Kisah Godhika Thera

Started by Nevada, 27 December 2008, 11:47:04 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 27 December 2008, 02:47:08 PM
Quote from: upasaka on 27 December 2008, 02:35:46 PM
Saya setuju dengan Anda...

Namun di luar dugaan sebelumnya, Godhika Thera ternyata mampu mencapai tingkat kesucian Arahat... (miss-scenario)

Tambahan: mereka juga TIDAK menskenariokan "pencapaian Arahatta"-nya. Dalam kasus Thera Godhika, ia mempertimbangkan bahwa kehidupan di alam rendah menghalanginya untuk mencapai kesucian. Sedangkan dalam kasus Thera Channa, ia mengambil keputusan itu karena sakit yang tak tertahankan. Mereka mencapai Arahatta Phala karena perhatian murninya menjelang kematian.

Ya, saya juga setuju dengan Anda; "Godhika Thera dan Channa Thera mencapai tingkat Arahat di luar dugaan / skenario awal mereka."

Nevada

Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 02:48:18 PM
Quote from: upasaka on 27 December 2008, 01:56:37 PM
Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 01:53:06 PM
1. sepertinya sih tidak
2. sepertinya tidak

saia blm bisa melihat bagaimana proses karma sih :))

(1) Sepertinya sih tidak -> maksudnya tidak baik yah?  :)
(2) sepertinya tidak -> maksudnya tidak merupakan kamma buruk yah?  :-?

LOGIKA :
tidak merupakan kamma buruk = bukan kamma buruk
tidak baik = buruk

Kesimpulan logika:
bukan kamma buruk adalah buruk  ???



hah salah tulis, bunuh dirinya adalah hal buruk, tapi dari proses mungkin dia mendapatkan 'aha'
dapat kamma buruk lah, tapi mungkin dy tau bakal dapat 'aha' ..dy jadi rela dapat kamma buruk demi 'aha'

aha... :))

K.K.

#47
Quote from: upasaka on 27 December 2008, 02:44:20 PM
(1) Apa benar Godhika Thera belum mencapai tingkat kesucian apapun? Lalu dalam sekejap batinnya berkembang sampai ke taraf Arahat?

(2) Berarti semua buah kamma Godhika Thera 'terhapuskan' setelah memasuki Parinibbana seperti itu? Bagaimana jika di kehidupan lalu Godhika Thera pernah membunuh orang tuanya, dan vipaka-nya belum muncul? Buddha Gotama sendiri masih menerima vipaka buruk dari perbuatan-perbuatan-Nya dahulu, seperti menghina Pacceka Buddha...

1. Untuk memastikannya sekarang adalah tidak mungkin karena: 1. saya bukan Samma Sambuddha; 2. Thera Godhika tidak ada. Jadi hanya bisa merujuk pada naskah Dhamma yang ada saja.

2. Orang yang pernah membunuh orang tuanya, tidak akan mencapai kesucian di kehidupan tersebut. Bukan berarti pada kehidupan2 berikutnya tidak bisa mencapai kesucian. Vipaka akan muncul jika kondisinya mendukung. Angulimala juga tidak menerima vipakanya terlahir di Niraya karena membunuh 999 orang dengan menjadi Arahat.



Quote from: hatRed on 27 December 2008, 02:47:24 PM
untuk pertanyaan no 2, saya jadi ingat ada perkataan, seorang Buddha pun harus menghabiskan  buah karmanya.
Menghabiskan kamma adalah paham Makkhali Gosala.
Ajaran Buddha adalah bahwa para Arahat masih menerima Vipaka, namun bukan berarti harus menghabiskan semuanya, karena sesungguhnya jumlah kamma adalah tidak terhingga.

Kisah Thera Channa ada di Majjhima Nikaya 144. Saya tidak punya tulisan dalam Bahasa Indonesia.

Reenzia

 [at] upasaka

yaaaa...saia sebut itu 'aha' :))
yah ibarat gini deh...

tangan saia terluka parah, sedangkan saia hampir pingsan di dalam hutan
saia pasti mati jika tak ditemukan orang bila pingsan, tapi
saia menemukan kastil dengan pintu besar dan berat
saia berusaha mencari pertolongan dengan mengetuk pintu, tapi sia-sia
tangan saia sakit sekali, sedangkan pintu itu pun tak bersuara karena terlalu besar dan berat
sedangkan tangan saia terasa sakit sekali ketika mengetuk, jadi saia hanya bisa mengetuk dengan sangat pelan

tapi karena saia menyadari bahwa saia akan segera pingsan
saia memaksakan diri untuk mengetuk pintu itu 1x saja walaupun akan sangat menyakitkan
yang pasti diusahakan agar orang didalamnya bisa mendengar ketukan saia saja

dalam cerita ghodika thera
ternyata pintu itu bersuara setelah dipukul sekuat tenaga, bahkan sampai mematahkan lengannya
dan ternyata disaat terakhir sebelum ia pingsan, ternyata ketukan terakhirnya itu memang didengar oleh orang didalam kastil


hatRed

Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 03:00:22 PM
[at] upasaka

yaaaa...saia sebut itu 'aha' :))
yah ibarat gini deh...

tangan saia terluka parah, sedangkan saia hampir pingsan di dalam hutan
saia pasti mati jika tak ditemukan orang bila pingsan, tapi
saia menemukan kastil dengan pintu besar dan berat
saia berusaha mencari pertolongan dengan mengetuk pintu, tapi sia-sia
tangan saia sakit sekali, sedangkan pintu itu pun tak bersuara karena terlalu besar dan berat
sedangkan tangan saia terasa sakit sekali ketika mengetuk, jadi saia hanya bisa mengetuk dengan sangat pelan

tapi karena saia menyadari bahwa saia akan segera pingsan
saia memaksakan diri untuk mengetuk pintu itu 1x saja walaupun akan sangat menyakitkan
yang pasti diusahakan agar orang didalamnya bisa mendengar ketukan saia saja

dalam cerita ghodika thera
ternyata pintu itu bersuara setelah dipukul sekuat tenaga, bahkan sampai mematahkan lengannya
dan ternyata disaat terakhir sebelum ia pingsan, ternyata ketukan terakhirnya itu memang didengar oleh orang didalam kastil



:o    hebat hebat   ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^ =D> =D> =D> =D> =D> =D>
i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 03:00:22 PM
[at] upasaka

yaaaa...saia sebut itu 'aha' :))
yah ibarat gini deh...

tangan saia terluka parah, sedangkan saia hampir pingsan di dalam hutan
saia pasti mati jika tak ditemukan orang bila pingsan, tapi
saia menemukan kastil dengan pintu besar dan berat
saia berusaha mencari pertolongan dengan mengetuk pintu, tapi sia-sia
tangan saia sakit sekali, sedangkan pintu itu pun tak bersuara karena terlalu besar dan berat
sedangkan tangan saia terasa sakit sekali ketika mengetuk, jadi saia hanya bisa mengetuk dengan sangat pelan

tapi karena saia menyadari bahwa saia akan segera pingsan
saia memaksakan diri untuk mengetuk pintu itu 1x saja walaupun akan sangat menyakitkan
yang pasti diusahakan agar orang didalamnya bisa mendengar ketukan saia saja

dalam cerita ghodika thera
ternyata pintu itu bersuara setelah dipukul sekuat tenaga, bahkan sampai mematahkan lengannya
dan ternyata disaat terakhir sebelum ia pingsan, ternyata ketukan terakhirnya itu memang didengar oleh orang didalam kastil



Kalau ternyata ketukannya tidak terdengar oleh orang di dalam kastil?

Omong-omong Reenzia ini suka memberi contoh narasi yang berbau kisah-kisah di film dan novel yah... Berencana jadi penulis?  ^-^

Reenzia

#51
haha...
sekali lagi MUNGKIN si godhika thera sudah merasakan 'tanda-tanda' :))
kalo dicerita tadi ya mungkin tanda-tandanya yaitu dia mendengar suara orang bercakap-cakap dalam kastil dekat pintu tsb
yah saia kan bukan godhika thera...jadi blm tau pasti...
mungkin dia sangat mengenal dan menyadari keadaan fisik dan tingkat pemahamannya sendiri
sehingga mengambil keputusan seperti itu....

menjadi penulis? wakakakak.....i du not no :))

Quote from: hatRed on 27 December 2008, 03:03:47 PM
Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 03:00:22 PM
[at] upasaka

yaaaa...saia sebut itu 'aha' :))
yah ibarat gini deh...

tangan saia terluka parah, sedangkan saia hampir pingsan di dalam hutan
saia pasti mati jika tak ditemukan orang bila pingsan, tapi
saia menemukan kastil dengan pintu besar dan berat
saia berusaha mencari pertolongan dengan mengetuk pintu, tapi sia-sia
tangan saia sakit sekali, sedangkan pintu itu pun tak bersuara karena terlalu besar dan berat
sedangkan tangan saia terasa sakit sekali ketika mengetuk, jadi saia hanya bisa mengetuk dengan sangat pelan

tapi karena saia menyadari bahwa saia akan segera pingsan
saia memaksakan diri untuk mengetuk pintu itu 1x saja walaupun akan sangat menyakitkan
yang pasti diusahakan agar orang didalamnya bisa mendengar ketukan saia saja

dalam cerita ghodika thera
ternyata pintu itu bersuara setelah dipukul sekuat tenaga, bahkan sampai mematahkan lengannya
dan ternyata disaat terakhir sebelum ia pingsan, ternyata ketukan terakhirnya itu memang didengar oleh orang didalam kastil



:o    hebat hebat   ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^ =D> =D> =D> =D> =D> =D>

hatRed gambar avatarnya seyeeemmm :))

Nevada

#52
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 December 2008, 02:54:10 PM
Quote from: upasaka on 27 December 2008, 02:44:20 PM
(1) Apa benar Godhika Thera belum mencapai tingkat kesucian apapun? Lalu dalam sekejap batinnya berkembang sampai ke taraf Arahat?

(2) Berarti semua buah kamma Godhika Thera 'terhapuskan' setelah memasuki Parinibbana seperti itu? Bagaimana jika di kehidupan lalu Godhika Thera pernah membunuh orang tuanya, dan vipaka-nya belum muncul? Buddha Gotama sendiri masih menerima vipaka buruk dari perbuatan-perbuatan-Nya dahulu, seperti menghina Pacceka Buddha...

1. Untuk memastikannya sekarang adalah tidak mungkin karena: 1. saya bukan Samma Sambuddha; 2. Thera Godhika tidak ada. Jadi hanya bisa merujuk pada naskah Dhamma yang ada saja.

2. Orang yang pernah membunuh orang tuanya, tidak akan mencapai kesucian di kehidupan tersebut. Bukan berarti pada kehidupan2 berikutnya tidak bisa mencapai kesucian. Vipaka akan muncul jika kondisinya mendukung. Angulimala juga tidak menerima vipakanya terlahir di Niraya karena membunuh 999 orang dengan menjadi Arahat.



Quote from: hatRed on 27 December 2008, 02:47:24 PM
untuk pertanyaan no 2, saya jadi ingat ada perkataan, seorang Buddha pun harus menghabiskan  buah karmanya.
Menghabiskan kamma adalah paham Makkhali Gosala.
Ajaran Buddha adalah bahwa para Arahat masih menerima Vipaka, namun bukan berarti harus menghabiskan semuanya, karena sesungguhnya jumlah kamma adalah tidak terhingga.

Kisah Thera Channa ada di Majjhima Nikaya 144. Saya tidak punya tulisan dalam Bahasa Indonesia.


[at] all

Begini saja... Kalau kita masih berspekulasi dan berargumen mengenai kasus ini, itu namanya yang kita perdebatkan adalah dogma.

Dhamma adalah untuk menghargai kehidupan. Dhamma adalah untuk menuju Pembebasan.

Saya rasa agak kontradiksi apabila seseorang yang melenyapkan kehidupan dan berfokus pada batinnya malah mencapai Pembebasan...

Ini bisa disalah-artikan oleh orang lain sebagai salah satu bentuk mati jihad...

Dan malah mengukuhkan statement "kekerasan / pembunuhan bisa mengantar atau mendekatkan kita pada pencapaian Nibbana"

Reenzia

 [at] upasaka

setuju....untuk hal yang belum diketahui secara jelas, mungkin lebih baik tidak dikira-kira saja
soalnya berpotensi besar mengakibatkan ketersesatan, yang menghasilkan moha yang gendut :))
pa lagi kalo sampe menyatakan hal tersebut adalah kebenaran

layaknya manusia yang mencari 'dia'

Nevada

[at] Reenzia

Saya paham narasi-deskripsi Anda...

Tapi harap diperhatikan, kalau Godhika Thera sendiri awalnya menggorok leher (bunuh diri) untuk dapat terlahir di Alam Brahma, bukannya mencapai Nibbana atau memasuki Parinibbana...

[spoiler]Kalau mau jadi penulis, coba tulis novel tentang kisah orang terluka dan kastil itu. hatRed sepertinya tertarik untuk membacanya...  ;D[/spoiler]

hatRed

 [at] Reenzie

loh kok serem bukannya cantik  :D

[at] upasaka

maka itu, diperlukan kebijaksanaan tuk menyerapinya ;D
i'm just a mammal with troubled soul



hatRed

Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 03:12:44 PM
[at] upasaka

setuju....untuk hal yang belum diketahui secara jelas, mungkin lebih baik tidak dikira-kira saja
soalnya berpotensi besar mengakibatkan ketersesatan, yang menghasilkan moha yang gendut :))
pa lagi kalo sampe menyatakan hal tersebut adalah kebenaran

layaknya manusia yang mencari 'dia'

lebih baiknya jadi diapain ?
i'm just a mammal with troubled soul



Reenzia

 [at] hatred

serem kok

lebih baik diapain? tidak diapa-apain donk, emanknya mo coba ehipassiko? :))
gak beda kalo org nyari hantu...mau tau kebenarannya, emank mo coba cari hantu? :))
mau sih gpp, resiko tanggung sendiri, silahkan beli asuransi jiwa terlebih dahulu :))

[at] upasaka

kalo mau tau lebih jelas mungkin bisa langsung ubah profesi menjadi sammasambuddha :))
ato silahkan ikut parinibbana dan tanyakan langsung pada narasumber :))

Nevada

#58
Quote from: upasakaSaya rasa agak kontradiksi apabila seseorang yang melenyapkan kehidupan dan berfokus pada batinnya malah mencapai Pembebasan...

Ini bisa disalah-artikan oleh orang lain sebagai salah satu bentuk mati jihad...

Dan malah mengukuhkan statement "kekerasan / pembunuhan bisa mengantar atau mendekatkan kita pada pencapaian Nibbana"


Ya, sejauh ini penjelasan dari rekan-rekan sekalian pun hanya sebatas spekulasi. Tidak ada kepastian, seperti : "Siapa yang berbuat, dia yang akan menerima akibatnya".


Jerry

Quote
Lalu apakah Sang Buddha membenarkan tindakan bunuh diri untuk kasus-kasus tertentu?
Jangan berasumsi terlalu jauh.. Ntar seperti kasus yg udah-udah, krn Sang Buddha tdk pernah menyatakan eksplisit ttg ketidaksetujuan terhadap satu hal, berarti ada tindakan tertentu berkenaal hal itu yg mungkin disetujui. ;)

Quote
Apakah Godhika Thera ingin 'melepaskan diri' dari fisik itu?

iMO, tindakan Godhika Thera, tentu saja ingin melepaskan diri dari fisik dan keputusan itu adl salah yaitu niat utk mengakhiri hidup (vibhava tanha) dan terlahir di alam yg lebih luhur (bhava tanha dan bhavupadana). tapi keputusan tsb diambil krn belum mencapai arahat.
Sedangkan saat memotong urat nadi leher, beliau menjadikan rasa sakit yg timbul sbg objek dan berhasil merealisasi Nibbana, plus Parinibbana segera krn kondisi fisik yg tdk lg mendukung.
Keputusan, pemikiran, penilaian, semua itu ada saat berada di luar lingkup samadhi. Saat mengembangkan samadhi, tidak ada proses pemikiran, penilaian, pemilahan dan pemilihan ini-itu selain hanya satu.
That's all.
Sang Buddha tidak menyetujui tindakan mengakhiri hidup itu, tapi hanya mengatakan kalau Godhika Thera telah mencapai Nibbana dan tidak terlahir lagi.
Secara kejadian itu sudah lewat dan berlalu, kan? Mungkin kalo waktu itu ada yg bertanya ttg setuju/tidak setuju dan mengeluhkan hal tsb, baru akan dimasukkan o/ Sang Buddha sebagai salah satu vinaya kebhikkhuan kali :)
Tapi ya.. no need to speculate lah.. menalar seorang Samma Sambuddha termasuk 1 dr 4 acinteyya =)

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha