Buddha dan Cinta Kasih

Started by Petrus, 18 November 2008, 01:45:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Lien hua Rue Liang

sy coba jelaskan pd bro petrus..

dalam buddhism, cinta itu ada 2 macam:
-cinta yng berkondisi/bersyarat
-cinta yg tidak berkondisi

kebetulan sy dlu pernah menanyakan ttg mslh cinta ini di forum lain..
sy quote penjelasan guru Wang di ST

Quote from: Wang Tjhun Nen on 06 August 2008, 11:53:16 PM
Cinta adalah netral adanya.
Respon batin terhadap cinta itu yang menjadi point kemelekatan atau tidak, bukan kepada siapa yang mencintai dan atau siapa yang di cintai.

Disaat perasaan cinta berubah menjadi keinginan untuk memiliki, takut kehilangan, maka saat itu juga sudah muncul Lobha/ketamakan, dan di pastikan berskutu dengan Moha/kebodohan.

Memang tidak mudah untuk tidak melekat, hal ini juga juga merupakan slah satu faktor yang membuat kita kita semua sekarang ini masih berkutat di 31 alam.

Jadi untuk pertanyaan guru Ang, :
Quote
cinta antara pasangan lawan jenis,
cinta antara ibu dan anaknya,
cinta seseorang kepada sosok panutanny, misal: Buddha Gautama, Yesus Kristus, dll;
cinta kasih seorang Boddhisattva kepada makhluk2..
dll...,

Jawabannya adalah bagaimana kondisi batin saat sedang mencintai diatas:
Apakah takut kehilangan?
Apakah timbul niat ingin memiliki?
Apakah menggantungkan hidup padaNya?

Apabila jawabannya "YA", maka ini adalah cinta yang melekat
Apabila jawabannya "TIDAK", maka ini cinta tanpa kemelekatan.


menurut sy, apabila seseorang memahami konsep anicca bahwa segala sesuatunya tidak kekal, maka dia akan memahami bahwa perpisahan, kematian tidak dapat dihindarkan..
karena itu jika seseorang memiliki cinta yang melekat, harus memiliki dan tidak mau melepaskan objek tsb, entah antara suami-istri, ibu-anak, sepasang kekasih, dll. kemelekatan tersebut hanya menghasilkan penderitaan baginya..
karena segala sesuatu anicca/tidak kekal

bagi buddhist yang harus dikembangkan itu adalah cintakasih yang tidak bersyarat ke semua makhluk..
seperti di karaniya metta sutta:

Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas


jadi cinta kasih tidak terikat pada individu2 saja tetapi pada semua makhluk di semua alam tumimbal lahir..
tidak perlu ke-AKUan utk mengembangkan cintakasih ini, karena cintakasih seorang arahat tidak memerlukan syarat atau kondisi..
"simply love"
mungkin seperti itu..

salam
_/|\_

Riky_dave

Quote from: Lien hua Rue Liang on 18 November 2008, 05:51:13 PM
sy coba jelaskan pd bro petrus..

dalam buddhism, cinta itu ada 2 macam:
-cinta yng berkondisi/bersyarat
-cinta yg tidak berkondisi

kebetulan sy dlu pernah menanyakan ttg mslh cinta ini di forum lain..
sy quote penjelasan guru Wang di ST

Quote from: Wang Tjhun Nen on 06 August 2008, 11:53:16 PM
Cinta adalah netral adanya.
Respon batin terhadap cinta itu yang menjadi point kemelekatan atau tidak, bukan kepada siapa yang mencintai dan atau siapa yang di cintai.

Disaat perasaan cinta berubah menjadi keinginan untuk memiliki, takut kehilangan, maka saat itu juga sudah muncul Lobha/ketamakan, dan di pastikan berskutu dengan Moha/kebodohan.

Memang tidak mudah untuk tidak melekat, hal ini juga juga merupakan slah satu faktor yang membuat kita kita semua sekarang ini masih berkutat di 31 alam.

Jadi untuk pertanyaan guru Ang, :
Quote
cinta antara pasangan lawan jenis,
cinta antara ibu dan anaknya,
cinta seseorang kepada sosok panutanny, misal: Buddha Gautama, Yesus Kristus, dll;
cinta kasih seorang Boddhisattva kepada makhluk2..
dll...,

Jawabannya adalah bagaimana kondisi batin saat sedang mencintai diatas:
Apakah takut kehilangan?
Apakah timbul niat ingin memiliki?
Apakah menggantungkan hidup padaNya?

Apabila jawabannya "YA", maka ini adalah cinta yang melekat
Apabila jawabannya "TIDAK", maka ini cinta tanpa kemelekatan.


menurut sy, apabila seseorang memahami konsep anicca bahwa segala sesuatunya tidak kekal, maka dia akan memahami bahwa perpisahan, kematian tidak dapat dihindarkan..
karena itu jika seseorang memiliki cinta yang melekat, harus memiliki dan tidak mau melepaskan objek tsb, entah antara suami-istri, ibu-anak, sepasang kekasih, dll. kemelekatan tersebut hanya menghasilkan penderitaan baginya..
karena segala sesuatu anicca/tidak kekal

bagi buddhist yang harus dikembangkan itu adalah cintakasih yang tidak bersyarat ke semua makhluk..
seperti di karaniya metta sutta:

Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas


jadi cinta kasih tidak terikat pada individu2 saja tetapi pada semua makhluk di semua alam tumimbal lahir..
tidak perlu ke-AKUan utk mengembangkan cintakasih ini, karena cintakasih seorang arahat tidak memerlukan syarat atau kondisi..
"simply love"
mungkin seperti itu..

salam
_/|\_
Bolehkah saya tahu bagaimana cara "mengembangkan" metta ini? :)

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

hatRed

Quote from: Lien hua Rue Liang on 18 November 2008, 05:51:13 PM
sy coba jelaskan pd bro petrus..

dalam buddhism, cinta itu ada 2 macam:
-cinta yng berkondisi/bersyarat
-cinta yg tidak berkondisi

................

Quote from: Wang Tjhun Nen on 06 August 2008, 11:53:16 PM
Cinta adalah netral adanya.
Respon batin terhadap cinta itu yang menjadi point kemelekatan atau tidak, bukan kepada siapa yang mencintai dan atau siapa yang di cintai.

Disaat perasaan cinta berubah menjadi keinginan untuk memiliki, takut kehilangan, maka saat itu juga sudah muncul Lobha/ketamakan, dan di pastikan berskutu dengan Moha/kebodohan.

Memang tidak mudah untuk tidak melekat, hal ini juga juga merupakan slah satu faktor yang membuat kita kita semua sekarang ini masih berkutat di 31 alam.

Jadi untuk pertanyaan guru Ang, :
Quote
cinta antara pasangan lawan jenis,
cinta antara ibu dan anaknya,
cinta seseorang kepada sosok panutanny, misal: Buddha Gautama, Yesus Kristus, dll;
cinta kasih seorang Boddhisattva kepada makhluk2..
dll...,

Jawabannya adalah bagaimana kondisi batin saat sedang mencintai diatas:
Apakah takut kehilangan?
Apakah timbul niat ingin memiliki?
Apakah menggantungkan hidup padaNya?

Apabila jawabannya "YA", maka ini adalah cinta yang melekat
Apabila jawabannya "TIDAK", maka ini cinta tanpa kemelekatan.


menurut sy, apabila seseorang memahami konsep anicca bahwa segala sesuatunya tidak kekal, maka dia akan memahami bahwa perpisahan, kematian tidak dapat dihindarkan..
karena itu jika seseorang memiliki cinta yang melekat, harus memiliki dan tidak mau melepaskan objek tsb, entah antara suami-istri, ibu-anak, sepasang kekasih, dll. kemelekatan tersebut hanya menghasilkan penderitaan baginya..
karena segala sesuatu anicca/tidak kekal

bagi buddhist yang harus dikembangkan itu adalah cintakasih yang tidak bersyarat ke semua makhluk..
seperti di karaniya metta sutta:

jadi cinta kasih tidak terikat pada individu2 saja tetapi pada semua makhluk di semua alam tumimbal lahir..
tidak perlu ke-AKUan utk mengembangkan cintakasih ini, karena cintakasih seorang arahat tidak memerlukan syarat atau kondisi..
"simply love"
mungkin seperti itu..

salam
_/|\_

mungkin penjelasan ini pula yang menjelaskan kenapa para arahat tidak mempunyai kamma yang berbuah, dan juga menjelaskan bahwa hanya para arahat lah yang dapat menerapkan cinta kasih tanpa syarat ini.(terbukti dari contoh cuma bodisatva aja yang bener)

jadi bagi kita adalah sangat mustahil untuk menerapkan cinta tidak bersyarat ini.

menambahkan: mungkin bagi para arahat istilah cinta kasih tanpa syarat kurang tepat bagi mereka, karena kita menyebut/mengistilahkan perbuatan mereka dari sisi kita. mungkin lebih tepat dengan mengistilahkan hanya perbuatan saja, tanpa tahu apakah perbuatan para arahat tersebut metta atau lobha. seperti bung Ricky katakan Kiriya
i'm just a mammal with troubled soul



Petrus

Quote from: Lien hua Rue Liang on 18 November 2008, 05:51:13 PM
sy coba jelaskan pd bro petrus..

dalam buddhism, cinta itu ada 2 macam:
-cinta yng berkondisi/bersyarat
-cinta yg tidak berkondisi

kebetulan sy dlu pernah menanyakan ttg mslh cinta ini di forum lain..
sy quote penjelasan guru Wang di ST

Quote from: Wang Tjhun Nen on 06 August 2008, 11:53:16 PM
Cinta adalah netral adanya.
Respon batin terhadap cinta itu yang menjadi point kemelekatan atau tidak, bukan kepada siapa yang mencintai dan atau siapa yang di cintai.

Disaat perasaan cinta berubah menjadi keinginan untuk memiliki, takut kehilangan, maka saat itu juga sudah muncul Lobha/ketamakan, dan di pastikan berskutu dengan Moha/kebodohan.

Memang tidak mudah untuk tidak melekat, hal ini juga juga merupakan slah satu faktor yang membuat kita kita semua sekarang ini masih berkutat di 31 alam.

Jadi untuk pertanyaan guru Ang, :
Quote
cinta antara pasangan lawan jenis,
cinta antara ibu dan anaknya,
cinta seseorang kepada sosok panutanny, misal: Buddha Gautama, Yesus Kristus, dll;
cinta kasih seorang Boddhisattva kepada makhluk2..
dll...,

Jawabannya adalah bagaimana kondisi batin saat sedang mencintai diatas:
Apakah takut kehilangan?
Apakah timbul niat ingin memiliki?
Apakah menggantungkan hidup padaNya?

Apabila jawabannya "YA", maka ini adalah cinta yang melekat
Apabila jawabannya "TIDAK", maka ini cinta tanpa kemelekatan.


menurut sy, apabila seseorang memahami konsep anicca bahwa segala sesuatunya tidak kekal, maka dia akan memahami bahwa perpisahan, kematian tidak dapat dihindarkan..
karena itu jika seseorang memiliki cinta yang melekat, harus memiliki dan tidak mau melepaskan objek tsb, entah antara suami-istri, ibu-anak, sepasang kekasih, dll. kemelekatan tersebut hanya menghasilkan penderitaan baginya..
karena segala sesuatu anicca/tidak kekal

bagi buddhist yang harus dikembangkan itu adalah cintakasih yang tidak bersyarat ke semua makhluk..
seperti di karaniya metta sutta:

Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas


jadi cinta kasih tidak terikat pada individu2 saja tetapi pada semua makhluk di semua alam tumimbal lahir..
tidak perlu ke-AKUan utk mengembangkan cintakasih ini, karena cintakasih seorang arahat tidak memerlukan syarat atau kondisi..
"simply love"
mungkin seperti itu..

salam
_/|\_

pertanyaan saya kepada Guru Wang : apakah ia mencintai dirinya sebagai Guru ?

Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri.
Bagaimana mungkin mencintai orang lain tanpa mencintai diri sendiri (AKU) ?

anda bisa ?




William_phang

Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 05:57:21 PM
Quote from: Lien hua Rue Liang on 18 November 2008, 05:51:13 PM
sy coba jelaskan pd bro petrus..

dalam buddhism, cinta itu ada 2 macam:
-cinta yng berkondisi/bersyarat
-cinta yg tidak berkondisi

kebetulan sy dlu pernah menanyakan ttg mslh cinta ini di forum lain..
sy quote penjelasan guru Wang di ST

Quote from: Wang Tjhun Nen on 06 August 2008, 11:53:16 PM
Cinta adalah netral adanya.
Respon batin terhadap cinta itu yang menjadi point kemelekatan atau tidak, bukan kepada siapa yang mencintai dan atau siapa yang di cintai.

Disaat perasaan cinta berubah menjadi keinginan untuk memiliki, takut kehilangan, maka saat itu juga sudah muncul Lobha/ketamakan, dan di pastikan berskutu dengan Moha/kebodohan.

Memang tidak mudah untuk tidak melekat, hal ini juga juga merupakan slah satu faktor yang membuat kita kita semua sekarang ini masih berkutat di 31 alam.

Jadi untuk pertanyaan guru Ang, :
Quote
cinta antara pasangan lawan jenis,
cinta antara ibu dan anaknya,
cinta seseorang kepada sosok panutanny, misal: Buddha Gautama, Yesus Kristus, dll;
cinta kasih seorang Boddhisattva kepada makhluk2..
dll...,

Jawabannya adalah bagaimana kondisi batin saat sedang mencintai diatas:
Apakah takut kehilangan?
Apakah timbul niat ingin memiliki?
Apakah menggantungkan hidup padaNya?

Apabila jawabannya "YA", maka ini adalah cinta yang melekat
Apabila jawabannya "TIDAK", maka ini cinta tanpa kemelekatan.


menurut sy, apabila seseorang memahami konsep anicca bahwa segala sesuatunya tidak kekal, maka dia akan memahami bahwa perpisahan, kematian tidak dapat dihindarkan..
karena itu jika seseorang memiliki cinta yang melekat, harus memiliki dan tidak mau melepaskan objek tsb, entah antara suami-istri, ibu-anak, sepasang kekasih, dll. kemelekatan tersebut hanya menghasilkan penderitaan baginya..
karena segala sesuatu anicca/tidak kekal

bagi buddhist yang harus dikembangkan itu adalah cintakasih yang tidak bersyarat ke semua makhluk..
seperti di karaniya metta sutta:

Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas


jadi cinta kasih tidak terikat pada individu2 saja tetapi pada semua makhluk di semua alam tumimbal lahir..
tidak perlu ke-AKUan utk mengembangkan cintakasih ini, karena cintakasih seorang arahat tidak memerlukan syarat atau kondisi..
"simply love"
mungkin seperti itu..

salam
_/|\_
Bolehkah saya tahu bagaimana cara "mengembangkan" metta ini? :)

Salam hangat,
Riky

Bro Riky kan sudah pernah mengalami cinta yg tanpa AKU... sepeti di post yng dulu2 ... mgkn bisa share?...

sobat-dharma

Quote from: Petrus on 18 November 2008, 05:36:16 PM

Ketika kita berbicara tentang keinginan jahat kita begitu yakin bisa menghilangkan AKU, tapi begitu kita berbicara tentang keinginan baik dan perbuatan baik maka AKU itu tidak bisa hilang.

Menurut saya, Arahat itu sebuah illusi karena AKU tidak bisa hilang.
Jika AKU yang illusi, maka tidak ada orang yang dicintai atau dibenci, ini tidak mungkin.
Seorang Arahat tentu mencintai, mengagumi atau merasakan dirinya sebagai arahat.



Bisa dijelaskan lebih jauh... Mengapa demikian?
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

hatRed

 [at]  Petrus

istilah cintailah orang lain seperti anda mencintai diri sendiri

sebenarnya cuma sarkasme aja terhadap orang yang egois, karena orang yang egois sangat mencintai diri sendiri, dan kebanyakan manusia seperti itu.

dan orang yg mengatakan demikian ingin kita juga mencintai orang lain seperti keegoisan kita.


tapi kayaknya dari tadi gak ada yg ngomong begitu deh, kok bisa nanya yg gitu??
i'm just a mammal with troubled soul



Lien hua Rue Liang

Quote from: Riky_dave on 18 November 2008, 05:57:21 PM
Bolehkah saya tahu bagaimana cara "mengembangkan" metta ini? :)

Salam hangat,
Riky

karena sy seorang buddhist, yang harus dilakukan ya jalan ariya bercabang 8 itu..
dengan semakin meningkatnya mindfulness kita, tentunya semakin mungkin bagi kita utk menyadari kemelekatan2 dan menghindarinya.. termasuk kemelekatan dlm "cinta"..
atau mungkin bisa melakukan meditasi metta-bhavana seperti yang dikatakan guru2 di atas..

salam
_/|\_

*brb latihan dulu

Lien hua Rue Liang

Quote
pertanyaan saya kepada Guru Wang : apakah ia mencintai dirinya sebagai Guru ?

Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri.
Bagaimana mungkin mencintai orang lain tanpa mencintai diri sendiri (AKU) ?

anda bisa ?

:)) :)) :))
guru wang belum mencapai nibbanna bro..
saya tidak tau apakah beliau senarcist itu atau tidak..

itu ajaran dari mana? dari buddhism? mana suttanya??
coba sy pngen liat..

*brb ke kampus beneran

hatRed

Quote from: Lien hua Rue Liang on 18 November 2008, 06:13:57 PM
.............bisa melakukan meditasi metta-bhavana seperti yang dikatakan guru2 di atas..

sorry Lien OOT,

kalau boleh ralat, metta-bhavana bukannya termasuk samatha bhavana dimana tidak membuat kita memperoleh pandangan benar,

melainkan kita harus vipassana -bhavana

tetapi mungkin saja ralat saya salah, habis bingung juga neh disini, soalnya contoh aja

dalam suatu kondisi anapanasati dapat dijadikan Samatha bhavana dan juga dilain kondisi dapat dijadikan Vipassana Bhavana..

kalau Metta sendiri apakah ada suatu kondisi yg memungkinkan sebagai objek Vipassana???
i'm just a mammal with troubled soul



Petrus

Quote from: hatRed on 18 November 2008, 06:13:52 PM
[at]  Petrus

istilah cintailah orang lain seperti anda mencintai diri sendiri

sebenarnya cuma sarkasme aja terhadap orang yang egois, karena orang yang egois sangat mencintai diri sendiri, dan kebanyakan manusia seperti itu.

dan orang yg mengatakan demikian ingin kita juga mencintai orang lain seperti keegoisan kita.


tapi kayaknya dari tadi gak ada yg ngomong begitu deh, kok bisa nanya yg gitu??

bukan sarkasme, dan itu saya kutip dari ajaran Christian untuk membuktikan kebenarannya sehubungan dengan pertanyaan kpd guru Wang.

ryu

"pembunuhan" personal? Sepertinya tidak ada deh, apa yang di bunuh lha wong yang disebut aku itu hanya ilusi :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

hatRed

 [at] Petrus
ya Petrus,
mungkin istilah sarkasme kurang tepat, tetapi menurut saya memang seperti itulah,,

"karena manusia itu egois maka cara paling tepat untuk menghilangkan keegoisan/mengembangkan cinta kasih yg tida setengah2 itu. ya dengan mencintai orang lain seperti anda egois terhadap diri sendiri. jadi ya orang yg bilang
"cintailah orang lain seperti anda mencintai diri sendiri" itu pasti sangat pintar dalam kemanusiaan karena dia tahu bagaimana menjelaskan cinta kasiih sepenuhnya

Petrus Christian ya?? saya salut loh kepada orang2 Christian bagaimana mereka sangat mengasihi.
i'm just a mammal with troubled soul



Petrus



Cara paling gampang untuk menjadi Arahat adalah panggil tukang hipnotis minta dihipnotis. Hilang semua ke AKU an anda.

hatRed

Quote from: Petrus on 18 November 2008, 06:32:30 PM


Cara paling gampang untuk menjadi Arahat adalah panggil tukang hipnotis minta dihipnotis. Hilang semua ke AKU an anda.

hahaha........ lol nice joke
i'm just a mammal with troubled soul