News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Kisah Godhika Thera

Started by Nevada, 27 December 2008, 11:47:04 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hatRed

Quote from: upasaka on 27 December 2008, 01:50:07 PM
Pertanyaannya :
(1) Apakah baik bila seseorang yang ingin terlahir di Alam Brahma melakukan aksi bunuh diri?
(2) Bukankah justru itu adalah kamma buruk?

Kesimpulannya, Godhika Thera 'berjudi' untuk terhindar dari alam-alam menderita, dan justru beliau 'beruntung' sehingga mencapai tingkat Arahat...

Kalau menurut Anda bagaimana?

1. Baik, bila dia bisa mencapai jhana dan ada kemungkinan terlepas dari jhana, sehingga lebih baik dia bunuh diri saat berada dalam jhana daripada dia mati sebagai orang awam, apalagi dia dapat melihat kehidupan lampaunya yg misalnya buruk.

2. iya itu termasuk karma buruk, dan pasti akan berbuah entah nanti kehidupan selanjutnya atau selanjutnya selanjutnya....... lagi.

mengenai kesimpulan om upasaka, i kurang setuju, karena Godhika tidak berjudi, mala dia sudah memperhitungkan matang2, dan pencapaian arahat itu hanyalah "efek samping" yang tidak diduga sendiri oleh Godhika.
i'm just a mammal with troubled soul



g.citra

Quote
Pertanyaannya :
(1) Apakah baik bila seseorang yang ingin terlahir di Alam Brahma melakukan aksi bunuh diri?
(2) Bukankah justru itu adalah kamma buruk?

Kesimpulannya, Godhika Thera 'berjudi' untuk terhindar dari alam-alam menderita, dan justru beliau 'beruntung' sehingga mencapai tingkat Arahat...

Kalau menurut Anda bagaimana?

1. Kalau orang biasa ya enggak baik lah... tapi kalau Godhika Thera, beliau memilih rasa sakit sebagai obyek meditasi lho...

2. yup... Dari cetana nya dah jelas tuh masih ada keinginan...

Berarti Sang Buddha juga 'Berjudi' dong... melakukan meditasi untuk mencari obat tuk mengatasi usia tua, sakit dan mati?

Namo Buddhaya...  _/\_ ...

K.K.

Thera Godhika tidak bunuh diri dalam keadaan jhana. Juga bukan karena ketakutan terlahir di alam rendah karena penyakitnya. Thera Godhika mengalami gangguan dari fisiknya yang menghalangi pencapaian kesucian yang seharusnya bisa dicapainya. Maka kemudian Thera Godhika menggorok lehernya sendiri dan sesaat ketika akan meninggal, ia mencapai Arahatta-phala.

Ketika seseorang akan meninggal, dikatakan bahwa unsur bathin menyatu dengan kesadaran dan meninggalkan jasmani, oleh karena itu kemungkinan karena keterkondisian karena jasmaninya sudah lepas, maka Thera Godhika mampu mencapai kearahataan.

Kisah Thera Godhika ini ada kemiripan dengan kisah Thera Channa yang juga menggorok lehernya dan kemudian mencapai Arahatta. Dalam kasus Thera Channa, ia mengalami sakit yang sangat tidak tertahankan dan karena sakitnya itu, ia juga terhambat dalam latihannya. Akhirnya Sariputta mendatangi dan membujuknya, namun tidak berhasil. Akhirnya Sariputta mengkhotbahkan tentang landasan indriah dan anatta, lalu meninggalkannya. Thera Channa kemudian mengambil pisau dan menggorok lehernya. Menurut komentar, Thera Channa sesaat setelah menggorok lehernya, memusatkan perhatian murni pada kematian dan ketakutan akan kematian dan merealisasi Arahatta Phala, lalu meninggal.


hatRed

 [at] kainyn

:o  wah.... kalo melihat cerita diatas seperti seakan2 dengan kondisi sekarat seseorang dapat lebih mudah mencapai nibbana.

apa tidak terlalu berbahaya? apalagi ntar kalo yg baca malah sangat terilhami. tanpa memiliki dasar yg kuat
i'm just a mammal with troubled soul



K.K.

Mereka punya potensi bukan karena keadaan sekaratnya, bukan juga karena bunuh dirinya.
Jadi intinya mereka memang punya kemampuan untuk mencapai kesucian, tetapi hanya terhalangi oleh jasmani (yang adalah akibat dari kamma buruk masa lampau). Kalau seseorang tidak punya potensi, mau bunuh diri atau apa juga tetap tidak akan mampu menjadi Arahat. Tidak ada gunanya "mengekor" cara2 orang lain. Dalam Sutta, banyak orang mencapai Arahat dengan cara aneh2. Contohnya saja Theri Khema yang melihat gambaran wanita cantik menjadi tua, Theri Kisa Gotami yang melihat percikan air, Thera Sappadasa yang melihat pisau, dan lain sebagainya. Apakah lalu dengan mengikuti perbuatan mereka, kita bisa jadi Arahat? Jika orang melihat "bunuh diri/lihat wanita tua/percikan air/pisau memudahkan orang mencapai Nibbana", maka sesungguhnya dia sudah dilekati pandangan "ritual membawa pada penyelamatan".


Nevada

Quote from: kainyn_kuthoThera Godhika tidak bunuh diri dalam keadaan jhana. Juga bukan karena ketakutan terlahir di alam rendah karena penyakitnya. Thera Godhika mengalami gangguan dari fisiknya yang menghalangi pencapaian kesucian yang seharusnya bisa dicapainya. Maka kemudian Thera Godhika menggorok lehernya sendiri dan sesaat ketika akan meninggal, ia mencapai Arahatta-phala.

Ya, saya paham kalau Godhika Thera mengalami keterbatasan secara fisik untuk mencapai Arahat. Lalu apa maksud dari keinginan untuk menggorok lehernya itu?

Apakah Godhika Thera ingin 'melepaskan diri' dari fisik itu?



K.K.

Quote from: upasaka on 27 December 2008, 02:20:55 PM
Ya, saya paham kalau Godhika Thera mengalami keterbatasan secara fisik untuk mencapai Arahat. Lalu apa maksud dari keinginan untuk menggorok lehernya itu?

Apakah Godhika Thera ingin 'melepaskan diri' dari fisik itu?

Mungkin begitu, atau mungkin juga karena sakit yang tak tertahankan.


Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 27 December 2008, 02:24:32 PM
Quote from: upasaka on 27 December 2008, 02:20:55 PM
Ya, saya paham kalau Godhika Thera mengalami keterbatasan secara fisik untuk mencapai Arahat. Lalu apa maksud dari keinginan untuk menggorok lehernya itu?

Apakah Godhika Thera ingin 'melepaskan diri' dari fisik itu?

Mungkin begitu, atau mungkin juga karena sakit yang tak tertahankan.



Kalau karena hambatan fisik lalu Godhika Thera membunuh dirinya sendiri, itu seperti orang yang frustasi dan menyerah... Itu tindakan yang tidak baik. Apalagi dengan modus untuk mencapai Alam Brahma...

Lalu sekejap setelah Godhika Thera mencapai Arahat, apakah semua kamma yang pernah beliau lakukan menjadi ahosi? Hal ini mengingat beliau sudah tidak terlahir di mana pun juga...

hatRed

 [at] kainyn

Quote from: upasaka on 27 December 2008, 12:32:43 PM
Godhika Thera adalah putra pemuka Malla di Pava. Ketika pergi ke Kapilavatthu bersama kerabatnya, ia melihat Mukjizat Ganda yang diperlihatkan oleh Sang Buddha. Selanjutnya ia tertarik untuk memasuki hidup kebhikkhuan. Ia telah menimbun kebajikan bersama kerabatnya dalam kehidupan-kehidupan lampau, khususnya pada zaman Buddha Siddhattha dan Kassapa. Delapan puluh tujuh kappa yang lampau, ia pernah menjadi raja sebanyak tujuh kali, dengan nama Mahasena. Dalam kehidupan sekarang, setelah menjadi bhikkhu, ia bertempat-tinggal di Kaïasila di Isigiïipassa. Di sana ia berusaha keras untuk meraih kesucian tertinggi (Arahat), namun ia hanya berhasil meraih pembebasan pikiran yang bersifat duniawi (samayika cetovimutti).

Pencapaian itu pun kemudian memudar, lenyap kembali karena (menurut Buddhaghosa Thera) Godhika Thera sedang menderita suatu penyakit yang akut (berhubungan dengan empedu, dan mengeluarkan dahak). Itu terjadi berulang-ulang hingga enam kali. Pada pencapaian ketujuh, ia sempat berpikir bahwa suatu makhluk yang pudar dari Pencerapan (Jhana), kehidupan mendatangnya tidaklah menentu (mungkin terlahirkan di alam rendah karena akibat kamma buruknya). Sementara itu, mereka yang berada dalam Jhana akan lahir kembali di Alam Brahma yang luhur. Dengan berpikir demikian, ia kemudian mengambil pisau cukur, dan dengan membaringkan tubuhnya, ia menggorok lehernya sendiri.

Mara, si Jahat yang melihat kejadian itu segera melaporkan kepada Sang Buddha. Beliau datang terlambat, Godhika Thera dijumpai dalam keadaan mati terkapar dengan leher terputus. Kendati demikian, Sang Buddha menyatakan bahwa Godhika Thera telah berhasil meraih Pembebasan Sejati (Nibbana).

"Orang bijaksana tidak mempunyai kemelekatan terhadap badan jasmaniah. Godhika telah melenyapkan keinginannya, meraih Nibbâna."

Demikianlah sabda Sang Buddha...



kalau ditilik dari cerita diatas, saya menanggapinya sbb:

Godhika menggorok leher/bunuh diri/melepas jasmani agar dia dapat mati di Alam Brahma.
i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

Quote from: hatRedkalau ditilik dari cerita diatas, saya menanggapinya sbb:

Godhika menggorok leher/bunuh diri/melepas jasmani agar dia dapat mati di Alam Brahma.

Saya setuju dengan Anda...

Namun di luar dugaan sebelumnya, Godhika Thera ternyata mampu mencapai tingkat kesucian Arahat... (miss-scenario)

K.K.

Quote from: upasaka on 27 December 2008, 02:28:53 PM

Kalau karena hambatan fisik lalu Godhika Thera membunuh dirinya sendiri, itu seperti orang yang frustasi dan menyerah... Itu tindakan yang tidak baik. Apalagi dengan modus untuk mencapai Alam Brahma...

Memang itu tindakan yang tidak baik. Pada saat itu 'kan memang Thera Godhika belum mencapai kesucian apapun.


QuoteLalu sekejap setelah Godhika Thera mencapai Arahat, apakah semua kamma yang pernah beliau lakukan menjadi ahosi? Hal ini mengingat beliau sudah tidak terlahir di mana pun juga...
Ya, sudah tidak terlahir di manapun, sehingga tidak terkondisi oleh kamma lagi.




Quote from: hatRed on 27 December 2008, 02:32:08 PM
[at] kainyn

kalau ditilik dari cerita diatas, saya menanggapinya sbb:

Godhika menggorok leher/bunuh diri/melepas jasmani agar dia dapat mati di Alam Brahma.

Mungkin saja. Seperti saya katakan, Thera Godhika saat memutuskan hal itu, belum mencapai kesucian.


Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 27 December 2008, 02:39:29 PM
Quote from: upasaka on 27 December 2008, 02:28:53 PM

Kalau karena hambatan fisik lalu Godhika Thera membunuh dirinya sendiri, itu seperti orang yang frustasi dan menyerah... Itu tindakan yang tidak baik. Apalagi dengan modus untuk mencapai Alam Brahma...

Memang itu tindakan yang tidak baik. (1) Pada saat itu 'kan memang Thera Godhika belum mencapai kesucian apapun.

QuoteLalu sekejap setelah Godhika Thera mencapai Arahat, apakah semua kamma yang pernah beliau lakukan menjadi ahosi? Hal ini mengingat beliau sudah tidak terlahir di mana pun juga...
Ya, sudah tidak terlahir di manapun, (2) sehingga tidak terkondisi oleh kamma lagi.




Quote from: hatRed on 27 December 2008, 02:32:08 PM
[at] kainyn

kalau ditilik dari cerita diatas, saya menanggapinya sbb:

Godhika menggorok leher/bunuh diri/melepas jasmani agar dia dapat mati di Alam Brahma.

Mungkin saja. Seperti saya katakan, Thera Godhika saat memutuskan hal itu, belum mencapai kesucian.



(1) Apa benar Godhika Thera belum mencapai tingkat kesucian apapun? Lalu dalam sekejap batinnya berkembang sampai ke taraf Arahat?

(2) Berarti semua buah kamma Godhika Thera 'terhapuskan' setelah memasuki Parinibbana seperti itu? Bagaimana jika di kehidupan lalu Godhika Thera pernah membunuh orang tuanya, dan vipaka-nya belum muncul? Buddha Gotama sendiri masih menerima vipaka buruk dari perbuatan-perbuatan-Nya dahulu, seperti menghina Pacceka Buddha...

K.K.

Quote from: upasaka on 27 December 2008, 02:35:46 PM
Saya setuju dengan Anda...

Namun di luar dugaan sebelumnya, Godhika Thera ternyata mampu mencapai tingkat kesucian Arahat... (miss-scenario)

Tambahan: mereka juga TIDAK menskenariokan "pencapaian Arahatta"-nya. Dalam kasus Thera Godhika, ia mempertimbangkan bahwa kehidupan di alam rendah menghalanginya untuk mencapai kesucian. Sedangkan dalam kasus Thera Channa, ia mengambil keputusan itu karena sakit yang tak tertahankan. Mereka mencapai Arahatta Phala karena perhatian murninya menjelang kematian.

hatRed

#43
untuk pertanyaan no 2, saya jadi ingat ada perkataan, seorang Buddha pun harus menghabiskan  buah karmanya.


[at] kainyn

boleh minta tolong di copast kisah tentang canna
i'm just a mammal with troubled soul



Reenzia

Quote from: upasaka on 27 December 2008, 01:56:37 PM
Quote from: Reenzia on 27 December 2008, 01:53:06 PM
1. sepertinya sih tidak
2. sepertinya tidak

saia blm bisa melihat bagaimana proses karma sih :))

(1) Sepertinya sih tidak -> maksudnya tidak baik yah?  :)
(2) sepertinya tidak -> maksudnya tidak merupakan kamma buruk yah?  :-?

LOGIKA :
tidak merupakan kamma buruk = bukan kamma buruk
tidak baik = buruk

Kesimpulan logika:
bukan kamma buruk adalah buruk  ???



hah salah tulis, bunuh dirinya adalah hal buruk, tapi dari proses mungkin dia mendapatkan 'aha'
dapat kamma buruk lah, tapi mungkin dy tau bakal dapat 'aha' ..dy jadi rela dapat kamma buruk demi 'aha'