News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Kisah Godhika Thera

Started by Nevada, 27 December 2008, 11:47:04 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Jerry

#60
Quote
Apa benar Godhika Thera belum mencapai tingkat kesucian apapun? Lalu dalam sekejap batinnya berkembang sampai ke taraf Arahat?
Mungkin saja - dikatakan mungkin krn masih sekedar pemahaman konseptual dan bkn ehipassiko -
Pencapaian Arahat sendiri berbeda2 prosesnya, ada yg lambat, bertahap2 dan ada yg sekaligus memutuskan semua rantai belenggu. Tergantung kondisi dan parami dari ybs. <lagi, masih possibility>

Quote
Berarti semua buah kamma Godhika Thera 'terhapuskan' setelah memasuki Parinibbana seperti itu? Bagaimana jika di kehidupan lalu Godhika Thera pernah membunuh orang tuanya, dan vipaka-nya belum muncul? Buddha Gotama sendiri masih menerima vipaka buruk dari perbuatan-perbuatan-Nya dahulu, seperti menghina Pacceka Buddha...
mungkin saja semua buah kammanya telah terhapus dan memang itulah 1 1 nya kamma pendukung dia utk parinibbana? <lagi-lagi masih kemungkinan> :P

Sekedar ngasal, gmn kalo kita buat kompromi gini? Jd kita masukin konsep 'Api Penyucian' (Purgatory) dr agama tetangga ke dalam Buddhisme.. So bisa dibuat alasan biarpun telah mencapai Arahatta-phala, secara masih ada kamma yg belum berbuah, harus di-'suci'-kan dulu sampe mateng, baru stelah terbayar, baru boleh parinibbana :))

Kamma-Vipaka, selain hakikat seorang Samma-Sambuddha, dan hakikat Jhana plus spekulasi ttg alam semesta merupakan 4 acinteyya, hal yg tdk terpikirkan.

Quote
Mereka mencapai Arahatta Phala karena perhatian murninya menjelang kematian.
setuju banget.. _/\_

Quote
sebuah perkataan, seorang Buddha pun harus menghabiskan  buah karmanya.
Yup, sperti dikatakan om K-9 (baca: Canine) ;D itu paham Makkhali Gosaliputta, lingkaran pemurnian. Diibaratkan sebuah gulungan wol yg dilempar dan terbentang hingga habis, demikian pula si baik dan si jahat harus menjalani hingga selesai. Paham ini mengajarkan hidup ditentukan oleh kamma lampau dan tidak pentingnya sebuah usaha, krn toh satu hari Nibbana akan tercapai sendirinya.

Kesimpulan ???
Seperti Bro Upasaka udah bilang, smua masih spekulasi, krn masih terkungkung dlm dogma Buddhism sbg institusi agama.
jd berhenti berspekulasi, dan yg terpenting jgn melekat.

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

K.K.

Kisah-kisah dhamma memang tidak dapat diartikan semudah membaca dongeng biasa. Kadang banyak memicu kontroversi, maka dibutuhkan pengertian dalam memahaminya. Kita tidak bisa pukul rata segala sesuatu (termasuk bunuh diri dalam kasus Thera Godhika & Thera Channa ini, juga kasus di mana Bodhisatta mengorbankan diri untuk menyempurnakan parami). Juga tentu saja tidak untuk mentah-mentah ditiru tanpa pengertian.


Reenzia

sayangnya banyak orang tak menyikapi kisah dhamma dengan bijaksana
sehingga banyak yang membenarkan tindakan mereka berdasar cerita tsb tanpa pemahaman yang benar
bahkan hingga membuat pernyataan-pernyataan dan pemahaman baru dari SEBAGIAN cerita tsb
ato dari yang telah dikatakan SB

K.K.

Quote from: Reenzia on 30 December 2008, 09:35:15 AM
sayangnya banyak orang tak menyikapi kisah dhamma dengan bijaksana
sehingga banyak yang membenarkan tindakan mereka berdasar cerita tsb tanpa pemahaman yang benar
bahkan hingga membuat pernyataan-pernyataan dan pemahaman baru dari SEBAGIAN cerita tsb
ato dari yang telah dikatakan SB


Ya, betul. Dari kisah2 itu kita mengerti bahwa pencapaian kesucian adalah dengan "perhatian murni", bukan karena kegiatan lainnya. Bagi saya pribadi, orang bunuh diri yang menganggap bunuh diri bisa membawa orang pada kesucian (meniru Thera Godhika/Thera Channa), sama ngaconya dengan orang yang duduk di bawah pohon bodhi yang berpikir "dengan duduk di bawah pohon yang sama, maka saya akan mencapai pencerahan yang sama seperti Buddha". Tingkat ekstremnya berbeda, tapi tingkat "salah paham"-nya sama.


Reenzia


hendrako

Quote from: Kainyn_Kutho on 30 December 2008, 10:14:58 AM
Quote from: Reenzia on 30 December 2008, 09:35:15 AM
sayangnya banyak orang tak menyikapi kisah dhamma dengan bijaksana
sehingga banyak yang membenarkan tindakan mereka berdasar cerita tsb tanpa pemahaman yang benar
bahkan hingga membuat pernyataan-pernyataan dan pemahaman baru dari SEBAGIAN cerita tsb
ato dari yang telah dikatakan SB


Ya, betul. Dari kisah2 itu kita mengerti bahwa pencapaian kesucian adalah dengan "perhatian murni", bukan karena kegiatan lainnya. Bagi saya pribadi, orang bunuh diri yang menganggap bunuh diri bisa membawa orang pada kesucian (meniru Thera Godhika/Thera Channa), sama ngaconya dengan orang yang duduk di bawah pohon bodhi yang berpikir "dengan duduk di bawah pohon yang sama, maka saya akan mencapai pencerahan yang sama seperti Buddha". Tingkat ekstremnya berbeda, tapi tingkat "salah paham"-nya sama.



:jempol:
yaa... gitu deh

Nevada

Semoga penjelasan dari rekan-rekan mengenai kasus ini bisa mengakhiri spekulasi dari teman-teman di luar sana juga...  :)

hatRed

apakah sebelum mencapai kesucian di bawah pohon bodhi, petapa gotama sudah bisa mencapai jhana?
i'm just a mammal with troubled soul



K.K.

Quote from: hatRed on 30 December 2008, 12:20:51 PM
apakah sebelum mencapai kesucian di bawah pohon bodhi, petapa gotama sudah bisa mencapai jhana?

Sewaktu berguru pada Alara Kalama, Petapa Gotama sudah mencapai Arupa Jhana Kekosongan. Sewaktu berguru pada Udaka Ramaputta, Petapa Gotama sudah mencapai Arupa Jhana bukan-pencerapan, bukan-non-pencerapan.

K.K.

Quote from: upasaka on 30 December 2008, 11:46:48 AM
Semoga penjelasan dari rekan-rekan mengenai kasus ini bisa mengakhiri spekulasi dari teman-teman di luar sana juga...  :)

Ya, semoga bermanfaat. Bagus juga upasaka mengangkat topik2 kontroversial begini.

markosprawira

Quote from: hatRed on 30 December 2008, 12:20:51 PM
apakah sebelum mencapai kesucian di bawah pohon bodhi, petapa gotama sudah bisa mencapai jhana?

seingat saya, waktu umur 8 tahun saja, waktu bertapa di bawah pohon jambu, pangeran sidhattha sudah mencapai jhana tuh.....

markosprawira

Quote from: Kainyn_Kutho on 30 December 2008, 10:14:58 AM
Quote from: Reenzia on 30 December 2008, 09:35:15 AM
sayangnya banyak orang tak menyikapi kisah dhamma dengan bijaksana
sehingga banyak yang membenarkan tindakan mereka berdasar cerita tsb tanpa pemahaman yang benar
bahkan hingga membuat pernyataan-pernyataan dan pemahaman baru dari SEBAGIAN cerita tsb
ato dari yang telah dikatakan SB


Ya, betul. Dari kisah2 itu kita mengerti bahwa pencapaian kesucian adalah dengan "perhatian murni", bukan karena kegiatan lainnya. Bagi saya pribadi, orang bunuh diri yang menganggap bunuh diri bisa membawa orang pada kesucian (meniru Thera Godhika/Thera Channa), sama ngaconya dengan orang yang duduk di bawah pohon bodhi yang berpikir "dengan duduk di bawah pohon yang sama, maka saya akan mencapai pencerahan yang sama seperti Buddha". Tingkat ekstremnya berbeda, tapi tingkat "salah paham"-nya sama.

betul sekali bro,

bahkan bnyk sekali yg "tersesat" dgn menganggap bhw kesucian itu datang dengan mudah... misal hanya dengar sutta, sudah suci

mereka tidak melihat keseluruhan cerita dimana sebenarnya batin org itu sudah matang dengan timbunan pengalaman selama banyak kehidupan lampaunya

semnoga besok jgn sampe ada kasus org yg membunuh diri, dengan mencontoh YM Godhika ini....

hatRed

kalau gitu pertanyaannya,

"Kenapa saat bertapa menyiksa diri beliau tidak mencapai kesempurnaan, toh Godhika saat "bertapa" "menyiksa diri" bisa mencapai kesempurnaan.

Perbedaan Esensinya apa?
i'm just a mammal with troubled soul



K.K.

Quote from: markosprawira on 30 December 2008, 12:33:44 PM
betul sekali bro,

bahkan bnyk sekali yg "tersesat" dgn menganggap bhw kesucian itu datang dengan mudah... misal hanya dengar sutta, sudah suci

mereka tidak melihat keseluruhan cerita dimana sebenarnya batin org itu sudah matang dengan timbunan pengalaman selama banyak kehidupan lampaunya

semnoga besok jgn sampe ada kasus org yg membunuh diri, dengan mencontoh YM Godhika ini....

Ya, makanya bagus juga ada topik seperti ini, jadi bisa lebih jelas.

K.K.

Quote from: hatRed on 30 December 2008, 12:37:13 PM
kalau gitu pertanyaannya,

"Kenapa saat bertapa menyiksa diri beliau tidak mencapai kesempurnaan, toh Godhika saat "bertapa" "menyiksa diri" bisa mencapai kesempurnaan.

Perbedaan Esensinya apa?

Perbedaannya, Thera Godhika dan Thera Channa bunuh diri BUKAN untuk menyiksa diri, juga tidak dengan pandangan salah bahwa pencerahan dicapai dengan "menghabiskan kamma buruk".