Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: Nevada on 27 December 2008, 11:47:04 AM

Title: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 11:47:04 AM
Rekan-rekan, saya memiliki pandangan yang kontroversi mengenai kisah ini...

Quote
Godhika Thera pada suatu kesempatan, melatih meditasi ketenangan dan 
pandangan terang di atas lempengan batu di kaki gunung Isigili di Magadha. Ketika beliau telah mencapai Jhana, (1) beliau jatuh sakit dan kondisi ini mempengaruhi latihannya. Dengan mengabaikan rasa sakitnya, beliau tetap berlatih dengan keras. Namun setiap kali beliau mencapai kemajuan, beliau merasa kesakitan. Beliau mengalami hal ini sebanyak enam kali. (2) Akhirnya, beliau memutuskan untuk berjuang keras untuk mencapai tingkat arahat, walaupun ia harus mati untuk itu.
 
Tanpa beristirahat, beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.(3) Dengan memilih perasaan sakit sebagai objek meditasi, beliau memotong lehernya sendiri dengan pisau. Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau dapat memusatkan pikirannya dan mencapai tingkat kesucian arahat, tepat sebelum beliau meninggal dunia.
 
Ketika Mara mendengar bahwa Godhika Thera telah meninggal dunia, ia mencoba
untuk menemukan di mana Godhika Thera tersebut dilahirkan, tetapi gagal. Maka
dengan menyamar sebagai seorang laki-laki muda, Mara menghampiri Sang Buddha dan bertanya di mana Godhika Thera sekarang. Sang Buddha menjawab;

"Tidak ada manfaatnya bagi kamu untuk mengetahui Godhika Thera. Setelah terbebas dari kekotoran-kekotoran moral, ia mencapai tingkat kesucian arahat. Seseorang seperti kamu, Mara, dengan seluruh kekuatanmu tidak akan dapat menemukan ke mana para arahat pergi setelah meninggal dunia."
 
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 57 berikut:
 
"Mara tak dapat menemukan jejak mereka yang memiliki sila,
yang hidup tanpa kelengahan,
dan yang telah terbebas melalui Pengetahuan Sempurna"

(1) Penyakit apa yang diderita oleh Godhika Thera itu?

(2) Bukankah cara yang dilakukan Godhika Thera itu tergolong ekstrim?

(3) Apakah Sang Buddha membenarkan untuk membunuh diri sendiri pada kasus-kasus tertentu?

Mohon penjelasan dari rekan-rekan yang lebih mengerti...  _/\_
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 11:51:18 AM
sepintas membaca

apalah bedanya cara meditasi si Godhika sama pertapa Gotama saat menyiksa diri?

Esensinya pasti beda...

Coba bayangkan... BAHIYA dengan mendengarkan petunjuk Dharma dalam 1 bait saja sudah mendapat penembusan sehingga mencapai tingkat kesucian ARAHAT... Saya yang sudah berkali kali bahkan beratus ratus kali membaca kembali petunjuk BUDDHA sesuai dengan apa yang tertulis dalam BAHIYA SUTTA itu "mungkin" tidak memetik apa apa.

tapi i masih blon ngerti
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 11:58:22 AM
[at] hatRed

Kalau Pertapa Gotama saat itu belum mengenal (menemukan) Jalan Tengah. Sedangkan Godhika Thera (tentunya) sudah mengenal Jalan Tengah.

Namun ada kejanggalan di mana Godhika Thera justru berlaku ektrim dalam usahanya. Setahu saya ada anjuran (atau vinaya) bagi bhikkhu yang sakit untuk beristirahat terlebih dahulu, daripada melanjutkan latihan. Selain itu, Godhika Thera bisa mencapai tingkat Arahat sekaligus memasuki Parinibbana dengan cara membunuh diri sendiri... Dan anehnya Sang Buddha seolah menyetujui tindakan Godhika Thera.

Saya kurang bisa memahami kisah ini... Mungkin hatRed lebih bisa menyimpulkannya?  :)
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 12:05:09 PM
apa yak,

satu hal yg menarik sih, "godhika menggunakan perasaan sakit sebagai objek meditasi"

tapi bila hal demikian bisa menuntun seseorang mencapai nibbana. trus kenapa Gotama saat menyiksa diri tidak mencapai nibbana?

Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 12:08:36 PM
apa yak,

satu hal yg menarik sih, "godhika menggunakan perasaan sakit sebagai objek meditasi"

tapi bila hal demikian bisa menuntun seseorang mencapai nibbana. trus kenapa Gotama saat menyiksa diri tidak mencapai nibbana?



Hmmm...
Sepertinya ini good point. Ini juga merupakan kontroversi...  :-?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 12:14:41 PM
ada cerita lengkapnya gak? mungkin bisa ditelusuri lagi dari kepribadian si godhika?

atau ceritanya memang cuma segitu?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 12:16:29 PM
kalo i pribadi sih bisa ada beberapa kesimpulan,

bisa berupa pembenaran bisa juga penyangkalan, tergantung mo dilihat dari sisi mana?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 27 December 2008, 12:28:05 PM
Katanya pengetahuan bahwa pencerahannya akan didapat dari rasa sakit bukan sembarangan, melainkan sudah berada dalam nana vipassana.

Jadi sudah dalam pengetahuan vipassana, tapi masih belum pasti (bukan anuloma nana), masih timbul dan tenggelam, muncul pengetahuan bahwa dengan menggorok leher akan mencapai nibanna.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 12:32:43 PM
Godhika Thera adalah putra pemuka Malla di Pava. Ketika pergi ke Kapilavatthu bersama kerabatnya, ia melihat Mukjizat Ganda yang diperlihatkan oleh Sang Buddha. Selanjutnya ia tertarik untuk memasuki hidup kebhikkhuan. Ia telah menimbun kebajikan bersama kerabatnya dalam kehidupan-kehidupan lampau, khususnya pada zaman Buddha Siddhattha dan Kassapa. Delapan puluh tujuh kappa yang lampau, ia pernah menjadi raja sebanyak tujuh kali, dengan nama Mahasena. Dalam kehidupan sekarang, setelah menjadi bhikkhu, ia bertempat-tinggal di Kaïasila di Isigiïipassa. Di sana ia berusaha keras untuk meraih kesucian tertinggi (Arahat), namun ia hanya berhasil meraih pembebasan pikiran yang bersifat duniawi (samayika cetovimutti).

Pencapaian itu pun kemudian memudar, lenyap kembali karena (menurut Buddhaghosa Thera) Godhika Thera sedang menderita suatu penyakit yang akut (berhubungan dengan empedu, dan mengeluarkan dahak). Itu terjadi berulang-ulang hingga enam kali. Pada pencapaian ketujuh, ia sempat berpikir bahwa suatu makhluk yang pudar dari Pencerapan (Jhana), kehidupan mendatangnya tidaklah menentu (mungkin terlahirkan di alam rendah karena akibat kamma buruknya). Sementara itu, mereka yang berada dalam Jhana akan lahir kembali di Alam Brahma yang luhur. Dengan berpikir demikian, ia kemudian mengambil pisau cukur, dan dengan membaringkan tubuhnya, ia menggorok lehernya sendiri.

Mara, si Jahat yang melihat kejadian itu segera melaporkan kepada Sang Buddha. Beliau datang terlambat, Godhika Thera dijumpai dalam keadaan mati terkapar dengan leher terputus. Kendati demikian, Sang Buddha menyatakan bahwa Godhika Thera telah berhasil meraih Pembebasan Sejati (Nibbana).

"Orang bijaksana tidak mempunyai kemelekatan terhadap badan jasmaniah. Godhika telah melenyapkan keinginannya, meraih Nibbâna."

Demikianlah sabda Sang Buddha...

Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 12:34:23 PM
Katanya pengetahuan bahwa pencerahannya akan didapat dari rasa sakit bukan sembarangan, melainkan sudah berada dalam nana vipassana.

Jadi sudah dalam pengetahuan vipassana, tapi masih belum pasti (bukan anuloma nana), masih timbul dan tenggelam, muncul pengetahuan bahwa dengan menggorok leher akan mencapai nibanna.

saat sang Buddha bermeditasi menyiksa diri sudah bisa dalam nana vipassana gak?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 27 December 2008, 12:38:56 PM
samayika cetovimutti -> bukan pencapaian sembarangan

kayaknya Bodhisattva cuma sampai arupa jhana aja deh
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 12:40:55 PM
Katanya pengetahuan bahwa pencerahannya akan didapat dari rasa sakit bukan sembarangan, melainkan sudah berada dalam nana vipassana.

Jadi sudah dalam pengetahuan vipassana, tapi masih belum pasti (bukan anuloma nana), masih timbul dan tenggelam, muncul pengetahuan bahwa dengan menggorok leher akan mencapai nibanna.  

Maksudnya Godhika Thera memiliki nana (pengetahuan) akan metode atau cara alternatif untuk mencapai Arahat sekaligus memasuki Parinibbana?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 12:42:32 PM
 [at] upasaka

kalau melihat dari cerita dua maka seorang Godhika pertama mempunyai keinginan untuk tidak terlahir di alam menyedihkan jadi dia bertekad membunuh dirinya sendiri (yg padahal malah membuat karma buruk keknya) saat sedang berada dalam jhana agar terlahir di alam yg baik (ibaratnya maen cheat).


dan disambung dari cerita satu maka, pada saat terdapat kesakitan saat bermeditasi dia memakainya sebagai objek. Pikiran adalah pelopor, jadi saat itu yg disiksa bukanlah jasmaninya melainkan pikiran godhika terhadap perasaan sakit tersebut. lain halnya saat Gotama menyiksa diri, dia memakai jasmaninya yg disiksa tetapi bukan pikirannya.

hal demikian membuat Godhika mencapai nibbana sehingga ibarat pepatah "sambil menyelam minum air"

CMIIW
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 12:44:05 PM
samayika cetovimutti -> bukan pencapaian sembarangan

kayaknya Bodhisattva cuma sampai arupa jhana aja deh

Diqoute saya sebelumnya...

Quote from: upasaka
...namun ia hanya berhasil meraih pembebasan pikiran yang bersifat duniawi (samayika cetovimutti).

Jadi seperti apakah samayika cetovimutti itu?
Dan bukankah itu bersifat duniawi (terbatas)...?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 12:48:20 PM
[at] upasaka

kalau melihat dari cerita dua maka seorang Godhika pertama mempunyai keinginan untuk tidak terlahir di alam menyedihkan jadi dia bertekad membunuh dirinya sendiri (yg padahal malah membuat karma buruk keknya) saat sedang berada dalam jhana agar terlahir di alam yg baik (ibaratnya maen cheat).


dan disambung dari cerita satu maka, pada saat terdapat kesakitan saat bermeditasi dia memakainya sebagai objek. Pikiran adalah pelopor, jadi saat itu yg disiksa bukanlah jasmaninya melainkan pikiran godhika terhadap perasaan sakit tersebut. lain halnya saat Gotama menyiksa diri, dia memakai jasmaninya yg disiksa tetapi bukan pikirannya.

hal demikian membuat Godhika mencapai nibbana sehingga ibarat pepatah "sambil menyelam minum air"

CMIIW


Justru saya melihat Godhika Thera seolah tidak ingin terlahir di alam-alam rendah, mungkin karena 'takut' penyakitnya akan semakin parah dan meninggal.

Karenanya, Godhika Thera 'ingin' terlahir di Alam Brahma, sehingga beliau membunuh diri sendiri ketika batinnya berada dalam kondisi jhana.

Namun bagaimana mungkin dalam kondisi itu akhirnya beliau mencapai tingkat Arahat. Dan apakah seorang Arahanta masih memiliki 'keinginan' untuk membunuh diri sendiri dengan memotong lehernya sendiri?

Bukankah tindakan itu sangat jelas mencerminkan perilaku keduniawian?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Reenzia on 27 December 2008, 12:49:26 PM
saia rasa ada hubungannya dengan pemahaman godhika thera dan SB
keduanya memiliki pemahaman yang berbeda saat melakukan hal itu
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 12:57:05 PM
[at] upasaka

kalau melihat dari cerita dua maka seorang Godhika pertama mempunyai keinginan untuk tidak terlahir di alam menyedihkan jadi dia bertekad membunuh dirinya sendiri (yg padahal malah membuat karma buruk keknya) saat sedang berada dalam jhana agar terlahir di alam yg baik (ibaratnya maen cheat).


dan disambung dari cerita satu maka, pada saat terdapat kesakitan saat bermeditasi dia memakainya sebagai objek. Pikiran adalah pelopor, jadi saat itu yg disiksa bukanlah jasmaninya melainkan pikiran godhika terhadap perasaan sakit tersebut. lain halnya saat Gotama menyiksa diri, dia memakai jasmaninya yg disiksa tetapi bukan pikirannya.

hal demikian membuat Godhika mencapai nibbana sehingga ibarat pepatah "sambil menyelam minum air"

CMIIW


Justru saya melihat Godhika Thera seolah tidak ingin terlahir di alam-alam rendah, mungkin karena 'takut' penyakitnya akan semakin parah dan meninggal.

Karenanya, Godhika Thera 'ingin' terlahir di Alam Brahma, sehingga beliau membunuh diri sendiri ketika batinnya berada dalam kondisi jhana.

Namun bagaimana mungkin dalam kondisi itu akhirnya beliau mencapai tingkat Arahat. Dan apakah seorang Arahanta masih memiliki 'keinginan' untuk membunuh diri sendiri dengan memotong lehernya sendiri?

Bukankah tindakan itu sangat jelas mencerminkan perilaku keduniawian?

:hammer:

kan di tulis disitu ma i, emang si godhika itu tujuan awalnya ya supaya gak terlahir di alam rendah/menyedihkan.

tapi ya "sambil menyelam minum air" jadi saat dia sedang sekarat dia memakainya sebagai objek meditasi, sehingga dia malah mencapai Arahat sebelum parinibbana.

dan saat dia memutuskan tuk membunuh diri kan dia belum arahat. jadi wajar bagi dia yg belum mencapai tingkat kesucian berpikir seperti itu.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 12:59:18 PM
saia rasa ada hubungannya dengan pemahaman godhika thera dan SB
keduanya memiliki pemahaman yang berbeda saat melakukan hal itu

pemahamannya seperti apa ya?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Reenzia on 27 December 2008, 01:00:42 PM
saia rasa ada hubungannya dengan pemahaman godhika thera dan SB
keduanya memiliki pemahaman yang berbeda saat melakukan hal itu

pemahamannya seperti apa ya?

:)) bagaimana saia bisa menjelaskan bagaimana pemahaman arahat dan buddha?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 01:04:03 PM
saia rasa ada hubungannya dengan pemahaman godhika thera dan SB
keduanya memiliki pemahaman yang berbeda saat melakukan hal itu


pemahamannya seperti apa ya?

:)) bagaimana saia bisa menjelaskan bagaimana pemahaman arahat dan buddha?


kok bisa tau berbeda :-?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Reenzia on 27 December 2008, 01:15:46 PM
ya itu kan cm dugaan saja....

seperti ini...
seorang anak terjatuh, terluka dan menangis...
kondisi 1 : mamanya mengatakan, sakitnya jangan terlalu dirasakan...abaikan saja...si anak diberi mainan atau makanan agar tidak terlalu memperhatikan rasa sakit itu
kondisi 2: si anak memperhatikan dengan baik rasa sakit itu...bahkan ketika diberi obat, rasa sakit itu makin terasa, dan makin disadari walaupun tetap berusaha menahan nyeri
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 01:21:48 PM

:hammer:

kan di tulis disitu ma i, emang si godhika itu tujuan awalnya ya supaya gak terlahir di alam rendah/menyedihkan.

tapi ya "sambil menyelam minum air" jadi saat dia sedang sekarat dia memakainya sebagai objek meditasi, sehingga dia malah mencapai Arahat sebelum parinibbana.

dan saat dia memutuskan tuk membunuh diri kan dia belum arahat. jadi wajar bagi dia yg belum mencapai tingkat kesucian berpikir seperti itu.

Ya...  :)
Tapi saat beliau memotong lehernya, beliau sudah mencapai tingkat kesucian Arahat...


Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 01:23:34 PM
ya itu kan cm dugaan saja....

seperti ini...
seorang anak terjatuh, terluka dan menangis...
kondisi 1 : mamanya mengatakan, sakitnya jangan terlalu dirasakan...abaikan saja...si anak diberi mainan atau makanan agar tidak terlalu memperhatikan rasa sakit itu
kondisi 2: si anak memperhatikan dengan baik rasa sakit itu...bahkan ketika diberi obat, rasa sakit itu makin terasa, dan makin disadari walaupun tetap berusaha menahan nyeri

Tapi anak itu tidak mungkin 'mencapai' kesembuhan dengan menggorok kulit yang terluka itu kan?  ;D
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 01:27:00 PM
Quote
Tanpa beristirahat, beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.(3) Dengan memilih perasaan sakit sebagai objek meditasi, beliau memotong lehernya sendiri dengan pisau. Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau dapat memusatkan pikirannya dan mencapai tingkat kesucian arahat, tepat sebelum beliau meninggal dunia.
 


di cerita diatas, mencapainya tepat sebelum meninggal jadi saat memotong leher belum mencapai.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 01:41:59 PM
Quote
Tanpa beristirahat, beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.(3) Dengan memilih perasaan sakit sebagai objek meditasi, beliau memotong lehernya sendiri dengan pisau. Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau dapat memusatkan pikirannya dan mencapai tingkat kesucian arahat, tepat sebelum beliau meninggal dunia.
 


di cerita diatas, mencapainya tepat sebelum meninggal jadi saat memotong leher belum mencapai.

Lalu apakah Sang Buddha membenarkan tindakan bunuh diri untuk kasus-kasus tertentu?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Reenzia on 27 December 2008, 01:43:47 PM
ya itu kan cm dugaan saja....

seperti ini...
seorang anak terjatuh, terluka dan menangis...
kondisi 1 : mamanya mengatakan, sakitnya jangan terlalu dirasakan...abaikan saja...si anak diberi mainan atau makanan agar tidak terlalu memperhatikan rasa sakit itu
kondisi 2: si anak memperhatikan dengan baik rasa sakit itu...bahkan ketika diberi obat, rasa sakit itu makin terasa, dan makin disadari walaupun tetap berusaha menahan nyeri

Tapi anak itu tidak mungkin 'mencapai' kesembuhan dengan menggorok kulit yang terluka itu kan?  ;D

bukan masalah lukanya, tapi sikap dan pemahaman terhadap luka tsb
bukan pula masalah bunuh dirinya, MUNGKIN karena godha thera telah menyadari bahwa fisiknya tidak akan bertahan lebih lama lagi
jadi dia memotong leher sekalian dan merasakan sakitnya sebagai objek meditasi terakhir baginya
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 01:47:03 PM
Quote
Tanpa beristirahat, beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.(3) Dengan memilih perasaan sakit sebagai objek meditasi, beliau memotong lehernya sendiri dengan pisau. Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau dapat memusatkan pikirannya dan mencapai tingkat kesucian arahat, tepat sebelum beliau meninggal dunia.
 


di cerita diatas, mencapainya tepat sebelum meninggal jadi saat memotong leher belum mencapai.

Lalu apakah Sang Buddha membenarkan tindakan bunuh diri untuk kasus-kasus tertentu?

tentu saja tidak. makanya dalam cerita di kisahkan sang Buddha buru2 ke tempat Godhika.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 01:50:07 PM
ya itu kan cm dugaan saja....

seperti ini...
seorang anak terjatuh, terluka dan menangis...
kondisi 1 : mamanya mengatakan, sakitnya jangan terlalu dirasakan...abaikan saja...si anak diberi mainan atau makanan agar tidak terlalu memperhatikan rasa sakit itu
kondisi 2: si anak memperhatikan dengan baik rasa sakit itu...bahkan ketika diberi obat, rasa sakit itu makin terasa, dan makin disadari walaupun tetap berusaha menahan nyeri

Tapi anak itu tidak mungkin 'mencapai' kesembuhan dengan menggorok kulit yang terluka itu kan?  ;D

bukan masalah lukanya, tapi sikap dan pemahaman terhadap luka tsb

Menurut pandangan saya sekarang, Godhika Thera tidak ingin terlahir di alam rendah bila ia meninggal karena penyakitnya. Karena itu beliau memilih untuk bunuh diri di dalam Jhana untuk dapat terlahir di Alam Brahma. Setelah beliau menggorok lehernya sendiri, beliau yang berada pada jhana (kondisi batinnya) berkonsentrasi pada rasa sakit di lehernya itu. Ternyata beliau malah menyelami Kebenaran dan mencapai tingkat kesucian Arahat...

Pertanyaannya :
(1) Apakah baik bila seseorang yang ingin terlahir di Alam Brahma melakukan aksi bunuh diri?
(2) Bukankah justru itu adalah kamma buruk?

Kesimpulannya, Godhika Thera 'berjudi' untuk terhindar dari alam-alam menderita, dan justru beliau 'beruntung' sehingga mencapai tingkat Arahat...

Kalau menurut Anda bagaimana?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Reenzia on 27 December 2008, 01:53:06 PM
1. sepertinya sih tidak
2. sepertinya tidak

saia blm bisa melihat bagaimana proses karma sih :))
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 01:56:37 PM
1. sepertinya sih tidak
2. sepertinya tidak

saia blm bisa melihat bagaimana proses karma sih :))

(1) Sepertinya sih tidak -> maksudnya tidak baik yah?  :)
(2) sepertinya tidak -> maksudnya tidak merupakan kamma buruk yah?  :-?

LOGIKA :
tidak merupakan kamma buruk = bukan kamma buruk
tidak baik = buruk

Kesimpulan logika:
bukan kamma buruk adalah buruk  ???

Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 02:02:03 PM
Pertanyaannya :
(1) Apakah baik bila seseorang yang ingin terlahir di Alam Brahma melakukan aksi bunuh diri?
(2) Bukankah justru itu adalah kamma buruk?

Kesimpulannya, Godhika Thera 'berjudi' untuk terhindar dari alam-alam menderita, dan justru beliau 'beruntung' sehingga mencapai tingkat Arahat...

Kalau menurut Anda bagaimana?

1. Baik, bila dia bisa mencapai jhana dan ada kemungkinan terlepas dari jhana, sehingga lebih baik dia bunuh diri saat berada dalam jhana daripada dia mati sebagai orang awam, apalagi dia dapat melihat kehidupan lampaunya yg misalnya buruk.

2. iya itu termasuk karma buruk, dan pasti akan berbuah entah nanti kehidupan selanjutnya atau selanjutnya selanjutnya....... lagi.

mengenai kesimpulan om upasaka, i kurang setuju, karena Godhika tidak berjudi, mala dia sudah memperhitungkan matang2, dan pencapaian arahat itu hanyalah "efek samping" yang tidak diduga sendiri oleh Godhika.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: g.citra on 27 December 2008, 02:07:31 PM
Quote
Pertanyaannya :
(1) Apakah baik bila seseorang yang ingin terlahir di Alam Brahma melakukan aksi bunuh diri?
(2) Bukankah justru itu adalah kamma buruk?

Kesimpulannya, Godhika Thera 'berjudi' untuk terhindar dari alam-alam menderita, dan justru beliau 'beruntung' sehingga mencapai tingkat Arahat...

Kalau menurut Anda bagaimana?

1. Kalau orang biasa ya enggak baik lah... tapi kalau Godhika Thera, beliau memilih rasa sakit sebagai obyek meditasi lho...

2. yup... Dari cetana nya dah jelas tuh masih ada keinginan...

Berarti Sang Buddha juga 'Berjudi' dong... melakukan meditasi untuk mencari obat tuk mengatasi usia tua, sakit dan mati?

Namo Buddhaya...  _/\_ ...
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: K.K. on 27 December 2008, 02:07:37 PM
Thera Godhika tidak bunuh diri dalam keadaan jhana. Juga bukan karena ketakutan terlahir di alam rendah karena penyakitnya. Thera Godhika mengalami gangguan dari fisiknya yang menghalangi pencapaian kesucian yang seharusnya bisa dicapainya. Maka kemudian Thera Godhika menggorok lehernya sendiri dan sesaat ketika akan meninggal, ia mencapai Arahatta-phala.

Ketika seseorang akan meninggal, dikatakan bahwa unsur bathin menyatu dengan kesadaran dan meninggalkan jasmani, oleh karena itu kemungkinan karena keterkondisian karena jasmaninya sudah lepas, maka Thera Godhika mampu mencapai kearahataan.

Kisah Thera Godhika ini ada kemiripan dengan kisah Thera Channa yang juga menggorok lehernya dan kemudian mencapai Arahatta. Dalam kasus Thera Channa, ia mengalami sakit yang sangat tidak tertahankan dan karena sakitnya itu, ia juga terhambat dalam latihannya. Akhirnya Sariputta mendatangi dan membujuknya, namun tidak berhasil. Akhirnya Sariputta mengkhotbahkan tentang landasan indriah dan anatta, lalu meninggalkannya. Thera Channa kemudian mengambil pisau dan menggorok lehernya. Menurut komentar, Thera Channa sesaat setelah menggorok lehernya, memusatkan perhatian murni pada kematian dan ketakutan akan kematian dan merealisasi Arahatta Phala, lalu meninggal.

Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 02:12:19 PM
 [at] kainyn

:o  wah.... kalo melihat cerita diatas seperti seakan2 dengan kondisi sekarat seseorang dapat lebih mudah mencapai nibbana.

apa tidak terlalu berbahaya? apalagi ntar kalo yg baca malah sangat terilhami. tanpa memiliki dasar yg kuat
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: K.K. on 27 December 2008, 02:18:39 PM
Mereka punya potensi bukan karena keadaan sekaratnya, bukan juga karena bunuh dirinya.
Jadi intinya mereka memang punya kemampuan untuk mencapai kesucian, tetapi hanya terhalangi oleh jasmani (yang adalah akibat dari kamma buruk masa lampau). Kalau seseorang tidak punya potensi, mau bunuh diri atau apa juga tetap tidak akan mampu menjadi Arahat. Tidak ada gunanya "mengekor" cara2 orang lain. Dalam Sutta, banyak orang mencapai Arahat dengan cara aneh2. Contohnya saja Theri Khema yang melihat gambaran wanita cantik menjadi tua, Theri Kisa Gotami yang melihat percikan air, Thera Sappadasa yang melihat pisau, dan lain sebagainya. Apakah lalu dengan mengikuti perbuatan mereka, kita bisa jadi Arahat? Jika orang melihat "bunuh diri/lihat wanita tua/percikan air/pisau memudahkan orang mencapai Nibbana", maka sesungguhnya dia sudah dilekati pandangan "ritual membawa pada penyelamatan".

Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 02:20:55 PM
Quote from: kainyn_kutho
Thera Godhika tidak bunuh diri dalam keadaan jhana. Juga bukan karena ketakutan terlahir di alam rendah karena penyakitnya. Thera Godhika mengalami gangguan dari fisiknya yang menghalangi pencapaian kesucian yang seharusnya bisa dicapainya. Maka kemudian Thera Godhika menggorok lehernya sendiri  dan sesaat ketika akan meninggal, ia mencapai Arahatta-phala.

Ya, saya paham kalau Godhika Thera mengalami keterbatasan secara fisik untuk mencapai Arahat. Lalu apa maksud dari keinginan untuk menggorok lehernya itu?

Apakah Godhika Thera ingin 'melepaskan diri' dari fisik itu?


Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: K.K. on 27 December 2008, 02:24:32 PM
Ya, saya paham kalau Godhika Thera mengalami keterbatasan secara fisik untuk mencapai Arahat. Lalu apa maksud dari keinginan untuk menggorok lehernya itu?

Apakah Godhika Thera ingin 'melepaskan diri' dari fisik itu?

Mungkin begitu, atau mungkin juga karena sakit yang tak tertahankan.
 
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 02:28:53 PM
Ya, saya paham kalau Godhika Thera mengalami keterbatasan secara fisik untuk mencapai Arahat. Lalu apa maksud dari keinginan untuk menggorok lehernya itu?

Apakah Godhika Thera ingin 'melepaskan diri' dari fisik itu?

Mungkin begitu, atau mungkin juga karena sakit yang tak tertahankan.
 


Kalau karena hambatan fisik lalu Godhika Thera membunuh dirinya sendiri, itu seperti orang yang frustasi dan menyerah... Itu tindakan yang tidak baik. Apalagi dengan modus untuk mencapai Alam Brahma...

Lalu sekejap setelah Godhika Thera mencapai Arahat, apakah semua kamma yang pernah beliau lakukan menjadi ahosi? Hal ini mengingat beliau sudah tidak terlahir di mana pun juga...
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 02:32:08 PM
 [at] kainyn

Godhika Thera adalah putra pemuka Malla di Pava. Ketika pergi ke Kapilavatthu bersama kerabatnya, ia melihat Mukjizat Ganda yang diperlihatkan oleh Sang Buddha. Selanjutnya ia tertarik untuk memasuki hidup kebhikkhuan. Ia telah menimbun kebajikan bersama kerabatnya dalam kehidupan-kehidupan lampau, khususnya pada zaman Buddha Siddhattha dan Kassapa. Delapan puluh tujuh kappa yang lampau, ia pernah menjadi raja sebanyak tujuh kali, dengan nama Mahasena. Dalam kehidupan sekarang, setelah menjadi bhikkhu, ia bertempat-tinggal di Kaïasila di Isigiïipassa. Di sana ia berusaha keras untuk meraih kesucian tertinggi (Arahat), namun ia hanya berhasil meraih pembebasan pikiran yang bersifat duniawi (samayika cetovimutti).

Pencapaian itu pun kemudian memudar, lenyap kembali karena (menurut Buddhaghosa Thera) Godhika Thera sedang menderita suatu penyakit yang akut (berhubungan dengan empedu, dan mengeluarkan dahak). Itu terjadi berulang-ulang hingga enam kali. Pada pencapaian ketujuh, ia sempat berpikir bahwa suatu makhluk yang pudar dari Pencerapan (Jhana), kehidupan mendatangnya tidaklah menentu (mungkin terlahirkan di alam rendah karena akibat kamma buruknya). Sementara itu, mereka yang berada dalam Jhana akan lahir kembali di Alam Brahma yang luhur. Dengan berpikir demikian, ia kemudian mengambil pisau cukur, dan dengan membaringkan tubuhnya, ia menggorok lehernya sendiri.

Mara, si Jahat yang melihat kejadian itu segera melaporkan kepada Sang Buddha. Beliau datang terlambat, Godhika Thera dijumpai dalam keadaan mati terkapar dengan leher terputus. Kendati demikian, Sang Buddha menyatakan bahwa Godhika Thera telah berhasil meraih Pembebasan Sejati (Nibbana).

"Orang bijaksana tidak mempunyai kemelekatan terhadap badan jasmaniah. Godhika telah melenyapkan keinginannya, meraih Nibbâna."

Demikianlah sabda Sang Buddha...



kalau ditilik dari cerita diatas, saya menanggapinya sbb:

Godhika menggorok leher/bunuh diri/melepas jasmani agar dia dapat mati di Alam Brahma.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 02:35:46 PM
Quote from: hatRed
kalau ditilik dari cerita diatas, saya menanggapinya sbb:

Godhika menggorok leher/bunuh diri/melepas jasmani agar dia dapat mati di Alam Brahma.

Saya setuju dengan Anda...

Namun di luar dugaan sebelumnya, Godhika Thera ternyata mampu mencapai tingkat kesucian Arahat... (miss-scenario)
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: K.K. on 27 December 2008, 02:39:29 PM

Kalau karena hambatan fisik lalu Godhika Thera membunuh dirinya sendiri, itu seperti orang yang frustasi dan menyerah... Itu tindakan yang tidak baik. Apalagi dengan modus untuk mencapai Alam Brahma...

Memang itu tindakan yang tidak baik. Pada saat itu 'kan memang Thera Godhika belum mencapai kesucian apapun.


Quote
Lalu sekejap setelah Godhika Thera mencapai Arahat, apakah semua kamma yang pernah beliau lakukan menjadi ahosi? Hal ini mengingat beliau sudah tidak terlahir di mana pun juga...
Ya, sudah tidak terlahir di manapun, sehingga tidak terkondisi oleh kamma lagi.




[at] kainyn

kalau ditilik dari cerita diatas, saya menanggapinya sbb:

Godhika menggorok leher/bunuh diri/melepas jasmani agar dia dapat mati di Alam Brahma.

Mungkin saja. Seperti saya katakan, Thera Godhika saat memutuskan hal itu, belum mencapai kesucian.

Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 02:44:20 PM

Kalau karena hambatan fisik lalu Godhika Thera membunuh dirinya sendiri, itu seperti orang yang frustasi dan menyerah... Itu tindakan yang tidak baik. Apalagi dengan modus untuk mencapai Alam Brahma...

Memang itu tindakan yang tidak baik. (1) Pada saat itu 'kan memang Thera Godhika belum mencapai kesucian apapun.  

Quote
Lalu sekejap setelah Godhika Thera mencapai Arahat, apakah semua kamma yang pernah beliau lakukan menjadi ahosi? Hal ini mengingat beliau sudah tidak terlahir di mana pun juga...
Ya, sudah tidak terlahir di manapun, (2) sehingga tidak terkondisi oleh kamma lagi.




[at] kainyn

kalau ditilik dari cerita diatas, saya menanggapinya sbb:

Godhika menggorok leher/bunuh diri/melepas jasmani agar dia dapat mati di Alam Brahma.

Mungkin saja. Seperti saya katakan, Thera Godhika saat memutuskan hal itu, belum mencapai kesucian.



(1) Apa benar Godhika Thera belum mencapai tingkat kesucian apapun? Lalu dalam sekejap batinnya berkembang sampai ke taraf Arahat?

(2) Berarti semua buah kamma Godhika Thera 'terhapuskan' setelah memasuki Parinibbana seperti itu? Bagaimana jika di kehidupan lalu Godhika Thera pernah membunuh orang tuanya, dan vipaka-nya belum muncul? Buddha Gotama sendiri masih menerima vipaka buruk dari perbuatan-perbuatan-Nya dahulu, seperti menghina Pacceka Buddha...
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: K.K. on 27 December 2008, 02:47:08 PM
Saya setuju dengan Anda...

Namun di luar dugaan sebelumnya, Godhika Thera ternyata mampu mencapai tingkat kesucian Arahat... (miss-scenario)

Tambahan: mereka juga TIDAK menskenariokan "pencapaian Arahatta"-nya. Dalam kasus Thera Godhika, ia mempertimbangkan bahwa kehidupan di alam rendah menghalanginya untuk mencapai kesucian. Sedangkan dalam kasus Thera Channa, ia mengambil keputusan itu karena sakit yang tak tertahankan. Mereka mencapai Arahatta Phala karena perhatian murninya menjelang kematian.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 02:47:24 PM
untuk pertanyaan no 2, saya jadi ingat ada perkataan, seorang Buddha pun harus menghabiskan  buah karmanya.


 [at] kainyn

boleh minta tolong di copast kisah tentang canna
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Reenzia on 27 December 2008, 02:48:18 PM
1. sepertinya sih tidak
2. sepertinya tidak

saia blm bisa melihat bagaimana proses karma sih :))

(1) Sepertinya sih tidak -> maksudnya tidak baik yah?  :)
(2) sepertinya tidak -> maksudnya tidak merupakan kamma buruk yah?  :-?

LOGIKA :
tidak merupakan kamma buruk = bukan kamma buruk
tidak baik = buruk

Kesimpulan logika:
bukan kamma buruk adalah buruk  ???



hah salah tulis, bunuh dirinya adalah hal buruk, tapi dari proses mungkin dia mendapatkan 'aha'
dapat kamma buruk lah, tapi mungkin dy tau bakal dapat 'aha' ..dy jadi rela dapat kamma buruk demi 'aha'
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 02:51:20 PM
Saya setuju dengan Anda...

Namun di luar dugaan sebelumnya, Godhika Thera ternyata mampu mencapai tingkat kesucian Arahat... (miss-scenario)

Tambahan: mereka juga TIDAK menskenariokan "pencapaian Arahatta"-nya. Dalam kasus Thera Godhika, ia mempertimbangkan bahwa kehidupan di alam rendah menghalanginya untuk mencapai kesucian. Sedangkan dalam kasus Thera Channa, ia mengambil keputusan itu karena sakit yang tak tertahankan. Mereka mencapai Arahatta Phala karena perhatian murninya menjelang kematian.

Ya, saya juga setuju dengan Anda; "Godhika Thera dan Channa Thera mencapai tingkat Arahat di luar dugaan / skenario awal mereka."
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 02:52:55 PM
1. sepertinya sih tidak
2. sepertinya tidak

saia blm bisa melihat bagaimana proses karma sih :))

(1) Sepertinya sih tidak -> maksudnya tidak baik yah?  :)
(2) sepertinya tidak -> maksudnya tidak merupakan kamma buruk yah?  :-?

LOGIKA :
tidak merupakan kamma buruk = bukan kamma buruk
tidak baik = buruk

Kesimpulan logika:
bukan kamma buruk adalah buruk  ???



hah salah tulis, bunuh dirinya adalah hal buruk, tapi dari proses mungkin dia mendapatkan 'aha'
dapat kamma buruk lah, tapi mungkin dy tau bakal dapat 'aha' ..dy jadi rela dapat kamma buruk demi 'aha'

aha... :))
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: K.K. on 27 December 2008, 02:54:10 PM
(1) Apa benar Godhika Thera belum mencapai tingkat kesucian apapun? Lalu dalam sekejap batinnya berkembang sampai ke taraf Arahat?

(2) Berarti semua buah kamma Godhika Thera 'terhapuskan' setelah memasuki Parinibbana seperti itu? Bagaimana jika di kehidupan lalu Godhika Thera pernah membunuh orang tuanya, dan vipaka-nya belum muncul? Buddha Gotama sendiri masih menerima vipaka buruk dari perbuatan-perbuatan-Nya dahulu, seperti menghina Pacceka Buddha...

1. Untuk memastikannya sekarang adalah tidak mungkin karena: 1. saya bukan Samma Sambuddha; 2. Thera Godhika tidak ada. Jadi hanya bisa merujuk pada naskah Dhamma yang ada saja.

2. Orang yang pernah membunuh orang tuanya, tidak akan mencapai kesucian di kehidupan tersebut. Bukan berarti pada kehidupan2 berikutnya tidak bisa mencapai kesucian. Vipaka akan muncul jika kondisinya mendukung. Angulimala juga tidak menerima vipakanya terlahir di Niraya karena membunuh 999 orang dengan menjadi Arahat.



untuk pertanyaan no 2, saya jadi ingat ada perkataan, seorang Buddha pun harus menghabiskan  buah karmanya.
Menghabiskan kamma adalah paham Makkhali Gosala.
Ajaran Buddha adalah bahwa para Arahat masih menerima Vipaka, namun bukan berarti harus menghabiskan semuanya, karena sesungguhnya jumlah kamma adalah tidak terhingga.

Kisah Thera Channa ada di Majjhima Nikaya 144. Saya tidak punya tulisan dalam Bahasa Indonesia.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Reenzia on 27 December 2008, 03:00:22 PM
 [at] upasaka

yaaaa...saia sebut itu 'aha' :))
yah ibarat gini deh...

tangan saia terluka parah, sedangkan saia hampir pingsan di dalam hutan
saia pasti mati jika tak ditemukan orang bila pingsan, tapi
saia menemukan kastil dengan pintu besar dan berat
saia berusaha mencari pertolongan dengan mengetuk pintu, tapi sia-sia
tangan saia sakit sekali, sedangkan pintu itu pun tak bersuara karena terlalu besar dan berat
sedangkan tangan saia terasa sakit sekali ketika mengetuk, jadi saia hanya bisa mengetuk dengan sangat pelan

tapi karena saia menyadari bahwa saia akan segera pingsan
saia memaksakan diri untuk mengetuk pintu itu 1x saja walaupun akan sangat menyakitkan
yang pasti diusahakan agar orang didalamnya bisa mendengar ketukan saia saja

dalam cerita ghodika thera
ternyata pintu itu bersuara setelah dipukul sekuat tenaga, bahkan sampai mematahkan lengannya
dan ternyata disaat terakhir sebelum ia pingsan, ternyata ketukan terakhirnya itu memang didengar oleh orang didalam kastil

Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 03:03:47 PM
[at] upasaka

yaaaa...saia sebut itu 'aha' :))
yah ibarat gini deh...

tangan saia terluka parah, sedangkan saia hampir pingsan di dalam hutan
saia pasti mati jika tak ditemukan orang bila pingsan, tapi
saia menemukan kastil dengan pintu besar dan berat
saia berusaha mencari pertolongan dengan mengetuk pintu, tapi sia-sia
tangan saia sakit sekali, sedangkan pintu itu pun tak bersuara karena terlalu besar dan berat
sedangkan tangan saia terasa sakit sekali ketika mengetuk, jadi saia hanya bisa mengetuk dengan sangat pelan

tapi karena saia menyadari bahwa saia akan segera pingsan
saia memaksakan diri untuk mengetuk pintu itu 1x saja walaupun akan sangat menyakitkan
yang pasti diusahakan agar orang didalamnya bisa mendengar ketukan saia saja

dalam cerita ghodika thera
ternyata pintu itu bersuara setelah dipukul sekuat tenaga, bahkan sampai mematahkan lengannya
dan ternyata disaat terakhir sebelum ia pingsan, ternyata ketukan terakhirnya itu memang didengar oleh orang didalam kastil



:o    hebat hebat   ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^ =D> =D> =D> =D> =D> =D>
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 03:04:33 PM
[at] upasaka

yaaaa...saia sebut itu 'aha' :))
yah ibarat gini deh...

tangan saia terluka parah, sedangkan saia hampir pingsan di dalam hutan
saia pasti mati jika tak ditemukan orang bila pingsan, tapi
saia menemukan kastil dengan pintu besar dan berat
saia berusaha mencari pertolongan dengan mengetuk pintu, tapi sia-sia
tangan saia sakit sekali, sedangkan pintu itu pun tak bersuara karena terlalu besar dan berat
sedangkan tangan saia terasa sakit sekali ketika mengetuk, jadi saia hanya bisa mengetuk dengan sangat pelan

tapi karena saia menyadari bahwa saia akan segera pingsan
saia memaksakan diri untuk mengetuk pintu itu 1x saja walaupun akan sangat menyakitkan
yang pasti diusahakan agar orang didalamnya bisa mendengar ketukan saia saja

dalam cerita ghodika thera
ternyata pintu itu bersuara setelah dipukul sekuat tenaga, bahkan sampai mematahkan lengannya
dan ternyata disaat terakhir sebelum ia pingsan, ternyata  ketukan terakhirnya itu memang didengar oleh orang didalam kastil



Kalau ternyata ketukannya tidak terdengar oleh orang di dalam kastil?

Omong-omong Reenzia ini suka memberi contoh narasi yang berbau kisah-kisah di film dan novel yah... Berencana jadi penulis?  ^-^
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Reenzia on 27 December 2008, 03:06:40 PM
haha...
sekali lagi MUNGKIN si godhika thera sudah merasakan 'tanda-tanda' :))
kalo dicerita tadi ya mungkin tanda-tandanya yaitu dia mendengar suara orang bercakap-cakap dalam kastil dekat pintu tsb
yah saia kan bukan godhika thera...jadi blm tau pasti...
mungkin dia sangat mengenal dan menyadari keadaan fisik dan tingkat pemahamannya sendiri
sehingga mengambil keputusan seperti itu....

menjadi penulis? wakakakak.....i du not no :))

[at] upasaka

yaaaa...saia sebut itu 'aha' :))
yah ibarat gini deh...

tangan saia terluka parah, sedangkan saia hampir pingsan di dalam hutan
saia pasti mati jika tak ditemukan orang bila pingsan, tapi
saia menemukan kastil dengan pintu besar dan berat
saia berusaha mencari pertolongan dengan mengetuk pintu, tapi sia-sia
tangan saia sakit sekali, sedangkan pintu itu pun tak bersuara karena terlalu besar dan berat
sedangkan tangan saia terasa sakit sekali ketika mengetuk, jadi saia hanya bisa mengetuk dengan sangat pelan

tapi karena saia menyadari bahwa saia akan segera pingsan
saia memaksakan diri untuk mengetuk pintu itu 1x saja walaupun akan sangat menyakitkan
yang pasti diusahakan agar orang didalamnya bisa mendengar ketukan saia saja

dalam cerita ghodika thera
ternyata pintu itu bersuara setelah dipukul sekuat tenaga, bahkan sampai mematahkan lengannya
dan ternyata disaat terakhir sebelum ia pingsan, ternyata ketukan terakhirnya itu memang didengar oleh orang didalam kastil



:o    hebat hebat   ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^ =D> =D> =D> =D> =D> =D>

hatRed gambar avatarnya seyeeemmm :))
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 03:10:02 PM
(1) Apa benar Godhika Thera belum mencapai tingkat kesucian apapun? Lalu dalam sekejap batinnya berkembang sampai ke taraf Arahat?

(2) Berarti semua buah kamma Godhika Thera 'terhapuskan' setelah memasuki Parinibbana seperti itu? Bagaimana jika di kehidupan lalu Godhika Thera pernah membunuh orang tuanya, dan vipaka-nya belum muncul? Buddha Gotama sendiri masih menerima vipaka buruk dari perbuatan-perbuatan-Nya dahulu, seperti menghina Pacceka Buddha...

1. Untuk memastikannya sekarang adalah tidak mungkin karena: 1. saya bukan Samma Sambuddha; 2. Thera Godhika tidak ada. Jadi hanya bisa merujuk pada naskah Dhamma yang ada saja.

2. Orang yang pernah membunuh orang tuanya, tidak akan mencapai kesucian di kehidupan tersebut. Bukan berarti pada kehidupan2 berikutnya tidak bisa mencapai kesucian. Vipaka akan muncul jika kondisinya mendukung. Angulimala juga tidak menerima vipakanya terlahir di Niraya karena membunuh 999 orang dengan menjadi Arahat.



untuk pertanyaan no 2, saya jadi ingat ada perkataan, seorang Buddha pun harus menghabiskan  buah karmanya.
Menghabiskan kamma adalah paham Makkhali Gosala.
Ajaran Buddha adalah bahwa para Arahat masih menerima Vipaka, namun bukan berarti harus menghabiskan semuanya, karena sesungguhnya jumlah kamma adalah tidak terhingga.

Kisah Thera Channa ada di Majjhima Nikaya 144. Saya tidak punya tulisan dalam Bahasa Indonesia.


[at] all

Begini saja... Kalau kita masih berspekulasi dan berargumen mengenai kasus ini, itu namanya yang kita perdebatkan adalah dogma.

Dhamma adalah untuk menghargai kehidupan. Dhamma adalah untuk menuju Pembebasan.

Saya rasa agak kontradiksi apabila seseorang yang melenyapkan kehidupan dan berfokus pada batinnya malah mencapai Pembebasan...

Ini bisa disalah-artikan oleh orang lain sebagai salah satu bentuk mati jihad...

Dan malah mengukuhkan statement "kekerasan / pembunuhan bisa mengantar atau mendekatkan kita pada pencapaian Nibbana"
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Reenzia on 27 December 2008, 03:12:44 PM
 [at] upasaka

setuju....untuk hal yang belum diketahui secara jelas, mungkin lebih baik tidak dikira-kira saja
soalnya berpotensi besar mengakibatkan ketersesatan, yang menghasilkan moha yang gendut :))
pa lagi kalo sampe menyatakan hal tersebut adalah kebenaran

layaknya manusia yang mencari 'dia'
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 03:12:51 PM
[at] Reenzia

Saya paham narasi-deskripsi Anda...

Tapi harap diperhatikan, kalau Godhika Thera sendiri awalnya menggorok leher (bunuh diri) untuk dapat terlahir di Alam Brahma, bukannya mencapai Nibbana atau memasuki Parinibbana...

Spoiler: ShowHide
Kalau mau jadi penulis, coba tulis novel tentang kisah orang terluka dan kastil itu. hatRed sepertinya tertarik untuk membacanya...  ;D
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 03:13:06 PM
 [at] Reenzie

loh kok serem bukannya cantik  :D

 [at] upasaka

maka itu, diperlukan kebijaksanaan tuk menyerapinya ;D
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 27 December 2008, 03:14:41 PM
[at] upasaka

setuju....untuk hal yang belum diketahui secara jelas, mungkin lebih baik tidak dikira-kira saja
soalnya berpotensi besar mengakibatkan ketersesatan, yang menghasilkan moha yang gendut :))
pa lagi kalo sampe menyatakan hal tersebut adalah kebenaran

layaknya manusia yang mencari 'dia'

lebih baiknya jadi diapain ?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Reenzia on 27 December 2008, 03:17:46 PM
 [at] hatred

serem kok

lebih baik diapain? tidak diapa-apain donk, emanknya mo coba ehipassiko? :))
gak beda kalo org nyari hantu...mau tau kebenarannya, emank mo coba cari hantu? :))
mau sih gpp, resiko tanggung sendiri, silahkan beli asuransi jiwa terlebih dahulu :))

 [at] upasaka

kalo mau tau lebih jelas mungkin bisa langsung ubah profesi menjadi sammasambuddha :))
ato silahkan ikut parinibbana dan tanyakan langsung pada narasumber :))
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 27 December 2008, 03:21:46 PM
Quote from: upasaka
Saya rasa agak kontradiksi apabila seseorang yang melenyapkan kehidupan dan berfokus pada batinnya malah mencapai Pembebasan...

Ini bisa disalah-artikan oleh orang lain sebagai salah satu bentuk mati jihad...

Dan malah mengukuhkan statement "kekerasan / pembunuhan bisa mengantar atau mendekatkan kita pada pencapaian Nibbana"


Ya, sejauh ini penjelasan dari rekan-rekan sekalian pun hanya sebatas spekulasi. Tidak ada kepastian, seperti : "Siapa yang berbuat, dia yang akan menerima akibatnya".

Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Jerry on 27 December 2008, 10:30:10 PM
Quote
Lalu apakah Sang Buddha membenarkan tindakan bunuh diri untuk kasus-kasus tertentu?
Jangan berasumsi terlalu jauh.. Ntar seperti kasus yg udah-udah, krn Sang Buddha tdk pernah menyatakan eksplisit ttg ketidaksetujuan terhadap satu hal, berarti ada tindakan tertentu berkenaal hal itu yg mungkin disetujui. ;)

Quote
Apakah Godhika Thera ingin 'melepaskan diri' dari fisik itu?

iMO, tindakan Godhika Thera, tentu saja ingin melepaskan diri dari fisik dan keputusan itu adl salah yaitu niat utk mengakhiri hidup (vibhava tanha) dan terlahir di alam yg lebih luhur (bhava tanha dan bhavupadana). tapi keputusan tsb diambil krn belum mencapai arahat.
Sedangkan saat memotong urat nadi leher, beliau menjadikan rasa sakit yg timbul sbg objek dan berhasil merealisasi Nibbana, plus Parinibbana segera krn kondisi fisik yg tdk lg mendukung.
Keputusan, pemikiran, penilaian, semua itu ada saat berada di luar lingkup samadhi. Saat mengembangkan samadhi, tidak ada proses pemikiran, penilaian, pemilahan dan pemilihan ini-itu selain hanya satu.
That's all.
Sang Buddha tidak menyetujui tindakan mengakhiri hidup itu, tapi hanya mengatakan kalau Godhika Thera telah mencapai Nibbana dan tidak terlahir lagi.
Secara kejadian itu sudah lewat dan berlalu, kan? Mungkin kalo waktu itu ada yg bertanya ttg setuju/tidak setuju dan mengeluhkan hal tsb, baru akan dimasukkan o/ Sang Buddha sebagai salah satu vinaya kebhikkhuan kali :)
Tapi ya.. no need to speculate lah.. menalar seorang Samma Sambuddha termasuk 1 dr 4 acinteyya =)

mettacittena
_/\_
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Jerry on 27 December 2008, 11:11:31 PM
Quote
Apa benar Godhika Thera belum mencapai tingkat kesucian apapun? Lalu dalam sekejap batinnya berkembang sampai ke taraf Arahat?
Mungkin saja - dikatakan mungkin krn masih sekedar pemahaman konseptual dan bkn ehipassiko -
Pencapaian Arahat sendiri berbeda2 prosesnya, ada yg lambat, bertahap2 dan ada yg sekaligus memutuskan semua rantai belenggu. Tergantung kondisi dan parami dari ybs. <lagi, masih possibility>

Quote
Berarti semua buah kamma Godhika Thera 'terhapuskan' setelah memasuki Parinibbana seperti itu? Bagaimana jika di kehidupan lalu Godhika Thera pernah membunuh orang tuanya, dan vipaka-nya belum muncul? Buddha Gotama sendiri masih menerima vipaka buruk dari perbuatan-perbuatan-Nya dahulu, seperti menghina Pacceka Buddha...
mungkin saja semua buah kammanya telah terhapus dan memang itulah 1 1 nya kamma pendukung dia utk parinibbana? <lagi-lagi masih kemungkinan> :P

Sekedar ngasal, gmn kalo kita buat kompromi gini? Jd kita masukin konsep 'Api Penyucian' (Purgatory) dr agama tetangga ke dalam Buddhisme.. So bisa dibuat alasan biarpun telah mencapai Arahatta-phala, secara masih ada kamma yg belum berbuah, harus di-'suci'-kan dulu sampe mateng, baru stelah terbayar, baru boleh parinibbana :))

Kamma-Vipaka, selain hakikat seorang Samma-Sambuddha, dan hakikat Jhana plus spekulasi ttg alam semesta merupakan 4 acinteyya, hal yg tdk terpikirkan.

Quote
Mereka mencapai Arahatta Phala karena perhatian murninya menjelang kematian.
setuju banget.. _/\_

Quote
sebuah perkataan, seorang Buddha pun harus menghabiskan  buah karmanya.
Yup, sperti dikatakan om K-9 (baca: Canine) ;D itu paham Makkhali Gosaliputta, lingkaran pemurnian. Diibaratkan sebuah gulungan wol yg dilempar dan terbentang hingga habis, demikian pula si baik dan si jahat harus menjalani hingga selesai. Paham ini mengajarkan hidup ditentukan oleh kamma lampau dan tidak pentingnya sebuah usaha, krn toh satu hari Nibbana akan tercapai sendirinya.

Kesimpulan ???
Seperti Bro Upasaka udah bilang, smua masih spekulasi, krn masih terkungkung dlm dogma Buddhism sbg institusi agama.
jd berhenti berspekulasi, dan yg terpenting jgn melekat.

mettacittena
_/\_
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: K.K. on 30 December 2008, 08:21:32 AM
Kisah-kisah dhamma memang tidak dapat diartikan semudah membaca dongeng biasa. Kadang banyak memicu kontroversi, maka dibutuhkan pengertian dalam memahaminya. Kita tidak bisa pukul rata segala sesuatu (termasuk bunuh diri dalam kasus Thera Godhika & Thera Channa ini, juga kasus di mana Bodhisatta mengorbankan diri untuk menyempurnakan parami). Juga tentu saja tidak untuk mentah-mentah ditiru tanpa pengertian.

Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Reenzia on 30 December 2008, 09:35:15 AM
sayangnya banyak orang tak menyikapi kisah dhamma dengan bijaksana
sehingga banyak yang membenarkan tindakan mereka berdasar cerita tsb tanpa pemahaman yang benar
bahkan hingga membuat pernyataan-pernyataan dan pemahaman baru dari SEBAGIAN cerita tsb
ato dari yang telah dikatakan SB
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: K.K. on 30 December 2008, 10:14:58 AM
sayangnya banyak orang tak menyikapi kisah dhamma dengan bijaksana
sehingga banyak yang membenarkan tindakan mereka berdasar cerita tsb tanpa pemahaman yang benar
bahkan hingga membuat pernyataan-pernyataan dan pemahaman baru dari SEBAGIAN cerita tsb
ato dari yang telah dikatakan SB


Ya, betul. Dari kisah2 itu kita mengerti bahwa pencapaian kesucian adalah dengan "perhatian murni", bukan karena kegiatan lainnya. Bagi saya pribadi, orang bunuh diri yang menganggap bunuh diri bisa membawa orang pada kesucian (meniru Thera Godhika/Thera Channa), sama ngaconya dengan orang yang duduk di bawah pohon bodhi yang berpikir "dengan duduk di bawah pohon yang sama, maka saya akan mencapai pencerahan yang sama seperti Buddha". Tingkat ekstremnya berbeda, tapi tingkat "salah paham"-nya sama.

Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Reenzia on 30 December 2008, 10:20:01 AM
(http://s301.photobucket.com/albums/nn47/hyprotika/ngejek.gif) (http://"hyprotika.wordpress.com") aduh ngakak beneran deh
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hendrako on 30 December 2008, 11:35:52 AM
sayangnya banyak orang tak menyikapi kisah dhamma dengan bijaksana
sehingga banyak yang membenarkan tindakan mereka berdasar cerita tsb tanpa pemahaman yang benar
bahkan hingga membuat pernyataan-pernyataan dan pemahaman baru dari SEBAGIAN cerita tsb
ato dari yang telah dikatakan SB


Ya, betul. Dari kisah2 itu kita mengerti bahwa pencapaian kesucian adalah dengan "perhatian murni", bukan karena kegiatan lainnya. Bagi saya pribadi, orang bunuh diri yang menganggap bunuh diri bisa membawa orang pada kesucian (meniru Thera Godhika/Thera Channa), sama ngaconya dengan orang yang duduk di bawah pohon bodhi yang berpikir "dengan duduk di bawah pohon yang sama, maka saya akan mencapai pencerahan yang sama seperti Buddha". Tingkat ekstremnya berbeda, tapi tingkat "salah paham"-nya sama.



 :jempol:
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Nevada on 30 December 2008, 11:46:48 AM
Semoga penjelasan dari rekan-rekan mengenai kasus ini bisa mengakhiri spekulasi dari teman-teman di luar sana juga...  :)
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 30 December 2008, 12:20:51 PM
apakah sebelum mencapai kesucian di bawah pohon bodhi, petapa gotama sudah bisa mencapai jhana?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: K.K. on 30 December 2008, 12:23:25 PM
apakah sebelum mencapai kesucian di bawah pohon bodhi, petapa gotama sudah bisa mencapai jhana?

Sewaktu berguru pada Alara Kalama, Petapa Gotama sudah mencapai Arupa Jhana Kekosongan. Sewaktu berguru pada Udaka Ramaputta, Petapa Gotama sudah mencapai Arupa Jhana bukan-pencerapan, bukan-non-pencerapan.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: K.K. on 30 December 2008, 12:24:16 PM
Semoga penjelasan dari rekan-rekan mengenai kasus ini bisa mengakhiri spekulasi dari teman-teman di luar sana juga...  :)

Ya, semoga bermanfaat. Bagus juga upasaka mengangkat topik2 kontroversial begini.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: markosprawira on 30 December 2008, 12:30:28 PM
apakah sebelum mencapai kesucian di bawah pohon bodhi, petapa gotama sudah bisa mencapai jhana?

seingat saya, waktu umur 8 tahun saja, waktu bertapa di bawah pohon jambu, pangeran sidhattha sudah mencapai jhana tuh.....
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: markosprawira on 30 December 2008, 12:33:44 PM
sayangnya banyak orang tak menyikapi kisah dhamma dengan bijaksana
sehingga banyak yang membenarkan tindakan mereka berdasar cerita tsb tanpa pemahaman yang benar
bahkan hingga membuat pernyataan-pernyataan dan pemahaman baru dari SEBAGIAN cerita tsb
ato dari yang telah dikatakan SB


Ya, betul. Dari kisah2 itu kita mengerti bahwa pencapaian kesucian adalah dengan "perhatian murni", bukan karena kegiatan lainnya. Bagi saya pribadi, orang bunuh diri yang menganggap bunuh diri bisa membawa orang pada kesucian (meniru Thera Godhika/Thera Channa), sama ngaconya dengan orang yang duduk di bawah pohon bodhi yang berpikir "dengan duduk di bawah pohon yang sama, maka saya akan mencapai pencerahan yang sama seperti Buddha". Tingkat ekstremnya berbeda, tapi tingkat "salah paham"-nya sama.

betul sekali bro,

bahkan bnyk sekali yg "tersesat" dgn menganggap bhw kesucian itu datang dengan mudah... misal hanya dengar sutta, sudah suci

mereka tidak melihat keseluruhan cerita dimana sebenarnya batin org itu sudah matang dengan timbunan pengalaman selama banyak kehidupan lampaunya

semnoga besok jgn sampe ada kasus org yg membunuh diri, dengan mencontoh YM Godhika ini....
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 30 December 2008, 12:37:13 PM
kalau gitu pertanyaannya,

"Kenapa saat bertapa menyiksa diri beliau tidak mencapai kesempurnaan, toh Godhika saat "bertapa" "menyiksa diri" bisa mencapai kesempurnaan.

Perbedaan Esensinya apa?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: K.K. on 30 December 2008, 12:37:33 PM
betul sekali bro,

bahkan bnyk sekali yg "tersesat" dgn menganggap bhw kesucian itu datang dengan mudah... misal hanya dengar sutta, sudah suci

mereka tidak melihat keseluruhan cerita dimana sebenarnya batin org itu sudah matang dengan timbunan pengalaman selama banyak kehidupan lampaunya

semnoga besok jgn sampe ada kasus org yg membunuh diri, dengan mencontoh YM Godhika ini....

Ya, makanya bagus juga ada topik seperti ini, jadi bisa lebih jelas.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: K.K. on 30 December 2008, 12:38:26 PM
kalau gitu pertanyaannya,

"Kenapa saat bertapa menyiksa diri beliau tidak mencapai kesempurnaan, toh Godhika saat "bertapa" "menyiksa diri" bisa mencapai kesempurnaan.

Perbedaan Esensinya apa?

Perbedaannya, Thera Godhika dan Thera Channa bunuh diri BUKAN untuk menyiksa diri, juga tidak dengan pandangan salah bahwa pencerahan dicapai dengan "menghabiskan kamma buruk".
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 30 December 2008, 12:41:14 PM
kalau gitu pertanyaannya,

"Kenapa saat bertapa menyiksa diri beliau tidak mencapai kesempurnaan, toh Godhika saat "bertapa" "menyiksa diri" bisa mencapai kesempurnaan.

Perbedaan Esensinya apa?

Perbedaannya, Thera Godhika dan Thera Channa bunuh diri BUKAN untuk menyiksa diri, juga tidak dengan pandangan salah bahwa pencerahan dicapai dengan "menghabiskan kamma buruk".

saya rasa secara harafiah benar "menyiksa diri" dan persamaan keduanya (Gotama dan Godhika) adalah mengambil rasa sakit sebagai objek pertapaan mereka, tetapi hasil nya kok beda?

kalo gitu kan pasti ada bedanya?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: markosprawira on 30 December 2008, 12:45:06 PM
kalau gitu pertanyaannya,

"Kenapa saat bertapa menyiksa diri beliau tidak mencapai kesempurnaan, toh Godhika saat "bertapa" "menyiksa diri" bisa mencapai kesempurnaan.

Perbedaan Esensinya apa?

Perbedaannya, Thera Godhika dan Thera Channa bunuh diri BUKAN untuk menyiksa diri, juga tidak dengan pandangan salah bahwa pencerahan dicapai dengan "menghabiskan kamma buruk".

betul sekali bro Kai,

 [at] hat :

Inti Vipassana adalah mengamati proses timbul tenggelamnya nama dan rupa

jika anda bervipassana, pasti pernah mengalami "kesemutan", dan diminta utk diamati?

spt itulah sebenarnya rasa sakit yg dialami oleh YM Godhika ..... diamati timbul tenggelamnya....

itu knp hasil dari vipassana adalah pemahaman mengenai Anicca, dukkha dan anatta.....

semoga bs bermanfaat bagi kita semua
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: K.K. on 30 December 2008, 12:46:25 PM
saya rasa secara harafiah benar "menyiksa diri" dan persamaan keduanya (Gotama dan Godhika) adalah mengambil rasa sakit sebagai objek pertapaan mereka, tetapi hasil nya kok beda?

kalo gitu kan pasti ada bedanya?

Kalau merenungkan, "Dengan sakit yang saya alami, maka saya akan mencapai Nibbana; semakin tersiksa, semakin baik" dan merenungkan, "ini adalah rasa sakit, yang pasti dialami oleh setiap orang dalam Samsara selama masih melekat pada keinginan", apakah sama atau berbeda?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: markosprawira on 30 December 2008, 12:48:44 PM
kalau gitu pertanyaannya,

"Kenapa saat bertapa menyiksa diri beliau tidak mencapai kesempurnaan, toh Godhika saat "bertapa" "menyiksa diri" bisa mencapai kesempurnaan.

Perbedaan Esensinya apa?

Perbedaannya, Thera Godhika dan Thera Channa bunuh diri BUKAN untuk menyiksa diri, juga tidak dengan pandangan salah bahwa pencerahan dicapai dengan "menghabiskan kamma buruk".

saya rasa secara harafiah benar "menyiksa diri" dan persamaan keduanya (Gotama dan Godhika) adalah mengambil rasa sakit sebagai objek pertapaan mereka, tetapi hasil nya kok beda?

kalo gitu kan pasti ada bedanya?

dear hat,

Menyiksa diri pada petapa Gotama, adalah dengan dosa mula citta.

Pada Godhika juga pada awalnya terlihat bhw sebenarnya beliau melekat pada "rasa sakit"
Quote
Dengan mengabaikan rasa sakitnya
...
itu knp beliau tidak bisa mencapai kesucian

Sangat berbeda pada waktu beliau melakukan pengamatan pada rasa sakit yg timbul dan tenggelam.....

semoga perbedaan ini bisa dimengerti yah
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 30 December 2008, 12:51:55 PM
jadi saat petapa gotama bermeditasi dengan menggunakan objek "sakit" tidak menyadari "ini adalah rasa sakit, yang pasti dialami oleh setiap orang dalam Samsara selama masih melekat pada keinginan"

hmm... jadi pengen tahu cara2 meditasi si 5 pertapa tersebut secara detil, ada bahan refnya gak?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: markosprawira on 30 December 2008, 01:00:18 PM
 [at] hat :

cara meditasi yg ada pada saat itu adalah samatha, yaitu konsentrasi pada objek
pada cara ini, jika anda merasa sakit, maka rasa sakit itu akan diabaikan dan tetap fokus pada objek anda
dengan cara ini, sakit tidak akan "terasa" karena batin anda terkonsentrasi
tapi fisik anda, sebenarnya terpengaruh loh.....

berbeda dengan vipassana, yg ditemukan oleh Buddha Gautama
bahwa rasa sakit itu hendaknya diamati karakteristiknya....  bhw segala sesuatu yg terjadi di dunia ini, hanyalah proses yg timbul dan pasti akan tenggelam.....

daripada anda mencari cara meditasi 5 pertapa yg udh jelas ga menuju nibbana,
apakah tidak lebih baik anda mencari cara vipassana yg udah jelas akan membimbing mencapai nibbana?

ke-5 pertapa yg meditasinya udah sedemikian memadai saja, sampai perlu dibacakan anattalakkhana sutta (kl ga salah) 3x.....

sungguh tidak mudah utk bs menyadari mengenai anatta ini

semoga bs bermanfaat yah
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: hatRed on 30 December 2008, 01:07:02 PM
oo...

tapi keknya vipassana tidak menarik deh :P

tapi ntar di thread baru aja de i nanyanya.


trims
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: dilbert on 30 December 2008, 08:56:51 PM
buat Godhika Thera, cara ekstrim untuk mencapai realisasi pembebasan/arahat adalah cocok untuk beliau... Ibarat seorang pasien mengidap penyakit X, tentunya harus diberi Obat penyakit X supaya bisa sembuh...

Jika ada orang yang coba coba cara Godhika Thera dengan analogi bisa mencapai pembebasan/arahat. Orang itu telah lupa satu hal, bahwa "penyakit"-nya belum tentu sama dengan "penyakit" Godhika Thera sehingga jika mengikuti RESEP OBAT X dan dipergunakan, alhasil bisa bisa bukan sembuh (walaupun ada kemungkinan sembuh) bisa jadi Keblinger... hehehehehe...
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: dilbert on 30 December 2008, 09:28:46 PM
Kasus Godhika Thera adalah pada persoalan pencapaian tingkat Arahat pada Ariyapuggala (makhluk suci) yang berada pada MAGGA (Jalan) untuk mencapai Arahat.

Bagaimana dengan kasus Arahat Channa Thera (muncul pada Majjhima Nikaya Sutta 144 dan Samyutta Nikaya di Salayatanavagga) yang membunuh diri dalam kondisi telah mencapai Arahat ?

Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: K.K. on 31 December 2008, 06:11:23 PM
Thera Channa tidaklah Arahat ketika membunuh dirinya. Ia juga mencapai Arahatta sesaat ketika akan meninggal. Kedua contoh Thera ini adalah pencapaian Arahatta Anupadisesa (tanpa sisa), pada saat mencapai Arahatta, saat itu pula parinibbana.

Dalam MN 144, walaupun ketika ditanya tentang Anatta oleh Sariputta, Thera Channa menjawabnya dengan benar, bukan berarti sudah merealisasikannya, tetapi menunjukkan bahwa ia tidak menggenggam pandangan salah. Sariputta sendiri tahu bahwa Thera Channa belum mencapai Arahatta, maka ketika bertemu Buddha, ia bertanya tentang kehidupan selanjutnya dari Thera Channa. Buddha mengatakan bahwa ketika Thera Channa "melepas" tubuhnya, ia tidak lagi menggenggam tubuh baru, oleh karena itu, Thera Channa bebas dari kesalahan.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: dilbert on 31 December 2008, 06:38:33 PM
Channovada Sutta
From Wikipitaka - The Completing TipitakaJump to: navigation, search
Translation by Upalavanna


--------------------------------------------------------------------------------

I heard thus.

At one time the Blessed One lived in the squirrels’ sanctuary in the bamboo grove in Rajagaha. At that time, venerable Sariputta, venerable Mahacunda and venerable Channa lived on the Gijjha peak. At that time venerable Channa was seriously ill. Venerable Sariputta getting up from his seclusion in the evening approached venerable Mahacunda and said. ‘Friend, Chunda, let’s approach venerable Channa to inquire about his health.’ Venerable Mahacunda accepting venerable Sariputta’s suggestion, both approached venerable Channa. After exchanging friendly greetings with venerable Channa they sat on a side and venerable Sariputta said. ‘ Friend, Channa, how are you feeling? Would you survive? Are the unpleasant feelings decreasing or increasing? Do the feelings show the increasing end or the decreasing end?’

‘Friend, Sariputta, I do not feel well, will not survive. My unpleasant feelings are severe and increasing, not decreasing. The unpleasant feelings are increasing until the end. Friend, Sariputta, my top hurts a lot. I feel as though a strong man was giving me a headdress with a strong headband. I do not feel well and will not survive. My unpleasant feelings are severe and increasing, not decreasing. The unpleasant feelings are increasing until the end. Friend, Sariputta, my belly hurts a lot as though a lot of air was turning about in my belly. I feel as though a clever butcher or his apprentice was carving my belly with a sharp butcher’s knife I do not feel well and will not survive. My unpleasant feelings are severe and increasing, not decreasing. The unpleasant feelings are increasing until the end. Friend, Sariputta, there is a lot of burning in my body. I feel as though two strong men taking me by my hands and feet are pulling me to a pit of burning embers and are scorching and burning me. I do not feel well and will not survive. My unpleasant feelings are severe and increasing, not decreasing. The unpleasant feelings are increasing until the end. Friend, Sariputta, I will take a weapon to end life.’

‘Friend, Channa, do not take a weapon, do survive. We desire that you survive. If venerable Channa does not get suitable nourishment, I will find them for venerable Channa. If venerable Channa does not get suitable medical requisites, I will find them for venerable Channa.. If venerable Channa does not have a suitable attendant, I will attend to venerable Channa. Friend, Channa, do not take a weapon, do survive. We desire that you survive.

‘Friend, Sariputta, it is not that I’m in want of suitable nourishment, or suitable medical requisites, or a suitable attendant, yet my duties by the Teacher are done long ago, with pleasure and not with displeasure.

Friend, Sariputta, for a disciple who has done his duties by the Teacher pleasantly, there is nothing wrong if he takes a weapon to end life, remember it as that.’

‘Friend Channa, I will ask a certain question if venerable Channa would volunteer to explain.’

‘Friend, Sariputta, ask, I will explain.’

‘Friend, Channa, is your reflection, eye, eye-consciousness, and things cognizable by eye consciousness, are me, I’m in them, they are self? Is your reflection, ear, ear-consciousness, and things cognizable by ear -consciousness, are me, I’m in them and they are self? Is your reflection, nose, nose-consciousness, and things cognizable by nose-consciousness, are me, I’m in them, they are self? Is your reflection, tongue, tongue-consciousness, and things cognizable by tongue-consciousness, are me, I’m in them, they are self? Is your reflection, body, body-consciousness, and things cognizable by body-consciousness, are me, I’m in them, they are self? Is your reflection, mind, mind-consciousness, and things cognizable by mind-consciousness, are me, I’m in them, they are self?

‘Friend, Sariputta, eye, eye-consciousness, and things cognizable by eye consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self. Friend, Sariputta, ear, ear-consciousness, and things cognizable by ear -consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self. Friend, Sariputta, nose, nose-consciousness, and things cognizable by nose-consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self. Friend, Sariputta, tongue, tongue-consciousness, and things cognizable by tongue-consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self. Friend, Sariputta, body, body-consciousness, and things cognizable by body-consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self Friend, Sariputta, mind, mind-consciousness, and things cognizable by mind-consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self.’

‘Friend, Channa, seeing what in the eye, eye-consciousness and things cognizable by eye-consciousness do you realize, eye, eye-consciousness and things cognizable by eye consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in the ear, ear-consciousness and things cognizable by ear-consciousness do you realize, ear, ear-consciousness and things cognizable by ear consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in the nose nose-consciousness and things cognizable by nose-consciousness do you realize, nose, nose-consciousness and things cognizable by nose consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in taste, taste-consciousness and things cognizable by taste-consciousness do you realize, taste, taste-consciousness and things cognizable by taste-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in the body, body-consciousness and things cognizable by body-consciousness do you realize, body, body-consciousness and things cognizable by body-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in the mind, mind-consciousness and things cognizable by mind-consciousness do you realize, mind, mind-consciousness and things cognizable by mind-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self?

‘Friend, Sariputta seeing the cessation of the eye, eye-consciousness and things cognizable by eye-consciousness I realized, eye, eye-consciousness and things cognizable by eye consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta, seeing the cessation of ear, ear-consciousness and things cognizable by ear-consciousness I realized, ear, ear-consciousness and things cognizable by ear consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta seeing cessation of the nose, nose-consciousness and things cognizable by nose-consciousness, I realized, nose, nose-consciousness and things cognizable by nose consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta, seeing the cessation of taste, taste-consciousness and things cognizable by taste-consciousness I realized, taste, taste-consciousness and things cognizable by taste-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta, seeing the cessation of the body, body-consciousness and things cognizable by body-consciousness I realized, body, body-consciousness and things cognizable by body-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta, seeing the cessation of the mind, mind-consciousness and things cognizable by mind-consciousness I realized, mind, mind-consciousness and things cognizable by mind-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self’

Then venerable Mahacunda said to venerable Channa. ‘Friend, Channa, constant attention should be given to this too in the dispensation of the Blessed One. To the settled there is change, to the not settled there is no change. (*1) When there is no change, there is delight. (*2) When there is delight, there is no inclination. (*3) When there is no inclination, there is no coming and going. (*4) When there is no coming and going, there is no disappearing and appearing (*5)When there is no disappearing and appearing, there is no here or there, or in between. (*6) That is the end of unpleasantness.

Venerable Sariputta and venerable Mahcunda having advised venerable Channa, in this manner got up from their seats and went away. Soon after they had gone venerable Channa took a weapon and put an end to his life. Then venerable Sariputta approached the Blessed One, worshipped, sat on a side and said.’Venerable sir, venerable Channa has put an end to his life, what are his movements after death?’

‘Sariputta, wasn’t the faultlessness of the bhikkhu Channa declared in your presence?’

‘Venerable sir, in Pabbajira, the village of the Vajjii’s, the families of venerable Channa’s friends, well -wishers and earlier relations live.’

‘Sariputta, there may be the families of venerable Channa’s friends, well-wishers and earlier relatives, I say, there is no fault to that extent. Sariputta, if someone gives up this body and seizes another, I say it is a fault. In the bhikkhu that fault is not apparent. Bhikkhu Channa took his life faultlessly.’

The Blessed One said thus and venerable Sariputta delighted in the words of the Blessed One.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: dilbert on 31 December 2008, 06:45:55 PM
Masih ada kontroversi, apakah Thera Channa melakukan tindakan "bunuh diri" dalam kondisi mencapai ARAHAT atau tidak ? Bhante Nanavira Thera dalam tulisannya (Writings of Nanavira Thera) menulis bahwa Thera Channa melakukan tindakan tersebut setelah mencapai tingkat Arahat. Hal ini secara implisit dikatakan oleh BUDDHA GOTAMA dengan menanyakan kepada Bhante Sariputra apa yang diucapkan oleh Thera Channa sebelum kematiannya. 
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 31 December 2008, 11:16:11 PM
Kontroversinya di mana om?
Arahat yang mati di tempat bukan cuma Channa. Ada juga arahat yang mati dengan iddhi, tubuhnya terbakar. Lalu apakah hal tersebut berbeda dengan bunuh diri pakai pisau cukur?

Saya rasa untuk arahat istilahnya bukan bunuh diri, tugasnya sudah selesai dan parinibanna.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: dilbert on 01 January 2009, 09:59:51 PM
Kontroversinya di mana om?
Arahat yang mati di tempat bukan cuma Channa. Ada juga arahat yang mati dengan iddhi, tubuhnya terbakar. Lalu apakah hal tersebut berbeda dengan bunuh diri pakai pisau cukur?

Saya rasa untuk arahat istilahnya bukan bunuh diri, tugasnya sudah selesai dan parinibanna.

hehehe... kalau parinibbana dengan iddhi tubuh terbakar sambil melayang di-udara, tidak diragukan lagi adalah "DEMONSTRASI" ala-ARAHAT (Ananda parinibbana di tengah sungai Rohini sambil melayang, dengan kekuatan idhi masuk dalam jhana tejo dhatu, tubuh ananda terbakar dan terbelah dua untuk kemudian mendarat di kedua sisi sungai Rohini untuk memenuhi aspirasi rakyat di kedua sisi sungai Rohini)... nah, kalau parinibbana dengan gorok leher pakai pisau... ini yang diragukan, sampai sampai Bhante Sariputra harus menanyakan kemana Channa Thera dilahirkan ?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: chingik on 01 January 2009, 10:20:23 PM
parinibbana dengan iddhi tubuh terbakar, hmm...ini terjadi pada murid master XuYun bernama JuXing. Ini disaksikan dan dikisahkan sendiri olrh sang Master. Setelah tubuhnya terbakar , tidak serta merta terlihat hancur, tetapi tetap utuh (jika tertiup angin kencang maka akan hancur seperti debu). Master XuYun sendiri sampai mengucur air mata haru setelah menyaksikan "kehebatan" muridnya ini.   
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 01 January 2009, 10:51:11 PM
Kan gak semua Arahat punya abhina api... kalau gak punya abhina, dan sudah waktunya parinibanna?
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: dilbert on 01 January 2009, 10:56:42 PM
justru memang adanya kesan mempertanyakan bahwa parinibbana seorang ARAHAT yang dilakukan dengan cara cara konvensional seperti Channa Thera yang menggunakan pisau menggorok leher-nya dicurigai sebagai aksi bunuh diri. Sedangkan kalau parinibbana dengan iddhi tubuh terbakar sambil melayang di udara, kelihatannya tidak diragukan sebagai parinibbana seorang ARAHAT.

Jadi

Kalau ARAHAT Parinibbana dengan cara-cara luar biasa = Parinibbana ARAHAT (tidak ada kesan bunuh diri)...
Kalau ARAHAT parinibbana dengan cara gorok leher pakai pisau = diragukan apakah memang bunuh diri atau tidak. hehehehe...

Tetapi memang sulit dibedakan,

mana satu yang bunuh diri oleh puthujana

dan

yang lainnya adalah penyempurnaan nibbana tanpa sisa oleh arahat karena setelah memeriksa faktor penunjang kehidupannya berakhir...

Tetapi dalam hal ini, Channa Thera sudah di-konfirmasi ke-ARAHAT-annya oleh BUDDHA GOTAMA melalui pertanyaan Bhante Sariputra.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: dilbert on 01 January 2009, 11:07:29 PM
Kan gak semua Arahat punya abhina api... kalau gak punya abhina, dan sudah waktunya parinibanna?

Parinibbana biasa seperti parinibbana oleh BUDDHA, SARIPUTRA juga parinibbana dengan cara sebagai berikut :
Sariputra memasuki sembilan Jhàna secara berurutan; ia tercerap dalam urutan maju kemudian dalam urutan mundur; sekali lagi ia tercerap di dalam Jhàna Pertama hingga Jhàna Keempat, segera setelah keluar dari Jhàna Keempat, Thera mencapai Khandha-Parinibbàna, pemadaman total dari kelompok-kelompok jasmani dan batin melalui unsur Anupàdisesa, unsur Nibbàna tanpa meninggalkan sisa. Menyebabkan bumi ini berguncang keras.
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: chingik on 02 January 2009, 11:26:49 AM
Jawaban terbaik diberikan pd bro Kainyn Kutho:
Silakan baca seksama  postingan bro Kainyn:
Mereka punya potensi bukan karena keadaan sekaratnya, bukan juga karena bunuh dirinya.
Jadi intinya mereka memang punya kemampuan untuk mencapai kesucian, tetapi hanya terhalangi oleh jasmani (yang adalah akibat dari kamma buruk masa lampau). Kalau seseorang tidak punya potensi, mau bunuh diri atau apa juga tetap tidak akan mampu menjadi Arahat. Tidak ada gunanya "mengekor" cara2 orang lain. Dalam Sutta, banyak orang mencapai Arahat dengan cara aneh2. Contohnya saja Theri Khema yang melihat gambaran wanita cantik menjadi tua, Theri Kisa Gotami yang melihat percikan air, Thera Sappadasa yang melihat pisau, dan lain sebagainya. Apakah lalu dengan mengikuti perbuatan mereka, kita bisa jadi Arahat? Jika orang melihat "bunuh diri/lihat wanita tua/percikan air/pisau memudahkan orang mencapai Nibbana", maka sesungguhnya dia sudah dilekati pandangan "ritual membawa pada penyelamatan".


Kisah-kisah dhamma memang tidak dapat diartikan semudah membaca dongeng biasa. Kadang banyak memicu kontroversi, maka dibutuhkan pengertian dalam memahaminya. Kita tidak bisa pukul rata segala sesuatu (termasuk bunuh diri dalam kasus Thera Godhika & Thera Channa ini, juga kasus di mana Bodhisatta mengorbankan diri untuk menyempurnakan parami). Juga tentu saja tidak untuk mentah-mentah ditiru tanpa pengertian.

Juga diberikan kpd: Bro Dilbert :
buat Godhika Thera, cara ekstrim untuk mencapai realisasi pembebasan/arahat adalah cocok untuk beliau... Ibarat seorang pasien mengidap penyakit X, tentunya harus diberi Obat penyakit X supaya bisa sembuh...


Saya rasa jawaban2 itu sudah cukup jelas. Tidak perlu berlaru-larut lagi.. ^-^

 _/\_
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: markosprawira on 05 January 2009, 10:57:37 AM
Kan gak semua Arahat punya abhina api... kalau gak punya abhina, dan sudah waktunya parinibanna?

dear bro,

ada 5 cara seorang arahat sebelum parinibbana....

salah satunya adalah dalam kondisi sedang mempertunjukkan abhinna.

Kondisi lainnya adalah :
- sedang dalam jhana
- merenungkan jhana
- merenungkan kilesa yg sudah dibasmi, dsbnya

jadi sebenarnya, parinibbana dalam kondisi batin sedang berada dalam abhinna, hanya merupakan salah satu kondisi batin sebelum meninggalnya (maranasanna vitthi) arahat

semoga bs bermanfaat yah
Title: Re: Kisah Godhika Thera
Post by: markosprawira on 06 January 2009, 08:57:21 AM
Kan gak semua Arahat punya abhina api... kalau gak punya abhina, dan sudah waktunya parinibanna?

dear bro,

ada 5 cara seorang arahat sebelum parinibbana....

salah satunya adalah dalam kondisi sedang mempertunjukkan abhinna.

Kondisi lainnya adalah :
- sedang dalam jhana
- merenungkan jhana
- merenungkan kilesa yg sudah dibasmi, dsbnya

jadi sebenarnya, parinibbana dalam kondisi batin sedang berada dalam abhinna, hanya merupakan salah satu kondisi batin sebelum meninggalnya (maranasanna vitthi) arahat

semoga bs bermanfaat yah

ingin menambahkan bagaimana proses batin parinibbana seorang arahat secara lengkapnya yaitu :

Semua Arahat tidak pari-nibbana melalui pancadvara maranasannavitthi tetapi melalui manodvara maransannavitthi saja
Pun tidak akan ada Kamma Aramanna, Nimitta Aramanna dan Gati Nimitta Aramanna

Proses batin sebelum kematian (maranasannavitthi) seorang Arahat dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Kamajavanamaranasanna-vitthi : cuti citta (pikiran yg mengakhiri kehidupan) yg timbul dari Javana yg menjadi Mahakiriya.
Ini merupakan Pari-Nibbana yg biasa terjadi
2. Jhanasamanantara-vitthi : cuti citta yg timbul dari Jhanasamapatti-vitthi
3. Paccavekkhanasamanantara-vitthi : cuti citta yg timbul dari Vitthi yg merenungkan Jhana
4. Abhinnasamanantara-vitthi : cuti citta yg timbul dari Abhinna-vitthi yg sedang mempertunjukkan abhinna/kesaktian ---> ini yg ada pada cerita diatas
5. Jivitasamasisi : cuti citta yg timbul dari perenungan magga, phala, nibbana dan kilesa yg sudah dibasmi

Jadi sebenarnya pari nibbana seorang arahat secara umum justru merupakan peralihan dari kama javana yg ada pada mahluk non arahat, menjadi mahakiriya javana

semoga bisa bermanfaat yah