News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Kisah Godhika Thera

Started by Nevada, 27 December 2008, 11:47:04 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Nevada

Rekan-rekan, saya memiliki pandangan yang kontroversi mengenai kisah ini...

QuoteGodhika Thera pada suatu kesempatan, melatih meditasi ketenangan dan 
pandangan terang di atas lempengan batu di kaki gunung Isigili di Magadha. Ketika beliau telah mencapai Jhana, (1) beliau jatuh sakit dan kondisi ini mempengaruhi latihannya. Dengan mengabaikan rasa sakitnya, beliau tetap berlatih dengan keras. Namun setiap kali beliau mencapai kemajuan, beliau merasa kesakitan. Beliau mengalami hal ini sebanyak enam kali. (2) Akhirnya, beliau memutuskan untuk berjuang keras untuk mencapai tingkat arahat, walaupun ia harus mati untuk itu.
 
Tanpa beristirahat, beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.(3) Dengan memilih perasaan sakit sebagai objek meditasi, beliau memotong lehernya sendiri dengan pisau. Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau dapat memusatkan pikirannya dan mencapai tingkat kesucian arahat, tepat sebelum beliau meninggal dunia.
 
Ketika Mara mendengar bahwa Godhika Thera telah meninggal dunia, ia mencoba
untuk menemukan di mana Godhika Thera tersebut dilahirkan, tetapi gagal. Maka
dengan menyamar sebagai seorang laki-laki muda, Mara menghampiri Sang Buddha dan bertanya di mana Godhika Thera sekarang. Sang Buddha menjawab;

"Tidak ada manfaatnya bagi kamu untuk mengetahui Godhika Thera. Setelah terbebas dari kekotoran-kekotoran moral, ia mencapai tingkat kesucian arahat. Seseorang seperti kamu, Mara, dengan seluruh kekuatanmu tidak akan dapat menemukan ke mana para arahat pergi setelah meninggal dunia."
 
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 57 berikut:
 
"Mara tak dapat menemukan jejak mereka yang memiliki sila,
yang hidup tanpa kelengahan,
dan yang telah terbebas melalui Pengetahuan Sempurna"

(1) Penyakit apa yang diderita oleh Godhika Thera itu?

(2) Bukankah cara yang dilakukan Godhika Thera itu tergolong ekstrim?

(3) Apakah Sang Buddha membenarkan untuk membunuh diri sendiri pada kasus-kasus tertentu?

Mohon penjelasan dari rekan-rekan yang lebih mengerti...  _/\_

hatRed

Quote from: dilbert on 26 December 2008, 04:06:09 PM
Quote from: hatRed on 26 December 2008, 04:00:57 PM
sepintas membaca

apalah bedanya cara meditasi si Godhika sama pertapa Gotama saat menyiksa diri?

Esensinya pasti beda...

Coba bayangkan... BAHIYA dengan mendengarkan petunjuk Dharma dalam 1 bait saja sudah mendapat penembusan sehingga mencapai tingkat kesucian ARAHAT... Saya yang sudah berkali kali bahkan beratus ratus kali membaca kembali petunjuk BUDDHA sesuai dengan apa yang tertulis dalam BAHIYA SUTTA itu "mungkin" tidak memetik apa apa.

tapi i masih blon ngerti
i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

#2
[at] hatRed

Kalau Pertapa Gotama saat itu belum mengenal (menemukan) Jalan Tengah. Sedangkan Godhika Thera (tentunya) sudah mengenal Jalan Tengah.

Namun ada kejanggalan di mana Godhika Thera justru berlaku ektrim dalam usahanya. Setahu saya ada anjuran (atau vinaya) bagi bhikkhu yang sakit untuk beristirahat terlebih dahulu, daripada melanjutkan latihan. Selain itu, Godhika Thera bisa mencapai tingkat Arahat sekaligus memasuki Parinibbana dengan cara membunuh diri sendiri... Dan anehnya Sang Buddha seolah menyetujui tindakan Godhika Thera.

Saya kurang bisa memahami kisah ini... Mungkin hatRed lebih bisa menyimpulkannya?  :)

hatRed

apa yak,

satu hal yg menarik sih, "godhika menggunakan perasaan sakit sebagai objek meditasi"

tapi bila hal demikian bisa menuntun seseorang mencapai nibbana. trus kenapa Gotama saat menyiksa diri tidak mencapai nibbana?

i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

Quote from: hatRed on 27 December 2008, 12:05:09 PM
apa yak,

satu hal yg menarik sih, "godhika menggunakan perasaan sakit sebagai objek meditasi"

tapi bila hal demikian bisa menuntun seseorang mencapai nibbana. trus kenapa Gotama saat menyiksa diri tidak mencapai nibbana?



Hmmm...
Sepertinya ini good point. Ini juga merupakan kontroversi...  :-?

hatRed

ada cerita lengkapnya gak? mungkin bisa ditelusuri lagi dari kepribadian si godhika?

atau ceritanya memang cuma segitu?
i'm just a mammal with troubled soul



hatRed

kalo i pribadi sih bisa ada beberapa kesimpulan,

bisa berupa pembenaran bisa juga penyangkalan, tergantung mo dilihat dari sisi mana?
i'm just a mammal with troubled soul



gajeboh angek

Katanya pengetahuan bahwa pencerahannya akan didapat dari rasa sakit bukan sembarangan, melainkan sudah berada dalam nana vipassana.

Jadi sudah dalam pengetahuan vipassana, tapi masih belum pasti (bukan anuloma nana), masih timbul dan tenggelam, muncul pengetahuan bahwa dengan menggorok leher akan mencapai nibanna.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Nevada

#8
Godhika Thera adalah putra pemuka Malla di Pava. Ketika pergi ke Kapilavatthu bersama kerabatnya, ia melihat Mukjizat Ganda yang diperlihatkan oleh Sang Buddha. Selanjutnya ia tertarik untuk memasuki hidup kebhikkhuan. Ia telah menimbun kebajikan bersama kerabatnya dalam kehidupan-kehidupan lampau, khususnya pada zaman Buddha Siddhattha dan Kassapa. Delapan puluh tujuh kappa yang lampau, ia pernah menjadi raja sebanyak tujuh kali, dengan nama Mahasena. Dalam kehidupan sekarang, setelah menjadi bhikkhu, ia bertempat-tinggal di Kaïasila di Isigiïipassa. Di sana ia berusaha keras untuk meraih kesucian tertinggi (Arahat), namun ia hanya berhasil meraih pembebasan pikiran yang bersifat duniawi (samayika cetovimutti).

Pencapaian itu pun kemudian memudar, lenyap kembali karena (menurut Buddhaghosa Thera) Godhika Thera sedang menderita suatu penyakit yang akut (berhubungan dengan empedu, dan mengeluarkan dahak). Itu terjadi berulang-ulang hingga enam kali. Pada pencapaian ketujuh, ia sempat berpikir bahwa suatu makhluk yang pudar dari Pencerapan (Jhana), kehidupan mendatangnya tidaklah menentu (mungkin terlahirkan di alam rendah karena akibat kamma buruknya). Sementara itu, mereka yang berada dalam Jhana akan lahir kembali di Alam Brahma yang luhur. Dengan berpikir demikian, ia kemudian mengambil pisau cukur, dan dengan membaringkan tubuhnya, ia menggorok lehernya sendiri.

Mara, si Jahat yang melihat kejadian itu segera melaporkan kepada Sang Buddha. Beliau datang terlambat, Godhika Thera dijumpai dalam keadaan mati terkapar dengan leher terputus. Kendati demikian, Sang Buddha menyatakan bahwa Godhika Thera telah berhasil meraih Pembebasan Sejati (Nibbana).

"Orang bijaksana tidak mempunyai kemelekatan terhadap badan jasmaniah. Godhika telah melenyapkan keinginannya, meraih Nibbâna."

Demikianlah sabda Sang Buddha...


hatRed

Quote from: Wolverine on 27 December 2008, 12:28:05 PM
Katanya pengetahuan bahwa pencerahannya akan didapat dari rasa sakit bukan sembarangan, melainkan sudah berada dalam nana vipassana.

Jadi sudah dalam pengetahuan vipassana, tapi masih belum pasti (bukan anuloma nana), masih timbul dan tenggelam, muncul pengetahuan bahwa dengan menggorok leher akan mencapai nibanna.

saat sang Buddha bermeditasi menyiksa diri sudah bisa dalam nana vipassana gak?
i'm just a mammal with troubled soul



gajeboh angek

samayika cetovimutti -> bukan pencapaian sembarangan

kayaknya Bodhisattva cuma sampai arupa jhana aja deh
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Nevada

Quote from: Wolverine on 27 December 2008, 12:28:05 PM
Katanya pengetahuan bahwa pencerahannya akan didapat dari rasa sakit bukan sembarangan, melainkan sudah berada dalam nana vipassana.

Jadi sudah dalam pengetahuan vipassana, tapi masih belum pasti (bukan anuloma nana), masih timbul dan tenggelam, muncul pengetahuan bahwa dengan menggorok leher akan mencapai nibanna.

Maksudnya Godhika Thera memiliki nana (pengetahuan) akan metode atau cara alternatif untuk mencapai Arahat sekaligus memasuki Parinibbana?

hatRed

 [at] upasaka

kalau melihat dari cerita dua maka seorang Godhika pertama mempunyai keinginan untuk tidak terlahir di alam menyedihkan jadi dia bertekad membunuh dirinya sendiri (yg padahal malah membuat karma buruk keknya) saat sedang berada dalam jhana agar terlahir di alam yg baik (ibaratnya maen cheat).


dan disambung dari cerita satu maka, pada saat terdapat kesakitan saat bermeditasi dia memakainya sebagai objek. Pikiran adalah pelopor, jadi saat itu yg disiksa bukanlah jasmaninya melainkan pikiran godhika terhadap perasaan sakit tersebut. lain halnya saat Gotama menyiksa diri, dia memakai jasmaninya yg disiksa tetapi bukan pikirannya.

hal demikian membuat Godhika mencapai nibbana sehingga ibarat pepatah "sambil menyelam minum air"

CMIIW
i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

Quote from: Wolverine on 27 December 2008, 12:38:56 PM
samayika cetovimutti -> bukan pencapaian sembarangan

kayaknya Bodhisattva cuma sampai arupa jhana aja deh

Diqoute saya sebelumnya...

Quote from: upasaka...namun ia hanya berhasil meraih pembebasan pikiran yang bersifat duniawi (samayika cetovimutti).

Jadi seperti apakah samayika cetovimutti itu?
Dan bukankah itu bersifat duniawi (terbatas)...?

Nevada

Quote from: hatRed on 27 December 2008, 12:42:32 PM
[at] upasaka

kalau melihat dari cerita dua maka seorang Godhika pertama mempunyai keinginan untuk tidak terlahir di alam menyedihkan jadi dia bertekad membunuh dirinya sendiri (yg padahal malah membuat karma buruk keknya) saat sedang berada dalam jhana agar terlahir di alam yg baik (ibaratnya maen cheat).


dan disambung dari cerita satu maka, pada saat terdapat kesakitan saat bermeditasi dia memakainya sebagai objek. Pikiran adalah pelopor, jadi saat itu yg disiksa bukanlah jasmaninya melainkan pikiran godhika terhadap perasaan sakit tersebut. lain halnya saat Gotama menyiksa diri, dia memakai jasmaninya yg disiksa tetapi bukan pikirannya.

hal demikian membuat Godhika mencapai nibbana sehingga ibarat pepatah "sambil menyelam minum air"

CMIIW


Justru saya melihat Godhika Thera seolah tidak ingin terlahir di alam-alam rendah, mungkin karena 'takut' penyakitnya akan semakin parah dan meninggal.

Karenanya, Godhika Thera 'ingin' terlahir di Alam Brahma, sehingga beliau membunuh diri sendiri ketika batinnya berada dalam kondisi jhana.

Namun bagaimana mungkin dalam kondisi itu akhirnya beliau mencapai tingkat Arahat. Dan apakah seorang Arahanta masih memiliki 'keinginan' untuk membunuh diri sendiri dengan memotong lehernya sendiri?

Bukankah tindakan itu sangat jelas mencerminkan perilaku keduniawian?