News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Dhamma Commerce

Started by Semit, 30 January 2009, 04:05:24 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dilbert

Quote from: Riky_dave on 31 January 2009, 10:25:41 AM
Quote from: Virya on 31 January 2009, 01:25:32 AM
Quote from: 7 Tails on 30 January 2009, 07:26:41 PM
Quotenah, ajahn brahm datang koq pemirsa bisa dikasih lepel platinum, gold...
kalo aye gak bayar lepelnya batu arang yak?

maksud level platinum, gold apa bos?

Maksudnya harga tiket ......
baca sini : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8533.0

JAKARTA

Sabtu, 28 Feb 09, 18.00

The Golf, Pantai Indah Barat 1, Pantai Indah Kapuk, Jakut

Panitia: Buddhist Fellowship Indonesia & Ehipassiko

Undangan: iuran biaya, 2.800 kursi

                   Platina Rp60.000, Emas Rp30.000, Perak Rp15.000
Ampun...saya pikir harganya ratusan ribu,rupanya masih dibawah 100ribu ya?wah2...memang kerjanya orang sekarang kritik aja kritik aja...coba kita didalam situasi tersebut?emangnya mudah buat ini dan itu?ngomong sih ngampang...
Makanya orang sekarang jarang bisa "kaya" secara batiniah,yang kayanya cuma kaya secara materi doang...Suruh dana pelitnya minta ampun...Saya sudah beberapa kali dalam tahun ini "membantu" soal proposal permintaan dana kepada teman sekolah dan tetangga,susahnya minta ampun..yang ada mereka hanya melihat "muka" saya aja,bukan dengan "ikhlas" dananya......walah2...maunya gratis mulu...ini bukan zaman Sang Buddha lagi... ^^

Salam hangat,
Riky

hehehe... itulah "harga" yang harus dibayar oleh umat buddha di indonesia dimana perbandingan antara bhante/bhikkhu sangha itu sedemikian sedikit dibandingkan dengan umat, sehingga ketika ada satu bhikkhu mau dhammadesana, pendengarnya bisa bejibun sampai ribuan orang... bandingkan dengan misalnya di negara Thailand, Myanmar dan beberapa negara yang mayoritas buddhis, dimana jumlah bhikkhu sangha dalam jumlah yang cukup memadai sehingga bisa melayani umat dalam jumlah kelompok yang lebih kecil... Kalau disana, kondisi-nya seperti umat muslim di Indonesia, dimana dalam jarak beberapa kilometer saja sudah ada satu mesjid dan jumlah ustadz-nya banyak untuk melayani umat...

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Semit

Untuk memperburuk pembahasan, saya akan menambahkan lagi,

saya pernah menghadiri acara pengumpulan dana untuk pembangunan suatu Vihara, di sana mekanisme pengumpulan dana yg dilakukan adalah dengan cara "JUAL KERAMIK, TIANG, dll", jadi untuk yg berdana dengan nominal tertentu namanya kan ditulis di keping2 keramik di lantai/dinding; yg berdana dengan nominal yg lebih besar, namanya akan tertulis di pilar/tiang, dst, semakin besar jumlah dana, semakin mahal pula material yg digunakan untuk menulis nama. Dan acara tersebut dihadiri para bhikkhu senior yg beberapa diantaranya adalah Maha Thera dan pejabat dalam Sangha. Bukankah praktek seperti ini mengembangkan kesomobongan para donor?


Edward

Kebetulan lagi baca RAPB, dan ada pembahasan mengenai dana dalam Parami....
Dana diletakkan di urutan pertama, karena paling mudah dilakukan oleh semua orang.Tetapi, dana yg disertai sila adalah dana yg memiliki manfaat tertinggi..
Dana dimiliki oleh semua makhluk, dana lebih mudah dipraktikkan....
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

dilbert

Quote from: Semit on 31 January 2009, 12:59:52 PM
Untuk memperburuk pembahasan, saya akan menambahkan lagi,

saya pernah menghadiri acara pengumpulan dana untuk pembangunan suatu Vihara, di sana mekanisme pengumpulan dana yg dilakukan adalah dengan cara "JUAL KERAMIK, TIANG, dll", jadi untuk yg berdana dengan nominal tertentu namanya kan ditulis di keping2 keramik di lantai/dinding; yg berdana dengan nominal yg lebih besar, namanya akan tertulis di pilar/tiang, dst, semakin besar jumlah dana, semakin mahal pula material yg digunakan untuk menulis nama. Dan acara tersebut dihadiri para bhikkhu senior yg beberapa diantaranya adalah Maha Thera dan pejabat dalam Sangha. Bukankah praktek seperti ini mengembangkan kesomobongan para donor?



kalau tidak ada pencantuman nama, kali gak mau berdana... hehehehe... apakah masih perlu dilestarikan ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

hatRed

berdana adalah baik,

mengkondisikan orang lain berdana adalah...... ?
i'm just a mammal with troubled soul



Brado

Memang kalau dilihat, banyak sistim 'timbal balik' yang beredar di kalangan kita, dengan iming2 sesuatu akhirnya ujung2nya mengharapkan kita berdana kepada mereka
Saya kurang begitu tahu, siapa yang tidak tepat atau mana yang seharusnya patut
Hal ini juga pernah menimpa saya sebagai umat, ditawarkan buku gratis, tapi ujung2nya diharapkan berdana, lalu saya iseng bertanya, emang biaya modal satu bukunya berapa ? lalu disebutkan sekian sekian, akhirnya saya lebihkan berdana agar mereka juga tidak sampai merugi, begitu ?  :-?

Nah sekarang kebalikannya nih, kita diundang untuk menjadi penceramah, entah itu sekolah minggu atau dhammadesana, lalu usai acara, pihak vihara atau panitia memberikan kita 'amplop' dengan dalih sebagai pengganti ongkos transport  :-?
Menurut rekan2, apakah kita boleh menerimanya ? Kalau Dhamma harus diberikan secara gratis, bagaimana dengan pemberi ceramah ? Yang memang butuh 'ongkos' ketempat dia diundang berceramah
Banyak guru2 Buddhis di daerah yang hidupnya masih di bawah rata2, namun baktinya terhadap pengajaran membuat mereka tetap exist mengabdi sebagai guru agama, bahkan ada yayasan yang bersedia membelikan puluhan sepeda agar dapat memudahkan transportasi bagi para guru tersebut 
Jadi agak sulit bagi kita untuk menjudge, karena masing2 punya motivasi dan masalahnya sendiri2  :-?

Quote from: Virya on 31 January 2009, 01:25:32 AM
                   Platina Rp60.000, Emas Rp30.000, Perak Rp15.000

Ternyata sistim kasta masih tetap berlaku sampai saat ini  :whistle:


Hendra Susanto


dilbert

Quote from: Lokkhitacaro on 31 January 2009, 01:58:56 PM
Memang kalau dilihat, banyak sistim 'timbal balik' yang beredar di kalangan kita, dengan iming2 sesuatu akhirnya ujung2nya mengharapkan kita berdana kepada mereka
Saya kurang begitu tahu, siapa yang tidak tepat atau mana yang seharusnya patut
Hal ini juga pernah menimpa saya sebagai umat, ditawarkan buku gratis, tapi ujung2nya diharapkan berdana, lalu saya iseng bertanya, emang biaya modal satu bukunya berapa ? lalu disebutkan sekian sekian, akhirnya saya lebihkan berdana agar mereka juga tidak sampai merugi, begitu ?  :-?

Nah sekarang kebalikannya nih, kita diundang untuk menjadi penceramah, entah itu sekolah minggu atau dhammadesana, lalu usai acara, pihak vihara atau panitia memberikan kita 'amplop' dengan dalih sebagai pengganti ongkos transport  :-?
Menurut rekan2, apakah kita boleh menerimanya ? Kalau Dhamma harus diberikan secara gratis, bagaimana dengan pemberi ceramah ? Yang memang butuh 'ongkos' ketempat dia diundang berceramah
Banyak guru2 Buddhis di daerah yang hidupnya masih di bawah rata2, namun baktinya terhadap pengajaran membuat mereka tetap exist mengabdi sebagai guru agama, bahkan ada yayasan yang bersedia membelikan puluhan sepeda agar dapat memudahkan transportasi bagi para guru tersebut 
Jadi agak sulit bagi kita untuk menjudge, karena masing2 punya motivasi dan masalahnya sendiri2  :-?

Quote from: Virya on 31 January 2009, 01:25:32 AM
                   Platina Rp60.000, Emas Rp30.000, Perak Rp15.000

Ternyata sistim kasta masih tetap berlaku sampai saat ini  :whistle:



kalau bicara guru agama, wajar donk kalau semua usaha untuk mengajar mendapat imbalan... kan umat awam... tetapi kalau konteks-nya adalah dhammadesana seorang bhikkhu... adalah tanggung jawab dari pihak panitia apabila mengundang seorang bhikkhu ke tempat lain untuk memberikan dhammadesana, dan buat apa bhikkhu tersebut menerima duit, memang dalam vinaya bahwa seorang bhikkhu kebutuhannya sangat minimal (kalau tidak salah hanya 4 kebutuhan dasar saja yaitu sandang berupa 2 setel jubah, pangan berupa makanan sehari hari dari hasil pindapata atau pemberian umat dan tidak disimpan, papan berupa tempat berteduh / vihara / cetiya / kuti dan obat obatan yang secukupnya)... kalau ada pemberian dana berupa uang, biasanya dipercayakan kepada dayaka (pendamping bhikkhu).
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Brado

Quote from: dilbert on 31 January 2009, 02:16:41 PM
kalau bicara guru agama, wajar donk kalau semua usaha untuk mengajar mendapat imbalan... kan umat awam... tetapi kalau konteks-nya adalah dhammadesana seorang bhikkhu... adalah tanggung jawab dari pihak panitia apabila mengundang seorang bhikkhu ke tempat lain untuk memberikan dhammadesana, dan buat apa bhikkhu tersebut menerima duit, memang dalam vinaya bahwa seorang bhikkhu kebutuhannya sangat minimal (kalau tidak salah hanya 4 kebutuhan dasar saja yaitu sandang berupa 2 setel jubah, pangan berupa makanan sehari hari dari hasil pindapata atau pemberian umat dan tidak disimpan, papan berupa tempat berteduh / vihara / cetiya / kuti dan obat obatan yang secukupnya)... kalau ada pemberian dana berupa uang, biasanya dipercayakan kepada dayaka (pendamping bhikkhu).

Ini juga berbalik terhadap sikap umat yang terkadang 'memanjakan' Bhikkhu  :-?
Kalau bukan seorang Bhikkhu yang mensponsori penggalangan dana, maka umat kurang begitu tertarik untuk berdana, namun jika dipasang nama bhikkhu tertentu yang terkenal, pastilah dana akan begitu cepat terkumpul
Jadi kalo cuma Dayaka yang cuap2 nyari dana, apalagi cuma pake nama si Dayaka, bisa2 umat berpikiran macam2, karena tidak kenal dengan si dayakanya
CMIIW ya?  ;)

Agak OOT sih
Pernah seorang Romo mengatakan, begitu berlebihan umat memanjakan Bhikhhu, sampai didanakan fasilitas yang 'lebih', Hp lebih dari satu, Organizer, bahkan Bed berkelas satu
Jadinya lama kelamaan mulailah Bhikkhu mempunyai rekening pribadi, walaupun tidak pegang duit tapi punya rekening, inikan lucu dan kontradiktif jadinya   :whistle:

Riky_dave

 [at]  untuk para pengkritik yang bermaksud baek...

Bagaimana kalau anda2 mengajukan diri menjadi bagian dalam panitia vihara2 yang sering anda lihat kurang "enak" didalam pengembangan kebajikan dan Dhamma?
Mungkin nanti ada suatu jalinan jodoh(kamma) sehingga anda2 bisa membuat perubahan yang lebih baik menurut anda2 sekalian?
Kalau saya nonton DaAi TV itu namanya ikut dalam tinjau kasus,namanya apa ya?yang pigi langsung ke t4 perkara,bro nyana,namanya apa itu??saya lupa... :)

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Dhamma Sukkha

Quote from: Semit on 31 January 2009, 12:59:52 PM
Untuk memperburuk pembahasan, saya akan menambahkan lagi,

saya pernah menghadiri acara pengumpulan dana untuk pembangunan suatu Vihara, di sana mekanisme pengumpulan dana yg dilakukan adalah dengan cara "JUAL KERAMIK, TIANG, dll", jadi untuk yg berdana dengan nominal tertentu namanya kan ditulis di keping2 keramik di lantai/dinding; yg berdana dengan nominal yg lebih besar, namanya akan tertulis di pilar/tiang, dst, semakin besar jumlah dana, semakin mahal pula material yg digunakan untuk menulis nama. Dan acara tersebut dihadiri para bhikkhu senior yg beberapa diantaranya adalah Maha Thera dan pejabat dalam Sangha. Bukankah praktek seperti ini mengembangkan kesombongan para donor?


[at] semut
mungkin saja maksud dari mereka itu untuk menambah minat orang orang untuk berdana, walaupun ada yang berdana dengan kesombongan, tapi setidaknya hal tersebut dilakukan oleh penyelenggara dengan tujuan untuk mereka-mereka yang sombong berbuat kebajikan juga, ya nggak? :D :D
klo yang memang ikhlas sih hanya biasa aja kali, mo gak diukir pun namanya mungkin baginya tak jadi masalah...^^ klo w sih gak diukir pun gak jadi masalah...^^?"
jadi hal tersebut mungkin aja dilakukan untuk menambah minat para donatur dan untuk membuat kesempatan yang tak berminat dana sama sekali menjadi berdana...
tapi mungkin salah juga kali ya...
tapi seharusnya para donatur tersebut dapat sadar sendiri, karena yang mereka lakukan itu berarti berdana dengan pamrih... jadi jasanya saya rasa tidak akan gitu besar...^^?"

[at] dave dave
survey kasus ya namanya? :D :D :D

salam hangat juga,
metta cittena,
Citta^^
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

dilbert

Quote from: Lokkhitacaro on 31 January 2009, 02:31:04 PM
Quote from: dilbert on 31 January 2009, 02:16:41 PM
kalau bicara guru agama, wajar donk kalau semua usaha untuk mengajar mendapat imbalan... kan umat awam... tetapi kalau konteks-nya adalah dhammadesana seorang bhikkhu... adalah tanggung jawab dari pihak panitia apabila mengundang seorang bhikkhu ke tempat lain untuk memberikan dhammadesana, dan buat apa bhikkhu tersebut menerima duit, memang dalam vinaya bahwa seorang bhikkhu kebutuhannya sangat minimal (kalau tidak salah hanya 4 kebutuhan dasar saja yaitu sandang berupa 2 setel jubah, pangan berupa makanan sehari hari dari hasil pindapata atau pemberian umat dan tidak disimpan, papan berupa tempat berteduh / vihara / cetiya / kuti dan obat obatan yang secukupnya)... kalau ada pemberian dana berupa uang, biasanya dipercayakan kepada dayaka (pendamping bhikkhu).

Ini juga berbalik terhadap sikap umat yang terkadang 'memanjakan' Bhikkhu  :-?
Kalau bukan seorang Bhikkhu yang mensponsori penggalangan dana, maka umat kurang begitu tertarik untuk berdana, namun jika dipasang nama bhikkhu tertentu yang terkenal, pastilah dana akan begitu cepat terkumpul
Jadi kalo cuma Dayaka yang cuap2 nyari dana, apalagi cuma pake nama si Dayaka, bisa2 umat berpikiran macam2, karena tidak kenal dengan si dayakanya
CMIIW ya?  ;)

Agak OOT sih
Pernah seorang Romo mengatakan, begitu berlebihan umat memanjakan Bhikhhu, sampai didanakan fasilitas yang 'lebih', Hp lebih dari satu, Organizer, bahkan Bed berkelas satu
Jadinya lama kelamaan mulailah Bhikkhu mempunyai rekening pribadi, walaupun tidak pegang duit tapi punya rekening, inikan lucu dan kontradiktif jadinya   :whistle:


memang ada benarnya kalau nyari dana menggunakan referensi dari bhikkhu tertentu bisa lebih mudah, MENGAPA ? tentunya karena kredibilitas... seperti halnya kredibilitas DC dalam menggalang dana yang menurut saya juga sungguh luar biasa dan cepat. MENGAPA ? kembali lagi tentunya karena kredibilitas... Tentu-nya semua terpulang kepada pribadi masing-masing pengumpul dana...

Mungkin pada awal awal karier sebagai dayaka atau yang aktif di organisasi sosial maupun aktif di vihara akan mengalami kesulitan karena belum dikenal oleh umat, tetapi lama lama kredibilitas-nya pasti akan muncul dan pasti suatu saat jika perilaku dan kepribadian sang dayaka/pengumpul dana tersebut sudah teruji kredibilitasnya di mata umat, tentunya akan mudah untuk melakukan kegiatan pengumpulan dana....
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Riky_dave

 [at]  Devi
Iya benar ,survei kasus... :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Dhamma Sukkha

#88
sekedar tambahan, ada juga acara Dhamma2 yang memakai cara pakai kartu anggota...seperti acaranya Indahnya Dhamma di medan...
klo yang buat kartu membernya, bisa duduk di depan,
klo gak salah jadi member harus klo mo daftar harus bayar sedikitnya 100000<=klo gak salah ya...^^?""
mungkin dibuat cara begini agar banyak orang yang mau mendanakan untuk terselenggarakannya acara tersebut(maksudnya biar ada dana untuk ke depannya supaya acara tersebut dapat terselenggara lagi...^^)
klo kita jadi membernya, dengan menggunakan kartu membernya klo gak salah bisa dapat diskon makan disuatu resto vg,
sama diskon di tempat jualan aksesoris Buddhis...^^?"
tapi kartu anggotanya juga punya batas, klo gak salah hanya berlaku untuk satu tahun...^^?""
kira2 cara kek gitu, menurut sekalian bagus gak ya? :-?
klo yang gak member, gak duduk di kursi bagian depan^^?"
hanya klo yang gak member mo duduk depan, musti cepet2 datangnya aja lho...^^?"
klo yang jadi member sih dah tersedia kursi khusus untuk membernya...


Quote from: Riky_dave on 01 February 2009, 12:38:15 PM
[at]  Devi
Iya benar ,survei kasus... :)
bener rupanya... :P

metta cittena,

Citta _/\_
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Riky_dave

 [at]  Devi
Bukannya kursi paling depan buad para donatur,dan para bhikkhu bhikkhuni?
dan dua atau satu dari depan memang untuk umat,siapa cepat dia dapat..saya sudah pernah sekali pigi koq...hehe
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...