Dhamma Commerce

Started by Semit, 30 January 2009, 04:05:24 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Semit

Quote from: Indra on 30 January 2009, 03:48:49 PM

loh semua Dhammadesana kan copyright holdernya adalah Sang Buddha. sepertinya Sang Buddha gak keberatan deh.


Saya quote dari postingan Mod Indra yang saya muliakan.

Bagaimana tanggapan rekan2 netter atas perdagangan Dhamma yang semakin marak akhir2 ini. buku-buku Dhamma diperjualbelikan (bahkan yang tertulis TIDAK DIJUAL).

Bhikkhu2 yang diundang untuk ceramah tapi penonton/pendengar harus beli karcis untuk bisa mendengarkan ceramah.

Saya menilai semua ini adalah bentuk2 komersialisasi Dhamma. Silahkan menanggapi.

mushroom_kick

 
::) cetak itu pake ongkos... ::) sewa gedung jg muahal... ::) sound system jg sewa...

Segala fenomena bentuk & batin tidaklah kekal ada na.....
Semua hanyalah sementara.....

Semit

pengen buka Polling Setuju/Tidak setuju. tapi terakhir saya bikin Polling saya dapat peringatan dari Pak Admin. gak tau masih boleh gak nih.

William_phang

kalo menurut saya pribadi sih seharusnya dhamma itu gratis...karena tidak ada harga yang pantas untuk dibebankan.... cuma kalo untuk menganti biaya cetak sih ok ok aja....bagaimana pun membutuhkan biaya untuk pencetakan...

Semit

Quote from: mushroom_kick on 30 January 2009, 04:15:47 PM

::) cetak itu pake ongkos... ::) sewa gedung jg muahal... ::) sound system jg sewa...



Bagaimana kalo tidak perlu cetak? misalnya dalam bentuk ebook.
Kenapa perlu sewa gedung? Vihara adalah tempat yang sangat tepat dan gratis.

mushroom_kick

Quote from: Semit on 30 January 2009, 04:19:15 PM
Quote from: mushroom_kick on 30 January 2009, 04:15:47 PM

::) cetak itu pake ongkos... ::) sewa gedung jg muahal... ::) sound system jg sewa...



Bagaimana kalo tidak perlu cetak? misalnya dalam bentuk ebook.
Kenapa perlu sewa gedung? Vihara adalah tempat yang sangat tepat dan gratis.

gk smua org isa pake comp...org tua lbh suka baca buku ato nonton cd loh...
gedung vhr sangatlah terbuatas kapacity na...

pernah ad yg bilang, napa gk ceramah di pinggir sungai kek jaman sang Buddha dl?

dijakarta, ad yg isa recomended sungai yg bagus :D :D
Segala fenomena bentuk & batin tidaklah kekal ada na.....
Semua hanyalah sementara.....

dilbert

#6
Quote from: Semit on 30 January 2009, 04:05:24 PM
Quote from: Indra on 30 January 2009, 03:48:49 PM

loh semua Dhammadesana kan copyright holdernya adalah Sang Buddha. sepertinya Sang Buddha gak keberatan deh.

Saya quote dari postingan Mod Indra yang saya muliakan.

Bagaimana tanggapan rekan2 netter atas perdagangan Dhamma yang semakin marak akhir2 ini. buku-buku Dhamma diperjualbelikan (bahkan yang tertulis TIDAK DIJUAL).

Bhikkhu2 yang diundang untuk ceramah tapi penonton/pendengar harus beli karcis untuk bisa mendengarkan ceramah.

Saya menilai semua ini adalah bentuk2 komersialisasi Dhamma. Silahkan menanggapi.

Kalau buku buku itu dicetak untuk kemudian dijual, tentunya masih wajar, karena ada komponen biaya... apakah nyari untung atau tidak, mungkin lain persoalan... Buat saya yang beginian masih wajar... demikian juga kalau seminar seminar yang ngutip uang masuk, lha kalau sewa gedung dan biaya biaya mobilisasi kan ada...

Nah, ada CD ceramah dharma dari bhikkhu vihara s****** **** yang tertulis begini...
"CD ini adalah kenang-kenangan atas donasi untuk pembangunan fasilitas di vihara S****** ****, dan semua kegiatan untuk memperbanyak dan mengedarkan CD ini tanpa ijin tertulis adalah sama dengan menghalangi orang lain untuk berbuat baik, dan sebaiknya tidak dilakukan."

Gimana ini, jadi copyright ? padahal ada pendapat bahwa dharma itu TM (trademark-nya) Copyright-nya seharusnya BUDDHA GOTAMA.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Indra

Saya setuju dengan mbak Semit, Dhamma seharusnya tersedia gratis bagi siapapun. tidak ada satu lembaga pun yang berhak mengambil keuntungan dari Dhamma.


Indra

Quote from: mushroom_kick on 30 January 2009, 04:22:45 PM
Quote from: Semit on 30 January 2009, 04:19:15 PM
Quote from: mushroom_kick on 30 January 2009, 04:15:47 PM

::) cetak itu pake ongkos... ::) sewa gedung jg muahal... ::) sound system jg sewa...



Bagaimana kalo tidak perlu cetak? misalnya dalam bentuk ebook.
Kenapa perlu sewa gedung? Vihara adalah tempat yang sangat tepat dan gratis.

gk smua org isa pake comp...org tua lbh suka baca buku ato nonton cd loh...
gedung vhr sangatlah terbuatas kapacity na...

pernah ad yg bilang, napa gk ceramah di pinggir sungai kek jaman sang Buddha dl?

dijakarta, ad yg isa recomended sungai yg bagus :D :D

Gimana kalo Sungai Cisadane deket rumah gue?

Nevada

Dhamma tidak layak dijadikan objek komersil. Dana yang diterima dari hasil penjualan buku-buku atau kaset-kaset Dhamma seyogyanya hanya untuk menutupi biaya administrasinya.

Mengenai hak cipta yang dipatenkan, mungkin ada benarnya pada kondisi tertentu. Karena bisa saja dimanipulasi oleh orang yang tak bertanggungjawab.

dilbert

Quote from: upasaka on 30 January 2009, 04:27:44 PM
Dhamma tidak layak dijadikan objek komersil. Dana yang diterima dari hasil penjualan buku-buku atau kaset-kaset Dhamma seyogyanya hanya untuk menutupi biaya administrasinya.

Mengenai hak cipta yang dipatenkan, mungkin ada benarnya pada kondisi tertentu. Karena bisa saja dimanipulasi oleh orang yang tak bertanggungjawab.

Nah... hak cipta itu yang jadi persoalan ? apakah ceramah dharma bisa jadi hak cipta ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

hatRed

Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:22:59 PM
Quote from: Semit on 30 January 2009, 04:05:24 PM
Quote from: Indra on 30 January 2009, 03:48:49 PM

loh semua Dhammadesana kan copyright holdernya adalah Sang Buddha. sepertinya Sang Buddha gak keberatan deh.

Saya quote dari postingan Mod Indra yang saya muliakan.

Bagaimana tanggapan rekan2 netter atas perdagangan Dhamma yang semakin marak akhir2 ini. buku-buku Dhamma diperjualbelikan (bahkan yang tertulis TIDAK DIJUAL).

Bhikkhu2 yang diundang untuk ceramah tapi penonton/pendengar harus beli karcis untuk bisa mendengarkan ceramah.

Saya menilai semua ini adalah bentuk2 komersialisasi Dhamma. Silahkan menanggapi.

Kalau buku buku itu dicetak untuk kemudian dijual, tentunya masih wajar, karena ada komponen biaya... apakah nyari untung atau tidak, mungkin lain persoalan... Buat saya yang beginian masih wajar... demikian juga kalau seminar seminar yang ngutip uang masuk, lha kalau sewa gedung dan biaya biaya mobilisasi kan ada...

Nah, ada CD ceramah dharma dari bhikkhu vihara s****** **** yang tertulis begini...
"CD ini adalah kenang-kenangan atas donasi untuk pembangunan fasilitas di vihara S****** ****, dan semua kegiatan untuk memperbanyak dan mengedarkan CD ini tanpa ijin tertulis adalah sama dengan menghalangi orang lain untuk berbuat baik, dan sebaiknya tidak dilakukan."

Gimana ini, jadi copyright ? padahal ada pendapat bahwa dharma itu TM (trademark-nya) Copyright-nya seharusnya BUDDHA GOTAMA.

[-X oh no no no...

pernah liat buku tentang cara menggunakan software aplikasi

seperti "Belajar cepat Excel" dll...

Excel sendiri adalah cr nya Ms punya.

tapi sang pengarang buku yg dapet honor tanpa harus bagi2 ke Ms.
i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

#12
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:30:10 PM
Nah... hak cipta itu yang jadi persoalan ? apakah ceramah dharma bisa jadi hak cipta ?

Kalau dalam Dhammadesana umum, saya rasa tidak layak dipatenkan oleh sebagian golongan. Karena saya juga aktif di redaksi majalah, saya bisa memberi pengecualian untuk Dhammadesana yang sudah dimuat di majalah. Dari segi itikad saja, memperbanyak artikel di suatu majalah tanpa seizin yang bersangkutan adalah pembajakan. Ini bukan soal Dhammadesananya, namun pada image dan nilai eksklusif dari artikel di majalah itu sendiri.


Semit

Quote from: upasaka on 30 January 2009, 04:35:34 PM
Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:30:10 PM
Nah... hak cipta itu yang jadi persoalan ? apakah ceramah dharma bisa jadi hak cipta ?

Kalau dalam Dhammadesana umum, saya rasa tidak layak dipatenkan oleh sebagian golongan. Karena saya juga aktif di redaksi majalah, saya bisa memberi pengecualian untuk Dhammadesana yang sudah dimuat di majalah. Dari segi itikad saja, memperbanyak artikel di suatu majalah tanpa seizin yang bersangkutan adalah pembajakan. Ini bukan soal Dhammadesananya, namun pada image dan nilai eksklusif dari artikel di majalah itu sendiri.



ini menarik, kalau artikel tsb mencantumkan kutipan Sutta atau syair Dhammapada, dan Sutta atau syair tsb dipublikasikan lagi oleh orang lain. bagaimana ini? apakah batasannya?

nyanadhana

Quote from: dilbert on 30 January 2009, 04:30:10 PM
Quote from: upasaka on 30 January 2009, 04:27:44 PM
Dhamma tidak layak dijadikan objek komersil. Dana yang diterima dari hasil penjualan buku-buku atau kaset-kaset Dhamma seyogyanya hanya untuk menutupi biaya administrasinya.

Mengenai hak cipta yang dipatenkan, mungkin ada benarnya pada kondisi tertentu. Karena bisa saja dimanipulasi oleh orang yang tak bertanggungjawab.

Nah... hak cipta itu yang jadi persoalan ? apakah ceramah dharma bisa jadi hak cipta ?

apakah ceramah dharma itu sama dengan Dhamma Kebenaran...hati2 lho ada yang ceramah hanya mengikuti trend pasar dan bikin ngangguk2 tapi itu bukan Dhamma Kebenaran.

Dhamma Kebenaran adalah mengenal dukkha bukan menjadi kaya dalam duniawi atau omongin resesi global,itu namanya berita masyarakat.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.