Kerendahan Hati
kewarasan berpikir / sudah terlalu mengilain sesuatu atau uda freak gitu (nyindir)
Cinta Kasih
logika..........
banyak yg menyalahgunakannya untuk membuahkan kamma buruk
karena logikanya "setengah jalan"
sakit hati :whistle: :whistle:
Quote from: Reenzia on 29 November 2008, 01:57:57 PM
logika..........
banyak yg menyalahgunakannya untuk membuahkan kamma buruk
karena logikanya "setengah jalan"
setuju.. :)
[at] reenzia dan Forte
justru itu biar gak gitu, formula apa yg kurang
harap ditambahkan
Quote from: hatRed on 29 November 2008, 02:04:50 PM
[at] reenzia dan Forte
justru itu biar gak gitu, formula apa yg kurang
harap ditambahkan
latihan bertanya :
1. saya sekarang sedang apa ?
2. apa manfaat saya lakukan ini ?
2 hal itu selalu saya lakukan.. dan cukup manjur :)
Saat LOGIKA + PERASAAN
maka seharusnya adalah kebijaksanaan...
Anda tidak mungkin menjadi bijak hanya dengan logika (nalar sehat)
Anda tidak mungkin bijak dengan perasaan (hati nurani)
karena keduanyalah maka bijaksana ada
Kalaupun ada yg kurang yaitu tindakan. Karena percuma hanya bijaksana di batin, namun tidak bijaksana di tindakan.
Quote from: upasaka on 29 November 2008, 02:19:24 PM
Saat LOGIKA + PERASAAN
maka seharusnya adalah kebijaksanaan...
Anda tidak mungkin menjadi bijak hanya dengan logika (nalar sehat)
Anda tidak mungkin bijak dengan perasaan (hati nurani)
karena keduanyalah maka bijaksana ada
Kalaupun ada yg kurang yaitu tindakan. Karena percuma hanya bijaksana di batin, namun tidak bijaksana di tindakan.
logika+perasaan=kebijaksanaan
dhamma = kebijaksanaan tanpa logika+perasaan
karena logika dan perasaan adalah kemelekatan
saat nibbana, logika dan perasaan bukan kemelekatan, namun hasil dari kamma, sama seperti cinta kasih kepada semua mahluk
_/\_
[at] reenzia
hehe.... saya setuju, cuma keknya blon nyampe sono.
disini kita sampaikan pengalaman pribadi masing2 saja. dalam memperbaiki diri.
[at] reenzia
dari logika dan emosi maka kita bisa berpikir bijak
bijaksana itu mencakup pikiran yg akhirnya diimplementasikan dalam perbuatan
mana mungkin bisa punya batin yg bijak kalau menanggapi suatu hal tanpa berpikir secara nalar dan merasakan secara emosi.
Kebijaksanaan Tertinggi (menyadari Dhamma) adalah kebijaksanaan yg tidak terikat lagi oleh logika (nalar sehat) atau emosi.
Kenapa tidak terikat? Karena logika (cara berpikir kritis dan masuk akal) dan emosi sudah melebur di dalam penyadaran.
Sang Buddha (Sang Maha Bijaksana) tidak lagi melihat secara logika atau emosi ataupun melihat dari kedua sorot itu. Beliau sudah sadar.
Nah kalao sudah sadar sepenuhnya, kita tidak akan lagi menemukan pengklasifikasian terhadap logika (logis) atau emosi (hati nurani)
Kira2 begitu dulu yah
[at] All
kalau menurut pengalaman anda sebaiknya logika atau perasaan tidak ada
maka dapat menuliskan
- Logika (minus Logika)
atau
- Perasaan (minus Perasaan)
Quote from: Reenzia on 29 November 2008, 02:28:25 PM
saat nibbana, logika dan perasaan bukan kemelekatan, namun hasil dari kamma, sama seperti cinta kasih kepada semua mahluk
_/\_
Saudara dan rekan2 sekalian...
jangan sampai salah kaprah
Nibbana bukanlah hasil (vipaka) atau buah kamma. Nibbana itu bukan akhir, bukan awal.
Nibbana itu keadaan yg tak bersyarat.
Kira2 begitu dulu... _/\_
pada usaha untuk mencapai pemurnian jati diri, kita membutuhkan keduanya sebagai rakit.
Dari LOGIKA kita dapat berpikir sehat dan memilah hal yg benar, bukan sebagai bisikan hati atau kepercayaan buta (iman)
Dari PERASAAN kita dapat mencerna nalar dan memajukan hidup kita. Tanpa perasaan kita tidak mungkin memiliki keinginan untuk maju, terlebih keinginan untuk mencapai PEMBEBASAN.
Setelah TERSADARKAN dan MELIHAT DHAMMA, maka LOGIKA dan PERASAAN akan melebur menjadi PEMAHAMAN BENAR ATAS REALITAS. Bukannya kita buang.
LOGIKA dan PERASAAN akan menyublim menjadi satu unsur mutlak dalam diri, yaitu realitas (Kebijaksanaan Sejati).
Jadi kalau Anda ingin mencapai PENYADARAN, jangan buang LOGIKA atau PERASAAN Anda.
Kalau Anda tidak ingin mlekat pada 2 hal ini, maka 'lepaskanlah' setelah mencapai Pantai Seberang.
Salam
Quote from: upasaka on 29 November 2008, 02:39:26 PM
pada usaha untuk mencapai pemurnian jati diri, kita membutuhkan keduanya sebagai rakit.
Dari LOGIKA kita dapat berpikir sehat dan memilah hal yg benar, bukan sebagai bisikan hati atau kepercayaan buta (iman)
Dari PERASAAN kita dapat mencerna nalar dan memajukan hidup kita. Tanpa perasaan kita tidak mungkin memiliki keinginan untuk maju, terlebih keinginan untuk mencapai PEMBEBASAN.
Setelah TERSADARKAN dan MELIHAT DHAMMA, maka LOGIKA dan PERASAAN akan melebur menjadi PEMAHAMAN BENAR ATAS REALITAS. Bukannya kita buang.
LOGIKA dan PERASAAN akan menyublim menjadi satu unsur mutlak dalam diri, yaitu realitas (Kebijaksanaan Sejati).
Jadi kalau Anda ingin mencapai PENYADARAN, jangan buang LOGIKA atau PERASAAN Anda.
Kalau Anda tidak ingin mlekat pada 2 hal ini, maka 'lepaskanlah' setelah mencapai Pantai Seberang.
Salam
saia setuju, maksud saia tanpa logika dan perasaan bukan berarti keduanya tidak ada
namun tidak memandang dari kedua sisi tersebut
terlepas dari itu semua, kita memang membutuhkan keduanya untuk mencapai kebijaksanaan sejati itu _/\_
Quote from: Reenzia on 29 November 2008, 02:57:04 PM
Quote from: upasaka on 29 November 2008, 02:39:26 PM
pada usaha untuk mencapai pemurnian jati diri, kita membutuhkan keduanya sebagai rakit.
Dari LOGIKA kita dapat berpikir sehat dan memilah hal yg benar, bukan sebagai bisikan hati atau kepercayaan buta (iman)
Dari PERASAAN kita dapat mencerna nalar dan memajukan hidup kita. Tanpa perasaan kita tidak mungkin memiliki keinginan untuk maju, terlebih keinginan untuk mencapai PEMBEBASAN.
Setelah TERSADARKAN dan MELIHAT DHAMMA, maka LOGIKA dan PERASAAN akan melebur menjadi PEMAHAMAN BENAR ATAS REALITAS. Bukannya kita buang.
LOGIKA dan PERASAAN akan menyublim menjadi satu unsur mutlak dalam diri, yaitu realitas (Kebijaksanaan Sejati).
Jadi kalau Anda ingin mencapai PENYADARAN, jangan buang LOGIKA atau PERASAAN Anda.
Kalau Anda tidak ingin mlekat pada 2 hal ini, maka 'lepaskanlah' setelah mencapai Pantai Seberang.
Salam
saia setuju, maksud saia tanpa logika dan perasaan bukan berarti keduanya tidak ada
namun tidak memandang dari kedua sisi tersebut
terlepas dari itu semua, kita memang membutuhkan keduanya untuk mencapai kebijaksanaan sejati itu _/\_
_/\_
[at] upasaka dan reenzia
kalo gitu mana sumbangannya?
saia menyumbangkan pemikiran saia _/\_
Kebijaksanaan Agung hanya muncul ketika kita bisa melihat apa adanya tanpa ada interupsi dari logika dan perasaan. Justru dengan melihat logika dan perasaan sebagai proses batin, kita akan mengerti oleh sifat alami batin dan tidak tertipu oleh karenanya. Dari sanalah kebijaksanaan Agung akan muncul. Kebijaksanaan Agung/yg sesuai Dhamma inilah yg akan membawa kita pada pencapaian nibbana. _/\_
maap kata2 gw yg tadi tarik lagi..
kirain si hatred lagi apa gitu tadi T T
Logika+perasaan...
Semua orang punya kan?
Dan karena hanya bertindak berdasarkan itu, banyak kesalahan, ketidakpuasan dan akhirnya ketidakbahagiaan.
Dibutuhkan kesadaran...
Sadar akan apa yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan ...
Semoga dengan dilandasi kesadaran, kesalahan, ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan sedikit demi sedikit dapat dikurangi...
Sadar pada dasarnya menuntun orang menjadi lebih bijak... :)
Quote from: upasaka on 29 November 2008, 02:39:26 PM
pada usaha untuk mencapai pemurnian jati diri, kita membutuhkan keduanya sebagai rakit.
Dari LOGIKA kita dapat berpikir sehat dan memilah hal yg benar, bukan sebagai bisikan hati atau kepercayaan buta (iman)
Dari PERASAAN kita dapat mencerna nalar dan memajukan hidup kita. Tanpa perasaan kita tidak mungkin memiliki keinginan untuk maju, terlebih keinginan untuk mencapai PEMBEBASAN.
Setelah TERSADARKAN dan MELIHAT DHAMMA, maka LOGIKA dan PERASAAN akan melebur menjadi PEMAHAMAN BENAR ATAS REALITAS. Bukannya kita buang.
LOGIKA dan PERASAAN akan menyublim menjadi satu unsur mutlak dalam diri, yaitu realitas (Kebijaksanaan Sejati).
Jadi kalau Anda ingin mencapai PENYADARAN, jangan buang LOGIKA atau PERASAAN Anda.
Kalau Anda tidak ingin mlekat pada 2 hal ini, maka 'lepaskanlah' setelah mencapai Pantai Seberang.
Salam
sebagimana yang anda katakan, kita membutuhkan logika dan perasaan untuk mencapai kebijaksanaan. dan logika itulah yang saya diskusikan dalam thread Islam yang sepertinya sudah dihapus oleh moderator. setelah lama berdiskusi saya yakin, disini banyak orang yang bijaksana, karena telah melihat dhamma. tapi saya tidak yakin ada orang yang benar-benar mengerti logika. jadi, akhirnya kebijaksaan itu tampak pincang ketika didiskusikan.
Quote from: upasaka on 29 November 2008, 02:19:24 PM
Saat LOGIKA + PERASAAN
maka seharusnya adalah kebijaksanaan...
saya belajarnya beda
sila + samadhi = panna
_/\_
saya pernah bertemu dengan orang yang paling pandai dalam ilmu logika, hafal isi kitab agama-agama. boleh dibilang seorang jenius. dalam waktu 90 hari, dia mampu menghafal seluruh kitab suci agama-agama di dunia. saya berdebat dengannya selama berhari-hari. tapi saya selalu kalah. argumentasinya tidak terbantahkan. tapi, sya melihat bahwa didalam batinnya itu masih terkandung nivarana yang kuat. sebaliknya, saya pernah bertemu orang yang sederhana kecerdasannya, namun dia sudah tanpa nivarana. apakah itu artinya? dan manakah yang lebih baik dan bermanfaat?
menurut saya, orang sepandai apapun, sebanyak apapun hafalannya mengenai teks-teks suci, dan sekuat apapun argumentasinya, maka semua itu tidak dapat memberikan kebahagiaan kepada dirinya, jika di dalam batinnya masih terkandung nivarana. sebaliknya, walaupun orang sederhana kecerdasannya, sedikit hafalan teks sucinya, dan tidak pandai bermain logika, tapi bila dalam batinnya sudah tidak ada kekotoran, maka dia adlah orang yang bahagia. manakah yang akan kita dahululan, mencari kepintaran dulu atau kebahagiaan dulu?
Quote from: candra_mukti19 on 01 December 2008, 09:57:00 AM
saya pernah bertemu dengan orang yang paling pandai dalam ilmu logika, hafal isi kitab agama-agama. boleh dibilang seorang jenius. dalam waktu 90 hari, dia mampu menghafal seluruh kitab suci agama-agama di dunia.
apa ngga berlebihan tuh di bilang hafal semua kitab suci didunia?
harus masuk guines book of record tuh
bhikku yang cuma hafal seluruh tipitaka aja masuk ke dalam guiness book , sebagai orang dengan ingatan terdahsyat , apa lagi teman diskusi anda yang bisa menghafal kitab suci semua agama dalam 90 hari , orang ini puluhan kali lebih hebat dari bhikku itu dong...
_/\_
Quote from: upasaka on 29 November 2008, 02:39:26 PM
pada usaha untuk mencapai pemurnian jati diri, kita membutuhkan keduanya sebagai rakit.
Dari LOGIKA kita dapat berpikir sehat dan memilah hal yg benar, bukan sebagai bisikan hati atau kepercayaan buta (iman)
Dari PERASAAN kita dapat mencerna nalar dan memajukan hidup kita. Tanpa perasaan kita tidak mungkin memiliki keinginan untuk maju, terlebih keinginan untuk mencapai PEMBEBASAN.
Setelah TERSADARKAN dan MELIHAT DHAMMA, maka LOGIKA dan PERASAAN akan melebur menjadi PEMAHAMAN BENAR ATAS REALITAS. Bukannya kita buang.
LOGIKA dan PERASAAN akan menyublim menjadi satu unsur mutlak dalam diri, yaitu realitas (Kebijaksanaan Sejati).
Jadi kalau Anda ingin mencapai PENYADARAN, jangan buang LOGIKA atau PERASAAN Anda.
Kalau Anda tidak ingin mlekat pada 2 hal ini, maka 'lepaskanlah' setelah mencapai Pantai Seberang.
Salam
dear bro upasaka,
secara abhidhamma, perasaan/vedana itu terbagi menjadi 5 yaitu :
1. menyenangkan
2. tidak menyenangkan
3. netral
4. menyenangkan (mano dvara/pintu pikiran)
5. tidak menyenangkan (mana dvara/pintu pikiran)
Sementara keinginan itu adalah CETANA
Jadi yang membuat kita INGIN maju sebenarnya adalah CETANA, bukan VEDANA.... karena fungsi VEDANA dalam buddhism, berbeda dengan konsep awam
semoga bisa dimengerti yah _/\_
Quote from: candra_mukti19 on 01 December 2008, 09:57:00 AM
saya pernah bertemu dengan orang yang paling pandai dalam ilmu logika, hafal isi kitab agama-agama. boleh dibilang seorang jenius. dalam waktu 90 hari, dia mampu menghafal seluruh kitab suci agama-agama di dunia. saya berdebat dengannya selama berhari-hari. tapi saya selalu kalah. argumentasinya tidak terbantahkan. tapi, sya melihat bahwa didalam batinnya itu masih terkandung nivarana yang kuat. sebaliknya, saya pernah bertemu orang yang sederhana kecerdasannya, namun dia sudah tanpa nivarana. apakah itu artinya? dan manakah yang lebih baik dan bermanfaat?
menurut saya, orang sepandai apapun, sebanyak apapun hafalannya mengenai teks-teks suci, dan sekuat apapun argumentasinya, maka semua itu tidak dapat memberikan kebahagiaan kepada dirinya, jika di dalam batinnya masih terkandung nivarana. sebaliknya, walaupun orang sederhana kecerdasannya, sedikit hafalan teks sucinya, dan tidak pandai bermain logika, tapi bila dalam batinnya sudah tidak ada kekotoran, maka dia adlah orang yang bahagia. manakah yang akan kita dahululan, mencari kepintaran dulu atau kebahagiaan dulu?
dengan berdasar pada pandangan benar maka akan melakukan samadhi yg benar, yg otomatis akan membuat konsentrasi yg benar....
konsentrasi meningkat, kepintaran akan meningkat juga kok.....
mau mulai dari mana? terserah saja, yg penting itu bisa dilakukan mulai saat ini, dan bisa bermanfaat bagi batin anda........
Quote from: markosprawira on 01 December 2008, 10:35:35 AM
Quote from: candra_mukti19 on 01 December 2008, 09:57:00 AM
saya pernah bertemu dengan orang yang paling pandai dalam ilmu logika, hafal isi kitab agama-agama. boleh dibilang seorang jenius. dalam waktu 90 hari, dia mampu menghafal seluruh kitab suci agama-agama di dunia. saya berdebat dengannya selama berhari-hari. tapi saya selalu kalah. argumentasinya tidak terbantahkan. tapi, sya melihat bahwa didalam batinnya itu masih terkandung nivarana yang kuat. sebaliknya, saya pernah bertemu orang yang sederhana kecerdasannya, namun dia sudah tanpa nivarana. apakah itu artinya? dan manakah yang lebih baik dan bermanfaat?
menurut saya, orang sepandai apapun, sebanyak apapun hafalannya mengenai teks-teks suci, dan sekuat apapun argumentasinya, maka semua itu tidak dapat memberikan kebahagiaan kepada dirinya, jika di dalam batinnya masih terkandung nivarana. sebaliknya, walaupun orang sederhana kecerdasannya, sedikit hafalan teks sucinya, dan tidak pandai bermain logika, tapi bila dalam batinnya sudah tidak ada kekotoran, maka dia adlah orang yang bahagia. manakah yang akan kita dahululan, mencari kepintaran dulu atau kebahagiaan dulu?
dengan berdasar pada pandangan benar maka akan melakukan samadhi yg benar, yg otomatis akan membuat konsentrasi yg benar....
konsentrasi meningkat, kepintaran akan meningkat juga kok.....
mau mulai dari mana? terserah saja, yg penting itu bisa dilakukan mulai saat ini, dan bisa bermanfaat bagi batin anda........
masalahnya, saya sudah berbicara mendiskusikan ajaran budha secara logic, tapi banyak persoalan logika yang ingin saya ungkapkan untuk didiskusikan. tapi setiap kali saya mengambil logika muslim sebagai suatu pemikiran yang logic terhadap ajaran budha, moderator selalu menghapusnya. dianggapnya hal itu merupakan postingan yang berpotensi memicu kerusuhan. jadinya sulit bagi saya untuk berbicara logic, kalau komentar saya hanya harus mengikuti logika budhism. seharusnya logika itu universal, yang dasar pemikirannya dapat diambil dari agama mana saja.
sayalah satu logika ajaran budhist yang saya pertanyakan dalam thread yang telah dihapus moderator adalah sebagai berikut :
Saya ambil contoh kasus seorang netter muslim yang bernama Dewi yang ingin pindah masuk ke dalam agama budha. Dia menyatakan salah satu alasannya ingin meninggalkan Islam adalah praktik Qurban, yang dianggapnya "tidak manusiawi". Dan dia melihat, dalam ajaran agama budha itu tidak ada ajaran "menyembelih hewan". Dan Dewi melihat hal ini sebagai bukti ajaran cinta kasih yang universal. Baginya hal ini dapat menjadi alasan untuk meninggalkan Islam dan masuk agama budha. Sedangkan bagi saya hal itu tidak "masuk akal" untuk dijadikan alasan masuk agama budha. Saya katakan kepada Dewi :
Manusia boleh menyembelih hewan karena ada sesuatu yang harus di makan. Jika itu dianggap menyakiti, maka apakah memetik tanaman itu dianggap tidak menyakiti? Dalam ajaran islam dijelaskan bahwa selain hewan, tumbuh-tumbuhan juga punya perasaan, emosi dan kehendak. Ketika mereka dipotong atau dipetik sebelum waktunya, mereka merasa sakit. Bahkan dalam ajaran budha dikatakan bisa saja pohon pisang yang tumbuh dihalaman depan rumah itu merupakan reinkarnasi dari ibu kita di masa lalu. Jika anda tahu kalau pohon pisang itu merupakan reinkarnasi dari ibu anda di masa lalu, dan tahu bahwa dipetik dan dipangkasnya menyakitnya, apakah anda akan berani untuk memetik, memangkas, memakannya?
Anda mungkin tercampur dengan konsep agama lain, di mana tumbuhan dikategorikan sebagai makhluk hidup. Ada beberapa agama yang mengajarkan tidak memetik tumbuhan sama sekali, melainkan hanya makan dari bagian yang jatuh, seperti dedaunan yang jatuh atau buah-buahan yang jatuh sendiri.
Dalam Ajaran Sang Buddha, setahu saya tetumbuhan tidak dikategorikan sebagai makhluk (being, satta, satva), melainkan hanya unsur-unsur alamiah yang tumbuh, tetapi tidak memiliki mental dan aliran karma. Memang ada makhluk-makhluk halus yang tinggal di pepohonan (biasanya pohon besar), tetapi bukan pohon itu sendiri yang merupakan makhluk halus.
Sang Buddha juga mengajarkan jalan tengah, yaitu melakukan sesuatu yang diperlukan untuk pencerahan. Misalnya jika kita memaksakan diri untuk tidak makan sama sekali, hal itu adalah penyiksaan diri, bukan jalan pencerahan. Manusia boleh makan, dan ada karmanya. Tetapi membunuh makhluk hidup tidak dianjurkan. Karena mencintai makhluk lain, tidak seharusnya seseorang membunuh makhluk lain.
_/\_
Quote from: candra_mukti19 on 01 December 2008, 11:41:22 AM
sayalah satu logika ajaran budhist yang saya pertanyakan dalam thread yang telah dihapus moderator adalah sebagai berikut :
Saya ambil contoh kasus seorang netter muslim yang bernama Dewi yang ingin pindah masuk ke dalam agama budha. Dia menyatakan salah satu alasannya ingin meninggalkan Islam adalah praktik Qurban, yang dianggapnya "tidak manusiawi". Dan dia melihat, dalam ajaran agama budha itu tidak ada ajaran "menyembelih hewan". Dan Dewi melihat hal ini sebagai bukti ajaran cinta kasih yang universal. Baginya hal ini dapat menjadi alasan untuk meninggalkan Islam dan masuk agama budha. Sedangkan bagi saya hal itu tidak "masuk akal" untuk dijadikan alasan masuk agama budha. Saya katakan kepada Dewi :
Manusia boleh menyembelih hewan karena ada sesuatu yang harus di makan. Jika itu dianggap menyakiti, maka apakah memetik tanaman itu dianggap tidak menyakiti? Dalam ajaran islam dijelaskan bahwa selain hewan, tumbuh-tumbuhan juga punya perasaan, emosi dan kehendak. Ketika mereka dipotong atau dipetik sebelum waktunya, mereka merasa sakit. Bahkan dalam ajaran budha dikatakan bisa saja pohon pisang yang tumbuh dihalaman depan rumah itu merupakan reinkarnasi dari ibu kita di masa lalu. Jika anda tahu kalau pohon pisang itu merupakan reinkarnasi dari ibu anda di masa lalu, dan tahu bahwa dipetik dan dipangkasnya menyakitnya, apakah anda akan berani untuk memetik, memangkas, memakannya?
Secara buddhism :
Pohon hanya mempunyai fisik/rupa saja : dia bisa berkembang biak, memperbanyak diri, tapi tidak punya pikiran dan cetasika/faktor2 batin
cinta kasih yg universal itu ditujukan kepada semua mahluk tanpa kecuali.
Bukan kepada mereka yg "berhubungan" dengan kita saja.....
Semoga bisa dimengerti _/\_
Quote from: candra_mukti19 on 01 December 2008, 11:35:20 AM
jadinya sulit bagi saya untuk berbicara logic, kalau komentar saya hanya harus mengikuti logika budhism. seharusnya logika itu universal, yang dasar pemikirannya dapat diambil dari agama mana saja.
Bingung g jadinya.
Quote from: karuna_murti on 01 December 2008, 11:49:19 AM
Anda mungkin tercampur dengan konsep agama lain, di mana tumbuhan dikategorikan sebagai makhluk hidup. Ada beberapa agama yang mengajarkan tidak memetik tumbuhan sama sekali, melainkan hanya makan dari bagian yang jatuh, seperti dedaunan yang jatuh atau buah-buahan yang jatuh sendiri.
Dalam Ajaran Sang Buddha, setahu saya tetumbuhan tidak dikategorikan sebagai makhluk (being, satta, satva), melainkan hanya unsur-unsur alamiah yang tumbuh, tetapi tidak memiliki mental dan aliran karma. Memang ada makhluk-makhluk halus yang tinggal di pepohonan (biasanya pohon besar), tetapi bukan pohon itu sendiri yang merupakan makhluk halus.
Sang Buddha juga mengajarkan jalan tengah, yaitu melakukan sesuatu yang diperlukan untuk pencerahan. Misalnya jika kita memaksakan diri untuk tidak makan sama sekali, hal itu adalah penyiksaan diri, bukan jalan pencerahan. Manusia boleh makan, dan ada karmanya. Tetapi membunuh makhluk hidup tidak dianjurkan. Karena mencintai makhluk lain, tidak seharusnya seseorang membunuh makhluk lain.
_/\_
konsep hanyalah pendalil, tapi dia bukan dalil. pendalilnya mungkin saya ambil dari agama lain, tapi perhatikan dalilnya, pasti universal, menyeluruh dan sama dalam setiap agama. sudah lah.
saya pernah membaca dalam angutara nikaya bahwa budha menyebutkan beberapa orang telah terlahir menjadi pohon. saya lupa nomor halamannya. tapi saya tanya saja sama anda, apakah itu benar atau tidak?
jika anda katakan "tidak", maka besok saya akan mencoba mencari kembali dalam kitab itu tentang pernyataan budha menyangkut pepohonan yang mungkin reinkarnasi dari ayah ibu kita pada kehidupan lampau. jika memang tidak ada, berarti memang saya yang salah. jika memang ada, maka akan saya tunjukan pada anda.
jika anda jawab "ya", maka apakah reinkarnasi dari manusia -yang memiliki mental dan kmma- bisa tidak memiliki mental dan kamma?
[at] All
hoiii,,,, Pada OOT semua ya?
Quote from: hatRed on 01 December 2008, 12:02:50 PM
Quote from: candra_mukti19 on 01 December 2008, 11:35:20 AM
jadinya sulit bagi saya untuk berbicara logic, kalau komentar saya hanya harus mengikuti logika budhism. seharusnya logika itu universal, yang dasar pemikirannya dapat diambil dari agama mana saja.
Bingung g jadinya.
kalo saya sih gak bingung, cuma brpikir bahwa pembatasan dasar pemikiran itu merupakan hal yang tidak bijaksana. selama ajaran agama lain tidak sebut sebagai ajaran agama budha, dan ajaran agama budha tidak disebut sebagai ajaran agama lain, itu sih syah-syah saja.
Quote from: markosprawira on 01 December 2008, 10:24:07 AM
Quote from: upasaka on 29 November 2008, 02:39:26 PM
pada usaha untuk mencapai pemurnian jati diri, kita membutuhkan keduanya sebagai rakit.
Dari LOGIKA kita dapat berpikir sehat dan memilah hal yg benar, bukan sebagai bisikan hati atau kepercayaan buta (iman)
Dari PERASAAN kita dapat mencerna nalar dan memajukan hidup kita. Tanpa perasaan kita tidak mungkin memiliki keinginan untuk maju, terlebih keinginan untuk mencapai PEMBEBASAN.
Setelah TERSADARKAN dan MELIHAT DHAMMA, maka LOGIKA dan PERASAAN akan melebur menjadi PEMAHAMAN BENAR ATAS REALITAS. Bukannya kita buang.
LOGIKA dan PERASAAN akan menyublim menjadi satu unsur mutlak dalam diri, yaitu realitas (Kebijaksanaan Sejati).
Jadi kalau Anda ingin mencapai PENYADARAN, jangan buang LOGIKA atau PERASAAN Anda.
Kalau Anda tidak ingin mlekat pada 2 hal ini, maka 'lepaskanlah' setelah mencapai Pantai Seberang.
Salam
dear bro upasaka,
secara abhidhamma, perasaan/vedana itu terbagi menjadi 5 yaitu :
1. menyenangkan
2. tidak menyenangkan
3. netral
4. menyenangkan (mano dvara/pintu pikiran)
5. tidak menyenangkan (mana dvara/pintu pikiran)
Sementara keinginan itu adalah CETANA
Jadi yang membuat kita INGIN maju sebenarnya adalah CETANA, bukan VEDANA.... karena fungsi VEDANA dalam buddhism, berbeda dengan konsep awam
semoga bisa dimengerti yah _/\_
Terimakasih atas penjelasannya Bro Markos, saya mengerti _/\_
Maksud saya atas penjelasan awal di atas itu, adalah untuk membedakan makna 'akal' (logika) dan 'rasa' (emosi) yg sering dipakai orang awam. Tentu saja unsur batin / mental lebih kompleks dari unsur2 fisik, dan secara garis besar orang menyebutnya dengan logika dan perasaan (emosi).
Benar yg membuat kita 'ingin' adalah kehendak (cetana). Namun pada penjelasan mengenai LOGIKA vs PERASAAN ini, saya memakai
header-nya, yaitu perasaan (
feel). Bila kita 'ingin' mencapai penyadaran (paham / bijaksana), tentu kita terlebih dahulu menimbang suatu hal lewat logika dan perasaan. Setelah mampu menyadarinya, kita tidak lagi terikat oleh konsep logika atau perasaan, karena kita sudah PAHAM.
Ya, SILA + SAMADHI = PANNA
Kita mau melakukan SILA dan SAMADHI tentunya setelah kita menimbang dulu lewat 'logika' dan 'perasaan'.
CMIIW
_/\_
Quote from: hatRed on 01 December 2008, 12:07:39 PM
[at] All
hoiii,,,, Pada OOT semua ya?
kita gak oot Kok. ini kan sedang membicarakan logika, sesuai threadnya. saya sedang mencoba mencari tahu, betul gak selain dengan vippasana, umat budha memahami ajaran budha secara logic juga.
Mungkin ada kata pohon, tetapi setahu saya yang dimaksud adalah "penunggu pohon" atau "tree ghost / fairy".
Saya juga sering melihat diskusi apakah pohon adalah makhluk (being / satta) di berbagai forum Buddhis baik di sini maupun forum asing, tetapi tidak ada yang menyebutkan kalau pohon adalah makhluk.
[at] candra
mungkin om candra masih ada keluh kesah mengenai Logic ini, tetapi harap dibuat thread baru saja, karena disini saya ingin
V
Biar Back On Track Lagi
" Saat seseorang sudah dapat menggunakan Logika dan Perasaannya secara seimbang, hal apa lagi yang diperlukan?"
mohon sumbangannya berdasarkan pengalaman pribadi masing2.
maaf di delete
Quote from: hatRed on 01 December 2008, 12:17:13 PM
[at] candra
mungkin om candra masih ada keluh kesah mengenai Logic ini, tetapi harap dibuat thread baru saja, karena disini saya ingin
V
Biar Back On Track Lagi
" Saat seseorang sudah dapat menggunakan Logika dan Perasaannya secara seimbang, hal apa lagi yang diperlukan?"
mohon sumbangannya berdasarkan pengalaman pribadi masing2.
kalo gitu, tolong jelaskan dulu apa artinya keseimbangan antara logika dan perasaan?
nanti saya ikut komentar, tentang apa yang saya tahu tentang "apalagi yang diperlukan".
[at] candra
mungkin beberapa dijelaskan disini
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6667.0
Mengenai logika sudah tua sekali umurnya, mulai dari khotbah pertama Sang Buddha.
Akan tetapi saya tidak begitu menguasai logika, dan apologia dalam Buddhisme. Berikut ini adalah contoh logika dalam Buddhisme.
http://www.orientalia.org/article548.html
http://ccbs.ntu.edu.tw/FULLTEXT/JR-PHIL/factor.htm
di Kathavatthu banyak sekali istilah logika, seperti anuyoga, anuloma, patijna, niggaha, patikamma, nigamana, sayangnya bahasa indonesia yang sesuai yang saya ketahui cuma negasi ;D
Tradisi Buddhis lain seperti Mahayana sangat dikenal karena logika, seperti Tetralema Nagarjuna
wahh....... sumber yg bagus neh,
thnx a lot karuna
Quote from: upasaka on 01 December 2008, 12:14:07 PM
Quote from: markosprawira on 01 December 2008, 10:24:07 AM
Quote from: upasaka on 29 November 2008, 02:39:26 PM
pada usaha untuk mencapai pemurnian jati diri, kita membutuhkan keduanya sebagai rakit.
Dari LOGIKA kita dapat berpikir sehat dan memilah hal yg benar, bukan sebagai bisikan hati atau kepercayaan buta (iman)
Dari PERASAAN kita dapat mencerna nalar dan memajukan hidup kita. Tanpa perasaan kita tidak mungkin memiliki keinginan untuk maju, terlebih keinginan untuk mencapai PEMBEBASAN.
Setelah TERSADARKAN dan MELIHAT DHAMMA, maka LOGIKA dan PERASAAN akan melebur menjadi PEMAHAMAN BENAR ATAS REALITAS. Bukannya kita buang.
LOGIKA dan PERASAAN akan menyublim menjadi satu unsur mutlak dalam diri, yaitu realitas (Kebijaksanaan Sejati).
Jadi kalau Anda ingin mencapai PENYADARAN, jangan buang LOGIKA atau PERASAAN Anda.
Kalau Anda tidak ingin mlekat pada 2 hal ini, maka 'lepaskanlah' setelah mencapai Pantai Seberang.
Salam
dear bro upasaka,
secara abhidhamma, perasaan/vedana itu terbagi menjadi 5 yaitu :
1. menyenangkan
2. tidak menyenangkan
3. netral
4. menyenangkan (mano dvara/pintu pikiran)
5. tidak menyenangkan (mana dvara/pintu pikiran)
Sementara keinginan itu adalah CETANA
Jadi yang membuat kita INGIN maju sebenarnya adalah CETANA, bukan VEDANA.... karena fungsi VEDANA dalam buddhism, berbeda dengan konsep awam
semoga bisa dimengerti yah _/\_
Terimakasih atas penjelasannya Bro Markos, saya mengerti _/\_
Maksud saya atas penjelasan awal di atas itu, adalah untuk membedakan makna 'akal' (logika) dan 'rasa' (emosi) yg sering dipakai orang awam. Tentu saja unsur batin / mental lebih kompleks dari unsur2 fisik, dan secara garis besar orang menyebutnya dengan logika dan perasaan (emosi).
Benar yg membuat kita 'ingin' adalah kehendak (cetana). Namun pada penjelasan mengenai LOGIKA vs PERASAAN ini, saya memakai header-nya, yaitu perasaan (feel). Bila kita 'ingin' mencapai penyadaran (paham / bijaksana), tentu kita terlebih dahulu menimbang suatu hal lewat logika dan perasaan. Setelah mampu menyadarinya, kita tidak lagi terikat oleh konsep logika atau perasaan, karena kita sudah PAHAM.
Ya, SILA + SAMADHI = PANNA
Kita mau melakukan SILA dan SAMADHI tentunya setelah kita menimbang dulu lewat 'logika' dan 'perasaan'.
CMIIW
_/\_
dear bro upasaka,
maksud baik anda dimengerti _/\_
hanya saja ini adalah forum buddhis, dan sangat sayang loh jika kita tidak bisa memulai memberikan pemikiran2 secara buddhism.
memang agak lebih ribet karena harus menerangkan dari konsep awam ke buddhis namun dengan demikian, setidaknya kita sudah memulai pemikiran scr buddhis misal :
- perasaan itu dalam buddhis adalah faktor batin yg ada di setiap logika/citta/pikiran jadi tidaklah mgkn ada logika tanpa perasaan
- logika adalah citta/pikiran, sementara perasaan itu ada di cetasika. Keduanya pasti akan muncul bersamaan sehingga tidaklah mgkn ada yg blg org yg emosional itu tidak pake logika
maaf jika dirasa menggurui :-[
semoga bisa bermanfaat bagi kita semua
Quote from: candra_mukti19 on 01 December 2008, 12:06:34 PM
Quote from: karuna_murti on 01 December 2008, 11:49:19 AM
Anda mungkin tercampur dengan konsep agama lain, di mana tumbuhan dikategorikan sebagai makhluk hidup. Ada beberapa agama yang mengajarkan tidak memetik tumbuhan sama sekali, melainkan hanya makan dari bagian yang jatuh, seperti dedaunan yang jatuh atau buah-buahan yang jatuh sendiri.
Dalam Ajaran Sang Buddha, setahu saya tetumbuhan tidak dikategorikan sebagai makhluk (being, satta, satva), melainkan hanya unsur-unsur alamiah yang tumbuh, tetapi tidak memiliki mental dan aliran karma. Memang ada makhluk-makhluk halus yang tinggal di pepohonan (biasanya pohon besar), tetapi bukan pohon itu sendiri yang merupakan makhluk halus.
Sang Buddha juga mengajarkan jalan tengah, yaitu melakukan sesuatu yang diperlukan untuk pencerahan. Misalnya jika kita memaksakan diri untuk tidak makan sama sekali, hal itu adalah penyiksaan diri, bukan jalan pencerahan. Manusia boleh makan, dan ada karmanya. Tetapi membunuh makhluk hidup tidak dianjurkan. Karena mencintai makhluk lain, tidak seharusnya seseorang membunuh makhluk lain.
_/\_
konsep hanyalah pendalil, tapi dia bukan dalil. pendalilnya mungkin saya ambil dari agama lain, tapi perhatikan dalilnya, pasti universal, menyeluruh dan sama dalam setiap agama. sudah lah.
saya pernah membaca dalam angutara nikaya bahwa budha menyebutkan beberapa orang telah terlahir menjadi pohon. saya lupa nomor halamannya. tapi saya tanya saja sama anda, apakah itu benar atau tidak?
jika anda katakan "tidak", maka besok saya akan mencoba mencari kembali dalam kitab itu tentang pernyataan budha menyangkut pepohonan yang mungkin reinkarnasi dari ayah ibu kita pada kehidupan lampau. jika memang tidak ada, berarti memang saya yang salah. jika memang ada, maka akan saya tunjukan pada anda.
jika anda jawab "ya", maka apakah reinkarnasi dari manusia -yang memiliki mental dan kmma- bisa tidak memiliki mental dan kamma?
dear bro candra,
orang tidak mungkin terlahir menjadi pohon karena pohon tidak mempnyai batin.
silahkan dicek lagi karena batin inilah yg justru selama ini tidak bisa dijangkau dengan menggunakan panca indera sehingga harus menggunakan pintu indera pikiran
semoga dimengerti
[at] Bro Markos
Ya, itu yg saya maksud... he ;D
Karena saya berusaha dalam jalur (LOGIKA vs PERASAAN), makanya saya tidak terlalu baku sesuai Abhidhamma...
Saya paham atas penjelasan Anda. Semoga Penjelasan2 Anda ini bisa melengkapi penjelasan saya (yg kurang condong ke Buddhisme :-[), dan memberikan manfaat bagi semua rekan2...
_/\_
QuoteRe: Saat Logika dan Perasaan sudah ngumpul APA LAGI YG KURANG?
Tolong dibantu... gw ketinggalan kereta....
Saat Logika dan Perasaan sudah "ngumpul".... koq bisa ngumpul?....
apa yg kurang.... kurang utk melakukan sesuatu?... atau utk apa sih?
trims atas penjelasannya...
[at] johan3000
heheh...... sorry
coba bro baca ney dulu
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6667.0
Mendapat ilham dari om Hendrako
Quote from: hendrako on 01 December 2008, 09:22:45 PM
Sang Buddha mengajarkan salah satu kebijaksanaan sbb:
3. "Benar, warga suku Kalama, sudah sewajarnyalah kamu ragu-ragu, sudah sewajarnyalah kamu bingung. Dalam hal yang meragukan memang akan menimbulkan kebingungan. Oleh karena itu, warga suku Kalama, janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu, atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi, atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang dikatakan sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.
Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, 'Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan, maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut."
Petikan dari KALAMA SUTTA
Sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=705
maka diperlukan pembuktian.
apakah
"Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan"
Quote from: hatRed on 01 December 2008, 09:45:00 PM
[at] johan3000
heheh...... sorry
coba bro baca ney dulu
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6667.0
Pertama tama harus dijelaskan apa itu LOGIKA (cara berpikir Logika)..,
dan apa itu PERASAAN (cara berpikir menurut perasaan)....
Kalau itu belum dijelaskan dgn BENAR....
LOGIKANYA.....
seabaiknya tidak diteruskan perdebatan sampai
memanggil
KEBIJAKSANAAN.....
mohon dibantu penjelasannya...
Quote from: hatRed on 01 December 2008, 12:33:47 PM
[at] candra
mungkin beberapa dijelaskan disini
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6667.0
memperhatikan tulisan anda dithread tersebut tentang logika, sepertinya anda salah faham dengan logika. logika yang benar tidak melihatkan perasaan dalam prosesnya dan juga tidak mencampurni perasaan. sebagaimana logika dengan ilmiah, adalah 2 hal yang berbeda. kita harus mengenal betul, apa itu logika. sepertinya anda tahu betul apa itu perasaan, tapi anda kurang faham apa itu logika. sehingga muncul pertanyaan yang aneh "jika logika dan perasaan ngumpul, apalagi yang diperlukan?" pertanyaan ini tidak menyentuh relitas logika yang sebenarnya.
[at] candra
:agree:
Memank Logika tidak mencampuri perasaan,
sepertinya anda salah tanggap atas thread saya, maksud saya bukan seperti membuat adonan yang terdiri dari Logika dan Perasaan, tetapi bagaimana menyeimbangkan antara Logika dan Perasaan tersebut.
Quote from: markos
dear bro candra,
orang tidak mungkin terlahir menjadi pohon karena pohon tidak mempnyai batin.
silahkan dicek lagi karena batin inilah yg justru selama ini tidak bisa dijangkau dengan menggunakan panca indera sehingga harus menggunakan pintu indera pikiran
semoga dimengerti
argumentasi anda itu melanggar hukum logika, dan pelanggaran itu disebut irrelevent conclution, sehingga kesimpulan dan argumen anda tidak dapat diterima kebenarannya. jika pernyataan anda dikonversi ke dalam bentuk logika yang baku, maka akan tampak sebagai berikut :
pohon itu tidak berbatin. Dan setiap tidak berbatin itu mustahil jadi pohon. Jadi, orang itu mustahil jadi pohon.
persoalan pertama : kesimpulan tersebut mengandung 4 term, maka disebut irrelevent conclution. tampak kerancuannya pada argument ke 2.
persoalan kedua, argument tersebut belum jelas universilitasnya. Apakah setiap pohon itu tidak berbatin?
Persoalan ketiga : apakah yang berbatin itu mustahil menjadi sesuatu yang berbatin?
Persoalan keempat : mengapa pohon tidak berbatin?
Quote from: hatRed on 02 December 2008, 12:48:24 PM
[at] candra
:agree:
Memank Logika tidak mencampuri perasaan,
sepertinya anda salah tanggap atas thread saya, maksud saya bukan seperti membuat adonan yang terdiri dari Logika dan Perasaan, tetapi bagaimana menyeimbangkan antara Logika dan Perasaan tersebut.
persoalan menyeimbangkan logika dengn perasaan itu bagaikan pertanyaan, "bagaimana bunyinya bertepuk sebelah tangan?" orang akan berpikir keras untuk menemukan "bunyi tepukan sebelah tangan". seumur-umur tentu tidak akan terdengar. "bagaimana menyeimbangkan logika dengan perasaan?" pertanyaan itu seperti "bagaimana menyeimbangkan berat badan dengan awam yang berarak dilangit?" wah, pertanyaan yang aneh dan tidak masuk akal.
[at] all
sebaiknya teman-teman semua baca-baca dulu tentang apa itu logika. tinggal browsing aja di google. itu mudah kok. kalau kita salah faham dengan istilah, nanti diskusinya tidak akan mengena.
Quote from: candra_mukti19 on 02 December 2008, 12:59:31 PM
Quote from: hatRed on 02 December 2008, 12:48:24 PM
[at] candra
:agree:
Memank Logika tidak mencampuri perasaan,
sepertinya anda salah tanggap atas thread saya, maksud saya bukan seperti membuat adonan yang terdiri dari Logika dan Perasaan, tetapi bagaimana menyeimbangkan antara Logika dan Perasaan tersebut.
persoalan menyeimbangkan logika dengn perasaan itu bagaikan pertanyaan, "bagaimana bunyinya bertepuk sebelah tangan?" orang akan berpikir keras untuk menemukan "bunyi tepukan sebelah tangan". seumur-umur tentu tidak akan terdengar. "bagaimana menyeimbangkan logika dengan perasaan?" pertanyaan itu seperti "bagaimana menyeimbangkan berat badan dengan awam yang berarak dilangit?" wah, pertanyaan yang aneh dan tidak masuk akal.
saya rasa malah seperti "apakah anda percaya uang 1 milliar triliun ada?"
karena belum melihat/merasakan, bukan berarti tidak mungkin kan. saya rasa disini Logika bermain.
lalu apa dasar anda logika anda meng "anehkan"?
[at] hatred
logika itu adalah rumusan pemikiran, seperti rumus menghitung luas persegi panjang. Luas = Panjang x Lebar. lalu apakah bisa rumus luas persegi panjang diseimbangkan dengan perasaan?
dalam thread anda tadi, anda jelas menggunakan logika, tapi anda tampaknya tidak kenal rumusan logika yang benar. sehingga anda tampak bingung dengan logika itu sendiri.
QuoteKamu tahu gak apa arti logika itu sesungguhnya? Dalam percakapan sehari-hari, logika bisa diartikan sebagai akal sehat. Namun, logika merupakan kata yang berasal dari yunani yaitu logos yang artinya pemikiran atau penalaran. Berarti logika adalah pemikiran yang menggunakan prinsip-prinsip, bentuk-bentuk, hukum-hukum, kaidah,kaidah, serta penyimpulan yang sah. Ada dua pandangan tentang logika, yaitu logika sebagai ilmu pengetahuan dan logika sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan. Logika merupakan cabang dari ilmu filsafat. Jadi, jangan sok nyebut-nyebut kata logika kalau kamu gak tahu apa itu logika.
Gw juga sebenarnya kurang tau apa itu logika.....
semoga quote diatas tidak menyingung perasaan....
so apa itu perasaan ? kenapa mengumpul jadi satu? dst, dst
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 01:45:24 PM
QuoteKamu tahu gak apa arti logika itu sesungguhnya? Dalam percakapan sehari-hari, logika bisa diartikan sebagai akal sehat. Namun, logika merupakan kata yang berasal dari yunani yaitu logos yang artinya pemikiran atau penalaran. Berarti logika adalah pemikiran yang menggunakan prinsip-prinsip, bentuk-bentuk, hukum-hukum, kaidah,kaidah, serta penyimpulan yang sah. Ada dua pandangan tentang logika, yaitu logika sebagai ilmu pengetahuan dan logika sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan. Logika merupakan cabang dari ilmu filsafat. Jadi, jangan sok nyebut-nyebut kata logika kalau kamu gak tahu apa itu logika.
Gw juga sebenarnya kurang tau apa itu logika.....
semoga quote diatas tidak menyingung perasaan....
so apa itu perasaan ? kenapa mengumpul jadi satu? dst, dst
nah, juga sudah ingatkan. kalau kita kurang mengerti mengenai istilah sesuatu, sebaiknya kita hati-hati dalam menggunakannya. atau sebaiknya kita bertanya kepada orang yang lebih tahu, agar tidak terjadi miss persepsi dengan kawan diskusi kita. kadang-kadang perselisihan terjadi karena salah persepsi.
Quote from: candra_mukti19 on 02 December 2008, 01:28:33 PM
[at] hatred
logika itu adalah rumusan pemikiran, seperti rumus menghitung luas persegi panjang. Luas = Panjang x Lebar. lalu apakah bisa rumus luas persegi panjang diseimbangkan dengan perasaan?
diseimbangkan disini dalam melakukan (penilaian, tindak tanduk, serta pikiran).
[at] hatred
tapi dalam thread yang anda tunjukan tadi, tidak ada keterangan seperti itu kok.
ok!
jelaskan donk! bagaimana kondisi tidak seimbangnya logika - perasaan? dan bagaimana pula kondisi seimbangnya? biar kita-kita semua dapat mengerti maksud anda.
Quote from: candra_mukti19 on 02 December 2008, 12:55:56 PM
Quote from: markos
dear bro candra,
orang tidak mungkin terlahir menjadi pohon karena pohon tidak mempnyai batin.
silahkan dicek lagi karena batin inilah yg justru selama ini tidak bisa dijangkau dengan menggunakan panca indera sehingga harus menggunakan pintu indera pikiran
semoga dimengerti
argumentasi anda itu melanggar hukum logika, dan pelanggaran itu disebut irrelevent conclution, sehingga kesimpulan dan argumen anda tidak dapat diterima kebenarannya. jika pernyataan anda dikonversi ke dalam bentuk logika yang baku, maka akan tampak sebagai berikut :
pohon itu tidak berbatin. Dan setiap tidak berbatin itu mustahil jadi pohon. Jadi, orang itu mustahil jadi pohon.
persoalan pertama : kesimpulan tersebut mengandung 4 term, maka disebut irrelevent conclution. tampak kerancuannya pada argument ke 2.
persoalan kedua, argument tersebut belum jelas universilitasnya. Apakah setiap pohon itu tidak berbatin?
Persoalan ketiga : apakah yang berbatin itu mustahil menjadi sesuatu yang berbatin?
Persoalan keempat : mengapa pohon tidak berbatin?
Maksudnya irrelevant conclusion?
Masih relevan kok. Kecuali kalau anda sendiri tidak bicara dalam doktrin Buddhisme (yang berarti anda sendiri yang tidak relevan).
Dalam Tumimbal Lahir, mahluk yang adalah bathin dan jasmani selalu berproses
Dalam Tumimbal Lahir, ada kemungkinan terlahir memiliki jasmani dan bathin
Dalam Tumimbal Lahir, ada kemungkinan terlahir memiliki bathin tanpa jasmani (dalam Arupa Loka)
Dalam Tumimbal Lahir, tidak ada kemungkinan terlahir memiliki jasmani tanpa bathin
Pohon memiliki jasmani tanpa bathin.
-> Dalam Tumimbal Lahir, tidak ada kemungkinan terlahir menjadi pohon.
Quotepersoalan kedua, argument tersebut belum jelas universilitasnya. Apakah setiap pohon itu tidak berbatin?
Ini baru irrelevant conclusion. (Walaupun berbentuk pertanyaan)
Memang benar setiap pohon itu berbathin atau tidak, belum ada penyelidikan ilmiahnya. Tapi itu relevan kalau anda membahas ilmiah, bukan dalam konteks Buddhisme.
QuotePersoalan keempat : mengapa pohon tidak berbatin?
Ini juga tidak relevan. Di sini sedang dipermasalahkan probabilitas mahluk tumimbal lahir menjadi pohon, malah anda tanya kenapa pohon tidak berbatin. Seperti saat mempertanyakan kemungkinan evolusi ayam untuk terbang, anda tanya, "mengapa burung terbang?".
Anda yakin anda mengerti logic?
dlm dunia komputer kan... mengenal
contoh :
AND NOT OR
Quote
Ricky bilang PANDANGAN BENAR = OMONG KOSONG [ PB = OMK ]
Buddha mengajarkan PANDANGAN BENAR [ajaran Buddha = PB ]
jadi
ajaran Buddha = PB = OMK
ajaran Buddha = OMK
disini kelihatannya = bisa mewakilin AND
bagaimana menurut yg lain?
Kalau pohon tidak berbatin (apa itu maksudnya)...
kenapa Buddha pernah menyarankan tidak menebangk pohon yg lebih tinggi dari manusia...
(ada sesuatu di dlm pohon tsb)?
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 02:04:50 PM
dlm dunia komputer kan... mengenal
contoh :
AND NOT OR
Quote
Ricky bilang PANDANGAN BENAR = OMONG KOSONG [ PB = OMK ]
Buddha mengajarkan PANDANGAN BENAR [ajaran Buddha = PB ]
jadi
ajaran Buddha = PB = OMK
ajaran Buddha = OMK
disini kelihatannya = bisa mewakilin AND
bagaimana menurut yg lain?
logika komputer jangan diterapkan ke dalam logika filsafat, itu gak akan nyambung. walaupun asal mulanya logika komputer itu dari logika filsafat tapi setelah diubah ke dalam logika komputer, jadi mengalami perubahan. misal. dalam logika filsafat disebutkan " A adalah B". biasanya ditulis dalam logika komputer : A = B. padahal jika kalimat ini diubah lagi ke dalam logika filsafat pengertiannya akan berubah. A itu B tidak sma dengan A = B. A = B merupakan denisi varibel . dalam logika filsafat definisi dan keterangan dibedakan. bagaimana caranya membuat pernyataan "keterangan" dalam logika komputer ? kalau saya belum menemukannya, bagimana dengan anda?
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 02:08:07 PM
Kalau pohon tidak berbatin (apa itu maksudnya)...
kenapa Buddha pernah menyarankan tidak menebangk pohon yg lebih tinggi dari manusia...
(ada sesuatu di dlm pohon tsb)?
saya mengatakan kepada teman-teman budhist di sini bahwa pohon itu berbatin. dasar pemikiran ini, selain pengalaman pribadi juga dari banyak keterangan dlam sutta "petikan angutara nikkaya", dimana sang budha menyebutkan bahwa sebagian orang bertumimbal lahir menjdi pohon. (lain kali akan saya cari lagi nomor baitnya). tapi Sdr. Markosprawira menyatakan bahwa pohon itu tidak berbatin, dan manusia tidak mungkin bertumimbal lahir menjadi pohon. saya pernyataannya bertentangan dengan ajaran budhism yang saya baca dalam sutta. tapi, tentang mana yang benar, saya belum memastikannya. jika saya sudah menemukan kembali sutta yang saya baca tersebut, berarti pernyataan Sdr. Markos benar-benar tidak sesuai dengan sutta tersebut.
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 02:08:07 PM
Kalau pohon tidak berbatin (apa itu maksudnya)...
kenapa Buddha pernah menyarankan tidak menebangk pohon yg lebih tinggi dari manusia...
(ada sesuatu di dlm pohon tsb)?
Kalau dalam tradisi Theravada, bagi Bhikkhu memang dilarang untuk menebang atau merusak tumbuhan, tanpa melihat berapa tingginya. Penerapan Vinaya ini karena kisah seorang Bhikkhu yang tidak tahu bahwa di dalam pohon itu tinggal dewa pohon dan memotongnya. Kisah ini ada di Dhammapada Atthakatha, 222.
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 02:08:07 PM
Kalau pohon tidak berbatin (apa itu maksudnya)...
kenapa Buddha pernah menyarankan tidak menebangk pohon yg lebih tinggi dari manusia...
(ada sesuatu di dlm pohon tsb)?
Bro 3 R...
Minta donk...referensinya?
_/\_ :lotus:
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 02:04:50 PM
ajaran Buddha = PB = OMK
ajaran Buddha = OMK
Ajaran Buddha kita singkat jaid AB
AB = PB
PB = OMK
apakah
AB = OMK ????
bila yg dibawah diceklist semua berarti benar
Apakah AB = PB ?
Apakah PB = AB ?
Apakah PB = OMK ?
Apakah OMK = PB ?
kalo empat2nya betul maka AB = OMK adalah betul
tetapi kalau ada salah satu yg salah maka AB != OMK
Quote from: Lily W on 02 December 2008, 02:22:22 PM
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 02:08:07 PM
Kalau pohon tidak berbatin (apa itu maksudnya)...
kenapa Buddha pernah menyarankan tidak menebangk pohon yg lebih tinggi dari manusia...
(ada sesuatu di dlm pohon tsb)?
Bro 3 R...
Minta donk...referensinya?
_/\_ :lotus:
iya. nanti akan saya cari. tapi gak janji. soalnya, lagi sibuk ni.
ni juga saya lgi ngajar. diskusi disela-sela mengajar, sementara murid-murid sedang menerjakan soal yang saya berikan.
Quote from: hatRed on 30 November 2008, 02:38:02 PM
.............
"KEBIJAKSANAAN", kata ini saya artikan dimana Logika dan Perasaan sudah dalam posisi seimbang.
maka itu saya membuat thread "Saat Logika dan Perasaan Ngumpul APA LAGI YG KURANG?".
............
...........
maka itu diperlukan Logika dan Perasaan yang seimbang agar tumbuhnya Kebijaksanaan di dalam diri.
...........
related topic
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6699.0
Quote from: hatRed on 02 December 2008, 02:23:56 PM
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 02:04:50 PM
ajaran Buddha = PB = OMK
ajaran Buddha = OMK
Ajaran Buddha kita singkat jaid AB
AB = PB
PB = OMK
apakah
AB = OMK ????
ya benar :
AB = OMK
Quote from: hatred
bila yg dibawah diceklist semua berarti benar
Apakah AB = PB ?
Apakah PB = AB ?
Apakah PB = OMK ?
Apakah OMK = PB ?
kalo empat2nya betul maka AB = OMK adalah betul
tetapi kalau ada salah satu yg salah maka AB != OMK
nah, mari kita tanyakan kebenarannya kepada yang membuat pernyataan tadi. siapa itu? Ricki ya?
Quote from: hatRed on 02 December 2008, 02:33:54 PM
Quote from: hatRed on 30 November 2008, 02:38:02 PM
.............
"KEBIJAKSANAAN", kata ini saya artikan dimana Logika dan Perasaan sudah dalam posisi seimbang.
maka itu saya membuat thread "Saat Logika dan Perasaan Ngumpul APA LAGI YG KURANG?".
............
...........
maka itu diperlukan Logika dan Perasaan yang seimbang agar tumbuhnya Kebijaksanaan di dalam diri.
...........
related topic
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6699.0
oh itu ya.
apakah kebijaksanaan itu keseimbangan antara logika dengan perasaan? ataukah kebijaksanaan itu keseimbangan antara sila dengan samadhi?
hal inilah yg masih didebatkan disini
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6699.0
Quote from: candra_mukti19 on 02 December 2008, 02:37:38 PM
Quote from: hatRed on 02 December 2008, 02:23:56 PM
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 02:04:50 PM
ajaran Buddha = PB = OMK
ajaran Buddha = OMK
Ajaran Buddha kita singkat jaid AB
AB = PB
PB = OMK
apakah
AB = OMK ????
ya benar :
AB = OMK
Quote from: hatred
bila yg dibawah diceklist semua berarti benar
Apakah AB = PB ?
Apakah PB = AB ?
Apakah PB = OMK ?
Apakah OMK = PB ?
kalo empat2nya betul maka AB = OMK adalah betul
tetapi kalau ada salah satu yg salah maka AB != OMK
nah, mari kita tanyakan kebenarannya kepada yang membuat pernyataan tadi. siapa itu? Ricki ya?
Dan semua yg disini lebih yakin bahwa
AB NOT = OMK, berarti.....
Assumsi Ricky yg salah!... (salah ngomong dia...)
Jadi selain mempraktekkan (bermeditasi), berpikir intellegence dan berpikir jernih...
sangatlah diperlukan....(saling melengkapin deh....)
Siapakah yg dapat memberikan contoh konkrit..
bahwa PANDANGAN BENAR itu adalah OMONG KOSONG?
bagaimana menurut yg lain?
Dengan perbuatan yg terkendali (SILA) dan batin yg terkendali (SAMADHI), maka seseorang itu bisa disebut bijaksana.
Perbuatan dan keadaan batin yg bagaimana yg disebut terkendali itu? Tentu saja yg mengandung nilai Dhamma dan dipuji oleh para bijaksana...
Quote from: Lily W on 02 December 2008, 02:22:22 PM
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 02:08:07 PM
Kalau pohon tidak berbatin (apa itu maksudnya)...
kenapa Buddha pernah menyarankan tidak menebangk pohon yg lebih tinggi dari manusia...
(ada sesuatu di dlm pohon tsb)?
Bro 3 R...
Minta donk...referensinya?
_/\_ :lotus:
Maklum.... pemula... ngak nyanggup cari referensinya dimana...
[at] upasaka
SILA + SAMADHI = PANNA
atau
SILA dan SAMADHI dan PANNA
harap pembahasannya di topik reenzia saja,
di http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6699.0
Quote from: candra_mukti19 on 02 December 2008, 02:18:21 PM
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 02:08:07 PM
Kalau pohon tidak berbatin (apa itu maksudnya)...
kenapa Buddha pernah menyarankan tidak menebangk pohon yg lebih tinggi dari manusia...
(ada sesuatu di dlm pohon tsb)?
saya mengatakan kepada teman-teman budhist di sini bahwa pohon itu berbatin. dasar pemikiran ini, selain pengalaman pribadi juga dari banyak keterangan dlam sutta "petikan angutara nikkaya", dimana sang budha menyebutkan bahwa sebagian orang bertumimbal lahir menjdi pohon. (lain kali akan saya cari lagi nomor baitnya). tapi Sdr. Markosprawira menyatakan bahwa pohon itu tidak berbatin, dan manusia tidak mungkin bertumimbal lahir menjadi pohon. saya pernyataannya bertentangan dengan ajaran budhism yang saya baca dalam sutta. tapi, tentang mana yang benar, saya belum memastikannya. jika saya sudah menemukan kembali sutta yang saya baca tersebut, berarti pernyataan Sdr. Markos benar-benar tidak sesuai dengan sutta tersebut.
dear bro candra,
silahkan dicek kembali...... setiap sutta, pasti akan selaras dengan abhidhamma kok.....
dan dalam abhidhamma sudah dengan jelas disebutkan bhw mahluk hidup itu terdiri dari nama dan rupa, dan tumbuhan tidak termasuk ke dalam salah satu dari 31 alam kehidupan
jika anda berkenan, saya akan memberikan 31 alam kehidupan dan mahluk apa saja yg ada di dalamnya
pun sebaliknya tolong anda menunjukkan sutta mana yg menyatakan bhw tumbuhan adalah mahluk hidup (maaf jika mengganggu kesibukan anda mengajar)
cross check seperti ini diperlukan agar kita bisa mempunyai pemahaman yg benar.
semoga bisa dimengerti yah
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 03:03:26 PM
Quote from: Lily W on 02 December 2008, 02:22:22 PM
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 02:08:07 PM
Kalau pohon tidak berbatin (apa itu maksudnya)...
kenapa Buddha pernah menyarankan tidak menebangk pohon yg lebih tinggi dari manusia...
(ada sesuatu di dlm pohon tsb)?
Bro 3 R...
Minta donk...referensinya?
_/\_ :lotus:
Maklum.... pemula... ngak nyanggup cari referensinya dimana...
dear johan,
sejauh yg saya tahu, dalam vinaya, semua pohon itu dilarang utk ditebang (D.I.5).
kenapa demikian? karena dalam pohon biasanya ada mahluk2 hidup yg bersarang misal laba2, serangga, tawon/lebah atau mungkin kelinci
Jadi jangan diasumsikan bhw karena dilarang ditebang maka itu menandakan bhw pohon = mahluk hidup
sama juga seperti larangan utk tidak kemana2 selama musim hujan (3 bulan)
Bukan karena hujan = mahluk hidup jadi tidak boleh diinjak namun karena pada waktu musim hujan, bnyk mahluk yg sedang berkembang biak (Vin.I.137).
semoga logika ini bisa dimengerti
Quote from: hatRed on 02 December 2008, 03:10:38 PM
[at] upasaka
SILA + SAMADHI = PANNA
atau
SILA dan SAMADHI dan PANNA
harap pembahasannya di topik reenzia saja,
di http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6699.0
[at] hatRed
Saya hanya ingin meluruskan pandangan member lain yg ingin mengetahui formulasi kebijaksanaan...
Menurut saya logika + perasaan adalah rakit awal kita untuk mencapai pemahaman. Dari pemahaman (langsung) inilah kita akan memupuk kebijaksanaan. Jadi, yg masih kurang hanyalah implementasi perbuatan.
Itu yg saya alami secara pribadi di keseharian...
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 December 2008, 02:04:48 PM
Quote from: candra_mukti19 on 02 December 2008, 12:55:56 PM
Quote from: markos
dear bro candra,
orang tidak mungkin terlahir menjadi pohon karena pohon tidak mempnyai batin.
silahkan dicek lagi karena batin inilah yg justru selama ini tidak bisa dijangkau dengan menggunakan panca indera sehingga harus menggunakan pintu indera pikiran
semoga dimengerti
argumentasi anda itu melanggar hukum logika, dan pelanggaran itu disebut irrelevent conclution, sehingga kesimpulan dan argumen anda tidak dapat diterima kebenarannya. jika pernyataan anda dikonversi ke dalam bentuk logika yang baku, maka akan tampak sebagai berikut :
pohon itu tidak berbatin. Dan setiap tidak berbatin itu mustahil jadi pohon. Jadi, orang itu mustahil jadi pohon.
persoalan pertama : kesimpulan tersebut mengandung 4 term, maka disebut irrelevent conclution. tampak kerancuannya pada argument ke 2.
persoalan kedua, argument tersebut belum jelas universilitasnya. Apakah setiap pohon itu tidak berbatin?
Persoalan ketiga : apakah yang berbatin itu mustahil menjadi sesuatu yang berbatin?
Persoalan keempat : mengapa pohon tidak berbatin?
Maksudnya irrelevant conclusion?
Masih relevan kok. Kecuali kalau anda sendiri tidak bicara dalam doktrin Buddhisme (yang berarti anda sendiri yang tidak relevan).
Dalam Tumimbal Lahir, mahluk yang adalah bathin dan jasmani selalu berproses
Dalam Tumimbal Lahir, ada kemungkinan terlahir memiliki jasmani dan bathin
Dalam Tumimbal Lahir, ada kemungkinan terlahir memiliki bathin tanpa jasmani (dalam Arupa Loka)
Dalam Tumimbal Lahir, tidak ada kemungkinan terlahir memiliki jasmani tanpa bathin
Pohon memiliki jasmani tanpa bathin.
-> Dalam Tumimbal Lahir, tidak ada kemungkinan terlahir menjadi pohon.
Quotepersoalan kedua, argument tersebut belum jelas universilitasnya. Apakah setiap pohon itu tidak berbatin?
Ini baru irrelevant conclusion. (Walaupun berbentuk pertanyaan)
Memang benar setiap pohon itu berbathin atau tidak, belum ada penyelidikan ilmiahnya. Tapi itu relevan kalau anda membahas ilmiah, bukan dalam konteks Buddhisme.
QuotePersoalan keempat : mengapa pohon tidak berbatin?
Ini juga tidak relevan. Di sini sedang dipermasalahkan probabilitas mahluk tumimbal lahir menjadi pohon, malah anda tanya kenapa pohon tidak berbatin. Seperti saat mempertanyakan kemungkinan evolusi ayam untuk terbang, anda tanya, "mengapa burung terbang?".
Anda yakin anda mengerti logic?
dear bro candra,
saya ingin menambahkan apa yg belum disampaikan oleh bro kainyn
Quote1. pohon itu tidak berbatin. Dan setiap tidak berbatin itu mustahil jadi pohon. Jadi, orang itu mustahil jadi pohon.
mungkin yg anda maksud :
- pohon itu tidak mempunyai batin
- setiap yg mempunyai batin, mustahil menjadi pohon
- orang mustahil mempunyai pohon
logikanya seharusnya :
- mahluk hidup mempunyai batin
- pohon tidak mempunyai batin
- pohon bukan mahluk hidup
Quote3. Persoalan ketiga : apakah yang berbatin itu mustahil menjadi sesuatu yang berbatin?
kembali disini pertanyaan anda "aneh"
mgkn yg anda maksud : apakah yg berbatin itu, bisa menjadi sesuatu yg tidak berbatin
kalo benar spt diatas : iya itu mungkin. Manusia yg nama+rupa, kalau meninggal hanya tinggal rupa saja
tapi kalo dibalik : apakah yg tidak berbatin, bisa menjadi sesuatu yg berbatin
jawabnya adalah tidak mungkin. Karena kelahiran itu didorong oleh patisandhi citta, yang notabene merupakan maranasannavitthi (kesadaran terakhir sebelum meninggal) dari mahluk sebelumnya.
kembali saya ulangi bhw justru batin inilah yang tidak bisa dijangkau oleh panca indera (secara fisik) karena belum ada yg bisa mengukur batin sehingga apa yg didiskusikan menjadi agak membingungkan jika dilihat secara ilmiah
Semoga bisa dimengerti.......
NB : disini tidak membahas mengenai mahluk arupa dan mahluk asannasata yah
Quote from: hatRed on 28 November 2008, 12:03:09 PM
Saat logika dan perasaan sudah berkumpul, kurang apa lagi ya ?
kurang KOPI dan KACANG.
Quote from: hatRed on 28 November 2008, 12:03:09 PM
Saat logika dan perasaan sudah berkumpul, kurang apa lagi ya ?
kurang kontak, pencerapan, kehendak, konsentrasi, perhatian dan vitalitas hidup.... ;D
_/\_ :lotus:
[at] Lily
kurang kontak itu maksudnya gmana ya?
Phassa = kontak. Istilah kontak ini bukan berarti kontak secara fisik. Kontak merupakan factor batin yg pekerjaannya seperti sebuah pilar yg bertindak sebagai pendukung yg kuat untuk struktur gedung secara keseluruhan. Manifestasinya bersamaan dengan landasan, objek dan kesadaran.
Btw...Perasaan, kontak, pencerapan, kehendak, konsentrasi, perhatian dan vitalitas hidup adalah satu paket Faktor batin Netral yang selalu muncul di setiap kesadaran/pikiran.
_/\_ :lotus:
[at] liliy
maksudne kontak ntuh kayak relation yak?
Keseimbangan keduanya dan konsentrasi
mo nambahin, terinspirasi dari om upasaka dan hendrako :))
"Evaluasi" / "Pengkajian"
Pengalaman
Quote from: markosprawira on 02 December 2008, 03:13:33 PM
Quote from: candra_mukti19 on 02 December 2008, 02:18:21 PM
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 02:08:07 PM
Kalau pohon tidak berbatin (apa itu maksudnya)...
kenapa Buddha pernah menyarankan tidak menebangk pohon yg lebih tinggi dari manusia...
(ada sesuatu di dlm pohon tsb)?
saya mengatakan kepada teman-teman budhist di sini bahwa pohon itu berbatin. dasar pemikiran ini, selain pengalaman pribadi juga dari banyak keterangan dlam sutta "petikan angutara nikkaya", dimana sang budha menyebutkan bahwa sebagian orang bertumimbal lahir menjdi pohon. (lain kali akan saya cari lagi nomor baitnya). tapi Sdr. Markosprawira menyatakan bahwa pohon itu tidak berbatin, dan manusia tidak mungkin bertumimbal lahir menjadi pohon. saya pernyataannya bertentangan dengan ajaran budhism yang saya baca dalam sutta. tapi, tentang mana yang benar, saya belum memastikannya. jika saya sudah menemukan kembali sutta yang saya baca tersebut, berarti pernyataan Sdr. Markos benar-benar tidak sesuai dengan sutta tersebut.
dear bro candra,
silahkan dicek kembali...... setiap sutta, pasti akan selaras dengan abhidhamma kok.....
dan dalam abhidhamma sudah dengan jelas disebutkan bhw mahluk hidup itu terdiri dari nama dan rupa, dan tumbuhan tidak termasuk ke dalam salah satu dari 31 alam kehidupan
jika anda berkenan, saya akan memberikan 31 alam kehidupan dan mahluk apa saja yg ada di dalamnya
pun sebaliknya tolong anda menunjukkan sutta mana yg menyatakan bhw tumbuhan adalah mahluk hidup (maaf jika mengganggu kesibukan anda mengajar)
cross check seperti ini diperlukan agar kita bisa mempunyai pemahaman yg benar.
semoga bisa dimengerti yah
anda benar. saya sudah melakukan pengecekan kembali, memang yang disebutkan dalam abdhidhamma itu adalah makhluk halus yang tinggal di dalam pohon, tapi bukan manusia bertumbimbal jadi pohon.
saya minta maaf atas kesalahan postingan saya itu.
Quote from: markos
logikanya seharusnya :
- mahluk hidup mempunyai batin
- pohon tidak mempunyai batin
- pohon bukan mahluk hidup
kalo logika ini baru saya mengerti. jadi, saya baru mengerti sekarang kalau dalam doktrin budhist pepohonan tidak digolongkan kepada makluk hidup. beda ya dengan ilmu biologi?
Quote from: markos
kembali disini pertanyaan anda "aneh"
mgkn yg anda maksud : apakah yg berbatin itu, bisa menjadi sesuatu yg tidak berbatin
kalo benar spt diatas : iya itu mungkin. Manusia yg nama+rupa, kalau meninggal hanya tinggal rupa saja
tapi kalo dibalik : apakah yg tidak berbatin, bisa menjadi sesuatu yg berbatin
jawabnya adalah tidak mungkin. Karena kelahiran itu didorong oleh patisandhi citta, yang notabene merupakan maranasannavitthi (kesadaran terakhir sebelum meninggal) dari mahluk sebelumnya.
kembali saya ulangi bhw justru batin inilah yang tidak bisa dijangkau oleh panca indera (secara fisik) karena belum ada yg bisa mengukur batin sehingga apa yg didiskusikan menjadi agak membingungkan jika dilihat secara ilmiah
Semoga bisa dimengerti.......
NB : disini tidak membahas mengenai mahluk arupa dan mahluk asannasata yah
hmmm.....
tampaknya hal ini masuk akal juga. tapi, entalah nanti saya menyelidiknya lagi. sekarang lagi agar terburu-buru ni...
[at] markosprawira
penjelasan anda, dapat diterima oleh logika.
saya senang mendapat lawan diskusi yang bisa memberi penjelasan secara logik seperti anda.
kapan-kapan kita lanjut ya. sekarang saya mau sibuk dulu.
Quote from: markosprawira on 02 December 2008, 03:21:56 PM
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 03:03:26 PM
Quote from: Lily W on 02 December 2008, 02:22:22 PM
Quote from: johan3000 on 02 December 2008, 02:08:07 PM
Kalau pohon tidak berbatin (apa itu maksudnya)...
kenapa Buddha pernah menyarankan tidak menebangk pohon yg lebih tinggi dari manusia...
(ada sesuatu di dlm pohon tsb)?
Bro 3 R...
Minta donk...referensinya?
_/\_ :lotus:
Maklum.... pemula... ngak nyanggup cari referensinya dimana...
dear johan,
sejauh yg saya tahu, dalam vinaya, semua pohon itu dilarang utk ditebang (D.I.5).
kenapa demikian? karena dalam pohon biasanya ada mahluk2 hidup yg bersarang misal laba2, serangga, tawon/lebah atau mungkin kelinci
Jadi jangan diasumsikan bhw karena dilarang ditebang maka itu menandakan bhw pohon = mahluk hidup
sama juga seperti larangan utk tidak kemana2 selama musim hujan (3 bulan)
Bukan karena hujan = mahluk hidup jadi tidak boleh diinjak namun karena pada waktu musim hujan, bnyk mahluk yg sedang berkembang biak (Vin.I.137).
semoga logika ini bisa dimengerti
Bro Markosprawira...
Logika anda memang tidak diragukan lagi...
selalu menjawab dgn rinci dan jelas....
Lain kali kalau mau potong pohon tinggi, pohon itu di GETAR,
di ASAP baru di potong.....(maybe)...
REPUTASI +1 (utk cerita orang paling intelligence didunia oleh Bro Markosprawira
... linknya gw lupa dimana)
trims sebelumnya....
Quote from: kutho
Seharusnya, efek meditasi yg telah dikembangkan bro candra itu akan sangat membantu dalam penanganan kasus mereka.
Tentu jika bro candra bisa memanfaatkan efek meditasi, yaitu kejernihan berpikir, bro candra bisa mencari dan memberikan jalan lain (bila tdk mampu memberi solusi praktikal yg dibutuhkan), dan bukannya dengan memberi meditasi yg memerlukan waktu, kondisi dan usaha utk menumbuhkannya.
saya yakin kalau saya mengerti logic. mengapa? karena saya telah belajar kursus lilmu logika filsafat kepada seorang guru besar ilmu logika selama 2 tahun. dari 88 orang muridnya, saya adalah siswa terbaik dari ilmu logika. beliau merekomendasikan saya untuk mengajar ilmu logika di salah satu universitas di bandung, tapi saya gak berminat. kalau anda meragukan kemampuan logika saya, silahkan anda menguji kemampuan logika saya.
[at] kutho
adapun pertanyaan saya tentang "mengapa pohon itu tidak berbatin?" adalah tidak menyimpang dari topik bahasan. sebab pernyataan tersebut merupakan salah satu argumentasi dari markos. jika pernyataan "mengapa pohoh itu tidak berbatin?" tidak dapat dijawab dengan jelas oleh sdr. markos, maka pernyataan pertama juga mengandung makna yang tidka jelas. jika argumennya berisi kepalsuan, maka pernyataan pertama juga berisi kepalsuan. tapi, jika pernyataan itu hanya disandarkan kepada sutta, berarti itu namanya doktrin, bukan pernyataan logika dan bukan pula ilmuah (fakt). bisa difahami?
Quote from: candra_mukti19 on 03 December 2008, 10:25:22 AM
Quote from: markos
logikanya seharusnya :
- mahluk hidup mempunyai batin
- pohon tidak mempunyai batin
- pohon bukan mahluk hidup
kalo logika ini baru saya mengerti. jadi, saya baru mengerti sekarang kalau dalam doktrin budhist pepohonan tidak digolongkan kepada makluk hidup. beda ya dengan ilmu biologi?
saya rasa yg dimaksud om markos bukan secara buddhist tapi jika menurut penalaran logika biasa. :)
dan makhluk hidup yg dimaksud om markos adlh makhluk hidup dgn kesadaran (satta/sattva/satwa), bkn makhluk hidup yg bernafas (pana/prana)
Kalo menurut buddhist, saya kutipin dikit yah..
Quote
Dalam Vasettha Sutta, Sang Buddha mengelompokkan tumbuhan sebagai spesies makhluk
hidup [living beings]. Namun dalam Vasettha Sutta juga, Sang Buddha menambahkannya
dengan mengatakan bahwa tumbuhan tidak memiliki kesadaran.
Dalam Vasettha Sutta, Sutta Nipata, tumbuhan digolongkan dalam "pana" (living things/beings).
"(Vasetthati Bhagava) jativibhangam pananam; annamanna hi jatiyo"
Sedangkan "sentient beings" adalah satta (Sattva)
Apa beda Satta dan Pana?
satta – all beings (sentient beings with feelings) – makhluk hidup yang memiliki perasaan
pana – all living things (beings that breathe and live) – yang hidup dan bernapas
sudah ada postingannya di perpustakaan DC "
Uraian Mengenai Tumbuhan" bisa didonlot gratis ;D promosi mode [on] :P
mettacittena
_/\_
Quote from: candra_mukti19 on 04 December 2008, 09:19:00 AM
Quote from: kutho
Seharusnya, efek meditasi yg telah dikembangkan bro candra itu akan sangat membantu dalam penanganan kasus mereka.
Tentu jika bro candra bisa memanfaatkan efek meditasi, yaitu kejernihan berpikir, bro candra bisa mencari dan memberikan jalan lain (bila tdk mampu memberi solusi praktikal yg dibutuhkan), dan bukannya dengan memberi meditasi yg memerlukan waktu, kondisi dan usaha utk menumbuhkannya.
Pertama-tama, itu bukan tulisan saya.
Quotesaya yakin kalau saya mengerti logic. mengapa? karena saya telah belajar kursus lilmu logika filsafat kepada seorang guru besar ilmu logika selama 2 tahun. dari 88 orang muridnya, saya adalah siswa terbaik dari ilmu logika. beliau merekomendasikan saya untuk mengajar ilmu logika di salah satu universitas di bandung, tapi saya gak berminat. kalau anda meragukan kemampuan logika saya, silahkan anda menguji kemampuan logika saya.
;D FYI, saya tidak pernah mengakui kemampuan seseorang hanya berdasarkan prestasi akademik.
Saya juga bukan seorang penguji, tapi aplikasi syllogisme yang lalu saja (sorry OOT), anda sudah keliru.
- Buddha tidak menyetujui pembunuhan
- Buddha tidak menyetujui pembunuhan dengan alasan tertentu
Pernyataan yang ke dua adalah identik dengan "Buddha menyetujui pembunuhan dengan alasan yang lain dari tertentu itu"
Jika pernyataan ke dua benar, maka pernyataan pertama adalah salah; dan sebaliknya. Yang tidak masuk logika saya (yang tidak belajar filsafat logika ini) adalah anda menemukan banyak ayat yang mendukung pernyataan pertama dan mengakuinya, namun tetap meminta bukti ayat yang mengingkari pernyataan ke dua.
Quote[at] kutho
adapun pertanyaan saya tentang "mengapa pohon itu tidak berbatin?" adalah tidak menyimpang dari topik bahasan. sebab pernyataan tersebut merupakan salah satu argumentasi dari markos. jika pernyataan "mengapa pohoh itu tidak berbatin?" tidak dapat dijawab dengan jelas oleh sdr. markos, maka pernyataan pertama juga mengandung makna yang tidka jelas. jika argumennya berisi kepalsuan, maka pernyataan pertama juga berisi kepalsuan. tapi, jika pernyataan itu hanya disandarkan kepada sutta, berarti itu namanya doktrin, bukan pernyataan logika dan bukan pula ilmuah (fakt). bisa difahami?
Jadi, maksudnya mau memakai referensi ilmiah untuk membuktikan "logika" Buddha Dhamma? ;D
Jangan-jangan nanti anda tanya berapa gelombang otak Buddha waktu melihat kehidupan lampau seseorang? Kalau masih di beta atau gamma, berarti Buddha hanya mengarang cerita saja?
Kalau begitu saya menyerah deh sama anda. ^:)^
BTW, anda tahu istilah "pedantic"?
Quote from: kutho
Pernyataan yang ke dua adalah identik dengan "Buddha menyetujui pembunuhan dengan alasan yang lain dari tertentu itu"
tolong ingatkan saya, atau kasih saya link-nya. di thread mana saya menyatakan bahwa budha menyetujui pembunuhan dengan alasan tertentu? kok saya gak ingat?
maksud anda identik itu apa? terkesan gitu? kalau hanya kesan, maka itu keslahan kesan dan persepsi anda saja.
yang benar saya menyatakan bahwa budha tidak pernah menyatakan "setiap pembunuhan adalah buru (terlarang/jahat/salah/kamma buruk) dengan alasan apapun". dan pernytaan kedua saya ,"ajaran yang menyatakan semua pembunuhan itu terlarang dengan alasan apapun" merupakan ungkapan dari umat budhist atau bikhu yang menafsirkan ajaran budha."
pernyataan ketiga,"terdapat pembunuhan yang bukan kamma buruk/tidak jahat/ tidak melanggar kesucian/dan tidak bertentangan dengan hukum kebenaran." dan pernyataan ini jangan diidentikan "budha menyetujui pembunuhan dengan alasan tertentu."
Quote from: kutho
Jadi, maksudnya mau memakai referensi ilmiah untuk membuktikan "logika" Buddha Dhamma?
Jangan-jangan nanti anda tanya berapa gelombang otak Buddha waktu melihat kehidupan lampau seseorang? Kalau masih di beta atau gamma, berarti Buddha hanya mengarang cerita saja?
Kalau begitu saya menyerah deh sama anda.
BTW, anda tahu istilah "pedantic"?
saya tidak akan menanyakan gelombang otak budha. itu konyol menurut saya. saya hanya menanyakan, apa alasan sdr. Markos menyatakan bahwa pohon itu tidak berbatin? saya hanya ingin tahu, apakah dasar pernyataannya itu berdasarkan sutta, doktrin tradisi budhist, berdasarkan pembuktian ilmiah, atau pengalaman spiritual. itu aja kok. bisa dimengerti?
[at] kutho
pendatic? apaaan tuh? saya gak kenal istilah tersebut.
Quote from: candra_mukti19 on 04 December 2008, 09:19:00 AM
Quote from: kutho
Seharusnya, efek meditasi yg telah dikembangkan bro candra itu akan sangat membantu dalam penanganan kasus mereka.
Tentu jika bro candra bisa memanfaatkan efek meditasi, yaitu kejernihan berpikir, bro candra bisa mencari dan memberikan jalan lain (bila tdk mampu memberi solusi praktikal yg dibutuhkan), dan bukannya dengan memberi meditasi yg memerlukan waktu, kondisi dan usaha utk menumbuhkannya.
saya yakin kalau saya mengerti logic. mengapa? karena saya telah belajar kursus lilmu logika filsafat kepada seorang guru besar ilmu logika selama 2 tahun. dari 88 orang muridnya, saya adalah siswa terbaik dari ilmu logika. beliau merekomendasikan saya untuk mengajar ilmu logika di salah satu universitas di bandung, tapi saya gak berminat. kalau anda meragukan kemampuan logika saya, silahkan anda menguji kemampuan logika saya.
Dalam kehidupan (kegiatan) sehari-hari ataupun dalam hal mencari nafkah dgn suatu kepintaran...
Sebutkanlah daftar2 tsb diatas hal-hal yg sama sekali tidak memerlukan LOGIC!
Dan jawabannya selain LOGIC harus Masuk akal disertain contoh NYATA...!
trims sebelumnya...
Adakah kelemahan dalam berpikir LOGIC ? adakah kelembahan dlm ilmu logika?
Quote from: johan3000 on 04 December 2008, 03:03:20 PM
Adakah kelemahan dalam berpikir LOGIC ? adakah kelembahan dlm ilmu logika?
makanya disini lagi dicari, kekurangannya.
segala sesuatu ada kelemahannya
Quote from: candra_mukti19 on 04 December 2008, 03:18:19 PM
segala sesuatu ada kelemahannya
Apakah itu... coba daftarkan....(listing please)...
dimanakah ilmu LOGIC tidak berlaku?
contoh :......
hampir semua cewek yg udah ngak mudah...
kalau kita berikan pujian..pasti kesemsem..... (it always work)
eh....... lama ngak ketemu, elu kelihatan muda lho
wajah nya begitu bersinar, dan kenceng................
Logika darimana wajah bisa BERSINAR... dan KENCENG ?
Quote from: candra_mukti19 on 04 December 2008, 02:52:24 PM
Quote from: kutho
Pernyataan yang ke dua adalah identik dengan "Buddha menyetujui pembunuhan dengan alasan yang lain dari tertentu itu"
tolong ingatkan saya, atau kasih saya link-nya. di thread mana saya menyatakan bahwa budha menyetujui pembunuhan dengan alasan tertentu? kok saya gak ingat?
Sayang sekali, ketika keesokan hari saya buka, thread itu sudah didelete.
Quotemaksud anda identik itu apa? terkesan gitu? kalau hanya kesan, maka itu keslahan kesan dan persepsi anda saja.
yang benar saya menyatakan bahwa budha tidak pernah menyatakan "setiap pembunuhan adalah buru (terlarang/jahat/salah/kamma buruk) dengan alasan apapun". dan pernytaan kedua saya ,"ajaran yang menyatakan semua pembunuhan itu terlarang dengan alasan apapun" merupakan ungkapan dari umat budhist atau bikhu yang menafsirkan ajaran budha."
Karena thread sudah dihapus, saya lupa ayat-ayat mana saja yang sudah diberikan oleh rekan2 lain. Jadi saya berikan satu:
"Bhikkhus, I say, even destroying living things is done for three reasons, for greed, hate and delusion"
"Para Bhikkhu, Saya katakan, bahkan menghancurkan mahluk hidup dilakukan karena tiga alasan, karena keserakahan, kebencian dan kegelapan bathin"
Anguttara Nikaya, Dasaka, Kammanidànasutta.
Sudah jelas?
Atau dalam logika filosofis, itu berarti "ada kemungkinan pembunuhan yang dilakukan bukan berdasarkan keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin"?
Quotepernyataan ketiga,"terdapat pembunuhan yang bukan kamma buruk/tidak jahat/ tidak melanggar kesucian/dan tidak bertentangan dengan hukum kebenaran." dan pernyataan ini jangan diidentikan "budha menyetujui pembunuhan dengan alasan tertentu."
"Terdapat pembunuhan yang tidak bertentangan dengan hukum kebenaran" berarti "Terdapat pembunuhan yang bersesuaian dengan hukum kebenaran"
"Alasan tertentu" saya sertakan karena anda mengatakan sebelumnya tentang latar belakang pembunuhan (yang demi kebenaran), seperti itu pembelaan diri atau sejenis perang suci yang tanpa kemarahan, saya sudah lupa detailnya (dan juga contohnya seorang yang tidak jadi menebas kepala musuh karena menjadi marah). Jadi dengan alasan tertentu yang sesuai kondisinya, pembunuhan tertentu adalah bersesuaian dengan hukum kebenaran.
Karena Buddha menyetujui hal yang bersesuaian dengan hukum kebenaran, maka ini berarti "Buddha menyetujui pembunuhan dengan alasan tertentu" itu.
Dlm film vertical limit...
anak laki, anak perempuan, dan Ayah.... bergantungan disebuah tali...
tali tak akan menahan 3 org lebih lama.... maka ayah yg dibawah
memotong talinya (terjun bebas) demi menjaga nyawa kedua anaknya....
termasuk bunuh diri atau menolong nyawa?
Quote from: candra_mukti19 on 04 December 2008, 09:19:00 AM
Quote from: kutho
Seharusnya, efek meditasi yg telah dikembangkan bro candra itu akan sangat membantu dalam penanganan kasus mereka.
Tentu jika bro candra bisa memanfaatkan efek meditasi, yaitu kejernihan berpikir, bro candra bisa mencari dan memberikan jalan lain (bila tdk mampu memberi solusi praktikal yg dibutuhkan), dan bukannya dengan memberi meditasi yg memerlukan waktu, kondisi dan usaha utk menumbuhkannya.
saya yakin kalau saya mengerti logic. mengapa? karena saya telah belajar kursus lilmu logika filsafat kepada seorang guru besar ilmu logika selama 2 tahun. dari 88 orang muridnya, saya adalah siswa terbaik dari ilmu logika. beliau merekomendasikan saya untuk mengajar ilmu logika di salah satu universitas di bandung, tapi saya gak berminat. kalau anda meragukan kemampuan logika saya, silahkan anda menguji kemampuan logika saya.
Sebutkanlah mata pencaharian yg tidak memerlukan LOGIKA (berpikir logic) ?
Quote from: johan3000 on 04 December 2008, 04:42:52 PM
Dlm film vertical limit...
anak laki, anak perempuan, dan Ayah.... bergantungan disebuah tali...
tali tak akan menahan 3 org lebih lama.... maka ayah yg dibawah
memotong talinya (terjun bebas) demi menjaga nyawa kedua anaknya....
termasuk bunuh diri atau menolong nyawa?
22 nya termasuk... ;D
_/\_ :lotus:
[at] candramukti
melihat pertanyaan om kainyn saya copast dari replys saya atas pertanyaan anda di cerita jataka
Quote from: hatRed on 04 December 2008, 04:30:33 PM
Quote from: candra_mukti19 on 02 December 2008, 10:42:57 AM
bodhisatva adalah orang yang menaklukan kemarahan dengan cinta kasih........ Tapi beliau melawan kekafiran dengan keras.
^ ney dasarnya dari mana?
Quote
kekerasan adalah hal buruk. tapi hal itu bukan berarti "semua kekerasan adalah hal buruk". betul tidak? mengapa?
karena sang bodhisatva sendiri tidak menyatakan "semua kekerasan merupakan hal buruk"
dan ini tidak berarti "semua kekerasan adalah hal buruk" betul tidak?
aneh,
karena sang buddha gak pernah menyatakan SUATU HAL.
maka SUATU HAL itu adalah kebenaran. <---- maksud bro candra kek gini?
dari logika silogisme yg anda percayakan saja sudah gak cocok.
bro candra kek bilang
"Saya tidak suka mie"
tapi makan mie.
"Layaknya seorang pelaut yang mengandalkan kompas dalam hidupnya, tetapi ia lupa memeriksa kebenaran Kompasnya"
cuma mo memberikan koreksi
with respect,
hatRed
[at] bro johan3k
Hukum Karma tidak dapat disamakan seperti pulsa handphone,
ketika anda berbuat jahat maka pulsa anda berkurang, dan saat anda berbuat baik maka pulsa anda bertambah. apalagi dengan menimbang2 perbuatan itu baik atau tidak.
Hukum kamma adalah mutlak dan absolute dimana saya akan menganalogikan dengan mangkuk nasi
layaknya mangkuk nasi, saat anda berbuat karma buruk maka anda akan menaruh gabah ke mangkuk nasi tersebut, saat anda berbuat karma baik maka anda akan menaruh nasi ke mangkuk nasi tersebut. semakin banyak perbuatan baik, maka semakin banyak nasi yang anda masukkan, semakin banyak perbuatan jahat, maka semakin banyak gabah yang anda masukkan.
perbuatan baik tidak berarti anda mengurangi gabah
perbuatan jahat tidak berarti anda mengurangi nasi
apa yang anda makan adalah apa yang ada di mangkuk nasi tersebut
bisa saja anda memakan bagian nasi semua
bisa saja anda memakan bagian gabah semua
bisa saja campuran keduanya. rasanya juga tergantung lebih banyak mana saat anda makan, bila lebih banyak nasi maka rasa gabah tidak begitu terasa, begitu pula jika lebih banyak gabah maka rasa nasi tidak begitu terasa.
Hukum karma tidak bisa ditawar-tawar
Quote from: hatRed on 04 December 2008, 06:25:37 PM
[at] candramukti
melihat pertanyaan om kainyn saya copast dari replys saya atas pertanyaan anda di cerita jataka
Quote from: hatRed on 04 December 2008, 04:30:33 PM
Quote from: candra_mukti19 on 02 December 2008, 10:42:57 AM
bodhisatva adalah orang yang menaklukan kemarahan dengan cinta kasih........ Tapi beliau melawan kekafiran dengan keras.
^ ney dasarnya dari mana?
Quote
kekerasan adalah hal buruk. tapi hal itu bukan berarti "semua kekerasan adalah hal buruk". betul tidak? mengapa?
karena sang bodhisatva sendiri tidak menyatakan "semua kekerasan merupakan hal buruk"
dan ini tidak berarti "semua kekerasan adalah hal buruk" betul tidak?
aneh,
karena sang buddha gak pernah menyatakan SUATU HAL.
maka SUATU HAL itu adalah kebenaran. <---- maksud bro candra kek gini?
dari logika silogisme yg anda percayakan saja sudah gak cocok.
bro candra kek bilang
"Saya tidak suka mie"
tapi makan mie.
"Layaknya seorang pelaut yang mengandalkan kompas dalam hidupnya, tetapi ia lupa memeriksa kebenaran Kompasnya"
cuma mo memberikan koreksi
with respect,
hatRed
[at] bro johan3k
Hukum Karma tidak dapat disamakan seperti pulsa handphone,
ketika anda berbuat jahat maka pulsa anda berkurang, dan saat anda berbuat baik maka pulsa anda bertambah. apalagi dengan menimbang2 perbuatan itu baik atau tidak.
Hukum kamma adalah mutlak dan absolute dimana saya akan menganalogikan dengan mangkuk nasi
layaknya mangkuk nasi, saat anda berbuat karma buruk maka anda akan menaruh gabah ke mangkuk nasi tersebut, saat anda berbuat karma baik maka anda akan menaruh nasi ke mangkuk nasi tersebut. semakin banyak perbuatan baik, maka semakin banyak nasi yang anda masukkan, semakin banyak perbuatan jahat, maka semakin banyak gabah yang anda masukkan.
perbuatan baik tidak berarti anda mengurangi gabah
perbuatan jahat tidak berarti anda mengurangi nasi
apa yang anda makan adalah apa yang ada di mangkuk nasi tersebut
bisa saja anda memakan bagian nasi semua
bisa saja anda memakan bagian gabah semua
bisa saja campuran keduanya. rasanya juga tergantung lebih banyak mana saat anda makan, bila lebih banyak nasi maka rasa gabah tidak begitu terasa, begitu pula jika lebih banyak gabah maka rasa nasi tidak begitu terasa.
Hukum karma tidak bisa ditawar-tawar
Trims atas penjelasan RedHat yg begitu jelas....
bisa tunjukkan suta mana yg menyatakan hal tsb ? (karma spt nasi/gabah)
soalnya gw belum pernah baca sih...
trims sebelumnya! ;D
Quote from: Kainyn_Kutho on 04 December 2008, 04:37:49 PM
Quote from: candra_mukti19 on 04 December 2008, 02:52:24 PM
Quote from: kutho
Pernyataan yang ke dua adalah identik dengan "Buddha menyetujui pembunuhan dengan alasan yang lain dari tertentu itu"
tolong ingatkan saya, atau kasih saya link-nya. di thread mana saya menyatakan bahwa budha menyetujui pembunuhan dengan alasan tertentu? kok saya gak ingat?
Sayang sekali, ketika keesokan hari saya buka, thread itu sudah didelete.
Dengan luar biasanya, logika anda itu berulang kembali di thread lain:
Quote from: candra_mukti19 on 02 December 2008, 10:42:57 AM
dalam cerita jataka tersebut, jelas sekali bahwa kekerasan adalah hal buruk. tapi hal itu bukan berarti "semua kekerasan adalah hal buruk". betul tidak? mengapa? karena sang bodhisatva sendiri tidak menyatakan "semua kekerasan merupakan hal buruk". betul tidak? belaiu adalah orang yang menaklukan kemarahan dengan cinta. dan ini tidak berarti "semua kekerasan adalah hal buruk" betul tidak?
"telepon adalah untuk menelepon"
Karena tidak dikatakan "SEMUA telepon adalah untuk menelepon", maka berarti "Ada telepon yang bukan untuk telepon". ;D Untuk mainan kucing, barangkali?
Quotesaya yakin kalau saya mengerti logic. mengapa? karena saya telah belajar kursus lilmu logika filsafat kepada seorang guru besar ilmu logika selama 2 tahun. dari 88 orang muridnya, saya adalah siswa terbaik dari ilmu logika. beliau merekomendasikan saya untuk mengajar ilmu logika di salah satu universitas di bandung, tapi saya gak berminat. kalau anda meragukan kemampuan logika saya, silahkan anda menguji kemampuan logika saya.
Bukannya mau menguji.... bertukar pikiran begitu deh... atau saya yg belajar dari bro....
tetapi pertanyaannya ngak dijawab....jadi siapakah guru logika tsb?
Quote from: johan3000 on 04 December 2008, 04:25:44 PM
contoh :......
hampir semua cewek yg udah ngak mudah...
kalau kita berikan pujian..pasti kesemsem..... (it always work)
eh....... lama ngak ketemu, elu kelihatan muda lho
wajah nya begitu bersinar, dan kenceng................
Logika darimana wajah bisa BERSINAR... dan KENCENG ?
Dari facial treatment? :))
kalo di buddhism, jelas disebut ada :
- citta jarupa : efek dari citta/pikiran thd rupa/fisik (mknya org stres keliatan tua, org yg hepi keliatan muda)
- kamma jarupa : efek dari kamma thd fisik (misal awal ganteng, eh ketabrak jadi cacat)
- Utu jarupa : efek lingkungan thd fisik (awal sehat, krn lingkungan lembab, kena penyakit)
jadi benernya bnyk hal yg bisa membuat rupa berubah.........
[at] bro Johan
untuk sutta mana saya tidak tahu, tapi itulah yg saya dapat dari guru pelarajan Agama saya dulu.
waktu itu beliau mengumpamakan dengan pulpen yg ditulis diatas kertas.
perumpamaan gabah/nasi adalah perumpamaan saya sendiri agar lebih bisa "membawakan" proses hukum kamma dan bagaimana mendapatkan buah kamma.
Quote from: johan3000 on 04 December 2008, 04:25:44 PM
contoh :......
hampir semua cewek yg udah ngak mudah...
kalau kita berikan pujian..pasti kesemsem..... (it always work)
eh....... lama ngak ketemu, elu kelihatan muda lho
wajah nya begitu bersinar, dan kenceng................
Logika darimana wajah bisa BERSINAR... dan KENCENG ?
makanya kalo mo ngobrol ya mesti liat-liat topik donk! ni topik "sastra" atau "logika"? kalau dalam forum sastra atau topik sastra pernyataan "wajah bersinar" merupakan pernyataan yang bagus. itu disebut Depersnonifikasi. ada 52 gaya bahasa. litotes, ironi, satir, hyperbola, personifikasi, dll. dan yang kamu tulis itu disebut Defersonifikasi. tul kan?
Quote from: kutho
"Alasan tertentu" saya sertakan karena anda mengatakan sebelumnya tentang latar belakang pembunuhan (yang demi kebenaran), seperti itu pembelaan diri atau sejenis perang suci yang tanpa kemarahan, saya sudah lupa detailnya (dan juga contohnya seorang yang tidak jadi menebas kepala musuh karena menjadi marah). Jadi dengan alasan tertentu yang sesuai kondisinya, pembunuhan tertentu adalah bersesuaian dengan hukum kebenaran.
Karena Buddha menyetujui hal yang bersesuaian dengan hukum kebenaran, maka ini berarti "Buddha menyetujui pembunuhan dengan alasan tertentu" itu.
catat nih. pernyataan tersebut bukanlah pernyataan saya, bukan logika saya, tapi logika anda.
X = hal yang bersesuaian dengan hukum kebenaran
Y = menyetujui pembunuhan dengan alasan tertentu
budha itu menyetujui X . Dan setiap menyetujui X itu Y . Jadi, budha itu Y. <--- ini logika anda. silahkan kalau mau berpendapat begitu, tapi anda jangan minta saya mengakui kalau itu logika saya, karena saya tidak pernah menyatakan demikian.
saya tidak berani menyatakan demikian, karena tidak mengetahui jawaban dari :
apakah benar menyetujui hal yang bersesuaian dengan hukum kebenaran itu menyetujui pembunuhan dengan alasan tertentu? apa alasan anda menyatakan demikian?
Quote from: johan3000 on 04 December 2008, 04:42:52 PM
Dlm film vertical limit...
anak laki, anak perempuan, dan Ayah.... bergantungan disebuah tali...
tali tak akan menahan 3 org lebih lama.... maka ayah yg dibawah
memotong talinya (terjun bebas) demi menjaga nyawa kedua anaknya....
termasuk bunuh diri atau menolong nyawa?
menolong nyawa dengan bunuh diri
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 01:32:39 PM
Quote from: kutho
"Alasan tertentu" saya sertakan karena anda mengatakan sebelumnya tentang latar belakang pembunuhan (yang demi kebenaran), seperti itu pembelaan diri atau sejenis perang suci yang tanpa kemarahan, saya sudah lupa detailnya (dan juga contohnya seorang yang tidak jadi menebas kepala musuh karena menjadi marah). Jadi dengan alasan tertentu yang sesuai kondisinya, pembunuhan tertentu adalah bersesuaian dengan hukum kebenaran.
Karena Buddha menyetujui hal yang bersesuaian dengan hukum kebenaran, maka ini berarti "Buddha menyetujui pembunuhan dengan alasan tertentu" itu.
catat nih. pernyataan tersebut bukanlah pernyataan saya, bukan logika saya, tapi logika anda.
X = hal yang bersesuaian dengan hukum kebenaran
Y = menyetujui pembunuhan dengan alasan tertentu
budha itu menyetujui X . Dan setiap menyetujui X itu Y . Jadi, budha itu Y. <--- ini logika anda. silahkan kalau mau berpendapat begitu, tapi anda jangan minta saya mengakui kalau itu logika saya, karena saya tidak pernah menyatakan demikian.
saya tidak berani menyatakan demikian, karena tidak mengetahui jawaban dari :
apakah benar menyetujui hal yang bersesuaian dengan hukum kebenaran itu menyetujui pembunuhan dengan alasan tertentu? apa alasan anda menyatakan demikian?
Daripada anda terus berbelit-belit, coba dengan jelas ungkapkan yang mana saja pernyataan anda tentang pembunuhan menurut Buddha. Coba dibuat X dan Y seperti pernyataan anda di atas.
Quote from: kutho
"telepon adalah untuk menelepon"
Karena tidak dikatakan "SEMUA telepon adalah untuk menelepon", maka berarti "Ada telepon yang bukan untuk telepon". Grin Untuk mainan kucing, barangkali?
telepon adalah untuk menelepon. itu jelas sekali. anda sudah faham, tahu dan mengerti apa itu telepon, tak usahlah berbicara "semua telepon adalah untuk menelepon". ini masuk ke wilayah semantik. dan anda tidak belajar, bagaimana caranya bicara dengan orang yang benar-benar tidak tahu, tidak mengerti apa itu telepon. jika saya adalah orang yang tidak tahu menahu soal telepon, maka pernyataan "telepon adalah untuk menelepon" tentu merupakan pernyataan yang tidak jelas. dan saya akan bertanya, "sebagian atau seluruhnya?". janganlah mencampur adukan antara logic dengan semantic yach, tetaplah pada jalurnya masing-masing!
Quote from: kutho
Daripada anda terus berbelit-belit, coba dengan jelas ungkapkan yang mana saja pernyataan anda tentang pembunuhan menurut Buddha. Coba dibuat X dan Y seperti pernyataan anda di atas.
terlihat berbelit-belit ya? itu tandanya otak anda gak nyampe ke ilmu saya. maka jangn minta banyak-banyak. gw kasih atu aja pernyataan gw :
budha tidak perna menyatakan "semua pembunuhan adalah perbuatan jahat". ini aja pikir, betul gak? atu atau mikirnya, biar mudah.
Quote from: johan
Sebutkanlah mata pencaharian yg tidak memerlukan LOGIKA (berpikir logic) ?
pikir aja ndiri, ampe ketemu!
selamat berpikir dan termenung!
Oh, sekarang berkelit pada "semantic". Mungkin anda lebih cocok belajar pandangan Sanjaya Belathaputta.
jadi "pembunuhan adalah perbuatan jahat" bukan berarti "semua pembunuhan adalah perbuatan jahat" menurut logika filosofi anda itu logika yang benar, sedangkan kalau "telepon adalah untuk menelepon" berarti "semua telepon adalah untuk menelepon" menurut logika filosofi anda adalah benar, karena digolongkan Semantik? ;D
Luar biasa.
Ya sudah, semau anda saja. Saya tidak ikutan.
Quote from: johan
Bukannya mau menguji.... bertukar pikiran begitu deh... atau saya yg belajar dari bro....
tetapi pertanyaannya ngak dijawab....jadi siapakah guru logika tsb?
Johan! saya perhatikan anda itu cuma orang yang berusaha memperbanyak pertanyaan, dalam tradisi islam itu disebut metode jindal. boleh-boleh aja memperbanyak pertanyaan, tapi harus fokus pada inti permasalahan. saya perhatikan, pertanyaan anda diajukan dengan kurang memperhatikan bagian terpenting dari suatu pernyataan orang lain, maka pertanyaan-pertanyaan anda jadi ngambang. cobalah deh, untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih fokus ke inti persoalan!
Quote from: Kainyn_Kutho on 06 December 2008, 01:51:45 PM
Oh, sekarang berkelit pada "semantic". Mungkin anda lebih cocok belajar pandangan Sanjaya Belathaputta.
jadi "pembunuhan adalah perbuatan jahat" bukan berarti "semua pembunuhan adalah perbuatan jahat" menurut logika filosofi anda itu logika yang benar, sedangkan kalau "telepon adalah untuk menelepon" berarti "semua telepon adalah untuk menelepon" menurut logika filosofi anda adalah benar, karena digolongkan Semantik? ;D
Luar biasa.
Ya sudah, semau anda saja. Saya tidak ikutan.
eh, bodoh amat ni orang.
perhatikan 2 kalimat berikut :
1. pembunuhan adalah perbuatan jahat
2. telepon adalah untuk menelepon
menurut ilmu logika, 2 kalimat tersebut merupakan kalimat yang gak jelas. (catat!)
menurut ilmu semantic, 2 kalimat tersebut merupakan kalimat yang benar (catat!)
dan kita.....
disini sedang dialog secara logic. jadi, pakai donk aturan logic! (catat!)
kalau pake aturan logic, kalimatnya harus jelas, term pertama itu universal (seluruh) atau particular (sebagaian) (catat aturannya!)
jika tidak disebutkan, maka aturannya term pertama itu akan dianggap particular (catat aturan ini juga!)
OOT
Saat Logika dan Perasaan sudah ngumpul APA LAGI YG KURANG?
Quoteeh, bodoh amat ni orang.
perhatikan 2 kalimat berikut :
1. pembunuhan adalah perbuatan jahat
2. telepon adalah untuk menelepon
menurut ilmu logika, 2 kalimat tersebut merupakan kalimat yang gak jelas. (catat!)
menurut ilmu semantic, 2 kalimat tersebut merupakan kalimat yang benar (catat!)
minta sedikit ilmu bos chandra ^:)^
jadi gimana benarnya?
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 01:57:22 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 06 December 2008, 01:51:45 PM
Oh, sekarang berkelit pada "semantic". Mungkin anda lebih cocok belajar pandangan Sanjaya Belathaputta.
jadi "pembunuhan adalah perbuatan jahat" bukan berarti "semua pembunuhan adalah perbuatan jahat" menurut logika filosofi anda itu logika yang benar, sedangkan kalau "telepon adalah untuk menelepon" berarti "semua telepon adalah untuk menelepon" menurut logika filosofi anda adalah benar, karena digolongkan Semantik? ;D
Luar biasa.
Ya sudah, semau anda saja. Saya tidak ikutan.
eh, bodoh amat ni orang.
perhatikan 2 kalimat berikut :
1. pembunuhan adalah perbuatan jahat
2. telepon adalah untuk menelepon
menurut ilmu logika, 2 kalimat tersebut merupakan kalimat yang gak jelas. (catat!)
menurut ilmu semantic, 2 kalimat tersebut merupakan kalimat yang benar (catat!)
dan kita.....
disini sedang dialog secara logic. jadi, pakai donk aturan logic! (catat!)
kalau pake aturan logic, kalimatnya harus jelas, term pertama itu universal (seluruh) atau particular (sebagaian) (catat aturannya!)
jika tidak disebutkan, maka aturannya term pertama itu akan dianggap particular (catat aturan ini juga!)
si Kutu emank bodoh..
maklum aje...
tenang boss...
tenang...
;D
Quote from: RAIN on 06 December 2008, 02:01:27 PM
Quoteeh, bodoh amat ni orang.
perhatikan 2 kalimat berikut :
1. pembunuhan adalah perbuatan jahat
2. telepon adalah untuk menelepon
menurut ilmu logika, 2 kalimat tersebut merupakan kalimat yang gak jelas. (catat!)
menurut ilmu semantic, 2 kalimat tersebut merupakan kalimat yang benar (catat!)
minta sedikit ilmu bos chandra ^:)^
jadi gimana benarnya?
benarnya begini
1. kalimat nomor pertama tidak dinyatakan atau dimaknai universal (seluruh pembunuhan)
2. demikian pula kalimat ke dua.
gitu aja kok repot!
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 01:57:22 PM
eh, bodoh amat ni orang.
perhatikan 2 kalimat berikut :
1. pembunuhan adalah perbuatan jahat
2. telepon adalah untuk menelepon
menurut ilmu logika, 2 kalimat tersebut merupakan kalimat yang gak jelas. (catat!)
menurut ilmu semantic, 2 kalimat tersebut merupakan kalimat yang benar (catat!)
dan kita.....
disini sedang dialog secara logic. jadi, pakai donk aturan logic! (catat!)
kalau pake aturan logic, kalimatnya harus jelas, term pertama itu universal (seluruh) atau particular (sebagaian) (catat aturannya!)
jika tidak disebutkan, maka aturannya term pertama itu akan dianggap particular (catat aturan ini juga!)
Hi, orang pintar! Jadi "pembunuhan adalah perbuatan jahat" adalah kalimat gak jelas? Tidak jelas bagimu yang Jenius yah?
Otoritas mana yang menentukan kalimat satu adalah tidak jelas sedangkan lainnya tidak?
hai sol! kemana aja?
OOT
Saat Logika dan Perasaan sudah ngumpul APA LAGI YG KURANG?
nb:kalo mo berdebat apa itu logika dan ingin membuktikan Logika harap buat thread sendiri.
option ngancam explicit
tak bilang mod yak?
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 02:08:43 PM
hai sol! kemana aja?
gk di thread ini..karena gk menarik..;D
cuma ke thread2 yg menarik only~~ lol...
[at] kutu..
iyeh2..loe palink jenius..palink pinter..palink dalem Dhammane..
mr.Palink..
sux..
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 02:06:34 PM
benarnya begini
1. kalimat nomor pertama tidak dinyatakan atau dimaknai universal (seluruh pembunuhan)
2. demikian pula kalimat ke dua.
gitu aja kok repot!
Orang pandai ini menggolongkan kalimat satu "tidak universal" entah berdasarkan apanya....
Pembunuhan menurut Buddhisme:
1. Ada mahluk
2. Ada niat membunuh mahluk
3. Ada usaha dilakukan
4. mahluk mati
Pasti dibilang sama orang pandai ga universal deh.
Quote from: kutho
Hi, orang pintar! Jadi "pembunuhan adalah perbuatan jahat" adalah kalimat gak jelas? Tidak jelas bagimu yang Jenius yah?
Otoritas mana yang menentukan kalimat satu adalah tidak jelas sedangkan lainnya tidak?
otoritas setiap orang berakal lah! kecuali kalau loe gak berakal, pasti gak punya otoritas itu.
stop! ntar makin memanas lagi. ntar gw emosi lagi kayak kemarin. please! kalau gak bisa ngikuti aturan debat yang gw mau, brenti, please!
Quote from: El Sol on 06 December 2008, 02:10:50 PM
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 02:08:43 PM
hai sol! kemana aja?
gk di thread ini..karena gk menarik..;D
cuma ke thread2 yg menarik only~~ lol...
[at] kutu..
iyeh2..loe palink jenius..palink pinter..palink dalem Dhammane..
mr.Palink..
sux..
di sini, emank gw yang paling pintar dalam ilmu logika sol. tapi ngomongnya gak usah sinis githu!
[at] candra, kanyin, el sol, dll.
jangan tambah tinggi derajatnya, ntar global warming malah makin cepet... ^:)^
kalo mao diskusi ini, sdr. candra bikin thread baru aja yuk... kasian si hatred, thread dia jadi amburadul. ;D
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 02:15:10 PM
Quote from: kutho
Hi, orang pintar! Jadi "pembunuhan adalah perbuatan jahat" adalah kalimat gak jelas? Tidak jelas bagimu yang Jenius yah?
Otoritas mana yang menentukan kalimat satu adalah tidak jelas sedangkan lainnya tidak?
otoritas setiap orang berakal lah! kecuali kalau loe gak berakal, pasti gak punya otoritas itu.
stop! ntar makin memanas lagi. ntar gw emosi lagi kayak kemarin. please! kalau gak bisa ngikuti aturan debat yang gw mau, brenti, please!
Maunya anda seperti apa? semua orang berpaling dari ajaran Buddha ikutin logika anda sendiri?
Saya ulang:
Menurut ajaran Buddha, pembunuhan adalah:
1. Mengetahui adanya mahluk
2. Ada niat membunuh (menghilangkan nyawa)
3. Adanya usaha dijalankan
4. Mahluk tersebut mati
Saya tanya, apakah dari definisi itu, Buddha mendiskriminasikan pembunuhan menjadi beberapa jenis? (misalnya pembunuhan type A, alasannya iseng; pembunuhan type B, alasannya benci; dst) Tentu tidak bukan? Berarti menurut Buddha, pembunuhan tidak digolongkan menjadi berbagai jenis, hanya satu.
Anda mengatakan "pembunuhan" bukanlah "semua pembunuhan" adalah karena anda masih dipengaruhi ajaran lain yang mendisikriminasikan pembunuhan.
Dalam Dhamma, PEMBUNUHAN HANYA SATU JENIS, maka tidak disebutkan kata "SEMUA".
Dan pembunuhan yang hanya satu jenis itu adalah akibat dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin.
"Para Bhikkhu, Saya katakan, bahkan menghancurkan mahluk hidup dilakukan karena tiga alasan, karena keserakahan, kebencian dan kegelapan bathin" (Anguttara Nikaya, Dasaka, Kammanidànasutta.)
Bisa diterima sampai sini?
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 02:24:53 PM
Quote from: El Sol on 06 December 2008, 02:10:50 PM
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 02:08:43 PM
hai sol! kemana aja?
gk di thread ini..karena gk menarik..;D
cuma ke thread2 yg menarik only~~ lol...
[at] kutu..
iyeh2..loe palink jenius..palink pinter..palink dalem Dhammane..
mr.Palink..
sux..
di sini, emank gw yang paling pintar dalam ilmu logika sol. tapi ngomongnya gak usah sinis githu!
kutu = kaiyn kutho
Quote from: upasaka on 06 December 2008, 02:25:34 PM
[at] candra, kanyin, el sol, dll.
jangan tambah tinggi derajatnya, ntar global warming malah makin cepet... ^:)^
kalo mao diskusi ini, sdr. candra bikin thread baru aja yuk... kasian si hatred, thread dia jadi amburadul. ;D
gw mah rilex ajeh...
Waduh.............
thread ney saya buat sebagai ceklist buat saya pribadi dan mudah2an orang2 lain.
yang ingin mengembangkan kesadaran batin mereka.
Quote from: upasaka on 06 December 2008, 02:25:34 PM
[at] candra, kanyin, el sol, dll.
jangan tambah tinggi derajatnya, ntar global warming malah makin cepet... ^:)^
kalo mao diskusi ini, sdr. candra bikin thread baru aja yuk... kasian si hatred, thread dia jadi amburadul. ;D
Iya nih, masih kurang pengendalian diri.
hatRed, sorry yah threadnya jadi rusuh!
Jaaahh, justru aye mau ngeflame nih :))
Quote from: upasaka
[at] candra, kanyin, el sol, dll.
jangan tambah tinggi derajatnya, ntar global warming malah makin cepet... bow
kalo mao diskusi ini, sdr. candra bikin thread baru aja yuk... kasian si hatred, thread dia jadi amburadul.
saran anda, nama tread yang cocok untuk diskusi logic paan ya? maksud saya, saya ingin mendiksusikan ajaran budha dengan metodology logika, nama thread yang tepat apa? ada saran?
[at] ryu
what.
gak liat pa
Quote from: hatRed on 06 December 2008, 02:10:01 PM
option ngancam explicit
tak bilang mod yak?
eh.. ente ndiri mod yak :P
ngomong2 mana neh sumbangan2nya.
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 02:36:57 PM
Quote from: upasaka
[at] candra, kanyin, el sol, dll.
jangan tambah tinggi derajatnya, ntar global warming malah makin cepet... bow
kalo mao diskusi ini, sdr. candra bikin thread baru aja yuk... kasian si hatred, thread dia jadi amburadul.
saran anda, nama tread yang cocok untuk diskusi logic paan ya? maksud saya, saya ingin mendiksusikan ajaran budha dengan metodology logika, nama thread yang tepat apa? ada saran?
simpel aja, dan gak usah terlalu umum.
misal om candra mo bahas, tentang sang buddha menyatakan "Semua kekerasan adalah hal buruk".
ya uda itu aja judulnya.
atau mungkin dibuat child board baru berjudul teologi buddhis aja. gmana?
Quote from: kutho
Maunya anda seperti apa? semua orang berpaling dari ajaran Buddha ikutin logika anda sendiri?
belajar ajaran apapun harus logic donk. kalau tidak logic, belum tentu ajaran tersebut sesat, tapi ada indikasi "ajaran tersebut sesat".
Quote from: hatRed on 06 December 2008, 02:39:30 PM
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 02:36:57 PM
Quote from: upasaka
[at] candra, kanyin, el sol, dll.
jangan tambah tinggi derajatnya, ntar global warming malah makin cepet... bow
kalo mao diskusi ini, sdr. candra bikin thread baru aja yuk... kasian si hatred, thread dia jadi amburadul.
saran anda, nama tread yang cocok untuk diskusi logic paan ya? maksud saya, saya ingin mendiksusikan ajaran budha dengan metodology logika, nama thread yang tepat apa? ada saran?
simpel aja, dan gak usah terlalu umum.
misal om candra mo bahas, tentang sang buddha menyatakan "Semua kekerasan adalah hal buruk".
ya uda itu aja judulnya.
atau mungkin dibuat child board baru berjudul teologi buddhis aja. gmana?
bah, nama thread itu gak pas dengan maksud saya. soalnya, saya gak mau fokus ke satu hal seperti "semua kekerasan adalah hal buruk". dalam thread tersebut yang dibicarakan bisa apa aja, tapi harus secara logic, menurut hukum logic yang sudah umum diakui dunia internasional.
Quote from: hatRed on 06 December 2008, 02:37:11 PM
[at] ryu
what.
gak liat pa
Quote from: hatRed on 06 December 2008, 02:10:01 PM
option ngancam explicit
tak bilang mod yak?
eh.. ente ndiri mod yak :P
ngomong2 mana neh sumbangan2nya.
perasaan udah kok.
[at] candramukti
kalo gitu minta mbah sumedho aja buat child board 'Teologi Buddhis"
mmm.... teologi itu kan mesti logic kan?? (bner gak yak?)
nah kan pasti yg di dalam board tersebut pasti mesti sesuai logic
coba deh contact mbah sumedho dulu.
[at] candra
gini aja. hampir semua orang buddhis saya rasa setuju bahwa pembunuhan adalah tidak baik.
namun Sang Buddha tidak pernah mengatakan pembunuhan apapun itu dilarang.
nah, dari kedua kalimat tadi, ada celah yg terlihat oleh sorot logika.
maksudnya, secara spiritual jelas membunuh adalah terlarang (meski sang Buddha tidak pernah memberi larangan umum).
tapi dari cara berpikir logis (logika), hal ini menjadi terambang (menggantung).
tul gak sdr. candra? ;D
kalo betul, mungkin judul threadnya : "Pencerapan Logika dan Buddhisme" ???
dan hal yg dibahas pertama kali adalah mengenai peperangan / pembunuhan...
Quote from: ryu on 02 December 2008, 08:01:37 PM
Pengalaman
hehe... nyang ney yak.
tenq q
===========================
ayok yang laen yang laen , mana sumbangannya jangan ngobrol terus.
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 02:40:09 PM
Quote from: kutho
Maunya anda seperti apa? semua orang berpaling dari ajaran Buddha ikutin logika anda sendiri?
belajar ajaran apapun harus logic donk. kalau tidak logic, belum tentu ajaran tersebut sesat, tapi ada indikasi "ajaran tersebut sesat".
Untuk aplikasi (dalam kehidupan sehari-hari), silahkan gunakan logic (berdasarkan pengalaman hidup sendiri) untuk mengetesnya.
Untuk masalah doktrin, tidak bisa menguji dengan kriteria yang anda tetapkan sendiri, harus tetap sesuai aturan main.
Misalnya mengenai pembunuhan, juga mengenai pohon termasuk benda hidup dalam dhamma. Tidak bisa dipaksakan sebagai mahluk, hanya karena menggenggam biologi. Itu yang biasa orang Zen katakan, ingin minum teh baru, kosongkan dulu cangkir dari teh lama.
Quote from: kutho
Orang pandai ini menggolongkan kalimat satu "tidak universal" entah berdasarkan apanya....
Pembunuhan menurut Buddhisme:
1. Ada mahluk
2. Ada niat membunuh mahluk
3. Ada usaha dilakukan
4. mahluk mati
Pasti dibilang sama orang pandai ga universal deh.
jelaskan, apakah itu "definisi" atau "keterangan". jika pembunuhan itu X, dan X itu pembunuhan, maka X adalah definisi dari pembunuhan.
jika 4 point tersebut merupakan definisi pembunuhan, maka itu tidak memenuhi syarat definisi.
jika itu keterangan, memang harus dipertanyakan universalitasnya.
[at] hatred...
aye udah loh dari kemaren2, jangan ditagih lagi yah.. ;D
Quote from: upasaka on 02 December 2008, 03:42:13 PM
Menurut saya logika + perasaan adalah rakit awal kita untuk mencapai pemahaman. Dari pemahaman (langsung) inilah kita akan memupuk kebijaksanaan. Jadi, yg masih kurang hanyalah implementasi perbuatan.
Itu yg saya alami secara pribadi di keseharian...
:hammer:
keknya mesti bilang mod neh.
mod ryu gmana neh???
[at] upasaka
yup :yes: yg itu aye inget kok
trims juga
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 02:49:59 PM
Quote from: kutho
Orang pandai ini menggolongkan kalimat satu "tidak universal" entah berdasarkan apanya....
Pembunuhan menurut Buddhisme:
1. Ada mahluk
2. Ada niat membunuh mahluk
3. Ada usaha dilakukan
4. mahluk mati
Pasti dibilang sama orang pandai ga universal deh.
jelaskan, apakah itu "definisi" atau "keterangan". jika pembunuhan itu X, dan X itu pembunuhan, maka X adalah definisi dari pembunuhan.
jika 4 point tersebut merupakan definisi pembunuhan, maka itu tidak memenuhi syarat definisi.
jika itu keterangan, memang harus dipertanyakan universalitasnya.
Mengapa tidak memenuhi syarat definisi?
Quote from: Kainyn_Kutho on 06 December 2008, 02:52:38 PM
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 02:49:59 PM
Quote from: kutho
Orang pandai ini menggolongkan kalimat satu "tidak universal" entah berdasarkan apanya....
Pembunuhan menurut Buddhisme:
1. Ada mahluk
2. Ada niat membunuh mahluk
3. Ada usaha dilakukan
4. mahluk mati
Pasti dibilang sama orang pandai ga universal deh.
jelaskan, apakah itu "definisi" atau "keterangan". jika pembunuhan itu X, dan X itu pembunuhan, maka X adalah definisi dari pembunuhan.
jika 4 point tersebut merupakan definisi pembunuhan, maka itu tidak memenuhi syarat definisi.
jika itu keterangan, memang harus dipertanyakan universalitasnya.
Mengapa tidak memenuhi syarat definisi?
[at] kainyin
seharusnya yg no. 4 itu : "kematian dari makhluk ybs, akibat dari perbuatan si pelaku (pembunuh)"
kalau begitu seharusnya sudah memenuhi syarat definisi (tidak menggantung - defiinisinya jelas)
Re: Saat Logika dan Perasaan sudah ngumpul APA LAGI YG KURANG?
Kwitiau goreng sea foo, japanese green tea with ice....
Kalau bahas terus ngak ada makannyanya... apakah itu masuk LOGIKA?
Nah... sambil makan kita bahas lagi...........
Ada berapakah cara berpikir? dan bagaimana menggunakakan teknik masing?...
saya mulai... dan Silahkan yg lain melengkapin...
1. Optimal Thinking
2. Lateral Thinking
3. Transformational Thinking
4. Creative Thinking
5. Clear Thinking..
dst
Quote from: upasaka on 06 December 2008, 02:54:46 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 06 December 2008, 02:52:38 PM
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 02:49:59 PM
Quote from: kutho
Orang pandai ini menggolongkan kalimat satu "tidak universal" entah berdasarkan apanya....
Pembunuhan menurut Buddhisme:
1. Ada mahluk
2. Ada niat membunuh mahluk
3. Ada usaha dilakukan
4. mahluk mati
Pasti dibilang sama orang pandai ga universal deh.
jelaskan, apakah itu "definisi" atau "keterangan". jika pembunuhan itu X, dan X itu pembunuhan, maka X adalah definisi dari pembunuhan.
jika 4 point tersebut merupakan definisi pembunuhan, maka itu tidak memenuhi syarat definisi.
jika itu keterangan, memang harus dipertanyakan universalitasnya.
Mengapa tidak memenuhi syarat definisi?
[at] kainyin
seharusnya yg no. 4 itu : "kematian dari makhluk ybs, akibat dari perbuatan si pelaku (pembunuh)"
kalau begitu seharusnya sudah memenuhi syarat definisi (tidak menggantung - defiinisinya jelas)
Iya, tentu saja. 4 itu 'kan memang berurutan. Kalau mengetahui kucing, niatnya membunuh burung, tindakannya melempari cicak, lalu ada tikus yang mati, jelas bukan pembunuhan namanya :)
Itu semua (4 point) maksudnya masih dalam satu "kasus".
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 02:40:09 PM
Quote from: kutho
Maunya anda seperti apa? semua orang berpaling dari ajaran Buddha ikutin logika anda sendiri?
belajar ajaran apapun harus logic donk. kalau tidak logic, belum tentu ajaran tersebut sesat, tapi ada indikasi "ajaran tersebut sesat".
anda jangan menempelkan "ajaran sesat" pada sesuatu yang tidak logik
yaaahhhhhhhhhh..
silahkan dilanjutkan disini
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6843.msg115185#msg115185
kalo ada yg ketinggalan kan tinggal di quote aja
Quote from: Kainyn_Kutho on 06 December 2008, 02:47:35 PM
Quote from: candra_mukti19 on 06 December 2008, 02:40:09 PM
Quote from: kutho
Maunya anda seperti apa? semua orang berpaling dari ajaran Buddha ikutin logika anda sendiri?
belajar ajaran apapun harus logic donk. kalau tidak logic, belum tentu ajaran tersebut sesat, tapi ada indikasi "ajaran tersebut sesat".
Untuk aplikasi (dalam kehidupan sehari-hari), silahkan gunakan logic (berdasarkan pengalaman hidup sendiri) untuk mengetesnya.
Untuk masalah doktrin, tidak bisa menguji dengan kriteria yang anda tetapkan sendiri, harus tetap sesuai aturan main.
Misalnya mengenai pembunuhan, juga mengenai pohon termasuk benda hidup dalam dhamma. Tidak bisa dipaksakan sebagai mahluk, hanya karena menggenggam biologi. Itu yang biasa orang Zen katakan, ingin minum teh baru, kosongkan dulu cangkir dari teh lama.
sebagai contoh :
saya gak pernah memaksakan kepada budhist kalau pohon itu makhluk hidup. walaupun menurut ilmu biologi itu makhluk hidup. saya manut apa apa kata orang budhist. tapi ketika saya bertanya, "mengapa pohon tidak berbatin?" nah, jawabannya harus logic donk! tidak logic, itu namanya logi, eh gilo!
saya tidak pernah menuntut orang untuk berbicara sesuai aturan hukum logika, kecuali apabila orang itu sendiri yang lebih dulu membuat pernyataan logic, apalagi so logic, pasti gw jajal ke logicannya itu. di dunia ini terlalu banyak orang mengumbar omongan, "logika, pake logika, logikanya begini dan begitu", tapi dia sebenarnya gak ngerti bener, apa itu logika. cuma kenal istilah dowang wang wang!
umat budhist