahan yang lebih baik menurut anda2 sekalian?
Kalau saya nonton DaAi TV itu namanya ikut dalam tinjau kasus,namanya apa ya?yang pigi langsung ke t4 perkara,bro nyana,namanya apa itu??saya lupa... :)

Salam hangat,
Riky
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Dhamma Sukkha on 31 January 2009, 08:49:05 PM
Quote from: Semit on 31 January 2009, 12:59:52 PM
Untuk memperburuk pembahasan, saya akan menambahkan lagi,

saya pernah menghadiri acara pengumpulan dana untuk pembangunan suatu Vihara, di sana mekanisme pengumpulan dana yg dilakukan adalah dengan cara "JUAL KERAMIK, TIANG, dll", jadi untuk yg berdana dengan nominal tertentu namanya kan ditulis di keping2 keramik di lantai/dinding; yg berdana dengan nominal yg lebih besar, namanya akan tertulis di pilar/tiang, dst, semakin besar jumlah dana, semakin mahal pula material yg digunakan untuk menulis nama. Dan acara tersebut dihadiri para bhikkhu senior yg beberapa diantaranya adalah Maha Thera dan pejabat dalam Sangha. Bukankah praktek seperti ini mengembangkan kesombongan para donor?


[at] semut
mungkin saja maksud dari mereka itu untuk menambah minat orang orang untuk berdana, walaupun ada yang berdana dengan kesombongan, tapi setidaknya hal tersebut dilakukan oleh penyelenggara dengan tujuan untuk mereka-mereka yang sombong berbuat kebajikan juga, ya nggak? :D :D
klo yang memang ikhlas sih hanya biasa aja kali, mo gak diukir pun namanya mungkin baginya tak jadi masalah...^^ klo w sih gak diukir pun gak jadi masalah...^^?"
jadi hal tersebut mungkin aja dilakukan untuk menambah minat para donatur dan untuk membuat kesempatan yang tak berminat dana sama sekali menjadi berdana...
tapi mungkin salah juga kali ya...
tapi seharusnya para donatur tersebut dapat sadar sendiri, karena yang mereka lakukan itu berarti berdana dengan pamrih... jadi jasanya saya rasa tidak akan gitu besar...^^?"

[at] dave dave
survey kasus ya namanya? :D :D :D

salam hangat juga,
metta cittena,
Citta^^
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: dilbert on 31 January 2009, 09:17:46 PM
Quote from: Lokkhitacaro on 31 January 2009, 02:31:04 PM
Quote from: dilbert on 31 January 2009, 02:16:41 PM
kalau bicara guru agama, wajar donk kalau semua usaha untuk mengajar mendapat imbalan... kan umat awam... tetapi kalau konteks-nya adalah dhammadesana seorang bhikkhu... adalah tanggung jawab dari pihak panitia apabila mengundang seorang bhikkhu ke tempat lain untuk memberikan dhammadesana, dan buat apa bhikkhu tersebut menerima duit, memang dalam vinaya bahwa seorang bhikkhu kebutuhannya sangat minimal (kalau tidak salah hanya 4 kebutuhan dasar saja yaitu sandang berupa 2 setel jubah, pangan berupa makanan sehari hari dari hasil pindapata atau pemberian umat dan tidak disimpan, papan berupa tempat berteduh / vihara / cetiya / kuti dan obat obatan yang secukupnya)... kalau ada pemberian dana berupa uang, biasanya dipercayakan kepada dayaka (pendamping bhikkhu).

Ini juga berbalik terhadap sikap umat yang terkadang 'memanjakan' Bhikkhu  :-?
Kalau bukan seorang Bhikkhu yang mensponsori penggalangan dana, maka umat kurang begitu tertarik untuk berdana, namun jika dipasang nama bhikkhu tertentu yang terkenal, pastilah dana akan begitu cepat terkumpul
Jadi kalo cuma Dayaka yang cuap2 nyari dana, apalagi cuma pake nama si Dayaka, bisa2 umat berpikiran macam2, karena tidak kenal dengan si dayakanya
CMIIW ya?  ;)

Agak OOT sih
Pernah seorang Romo mengatakan, begitu berlebihan umat memanjakan Bhikhhu, sampai didanakan fasilitas yang 'lebih', Hp lebih dari satu, Organizer, bahkan Bed berkelas satu
Jadinya lama kelamaan mulailah Bhikkhu mempunyai rekening pribadi, walaupun tidak pegang duit tapi punya rekening, inikan lucu dan kontradiktif jadinya   :whistle:


memang ada benarnya kalau nyari dana menggunakan referensi dari bhikkhu tertentu bisa lebih mudah, MENGAPA ? tentunya karena kredibilitas... seperti halnya kredibilitas DC dalam menggalang dana yang menurut saya juga sungguh luar biasa dan cepat. MENGAPA ? kembali lagi tentunya karena kredibilitas... Tentu-nya semua terpulang kepada pribadi masing-masing pengumpul dana...

Mungkin pada awal awal karier sebagai dayaka atau yang aktif di organisasi sosial maupun aktif di vihara akan mengalami kesulitan karena belum dikenal oleh umat, tetapi lama lama kredibilitas-nya pasti akan muncul dan pasti suatu saat jika perilaku dan kepribadian sang dayaka/pengumpul dana tersebut sudah teruji kredibilitasnya di mata umat, tentunya akan mudah untuk melakukan kegiatan pengumpulan dana....
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Riky_dave on 01 February 2009, 12:38:15 PM
 [at]  Devi
Iya benar ,survei kasus... :)
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Dhamma Sukkha on 01 February 2009, 02:40:31 PM
sekedar tambahan, ada juga acara Dhamma2 yang memakai cara pakai kartu anggota...seperti acaranya Indahnya Dhamma di medan...
klo yang buat kartu membernya, bisa duduk di depan,
klo gak salah jadi member harus klo mo daftar harus bayar sedikitnya 100000<=klo gak salah ya...^^?""
mungkin dibuat cara begini agar banyak orang yang mau mendanakan untuk terselenggarakannya acara tersebut(maksudnya biar ada dana untuk ke depannya supaya acara tersebut dapat terselenggara lagi...^^)
klo kita jadi membernya, dengan menggunakan kartu membernya klo gak salah bisa dapat diskon makan disuatu resto vg,
sama diskon di tempat jualan aksesoris Buddhis...^^?"
tapi kartu anggotanya juga punya batas, klo gak salah hanya berlaku untuk satu tahun...^^?""
kira2 cara kek gitu, menurut sekalian bagus gak ya? :-?
klo yang gak member, gak duduk di kursi bagian depan^^?"
hanya klo yang gak member mo duduk depan, musti cepet2 datangnya aja lho...^^?"
klo yang jadi member sih dah tersedia kursi khusus untuk membernya...


Quote from: Riky_dave on 01 February 2009, 12:38:15 PM
[at]  Devi
Iya benar ,survei kasus... :)
bener rupanya... :P

metta cittena,

Citta _/\_
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: Riky_dave on 01 February 2009, 07:57:49 PM
 [at]  Devi
Bukannya kursi paling depan buad para donatur,dan para bhikkhu bhikkhuni?
dan dua atau satu dari depan memang untuk umat,siapa cepat dia dapat..saya sudah pernah sekali pigi koq...hehe
Title: Re: Dhamma Commerce
Post by: kullatiro on 01 February 2009, 08:39:22 PM
Sebenarnya jgn terlalu mengeneralisasi sesuatu yang kita lihat dan rasakan belum tentu sama dan sejalan dengan yang menciptakan ide itu tentunya dengan maksud baik.

kadang kadang memang di sengaja agar meningkatkan motivasi para umat agar lebih bisa bersemangat dalam menjalankan praktik Buddhisme.


Kalau undangan di sebar gratis tapi yang datang cuma sedikit mahal dan sia sia dong buat undangan.

Tapi kadang kadang aneh bin ajaib kalau ada harganya dan mahal rame dah yang mau ikut berdana atau beli undangan.

Ini lah dunia jgn dipandang melalui mata kita saja.