Kisah Godhika Thera

Started by Nevada, 27 December 2008, 11:47:04 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Reenzia

saia rasa ada hubungannya dengan pemahaman godhika thera dan SB
keduanya memiliki pemahaman yang berbeda saat melakukan hal itu

hatRed

Quote from: upasaka on 27 December 2008, 12:48:20 PM
Quote from: hatRed on 27 December 2008, 12:42:32 PM
[at] upasaka

kalau melihat dari cerita dua maka seorang Godhika pertama mempunyai keinginan untuk tidak terlahir di alam menyedihkan jadi dia bertekad membunuh dirinya sendiri (yg padahal malah membuat karma buruk keknya) saat sedang berada dalam jhana agar terlahir di alam yg baik (ibaratnya maen cheat).


dan disambung dari cerita satu maka, pada saat terdapat kesakitan saat bermeditasi dia memakainya sebagai objek. Pikiran adalah pelopor, jadi saat itu yg disiksa bukanlah jasmaninya melainkan pikiran godhika terhadap perasaan sakit tersebut. lain halnya saat Gotama menyiksa diri, dia memakai jasmaninya yg disiksa tetapi bukan pikirannya.

hal demikian membuat Godhika mencapai nibbana sehingga ibarat pepatah "sambil menyelam minum air"

CMIIW


Justru saya melihat Godhika Thera seolah tidak ingin terlahir di alam-alam rendah, mungkin karena 'takut' penyakitnya akan semakin parah dan meninggal.

Karenanya, Godhika Thera 'ingin' terlahir di Alam Brahma, sehingga beliau membunuh diri sendiri ketika batinnya berada dalam kondisi jhana.

Namun bagaimana mungkin dalam kondisi itu akhirnya beliau mencapai tingkat Arahat. Dan apakah seorang Arahanta masih memiliki 'keinginan' untuk membunuh diri sendiri dengan memotong lehernya sendiri?

Bukankah tindakan itu sangat jelas mencerminkan perilaku keduniawian?

:hammer:

kan di tulis disitu ma i, emang si godhika itu tujuan awalnya ya supaya gak terlahir di alam rendah/menyedihkan.

tapi ya "sambil menyelam minum air" jadi saat dia sedang sekarat dia memakainya sebagai objek meditasi, sehingga dia malah mencapai Arahat sebelum parinibbana.

dan saat dia memutuskan tuk membunuh diri kan dia belum arahat. jadi wajar bagi dia yg belum mencapai tingkat kesucian berpikir seperti itu.
i'm just a mammal with troubled soul



hatRed

Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 12:49:26 PM
saia rasa ada hubungannya dengan pemahaman godhika thera dan SB
keduanya memiliki pemahaman yang berbeda saat melakukan hal itu

pemahamannya seperti apa ya?
i'm just a mammal with troubled soul



Reenzia

Quote from: hatRed on 27 December 2008, 12:59:18 PM
Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 12:49:26 PM
saia rasa ada hubungannya dengan pemahaman godhika thera dan SB
keduanya memiliki pemahaman yang berbeda saat melakukan hal itu

pemahamannya seperti apa ya?

:)) bagaimana saia bisa menjelaskan bagaimana pemahaman arahat dan buddha?

hatRed

Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 01:00:42 PM
Quote from: hatRed on 27 December 2008, 12:59:18 PM
Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 12:49:26 PM
saia rasa ada hubungannya dengan pemahaman godhika thera dan SB
keduanya memiliki pemahaman yang berbeda saat melakukan hal itu


pemahamannya seperti apa ya?

:)) bagaimana saia bisa menjelaskan bagaimana pemahaman arahat dan buddha?


kok bisa tau berbeda :-?
i'm just a mammal with troubled soul



Reenzia

ya itu kan cm dugaan saja....

seperti ini...
seorang anak terjatuh, terluka dan menangis...
kondisi 1 : mamanya mengatakan, sakitnya jangan terlalu dirasakan...abaikan saja...si anak diberi mainan atau makanan agar tidak terlalu memperhatikan rasa sakit itu
kondisi 2: si anak memperhatikan dengan baik rasa sakit itu...bahkan ketika diberi obat, rasa sakit itu makin terasa, dan makin disadari walaupun tetap berusaha menahan nyeri

Nevada

Quote from: hatRed on 27 December 2008, 12:57:05 PM

:hammer:

kan di tulis disitu ma i, emang si godhika itu tujuan awalnya ya supaya gak terlahir di alam rendah/menyedihkan.

tapi ya "sambil menyelam minum air" jadi saat dia sedang sekarat dia memakainya sebagai objek meditasi, sehingga dia malah mencapai Arahat sebelum parinibbana.

dan saat dia memutuskan tuk membunuh diri kan dia belum arahat. jadi wajar bagi dia yg belum mencapai tingkat kesucian berpikir seperti itu.

Ya...  :)
Tapi saat beliau memotong lehernya, beliau sudah mencapai tingkat kesucian Arahat...



Nevada

Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 01:15:46 PM
ya itu kan cm dugaan saja....

seperti ini...
seorang anak terjatuh, terluka dan menangis...
kondisi 1 : mamanya mengatakan, sakitnya jangan terlalu dirasakan...abaikan saja...si anak diberi mainan atau makanan agar tidak terlalu memperhatikan rasa sakit itu
kondisi 2: si anak memperhatikan dengan baik rasa sakit itu...bahkan ketika diberi obat, rasa sakit itu makin terasa, dan makin disadari walaupun tetap berusaha menahan nyeri

Tapi anak itu tidak mungkin 'mencapai' kesembuhan dengan menggorok kulit yang terluka itu kan?  ;D

hatRed

Quote
Tanpa beristirahat, beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.(3) Dengan memilih perasaan sakit sebagai objek meditasi, beliau memotong lehernya sendiri dengan pisau. Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau dapat memusatkan pikirannya dan mencapai tingkat kesucian arahat, tepat sebelum beliau meninggal dunia.


di cerita diatas, mencapainya tepat sebelum meninggal jadi saat memotong leher belum mencapai.
i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

Quote from: hatRed on 27 December 2008, 01:27:00 PM
Quote
Tanpa beristirahat, beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.(3) Dengan memilih perasaan sakit sebagai objek meditasi, beliau memotong lehernya sendiri dengan pisau. Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau dapat memusatkan pikirannya dan mencapai tingkat kesucian arahat, tepat sebelum beliau meninggal dunia.


di cerita diatas, mencapainya tepat sebelum meninggal jadi saat memotong leher belum mencapai.

Lalu apakah Sang Buddha membenarkan tindakan bunuh diri untuk kasus-kasus tertentu?

Reenzia

#25
Quote from: upasaka on 27 December 2008, 01:23:34 PM
Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 01:15:46 PM
ya itu kan cm dugaan saja....

seperti ini...
seorang anak terjatuh, terluka dan menangis...
kondisi 1 : mamanya mengatakan, sakitnya jangan terlalu dirasakan...abaikan saja...si anak diberi mainan atau makanan agar tidak terlalu memperhatikan rasa sakit itu
kondisi 2: si anak memperhatikan dengan baik rasa sakit itu...bahkan ketika diberi obat, rasa sakit itu makin terasa, dan makin disadari walaupun tetap berusaha menahan nyeri

Tapi anak itu tidak mungkin 'mencapai' kesembuhan dengan menggorok kulit yang terluka itu kan?  ;D

bukan masalah lukanya, tapi sikap dan pemahaman terhadap luka tsb
bukan pula masalah bunuh dirinya, MUNGKIN karena godha thera telah menyadari bahwa fisiknya tidak akan bertahan lebih lama lagi
jadi dia memotong leher sekalian dan merasakan sakitnya sebagai objek meditasi terakhir baginya

hatRed

Quote from: upasaka on 27 December 2008, 01:41:59 PM
Quote from: hatRed on 27 December 2008, 01:27:00 PM
Quote
Tanpa beristirahat, beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.(3) Dengan memilih perasaan sakit sebagai objek meditasi, beliau memotong lehernya sendiri dengan pisau. Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau dapat memusatkan pikirannya dan mencapai tingkat kesucian arahat, tepat sebelum beliau meninggal dunia.


di cerita diatas, mencapainya tepat sebelum meninggal jadi saat memotong leher belum mencapai.

Lalu apakah Sang Buddha membenarkan tindakan bunuh diri untuk kasus-kasus tertentu?

tentu saja tidak. makanya dalam cerita di kisahkan sang Buddha buru2 ke tempat Godhika.
i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 01:43:47 PM
Quote from: upasaka on 27 December 2008, 01:23:34 PM
Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 01:15:46 PM
ya itu kan cm dugaan saja....

seperti ini...
seorang anak terjatuh, terluka dan menangis...
kondisi 1 : mamanya mengatakan, sakitnya jangan terlalu dirasakan...abaikan saja...si anak diberi mainan atau makanan agar tidak terlalu memperhatikan rasa sakit itu
kondisi 2: si anak memperhatikan dengan baik rasa sakit itu...bahkan ketika diberi obat, rasa sakit itu makin terasa, dan makin disadari walaupun tetap berusaha menahan nyeri

Tapi anak itu tidak mungkin 'mencapai' kesembuhan dengan menggorok kulit yang terluka itu kan?  ;D

bukan masalah lukanya, tapi sikap dan pemahaman terhadap luka tsb

Menurut pandangan saya sekarang, Godhika Thera tidak ingin terlahir di alam rendah bila ia meninggal karena penyakitnya. Karena itu beliau memilih untuk bunuh diri di dalam Jhana untuk dapat terlahir di Alam Brahma. Setelah beliau menggorok lehernya sendiri, beliau yang berada pada jhana (kondisi batinnya) berkonsentrasi pada rasa sakit di lehernya itu. Ternyata beliau malah menyelami Kebenaran dan mencapai tingkat kesucian Arahat...

Pertanyaannya :
(1) Apakah baik bila seseorang yang ingin terlahir di Alam Brahma melakukan aksi bunuh diri?
(2) Bukankah justru itu adalah kamma buruk?

Kesimpulannya, Godhika Thera 'berjudi' untuk terhindar dari alam-alam menderita, dan justru beliau 'beruntung' sehingga mencapai tingkat Arahat...

Kalau menurut Anda bagaimana?

Reenzia

1. sepertinya sih tidak
2. sepertinya tidak

saia blm bisa melihat bagaimana proses karma sih :))

Nevada

Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 01:53:06 PM
1. sepertinya sih tidak
2. sepertinya tidak

saia blm bisa melihat bagaimana proses karma sih :))

(1) Sepertinya sih tidak -> maksudnya tidak baik yah?  :)
(2) sepertinya tidak -> maksudnya tidak merupakan kamma buruk yah?  :-?

LOGIKA :
tidak merupakan kamma buruk = bukan kamma buruk
tidak baik = buruk

Kesimpulan logika:
bukan kamma buruk adalah buruk  ???