Buddha dan Cinta Kasih
Apakah Cinta Kasih masih relevan dalam ajaran Buddha ?
suatu pertanyaan yang timbul ketika berbicara mengenai "pembunuhan" personalitas dan keinginan (desire)
Mencintai dan mengasihi sesama adalah bentuk dari keinginan dimana untuk mencapai buddha/arahat keinginan seperti ini harus dihilangkan.
I love Buddha atau ada yang menulis I love , adalah slogan yang tidak mengakar dari ajaran Buddhism itu sendiri. Selagi manusia mencintai seseorang dia masih mempunyai keinginan (desire) dan ini bertentangan dengan ajaran pelepasan dari kemelekatan.
Keinginan terhadap apapun termasuk kepada yang positif seperti mencintai sesama tidak dapat membawa sesorang menjadi arahat, karena ini suatu bentuk kemelekatan.
Lalu bagaimana seorang buddhist dapat mencintai sesama tanpa kontradiksi dengan ajarannya ?
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 01:45:25 PM
Keinginan terhadap apapun termasuk kepada yang positif seperti mencintai sesama tidak dapat membawa sesorang menjadi arahat, karena ini suatu bentuk kemelekatan.
Salah.
Ada perbuatan baik yang dilandasi pandangan benar, yang tujuannya menuju terbebasnya dukkha. Mencintai sesama, menolong orang, keyakinan, meditasi, jika dilakukan berdasarkan ketidakserakahan, ketidakbencian, ketidakbodohan, ditujukan untuk berhentinya dukkha adalah hal-hal yang dianjurkan.
_/\_
Ya, saya setuju
bagaimana kita bisa menghilangkan kemelekatan tersebut
saya jadi ingat tentan buku di Alkitab yang menceritakan Yesus yang berkata kepada Saudagar yang taat kepada ajaran Yesus itu sendiri, tetapi ia belum puas dan menanyakan kepada Yesus bagaimana caranya agar ia menjadi lebih taat lagi, lalu Yesus berkata berikanlah semua uang2mu hartamu kepada rakyat miskin.
contoh bagaimana sebenarnya Kristiani juga ingin menghilangkan kemelekatan
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 01:45:25 PM
Buddha dan Cinta Kasih
Apakah Cinta Kasih masih relevan dalam ajaran Buddha ?
suatu pertanyaan yang timbul ketika berbicara mengenai "pembunuhan" personalitas dan keinginan (desire)
Mencintai dan mengasihi sesama adalah bentuk dari keinginan dimana untuk mencapai buddha/arahat keinginan seperti ini harus dihilangkan.
I love Buddha atau ada yang menulis I love , adalah slogan yang tidak mengakar dari ajaran Buddhism itu sendiri. Selagi manusia mencintai seseorang dia masih mempunyai keinginan (desire) dan ini bertentangan dengan ajaran pelepasan dari kemelekatan.
Keinginan terhadap apapun termasuk kepada yang positif seperti mencintai sesama tidak dapat membawa sesorang menjadi arahat, karena ini suatu bentuk kemelekatan.
Lalu bagaimana seorang buddhist dapat mencintai sesama tanpa kontradiksi dengan ajarannya ?
Metta tidak diikuti dengan kemelekatan.. jd kayaknya argumen anda salah..... Metta yang murni bisa diibaratkan seperti sekuntum bunga yang harum di pinggir jalan...jd siapapun yang datang baik itu orang baik atau jahat pasti akan mencium wangi yang sama...
Quote from: karuna_murti on 18 November 2008, 01:52:08 PM
Salah.
Ada perbuatan baik yang dilandasi pandangan benar, yang tujuannya menuju terbebasnya dukkha. Mencintai sesama, menolong orang, keyakinan, meditasi, jika dilakukan berdasarkan ketidakserakahan, ketidakbencian, ketidakbodohan, ditujukan untuk berhentinya dukkha adalah hal-hal yang dianjurkan.
_/\_
iya betul juga dari satu sisi tetapi mungkin menurut petrus perbuatan baik yang dilandasi niat itulah yang menyebabkan seseorang yang belum Ahosi , akan mendapatkan karma dimana ia masih melekat kepada kehidupan dia sendiri
saya kutip perkataan Buddha tentang keinginan (desire) dan cinta (love):
Sutta 42 Section 16
Casting Aside Love and Attaining the Way
The Buddha said, "People who cherish love and desire do not see the Way. Just as when you stir clear water with your hand, those who stand beside it cannot see their reflections, so, too, people who are entangled in love and desire have turbidity in their minds, and therefore they cannot see the Way. You Shramanas should cast aside love and desire. When the stains of love and desire disappear, you will be able to see the Way."
Bagaimana bisa mencintai sesama tanpa ada cinta dan keinginan untuk mencintai ? :-?
Tapi itulah syarat untuk menjadi arahat.
harus lihat bahasa aslinya
kadang kadang love yang dimaksud bukan agape, tetapi eros
gitu loh
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 04:18:59 PM
saya kutip perkataan Buddha tentang keinginan (desire) dan cinta (love):
Sutta 42 Section 16
Casting Aside Love and Attaining the Way
The Buddha said, "People who cherish love and desire do not see the Way. Just as when you stir clear water with your hand, those who stand beside it cannot see their reflections, so, too, people who are entangled in love and desire have turbidity in their minds, and therefore they cannot see the Way. You Shramanas should cast aside love and desire. When the stains of love and desire disappear, you will be able to see the Way."
Bagaimana bisa mencintai sesama tanpa ada cinta dan keinginan untuk mencintai ? :-?
Tapi itulah syarat untuk menjadi arahat.
Itulah kenapa Buddha mengajarkan Metta...bukan cinta seperti yang masyarakat umum kenal...krn cinta yg umum dikenal itu adalah cinta yg berkondisi......
boring...
questionnya itu2 ajah..
-_-"
Quote from: karuna_murti on 18 November 2008, 04:22:12 PM
harus lihat bahasa aslinya
kadang kadang love yang dimaksud bukan agape, tetapi eros
gitu loh
saya terkejut sekali anda bisa mengatakan Agape !
bagaimana Agape menurut Buddhism ?
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 04:24:30 PM
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 04:18:59 PM
saya kutip perkataan Buddha tentang keinginan (desire) dan cinta (love):
Sutta 42 Section 16
Casting Aside Love and Attaining the Way
The Buddha said, "People who cherish love and desire do not see the Way. Just as when you stir clear water with your hand, those who stand beside it cannot see their reflections, so, too, people who are entangled in love and desire have turbidity in their minds, and therefore they cannot see the Way. You Shramanas should cast aside love and desire. When the stains of love and desire disappear, you will be able to see the Way."
Bagaimana bisa mencintai sesama tanpa ada cinta dan keinginan untuk mencintai ? :-?
Tapi itulah syarat untuk menjadi arahat.
Itulah kenapa Buddha mengajarkan Metta...bukan cinta seperti yang masyarakat umum kenal...krn cinta yg umum dikenal itu adalah cinta yg berkondisi......
bagaimana dengan keinginan untuk mencintai ? bukankah keinginan itu adalah duniawi yg harus dibuang ?
ada sebuah cerita
waktu itu ketika sang buddha mau menyebrang sungai
Ia bertemu dengan seorang petapa
lalu petapa tersebut men-demo-kan bahwa ia menyebrangi sungai.
lalu sang bhagava berkata, sudah berapa lama wahai petapa, anda menghabiskan waktu untuk mendapatkan kekuatan tersebut?
25 tahun, jawabnya.
Saya(buddha) hanya membutuhkan 2 keping , untuk menyebrangi sungai tersebut.
CMIIW ttg ceritanya
with metta
Quote from: karuna_murti on 18 November 2008, 04:22:12 PM
harus lihat bahasa aslinya
kadang kadang love yang dimaksud bukan agape, tetapi eros
gitu loh
agape itu anaknya Dr slump yak?
dan eros itu temennya duta yak?
Quote from: karuna_murti on 18 November 2008, 04:22:12 PM
harus lihat bahasa aslinya
kadang kadang love yang dimaksud bukan agape, tetapi eros
gitu loh
Agape, Storge, Philia dan Eros dipisahkan berdasarkan keterkondisian objek.
Metta dan Piya dipisahkan karena berbeda akar.
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 04:18:59 PM
saya kutip perkataan Buddha tentang keinginan (desire) dan cinta (love):
Sutta 42 Section 16
Casting Aside Love and Attaining the Way
The Buddha said, "People who cherish love and desire do not see the Way. Just as when you stir clear water with your hand, those who stand beside it cannot see their reflections, so, too, people who are entangled in love and desire have turbidity in their minds, and therefore they cannot see the Way. You Shramanas should cast aside love and desire. When the stains of love and desire disappear, you will be able to see the Way."
Bagaimana bisa mencintai sesama tanpa ada cinta dan keinginan untuk mencintai ? :-?
Tapi itulah syarat untuk menjadi arahat.
karena cinta dan keinginan untuk mencintai yang anda maksud itu adalah suatu kemelekatan, ada kondisi, dengan syarat
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 04:24:30 PM
Itulah kenapa Buddha mengajarkan Metta...bukan cinta seperti yang masyarakat umum kenal...krn cinta yg umum dikenal itu adalah cinta yg berkondisi......
kalau boleh tahu bisa dijabarkan metta menurut pak William
Apakah metta menurut pak william itu tidak menghasilkan karma?
bila ya, apakah hanya arahat saja yang dapat mempraktekkan metta?
ada sebuah cerita
waktu itu ketika sang buddha mau menyebrang sungai
Ia bertemu dengan seorang petapa
lalu petapa tersebut men-demo-kan bahwa ia menyebrangi sungai dengan berjalan diatas air.
lalu sang bhagava berkata, sudah berapa lama wahai petapa, anda menghabiskan waktu untuk mendapatkan kekuatan tersebut?
25 tahun, jawabnya.
Saya(buddha) hanya membutuhkan 2 keping uang , untuk menyebrangi sungai tersebut.(pake sampan)
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 04:18:59 PM
saya kutip perkataan Buddha tentang keinginan (desire) dan cinta (love):
Sutta 42 Section 16
Casting Aside Love and Attaining the Way
The Buddha said, "People who cherish love and desire do not see the Way. Just as when you stir clear water with your hand, those who stand beside it cannot see their reflections, so, too, people who are entangled in love and desire have turbidity in their minds, and therefore they cannot see the Way. You Shramanas should cast aside love and desire. When the stains of love and desire disappear, you will be able to see the Way."
Bagaimana bisa mencintai sesama tanpa ada cinta dan keinginan untuk mencintai ? :-?
Tapi itulah syarat untuk menjadi arahat.
Cinta didalam ajaran BUDDHA lebih disebut dengan cinta kasih (metta). Buddha sendiri menganjurkan praktek cinta kasih (metta) sebagaimana dibabarkan beliau di dalam Karaniya Metta Sutta.
KARANIYA METTA SUTTAKaraniyamatthakusalena
Yan tam santam padam abhisamecca
Sakko uju ca suju ca
Suvaco c'assa mudu anatimani
Santussako ca subharo ca
Appakicco ca sallahukavutti
Sant'idriyo ca nipako ca
Appagabbho kulesu ananugiddho
Na ca khuddam samacare kinci
Yena vinnu pare upavadeyyum
Sukhino va khemino hontu
Sabbe satta bhavantu sukhitatta
Ye keci panabhut'atthi
Tasa va thavara va anavasesa
Digha va ye mahanta va
Majjhima rassaka anukathula
Dittha va ye va addittha
Ye ca dure vasanti avidure
Bhuta va samhavesi va
Sabbe satta bhavantu sukhit'atta
Na paro param nikubbetha
Natimannetha katthaci nam kanci
Vyarosana patighasanna
Nannamannassa dukkhamiccheyya
Mata yatha niyam puttam
Ayusa ekaputtamanurakkhe
Evam pi sabbabhutesu
Manasam bhavaye aparimanam
Mettan'ca sabbalokasmim
Manasam bhavaye aparimanam
Uddham adho ca tiriyan ca
Asambadham averam asapattam
Tittham caram nisinno va
Sayano va yavat'assa vigatamiddho
Etam satim adhittheyya
Brahmametam viharam idhamahu
Ditthin ca anupagamma
Silava dassanena sampanno
Kamesu vineyya gedham
Na hi jatu gabbhaseyyam punareti 'ti Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan
Untuk mencapai ketenangan
Ia harus mampu, jujur, sungguh jujur
Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong
Merasa puas, mudah dilayani
Tiada sibuk, sederhana hidupnya
Tenang inderanya, berhati-hati
Tahu malu, tidak melekat pada keluarga
Tak berbuat kesalahan walaupun kecil
Yang dapat dicela oleh para bijaksana
Hendaklah ia berpikir "semoga semua makhluk berbahagia dan tenteram"
Semoga semua makhluk berbahagia
Makhluk hidup apa pun juga
Yang lemah dan kuat tanpa kecuali
Yang panjang atau besar
Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk
Yang tampak atau tak tampak
Yang jauh atau pun yang dekat
Yang terlahir atau yang akan terlahir
Semoga semua makhluk berbahagia
Jangan menipu orang lain
Atau menghina sipa saja
Jangan karena marah atu benci
Mengharap orang lain celaka
Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas
Kasih sayangnya kesegenap alam semesta
Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas
Keatas, kebawah dan kesekeliling
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan
Selagi berdiri, berjalan atau duduk
Atau berbaring, selagi tiada lelap
Ia tekun mengembangkan kesadaran ini
Yang dikatakan berdiam dalam Brahma
Tidak berpegang pada pandangan salah tentang aku yang kekal
Dengan sila dan penglihatan yang sempurna
Hingga bersih dari nafsu indera
Ia tak akan lahir dalam rahim manapun juga
Yang sdr.Petrus pertanyakan adalah realitas dari cinta kasih di dalam ajaran BUDDHA dan kaitannya dengan pencapaian nibbana (yang dikatakan telah tidak melekat, lepas dari AKU/PERSONALITAS), dan seolah olah kedua hal ini, cinta kasih dan nibbana adalah kontradiksi dan bertentangan. Justru kualitas Cinta kasih di dalam ajaran BUDDHIS adalah seperti kualitas di dalam KARANIYA METTA SUTTA yang bebas dari persoalan ke-AKU-an/Personalitas/milik-ku/miliki-mu dsbnya.
Justru ARAHAT itu bebas dari ke-AKU-an bisa mengembangkan cinta kasih yang sebesar besarnya dan sedalam-dalamnya kepada semua makhluk tak terbatas, yang memiliki hubungan karma atau tidak, baik yang berhubungan baik ataupun yang bermusuhan dsbnya.
harus dibedakan akar dari cinta -> apakah cinta yang didasari lobha, dosa, moha, atau alobha, adosa, amoha
karena itu harus dilihat bahasa aslinya, entah sansekerta atau pali
jika cinta yang dimaksud adalah cinta kemelekatan, maka tidak membawa pembebasan dari dukkha, tetapi jika cinta yang tidak melekat, misalnya cinta kasih, dan didasari pandangan benar, maka akan membawa kepada pembebasan dari dukkha.
saya sudah bilang, bedakan cinta eros, philia, dan agape -> agar petrus mengerti istilah 'sendiri'
nah bener tuh bert, Karaniya Metta Sutta adalah contoh tepat bagaimana dalam buddhis diajarkan untuk mencintai
tanpa kondisi
Quote from: El Sol on 18 November 2008, 04:36:40 PM
ada sebuah cerita
waktu itu ketika sang buddha mau menyebrang sungai
Ia bertemu dengan seorang petapa
lalu petapa tersebut men-demo-kan bahwa ia menyebrangi sungai dengan berjalan diatas air.
lalu sang bhagava berkata, sudah berapa lama wahai petapa, anda menghabiskan waktu untuk mendapatkan kekuatan tersebut?
25 tahun, jawabnya.
Saya(buddha) hanya membutuhkan 2 keping uang , untuk menyebrangi sungai tersebut.(pake sampan)
Sol,sejak kapan Buddha pegang duit? ;D
Quote from: nyanadhana on 18 November 2008, 04:43:30 PM
Quote from: El Sol on 18 November 2008, 04:36:40 PM
ada sebuah cerita
waktu itu ketika sang buddha mau menyebrang sungai
Ia bertemu dengan seorang petapa
lalu petapa tersebut men-demo-kan bahwa ia menyebrangi sungai dengan berjalan diatas air.
lalu sang bhagava berkata, sudah berapa lama wahai petapa, anda menghabiskan waktu untuk mendapatkan kekuatan tersebut?
25 tahun, jawabnya.
Saya(buddha) hanya membutuhkan 2 keping uang , untuk menyebrangi sungai tersebut.(pake sampan)
Sol,sejak kapan Buddha pegang duit? ;D
masa gak boleh pegang duit.. asal bukan dimiliki... hahahahahaa
Buddha gak bilang dia pegang duit tu, dia cuma bilang hanya membutuhkan 2 keping untuk menyebrangi sungai ;D
Quote from: karuna_murti on 18 November 2008, 04:37:50 PM
harus dibedakan akar dari cinta -> apakah cinta yang didasari lobha, dosa, moha, atau alobha, adosa, amoha
karena itu harus dilihat bahasa aslinya, entah sansekerta atau pali
jika cinta yang dimaksud adalah cinta kemelekatan, maka tidak membawa pembebasan dari dukkha, tetapi jika cinta yang tidak melekat, misalnya cinta kasih, dan didasari pandangan benar, maka akan membawa kepada pembebasan dari dukkha.
saya sudah bilang, bedakan cinta eros, philia, dan agape -> agar petrus mengerti istilah 'sendiri'
Maksud saya, pembagian definisi berdasarkan objek (di luar) tidak sesuai dengan pembagian definisi berdasarkan pikiran (di dalam). Agape bukanlah Metta. Piya bukanlah Eros.
piya apaan ya kk kainyn? mohon pencerahan _/\_
terima kasih
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 04:36:24 PM
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 04:24:30 PM
Itulah kenapa Buddha mengajarkan Metta...bukan cinta seperti yang masyarakat umum kenal...krn cinta yg umum dikenal itu adalah cinta yg berkondisi......
kalau boleh tahu bisa dijabarkan metta menurut pak William
Apakah metta menurut pak william itu tidak menghasilkan karma?
bila ya, apakah hanya arahat saja yang dapat mempraktekkan metta?
Sebenarnya Metta dijabarkan dalam karaniya metta sutta seperti yang di post oleh bro dilbert...dan ada meditasinya juga yaitu metta bhavana...
Quote from: dilbert on 18 November 2008, 04:36:48 PM
Yang sdr.Petrus pertanyakan adalah realitas dari cinta kasih di dalam ajaran BUDDHA dan kaitannya dengan pencapaian nibbana (yang dikatakan telah tidak melekat, lepas dari AKU/PERSONALITAS), dan seolah olah kedua hal ini, cinta kasih dan nibbana adalah kontradiksi dan bertentangan. Justru kualitas Cinta kasih di dalam ajaran BUDDHIS adalah seperti kualitas di dalam KARANIYA METTA SUTTA yang bebas dari persoalan ke-AKU-an/Personalitas/milik-ku/miliki-mu dsbnya.
Justru ARAHAT itu bebas dari ke-AKU-an bisa mengembangkan cinta kasih yang sebesar besarnya dan sedalam-dalamnya kepada semua makhluk tak terbatas, yang memiliki hubungan karma, baik yang berhubungan baik ataupun yang bermusuhan dsbnya.
mengembangkan cinta kasih adalah bentuk dari keinginan dari si AKU, sedangkan Arahat harus bebas dari keinginan.
Bukankah Arahat sudah hilang ke AKU annya ?
mengembangkan cinta kasih adalah bentuk dari keinginan dari si AKU? << persepsi anda
L
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 04:56:13 PM
Quote from: dilbert on 18 November 2008, 04:36:48 PM
Yang sdr.Petrus pertanyakan adalah realitas dari cinta kasih di dalam ajaran BUDDHA dan kaitannya dengan pencapaian nibbana (yang dikatakan telah tidak melekat, lepas dari AKU/PERSONALITAS), dan seolah olah kedua hal ini, cinta kasih dan nibbana adalah kontradiksi dan bertentangan. Justru kualitas Cinta kasih di dalam ajaran BUDDHIS adalah seperti kualitas di dalam KARANIYA METTA SUTTA yang bebas dari persoalan ke-AKU-an/Personalitas/milik-ku/miliki-mu dsbnya.
Justru ARAHAT itu bebas dari ke-AKU-an bisa mengembangkan cinta kasih yang sebesar besarnya dan sedalam-dalamnya kepada semua makhluk tak terbatas, yang memiliki hubungan karma, baik yang berhubungan baik ataupun yang bermusuhan dsbnya.
mengembangkan cinta kasih adalah bentuk dari keinginan dari si AKU, sedangkan Arahat harus bebas dari keinginan.
Bukankah Arahat sudah hilang ke AKU annya ?
Saudaraku petrus,cinta itu banyak macem,sekarang cinta apa yang sedang anda pertanyakan?
Cinta seorang Buddha?Cinta seorang umat Awam?Atau yang laennya?
Dijelaskan saja,agar ada inti dari topic ini dan tidak terlalu muter dan berbelit2... :)
_/\_
Salam hangat,
Riky
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 05:01:30 PM
mengembangkan cinta kasih adalah bentuk dari keinginan dari si AKU? << persepsi anda
Saya juga berpersepsi seperti itu... :) dan salahkan saya?
_/\_
Salam hangat,
Riky
Quote from: karuna_murti on 18 November 2008, 04:37:50 PM
harus dibedakan akar dari cinta -> apakah cinta yang didasari lobha, dosa, moha, atau alobha, adosa, amoha
karena itu harus dilihat bahasa aslinya, entah sansekerta atau pali
jika cinta yang dimaksud adalah cinta kemelekatan, maka tidak membawa pembebasan dari dukkha, tetapi jika cinta yang tidak melekat, misalnya cinta kasih, dan didasari pandangan benar, maka akan membawa kepada pembebasan dari dukkha.
saya sudah bilang, bedakan cinta eros, philia, dan agape -> agar petrus mengerti istilah 'sendiri'
kita ambil contoh saja, misalnya anda mencintai anak dan istri anda. Bukankah ini suatu bentuk kemelekatan dengan duniawi ?
saya pikir cinta kasih bukan bentuk keinginan dari aku, karena adanya hasrat untuk tercapai, mengkondisikan diri untuk mencintai
cinta kasih lebih kepada keadaan/kondisi, yg bebas dari keinginan dari aku tersebut
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 04:50:44 PM
Sebenarnya Metta dijabarkan dalam karaniya metta sutta seperti yang di post oleh bro dilbert...dan ada meditasinya juga yaitu metta bhavana...
terima kasih pak william,
"Tidak berpegang pada pandangan salah tentang aku yang kekal
Dengan sila dan penglihatan yang sempurna
Hingga bersih dari nafsu indera
Ia tak akan lahir dalam rahim manapun juga"
tetapi metta ini dapat pula dilakukan oleh para arahat, dan mereka sudah terbebas dari keakuan, atau nafsu untuk melakukan metta itu sendiri sehingga metta itu tidak akan menghasilkan karma bagi mereka. mungkin kita dapat mengatakan arahat melakukan metta karena kita melihatnya dari sisi kita yg belum terbebas dari ke aku an tersebut.
sedangkan bagi kita umat awam yang masih diliputi ke aku an, akan menghasilkan karma dari metta yang kita lakukan. karena metta itu sendiri adalah kemelekatan perasaan.
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 05:13:29 PM
saya pikir cinta kasih bukan bentuk keinginan dari aku, karena adanya hasrat untuk tercapai, mengkondisikan diri untuk mencintai
cinta kasih lebih kepada keadaan/kondisi, yg bebas dari keinginan dari aku tersebut
Cinta itu banyak...Sekarang tidak ada yang jelas dari sini,cinta apa yang ditanyakan?
Kita hanya seperti orang buta saja....Terus menerus berlari dan berlari... :)
Salam hangat,
Riky
saya rasa yang dimaksud kan dari tadi itu adalah cinta tanpa "Aku" yang selalu dipersepsikan sebagai cinta dengan "Aku"
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 05:13:29 PM
saya pikir cinta kasih bukan bentuk keinginan dari aku, karena adanya hasrat untuk tercapai, mengkondisikan diri untuk mencintai
cinta kasih lebih kepada keadaan/kondisi, yg bebas dari keinginan dari aku tersebut
ke Aku an ini, lebih dari sekedar ego.
dan metta adalah kemelekatan kita terhadap perasaan.
dimana .... err........ saya lupa tuh ada yang inget gak ...
kata2 yg kayak model master yoda itu..
karena ada kesadaran maka ada perasaan
karena ada perasaan maka muncul bentuk2 pikiran
...........
maapin kalo urutannya salah,dan tolong dikoreksi atau diberikan yg benar maklum ingetan ku payah.
semoga bermanfaat
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 05:08:34 PM
Quote from: karuna_murti on 18 November 2008, 04:37:50 PM
harus dibedakan akar dari cinta -> apakah cinta yang didasari lobha, dosa, moha, atau alobha, adosa, amoha
karena itu harus dilihat bahasa aslinya, entah sansekerta atau pali
jika cinta yang dimaksud adalah cinta kemelekatan, maka tidak membawa pembebasan dari dukkha, tetapi jika cinta yang tidak melekat, misalnya cinta kasih, dan didasari pandangan benar, maka akan membawa kepada pembebasan dari dukkha.
saya sudah bilang, bedakan cinta eros, philia, dan agape -> agar petrus mengerti istilah 'sendiri'
kita ambil contoh saja, misalnya anda mencintai anak dan istri anda. Bukankah ini suatu bentuk kemelekatan dengan duniawi ?
Anda benar sekali, makanya kita kita belum bisa ARAHAT... masih di JALAN (MAGGA)... belum mencapai HASIL (PHALA) atau mencapai kesucian ARAHAT.
Quote from: karuna_murti on 18 November 2008, 01:52:08 PM
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 01:45:25 PM
Keinginan terhadap apapun termasuk kepada yang positif seperti mencintai sesama tidak dapat membawa sesorang menjadi arahat, karena ini suatu bentuk kemelekatan.
Salah.
Minta argumennya dong?koq dibilang salah ya?
QuoteAda perbuatan baik yang dilandasi pandangan benar, yang tujuannya menuju terbebasnya dukkha. Mencintai sesama, menolong orang, keyakinan, meditasi, jika dilakukan berdasarkan ketidakserakahan, ketidakbencian, ketidakbodohan, ditujukan untuk berhentinya dukkha adalah hal-hal yang dianjurkan.
Benarkah begitu adanya?Perbuatan baik yang tidak berdasrkan lobha,moha dan dosa ditujukan untuk berhentinya dukkha?
Dukkha apa ini om? :)
Mohon bimbingannya kepada yang masih awam ini...
_/\_
Salam hangat,
Riky
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 05:21:23 PM
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 05:13:29 PM
saya pikir cinta kasih bukan bentuk keinginan dari aku, karena adanya hasrat untuk tercapai, mengkondisikan diri untuk mencintai
cinta kasih lebih kepada keadaan/kondisi, yg bebas dari keinginan dari aku tersebut
ke Aku an ini, lebih dari sekedar ego.
Lho?Bisa dijelaskan artinya?:)
Quotedan metta adalah kemelekatan kita terhadap perasaan.
Tergantung rasanya lho..kata bisa menipu tapi rasa tidak akan pernah bisa menipu,atau kayak iklan indomie itu,soal "kata" lidah bisa menipu,tapi soal "rasa" lidah tidak bisa menipu lho... :)
Quotedimana .... err........ saya lupa tuh ada yang inget gak ...
kata2 yg kayak model master yoda itu..
karena ada kesadaran maka ada perasaan
karena ada perasaan maka muncul bentuk2 pikiran
...........
maapin kalo urutannya salah,dan tolong dikoreksi atau diberikan yg benar maklum ingetan ku payah.
semoga bermanfaat
Patticcasamppuda ...
Dengan adanya ini maka ada itu
Dengan munculnya ini maka terjadinya itu
Dengan tidak adanya ini maka tidak ada itu
Dengan tidak munculnya ini maka tidak terjadinya itu...
Semoga bermanfaat...
Salam hangat,
Riky
kan lebih jago sana kenapa harus bertanya kembali ke kita...bukankah sudah cerah?
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 05:21:08 PM
saya rasa yang dimaksud kan dari tadi itu adalah cinta tanpa "Aku" yang selalu dipersepsikan sebagai cinta dengan "Aku"
Dan apakah menurut anda,Cinta tanpa Aku bisa dikonsepsasikan dan dipresentasikan? :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: nyanadhana on 18 November 2008, 05:25:57 PM
kan lebih jago sana kenapa harus bertanya kembali ke kita...bukankah sudah cerah?
Hehehe...Halo..sudah lama tidak ngobrol...Um...Kalimat anda ini ditujukan kepada siapa ya?
:)
Salam hangat,
Riky
cinta
jika dilandasi dengan keinginan untuk mendapatkan balasan (kamma)
bisa di bilang masih memiliki kemelekatan!
sedangkan para arahat memiliki metta (cinta kasih) kepada semua makhluk tanpa memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu ataupun hasil dari perbuatannya itu (kamma)
_/\_
kan sama kamu rekan Riky_Dave,setelah lama dari pertapaan bagaimana hasilnya,mungkin banyak dari kami yang masih buta jadi sharing donk pengalamannya,apa yang benar menurut pemikiran Riky.
Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 05:22:03 PM
QuoteAda perbuatan baik yang dilandasi pandangan benar, yang tujuannya menuju terbebasnya dukkha. Mencintai sesama, menolong orang, keyakinan, meditasi, jika dilakukan berdasarkan ketidakserakahan, ketidakbencian, ketidakbodohan, ditujukan untuk berhentinya dukkha adalah hal-hal yang dianjurkan.
Benarkah begitu adanya?Perbuatan baik yang tidak berdasrkan lobha,moha dan dosa ditujukan untuk berhentinya dukkha?
Dukkha apa ini om? :)
Mohon bimbingannya kepada yang masih awam ini...
_/\_
Salam hangat,
Riky
mo bantu jawab aja
tuk om karuna_murti harap dikoreksi ya
kalau diliat lagi (sudah saya tebalkan) perbuatan baik dengan pandangan benar inilah yang dapat menyebabkan berhentinya dukkha , bahasa palinya ada yg bisa bantu gak
munculnya dukkha
sebab munculnya dukkha
berakhirnya dukkha
sebab berakhirnya dukkha
nah jadi kita sudah berbuat baik tapi belum menghilangkan dukka itu artinya karena kita berbuat baik (metta) tanpa adanya suatu pandangan benar.
jadi kalau ujung2nya seperti ini, hanya orang yang mempunyai pandangan benarlah (arahat) yang bisa menerapkannya. maka itu ada Ahosi Kamma
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 05:21:23 PM
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 05:13:29 PM
saya pikir cinta kasih bukan bentuk keinginan dari aku, karena adanya hasrat untuk tercapai, mengkondisikan diri untuk mencintai
cinta kasih lebih kepada keadaan/kondisi, yg bebas dari keinginan dari aku tersebut
ke Aku an ini, lebih dari sekedar ego.
dan metta adalah kemelekatan kita terhadap perasaan.
dimana .... err........ saya lupa tuh ada yang inget gak ...
kata2 yg kayak model master yoda itu..
karena ada kesadaran maka ada perasaan
karena ada perasaan maka muncul bentuk2 pikiran
...........
maapin kalo urutannya salah,dan tolong dikoreksi atau diberikan yg benar maklum ingetan ku payah.
semoga bermanfaat
Ada 12 sebab-musabab (nidana) yang saling bergantungan berkaitan dengan kehidupan makhluk (tumimbal lahir). Keduabelas nidana itu yaitu:
1. Avijja Paccaya SankharangDengan adanya Avijja (ketidaktahuan/kebodohan), maka muncullah
Sankhara (bentuk-bentuk perbuatan/kamma).
2. Sankhara Paccaya VinnanangDengan adanya Sankhara (bentuk-bentuk perbuatan/kamma), maka muncullah
Vinnana (kesadaran).
3. Vinnana Paccaya Nama-RupangDengan adanya Vinnana (kesadaran), maka muncullah
Nama-Rupa (batin dan jasmani).
4. Nama-Rupa Paccaya SalayatanangDengan adanya Nama-Rupang (batin dan jasmani), maka muncullah
Salayatana (enam indera).
5. Salayatana Paccaya PhassaDengan adanya Salayatana (enam indera), maka muncullah
Phassa (kesan-kesan).
6. Phassa Paccaya VedanaDengan adanya Passa (kesan-kesan), maka muncullah
Vedana (perasaan)
7. Vedana Paccaya TanhaDengan adanya Vedana (perasaan), maka muncullah
Tanha (keinginan/kehausan).
8. Tanha Paccaya UpadanangDengan adanya Tanha (keinginan/kehausan), maka muncullah
Upadana (kemelekatan).
9. Upadana Paccaya BhavoDengan adanya Upadana (kemelekatan), maka muncullah
Bhava (proses tumimbal lahir).
10. Bhava Paccaya JatiDengan adanya Bhava (proses tumimbal lahir), maka muncullah
Jati (kelahiran kembali).
11. Jati Paccaya JaramaranangDengan adanya Jati ( kelahiran kembali), maka muncullah
Jaramaranag (kelapukan, kematian, keluh-kesah, sakit, dan sebagainya).
12.JaramaranangKelapukan, kematian, keluh-kesah, sakit, dan sebagainya merupakan akibat dari adanya kelahiran kembali.
Quote from: chomed on 18 November 2008, 05:27:32 PM
cinta
jika dilandasi dengan keinginan untuk mendapatkan balasan (kamma)
bisa di bilang masih memiliki kemelekatan!
sedangkan para arahat memiliki metta (cinta kasih) kepada semua makhluk tanpa memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu ataupun hasil dari perbuatannya itu (kamma)
_/\_
Setuju,lantas darimana datangnya "cinta itu"? :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: nyanadhana on 18 November 2008, 05:29:18 PM
kan sama kamu rekan Riky_Dave,setelah lama dari pertapaan bagaimana hasilnya,mungkin banyak dari kami yang masih buta jadi sharing donk pengalamannya,apa yang benar menurut pemikiran Riky.
Wah....saya bukan Sammasambuddha lho....Jadi kalau seorang SammaSambuddha saja tidak sanggup mencerahkan orang laen,bijimana lagi dengan saya umat awam ini? :)
Sedangkan yang berpegang teguh sama Tipitaka aja masih nyimpang,apalagi saya yang dianggap tidak berpegang pada Tipitaka? :)
Toh seperti kata SB,"Apa yang ditanam,itu yang dituai "
Salam hangat,
Riky
Oh bukannya itu kata SJ yah bukan SB...
lagian Tipitaka yang dipegang menurut kamu kan udah menyimpang,bhikkhu2 juga sudah salah mengajarkan Dhamma,jadi ajarkanlah kami mana yang benar seperti yang diajarkan gurumu kepadamu,sehingga kami tidak seperti domba tersesat yang harus menjawab rangkaian puisi dan koanmu.
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 05:29:34 PM
Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 05:22:03 PM
QuoteAda perbuatan baik yang dilandasi pandangan benar, yang tujuannya menuju terbebasnya dukkha. Mencintai sesama, menolong orang, keyakinan, meditasi, jika dilakukan berdasarkan ketidakserakahan, ketidakbencian, ketidakbodohan, ditujukan untuk berhentinya dukkha adalah hal-hal yang dianjurkan.
Benarkah begitu adanya?Perbuatan baik yang tidak berdasrkan lobha,moha dan dosa ditujukan untuk berhentinya dukkha?
Dukkha apa ini om? :)
Mohon bimbingannya kepada yang masih awam ini...
_/\_
Salam hangat,
Riky
mo bantu jawab aja
tuk om karuna_murti harap dikoreksi ya
kalau diliat lagi (sudah saya tebalkan) perbuatan baik dengan pandangan benar inilah yang dapat menyebabkan berhentinya dukkha , bahasa palinya ada yg bisa bantu gak
munculnya dukkha
sebab munculnya dukkha
berakhirnya dukkha
sebab berakhirnya dukkha
Hehehe,benarkah begitu adanya?Pandangan benar?apa yang disebut pandangan benar(Samma Ditthi) ini?
Quotenah jadi kita sudah berbuat baik tapi belum menghilangkan dukka itu artinya karena kita berbuat baik (metta) tanpa adanya suatu pandangan benar.
Hehehe,dari mana anda tahu berbuat baik tanpa pandangan benar(micchi ditthi) dengan berbuat baik dengan pandang benar(Samma Ditthi)? :)
Quotejadi kalau ujung2nya seperti ini, hanya orang yang mempunyai pandangan benarlah (arahat) yang bisa menerapkannya. maka itu ada Ahosi Kamma
Lho?Orang suci(Arahantta) dan Buddha itu "perbuatannya" disebut kiriya,bukan ahosi kamma,ahosi kamma yaitu kamma "basi atau kadarluarsa"...Perbuatan yang dilakukan seorang Buddha bukan disebut Ahosi,tapi kiriya... :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: dilbert on 18 November 2008, 05:21:29 PM
Anda benar sekali, makanya kita kita belum bisa ARAHAT... masih di JALAN (MAGGA)... belum mencapai HASIL (PHALA) atau mencapai kesucian ARAHAT.
Ketika kita berbicara tentang keinginan jahat kita begitu yakin bisa menghilangkan AKU, tapi begitu kita berbicara tentang keinginan baik dan perbuatan baik maka AKU itu tidak bisa hilang.
Menurut saya, Arahat itu sebuah illusi karena AKU tidak bisa hilang.
Jika AKU yang illusi, maka tidak ada orang yang dicintai atau dibenci, ini tidak mungkin.
Seorang Arahat tentu mencintai, mengagumi atau merasakan dirinya sebagai arahat.
Quote from: nyanadhana on 18 November 2008, 05:33:48 PM
Oh bukannya itu kata SJ yah bukan SB...
lagian Tipitaka yang dipegang menurut kamu kan udah menyimpang,bhikkhu2 juga sudah salah mengajarkan Dhamma,jadi ajarkanlah kami mana yang benar seperti yang diajarkan gurumu kepadamu,sehingga kami tidak seperti domba tersesat yang harus menjawab rangkaian puisi dan koanmu.
Salah 1 orang bijak dari China berkata,"Air mata murni tidak akan mengeluarkan sungai yang keruh"..
SB berkata dalam Dhammapada bab 1 ayat 1(lihat sendiri ya,saya yakin anda mungkin ada Dhamma pada yang berisi 26vagga dan 423 syair itu...) :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: chomed on 18 November 2008, 05:27:32 PM
cinta
jika dilandasi dengan keinginan untuk mendapatkan balasan (kamma)
bisa di bilang masih memiliki kemelekatan!
sedangkan para arahat memiliki metta (cinta kasih) kepada semua makhluk tanpa memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu ataupun hasil dari perbuatannya itu (kamma)
_/\_
saya rasa ini sudah cukup jelas
Arahat hanyalah label sama seperti produk kentang Amerika ,Indonesia ,Vietnam dan segala macamnya,orang menunjuk nama kentang ini untuk memberitahu bahwa ini adalah kentang ,sama dengan pencapaian Arahat,ini hanyalah label nama.
Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 05:37:02 PM
Quote from: nyanadhana on 18 November 2008, 05:33:48 PM
Oh bukannya itu kata SJ yah bukan SB...
lagian Tipitaka yang dipegang menurut kamu kan udah menyimpang,bhikkhu2 juga sudah salah mengajarkan Dhamma,jadi ajarkanlah kami mana yang benar seperti yang diajarkan gurumu kepadamu,sehingga kami tidak seperti domba tersesat yang harus menjawab rangkaian puisi dan koanmu.
Salah 1 orang bijak dari China berkata,"Air mata murni tidak akan mengeluarkan sungai yang keruh"..
SB berkata dalam Dhammapada bab 1 ayat 1(lihat sendiri ya,saya yakin anda mungkin ada Dhamma pada yang berisi 26vagga dan 423 syair itu...) :)
Salam hangat,
Riky
nah koan lagi,ntar dibilang pelit ilmu lho ama bro saceng,betewe apa artinya air mata murni tidak mengeluarkan sungai yang keruh,air mata atau mata air? karena air mata kalo dikumpulin tetep aja keruh.
Quote from: nyanadhana on 18 November 2008, 05:40:28 PM
Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 05:37:02 PM
Quote from: nyanadhana on 18 November 2008, 05:33:48 PM
Oh bukannya itu kata SJ yah bukan SB...
lagian Tipitaka yang dipegang menurut kamu kan udah menyimpang,bhikkhu2 juga sudah salah mengajarkan Dhamma,jadi ajarkanlah kami mana yang benar seperti yang diajarkan gurumu kepadamu,sehingga kami tidak seperti domba tersesat yang harus menjawab rangkaian puisi dan koanmu.
Salah 1 orang bijak dari China berkata,"Air mata murni tidak akan mengeluarkan sungai yang keruh"..
SB berkata dalam Dhammapada bab 1 ayat 1(lihat sendiri ya,saya yakin anda mungkin ada Dhamma pada yang berisi 26vagga dan 423 syair itu...) :)
Salam hangat,
Riky
nah koan lagi,ntar dibilang pelit ilmu lho ama bro saceng,betewe apa artinya air mata murni tidak mengeluarkan sungai yang keruh,air mata atau mata air? karena air mata kalo dikumpulin tetep aja keruh.
Hohoho,thanks atas koreksinya...mata air..bukan air mata... :)
Um...Menurut anda?Apakah mungkin mata air yang murni mengeluarkan sungai yang keruh? :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 05:34:42 PM
Hehehe,benarkah begitu adanya?Pandangan benar?apa yang disebut pandangan benar(Samma Ditthi) ini?
Hehehe,dari mana anda tahu berbuat baik tanpa pandangan benar(micchi ditthi) dengan berbuat baik dengan pandang benar(Samma Ditthi)? :)
heheeh..... kita tidak tahu, karena kita masih diliputi kebodohan, dan kita bisa tahu jika kita menjadi arahat.
Quote
Lho?Orang suci(Arahantta) dan Buddha itu "perbuatannya" disebut kiriya,bukan ahosi kamma,ahosi kamma yaitu kamma "basi atau kadarluarsa"...Perbuatan yang dilakukan seorang Buddha bukan disebut Ahosi,tapi kiriya... :)
yup kamu benar Ricky Kiriya adalah istilah untuk perbuatan para Buddha dan Ahosi kamma adalah kamma yg tidak akan berbuah, trims sudah menambahkan.
[at] dilbert
trims loh udah mengoreksi dan melengkapinya
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 05:36:16 PM
Quote from: dilbert on 18 November 2008, 05:21:29 PM
Anda benar sekali, makanya kita kita belum bisa ARAHAT... masih di JALAN (MAGGA)... belum mencapai HASIL (PHALA) atau mencapai kesucian ARAHAT.
Ketika kita berbicara tentang keinginan jahat kita begitu yakin bisa menghilangkan AKU, tapi begitu kita berbicara tentang keinginan baik dan perbuatan baik maka AKU itu tidak bisa hilang.
Selama anda berkata,"Ini baik dan ini buruk" selama itu pula AKU anda selalu ada dan anda bukan seorang arahat..Selama anda berpikir,"Aku,Milikku..." maka Aku anda semakin menguat...
AKU adalah menciptakan 2 objek benar dan salah,mulia dan hina,tinggi dan rendah,kuat dan lemah,dstnya...Seorang arahat tidak berpikir seperti itu lagi... :)
QuoteMenurut saya, Arahat itu sebuah illusi karena AKU tidak bisa hilang.
Jika AKU yang illusi, maka tidak ada orang yang dicintai atau dibenci, ini tidak mungkin.
Seorang Arahat tentu mencintai, mengagumi atau merasakan dirinya sebagai arahat.
Hehehe...Kalau begitu kenapa dikisahkan seorang arahat sakti mandraguna dan diinjak mati sama gajah atau tertimpa batu?bisakah anda jelaskan? :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 05:36:16 PM
Quote from: dilbert on 18 November 2008, 05:21:29 PM
Anda benar sekali, makanya kita kita belum bisa ARAHAT... masih di JALAN (MAGGA)... belum mencapai HASIL (PHALA) atau mencapai kesucian ARAHAT.
Ketika kita berbicara tentang keinginan jahat kita begitu yakin bisa menghilangkan AKU, tapi begitu kita berbicara tentang keinginan baik dan perbuatan baik maka AKU itu tidak bisa hilang.
Menurut saya, Arahat itu sebuah illusi karena AKU tidak bisa hilang.
Jika AKU yang illusi, maka tidak ada orang yang dicintai atau dibenci, ini tidak mungkin.
Seorang Arahat tentu mencintai, mengagumi atau merasakan dirinya sebagai arahat.
Jadi Arahat dulu baru ngomong om. Pernah liat Aku yg dianggap orang kenyataan yg sebenarnya ilusi?
Dalam mempelajari ajaran Sang Buddha adalah berdasarkan fakta/hakikat yg sebenarnya/kenyataan yg tertinggi bukan asumsi "menurut saya" tanpa bisa dibuktikan.
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 05:43:23 PM
heheeh..... kita tidak tahu, karena kita masih diliputi kebodohan, dan kita bisa tahu jika kita menjadi arahat.
Dan kesimpulan terakhirnya adalah menjadi "arahat" bukan?
Didalam Saccari Ariya Saccani (4kebenaran Mulia)
Dalam poin ke 4,"Jalan menuju lenyapnya dukkha"
Ini lah jalannya tapi dimanakah jalannya? :))
Didalam Bahiya sutta Sb berkata :
"Bahiya berlatihlah seperti ini : didalam apa yang dilihat hanya ada apa yang dilihat,didalam apa yang didengar hanya ada apa yang didengar,didalam apa yang tercerap oleh indra hanya ada apa yang dicerap oleh indra,didalam apa yang dikenal[oleh pikiran] hanya ada apa yang dikenal,jika bagimu didalam apa yang di lihat hanya ada apa yang dilihat dstnya...maka tidak ada engkau didalam kaitan itu,jika tidak ada engkau dalam kaitan itu maka tidak ada engkau disitu,tidak ada engkau disana,tidak ada disini dan diantaranya...
Inilah dan hanya inilah jalan menuju akhirnya dukkha Didalam Satipattana Sutta(kalau gk salah) dikatakan,
"Perhatian murni merupakan satu2nya jalan untuk membebaskan pikiran dari kekotoran2 batin dan mencapai NIBBANA"_/\_
Salam hangat,
Riky
sy coba jelaskan pd bro petrus..
dalam buddhism, cinta itu ada 2 macam:
-cinta yng berkondisi/bersyarat
-cinta yg tidak berkondisi
kebetulan sy dlu pernah menanyakan ttg mslh cinta ini di forum lain..
sy quote penjelasan guru Wang di ST
Quote from: Wang Tjhun Nen on 06 August 2008, 11:53:16 PM
Cinta adalah netral adanya.
Respon batin terhadap cinta itu yang menjadi point kemelekatan atau tidak, bukan kepada siapa yang mencintai dan atau siapa yang di cintai.
Disaat perasaan cinta berubah menjadi keinginan untuk memiliki, takut kehilangan, maka saat itu juga sudah muncul Lobha/ketamakan, dan di pastikan berskutu dengan Moha/kebodohan.
Memang tidak mudah untuk tidak melekat, hal ini juga juga merupakan slah satu faktor yang membuat kita kita semua sekarang ini masih berkutat di 31 alam.
Jadi untuk pertanyaan guru Ang, :
Quote
cinta antara pasangan lawan jenis,
cinta antara ibu dan anaknya,
cinta seseorang kepada sosok panutanny, misal: Buddha Gautama, Yesus Kristus, dll;
cinta kasih seorang Boddhisattva kepada makhluk2..
dll...,
Jawabannya adalah bagaimana kondisi batin saat sedang mencintai diatas:
Apakah takut kehilangan?
Apakah timbul niat ingin memiliki?
Apakah menggantungkan hidup padaNya?
Apabila jawabannya "YA", maka ini adalah cinta yang melekat
Apabila jawabannya "TIDAK", maka ini cinta tanpa kemelekatan.
menurut sy, apabila seseorang memahami konsep anicca bahwa segala sesuatunya tidak kekal, maka dia akan memahami bahwa perpisahan, kematian tidak dapat dihindarkan..
karena itu jika seseorang memiliki cinta yang melekat, harus memiliki dan tidak mau melepaskan objek tsb, entah antara suami-istri, ibu-anak, sepasang kekasih, dll. kemelekatan tersebut hanya menghasilkan penderitaan baginya..
karena segala sesuatu anicca/tidak kekal
bagi buddhist yang harus dikembangkan itu adalah cintakasih yang tidak bersyarat ke semua makhluk..
seperti di karaniya metta sutta:
Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas jadi cinta kasih tidak terikat pada individu2 saja tetapi pada semua makhluk di semua alam tumimbal lahir..
tidak perlu ke-AKUan utk mengembangkan cintakasih ini, karena cintakasih seorang arahat tidak memerlukan syarat atau kondisi..
"simply love"
mungkin seperti itu..
salam
_/|\_
Quote from: Lien hua Rue Liang on 18 November 2008, 05:51:13 PM
sy coba jelaskan pd bro petrus..
dalam buddhism, cinta itu ada 2 macam:
-cinta yng berkondisi/bersyarat
-cinta yg tidak berkondisi
kebetulan sy dlu pernah menanyakan ttg mslh cinta ini di forum lain..
sy quote penjelasan guru Wang di ST
Quote from: Wang Tjhun Nen on 06 August 2008, 11:53:16 PM
Cinta adalah netral adanya.
Respon batin terhadap cinta itu yang menjadi point kemelekatan atau tidak, bukan kepada siapa yang mencintai dan atau siapa yang di cintai.
Disaat perasaan cinta berubah menjadi keinginan untuk memiliki, takut kehilangan, maka saat itu juga sudah muncul Lobha/ketamakan, dan di pastikan berskutu dengan Moha/kebodohan.
Memang tidak mudah untuk tidak melekat, hal ini juga juga merupakan slah satu faktor yang membuat kita kita semua sekarang ini masih berkutat di 31 alam.
Jadi untuk pertanyaan guru Ang, :
Quote
cinta antara pasangan lawan jenis,
cinta antara ibu dan anaknya,
cinta seseorang kepada sosok panutanny, misal: Buddha Gautama, Yesus Kristus, dll;
cinta kasih seorang Boddhisattva kepada makhluk2..
dll...,
Jawabannya adalah bagaimana kondisi batin saat sedang mencintai diatas:
Apakah takut kehilangan?
Apakah timbul niat ingin memiliki?
Apakah menggantungkan hidup padaNya?
Apabila jawabannya "YA", maka ini adalah cinta yang melekat
Apabila jawabannya "TIDAK", maka ini cinta tanpa kemelekatan.
menurut sy, apabila seseorang memahami konsep anicca bahwa segala sesuatunya tidak kekal, maka dia akan memahami bahwa perpisahan, kematian tidak dapat dihindarkan..
karena itu jika seseorang memiliki cinta yang melekat, harus memiliki dan tidak mau melepaskan objek tsb, entah antara suami-istri, ibu-anak, sepasang kekasih, dll. kemelekatan tersebut hanya menghasilkan penderitaan baginya..
karena segala sesuatu anicca/tidak kekal
bagi buddhist yang harus dikembangkan itu adalah cintakasih yang tidak bersyarat ke semua makhluk..
seperti di karaniya metta sutta:
Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas
jadi cinta kasih tidak terikat pada individu2 saja tetapi pada semua makhluk di semua alam tumimbal lahir..
tidak perlu ke-AKUan utk mengembangkan cintakasih ini, karena cintakasih seorang arahat tidak memerlukan syarat atau kondisi..
"simply love"
mungkin seperti itu..
salam
_/|\_
Bolehkah saya tahu bagaimana cara "mengembangkan" metta ini? :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: Lien hua Rue Liang on 18 November 2008, 05:51:13 PM
sy coba jelaskan pd bro petrus..
dalam buddhism, cinta itu ada 2 macam:
-cinta yng berkondisi/bersyarat
-cinta yg tidak berkondisi
................
Quote from: Wang Tjhun Nen on 06 August 2008, 11:53:16 PM
Cinta adalah netral adanya.
Respon batin terhadap cinta itu yang menjadi point kemelekatan atau tidak, bukan kepada siapa yang mencintai dan atau siapa yang di cintai.
Disaat perasaan cinta berubah menjadi keinginan untuk memiliki, takut kehilangan, maka saat itu juga sudah muncul Lobha/ketamakan, dan di pastikan berskutu dengan Moha/kebodohan.
Memang tidak mudah untuk tidak melekat, hal ini juga juga merupakan slah satu faktor yang membuat kita kita semua sekarang ini masih berkutat di 31 alam.
Jadi untuk pertanyaan guru Ang, :
Quote
cinta antara pasangan lawan jenis,
cinta antara ibu dan anaknya,
cinta seseorang kepada sosok panutanny, misal: Buddha Gautama, Yesus Kristus, dll;
cinta kasih seorang Boddhisattva kepada makhluk2..
dll...,
Jawabannya adalah bagaimana kondisi batin saat sedang mencintai diatas:
Apakah takut kehilangan?
Apakah timbul niat ingin memiliki?
Apakah menggantungkan hidup padaNya?
Apabila jawabannya "YA", maka ini adalah cinta yang melekat
Apabila jawabannya "TIDAK", maka ini cinta tanpa kemelekatan.
menurut sy, apabila seseorang memahami konsep anicca bahwa segala sesuatunya tidak kekal, maka dia akan memahami bahwa perpisahan, kematian tidak dapat dihindarkan..
karena itu jika seseorang memiliki cinta yang melekat, harus memiliki dan tidak mau melepaskan objek tsb, entah antara suami-istri, ibu-anak, sepasang kekasih, dll. kemelekatan tersebut hanya menghasilkan penderitaan baginya..
karena segala sesuatu anicca/tidak kekal
bagi buddhist yang harus dikembangkan itu adalah cintakasih yang tidak bersyarat ke semua makhluk..
seperti di karaniya metta sutta:
jadi cinta kasih tidak terikat pada individu2 saja tetapi pada semua makhluk di semua alam tumimbal lahir..
tidak perlu ke-AKUan utk mengembangkan cintakasih ini, karena cintakasih seorang arahat tidak memerlukan syarat atau kondisi..
"simply love"
mungkin seperti itu..
salam
_/|\_
mungkin penjelasan ini pula yang menjelaskan kenapa para arahat tidak mempunyai kamma yang berbuah, dan juga menjelaskan bahwa hanya para arahat lah yang dapat menerapkan cinta kasih tanpa syarat ini.(terbukti dari contoh cuma bodisatva aja yang bener)
jadi bagi kita adalah sangat mustahil untuk menerapkan cinta tidak bersyarat ini.
menambahkan: mungkin bagi para arahat istilah cinta kasih tanpa syarat kurang tepat bagi mereka, karena kita menyebut/mengistilahkan perbuatan mereka dari sisi kita. mungkin lebih tepat dengan mengistilahkan hanya perbuatan saja, tanpa tahu apakah perbuatan para arahat tersebut metta atau lobha. seperti bung Ricky katakan Kiriya
Quote from: Lien hua Rue Liang on 18 November 2008, 05:51:13 PM
sy coba jelaskan pd bro petrus..
dalam buddhism, cinta itu ada 2 macam:
-cinta yng berkondisi/bersyarat
-cinta yg tidak berkondisi
kebetulan sy dlu pernah menanyakan ttg mslh cinta ini di forum lain..
sy quote penjelasan guru Wang di ST
Quote from: Wang Tjhun Nen on 06 August 2008, 11:53:16 PM
Cinta adalah netral adanya.
Respon batin terhadap cinta itu yang menjadi point kemelekatan atau tidak, bukan kepada siapa yang mencintai dan atau siapa yang di cintai.
Disaat perasaan cinta berubah menjadi keinginan untuk memiliki, takut kehilangan, maka saat itu juga sudah muncul Lobha/ketamakan, dan di pastikan berskutu dengan Moha/kebodohan.
Memang tidak mudah untuk tidak melekat, hal ini juga juga merupakan slah satu faktor yang membuat kita kita semua sekarang ini masih berkutat di 31 alam.
Jadi untuk pertanyaan guru Ang, :
Quote
cinta antara pasangan lawan jenis,
cinta antara ibu dan anaknya,
cinta seseorang kepada sosok panutanny, misal: Buddha Gautama, Yesus Kristus, dll;
cinta kasih seorang Boddhisattva kepada makhluk2..
dll...,
Jawabannya adalah bagaimana kondisi batin saat sedang mencintai diatas:
Apakah takut kehilangan?
Apakah timbul niat ingin memiliki?
Apakah menggantungkan hidup padaNya?
Apabila jawabannya "YA", maka ini adalah cinta yang melekat
Apabila jawabannya "TIDAK", maka ini cinta tanpa kemelekatan.
menurut sy, apabila seseorang memahami konsep anicca bahwa segala sesuatunya tidak kekal, maka dia akan memahami bahwa perpisahan, kematian tidak dapat dihindarkan..
karena itu jika seseorang memiliki cinta yang melekat, harus memiliki dan tidak mau melepaskan objek tsb, entah antara suami-istri, ibu-anak, sepasang kekasih, dll. kemelekatan tersebut hanya menghasilkan penderitaan baginya..
karena segala sesuatu anicca/tidak kekal
bagi buddhist yang harus dikembangkan itu adalah cintakasih yang tidak bersyarat ke semua makhluk..
seperti di karaniya metta sutta:
Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas
jadi cinta kasih tidak terikat pada individu2 saja tetapi pada semua makhluk di semua alam tumimbal lahir..
tidak perlu ke-AKUan utk mengembangkan cintakasih ini, karena cintakasih seorang arahat tidak memerlukan syarat atau kondisi..
"simply love"
mungkin seperti itu..
salam
_/|\_
pertanyaan saya kepada Guru Wang : apakah ia mencintai dirinya sebagai Guru ?
Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri.
Bagaimana mungkin mencintai orang lain tanpa mencintai diri sendiri (AKU) ?
anda bisa ?
Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 05:57:21 PM
Quote from: Lien hua Rue Liang on 18 November 2008, 05:51:13 PM
sy coba jelaskan pd bro petrus..
dalam buddhism, cinta itu ada 2 macam:
-cinta yng berkondisi/bersyarat
-cinta yg tidak berkondisi
kebetulan sy dlu pernah menanyakan ttg mslh cinta ini di forum lain..
sy quote penjelasan guru Wang di ST
Quote from: Wang Tjhun Nen on 06 August 2008, 11:53:16 PM
Cinta adalah netral adanya.
Respon batin terhadap cinta itu yang menjadi point kemelekatan atau tidak, bukan kepada siapa yang mencintai dan atau siapa yang di cintai.
Disaat perasaan cinta berubah menjadi keinginan untuk memiliki, takut kehilangan, maka saat itu juga sudah muncul Lobha/ketamakan, dan di pastikan berskutu dengan Moha/kebodohan.
Memang tidak mudah untuk tidak melekat, hal ini juga juga merupakan slah satu faktor yang membuat kita kita semua sekarang ini masih berkutat di 31 alam.
Jadi untuk pertanyaan guru Ang, :
Quote
cinta antara pasangan lawan jenis,
cinta antara ibu dan anaknya,
cinta seseorang kepada sosok panutanny, misal: Buddha Gautama, Yesus Kristus, dll;
cinta kasih seorang Boddhisattva kepada makhluk2..
dll...,
Jawabannya adalah bagaimana kondisi batin saat sedang mencintai diatas:
Apakah takut kehilangan?
Apakah timbul niat ingin memiliki?
Apakah menggantungkan hidup padaNya?
Apabila jawabannya "YA", maka ini adalah cinta yang melekat
Apabila jawabannya "TIDAK", maka ini cinta tanpa kemelekatan.
menurut sy, apabila seseorang memahami konsep anicca bahwa segala sesuatunya tidak kekal, maka dia akan memahami bahwa perpisahan, kematian tidak dapat dihindarkan..
karena itu jika seseorang memiliki cinta yang melekat, harus memiliki dan tidak mau melepaskan objek tsb, entah antara suami-istri, ibu-anak, sepasang kekasih, dll. kemelekatan tersebut hanya menghasilkan penderitaan baginya..
karena segala sesuatu anicca/tidak kekal
bagi buddhist yang harus dikembangkan itu adalah cintakasih yang tidak bersyarat ke semua makhluk..
seperti di karaniya metta sutta:
Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas
jadi cinta kasih tidak terikat pada individu2 saja tetapi pada semua makhluk di semua alam tumimbal lahir..
tidak perlu ke-AKUan utk mengembangkan cintakasih ini, karena cintakasih seorang arahat tidak memerlukan syarat atau kondisi..
"simply love"
mungkin seperti itu..
salam
_/|\_
Bolehkah saya tahu bagaimana cara "mengembangkan" metta ini? :)
Salam hangat,
Riky
Bro Riky kan sudah pernah mengalami cinta yg tanpa AKU... sepeti di post yng dulu2 ... mgkn bisa share?...
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 05:36:16 PM
Ketika kita berbicara tentang keinginan jahat kita begitu yakin bisa menghilangkan AKU, tapi begitu kita berbicara tentang keinginan baik dan perbuatan baik maka AKU itu tidak bisa hilang.
Menurut saya, Arahat itu sebuah illusi karena AKU tidak bisa hilang.
Jika AKU yang illusi, maka tidak ada orang yang dicintai atau dibenci, ini tidak mungkin.
Seorang Arahat tentu mencintai, mengagumi atau merasakan dirinya sebagai arahat.
Bisa dijelaskan lebih jauh... Mengapa demikian?
[at] Petrus
istilah cintailah orang lain seperti anda mencintai diri sendiri
sebenarnya cuma sarkasme aja terhadap orang yang egois, karena orang yang egois sangat mencintai diri sendiri, dan kebanyakan manusia seperti itu.
dan orang yg mengatakan demikian ingin kita juga mencintai orang lain seperti keegoisan kita.
tapi kayaknya dari tadi gak ada yg ngomong begitu deh, kok bisa nanya yg gitu??
Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 05:57:21 PM
Bolehkah saya tahu bagaimana cara "mengembangkan" metta ini? :)
Salam hangat,
Riky
karena sy seorang buddhist, yang harus dilakukan ya jalan ariya bercabang 8 itu..
dengan semakin meningkatnya mindfulness kita, tentunya semakin mungkin bagi kita utk menyadari kemelekatan2 dan menghindarinya.. termasuk kemelekatan dlm "cinta"..
atau mungkin bisa melakukan meditasi metta-bhavana seperti yang dikatakan guru2 di atas..
salam
_/|\_
*brb latihan dulu
Quote
pertanyaan saya kepada Guru Wang : apakah ia mencintai dirinya sebagai Guru ?
Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri.
Bagaimana mungkin mencintai orang lain tanpa mencintai diri sendiri (AKU) ?
anda bisa ?
:)) :)) :))
guru wang belum mencapai nibbanna bro..
saya tidak tau apakah beliau senarcist itu atau tidak..
itu ajaran dari mana? dari buddhism? mana suttanya??
coba sy pngen liat..
*brb ke kampus beneran
Quote from: Lien hua Rue Liang on 18 November 2008, 06:13:57 PM
.............bisa melakukan meditasi metta-bhavana seperti yang dikatakan guru2 di atas..
sorry Lien OOT,
kalau boleh ralat, metta-bhavana bukannya termasuk samatha bhavana dimana tidak membuat kita memperoleh pandangan benar,
melainkan kita harus vipassana -bhavana
tetapi mungkin saja ralat saya salah, habis bingung juga neh disini, soalnya contoh aja
dalam suatu kondisi anapanasati dapat dijadikan Samatha bhavana dan juga dilain kondisi dapat dijadikan Vipassana Bhavana..
kalau Metta sendiri apakah ada suatu kondisi yg memungkinkan sebagai objek Vipassana???
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 06:13:52 PM
[at] Petrus
istilah cintailah orang lain seperti anda mencintai diri sendiri
sebenarnya cuma sarkasme aja terhadap orang yang egois, karena orang yang egois sangat mencintai diri sendiri, dan kebanyakan manusia seperti itu.
dan orang yg mengatakan demikian ingin kita juga mencintai orang lain seperti keegoisan kita.
tapi kayaknya dari tadi gak ada yg ngomong begitu deh, kok bisa nanya yg gitu??
bukan sarkasme, dan itu saya kutip dari ajaran Christian untuk membuktikan kebenarannya sehubungan dengan pertanyaan kpd guru Wang.
"pembunuhan" personal? Sepertinya tidak ada deh, apa yang di bunuh lha wong yang disebut aku itu hanya ilusi :)
[at] Petrus
ya Petrus,
mungkin istilah sarkasme kurang tepat, tetapi menurut saya memang seperti itulah,,
"karena manusia itu egois maka cara paling tepat untuk menghilangkan keegoisan/mengembangkan cinta kasih yg tida setengah2 itu. ya dengan mencintai orang lain seperti anda egois terhadap diri sendiri. jadi ya orang yg bilang
"cintailah orang lain seperti anda mencintai diri sendiri" itu pasti sangat pintar dalam kemanusiaan karena dia tahu bagaimana menjelaskan cinta kasiih sepenuhnya
Petrus Christian ya?? saya salut loh kepada orang2 Christian bagaimana mereka sangat mengasihi.
Cara paling gampang untuk menjadi Arahat adalah panggil tukang hipnotis minta dihipnotis. Hilang semua ke AKU an anda.
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 06:32:30 PM
Cara paling gampang untuk menjadi Arahat adalah panggil tukang hipnotis minta dihipnotis. Hilang semua ke AKU an anda.
hahaha........ lol nice joke
Sdr. Petrus, bedakan antara cinta dan nafsu, antara love dan desire. Ini adalah 2 hal yang berbeda.
Cinta yang harus dihindari adalah cinta yang berdasarkan nafsu. Baik itu nafsu untuk memiliki, nafsu untuk menguasai dan nafsu lainnya. Cinta yang murni adalah cinta tanpa kondisi. Cinta yang dapat terjadi tanpa adanya keinginan untuk menerima balasan dari cinta yang diberikan. Ini lah cinta yang menurut saya (please CMIIW para senior) dipancarkan oleh Sang Buddha kepada semua mahluk hidup bukan hanya manusia namun semua mahluk hidup.
Jadi tidak ada kemelekatan atau aku di dalam cinta kasih yang diberikan oleh Buddha.
Salam
Quote from: ryu on 18 November 2008, 06:29:47 PM
"pembunuhan" personal? Sepertinya tidak ada deh, apa yang di bunuh lha wong yang disebut aku itu hanya ilusi :)
lo kok jadi ada yg bicara "pembunuhan" personal??? dari mana datangya ini??
tolong dong dikasih quote atas pernyataan apa, dan bila memang mao menyatakan statement, tolong dong dijelasin lagi
Quote from: ryu on 18 November 2008, 06:29:47 PM
"pembunuhan" personal? Sepertinya tidak ada deh, apa yang di bunuh lha wong yang disebut aku itu hanya ilusi :)
berarti personalitas/pribadi kamu sudah terbunuh, kamu tidak ada siapa-siapanya, sama dengan guk-guk, sama dengan meong meong...... :))
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 06:37:16 PM
Quote from: ryu on 18 November 2008, 06:29:47 PM
"pembunuhan" personal? Sepertinya tidak ada deh, apa yang di bunuh lha wong yang disebut aku itu hanya ilusi :)
lo kok jadi ada yg bicara "pembunuhan" personal??? dari mana datangya ini??
tolong dong dikasih quote atas pernyataan apa, dan bila memang mao menyatakan statement, tolong dong dijelasin lagi
Ada dari posting bro petrus coba baca lagi dari awal..hehe
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 06:35:14 PM
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 06:32:30 PM
Cara paling gampang untuk menjadi Arahat adalah panggil tukang hipnotis minta dihipnotis. Hilang semua ke AKU an anda.
hahaha........ lol nice joke
hati-hati istri dirumah bisa diambil sama si tukang hipnotis, sudah tidak ada rasa memiliki .... ^-^
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 06:37:50 PM
Quote from: ryu on 18 November 2008, 06:29:47 PM
"pembunuhan" personal? Sepertinya tidak ada deh, apa yang di bunuh lha wong yang disebut aku itu hanya ilusi :)
berarti personalitas/pribadi kamu sudah terbunuh, kamu tidak ada siapa-siapanya, sama dengan guk-guk, sama dengan meong meong...... :))
Kalo gitu ya saran saya adalah anda membaca dulu pengalaman seorang mantan biarawati katholik:
The Experience of No-Self: A Contemplative Journey - Bernadette Roberts
dan ada koq terjemahannya oleh pak Hudoyo... mgkn bro Riky bisa kasih info lebih detail...
Menambahkan saja::
saya membaca sebuah buku bernuansa kristiani berjudul "I kissed dating GoodBye"
disitu saya menangkap bahwa cinta sebenarnya adalah bagaimana kita mencintai semua orang secara universal, dan bagaimana bukan cinta sesaat, tetapi karena kita mengasihinya.
jadi saat dua pasang kekasih mengatakan "saya mencintaimu" seharusnya diralat menjadi saya mengasihimu karena begitulah cinta menurut kristiani.
tetapi dalam Buddhisme Cinta tidak hanya sekedar mengasihi, bahkan Cinta yang tidak berkondisi, tidak bersyarat atau apapun yang kalian katakan. karena Cinta adalah suatu bentuk kemelekatan yang tentunya masih terikat nafsu. maka itu secara tidak langsung cita2 Buddhisme adalah menghilangkan Cinta ini. dan jangan salah paham dengan menghilangkan Cinta berarti kita menjadi Jahat.
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 06:37:50 PM
Quote from: ryu on 18 November 2008, 06:29:47 PM
"pembunuhan" personal? Sepertinya tidak ada deh, apa yang di bunuh lha wong yang disebut aku itu hanya ilusi :)
berarti personalitas/pribadi kamu sudah terbunuh, kamu tidak ada siapa-siapanya, sama dengan guk-guk, sama dengan meong meong...... :))
hehehehe, ya saya sudah lahir baru koq :))
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 01:45:25 PM
Buddha dan Cinta Kasih
Apakah Cinta Kasih masih relevan dalam ajaran Buddha ?
suatu pertanyaan yang timbul ketika berbicara mengenai "pembunuhan" personalitas dan keinginan (desire)
Mencintai dan mengasihi sesama adalah bentuk dari keinginan dimana untuk mencapai buddha/arahat keinginan seperti ini harus dihilangkan.
I love Buddha atau ada yang menulis I love , adalah slogan yang tidak mengakar dari ajaran Buddhism itu sendiri. Selagi manusia mencintai seseorang dia masih mempunyai keinginan (desire) dan ini bertentangan dengan ajaran pelepasan dari kemelekatan.
Keinginan terhadap apapun termasuk kepada yang positif seperti mencintai sesama tidak dapat membawa sesorang menjadi arahat, karena ini suatu bentuk kemelekatan.
Lalu bagaimana seorang buddhist dapat mencintai sesama tanpa kontradiksi dengan ajarannya ?
tidak ada kontradiksi tentang cinta dengan ajaran buddhis,
ada penjelasan yang cukup apik, tentang cinta dalam buddhis, yang diungkapkan oleh seorang perempuan inggris dengan latar belakang kr****n, yang kemudian dia memeluk buddhism...
dengan kesungguhan hati menekuni buddhism dalam sebuah gua di pegunungan himalaya selama 12 tahun seorang diri.
ungkapan cinta dalam buddhism oleh seorang perempuan inggris bernama Diana Perry yang kemudian setelah menjadi buddhis lebih dikenal dengan nama Tenzin palmo
"We mistake love and attachment. We think they are the same thing, but actually, they are opposites.
Love is 'I want you to be happy.' Attachment is 'I want you to make me happy."
_/\_
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 06:42:35 PM
Kalo gitu ya saran saya adalah anda membaca dulu pengalaman seorang mantan biarawati katholik:
The Experience of No-Self: A Contemplative Journey - Bernadette Roberts
dan ada koq terjemahannya oleh pak Hudoyo... mgkn bro Riky bisa kasih info lebih detail...
Seharusnya Bernadette itu baca tulisan saya. kasihan dia kehilangan personalitasnya.
anda mau kehilangan personalitas ? Hilang lho, lenyap tidak ada lagi yg namanya william, mau ? ......... :-?
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 07:06:07 PM
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 06:42:35 PM
Kalo gitu ya saran saya adalah anda membaca dulu pengalaman seorang mantan biarawati katholik:
The Experience of No-Self: A Contemplative Journey - Bernadette Roberts
dan ada koq terjemahannya oleh pak Hudoyo... mgkn bro Riky bisa kasih info lebih detail...
Seharusnya Bernadette itu baca tulisan saya. kasihan dia kehilangan personalitasnya.
anda mau kehilangan personalitas ? Hilang lho, lenyap tidak ada lagi yg namanya william, mau ? ......... :-?
Pada kenyataan tidak ada yg namanya William... William itu hanya nama saja untuk keperluan sosialisasi.... dan sebutan untuk perpaduan dari nama dan rupa saja.....hehhe... Nah kalo gitu manakah yg dinamakan Petrus???
Quote from: ryu on 18 November 2008, 06:46:08 PM
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 06:37:50 PM
Quote from: ryu on 18 November 2008, 06:29:47 PM
"pembunuhan" personal? Sepertinya tidak ada deh, apa yang di bunuh lha wong yang disebut aku itu hanya ilusi :)
berarti personalitas/pribadi kamu sudah terbunuh, kamu tidak ada siapa-siapanya, sama dengan guk-guk, sama dengan meong meong...... :))
hehehehe, ya saya sudah lahir baru koq :))
ryu, saya khawatir anda tidak mengerti apa itu pribadi/personalitas.
anda itu tidak ada duanya didunia, unik, mahluk satu-satunya didunia.
coba sekarang anda lihat sekeliling ada gak yang sama dengan anda.
masak mau dihilangkan pribadi yang unik ini.
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 07:06:07 PM
Seharusnya Bernadette itu baca tulisan saya. kasihan dia kehilangan personalitasnya.
anda mau kehilangan personalitas ? Hilang lho, lenyap tidak ada lagi yg namanya william, mau ? ......... :-?
hilang personalitas kan bukan hilang "ting"...yg artinya hilang tanpa bekas kyk disihir :hammer:
tapi hilang ke-Aku-an-nya, coba baca ulang dari awal lg deh, sepertinya penjelasan teman-teman dari awal tadi tidak diperhatikan oleh anda :hammer:
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 07:10:06 PM
Pada kenyataan tidak ada yg namanya William... William itu hanya nama saja untuk keperluan sosialisasi.... dan sebutan untuk perpaduan dari nama dan rupa saja.....hehhe... Nah kalo gitu manakah yg dinamakan Petrus???
yang namanya Petrus adalah yang sedang menulis ini dan tidak sama dengan yang bakal menjawab tulisannya.
manusia yang bernama petrus punya keunikan sendiri, tidak sama dengan manusia yang bernama william.
dua orang kembar indentik pun tidak sama tingkah laku dan keinginannya.
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 07:10:44 PM
Quote from: ryu on 18 November 2008, 06:46:08 PM
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 06:37:50 PM
Quote from: ryu on 18 November 2008, 06:29:47 PM
"pembunuhan" personal? Sepertinya tidak ada deh, apa yang di bunuh lha wong yang disebut aku itu hanya ilusi :)
berarti personalitas/pribadi kamu sudah terbunuh, kamu tidak ada siapa-siapanya, sama dengan guk-guk, sama dengan meong meong...... :))
hehehehe, ya saya sudah lahir baru koq :))
ryu, saya khawatir anda tidak mengerti apa itu pribadi/personalitas.
anda itu tidak ada duanya didunia, unik, mahluk satu-satunya didunia.
coba sekarang anda lihat sekeliling ada gak yang sama dengan anda.
masak mau dihilangkan pribadi yang unik ini.
hilang ke-aku-an dalam buddhis itu, berbeda dengan yang kamu pahami petrus... :)
_/\_
iya reenzia saya setuju dengan anda sepertinya om Petrus ini malah ngomong sendiri, nanya sendiri tetapi tidak mempedulikan jawaban kita2.
Om Petrus harap anda melihat kembali dan membaca kembali dari awal sampai akhir dari Thread ini,
tapi jangan cepet2, harap direnungkan dulu. sehingga tidak menanyakan sampai berkali2 dan kita tidak usah menjawab sampai berkali2
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 07:16:56 PM
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 07:10:06 PM
Pada kenyataan tidak ada yg namanya William... William itu hanya nama saja untuk keperluan sosialisasi.... dan sebutan untuk perpaduan dari nama dan rupa saja.....hehhe... Nah kalo gitu manakah yg dinamakan Petrus???
yang namanya Petrus adalah yang sedang menulis ini dan tidak sama dengan yang bakal menjawab tulisannya.
manusia yang bernama petrus punya keunikan sendiri, tidak sama dengan manusia yang bernama william.
dua orang kembar indentik pun tidak sama tingkah laku dan keinginannya.
Nah bagian manakah yang dinamakan petrus? apakah tangannya? pikirannya?..perutnya kah?... jd tunjukan manakah yg dinamakan petrus?
[at] abang petrus
itu karena walaupun telah dijelaskan anda tetap tidak memikirkan jawaban dari kita, sehingga teteb sama persepsi menghilangkan ke-aku-an adalah hilang orangnya, sehingga menjadi guk guk ato meong meong :hammer:
OOT
OOT
OOT
kalau mau bahas aku , buat topic baru lagi aja Sdr Petrus
Quote from: andrew on 18 November 2008, 07:20:32 PM
hilang ke-aku-an dalam buddhis itu, berbeda dengan yang kamu pahami petrus... :)
_/\_
semoga yang aku pahami salah
Makanya Trus, cangkirnya kosongin dulu :))
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 07:23:13 PM
Nah bagian manakah yang dinamakan petrus? apakah tangannya? pikirannya?..perutnya kah?... jd tunjukan manakah yg dinamakan petrus?
semuanya, termasuk suaranya.
anda tetap anda walaupun nama anda diganti atau dihilangkan.
Quote from: ryu on 18 November 2008, 07:30:23 PM
Makanya Trus, cangkirnya kosongin dulu :))
nah betul, anda tidak akan pernah bisa paham bila dari awal memang sudah ada penolakan, jadi walaupun teman-teman telah menjelaskan kepada anda biar ngerti yah teteb aja gak ngerti
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 07:33:01 PM
semuanya, termasuk suaranya.
anda tetap anda walaupun nama anda diganti atau dihilangkan.
berarti bila saya menghilangkan semua [nama, tubuh, tangan, kaki] berarti anda bisa menjadi guk-guk ato meong-meong? :hammer:
nah disini kan jelas anda menganggap menghilangkan ke-aku-an = menghilang secara fisik :hammer:
gubrak deh :hammer:
Mending belajar MMD gih Trus :)) pak Hudoyo bisa tuh jelasin ajaran Buddha dgn cara kr****n :)
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 07:33:01 PM
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 07:23:13 PM
Nah bagian manakah yang dinamakan petrus? apakah tangannya? pikirannya?..perutnya kah?... jd tunjukan manakah yg dinamakan petrus?
semuanya, termasuk suaranya.
anda tetap anda walaupun nama anda diganti atau dihilangkan.
nih andai saja ya... supaya lebih mudah menghayatinya...
andai nih... tangan dan kakinya petrus di potong... terus di kasih makan ke ikan piranha tangan dan kakinya petrus... terus abis masuk perut piranha , keluar jadi kotoran ikan...
terus yang namanya petrus yang mana?
kepala dan badan petrus... ditambah kotoran ikan ( yang dulu tangan dan kaki nya petrus ) ?
atau cuma kepala dan badannya petrus ....
ngga ada maksud mengejek atau apa... memang seperti ini biasanya cara menelaah yang biasa kita sebut aku...
_/\_
aku-nya itu loh, perhatikan baik-baik, aku yang kita-kita maksudkan dengan aku yang anda maksudkan itu.....
ah udah deh kayaknya neh Thread dah Solved deh
lanjut
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 06:08:13 PM
Bro Riky kan sudah pernah mengalami cinta yg tanpa AKU... sepeti di post yng dulu2 ... mgkn bisa share?...
Apanya yang mesti dishare?Saudara saya bertanya,"Bagaimana cara mengembangkan "metta" ",saya tidak berkata,"Saya benar dan lainnya salah..." :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 08:23:10 PM
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 06:08:13 PM
Bro Riky kan sudah pernah mengalami cinta yg tanpa AKU... sepeti di post yng dulu2 ... mgkn bisa share?...
Apanya yang mesti dishare?Saudara saya bertanya,"Bagaimana cara mengembangkan "metta" ",saya tidak berkata,"Saya benar dan lainnya salah..." :)
Salam hangat,
Riky
salah satunya dengan metta bhavana, dan kayaknya dah disebut tadi di replies2 sebelumnya
Quote from: Lien hua Rue Liang on 18 November 2008, 06:13:57 PM
karena sy seorang buddhist, yang harus dilakukan ya jalan ariya bercabang 8 itu..
dengan semakin meningkatnya mindfulness kita, tentunya semakin mungkin bagi kita utk menyadari kemelekatan2 dan menghindarinya.. termasuk kemelekatan dlm "cinta"..
atau mungkin bisa melakukan meditasi metta-bhavana seperti yang dikatakan guru2 di atas..
"menyadari" dan "menghindari"?Apakah menurut anda berbeda?
Metta bhava bisa menghilangkan "kemelekatan" dalam "cinta"?caranya? :?
Salam hangat,
Riky
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 08:25:56 PM
Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 08:23:10 PM
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 06:08:13 PM
Bro Riky kan sudah pernah mengalami cinta yg tanpa AKU... sepeti di post yng dulu2 ... mgkn bisa share?...
Apanya yang mesti dishare?Saudara saya bertanya,"Bagaimana cara mengembangkan "metta" ",saya tidak berkata,"Saya benar dan lainnya salah..." :)
Salam hangat,
Riky
salah satunya dengan metta bhavana, dan kayaknya dah disebut tadi di replies2 sebelumnya
Maaf sekali saudaraku,saya tidak membaca semua postingan... :)
Oh ya,dimanakah thread anda itu? "Siapa itu Tuhan?"
Salam hangat,
Riky
Pikiran seperti parasut ia bekerja saat terbuka.
Jika belum membuka pikiran pada pemahaman berbeda maka percuma saja berdialog.
Si petruk/s mencoba jadi kritis, tapi adakah ia keterbukaan pikiran?
Si petruk/s mengira "si aku" itu ada, karena ia mau meyakini dirinya ada.
Lalu siapa yang meyakini "aku" itu ada?
Apaka "aku" yang meyakini bahwa "aku" itu ada?
Kalau gitu ada berapa "aku" di dalam diri?
Apakah "aku" harus ada terlebih dahulu untuk merasa "aku" itu ada, atau ketika merasakan "aku ada", maka "aku" menjadi ada?
Mana yang lebih dahulu "aku" atau "merasakan"?
Kalau "aku" terlebih dahulu ada, aku ada tanpa merasakan ataupun tidak merasakan? Kalau "tidak merasakan", bagaimana bisa merasakan bahwa aku ada?
Kalau "merasakan" lebih dahulu ada, maka "aku" timbul hanya karena perasaan bahwa "aku" ada. Lalu siapa sebenarnya yang merasakan?
Jika aku ada dua, "yang mengamati" dan "yang diamati", siapakah aku "yang diamati" saat aku yang satunya "yang mengamati"? Bukankah ketika ia berada di luar "aku" maka ia bukan "aku" lagi, tapi jadi "liyan" (orang lain). Begitu juga sebaliknya. Karena itu ketika ada "aku" yang satu mengamati "aku" yang lain atau "aku" yang satu diamati oleh "aku" yang lain, maka "aku" sebenarnya hanya sudut pandang atau perspektif. Kalau ia adalah sudut padang atau perspektif, maka ia berubah-rubah tergantung pada situasi.
Nah sebelum teman-teman mengambil kesimpulan, saya mau tambahkan lagi. Kalau gitu apakah "ada" itu sendiri? Siapakah yang bisa merasakan sesuatu itu "ada" kalau bukan karena adanya "aku"? Lalu bagaimana "aku" bisa adalah "ada", jika yang merasakan "ada" atau "tidak ada" adalah "aku" itu sendiri?
Oleh karena itu, teman-teman, Kalau "aku" tlenyap, maka "ada" pun akan padam. Begitu juga ketika "ada" padam, maka "aku" pun lenyap. "Si aku" tidak lain adalah "si ada" maupun "si tiada" itu sendiri.
Kalau demikian bagaimana mungkin si petruk/s bisa merasakan "aku ada"?
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 07:43:32 PM
aku-nya itu loh, perhatikan baik-baik, aku yang kita-kita maksudkan dengan aku yang anda maksudkan itu.....
kamu percaya kalau manusia itu terdiri dari Roh dan daging ?
atau kamu hanya percaya manusia hanya lah daging saja ?
[at] Ricky
hi, masalah thread saya itu dah dijawab di thread kamu yang baru
manusia itu kesadaran dan jasmani ;D
sejak kapan di Buddhism ada Roh?...
yg ada itu Nama(batin) dan Rupa(Jasmani)
Nama :
1.Perasaan (Vedana)
2.Pencerapan (Sanna)
3.Bentuk2 pemikiran (Sankhara)
4.Kesadaran (Vinnana)
Jasmani:
1.unsur padat (Pathavi)
2.unsur cair (Apo)
3.unsur panas (Tejo)
4.unsur gerak (Vayo)
Quote from: sobat-dharma on 18 November 2008, 08:28:22 PM
Pikiran seperti parasut ia bekerja saat terbuka.
Jika belum membuka pikiran pada pemahaman berbeda maka percuma saja berdialog.
Setuju :)
QuoteSi petruk/s mengira "si aku" itu ada, karena ia mau meyakini dirinya ada.
Lalu siapa yang meyakini "aku" itu ada?
Apaka "aku" yang meyakini bahwa "aku" itu ada?
Pikiran itu aku,aku itu pikiran,aku ada karena aku eksis dan seterusnya...
QuoteKalau gitu ada berapa "aku" di dalam diri?
Menurut saya sih,aku itu tetap ada 1,kalau aku ada 2,3,4,dstnya itu "aku"nya "aku"..
QuoteApakah "aku" harus ada terlebih dahulu untuk merasa "aku" itu ada, atau ketika merasakan "aku ada", maka "aku" menjadi ada?
Aku itu ada dan selalu ada,ketika dilahirkan aku sudah ada...ketika anda bisa melihat aku maka lama kelamaan aku itu akan runtuh dengan sendirinya...seperti kata SB "Api yang berkorbar2 bila ditutup dengan gelas,lama kelamaan akan padam,bukan "dilawan" .. " :)
QuoteMana yang lebih dahulu "aku" atau "merasakan"?
:)
QuoteKalau "aku" terlebih dahulu ada, aku ada tanpa merasakan ataupun tidak merasakan? Kalau "tidak merasakan", bagaimana bisa merasakan bahwa aku ada?
Hehehe,putar balik terus....Aku ada terlebih dahulu,ketika dilahirkan AKU telah ada,dan AKU adalah penyebab PENDERITAAN... :)
QuoteKalau "merasakan" lebih dahulu ada, maka "aku" timbul hanya karena perasaan bahwa "aku" ada. Lalu siapa sebenarnya yang merasakan?
AKU lebih DULU ada... :)
QuoteJika aku ada dua, "yang mengamati" dan "yang diamati", siapakah aku "yang diamati" saat aku yang satunya "yang mengamati"? Bukankah ketika ia berada di luar "aku" maka ia bukan "aku" lagi, tapi jadi "liyan" (orang lain). Begitu juga sebaliknya. Karena itu ketika ada "aku" yang satu mengamati "aku" yang lain atau "aku" yang satu diamati oleh "aku" yang lain, maka "aku" sebenarnya hanya sudut pandang atau perspektif. Kalau ia adalah sudut padang atau perspektif, maka ia berubah-rubah tergantung pada situasi.
AKU hanya ada 1...TAPI aku bisa menciptakan "ribuan" aku laennya... :)
QuoteNah sebelum teman-teman mengambil kesimpulan, saya mau tambahkan lagi. Kalau gitu apakah "ada" itu sendiri? Siapakah yang bisa merasakan sesuatu itu "ada" kalau bukan karena adanya "aku"? Lalu bagaimana "aku" bisa adalah "ada", jika yang merasakan "ada" atau "tidak ada" adalah "aku" itu sendiri?
Oleh karena itu, teman-teman, Kalau "aku" tlenyap, maka "ada" pun akan padam. Begitu juga ketika "ada" padam, maka "aku" pun lenyap. "Si aku" tidak lain adalah "si ada" maupun "si tiada" itu sendiri.
Kalau "aku" lenyap digantikan "nibbana/unknown",dan AKU itu hanya 1 yakni pikiran... :)
Salam hangat,
Riky
terima kasih kaka wei dan kaka el ^:)^
_/\_
astaga bnyk sekali "aku"-nya *_*
Quote from: sobat-dharma on 18 November 2008, 08:28:22 PM
Pikiran seperti parasut ia bekerja saat terbuka.
Jika belum membuka pikiran pada pemahaman berbeda maka percuma saja berdialog.
Si petruk/s mencoba jadi kritis, tapi adakah ia keterbukaan pikiran?
Si petruk/s mengira "si aku" itu ada, karena ia mau meyakini dirinya ada.
Lalu siapa yang meyakini "aku" itu ada?
Apaka "aku" yang meyakini bahwa "aku" itu ada?
Kalau gitu ada berapa "aku" di dalam diri?
Apakah "aku" harus ada terlebih dahulu untuk merasa "aku" itu ada, atau ketika merasakan "aku ada", maka "aku" menjadi ada?
Mana yang lebih dahulu "aku" atau "merasakan"?
Kalau "aku" terlebih dahulu ada, aku ada tanpa merasakan ataupun tidak merasakan? Kalau "tidak merasakan", bagaimana bisa merasakan bahwa aku ada?
Kalau "merasakan" lebih dahulu ada, maka "aku" timbul hanya karena perasaan bahwa "aku" ada. Lalu siapa sebenarnya yang merasakan?
Jika aku ada dua, "yang mengamati" dan "yang diamati", siapakah aku "yang diamati" saat aku yang satunya "yang mengamati"? Bukankah ketika ia berada di luar "aku" maka ia bukan "aku" lagi, tapi jadi "liyan" (orang lain). Begitu juga sebaliknya. Karena itu ketika ada "aku" yang satu mengamati "aku" yang lain atau "aku" yang satu diamati oleh "aku" yang lain, maka "aku" sebenarnya hanya sudut pandang atau perspektif. Kalau ia adalah sudut padang atau perspektif, maka ia berubah-rubah tergantung pada situasi.
Nah sebelum teman-teman mengambil kesimpulan, saya mau tambahkan lagi. Kalau gitu apakah "ada" itu sendiri? Siapakah yang bisa merasakan sesuatu itu "ada" kalau bukan karena adanya "aku"? Lalu bagaimana "aku" bisa adalah "ada", jika yang merasakan "ada" atau "tidak ada" adalah "aku" itu sendiri?
Oleh karena itu, teman-teman, Kalau "aku" tlenyap, maka "ada" pun akan padam. Begitu juga ketika "ada" padam, maka "aku" pun lenyap. "Si aku" tidak lain adalah "si ada" maupun "si tiada" itu sendiri.
Kalau demikian bagaimana mungkin si petruk/s bisa merasakan "aku ada"?
kasihan sekali kamu, tidak lebih dari seonggok daging hidup.
lebih baik sedikit dari batu yang sering saya tendang-tendang.
[at] all & [at] Petrus
sebenarnya Petrus itu ingin mendalami lebih jauh konsep ke "Aku" an menurut Buddhisme ya
mungkin rekan2 sekalian ada yang bisa membantu, apa itu Ke "Aku" an menurut Buddhisme
lalu sebaiknya
[at] Petrus
Petrus coba deh menjelaskan konsep Ke "Aku" an menurut Petrus itu sendiri. nanti rekan2 yang lain pasti akan share konsep Ke "Aku" an menurut mereka sebagai Buddhisme
kan nantinya cepet beres
dan disini tidak mengharuskan Petrus mengiyakan apa yg rekan2 katakan kok, jadi enjoy aja
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 08:30:51 PM
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 07:43:32 PM
aku-nya itu loh, perhatikan baik-baik, aku yang kita-kita maksudkan dengan aku yang anda maksudkan itu.....
kamu percaya kalau manusia itu terdiri dari Roh dan daging ?
atau kamu hanya percaya manusia hanya lah daging saja ?
nah sekarang yang disebut AKU Petrus itu yang mana ?
roh nya apa dagingnya ?
saya baru coba menggali lebih jauh...
dengan pertanyaan tangan dan kaki dimakan piranha jadi tai tadi...
coba dijawab...
_/\_
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 08:36:39 PM
terima kasih kaka wei dan kaka el ^:)^
_/\_
Sama2 ;D
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 08:37:21 PM
Quote from: sobat-dharma on 18 November 2008, 08:28:22 PM
Pikiran seperti parasut ia bekerja saat terbuka.
Jika belum membuka pikiran pada pemahaman berbeda maka percuma saja berdialog.
Si petruk/s mencoba jadi kritis, tapi adakah ia keterbukaan pikiran?
Si petruk/s mengira "si aku" itu ada, karena ia mau meyakini dirinya ada.
Lalu siapa yang meyakini "aku" itu ada?
Apaka "aku" yang meyakini bahwa "aku" itu ada?
Kalau gitu ada berapa "aku" di dalam diri?
Apakah "aku" harus ada terlebih dahulu untuk merasa "aku" itu ada, atau ketika merasakan "aku ada", maka "aku" menjadi ada?
Mana yang lebih dahulu "aku" atau "merasakan"?
Kalau "aku" terlebih dahulu ada, aku ada tanpa merasakan ataupun tidak merasakan? Kalau "tidak merasakan", bagaimana bisa merasakan bahwa aku ada?
Kalau "merasakan" lebih dahulu ada, maka "aku" timbul hanya karena perasaan bahwa "aku" ada. Lalu siapa sebenarnya yang merasakan?
Jika aku ada dua, "yang mengamati" dan "yang diamati", siapakah aku "yang diamati" saat aku yang satunya "yang mengamati"? Bukankah ketika ia berada di luar "aku" maka ia bukan "aku" lagi, tapi jadi "liyan" (orang lain). Begitu juga sebaliknya. Karena itu ketika ada "aku" yang satu mengamati "aku" yang lain atau "aku" yang satu diamati oleh "aku" yang lain, maka "aku" sebenarnya hanya sudut pandang atau perspektif. Kalau ia adalah sudut padang atau perspektif, maka ia berubah-rubah tergantung pada situasi.
Nah sebelum teman-teman mengambil kesimpulan, saya mau tambahkan lagi. Kalau gitu apakah "ada" itu sendiri? Siapakah yang bisa merasakan sesuatu itu "ada" kalau bukan karena adanya "aku"? Lalu bagaimana "aku" bisa adalah "ada", jika yang merasakan "ada" atau "tidak ada" adalah "aku" itu sendiri?
Oleh karena itu, teman-teman, Kalau "aku" tlenyap, maka "ada" pun akan padam. Begitu juga ketika "ada" padam, maka "aku" pun lenyap. "Si aku" tidak lain adalah "si ada" maupun "si tiada" itu sendiri.
Kalau demikian bagaimana mungkin si petruk/s bisa merasakan "aku ada"?
kasihan sekali kamu, tidak lebih dari seonggok daging hidup.
lebih baik sedikit dari batu yang sering saya tendang-tendang.
Dia adalah fisik dengan kesadaran... bukan hanya seonggok daging hidup... dia memiliki kesadaran, pikiran, dan perasaan ;D ^-^
Bang Petrus masih makhluk yang masih memiliki kebodohan Bathin, jadi dijelaskan dari awal juga tetap susah dimengerti dan memang tidak ada niat untuk merenungkan, malah di jawab dengan argumen kehebatan Tuhannya dsb.
Sesudah saya ikuti pembahasan yang sudah cukup panjang dari thread ke thread lainnya yang sudah cukup panjang, dan ternyata dari awal memang bang Petrus tidak berniat untuk diskusi, tapi ingin menonjolkan kehebatan Tuhannya dan keyakinannya kepada umat di forum ini.
Bang Petrus memahami dan mempelajari Buddha Dhamma, tidak bisa dengan teori dan argumentasi, tapi harus di praktekkan dan di renungkan. Kalau memang berniat serius belajar Buddha Dhamma, lepaskan dulu label agama dan kata tuhan di dalam pikiran kamu, baru dipraktekkan apa yang sudah kamu dapat dari jawaban bro & sis di forum ini, kalau masih kurang mengerti, cari tahu, minta referensi lagi, bro & sis pasti akan siap membantu dengan gembira.
Contoh, mengenai kata Metta saja, kemudian diberikan Karuniya Metta Sutta, harusnya kalau bang petrus serius dan pintar, dari Sutta itu saja sudah jelas apa yang dinamakan Metta dalam Buddha Dhamma, malah arahat di olok-olok.
Kalau tujuan kamu hanya mengolok-olok dan membandingkan Dhamma dengan Tuhan milik kamu yang hebat. Ya ndak ketemu Bang Petrus.
Kalau tujuan bang petrus seperti itu, hanya mengolok-olok, bolehlah saya katakan perbuatan bang Petrus tidak patut, kami disini tidak mempermasalahkan kamu mengolok siapa saja, toh yang kamu terima adalah hasil perbuatan kamu sendiri, tidak ada yang menanggungnya, dan pengetahuan anda tentang Dhamma tidak bisa maju, malah berkisar di putaran tuhan saja, tidak bisa mencapai pencerahan.
Kalau hanya bicara tentang seputar Tuhan saja, anda hanya bisa lahir di alam dewa paling tingkat 6 kebawah, jangan-jangan bisa turun ke alam asura, karena penuh niat yang tidak baik yaitu iri hati dan menghasut bathin orang yang mau belajar Dhamma.
Kata2 ini anda boleh percaya dan tidak percaya, tidak apa Bang, tapi ini kenyataan yang ada, DHAMMA bergulir terus tanpa berhenti, kecuali bang petrus bisa mencapai kesucian Arahat dan Nibbana.
_/\_
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 08:37:21 PM
kasihan sekali kamu, tidak lebih dari seonggok daging hidup.
lebih baik sedikit dari batu yang sering saya tendang-tendang.
hehehe,justru menurut saya secara terbuka bahwa yang harus dikasihani itu adalah anda... :)
maaf ya...hehehe...Anda mau bertanya,tapi anda tidak mau menerima,ini sungguh aneh..seperti orang yang ingin "pintar" dalam "kedokteraan" eh tapi maunya "nanya" aja,tapi ketika "udah" dijawab,kgk mau "menerima" jawabannya..gimana bisa pinternya ya? :))
Um..and the last,menurut saya kalaupun dibandingkan antara anda dengan seonggok daging hidup,seonggok daging hidup lebih baik daripada seluruh hidup anda,yang saat ini anda jalani... :)
Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitta...
Saddhu...Saddhu...Saddhu...
Salam hangat,
Riky
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 08:37:21 PM
kasihan sekali kamu, tidak lebih dari seonggok daging hidup.
lebih baik sedikit dari batu yang sering saya tendang-tendang.
Begitu nasib aku dan kamu kalau mati nanti, seperti batu itu.... yang kamu tendang sendiri :)
[at] kaka Riky_dave
emank ada apa sih dengan orang yang ingin "pintar" dalam "kedokteraan" ?
masih blm paham saia :hammer:
_/\_
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 08:37:44 PM
[at] all & [at] Petrus
sebenarnya Petrus itu ingin mendalami lebih jauh konsep ke "Aku" an menurut Buddhisme ya
mungkin rekan2 sekalian ada yang bisa membantu, apa itu Ke "Aku" an menurut Buddhisme
lalu sebaiknya
[at] Petrus
Petrus coba deh menjelaskan konsep Ke "Aku" an menurut Petrus itu sendiri. nanti rekan2 yang lain pasti akan share konsep Ke "Aku" an menurut mereka sebagai Buddhisme
kan nantinya cepet beres
dan disini tidak mengharuskan Petrus mengiyakan apa yg rekan2 katakan kok, jadi enjoy aja
simple saja menurut Catholic, AKU itu adalah ciptaan penciptaNya, terdiri dari daging dan roh, sangat berharga dimata penciptanya, unik, tidak ada duanya, tidak sama dengan mahluk yang lain. Masing-masing AKU mempunyai ciri tersendiri tidak sama. AKU itu tidak sendirian dan kesepian tetapi selalu diperhatikan penciptanya.
oke oke, daripada malah ribet mending kita tanya dulu ke orangnya yaitu si Petrus itu sendiri dan biarkan dia menjelaskan pertanyaannya.
sehingga kita dapat menjelaskan dengan tepat
Permisiiii... numpang liwat......
Wah, isi threadnya sudah me-ragi rupanya.
Salah satu bacaan tentang Cinta kasih dalam versi ajaran Sang Buddha,
Empat keadaan batin luhur (Brahmavihara)oleh Nyanaponika Thera
http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/umum/brahmavihara.pdf
Semoga bermanfaat.
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 08:50:09 PM
simple saja menurut Catholic, AKU itu adalah ciptaan penciptaNya, terdiri dari daging dan roh, sangat berharga dimata penciptanya, unik, tidak ada duanya, tidak sama dengan mahluk yang lain. Masing-masing AKU mempunyai ciri tersendiri tidak sama. AKU itu tidak sendirian dan kesepian tetapi selalu diperhatikan penciptanya.
konsep ke-aku-an yang sangat "Aku"
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 08:49:41 PM
[at] kaka Riky_dave
emank ada apa sih dengan orang yang ingin "pintar" dalam "kedokteraan" ?
masih blm paham saia :hammer:
_/\_
Ibaratnya begini,Sang Buddha adalah Dokter yang paling Luar Biasa,dan semua resepnya dia tuliskan didalam Tipitaka,semua macem "penyakit" ada dan dituliskan "obatnya" juga...Jika anda "memakan" ini, "penyakit" apa yang anda terima,jika anda "memakan" ini "kesehatan" apa yang anda akan terima...
Dalam kasus Petrus,dia diibaratkan orang yang "bertanya" kepada "dokter",tetapi dia hanya berniat "bertanya" saja,kalau begitu bagaimana dia bisa "pinter" dalam "kedokteraan" dan bisa "menyelesaikan" mata kuliahnya(nibbana)? :)
Salam hangat,
Riky
Quotesimple saja menurut Catholic, AKU itu adalah ciptaan penciptaNya, terdiri dari daging dan roh, sangat berharga dimata penciptanya, unik, tidak ada duanya, tidak sama dengan mahluk yang lain. Masing-masing AKU mempunyai ciri tersendiri tidak sama. AKU itu tidak sendirian dan kesepian tetapi selalu diperhatikan penciptanya
Anda ka****k kan?let's see,sejauh mana anda mengerti tentang agama anda...
Siapakah umat manusia pertama didunia ini menurut Alkitab anda? :)
Salam hangat,
Riky
[at] Petrus
kalau dilihat itu konsep AKU dari Petrus tetapi dalam penjelasan Abstrak
oke biar fair saya mungkin akan menjelaskan konsep AKU menurut Buddhisme versi saya sendiri
AKU adalah bentuk2 kehidupan yang terdiri dari apa yg disebut Nama dan Rupa dimana Nama itu berwujud Abstrak dan Rupa berwujud Fisik. AKU adalah suatu kondisi, dimana kondisi ini adalah bersyarat bagaimana AKU terbentuk coba deh Petrus lihat reply om dilbert di thread ini.
itu baru beberapa saja,
oke sekarang lanjut lagi lanjutan AKU dari versi Petrus dan nanti saya berikan versi saya
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 08:50:09 PM
simple saja menurut Catholic, AKU itu adalah ciptaan penciptaNya, terdiri dari daging dan roh, sangat berharga dimata penciptanya, unik, tidak ada duanya, tidak sama dengan mahluk yang lain. Masing-masing AKU mempunyai ciri tersendiri tidak sama. AKU itu tidak sendirian dan kesepian tetapi selalu diperhatikan penciptanya.
ini nih ditanya belom jawab...
andai daging tangan dan kakinya petrus di potong2 di kasih piranha ...
dimakan piranha... abis itu keluar jadi kotoran ikan...
yang disebut petrus yang mana?
roh petrus + kepala+ badan .... saja ... atau tambah kotoran ikan ( yang dulunya daging petrus )
roh nya petrus dimana ? ditangan ? dikaki ? di kepala ?
_/\_
Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 08:53:33 PM
Ibaratnya begini,Sang Buddha adalah Dokter yang paling Luar Biasa,dan semua resepnya dia tuliskan didalam Tipitaka,semua macem "penyakit" ada dan dituliskan "obatnya" juga...Jika anda "memakan" ini, "penyakit" apa yang anda terima,jika anda "memakan" ini "kesehatan" apa yang anda akan terima...
Dalam kasus Petrus,dia diibaratkan orang yang "bertanya" kepada "dokter",tetapi dia hanya berniat "bertanya" saja,kalau begitu bagaimana dia bisa "pinter" dalam "kedokteraan" dan bisa "menyelesaikan" mata kuliahnya(nibbana)? :)
Salam hangat,
Riky
terima kasih banyak atas jawabannya _/\_
uda OOT nih, harus bikin topik baru ttg konsep "aku" dalam buddhis ;D
[at] Ricky
Petrus cuma mo tau aja konsep AKU menurut Buddhisme doank kok, gak mo mencoba pengetahuan dia tentang Agama nya dia. saya rasa itu alasan dia Posting Thread nya
so sebaiknya kita memberikan dan menjelaskan AKU menurut Buddhisme. sehingga Petrus menjadi lebih mengenal Buddhisme
Quote from: andrew on 18 November 2008, 08:57:04 PM
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 08:50:09 PM
simple saja menurut Catholic, AKU itu adalah ciptaan penciptaNya, terdiri dari daging dan roh, sangat berharga dimata penciptanya, unik, tidak ada duanya, tidak sama dengan mahluk yang lain. Masing-masing AKU mempunyai ciri tersendiri tidak sama. AKU itu tidak sendirian dan kesepian tetapi selalu diperhatikan penciptanya.
ini nih ditanya belom jawab...
andai daging tangan dan kakinya petrus di potong2 di kasih piranha ...
dimakan piranha... abis itu keluar jadi kotoran ikan...
yang disebut petrus yang mana?
roh petrus + kepala+ badan .... saja ... atau tambah kotoran ikan ( yang dulunya daging petrus )
roh nya petrus dimana ? ditangan ? dikaki ? di kepala ?
_/\_
Mantep ni...langsung ke "anatta" ... :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 08:58:29 PM
[at] Ricky
Petrus cuma mo tau aja konsep AKU menurut Buddhisme doank kok, gak mo mencoba pengetahuan dia tentang Agama nya dia. saya rasa itu alasan dia Posting Thread nya
so sebaiknya kita memberikan dan menjelaskan AKU menurut Buddhisme. sehingga Petrus menjadi lebih mengenal Buddhisme
Lho?hehee..tidak terbalik?bukankah dia sedang mengkonsepkan pandang "tuhan" dan "agamanya" kedalam konsep Agama Buddha? :))
Salam hangat,
Riky
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 08:50:09 PM
simple saja menurut Catholic, AKU itu adalah ciptaan penciptaNya, terdiri dari daging dan roh, sangat berharga dimata penciptanya, unik, tidak ada duanya, tidak sama dengan mahluk yang lain. Masing-masing AKU mempunyai ciri tersendiri tidak sama. AKU itu tidak sendirian dan kesepian tetapi selalu diperhatikan penciptanya.
Teman-teman,
Kata "aku" itu sendiri tidak unik. Setiap orang menggunakan kata "aku" untuk merujuk pada dirinya sendiri. Jadi apa uniknya "aku"? Jika kata "aku" hanya digunakan untuk menandai sesuatu, maka sesuatu itu sebenarnya suatu perasaan yang sama antara satu dengan yang lainnya yaitu bahwa: "dirinya itu ada." Namun, sekali lagi perasaan bahwa dirinya itu ada sama sekali tidak unik, karena setiap orang (yang belum mencapai tingkat arahat dan/atau bodhisattva) juga merasakan hal yang sama.
Jika demikian adanya, bagaimana bisa "aku" itu sendiri adalah unik?
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 08:53:07 PM
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 08:50:09 PM
simple saja menurut Catholic, AKU itu adalah ciptaan penciptaNya, terdiri dari daging dan roh, sangat berharga dimata penciptanya, unik, tidak ada duanya, tidak sama dengan mahluk yang lain. Masing-masing AKU mempunyai ciri tersendiri tidak sama. AKU itu tidak sendirian dan kesepian tetapi selalu diperhatikan penciptanya.
konsep ke-aku-an yang sangat "Aku"
Lalu Musa berkata kepada Allah:"Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya?- apakah yang harus kujawab kepada mereka?" Firman Allah kepada Musa: "
AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu:
AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.
Keluaran 3, 13-14
Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 08:53:33 PM
Ibaratnya begini,Sang Buddha adalah Dokter yang paling Luar Biasa,dan semua resepnya dia tuliskan didalam Tipitaka,semua macem "penyakit" ada dan dituliskan "obatnya" juga...Jika anda "memakan" ini, "penyakit" apa yang anda terima,jika anda "memakan" ini "kesehatan" apa yang anda akan terima...
Dalam kasus Petrus,dia diibaratkan orang yang "bertanya" kepada "dokter",tetapi dia hanya berniat "bertanya" saja,kalau begitu bagaimana dia bisa "pinter" dalam "kedokteraan" dan bisa "menyelesaikan" mata kuliahnya(nibbana)? :)
Salam hangat,
Riky
cerita anda mengingatkan saya terhadap cerita jataka yang menceritakan seorang pemburu yang masuk kehutan lalu terkena panah, lalu sang Buddha berusaha menyelamatkan orang tersebut, tetapi orang tersebut malah ingin ditolong untuk mencari pemanah tersebut dan memberikan identitas si pemanah tersebut. jadi apakah kita terus mencari jawaban atau diobati
karena sebenarnya kita lahir di suatu dunia itu sama seperti sudah terkena panah
Dan lebih mengherankan lagi lihat ini :
Quotesimple saja menurut Catholic, AKU itu adalah ciptaan penciptaNya, terdiri dari daging dan roh, sangat berharga dimata penciptanya, unik, tidak ada duanya, tidak sama dengan mahluk yang lain. Masing-masing AKU mempunyai ciri tersendiri tidak sama. AKU itu tidak sendirian dan kesepian tetapi selalu diperhatikan penciptanya
Yang saya boldkan,entah darimana logika ini muncul?
Jika memang AKU sangat berharga bagi PenciptaNya,lantas kenapa AKU "dibunuh" oleh penciptaNya sendiri?yang katanya MAHA ini dan itu? :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 09:04:32 PM
Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 08:53:33 PM
Ibaratnya begini,Sang Buddha adalah Dokter yang paling Luar Biasa,dan semua resepnya dia tuliskan didalam Tipitaka,semua macem "penyakit" ada dan dituliskan "obatnya" juga...Jika anda "memakan" ini, "penyakit" apa yang anda terima,jika anda "memakan" ini "kesehatan" apa yang anda akan terima...
Dalam kasus Petrus,dia diibaratkan orang yang "bertanya" kepada "dokter",tetapi dia hanya berniat "bertanya" saja,kalau begitu bagaimana dia bisa "pinter" dalam "kedokteraan" dan bisa "menyelesaikan" mata kuliahnya(nibbana)? :)
Salam hangat,
Riky
cerita anda mengingatkan saya terhadap cerita jataka yang menceritakan seorang pemburu yang masuk kehutan lalu terkena panah, lalu sang Buddha berusaha menyelamatkan orang tersebut, tetapi orang tersebut malah ingin ditolong untuk mencari pemanah tersebut dan memberikan identitas si pemanah tersebut. jadi apakah kita terus mencari jawaban atau diobati
karena sebenarnya kita lahir di suatu dunia itu sama seperti sudah terkena panah
Saya tidak mengerti dengan cerita ini... :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 09:00:35 PM
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 08:58:29 PM
[at] Ricky
Petrus cuma mo tau aja konsep AKU menurut Buddhisme doank kok, gak mo mencoba pengetahuan dia tentang Agama nya dia. saya rasa itu alasan dia Posting Thread nya
so sebaiknya kita memberikan dan menjelaskan AKU menurut Buddhisme. sehingga Petrus menjadi lebih mengenal Buddhisme
Lho?hehee..tidak terbalik?bukankah dia sedang mengkonsepkan pandang "tuhan" dan "agamanya" kedalam konsep Agama Buddha? :))
Salam hangat,
Riky
udah gak usah diperpanjang saya sudah tahu konsep AKU menurut Buddha. Konsep AKU menurut Buddha akan terealisasi ketika anda menjadi Arahat. Konsep yang dipaksakan dimana anda diminta menghilangkan ke AKU an tapi tidak bisa.
Bukan konsep yang datang dari pengakuan dari nurani yang paling dalam.
AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu
itu maksudnya apa ya? kok gw gak ngerti.....:'(
apakah Aku[Musa] adalah Aku[Allah] telah mengutus aku[siapa lagi nih?]??????
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 09:08:23 PM
udah gak usah diperpanjang saya sudah tahu konsep AKU menurut Buddha. Konsep AKU menurut Buddha akan terealisasi ketika anda menjadi Arahat.
Lho?sejak kapan ya konsep aku dapat terealisasi ketika kita menjadi arahat?Dapat dari Kitab mana tuh?dari Alkitab ya?Salah jalur om... :)
QuoteKonsep yang dipaksakan dimana anda diminta menghilangkan ke AKU an tapi tidak bisa.
Bukan konsep yang datang dari pengakuan dari nurani yang paling dalam.
Tidak ada yang MENYURUH anda untuk MENGHILANGKAN apapun...
Apa maksud anda bahwa "aku" tidak bisa hilang? :))
Salam hangat,
Riky
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 09:08:23 PM
udah gak usah diperpanjang saya sudah tahu konsep AKU menurut Buddha. Konsep AKU menurut Buddha akan terealisasi ketika anda menjadi Arahat. Konsep yang dipaksakan dimana anda diminta menghilangkan ke AKU an tapi tidak bisa.
Bukan konsep yang datang dari pengakuan dari nurani yang paling dalam.
tidak seperti itu...
makanya jawab dulu pertanyaan saya...
kalo bisa jawab nanti pelan-pelan baru bisa ngerti...
_/\_
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 09:10:33 PM
AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu
itu maksudnya apa ya? kok gw gak ngerti.....:'(
apakah Aku[Musa] adalah Aku[Allah] telah mengutus aku[siapa lagi nih?]??????
Intinya AKU hanya Buang2 Waktu KU saja... :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 09:08:23 PM
udah gak usah diperpanjang saya sudah tahu konsep AKU menurut Buddha. Konsep AKU menurut Buddha akan terealisasi ketika anda menjadi Arahat. Konsep yang dipaksakan dimana anda diminta menghilangkan ke AKU an tapi tidak bisa.
Bukan konsep yang datang dari pengakuan dari nurani yang paling dalam.
justru kl sudah sampe Arahat konsep AKU sudah hilang bukannya malah terrealisasi :hammer: =))
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 09:10:33 PM
AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu
itu maksudnya apa ya? kok gw gak ngerti.....:'(
apakah Aku[Musa] adalah Aku[Allah] telah mengutus aku[siapa lagi nih?]??????
AKULAH AKU = Allah, mengutus Musa (aku)
[at] Petrus
bukan terealisasi tetapi berada dalam pandangan yang benar tentang AKU
dalam buddhis AKU itu tidak sama dengan SAYA, melainkan sebuah konsep, anda dapat mempertanyakan kenapa memakai kata AKU, mungkin karena itulah yang dapat mewakili karena secara sosial kata AKU lebih bersifat egois dibanding SAYA. dan karena konsep xxx yang akhirnya dinamakan AKU itu mewakili ke ego an manusia maka kata AKU dipakai dan bukan SAYA.
lagipula ini adalah proses mengartikan dari bahasa pali tersebut ke bahasa indonesia agar berusaha bisa sepadan.
mungkin para rekan yang ahli bahasa Pali dapat membantu.
sekali lagi Buddhisme tidak memaksa dan memintakan anda menghilangkan ke AKU an melainkan hanya menganjurkan (coba lihat cerita saya di sini http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6318.msg105004#msg105004)
disini dijelaskan bahwa sang Buddha hanya ingin mengobati anda yang terluka, dan tinggal anda yang menentukan ingin mencari sang Pemanah atau diObati
Soul Euthanized >< Soul Sanctified
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 09:17:04 PM
[at] Petrus
bukan terealisasi tetapi berada dalam pandangan yang benar tentang AKU
Pandang benar itu sebatas mana saja kah saudaraku? :)
Quotedalam buddhis AKU itu tidak sama dengan SAYA, melainkan sebuah konsep, anda dapat mempertanyakan kenapa memakai kata AKU, mungkin karena itulah yang dapat mewakili karena secara sosial kata AKU lebih bersifat egois dibanding SAYA. dan karena konsep xxx yang akhirnya dinamakan AKU itu mewakili ke ego an manusia maka kata AKU dipakai dan bukan SAYA.
lagipula ini adalah proses mengartikan dari bahasa pali tersebut ke bahasa indonesia agar berusaha bisa sepadan.
mungkin para rekan yang ahli bahasa Pali dapat membantu.
sekali lagi Buddhisme tidak memaksa dan memintakan anda menghilangkan ke AKU an melainkan hanya menganjurkan (coba lihat cerita saya di sini http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6318.msg105004#msg105004)
disini dijelaskan bahwa sang Buddha hanya ingin mengobati anda yang terluka, dan tinggal anda yang menentukan ingin mencari sang Pemanah atau diObati
Yang ini no cumment dulu,masih tunggu jawaban dari Petrus... :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 09:20:11 PM
Soul Euthanized >< Soul Sanctified
akunya petrus itu yang mana ?
yang jadi kotoran ikan piranha ? itu termasuk ?
_/\_
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 09:20:11 PM
Soul Euthanized >< Soul Sanctified
Di dalam ajaran Buddha:
Anatta = NO soul
[at] all
harap merepliy yang dapat menjadikan pengertian buat Petrus, karena awal kecekcokan antar agama dimulai dari saling tidak mengerti dan mempertanyakan. alangkah baiknya kita memberikan pengertian kepada Petrus tentang Buddhisme. sehingga Petrus (dan alangkah baiknya sobat2 ka****k Petrus) dapat memahami dan dapat saling menghargai apa yang menjadi pegangan masyarakan Buddhis
Quote from: hendrako on 18 November 2008, 09:03:49 PM
Lalu Musa berkata kepada Allah:"Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya?- apakah yang harus kujawab kepada mereka?" Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.
Keluaran 3, 13-14
lanjutannya nih ...
ada ajaran merampas/ merampok ...
keluaran 3 : 22tetapi tiap-tiap perempuan harus meminta dari tetangganya dan dari perempuan yang tinggal di rumahnya, barang-barang perak dan emas dan kain-kain, yang akan kamu kenakan kepada anak-anakmu lelaki dan perempuan;
demikianlah kamu akan merampasi orang Mesir itu."
_/\_
[at] Ricky
Pandangan benar sebatas sebagai arahat
Quote from: andrew on 18 November 2008, 09:24:40 PM
Quote from: hendrako on 18 November 2008, 09:03:49 PM
Lalu Musa berkata kepada Allah:"Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya?- apakah yang harus kujawab kepada mereka?" Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.
Keluaran 3, 13-14
lanjutannya nih ...
ada ajaran merampas/ merampok ...
keluaran 3 : 22
tetapi tiap-tiap perempuan harus meminta dari tetangganya dan dari perempuan yang tinggal di rumahnya, barang-barang perak dan emas dan kain-kain, yang akan kamu kenakan kepada anak-anakmu lelaki dan perempuan; demikianlah kamu akan merampasi orang Mesir itu."
_/\_
Udah lama ga pernah ngutip alkitab,saya jadi lupa tanda baca antara pasal sama ayat.... thanks bro andrew.
Quote from: andrew on 18 November 2008, 09:24:40 PM
lanjutannya nih ...
ada ajaran merampas/ merampok ...
keluaran 3 : 22
tetapi tiap-tiap perempuan harus meminta dari tetangganya dan dari perempuan yang tinggal di rumahnya, barang-barang perak dan emas dan kain-kain, yang akan kamu kenakan kepada anak-anakmu lelaki dan perempuan; demikianlah kamu akan merampasi orang Mesir itu."
_/\_
apakah ajaran cinta kasih yang diajarkan-Nya hanya sebatas teori atau hanya sebatas kepada sesama orang yang percaya kepada-Nya?
Intinya sederhana sekali,Saudara Petrus sudah "mengerti" tetapi batinnya terus menerus "menolak",jadi bisa jadi ini lah pandangan salah(micchi ditthi) yang dikatakan SB?hehehe...Karena "bertanya" tetapi tidak mau "menjawab"?
[at] Andrew
Adakah hasil mengeluarkan orang dalam tumpukan "kotoran",jika dia menganggap "kotoran" itu lezat? :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 09:26:31 PM
[at] Ricky
Pandangan benar sebatas sebagai arahat
tidak mengerti,apa maksud anda?berkenankah anda menjelaskan kepada saya yang awam ini? :)
Salam hangat,
Riky
Quote from: hatRed on 18 November 2008, 08:37:44 PM
[at] all & [at] Petrus
sebenarnya Petrus itu ingin mendalami lebih jauh konsep ke "Aku" an menurut Buddhisme ya
mungkin rekan2 sekalian ada yang bisa membantu, apa itu Ke "Aku" an menurut Buddhisme
lalu sebaiknya
[at] Petrus
Petrus coba deh menjelaskan konsep Ke "Aku" an menurut Petrus itu sendiri. nanti rekan2 yang lain pasti akan share konsep Ke "Aku" an menurut mereka sebagai Buddhisme
kan nantinya cepet beres
dan disini tidak mengharuskan Petrus mengiyakan apa yg rekan2 katakan kok, jadi enjoy aja
Kalau dalam koridor PERTANYAAN berarti memang ada ingin di"ketahui"... tetapi kalau dalam koridor MEMPERTANYAKAN, biasanya yang melakukan hal ini tidak akan memetik apa apa, karena dari awal sudah ada kesan untuk MERENDAHKAN...
Apakah sdr.petrus BERTANYA atau MEMPERTANYAKAN ??
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 07:33:01 PM
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 07:23:13 PM
Nah bagian manakah yang dinamakan petrus? apakah tangannya? pikirannya?..perutnya kah?... jd tunjukan manakah yg dinamakan petrus?
semuanya, termasuk suaranya.
anda tetap anda walaupun nama anda diganti atau dihilangkan.
bagaimana kalau bagian dari tubuh sdr Petrus diambil lalu dicangkokkan ke orang lain? Bagaimana kalau darah sdr Petrus didonorkan ke orang lain? Apakah bagian dari sdr Petrus juga pindah? Di manakah ada "aku/Petrus" lagi?
ada topik baru kesini aja : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6333.msg105046;topicseen#msg105046
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 09:44:45 PM
ada topik baru kesini aja : http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6333.msg105046;topicseen#msg105046
caranya lari dari pertanyaan ya seperti ini dari kemarin-kemarin...
jawab dulu deh pertanyaan teman-teman disini...
topiknya berbeda
_/\_
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 09:08:23 PM
udah gak usah diperpanjang saya sudah tahu konsep AKU menurut Buddha. Konsep AKU menurut Buddha akan terealisasi ketika anda menjadi Arahat. Konsep yang dipaksakan dimana anda diminta menghilangkan ke AKU an tapi tidak bisa.
Bukan konsep yang datang dari pengakuan dari nurani yang paling dalam.
Yeaa... Anda memang serba tahu... ;D
Cinta kasih yg universal adalah tidak pilih kasih, tidak melekat, tidak mengharapkan pamrih.
Karena itu Metta (cinta-kasih) tidak mungkin menjadi penghalang bagi seseorang untuk mencapai kesucian. Justru Metta adalah salah satu faktor yg berfungsi sebagai fondasi dalam menuju ke Kesempurnaan (bagian dari perbuatan baik).
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 09:29:10 PM
Quote from: andrew on 18 November 2008, 09:24:40 PM
lanjutannya nih ...
ada ajaran merampas/ merampok ...
keluaran 3 : 22
tetapi tiap-tiap perempuan harus meminta dari tetangganya dan dari perempuan yang tinggal di rumahnya, barang-barang perak dan emas dan kain-kain, yang akan kamu kenakan kepada anak-anakmu lelaki dan perempuan; demikianlah kamu akan merampasi orang Mesir itu."
_/\_
apakah ajaran cinta kasih yang diajarkan-Nya hanya sebatas teori atau hanya sebatas kepada sesama orang yang percaya kepada-Nya?
Ini adalah perjanjian lama yang "muncul" pada waktu perang. Dalam Perjanjian Baru, diajarkan Yesus untuk mengasihi bahkan musuh sendiri. Mengasihi saudara, teman dilakukan semua orang termasuk para pendosa, orang-orang yang tidak mengenal Allah. Jika memang ingin mengikuti Yesus, maka harus mengasihi semua orang, termasuk musuh sendiri.
Lukas 6:32
"If you [merely] love those who love you, what quality of credit and thanks is that to you? For even the [very] sinners love their lovers (those who love them)."
Matius 5:46-47
"For if you love those who love you, what reward can you have? Do not even the tax collectors do that?
And if you greet only your brethren, what more than others are you doing? Do not even the Gentiles (the heathen) do that?"
Quote from: reenzia on 18 November 2008, 04:48:16 PM
piya apaan ya kk kainyn? mohon pencerahan _/\_
terima kasih
Piya adalah suatu rasa kemelekatan yang timbul karena interaksi bathin orang dengan kondisi yang ditemui. Piya ini muncul karena keterkondisian objek, seperti seorang pria menyukai wanita karena paras eloknya, bentuk tubuh indah, suaranya dan lain-lain.
Sama juga perasaan yang muncul dari seorang Buddhis ketika melihat teman yang 'sesama Buddhis' maka 'cinta' kemelekatan itu muncul. Piya ini karena terkondisi, maka tentu saja tidak kekal (anicca) dan adalah menyedihkan (dukkha).
Jadi di beberapa thread ada Kr1sten menyerang Buddhis dan Buddhis menyerang Kr1sten,
menurut saya pribadi, semua hanya berdasarkan 'piya' walaupun bicara indah tentang kasih.
Yuk kita fangsen lepasin guk-guk belinya di PET SHOP , sebagai bentuk kasih terhadap makhluk hidup :))
Quote from: Kainyn_Kutho on 19 November 2008, 08:55:01 AM
Piya adalah suatu rasa kemelekatan yang timbul karena interaksi bathin orang dengan kondisi yang ditemui. Piya ini muncul karena keterkondisian objek, seperti seorang pria menyukai wanita karena paras eloknya, bentuk tubuh indah, suaranya dan lain-lain.
Sama juga perasaan yang muncul dari seorang Buddhis ketika melihat teman yang 'sesama Buddhis' maka 'cinta' kemelekatan itu muncul. Piya ini karena terkondisi, maka tentu saja tidak kekal (anicca) dan adalah menyedihkan (dukkha).
Jadi di beberapa thread ada Kr1sten menyerang Buddhis dan Buddhis menyerang Kr1sten, menurut saya pribadi, semua hanya berdasarkan 'piya' walaupun bicara indah tentang kasih.
terima kasih atas penjelasannya, semoga berbuah karma baik _/\_
sudah beres. akan dilock dulu sementara.