Buddha dan Cinta Kasih

Started by Petrus, 18 November 2008, 01:45:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hatRed

Quote from: william_phang on 18 November 2008, 04:24:30 PM
Itulah kenapa Buddha mengajarkan Metta...bukan cinta seperti yang masyarakat umum kenal...krn cinta yg umum dikenal itu adalah cinta yg berkondisi......

kalau boleh tahu bisa dijabarkan metta menurut pak William

Apakah metta menurut pak william itu tidak menghasilkan karma?

bila ya, apakah hanya arahat saja yang dapat mempraktekkan metta?
i'm just a mammal with troubled soul



El Sol

ada sebuah cerita

waktu itu ketika sang buddha mau menyebrang sungai
Ia bertemu dengan seorang petapa
lalu petapa tersebut men-demo-kan bahwa ia menyebrangi sungai dengan berjalan diatas air.

lalu sang bhagava berkata, sudah berapa lama wahai petapa, anda menghabiskan waktu untuk mendapatkan kekuatan tersebut?
25 tahun, jawabnya.
Saya(buddha) hanya membutuhkan 2 keping uang , untuk menyebrangi sungai tersebut.(pake sampan)

dilbert

#17
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 04:18:59 PM
saya kutip perkataan Buddha tentang keinginan (desire) dan cinta (love):

Sutta 42  Section  16
Casting Aside Love and Attaining the Way

The Buddha said, "People who cherish love and desire do not see the Way. Just as when you stir clear water with your hand, those who stand beside it cannot see their reflections, so, too, people who are entangled in love and desire have turbidity in their minds, and therefore they cannot see the Way. You Shramanas should cast aside love and desire. When the stains of love and desire disappear, you will be able to see the Way."


Bagaimana bisa mencintai sesama tanpa ada cinta dan keinginan untuk mencintai ?  :-?
Tapi itulah syarat untuk menjadi arahat.


Cinta didalam ajaran BUDDHA lebih disebut dengan cinta kasih (metta). Buddha sendiri menganjurkan praktek cinta kasih (metta) sebagaimana dibabarkan beliau di dalam Karaniya Metta Sutta.

KARANIYA METTA SUTTA

Karaniyamatthakusalena
Yan tam santam padam abhisamecca
Sakko uju ca suju ca
Suvaco c'assa mudu anatimani

Santussako ca subharo ca
Appakicco ca sallahukavutti
Sant'idriyo ca nipako ca
Appagabbho kulesu ananugiddho

Na ca khuddam samacare kinci
Yena vinnu pare upavadeyyum
Sukhino va khemino hontu
Sabbe satta bhavantu sukhitatta

Ye keci panabhut'atthi
Tasa va thavara va anavasesa
Digha va ye mahanta va
Majjhima rassaka anukathula

Dittha va ye va addittha
Ye ca dure vasanti avidure
Bhuta va samhavesi va
Sabbe satta bhavantu sukhit'atta

Na paro param nikubbetha
Natimannetha katthaci nam kanci
Vyarosana patighasanna
Nannamannassa dukkhamiccheyya

Mata yatha niyam puttam
Ayusa ekaputtamanurakkhe
Evam pi sabbabhutesu
Manasam bhavaye aparimanam

Mettan'ca sabbalokasmim
Manasam bhavaye aparimanam
Uddham adho ca tiriyan ca
Asambadham averam asapattam

Tittham caram nisinno va
Sayano va yavat'assa vigatamiddho
Etam satim adhittheyya
Brahmametam viharam idhamahu

Ditthin ca anupagamma
Silava dassanena sampanno
Kamesu vineyya gedham
Na hi jatu gabbhaseyyam punareti 'ti


Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan
Untuk mencapai ketenangan
Ia harus mampu, jujur, sungguh jujur
Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong

Merasa puas, mudah dilayani
Tiada sibuk, sederhana hidupnya
Tenang inderanya, berhati-hati
Tahu malu, tidak melekat pada keluarga

Tak berbuat kesalahan walaupun kecil
Yang dapat dicela oleh para bijaksana
Hendaklah ia berpikir "semoga semua makhluk berbahagia dan tenteram"
Semoga semua makhluk berbahagia

Makhluk hidup apa pun juga
Yang lemah dan kuat tanpa kecuali
Yang panjang atau besar
Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk
Yang tampak atau tak tampak
Yang jauh atau pun yang dekat
Yang terlahir atau yang akan terlahir
Semoga semua makhluk berbahagia

Jangan menipu orang lain
Atau menghina sipa saja
Jangan karena marah atu benci
Mengharap orang lain celaka

Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas

Kasih sayangnya kesegenap alam semesta
Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas
Keatas, kebawah dan kesekeliling
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan

Selagi berdiri, berjalan atau duduk
Atau berbaring, selagi tiada lelap
Ia tekun mengembangkan kesadaran ini
Yang dikatakan berdiam dalam Brahma

Tidak berpegang pada pandangan salah tentang aku yang kekal
Dengan sila dan penglihatan yang sempurna
Hingga bersih dari nafsu indera
Ia tak  akan lahir dalam rahim manapun juga

Yang sdr.Petrus pertanyakan adalah realitas dari cinta kasih di dalam ajaran BUDDHA dan kaitannya dengan pencapaian nibbana (yang dikatakan telah tidak melekat, lepas dari AKU/PERSONALITAS), dan seolah olah kedua hal ini, cinta kasih dan nibbana adalah kontradiksi dan bertentangan. Justru kualitas Cinta kasih di dalam ajaran BUDDHIS adalah seperti kualitas di dalam KARANIYA METTA SUTTA yang bebas dari persoalan ke-AKU-an/Personalitas/milik-ku/miliki-mu dsbnya.

Justru ARAHAT itu bebas dari ke-AKU-an bisa mengembangkan cinta kasih yang sebesar besarnya dan sedalam-dalamnya kepada semua makhluk tak terbatas, yang memiliki hubungan karma atau tidak, baik yang berhubungan baik ataupun yang bermusuhan dsbnya.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

gajeboh angek

harus dibedakan akar dari cinta -> apakah cinta yang didasari lobha, dosa, moha, atau alobha, adosa, amoha

karena itu harus dilihat bahasa aslinya, entah sansekerta atau pali

jika cinta yang dimaksud adalah cinta kemelekatan, maka tidak membawa pembebasan dari dukkha, tetapi jika cinta yang tidak melekat, misalnya cinta kasih, dan didasari pandangan benar, maka akan membawa kepada pembebasan dari dukkha.

saya sudah bilang, bedakan cinta eros, philia, dan agape -> agar petrus mengerti istilah 'sendiri'
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Reenzia

nah bener tuh bert, Karaniya Metta Sutta adalah contoh tepat bagaimana dalam buddhis diajarkan untuk mencintai

tanpa kondisi

nyanadhana

Quote from: El Sol on 18 November 2008, 04:36:40 PM
ada sebuah cerita

waktu itu ketika sang buddha mau menyebrang sungai
Ia bertemu dengan seorang petapa
lalu petapa tersebut men-demo-kan bahwa ia menyebrangi sungai dengan berjalan diatas air.

lalu sang bhagava berkata, sudah berapa lama wahai petapa, anda menghabiskan waktu untuk mendapatkan kekuatan tersebut?
25 tahun, jawabnya.
Saya(buddha) hanya membutuhkan 2 keping uang , untuk menyebrangi sungai tersebut.(pake sampan)


Sol,sejak kapan Buddha pegang duit? ;D
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

dilbert

Quote from: nyanadhana on 18 November 2008, 04:43:30 PM
Quote from: El Sol on 18 November 2008, 04:36:40 PM
ada sebuah cerita

waktu itu ketika sang buddha mau menyebrang sungai
Ia bertemu dengan seorang petapa
lalu petapa tersebut men-demo-kan bahwa ia menyebrangi sungai dengan berjalan diatas air.

lalu sang bhagava berkata, sudah berapa lama wahai petapa, anda menghabiskan waktu untuk mendapatkan kekuatan tersebut?
25 tahun, jawabnya.
Saya(buddha) hanya membutuhkan 2 keping uang , untuk menyebrangi sungai tersebut.(pake sampan)


Sol,sejak kapan Buddha pegang duit? ;D

masa gak boleh pegang duit.. asal bukan dimiliki... hahahahahaa
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Reenzia

Buddha gak bilang dia pegang duit tu, dia cuma bilang hanya membutuhkan 2 keping untuk menyebrangi sungai ;D

K.K.

Quote from: karuna_murti on 18 November 2008, 04:37:50 PM
harus dibedakan akar dari cinta -> apakah cinta yang didasari lobha, dosa, moha, atau alobha, adosa, amoha

karena itu harus dilihat bahasa aslinya, entah sansekerta atau pali

jika cinta yang dimaksud adalah cinta kemelekatan, maka tidak membawa pembebasan dari dukkha, tetapi jika cinta yang tidak melekat, misalnya cinta kasih, dan didasari pandangan benar, maka akan membawa kepada pembebasan dari dukkha.

saya sudah bilang, bedakan cinta eros, philia, dan agape -> agar petrus mengerti istilah 'sendiri'

Maksud saya, pembagian definisi berdasarkan objek (di luar) tidak sesuai dengan pembagian definisi berdasarkan pikiran (di dalam). Agape bukanlah Metta. Piya bukanlah Eros.


Reenzia

piya apaan ya kk kainyn? mohon pencerahan _/\_

terima kasih

William_phang

Quote from: hatRed on 18 November 2008, 04:36:24 PM
Quote from: william_phang on 18 November 2008, 04:24:30 PM
Itulah kenapa Buddha mengajarkan Metta...bukan cinta seperti yang masyarakat umum kenal...krn cinta yg umum dikenal itu adalah cinta yg berkondisi......

kalau boleh tahu bisa dijabarkan metta menurut pak William

Apakah metta menurut pak william itu tidak menghasilkan karma?

bila ya, apakah hanya arahat saja yang dapat mempraktekkan metta?


Sebenarnya Metta dijabarkan dalam karaniya metta sutta seperti yang di post oleh bro dilbert...dan ada meditasinya juga yaitu metta bhavana...


Petrus

Quote from: dilbert on 18 November 2008, 04:36:48 PM
Yang sdr.Petrus pertanyakan adalah realitas dari cinta kasih di dalam ajaran BUDDHA dan kaitannya dengan pencapaian nibbana (yang dikatakan telah tidak melekat, lepas dari AKU/PERSONALITAS), dan seolah olah kedua hal ini, cinta kasih dan nibbana adalah kontradiksi dan bertentangan. Justru kualitas Cinta kasih di dalam ajaran BUDDHIS adalah seperti kualitas di dalam KARANIYA METTA SUTTA yang bebas dari persoalan ke-AKU-an/Personalitas/milik-ku/miliki-mu dsbnya.

Justru ARAHAT itu bebas dari ke-AKU-an bisa mengembangkan cinta kasih yang sebesar besarnya dan sedalam-dalamnya kepada semua makhluk tak terbatas, yang memiliki hubungan karma, baik yang berhubungan baik ataupun yang bermusuhan dsbnya.

mengembangkan cinta kasih adalah bentuk dari keinginan dari si AKU, sedangkan Arahat harus bebas dari keinginan.
Bukankah Arahat sudah hilang ke AKU annya ?



Reenzia

mengembangkan cinta kasih adalah bentuk dari keinginan dari si AKU? << persepsi anda

Riky_dave

L
Quote from: Petrus on 18 November 2008, 04:56:13 PM
Quote from: dilbert on 18 November 2008, 04:36:48 PM
Yang sdr.Petrus pertanyakan adalah realitas dari cinta kasih di dalam ajaran BUDDHA dan kaitannya dengan pencapaian nibbana (yang dikatakan telah tidak melekat, lepas dari AKU/PERSONALITAS), dan seolah olah kedua hal ini, cinta kasih dan nibbana adalah kontradiksi dan bertentangan. Justru kualitas Cinta kasih di dalam ajaran BUDDHIS adalah seperti kualitas di dalam KARANIYA METTA SUTTA yang bebas dari persoalan ke-AKU-an/Personalitas/milik-ku/miliki-mu dsbnya.

Justru ARAHAT itu bebas dari ke-AKU-an bisa mengembangkan cinta kasih yang sebesar besarnya dan sedalam-dalamnya kepada semua makhluk tak terbatas, yang memiliki hubungan karma, baik yang berhubungan baik ataupun yang bermusuhan dsbnya.

mengembangkan cinta kasih adalah bentuk dari keinginan dari si AKU, sedangkan Arahat harus bebas dari keinginan.
Bukankah Arahat sudah hilang ke AKU annya ?



Saudaraku petrus,cinta itu banyak macem,sekarang cinta apa yang sedang anda pertanyakan?
Cinta seorang Buddha?Cinta seorang umat Awam?Atau yang laennya?
Dijelaskan saja,agar ada inti dari topic ini dan tidak terlalu muter dan berbelit2... :)

_/\_

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Riky_dave

Quote from: reenzia on 18 November 2008, 05:01:30 PM
mengembangkan cinta kasih adalah bentuk dari keinginan dari si AKU? << persepsi anda
Saya juga berpersepsi seperti itu... :) dan salahkan saya?

_/\_

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...