Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: K.K. on 21 October 2011, 10:41:51 AM

Title: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 10:41:51 AM
Karena pembahasan di Group DC-FB, saya jadi agak penasaran tentang seberapa sulitnya seseorang menganalisis satu kondisi. Jadi saya mau coba meneliti di populasi DC-forum.

Kasus: palak Vs rampok/jambret/perkosa.

Untuk yang tidak tahu definisinya,

palak itu istilah sehari-hari untuk hal mengintimidasi seseorang agar memberikan uang. (Tidak/belum ada di KBBI.)

Merampok itu adalah mencuri dng paksa (biasanya dilakukan oleh lebih dr satu orang). (Dari KBBI).
Jambret adalah merenggut atau merebut (barang milik orang lain yg sedang dipakai atau dibawa). (Dari KBBI.)
Perkosa adalah menundukkan dng kekerasan; memaksa dng kekerasan; menggagahi; merogol. (Dari KBBI.)

Secara sekilas, saya menguraikan bahwa pada saat seseorang dipalak, seseorang bisa memilih 'memberi atau tidak memberi'; sementara dalam rampok/jambret/perkosa, seseorang tidak tidak memiliki kesempatan atau kemampuan untuk menolaknya.

Contohnya seseorang dipalak, lalu dia berpikir daripada harus berantem, lebih baik memberikan saja uangnya sejumlah tertentu.
Kalau dijambret, seseorang tidak bisa memutuskan memberi atau tidak, karena langsung dijambret. Keputusannya adalah 'melawan atau tidak melawan'.

Bagaimana menurut pendapat rekan di sini? Jawablah sesuai pemikiran masing-masing.

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: rooney on 21 October 2011, 10:58:37 AM
Palak  :  Diminta uang atau sesuatu dengan mengintimidasi atau menakut-nakuti. Ada pilihan untuk melawan jika 1 on 1.

Rampok : Ditodong dengan senjata lalu diminta menyerahkan barang berharga. Kesempatan melawan kecil karena sudah terlanjur terpojok oleh senjata.

Jambret :  Barang diambil secara paksa pada saat korban lengah sehingga jika ingin mengambil kembali, bisa dilakukan dengan berteriak atau mengejar si penjambret.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Mr. Wei on 21 October 2011, 11:03:09 AM
Palak itu saya rasa gak ada bedanya dengan menodong. Bedanya palak tidak lebih frontal daripada todong. Pemalak hanya hadir dengan 'bro, bagi duit dong', sedangkan penodong hadir dengan pisau dan 'serahkan duit lu.' Baik palak tau todong, pelakunya hanya punya 2 pilihan yg kedua2nya tidak mengenakkan bagi korban, (1) harta, atau (2) nyawa. Tapi sebenarnya ada pilihan ketiga, (3) minta tolong. Sayangnya minta tolong ini bisa2 malah menjadi mengorbankan nyawa.

Rampok juga bisa dibilang todong. Jadi palak = rampok.

Kalau jambret itu gak pake pilihan lagi, langsung ambil dan kabur. Pilihan bagi korban hanya: (1) pasrah, atau (2) kejar! (baik kejar sendiri atau minta tolong orang lain).

Perkosa itu mengajak hubungan seksual secara paksa. Pelaku tidak memberikan pilihan, korban harus mau terima diperkosa. Tetapi bagi korban sebenarnya ada dua pilihan, (1) pasrah, atau (2) melawan, baik melawan secara frontal atau minta tolong.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: sl99 on 21 October 2011, 11:14:12 AM
Perkosa tidak hanya berhubungan dengan seksual. SOL
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: William_phang on 21 October 2011, 11:24:09 AM
masalah bisa lawan atao tidak biasanya tergantung pada ketenangan bathin pada saat mengalami hal tsb... ada orang yang begitu hadapi kondisi tsb sudah gemetaran tp ada juga orang yg tenang2 aja menghadapi kondisi spt itu...... Kalo sudah gemetran pasti akan pasrah aja... kalo dalam kondisi tenang mgkn bisa melawan dengan memipertimbangkan cara2 untuk melawan atau biarin aja... kita asumsikan bahwa pada saat mengalmai hal tsb didalam kondisi yang tenang:

1. Palak - kan biasanya meminta uang dg intimidasi.... ada 2 pilihan: 1. kasih aja... 2. Melawan bila tidak kalah jumlah dan telah mempertimbangkan untung ruginya... kalo setelah melawan terus mendatangkan bencana mgkn kasih aja lbh bermanfaat..

2, Rampok - kalo rampok juga diancam tp biasanya sudah dengan celurit dileher ato di perut dan mgkn bisa nyawa melayang.... kalo dalam kondisi ini kalo mrk cuma butuh materi ya kasih aja...kecuali kalo mereka mau membunuh kita ya harus melawan dengan menggunakan apa yg tersedia di tempat tsb.....

3. jambret ...setuju dengan mr.wei

4. perkosa - perkosa ini dalam artian pemaksaan seks... nah adalah bbrp pilihan 1. pasrah 2. melawan 3.pura2 pasrah tetapi memberikan pelayanan 0**l aja, hbs itu tinggla gigit yg kencang dan yakin sekali gigit bisa putus....dg demikian kan mngkn pelaku akan kebihsan darah krn pendarahan dan tidak akan menyakiti kita...hehe...
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 11:32:07 AM
Perhatikan bahwa rampok ini bukan menodong, tapi 'mencuri dengan paksa', maka dalam definisi, lebih mirip seperti 'jambret', tapi biasa memang kalau digunakan istilah rampok, biasanya lebih terencana dan terorganisir, dan bisa juga menggunakan senjata untuk menaklukkan.


Quote from: rooney on 21 October 2011, 10:58:37 AM
Palak  :  Diminta uang atau sesuatu dengan mengintimidasi atau menakut-nakuti. Ada pilihan untuk melawan jika 1 on 1.

Rampok : Ditodong dengan senjata lalu diminta menyerahkan barang berharga. Kesempatan melawan kecil karena sudah terlanjur terpojok oleh senjata.

Jambret :  Barang diambil secara paksa pada saat korban lengah sehingga jika ingin mengambil kembali, bisa dilakukan dengan berteriak atau mengejar si penjambret.
Di sini kita kesampingkan masalah jumlah, tapi kita bahas saja masalah kekuatan. Sebab kalau yang palak hanya 10 bocah umur 9 tahun, tentu seorang dewasa yang kuat juga bisa menghabisi.

Rampok dengan senjata ini juga kita asumsikan bahwa ketika melawan, maka ditembak, bukan seperti di film2 action yang penjahat selalu berotak XT dan jagoan berotak Pentium Quad Core.

Nah, yang mau saya pertanyakan: menurut bro rooney, apakah kejadian dan reaksi orang dipalak dan dijambret, adalah sama? Jika sama, di mana samanya, jika beda, di mana bedanya?

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dhammadinna on 21 October 2011, 11:46:36 AM
Kenapa gak disingkat saja, biar gak ribet?

Palak itu, penjahatnya masih bertanya walaupun dengan cara mengintimidasi, intinya masih memberikan pilihan pada korban. Misalnya, mengorbankan hartanya, atau lebih 'suka' digebukin.

Kalau rampok/jambret/perkosa sih, gak pake tanya-tanya. Penjahat tidak memberikan pilihan. Mengenai perlawanan dari korban, ini bukan pilihan yang diberikan penjahat, melainkan wujud penolakan korban atas perlakuan penjahat.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 11:48:24 AM
Quote from: Mr. Wei on 21 October 2011, 11:03:09 AM
Palak itu saya rasa gak ada bedanya dengan menodong. Bedanya palak tidak lebih frontal daripada todong. Pemalak hanya hadir dengan 'bro, bagi duit dong', sedangkan penodong hadir dengan pisau dan 'serahkan duit lu.'
Palak itu berbeda dengan todong. Bedanya adalah dalam palak, ada intimidasi dan ancaman (mulut), namun tidak ada ancaman bahaya yang nyata. Dalam hal todong, sudah ada perbuatan ancaman yang nyata, apakah sekadar menarik kerah baju, atau menodongkan senjata.


QuoteBaik palak tau todong, pelakunya hanya punya 2 pilihan yg kedua2nya tidak mengenakkan bagi korban, (1) harta, atau (2) nyawa. Tapi sebenarnya ada pilihan ketiga, (3) minta tolong. Sayangnya minta tolong ini bisa2 malah menjadi mengorbankan nyawa.
Bagaimana jika si korban punya kemampuan untuk melumpuhkan si pemalak/penodong? Bukankah sebetulnya ada lebih banyak pilihan?


QuoteRampok juga bisa dibilang todong. Jadi palak = rampok.
Berbeda, seperti sudah saya tulis definisinya di atas menurut KBBI. Saya coba kasih ilustrasi:
Kalau ditodong, maka si pelaku menyuruh korban melakukan sesuatu dengan ancaman.
Kalau rampok, maka si pelaku dengan menguasai korban, mengambil secara paksa. Dalam perampokan memang bisa dan biasanya disertai dengan penodongan juga.


QuoteKalau jambret itu gak pake pilihan lagi, langsung ambil dan kabur. Pilihan bagi korban hanya: (1) pasrah, atau (2) kejar! (baik kejar sendiri atau minta tolong orang lain).
Betul. Berarti apakah pilihan respon antar orang dipalak/ditodong dengan dijambret adalah sama?


QuotePerkosa itu mengajak hubungan seksual secara paksa. Pelaku tidak memberikan pilihan, korban harus mau terima diperkosa. Tetapi bagi korban sebenarnya ada dua pilihan, (1) pasrah, atau (2) melawan, baik melawan secara frontal atau minta tolong.
Dalam pemerkosaan, saya pikir semua orang juga pasti melawan (kalau tidak melawan namanya bukan pemaksaan). Perbedaannya adalah dalam melawan ini, jika seseorang masih berpegang pada harapan, maka ia mengusahakan sesuatu (apakah frontal atau minta tolong). Jika seseorang memang melihat tidak ada harapan lagi (misalnya pemerkosa sangat kuat dan tempat itu tidak ada orang lain), atau dia kehabisan tenaga, maka ia tidak melakukan usaha lagi. Tapi secara mendasar, dia pasti menolak dan melawan, namun tidak ada pilihan. Bagaimana menurut Mr. Wei?

Satu lagi, apakah keadaan diperkosa ini, lebih mirip dirampok atau dipalak? Kenapa?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 11:52:09 AM
Quote from: william_phang on 21 October 2011, 11:24:09 AM
masalah bisa lawan atao tidak biasanya tergantung pada ketenangan bathin pada saat mengalami hal tsb... ada orang yang begitu hadapi kondisi tsb sudah gemetaran tp ada juga orang yg tenang2 aja menghadapi kondisi spt itu...... Kalo sudah gemetran pasti akan pasrah aja... kalo dalam kondisi tenang mgkn bisa melawan dengan memipertimbangkan cara2 untuk melawan atau biarin aja... kita asumsikan bahwa pada saat mengalmai hal tsb didalam kondisi yang tenang:

1. Palak - kan biasanya meminta uang dg intimidasi.... ada 2 pilihan: 1. kasih aja... 2. Melawan bila tidak kalah jumlah dan telah mempertimbangkan untung ruginya... kalo setelah melawan terus mendatangkan bencana mgkn kasih aja lbh bermanfaat..

2, Rampok - kalo rampok juga diancam tp biasanya sudah dengan celurit dileher ato di perut dan mgkn bisa nyawa melayang.... kalo dalam kondisi ini kalo mrk cuma butuh materi ya kasih aja...kecuali kalo mereka mau membunuh kita ya harus melawan dengan menggunakan apa yg tersedia di tempat tsb.....

3. jambret ...setuju dengan mr.wei

4. perkosa - perkosa ini dalam artian pemaksaan seks... nah adalah bbrp pilihan 1. pasrah 2. melawan 3.pura2 pasrah tetapi memberikan pelayanan 0**l aja, hbs itu tinggla gigit yg kencang dan yakin sekali gigit bisa putus....dg demikian kan mngkn pelaku akan kebihsan darah krn pendarahan dan tidak akan menyakiti kita...hehe...
;D Sebetulnya saya tidak sedang membahas kiat-kiat yang harus dilakukan ketika menghadapi kejahatan2 ini, tapi membahas interaksi kondisi bathin pelaku dan korban pada saat kejadian. Tapi tidak apalah, sekalian intermezzo.

Dengan kata lain, ketika kejadian pemalakan, kita bisa menghitung mana yang lebih bermanfaat untuk kita apakah 'kasih aja' atau 'melawan demi Rp.1000,- /harga diri, dll', sementara dalam perampokan/pemerkosaan, tidak ada kesempatan untuk memilihnya. Betul?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 11:55:25 AM
Quote from: dhammadinna on 21 October 2011, 11:46:36 AM
Kenapa gak disingkat saja, biar gak ribet?

Palak itu, penjahatnya masih bertanya walaupun dengan cara mengintimidasi, intinya masih memberikan pilihan pada korban. Misalnya, mengorbankan hartanya, atau lebih 'suka' digebukin.

Kalau rampok/jambret/perkosa sih, gak pake tanya-tanya. Penjahat tidak memberikan pilihan. Mengenai perlawanan dari korban, ini bukan pilihan yang diberikan penjahat, melainkan wujud penolakan korban atas perlakuan penjahat.
Nah, ini membuat saya berbesar hati bahwa ada yang begitu cepat menangkap maksud saya.

Sayangnya, tidak semua orang begitu, maka terpaksa saya pereteli satu-satu. (Coba mampir ke group DC-FB, maka akan mengerti.)
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: cumi polos on 21 October 2011, 12:31:56 PM
Quotepalak (kompas duit)

merampok (dgn paksaan)

jambret (dgn kecepatan bila korban lengah)

perkosa (memaksa wilayah sexual)


Mengenai pilihan ya seharusnya diantisipasi sebelum ke empat hal terjadi....
dgn membawa anjing galak, security system, sampai baju berduri....nahhh
yg penting adalah memiliki pengetahuan atau cara berpikir otak palak,rampok,jambret n perkosa...

sedia payung sebelum hal tsb terjadi adalah pilihan terbaik.  :))


contoh : kalau gak ada tas genggam atau motor baru, apakah dijambret ?
              kalau gak ke tempat tertentu apakah di jambret ?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: FZ on 21 October 2011, 01:00:04 PM
jawaban simpel aja ya

palak : ada pertanyaan yang ditujukan kepada korban untuk memilih opsi yang diberikan..
kenapa bisa ada pertanyaan ? karena biasa objectnya belum jelas

jambret / perkosa / rampok : tidak ada pertanyaan.. karena object yang diinginkan jelas..

apa maksud object jelas :
1. palak : belum tentu yang dipalak memiliki duit.. (object tidak jelas)
2. perkosa : sudah ada object berupa wanita dan sex
3. jambret : sudah ada object berupa barang yang dibawa korban apa itu tas / apa
4. rampok : sudah ada object berupa uang, makanya biasanya perampokan dilakukan skala besar seperti di bank

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dhammadinna on 21 October 2011, 01:05:40 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 10:41:51 AM
[...]
Secara sekilas, saya menguraikan bahwa pada saat seseorang dipalak, seseorang bisa memilih 'memberi atau tidak memberi'; sementara dalam rampok/jambret/perkosa, seseorang tidak tidak memiliki kesempatan atau kemampuan untuk menolaknya.

Contohnya seseorang dipalak, lalu dia berpikir daripada harus berantem, lebih baik memberikan saja uangnya sejumlah tertentu.
Kalau dijambret, seseorang tidak bisa memutuskan memberi atau tidak, karena langsung dijambret. Keputusannya adalah 'melawan atau tidak melawan'.

Bagaimana menurut pendapat rekan di sini? Jawablah sesuai pemikiran masing-masing.

Kalo baca sekilas di DC-FB, sepertinya kesalahpahaman muncul dari bagian yang di-bold.

Dari pernyataan yang di-bold tsb, orang akan berargumen begini: kalau penjahatnya menjambret langsung lari, memang tidak ada kesempatan untuk melawan. Tapi berbeda kalau penjahat tidak bisa langsung meloloskan diri begitu saja, jadi korban masih bisa melawan.

Padahal intinya bukan sekadar melawan/tidak melawan, tapi lebih ke 'ada atau tidaknya pilihan yang diberikan penjahat.'
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: rooney on 21 October 2011, 01:32:45 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 11:32:07 AM
Perhatikan bahwa rampok ini bukan menodong, tapi 'mencuri dengan paksa', maka dalam definisi, lebih mirip seperti 'jambret', tapi biasa memang kalau digunakan istilah rampok, biasanya lebih terencana dan terorganisir, dan bisa juga menggunakan senjata untuk menaklukkan.

Di sini kita kesampingkan masalah jumlah, tapi kita bahas saja masalah kekuatan. Sebab kalau yang palak hanya 10 bocah umur 9 tahun, tentu seorang dewasa yang kuat juga bisa menghabisi.

Rampok dengan senjata ini juga kita asumsikan bahwa ketika melawan, maka ditembak, bukan seperti di film2 action yang penjahat selalu berotak XT dan jagoan berotak Pentium Quad Core.

Nah, yang mau saya pertanyakan: menurut bro rooney, apakah kejadian dan reaksi orang dipalak dan dijambret, adalah sama? Jika sama, di mana samanya, jika beda, di mana bedanya?

Reaksinya agak beda.

Kalo dipalak, biasanya orang akan mengatakan tidak punya uang atau sedikit menolak. Setelah itu jika dipaksa lagi barulah mungkin akan melawan atau menyerah.
Kalo dijambret, mau tidak mau langsung ada reaksi spontan untuk berteriak atau mengejar si penjambret. Biasanya korban lebih berani daripada pelaku jambret disini.

Jadi kalau dipalak ada reaksi perlawanan, kalau dijambret reaksinya pengejaran dan perlawanan  ;D
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: William_phang on 21 October 2011, 01:32:55 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 11:52:09 AM
;D Sebetulnya saya tidak sedang membahas kiat-kiat yang harus dilakukan ketika menghadapi kejahatan2 ini, tapi membahas interaksi kondisi bathin pelaku dan korban pada saat kejadian. Tapi tidak apalah, sekalian intermezzo.

Dengan kata lain, ketika kejadian pemalakan, kita bisa menghitung mana yang lebih bermanfaat untuk kita apakah 'kasih aja' atau 'melawan demi Rp.1000,- /harga diri, dll', sementara dalam perampokan/pemerkosaan, tidak ada kesempatan untuk memilihnya. Betul?


Untuk kasus pemalakan iya kita bisa memilih mana yang lebih bermanfaat, apakah memberi atau tidak...krn biasanya berlangsung dengan lebih santai.. kalo emang memberikan lebih bermanfaat ya beri saja...

sedangkan yang lainnya itu berlansung dalam kondisi yg menegangkan kecuali jambret (krn langsung di rebut gitu aja) jd agak susah mempertimbangkan manfaat.. kelo pasti akan dibunuh (kasus perampokan bersenjata) ya bagaimanapun harus melawan untuk mempertahankan nyawa....
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 01:35:35 PM
Quote from: Forte on 21 October 2011, 01:00:04 PM
jawaban simpel aja ya

palak : ada pertanyaan yang ditujukan kepada korban untuk memilih opsi yang diberikan..
kenapa bisa ada pertanyaan ? karena biasa objectnya belum jelas

jambret / perkosa / rampok : tidak ada pertanyaan.. karena object yang diinginkan jelas..

apa maksud object jelas :
1. palak : belum tentu yang dipalak memiliki duit.. (object tidak jelas)
2. perkosa : sudah ada object berupa wanita dan sex
3. jambret : sudah ada object berupa barang yang dibawa korban apa itu tas / apa
4. rampok : sudah ada object berupa uang, makanya biasanya perampokan dilakukan skala besar seperti di bank
Ya, ini juga dari sudut pandang objek-nya, lumayan jelas. Kalau palak, ketika perbuatan itu dilakukan, belum berkenaan langsung dengan 'perpindahan-tangan' dari objek.

Kalau perkosa/jambret/rampok, ketika perbuatan terjadi, maka objek telah ikut dalam prosesnya.

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: cumi polos on 21 October 2011, 01:39:29 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 01:35:35 PM
Ya, ini juga dari sudut pandang objek-nya, lumayan jelas. Kalau palak, ketika perbuatan itu dilakukan, belum berkenaan langsung dengan 'perpindahan-tangan' dari objek.

Kalau perkosa/jambret/rampok, ketika perbuatan terjadi, maka objek telah ikut dalam prosesnya.

bro KK, coba dari sudut pandang pencegahannya.... spt risk management gitu
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 01:40:38 PM
Quote from: dhammadinna on 21 October 2011, 01:05:40 PM
Kalo baca sekilas di DC-FB, sepertinya kesalahpahaman muncul dari bagian yang di-bold.

Dari pernyataan yang di-bold tsb, orang akan berargumen begini: kalau penjahatnya menjambret langsung lari, memang tidak ada kesempatan untuk melawan. Tapi berbeda kalau penjahat tidak bisa langsung meloloskan diri begitu saja, jadi korban masih bisa melawan.

Padahal intinya bukan sekadar melawan/tidak melawan, tapi lebih ke 'ada atau tidaknya pilihan yang diberikan penjahat.'
Betul, yang saya tekankan adalah kondisi bathin si korban dalam pemalakan ini bisa memutuskan untuk memberi atau tidak memberi. Mengenai apa yang terjadi berikutnya, apakah orangnya pasrah, mengejar, jambretnya dihakimi massa, atau bahkan di-suplex sama si korban, tidak menjadi fokus saya.

[spoiler]
[/spoiler]
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 01:42:29 PM
Quote from: rooney on 21 October 2011, 01:32:45 PM
Reaksinya agak beda.

Kalo dipalak, biasanya orang akan mengatakan tidak punya uang atau sedikit menolak. Setelah itu jika dipaksa lagi barulah mungkin akan melawan atau menyerah.
Kalo dijambret, mau tidak mau langsung ada reaksi spontan untuk berteriak atau mengejar si penjambret. Biasanya korban lebih berani daripada pelaku jambret disini.

Jadi kalau dipalak ada reaksi perlawanan, kalau dijambret reaksinya pengejaran dan perlawanan  ;D
OK. Bagaimana jika ketika dipalak, lalu kemudian seseorang berpikir: "daripada ribut2, mendingan kasih aja, cuma 1000 perak doang." Bukankah ada kesempatan untuk munculnya pikiran untuk memberi?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: rooney on 21 October 2011, 01:48:24 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 01:42:29 PM
OK. Bagaimana jika ketika dipalak, lalu kemudian seseorang berpikir: "daripada ribut2, mendingan kasih aja, cuma 1000 perak doang." Bukankah ada kesempatan untuk munculnya pikiran untuk memberi?

Oh iya benar, ada juga yang bereaksi seperti itu...
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 01:48:40 PM
Quote from: william_phang on 21 October 2011, 01:32:55 PM
Untuk kasus pemalakan iya kita bisa memilih mana yang lebih bermanfaat, apakah memberi atau tidak...krn biasanya berlangsung dengan lebih santai.. kalo emang memberikan lebih bermanfaat ya beri saja...

sedangkan yang lainnya itu berlansung dalam kondisi yg menegangkan kecuali jambret (krn langsung di rebut gitu aja) jd agak susah mempertimbangkan manfaat.. kelo pasti akan dibunuh (kasus perampokan bersenjata) ya bagaimanapun harus melawan untuk mempertahankan nyawa....
Saya singkat:

Palak: ada pilihan memberi atau tidak memberi.
  Setelah memberi ... (biasanya selesai)
  Setelah tidak memberi, maka ada tindakan lanjutan dari si pemalak, yang kemudian baru dipertimbangkan lagi reaksi kita.

Jambret/rampok/perkosa: tidak ada pilihan memberi atau tidak memberi, yang ada adalah merebut kembali/melawan atau pasrah saja.

Bisakah disebut demikian?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: William_phang on 21 October 2011, 01:51:08 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 01:48:40 PM
Saya singkat:

Palak: ada pilihan memberi atau tidak memberi.
  Setelah memberi ... (biasanya selesai)
  Setelah tidak memberi, maka ada tindakan lanjutan dari si pemalak, yang kemudian baru dipertimbangkan lagi reaksi kita.

Jambret/rampok/perkosa: tidak ada pilihan memberi atau tidak memberi, yang ada adalah merebut kembali/melawan atau pasrah saja.

Bisakah disebut demikian?

iya bisa di singkat demikian
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 01:53:33 PM
Quote from: teko on 21 October 2011, 01:39:29 PM
bro KK, coba dari sudut pandang pencegahannya.... spt risk management gitu
Wah, sekali lagi saya tidak bahas pada 'risk-management', tapi secara sekilas, semua hal tersebut kita hindari dengan mengenal kondisinya. Misalnya menghindari berpenampilan 'banyak duit' atau meletakkan tas/dompet/barang berharga di tempat yang mudah diambil.

Untuk pemerkosaan, selalu hindari tempat yang mendukung pemerkosaan itu terjadi, dan untuk wanita, tidak ada salahnya belajar bela diri, tidak perlu jadi wonder woman, minimal bisa untuk ngabur menyelamatkan diri.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 01:55:52 PM
Quote from: rooney on 21 October 2011, 01:48:24 PM
Oh iya benar, ada juga yang bereaksi seperti itu...
Dalam penjambretan/perampokan, bisakah muncul reaksi ingin memberi tersebut?

[spoiler]NB: niat memberi = memberikan apa yang kita punya.
Merelakan/pasrah = membiarkan apa yang telah terambil.[/spoiler]
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: rooney on 21 October 2011, 02:00:22 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 01:55:52 PM
Dalam penjambretan/perampokan, bisakah muncul reaksi ingin memberi tersebut?

[spoiler]NB: niat memberi = memberikan apa yang kita punya.
Merelakan/pasrah = membiarkan apa yang telah terambil.[/spoiler]
Kalo jambret, sangat kecil kemungkinannya menurut saya.
Kalo rampok, masih ada kemungkinan yang besar tergantung bagaimana cara perampokannya.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: M14ka on 21 October 2011, 02:03:38 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 01:55:52 PM
Dalam penjambretan/perampokan, bisakah muncul reaksi ingin memberi tersebut?

[spoiler]NB: niat memberi = memberikan apa yang kita punya.
Merelakan/pasrah = membiarkan apa yang telah terambil.[/spoiler]

Tidak, yg bisa itu merelakan/pasrah.... ;D
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 02:04:26 PM
Quote from: rooney on 21 October 2011, 02:00:22 PM
Kalo jambret, sangat kecil kemungkinannya menurut saya.
Kalo rampok, masih ada kemungkinan yang besar tergantung bagaimana cara perampokannya.
Apakah maksudnya karena perbedaan waktu dalam proses menyadarinya di mana jambret adalah sekejap, dan hanya dalam sekejap itu (antara proses sadar sedang dijambret, namun belum terambil sepenuhnya) kita bisa mengembangkan kerelaan, maka kita memberikan dijambret; sementara kalau merampok, lebih dilakukan dalam relatif lebih lambat, sehingga kesempatan untuk mengembangkan kerelaan itu lebih luas?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Wolvie on 21 October 2011, 02:06:36 PM
oh gitu, sy malah baru ngerti, kirain selama ini palak = nodong. pake anceman senjata tajem..

terus klo ada bangsat niat masuk rumah kosong (gak ada penghuninya) buat nyolong, namanya bukan rampok dong? karena ga ada yang dia ancem, istilahnya apa ya klo kaya gini, maling?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: rooney on 21 October 2011, 02:09:16 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 02:04:26 PM
Apakah maksudnya karena perbedaan waktu dalam proses menyadarinya di mana jambret adalah sekejap, dan hanya dalam sekejap itu (antara proses sadar sedang dijambret, namun belum terambil sepenuhnya) kita bisa mengembangkan kerelaan, maka kita memberikan dijambret; sementara kalau merampok, lebih dilakukan dalam relatif lebih lambat, sehingga kesempatan untuk mengembangkan kerelaan itu lebih luas?

Iya, menurut saya itu sangat berpengaruh. Kalo dijambret, akan ada efek shock dan kemungkinan besar tidak akan ada rasa pasarah atau kerelaan untuk melepaskan barang berharga yang diambil. Kalo dirampok, orang akan lebih memilih menyelamatkan nyawa (jika tidak mungkin melawan) mereka sehingga dapat meuncul kerelaan untuk melepaskan.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 02:13:38 PM
Quote from: Wolvie on 21 October 2011, 02:06:36 PM
oh gitu, sy malah baru ngerti, kirain selama ini palak = nodong. pake anceman senjata tajem..

terus klo ada bangsat niat masuk rumah kosong (gak ada penghuninya) buat nyolong, namanya bukan rampok dong? karena ga ada yang dia ancem, istilahnya apa ya klo kaya gini, maling?
Iya, itu maling alias garong. Ga selalu harus kosong, tapi pada saat penghuninya lengah.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 21 October 2011, 03:07:54 PM
palak=bisa di lakukan berulang2 sama pelaku..
perkosa=juga bisa di lakukan berulang2 sama pelaku..

rampok=mungkin 1x=tidak berulang2
jambret=mungkin 1x=tidak berulang2
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 03:15:11 PM
Quote from: stephen chow on 21 October 2011, 03:07:54 PM
palak=bisa di lakukan berulang2 sama pelaku..
perkosa=juga bisa di lakukan berulang2 sama pelaku..

rampok=mungkin 1x=tidak berulang2
jambret=mungkin 1x=tidak berulang2
Tidak menutup kemungkinan kalo orang itu memberi kesempatan yang sama, tidak belajar dari pengalaman, besok dirampok/dijambret lagi oleh pelaku yang sama.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: ryu on 21 October 2011, 03:57:55 PM
tuhan pun malak juga.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 03:58:30 PM
Quote from: ryu on 21 October 2011, 03:57:55 PM
tuhan pun malak juga.
Bagaimana penjelasan tuhan juga malak?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 04:04:11 PM
Sepertinya soal yang terlihat sulit di group FB yang beberapa orangnya mengaku "cerdas", mudah dipahami oleh rekan-rekan di forum yang "biasa aja". Jadi saya lanjutkan.

Apakah semua jenis perbuatan memberi, bisa disebut sebagai berdana? Jika ya, kenapa, jika tidak, kenapa?

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 21 October 2011, 04:09:08 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 03:15:11 PM
Tidak menutup kemungkinan kalo orang itu memberi kesempatan yang sama, tidak belajar dari pengalaman, besok dirampok/dijambret lagi oleh pelaku yang sama.
di rampok/jambret dgn pelaku yg sama sungguh gila..  :o
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 04:12:27 PM
Quote from: stephen chow on 21 October 2011, 04:09:08 PM
di rampok/jambret dgn pelaku yg sama sungguh gila..  :o
Bisa saja, sebab memang tidak setiap orang belajar dari pengalaman, atau bisa juga si pelaku sudah tambah canggih sehingga bisa melakukannya kembali.

Lalu saya di sini juga bukan membahas dari sisi terulangnya kejadian (recurrence), tapi dari sudut pandang keadaan bathin seseorang waktu mengalami kejadian tersebut.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: William_phang on 21 October 2011, 04:15:43 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 04:04:11 PM
Sepertinya soal yang terlihat sulit di group FB yang beberapa orangnya mengaku "cerdas", mudah dipahami oleh rekan-rekan di forum yang "biasa aja". Jadi saya lanjutkan.

Apakah semua jenis perbuatan memberi, bisa disebut sebagai berdana? Jika ya, kenapa, jika tidak, kenapa?



Saya tidak sependapat bahwa memberi pasti berdana... tergantung pada niat dari memberi tersebut... berdana adalah melatih pelepasan.. jda niatnya adalah baik demi kemajuan bathin dalam melepas... tetapi kelao niatnya adalah untuk tujuan yang lain misalkan demi nama atau untuk menghina orang tentu memveri itu tidak dapat disebut berdana...
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: ryu on 21 October 2011, 04:17:00 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 03:58:30 PM
Bagaimana penjelasan tuhan juga malak?
meminta persembahan yang 10% tuhh
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: ryu on 21 October 2011, 04:18:41 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 04:04:11 PM
Sepertinya soal yang terlihat sulit di group FB yang beberapa orangnya mengaku "cerdas", mudah dipahami oleh rekan-rekan di forum yang "biasa aja". Jadi saya lanjutkan.

Apakah semua jenis perbuatan memberi, bisa disebut sebagai berdana? Jika ya, kenapa, jika tidak, kenapa?


pujian atau hinaan nih =))
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 04:20:22 PM
Quote from: william_phang on 21 October 2011, 04:15:43 PM
Saya tidak sependapat bahwa memberi pasti berdana... tergantung pada niat dari memberi tersebut... berdana adalah melatih pelepasan.. jda niatnya adalah baik demi kemajuan bathin dalam melepas... tetapi kelao niatnya adalah untuk tujuan yang lain misalkan demi nama atau untuk menghina orang tentu memveri itu tidak dapat disebut berdana...
Memberi demi latihan melepas adalah motif terbaik dari berdana.

(1) Tapi ada juga orang berdana atas motif lain misalnya atas dasar belas kasih. Apakah hal tersebut tidak bisa disebut berdana?

(2) Juga ada orang yang berpandangan ada akibat dari perbuatan bertekad, "semoga perbuatan baik ini membuahkan hasil baik di masa depan bagiku", ini adalah dengan motif ingin mendapatkan sesuatu. Namun apakah karena niat ini, tidak bisa dikatakan berdana?

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: William_phang on 21 October 2011, 04:22:17 PM
Quote from: ryu on 21 October 2011, 04:17:00 PM
meminta persembahan yang 10% tuhh

itu bukan tuhan yg palak tp....... lagian kan itu tergantung sama umatnya mau atau tidak....
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: rooney on 21 October 2011, 04:24:42 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 04:04:11 PM
Sepertinya soal yang terlihat sulit di group FB yang beberapa orangnya mengaku "cerdas", mudah dipahami oleh rekan-rekan di forum yang "biasa aja". Jadi saya lanjutkan.

Apakah semua jenis perbuatan memberi, bisa disebut sebagai berdana? Jika ya, kenapa, jika tidak, kenapa?

Dalam perbuatan memberi, ada yang dilakukan dengan rasa hormat, karena rasa kasihan, karena keinginan tertentu, dan karena terpaksa. Mungkin yang dapat dikategorikan sebagai "real dana" adalah yang dilakukan dengan rasa hormat dan rasa kasihan. Sisanya agak diragukan jika dikatakan sebagai dana...
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: William_phang on 21 October 2011, 04:24:52 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 04:20:22 PM
Memberi demi latihan melepas adalah motif terbaik dari berdana.

(1) Tapi ada juga orang berdana atas motif lain misalnya atas dasar belas kasih. Apakah hal tersebut tidak bisa disebut berdana?

(2) Juga ada orang yang berpandangan ada akibat dari perbuatan bertekad, "semoga perbuatan baik ini membuahkan hasil baik di masa depan bagiku", ini adalah dengan motif ingin mendapatkan sesuatu. Namun apakah karena niat ini, tidak bisa dikatakan berdana?



Iya kalo motif diatas saya setuju disebut berdana... tetapi kalo motif yang merugikan diri sendiri (dlm artian perkembangan bathin) misalkan biar terkenal (ato ketika banayk orang lihat baru memberi) atau pun untuk merendahkan si penerima baru tidak dapat disebut berdana...
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 04:29:09 PM
Quote from: ryu on 21 October 2011, 04:17:00 PM
meminta persembahan yang 10% tuhh
Itu tidak memaksa kok. Tapi kalau menolak, akibatnya tau sendiri...



Quote from: ryu on 21 October 2011, 04:18:41 PM
pujian atau hinaan nih =))
Saya tidak memuji/menghina, hanya memberikan fakta bahwa ada orang-orang yang mengaku dirinya cerdas namun tidak dapat memahami analisis sederhana sehingga menganggap keadaan bathin adalah sama dalam kasus pemalakan dan pemerkosaan dalam hal 'kesempatan memilih untuk memberi'. Bahkan yang lebih parah mengatakan bahwa pendapat saya adalah 'memberi ketika dipalak adalah berdana.' (Hal ini memang bisa saja terjadi, tapi yang saya maksud adalah dalam pemalakan, seseorang bisa TERPAKSA memberi, dan itu TIDAK BISA disebut berdana.)

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 04:31:43 PM
Quote from: rooney on 21 October 2011, 04:24:42 PM
Dalam perbuatan memberi, ada yang dilakukan dengan rasa hormat, karena rasa kasihan, karena keinginan tertentu, dan karena terpaksa. Mungkin yang dapat dikategorikan sebagai "real dana" adalah yang dilakukan dengan rasa hormat dan rasa kasihan. Sisanya agak diragukan jika dikatakan sebagai dana...
Jika seseorang tidak menaruh hormat pada seorang bhikkhu, juga bukan dimotivasi oleh rasa kasihan, namun pada hari Kathina ia berdana jubah atas anjuran orang lain, misalnya, apakah dana tidak terjadi?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 04:33:02 PM
Quote from: william_phang on 21 October 2011, 04:24:52 PM
Iya kalo motif diatas saya setuju disebut berdana... tetapi kalo motif yang merugikan diri sendiri (dlm artian perkembangan bathin) misalkan biar terkenal (ato ketika banayk orang lihat baru memberi) atau pun untuk merendahkan si penerima baru tidak dapat disebut berdana...
Jika seseorang memberi untuk mendapatkan nama, apakah kemudian tidak ada kamma baik yang diterima oleh si pemberi?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: ryu on 21 October 2011, 04:34:50 PM
misalnya ada pengemis datang, sambil menadahkan tangannya, trus ada pengamen yang nyanyi2, kategori yang mana nih ;D
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: rooney on 21 October 2011, 04:36:42 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 04:31:43 PM
Jika seseorang tidak menaruh hormat pada seorang bhikkhu, juga bukan dimotivasi oleh rasa kasihan, namun pada hari Kathina ia berdana jubah atas anjuran orang lain, misalnya, apakah dana tidak terjadi?

Berarti dia akan berdana dengan batin yang terpaksa. Seharusnya ini bukanlah sebuah dana, namun jika dia memahami bahwa saat kathina adalah berdana pada sangha, maka sudah tentu tidak akan ada rasa terpaksa tersebut dan mungkin akan terjadi dana.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: William_phang on 21 October 2011, 04:37:02 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 04:33:02 PM
Jika seseorang memberi untuk mendapatkan nama, apakah kemudian tidak ada kamma baik yang diterima oleh si pemberi?

Kammi baik dari memberi tetap ada tetapi bagi perkembangan bathin mgkn tidak ya krn ini lebh mengembangkan harga diri....
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 04:39:31 PM
Sekilas Info: Kita di sini membahas lebih berdasar pada pemahaman pribadi, tidak selalu harus berpatokan pada teori Buddhisme. Namun untuk lebih jelas tentang jenis dana menurut Buddhisme bisa dilihat di Thread Sekilas Mengenai Berbagai Jenis Dana. (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=15307.0)
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 04:43:57 PM
Quote from: ryu on 21 October 2011, 04:34:50 PM
misalnya ada pengemis datang, sambil menadahkan tangannya, trus ada pengamen yang nyanyi2, kategori yang mana nih ;D
Nah, ketika seseorang melihat pengemis meminta ataupun pengamen nyanyi, reaksi bathinnya berbeda-beda. Menurut saya, satu perbuatan disertai keadaan bathin tertentu bisa disebut berdana, sementara perbuatan sama disertai keadaan bathin lain, bisa jadi bukan berdana. Kita di sini coba membahas itu dan saya minta pendapat dari teman2 di sini untuk membantu memberikan penguraian menurut pandangan masing-masing.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 04:52:56 PM
Quote from: rooney on 21 October 2011, 04:36:42 PM
Berarti dia akan berdana dengan batin yang terpaksa. Seharusnya ini bukanlah sebuah dana,
Jika seseorang membunuh dengan bathin terpaksa, apakah tidak disebut pembunuhan?


Quotenamun jika dia memahami bahwa saat kathina adalah berdana pada sangha, maka sudah tentu tidak akan ada rasa terpaksa tersebut dan mungkin akan terjadi dana.
Setuju, jika memang muncul pikiran berdana pada saat memberi, itu menjadi dana.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 04:54:37 PM
Quote from: william_phang on 21 October 2011, 04:37:02 PM
Kammi baik dari memberi tetap ada tetapi bagi perkembangan bathin mgkn tidak ya krn ini lebh mengembangkan harga diri....
Jika buah berdana dari perbuatan tersebut tetap ada, bukankah berarti perbuatan tersebut bisa disebut berdana, walaupun disertai pikiran lain yang menghambat perkembangan bathin?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: rooney on 21 October 2011, 04:58:07 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 04:52:56 PM
Jika seseorang membunuh dengan bathin terpaksa, apakah tidak disebut pembunuhan?

Setuju, jika memang muncul pikiran berdana pada saat memberi, itu menjadi dana.

Pembunuhan dengan batin terpaksa sepertinya sulit untuk tidak disertai dengan keinginan melukai... :-?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 21 October 2011, 05:43:13 PM
Quote from: ryu on 21 October 2011, 04:17:00 PM
meminta persembahan yang 10% tuhh
mang tuhan pernah minta persembahan..   :o

manusia lah yg fitnah tuhan..  :hammer:
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 21 October 2011, 05:56:11 PM
berdana..
menurut saya berdana ya memberi, jadi apa pun yg kita beri termasuk berdana..
dana baik atau buruk yg kita berikan/hasilnya..
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dilbert on 21 October 2011, 05:58:28 PM
saya gak analitis...
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 05:58:46 PM
Quote from: rooney on 21 October 2011, 04:58:07 PM
Pembunuhan dengan batin terpaksa sepertinya sulit untuk tidak disertai dengan keinginan melukai... :-?
Lantas mengapa berdana dengan bathin terpaksa tidak sulit untuk tidak disertai keinginan memberi?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 05:59:02 PM
Quote from: dilbert on 21 October 2011, 05:58:28 PM
saya gak analitis...
Jawab aja seadanya, tidak perlu teknis2 kok.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 21 October 2011, 06:01:13 PM
Quote from: stephen chow on 21 October 2011, 05:56:11 PM
berdana..
menurut saya berdana ya memberi, jadi apa pun yg kita beri termasuk berdana..
dana baik atau buruk yg kita berikan/hasilnya..
Kalau saya beli mie, tukang mie kasih mie, saya beri uang, apakah dibilang berdana?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 21 October 2011, 06:07:47 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 06:01:13 PM
Kalau saya beli mie, tukang mie kasih mie, saya beri uang, apakah dibilang berdana?
maksudanya memberi tanpa meminta imbalan..  ;D
mohon pencerahannya dah..  :D
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dilbert on 21 October 2011, 06:08:05 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 06:01:13 PM
Kalau saya beli mie, tukang mie kasih mie, saya beri uang, apakah dibilang berdana?

beri uang berapa juta bro ? hihihihihi...
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: tesla on 21 October 2011, 10:40:45 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 October 2011, 10:41:51 AM
Karena pembahasan di Group DC-FB, saya jadi agak penasaran tentang seberapa sulitnya seseorang menganalisis satu kondisi. Jadi saya mau coba meneliti di populasi DC-forum.

Kasus: palak Vs rampok/jambret/perkosa.

Untuk yang tidak tahu definisinya,

palak itu istilah sehari-hari untuk hal mengintimidasi seseorang agar memberikan uang. (Tidak/belum ada di KBBI.)

Merampok itu adalah mencuri dng paksa (biasanya dilakukan oleh lebih dr satu orang). (Dari KBBI).
Jambret adalah merenggut atau merebut (barang milik orang lain yg sedang dipakai atau dibawa). (Dari KBBI.)
Perkosa adalah menundukkan dng kekerasan; memaksa dng kekerasan; menggagahi; merogol. (Dari KBBI.)

Secara sekilas, saya menguraikan bahwa pada saat seseorang dipalak, seseorang bisa memilih 'memberi atau tidak memberi'; sementara dalam rampok/jambret/perkosa, seseorang tidak tidak memiliki kesempatan atau kemampuan untuk menolaknya.

Contohnya seseorang dipalak, lalu dia berpikir daripada harus berantem, lebih baik memberikan saja uangnya sejumlah tertentu.
Kalau dijambret, seseorang tidak bisa memutuskan memberi atau tidak, karena langsung dijambret. Keputusannya adalah 'melawan atau tidak melawan'.

Bagaimana menurut pendapat rekan di sini? Jawablah sesuai pemikiran masing-masing.


then pertanyaannya?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Indra on 21 October 2011, 10:49:41 PM
dari KBBI:
pa·lak
Mk a 1 panas badan (krn berkeringat); gerah: badannya -- dingin; 2 panas hati; marah; merasa benci; kesal: bangkit (naik) -- , menjadi marah: akibat tindakan penguasa tidak adil rakyat menjadi -- dan memberontak; 3 sangat berani; nekat: pasukan itu memang --;
me·ma·lak v 1 menyusahkan; mengganggu; 2 meminta secara paksa; memeras: pemuda itu ~ pejalan kaki;
me·ma·laki v cak memalak berulang-kali: preman yg suka ~ pedagang di pasar itu diringkus polisi;
pe·ma·lak n 1 pemarah; 2 orang yg suka melakukan pekerjaan berbahaya; 3 pemeras

yg dimaksudkan adalah "palak" dalam definisi ungu
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 22 October 2011, 08:46:29 AM
Quote from: stephen chow on 21 October 2011, 06:07:47 PM
maksudanya memberi tanpa meminta imbalan..  ;D
mohon pencerahannya dah..  :D
Tidak bisa mencerahkan. Di sini kita ramai-ramai 'berjalan di ladang ranjau'.

OK, memberi tanpa meminta imbalan.

NB: Saya tangkap imbalan dalam konteks di sini berbeda dengan pahala.
Kalau imbalan adalah dalam hal memberi tersebut, terkondisi oleh satu 'tuntutan'. Kalau tidak dipenuhi, maka saya tidak memberi. Misalnya dalam kasus mie tadi, 'ada mie, ada uang; ada uang, ada mie.'

Kalau pahala adalah balasan yang diharapkan berdasarkan satu kepercayaan, bisa diniati sebelum/sewaktu/setelah pemberian, tapi terwujudnya pahala itu atau tidak, bukan jadi prasyarat terjadinya dana.

---

Lanjut lagi, sekarang apakah semua pemberian tanpa mengharapkan imbalan adalah dana?

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 22 October 2011, 08:47:12 AM
Quote from: dilbert on 21 October 2011, 06:08:05 PM
beri uang berapa juta bro ? hihihihihi...
Seharga mie-nya lah. Kalo mo bayar berjuta-juta untuk semangkok mie, lewat rekening saya aja. ;D
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 22 October 2011, 08:48:42 AM
Quote from: tesla on 21 October 2011, 10:40:45 PM
then pertanyaannya?
Pertanyaannya adalah meminta penjelasan menurut rekan2 di sini, apakah benar keadaan bathin seseorang, berkenaan dengan hal memberi, pada saat dipalak dan dirampok/jambret/perkosa adalah sama? Di mana samanya, dan di mana bedanya?
(Jadi ini jenis essay, bukan mengisi atau pilihan ganda. ;D )
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Indra on 22 October 2011, 09:41:36 AM
Dalam kasus pemalakan, ya saya setuju bahwa korban di sini memang melakukan perbuatan "memberi" walaupun dengan pikiran gondok dan benci bukan main, yg berdampak pada penurunan kualitas "memberi"nya.

sebaliknya dalam kasus lainnya, korban tidak memberi, karena apakah si korban akhirnya memutuskan untuk merelakan benda-benda miliknya, faktor ini tidak penting di sini. rela atau tidak rela, benda-benda miliknya tetap tidak akan kembali.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dilbert on 22 October 2011, 11:00:51 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 22 October 2011, 08:47:12 AM
Seharga mie-nya lah. Kalo mo bayar berjuta-juta untuk semangkok mie, lewat rekening saya aja. ;D

Kadang saya membeli dari pedagang asongan mis : jualan kerupuk, harga-nya Rp.2.000, saya kasih Rp.5.000 tapi bilang, kembaliannya di simpan aja... termasuk berdana gak ?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Indra on 22 October 2011, 11:05:39 AM
Quote from: dilbert on 22 October 2011, 11:00:51 AM
Kadang saya membeli dari pedagang asongan mis : jualan kerupuk, harga-nya Rp.2.000, saya kasih Rp.5.000 tapi bilang, kembaliannya di simpan aja... termasuk berdana gak ?

bukan, itu namanya customer deposit
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 22 October 2011, 11:10:47 AM
Quote from: Indra on 22 October 2011, 09:41:36 AM
Dalam kasus pemalakan, ya saya setuju bahwa korban di sini memang melakukan perbuatan "memberi" walaupun dengan pikiran gondok dan benci bukan main, yg berdampak pada penurunan kualitas "memberi"nya.

sebaliknya dalam kasus lainnya, korban tidak memberi, karena apakah si korban akhirnya memutuskan untuk merelakan benda-benda miliknya, faktor ini tidak penting di sini. rela atau tidak rela, benda-benda miliknya tetap tidak akan kembali.
Yang saya fokus baru 'kesempatan'-nya dulu. Soal pikiran yang memicunya atau perasaan yang menyertainya, sebetulnya masih belum dibahas.

Tapi tampaknya kita bisa setuju bahwa dalam pemalakan, ada kesempatan untuk memutuskan memberi atau tidak, sedangkan dalam jambret, rampok, perkosa, tidak ada keputusan tersebut karena si pelaku langsung melakukannya terhadap kita. Pilihan yang ada hanyalah: menerima (membiarkan, merelakan, dsb) atau menolak (melawan, merebut kembali, mengejar, dsb).
---

Sekarang ke pikiran & perasaannya. Kalau kita bahas secara umum, mungkin saja kebanyakan yang terjadi adalah kebencian (penolakan) terhadap si pemalak, dan pemberiannya juga adalah terpaksa. Tapi saya punya 3 kasus, semuanya adalah pengalaman pribadi.

1. Sewaktu saya masih kecil, di satu Plaza, pernah dipalak. Setelah intimidasi bertele-tele, akhirnya saya dengan terpaksa memberi Rp. 5000,- (saat itu lumayan juga nilainya).

2. Suatu kali saya sedang mengurus birokrasi kampus dan sangat buruk mood-nya, ketika pulang ada yang menghampiri dan meminta uang untuk minum. Dengan muka masam tapi berusaha untuk tetap sopan, saya katakan, 'maaf, tidak ada.' Dalam pikiran saya, kalau dia maksa, saya akan lawan. Tapi ternyata dia hanya senyum kecil, 'oh, ya sudah.' Entahlah dia punya "mata-dewa" dan melihat dompet saya betulan kosong atau apa. ;D

3. Yang ini seru. Saya pulang kuliah bersama seorang teman, lalu ada orang mabuk nekad menodong kami dengan kapak. (Yah, orang mabuk memang tidak berpikir panjang, maka jangan lupa sila 5.) Lalu teman saya ini memegang tangannya, mendorongnya ke tembok. Posisinya seperti kodok laboratorium sudah ditancap di papan fiksasi, mau 'dibongkar' pun sudah gampang sekali, tapi kemudian saya malah kasihan karena dia ketakutan (mungkin karena tidak berdaya). Lalu saya keluarkan dompet, saya bilang, "nih, uang saya hanya segini," dan saya berikan uang di dompet yang tinggal Rp. 1000,- itu ke dia, dan dia ambil lalu lari. 


Kejadiannya sama, pemalakan. Yang nomor 2 ini hanya contoh bagi orang2 "cerdas" yang tidak memahami bahwa dalam pemalakan itu belum tentu terjadi 'transaksi', berbeda kalau jambret/rampok/perkosa, pasti sudah ada 'transaksinya'.

Kejadian nomor 3 ini memberikan contoh bahwa dalam pemalakan, kadang posisi korban lebih kuat dan bisa untuk menolak. Tapi di sini pun dengan pertimbangan tertentu, bisa jadi diberikan. Menurut saya, ada pikiran-pikiran mendasari perbuatan ini yang membuat pemberian itu BISA disebut berdana juga. Oleh karena itu, selain perbuatannya, kondisi pikiran mempengaruhi apakah suatu pemberian bisa disebut berdana. (Otomatis sebaliknya, pemberian dengan kondisi pikiran tertentu, bisa juga menyebabkan satu pemberian tidak bisa dibilang berdana.)

Bagaimana menurut Bro Indra?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 22 October 2011, 11:11:52 AM
Quote from: dilbert on 22 October 2011, 11:00:51 AM
Kadang saya membeli dari pedagang asongan mis : jualan kerupuk, harga-nya Rp.2.000, saya kasih Rp.5.000 tapi bilang, kembaliannya di simpan aja... termasuk berdana gak ?
Menurut Bro dilbert gimana? Bro dilbert kasih sharing-nya dulu donk, baru nanti saya kasih dari sudut pandang saya.

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dilbert on 22 October 2011, 11:17:23 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 22 October 2011, 11:11:52 AM
Menurut Bro dilbert gimana? Bro dilbert kasih sharing-nya dulu donk, baru nanti saya kasih dari sudut pandang saya.

kalau menurut saya, termasuk berdana...
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 22 October 2011, 11:22:21 AM
Quote from: dilbert on 22 October 2011, 11:17:23 AM
kalau menurut saya, termasuk berdana...
Kenapa?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dilbert on 22 October 2011, 11:28:50 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 22 October 2011, 11:22:21 AM
Kenapa?

Karena ber-dana itu = memberi (one way)...
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Indra on 22 October 2011, 11:38:15 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 22 October 2011, 11:10:47 AM
Yang saya fokus baru 'kesempatan'-nya dulu. Soal pikiran yang memicunya atau perasaan yang menyertainya, sebetulnya masih belum dibahas.

Tapi tampaknya kita bisa setuju bahwa dalam pemalakan, ada kesempatan untuk memutuskan memberi atau tidak, sedangkan dalam jambret, rampok, perkosa, tidak ada keputusan tersebut karena si pelaku langsung melakukannya terhadap kita. Pilihan yang ada hanyalah: menerima (membiarkan, merelakan, dsb) atau menolak (melawan, merebut kembali, mengejar, dsb).
---

Sekarang ke pikiran & perasaannya. Kalau kita bahas secara umum, mungkin saja kebanyakan yang terjadi adalah kebencian (penolakan) terhadap si pemalak, dan pemberiannya juga adalah terpaksa. Tapi saya punya 3 kasus, semuanya adalah pengalaman pribadi.

1. Sewaktu saya masih kecil, di satu Plaza, pernah dipalak. Setelah intimidasi bertele-tele, akhirnya saya dengan terpaksa memberi Rp. 5000,- (saat itu lumayan juga nilainya).

2. Suatu kali saya sedang mengurus birokrasi kampus dan sangat buruk mood-nya, ketika pulang ada yang menghampiri dan meminta uang untuk minum. Dengan muka masam tapi berusaha untuk tetap sopan, saya katakan, 'maaf, tidak ada.' Dalam pikiran saya, kalau dia maksa, saya akan lawan. Tapi ternyata dia hanya senyum kecil, 'oh, ya sudah.' Entahlah dia punya "mata-dewa" dan melihat dompet saya betulan kosong atau apa. ;D

3. Yang ini seru. Saya pulang kuliah bersama seorang teman, lalu ada orang mabuk nekad menodong kami dengan kapak. (Yah, orang mabuk memang tidak berpikir panjang, maka jangan lupa sila 5.) Lalu teman saya ini memegang tangannya, mendorongnya ke tembok. Posisinya seperti kodok laboratorium sudah ditancap di papan fiksasi, mau 'dibongkar' pun sudah gampang sekali, tapi kemudian saya malah kasihan karena dia ketakutan (mungkin karena tidak berdaya). Lalu saya keluarkan dompet, saya bilang, "nih, uang saya hanya segini," dan saya berikan uang di dompet yang tinggal Rp. 1000,- itu ke dia, dan dia ambil lalu lari. 


Kejadiannya sama, pemalakan. Yang nomor 2 ini hanya contoh bagi orang2 "cerdas" yang tidak memahami bahwa dalam pemalakan itu belum tentu terjadi 'transaksi', berbeda kalau jambret/rampok/perkosa, pasti sudah ada 'transaksinya'.

Kejadian nomor 3 ini memberikan contoh bahwa dalam pemalakan, kadang posisi korban lebih kuat dan bisa untuk menolak. Tapi di sini pun dengan pertimbangan tertentu, bisa jadi diberikan. Menurut saya, ada pikiran-pikiran mendasari perbuatan ini yang membuat pemberian itu BISA disebut berdana juga. Oleh karena itu, selain perbuatannya, kondisi pikiran mempengaruhi apakah suatu pemberian bisa disebut berdana. (Otomatis sebaliknya, pemberian dengan kondisi pikiran tertentu, bisa juga menyebabkan satu pemberian tidak bisa dibilang berdana.)

Bagaimana menurut Bro Indra?

singkat saja, karena saya tidak mahir dalam menulis panjang.

dalam berdana ada yg disebut berdana dengan tulus, kenapa demikian? karena ada orang berdana dengan tidak tulus, tetapi, apakah tulus atau tidak tulus tetap dikatakan berdana.

dalam hal memberi uang karena dipalak, saya melihat ini tidak sangat berbeda bahkan cenderung serupa dengan seseorang yg berdana jubah pada hari kathina dengan motivasi gengsi, reputasi, dll
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 22 October 2011, 11:51:19 AM
Para petinju jauh lebih suka memberi daripada menerima......
Apakah memberi bogem juga termasuk berdana?
Melihat memberinya begitu niat, keknya tulus banget dah.

(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2F2.bp.blogspot.com%2F-q21HZbKZMks%2FTcMC3wCyOkI%2FAAAAAAAAAgU%2FiNgl0gevTuk%2Fs1600%2Ftinju.jpg&hash=d6a8beb4d2a15a348aff436b7575f8ce30f1a900)

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dilbert on 22 October 2011, 12:11:45 PM
Quote from: hendrako on 22 October 2011, 11:51:19 AM
Para petinju jauh lebih suka memberi daripada menerima......
Apakah memberi bogem juga termasuk berdana?
Melihat memberinya begitu niat, keknya tulus banget dah.

(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2F2.bp.blogspot.com%2F-q21HZbKZMks%2FTcMC3wCyOkI%2FAAAAAAAAAgU%2FiNgl0gevTuk%2Fs1600%2Ftinju.jpg&hash=d6a8beb4d2a15a348aff436b7575f8ce30f1a900)

kalau dalam bertinju... memberi seharusnya = memberi kesempatan di pukul... wkwkwkwkwk
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 22 October 2011, 01:49:09 PM
Quote from: dilbert on 22 October 2011, 11:28:50 AM
Karena ber-dana itu = memberi (one way)...
Apakah semua pemberian searah ini bisa dibilang dana?

Misalnya karena saya sebel sekali sama seseorang, lalu saya berikan makanan gratis beracun, tanpa menuntut timbal-balik, apakah bisa dibilang berdana?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: tesla on 22 October 2011, 01:52:02 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 22 October 2011, 08:48:42 AM
Pertanyaannya adalah meminta penjelasan menurut rekan2 di sini, apakah benar keadaan bathin seseorang, berkenaan dengan hal memberi, pada saat dipalak dan dirampok/jambret/perkosa adalah sama? Di mana samanya, dan di mana bedanya?
(Jadi ini jenis essay, bukan mengisi atau pilihan ganda. ;D )


rampok, palak - biasanya korbannya sadar saat dieksekusi.
jambret - biasanya setelah dieksekusi baru sadar
perkosa - bisa kedua2nya

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 22 October 2011, 01:52:28 PM
Quote from: Indra on 22 October 2011, 11:38:15 AM
singkat saja, karena saya tidak mahir dalam menulis panjang.

dalam berdana ada yg disebut berdana dengan tulus, kenapa demikian? karena ada orang berdana dengan tidak tulus, tetapi, apakah tulus atau tidak tulus tetap dikatakan berdana.

dalam hal memberi uang karena dipalak, saya melihat ini tidak sangat berbeda bahkan cenderung serupa dengan seseorang yg berdana jubah pada hari kathina dengan motivasi gengsi, reputasi, dll
OK, berarti tulus ga tulus, tetap dikatakan dana, hanya beda kualitas aja.

Dalam hal memberi karena dipalak, dari contoh kasus saya tadi, apakah sama saja antara nomor 1 dan nomor 3?

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Indra on 22 October 2011, 01:53:42 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 22 October 2011, 01:49:09 PM
Apakah semua pemberian searah ini bisa dibilang dana?

Misalnya karena saya sebel sekali sama seseorang, lalu saya berikan makanan gratis beracun, tanpa menuntut timbal-balik, apakah bisa dibilang berdana?


kata "dana" sendiri secara literal berarti "memberi"
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Indra on 22 October 2011, 01:55:13 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 22 October 2011, 01:52:28 PM
OK, berarti tulus ga tulus, tetap dikatakan dana, hanya beda kualitas aja.

Dalam hal memberi karena dipalak, dari contoh kasus saya tadi, apakah sama saja antara nomor 1 dan nomor 3?



saya ulangi lagi post saya di atas, "dana" secara literal bermakna "memberi", jadi tidak tergantung situasi, kondisi, tapi hanya pada aktivitas memberi itu saja. tapi akan berbeda jika dilihat dari sudut pandang dana sebagai kedermawanan.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 22 October 2011, 01:58:09 PM
Quote from: hendrako on 22 October 2011, 11:51:19 AM
Para petinju jauh lebih suka memberi daripada menerima......
Apakah memberi bogem juga termasuk berdana?
Melihat memberinya begitu niat, keknya tulus banget dah.

(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2F2.bp.blogspot.com%2F-q21HZbKZMks%2FTcMC3wCyOkI%2FAAAAAAAAAgU%2FiNgl0gevTuk%2Fs1600%2Ftinju.jpg&hash=d6a8beb4d2a15a348aff436b7575f8ce30f1a900)


:))
Seperti bro dilbert bilang, kalo memang 'berdana', seharusnya berdana 'angka' alias 'memberi muka dipukul', baru benar.

Tapi ini juga menyangkut sisi yang mau saya bahas. Berdana bukanlah sekadar subjek memberikan sesuatu pada objek, yang penting merk-nya "MEMBERI". Untuk dikatakan 'dana', ada kriteria dari si subjek, objeknya, dan juga penerimanya.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 22 October 2011, 02:01:11 PM
Quote from: Indra on 22 October 2011, 01:55:13 PM
saya ulangi lagi post saya di atas, "dana" secara literal bermakna "memberi", jadi tidak tergantung situasi, kondisi, tapi hanya pada aktivitas memberi itu saja. tapi akan berbeda jika dilihat dari sudut pandang dana sebagai kedermawanan.
OK, secara literal berarti 'memberi'.
Kalau gitu diperinci lagi. Bagaimanakah sebuah pemberian bisa dikatakan bermanfaat dan menghasilkan akibat (buah kamma) baik?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Indra on 22 October 2011, 02:07:37 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 22 October 2011, 02:01:11 PM
OK, secara literal berarti 'memberi'.
Kalau gitu diperinci lagi. Bagaimanakah sebuah pemberian bisa dikatakan bermanfaat dan menghasilkan akibat (buah kamma) baik?


nah untuk ini harus dipertimbangkan dari segi pemberi, penerima, objek yg didanakan, waktu, dsb.

saya merekomendasikan untuk membaca MN 142 Dakkhinavibhanga Sutta, terutama pada paragraf berikut ini
Quote
5. "Terdapat empat belas jenis persembahan pribadi, Ānanda.  Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada Sang Tathāgata, yang sempurna dan tercerahkan sempurna; ini adalah persembahan pribadi jenis pertama. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang Paccekabuddha; ini adalah persembahan pribadi jenis ke dua. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang Arahant siswa Sang Tathāgata; ini adalah persembahan pribadi jenis ke tiga. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah Kearahatan; ini adalah persembahan pribadi jenis ke empat. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang yang-tidak-kembali; ini adalah persembahan pribadi jenis lima. [255] Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah yang-tidak-kembali; ini adalah persembahan pribadi jenis ke enam. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang yang-kembali-sekali; ini adalah persembahan pribadi jenis tujuh. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah yang-kembali-sekali; ini adalah persembahan pribadi jenis ke delapan. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang pemasuk-arus; ini adalah persembahan pribadi jenis sembilan. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah memasuki-arus;  ini adalah persembahan pribadi jenis ke sepuluh. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada seseorang di luar [Pengajaran] yang bebas dari nafsu akan kenikmatan indria;  ini adalah persembahan pribadi jenis ke sebelas. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada seorang biasa yang bermoral; ini adalah persembahan pribadi jenis ke dua belas. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada seorang biasa yang tidak bermoral; ini adalah persembahan pribadi jenis ke tiga belas. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada binatang: ini adalah persembahan pribadi jenis ke empat belas.

6. "Di sini, Ānanda, dengan memberikan suatu pemberian kepada seekor binatang, maka persembahan itu diharapkan akan menghasilkan balasan seratus kali lipat.  Dengan memberikan suatu pemberian kepada seorang biasa yang tidak bermoral, maka persembahan itu diharapkan akan menghasilkan balasan seribu kali lipat. Dengan memberikan suatu pemberian kepada seorang biasa yang bermoral, maka persembahan itu diharapkan akan menghasilkan balasan seratus ribu kali lipat. Dengan memberikan suatu pemberian kepada seseorang di luar [Pengajaran] yang bebas dari nafsu akan kenikmatan indria, maka persembahan itu diharapkan akan menghasilkan balasan seratus ribu kali seratus ribu kali lipat.

"Dengan memberikan suatu pemberian kepada seorang seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah memasuki-arus, maka persembahan itu diharapkan akan menghasilkan balasan yang tidak terhitung, tidak terukur. Apakah lagi yang harus dikatakan tentang pemberian kepada seorang pemasuk-arus? Apakah lagi yang harus dikatakan tentang pemberian kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah yang-kembali-sekali ... kepada yang-kembali-sekali ... kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah yang-tidak-kembali ... kepada seorang yang-tidak-kembali ... kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah Kearahatan ... kepada seorang Arahant ... kepada seorang Paccekabuddha? Apakah lagi yang harus dikatakan tentang pemberian kepada seorang Tathāgata, yang sempurna dan tercerahkan sempurna?

7. "Terdapat tujuh jenis persembahan yang diberikan kepada Sangha, Ānanda. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada kedua kelompok Sangha [baik bhikkhu maupun bhikkhunī] yang dipimpin oleh Sang Buddha; ini adalah persembahan kepada Sangha jenis pertama.  Seseorang memberikan suatu pemberian kepada kedua kelompok Sangha [baik bhikkhu maupun bhikkhunī] setelah Sang Tathāgata mencapai Nibbāna akhir; ini adalah persembahan kepada Sangha jenis ke dua. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada Sangha para bhikkhu; ini adalah persembahan kepada Sangha jenis ke tiga. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada Sangha para bhikkhunī; ini adalah persembahan kepada Sangha jenis ke empat. Seseorang memberikan suatu pemberian, dengan mengatakan: 'Tunjuklah untukku sejumlah tertentu para bhikkhu dan bhikkhunī dari Sangha; [256] ini adalah persembahan kepada Sangha jenis ke lima. Seseorang memberikan suatu pemberian, dengan mengatakan: 'Tunjuklah untukku sejumlah tertentu para bhikkhu dari Sangha; [256] ini adalah persembahan kepada Sangha jenis ke enam. Seseorang memberikan suatu pemberian, dengan mengatakan: 'Tunjuklah untukku sejumlah tertentu para bhikkhunī dari Sangha; [256] ini adalah persembahan kepada Sangha jenis ke tujuh.

8. "Di masa depan, Ānanda, akan ada anggota-anggota kelompok yang, 'berleher-kuning,' tidak bermoral, dan berkarakter jahat.   Orang-orang akan memberikan pemberian kepada orang-orang tidak bermoral itu demi Sangha. Bahkan meskipun begitu, Aku katakan, suatu persembahan yang diberikan kepada Sangha adalah tidak terhitung, tidak terukur.  Dan Aku katakan bahwa tidak mungkin suatu persembahan yang diberikan kepada seorang individu akan lebih berbuah daripada persembahan yang diberikan kepada Sangha.

9. "Terdapat, Ānanda, empat jenis pemurnian persembahan. Apakah empat ini? Ada persembahan yang dimurnikan oleh si pemberi, bukan oleh si penerima.  Ada persembahan yang dimurnikan oleh si penerima, bukan oleh si pemberi. Ada persembahan yang dimurnikan bukan oleh si pemberi juga bukan oleh si penerima. Ada persembahan yang dimurnikan baik oleh si pemberi maupun oleh si penerima.

10. "Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan oleh si pemberi, bukan oleh si penerima? Di sini si pemberi adalah bermoral, berkarakter baik, dan si penerima adalah tidak bermoral, berkarakter jahat. Demikianlah persembahan yang dimurnikan oleh si pemberi, bukan oleh si penerima.

11. "Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan oleh si penerima, bukan oleh si pemberi? Di sini si pemberi adalah tidak bermoral, berkarakter jahat, dan si penerima adalah bermoral, berkarakter baik. Demikianlah persembahan yang dimurnikan oleh si penerima, bukan oleh si pemberi.

12. "Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan bukan oleh si pemberi juga bukan oleh si penerima? Di sini si pemberi adalah tidak bermoral, berkarakter jahat, dan si penerima adalah tidak bermoral, berkarakter jahat. Demikianlah persembahan yang dimurnikan bukan oleh si pemberi juga bukan oleh si penerima.

13. "Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan baik oleh si pemberi maupun oleh si penerima? Di sini si pemberi adalah bermoral, berkarakter baik, dan si penerima adalah bermoral, berkarakter baik. [257] Demikianlah persembahan yang dimurnikan baik oleh si pemberi maupun oleh si penerima. Ini adalah empat jenis pemurnian persembahan."


dan

Quote

[Sang Buddha berkata kepada Anāthapiṇḍika:] "Di masa lampau, perumah tangga, ada seorang brahmana bernama Velāma. Ia memberikan persembahan besar sebagai berikut: delapan puluh empat ribu mangkuk emas penuh dengan perak; delapan puluh empat ribu mangkuk perak penuh dengan emas; delapan puluh empat ribu mangkuk perunggu penuh dengan emas dan perak; delapan puluh empat ribu gajah, sapi susu, pelayan, dan alas duduk, jutaan kain halus, dan makanan, minuman, salep, dan alas tidur dalam jumlah yang sangat banyak.

"Sebanyak persembahan yang diberikan oleh Brahmana Velāma, adalah bahkan lebih berbuah jika seseorang memberi makan satu orang yang memiliki pandangan benar.  Sebanyak persembahan yang diberikan oleh Brahmana Velāma, dan walaupun seseorang mampu memberi makan kepada seratus orang yang memiliki pandangan benar, adalah bahkan lebih berbuah jika seseorang memberi makan satu orang yang-kembali-sekali. Sebanyak persembahan yang diberikan oleh Brahmana Velāma, dan walaupun seseorang mampu memberi makan kepada seratus orang yang-kembali-sekali adalah bahkan lebih berbuah jika seseorang memberi makan satu orang yang-tidak-kembali. Sebanyak persembahan yang diberikan oleh Brahmana Velāma, dan walaupun seseorang mampu memberi makan kepada seratus orang yang-tidak-kembali adalah bahkan lebih berbuah jika seseorang memberi makan satu orang Arahant. Sebanyak persembahan yang diberikan oleh Brahmana Velāma, dan walaupun seseorang mampu memberi makan kepada seratus orang Arahant adalah bahkan lebih berbuah jika seseorang memberi makan satu orang paccekabuddha.  Sebanyak persembahan yang diberikan oleh Brahmana Velāma, dan walaupun seseorang mampu memberi makan kepada seratus orang paccekabudha adalah bahkan lebih berbuah jika seseorang memberi makan satu Buddha yang tercerahkan sempurna ... adalah bahkan lebih berbuah jika seseorang memberi makan Saṅgha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sang bdudha dan membangun vihara untuk Saṅgha dari empat penjuru ... adalah bahkan lebih berbuah jika, dengan pikiran penuh keyakinan, seseorang berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Saṅgha, dan menjalankan lima aturan: menghindari perbuatan menghancurkan kehidupan, menghindari perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari melakukan hubungan seksual yang salah, menghindari kebohongan, dan menghindari minuman memabukkan. Sebanyak apa pun semua ini, adalah bahkan lebih berbuah jika seseorang mengembangkan pikiran cinta-kasih bahkan selama waktu yang diperlukan untuk menarik ambing susu sapi. Dan  sebanyak apa pun semua ini, adalah bahkan lebih berbuah jika seseorang mengembangkan persepsi ketidak-kekalan bahkan selama waktu yang diperlukan untuk menjentikkan jari."

(AN 9:20, diringkas; IV 393-96)
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 22 October 2011, 02:13:01 PM
Quote from: tesla on 22 October 2011, 01:52:02 PM
rampok, palak - biasanya korbannya sadar saat dieksekusi.
jambret - biasanya setelah dieksekusi baru sadar
perkosa - bisa kedua2nya
Kalau ditinjau dari 'kesadaran', ini menjadi sangat subjektif pada si korban. Misalnya ada juga korban yang sangat hati-hati, jadi ketika akan dijambret pun dia sudah sadar.

Keberhasilan eksekusinya juga berbeda, misalnya karena si korban kuat, malah jambretnya yang KO. (Lihat video clip di reply 17 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21381.msg376832#msg376832))

Yang saya fokus di sini adalah keadaan di mana dalam palak/todong, si korban diberikan pilihan, sementara pada saat jambret/rampok/perkosa, pelaku melakukannya secara sepihak.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 22 October 2011, 02:17:11 PM
 [at]  Indra

OK, kalau dari MN 142 dan AN 9 itu, hanya dihitung porsi hasilnya menurut si penerima.
Secara singkat, dengan asumsi pemberi memberikan dana dengan benar, maka buahnya lebih besar jika si penerima adalah ...

Untuk ini, saya pikir sudah cukup jelas dari segi penerima dana. Di FB juga sudah dibahas. Nah, bagaimanakah dari segi pemberi dan objek yang didanakan itu sendiri?

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Indra on 22 October 2011, 02:45:45 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 22 October 2011, 02:17:11 PM
[at]  Indra

OK, kalau dari MN 142 dan AN 9 itu, hanya dihitung porsi hasilnya menurut si penerima.
Secara singkat, dengan asumsi pemberi memberikan dana dengan benar, maka buahnya lebih besar jika si penerima adalah ...

Untuk ini, saya pikir sudah cukup jelas dari segi penerima dana. Di FB juga sudah dibahas. Nah, bagaimanakah dari segi pemberi dan objek yang didanakan itu sendiri?



menurut saya, sutta-sutta di atas juga berlaku sama baik ditinjau dari sudut penerima maupun pemberi.
pemberian yang dilakukan oleh seorang yg bermoral baik tentu akan berbuah jauh lebih baik daripada pemberian dari seorang yg tidak bermoral.


10. "Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan oleh si pemberi, bukan oleh si penerima? Di sini si pemberi adalah bermoral, berkarakter baik, dan si penerima adalah tidak bermoral, berkarakter jahat. Demikianlah persembahan yang dimurnikan oleh si pemberi, bukan oleh si penerima.

13. "Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan baik oleh si pemberi maupun oleh si penerima? Di sini si pemberi adalah bermoral, berkarakter baik, dan si penerima adalah bermoral, berkarakter baik. [257] Demikianlah persembahan yang dimurnikan baik oleh si pemberi maupun oleh si penerima. Ini adalah empat jenis pemurnian persembahan."
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dhammadinna on 24 October 2011, 07:28:36 AM
IMHO, tidak semua 'memberi' = berdana. IMHO, berdana = pemberi memberikan sesuatu karena ia merasa bahwa pemberiannya itu bermanfaat bagi si penerima. Ada kualitas baik dalam diri si pemberi, misalnya keinginan untuk meringankan beban penerima, atau ingin membuat penerima 'lebih bahagia'.
_____

Contoh berdana: kasus Dilbert yang sengaja membayar 5000 padahal seharusnya 2000; dan kasus nomor 3 dari kasus Kainyn.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dilbert on 24 October 2011, 09:27:25 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 22 October 2011, 02:17:11 PM
[at]  Indra

OK, kalau dari MN 142 dan AN 9 itu, hanya dihitung porsi hasilnya menurut si penerima.
Secara singkat, dengan asumsi pemberi memberikan dana dengan benar, maka buahnya lebih besar jika si penerima adalah ...

Untuk ini, saya pikir sudah cukup jelas dari segi penerima dana. Di FB juga sudah dibahas. Nah, bagaimanakah dari segi pemberi dan objek yang didanakan itu sendiri?

UU (ujung-ujung)-nya bermuara pada citta... kalau di-palak itu bisa memiliki citta seperti berdana pada orang yang membutuhkan... bisa disebut dengan berdana juga...

*** MILINDA PANHA, BAB VIII (kemurnian Sang Buddha) ***
"...Tanpa pandangan seorang sammasambuddha, seseorang tidak dapat mengetahui jauhnya jangkauan kamma..."

JAdi dalam hal ini, untuk hal-hal yang dikategorikan sebagai berdana... maka ujung-ujung-nya harus diperiksa citta apa yang muncul ketika peristiwa memberi itu terjadi. Citta memberi ketika di-palak/di-peras itu apa ?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 09:47:28 AM
Quote from: dhammadinna on 24 October 2011, 07:28:36 AM
IMHO, tidak semua 'memberi' = berdana. IMHO, berdana = pemberi memberikan sesuatu karena ia merasa bahwa pemberiannya itu bermanfaat bagi si penerima. Ada kualitas baik dalam diri si pemberi, misalnya keinginan untuk meringankan beban penerima, atau ingin membuat penerima 'lebih bahagia'.
_____

Contoh berdana: kasus Dilbert yang sengaja membayar 5000 padahal seharusnya 2000; dan kasus nomor 3 dari kasus Kainyn.
Nah, kena lagi point-nya. Jika pemberiannya adalah untuk manfaat si penerima, maka pemberian itu dikatakan berdana. Jadi kalau saya misalnya saya beri kopi ke seseorang dengan harapan: "semoga sakit maag-mu kambuh", maka tidak bisa dibilang sedang berdana, walaupun di situ ada 'pemberian'.

Lalu bagaimana dari sisi barangnya sendiri? Apakah yang memberikan barang tapi bukan miliknya sendiri, dengan maksud manfaat bagi si penerima, bisa dikatakan berdana?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 09:57:23 AM
Quote from: dilbert on 24 October 2011, 09:27:25 AM
UU (ujung-ujung)-nya bermuara pada citta... kalau di-palak itu bisa memiliki citta seperti berdana pada orang yang membutuhkan... bisa disebut dengan berdana juga...

*** MILINDA PANHA, BAB VIII (kemurnian Sang Buddha) ***
"...Tanpa pandangan seorang sammasambuddha, seseorang tidak dapat mengetahui jauhnya jangkauan kamma..."

JAdi dalam hal ini, untuk hal-hal yang dikategorikan sebagai berdana... maka ujung-ujung-nya harus diperiksa citta apa yang muncul ketika peristiwa memberi itu terjadi. Citta memberi ketika di-palak/di-peras itu apa ?
Sekarang ini, saya memang tidak bermaksud menyelidiki citta seseorang dari satu kasus, tapi membahas secara teknisnya saja jika citta-nya 'begini', maka bisa dibilang berdana, jika 'citta'-nya begitu, ga bisa.

Sebelumnya dengan Sis dhammadinna, saya sudah setuju bahwa pemberian yang disertai pikiran 'memberi manfaat bagi penerima' bisa disebut dana. Jadi memang menurut pendapat saya, jika seseorang dalam keadaan dipalak, betulan bisa mengembangkan keinginan memberi demi kebaikan si pemalak, maka dalam kasus khusus itu, bisa disebutkan dia berdana. Seperti kasus di komik Zen itu ada maling masuk minta duit, lalu si guru memberikannya tanpa merasa terpaksa dan bahkan mengajarinya mengucapkan terima kasih, bisa jadi itu disebut berdana.

Kembali lagi bedanya kalau dijambret, misalnya, tidak ada kesempatan untuk memunculkan niat tersebut, sebab tanpa keputusan dari si 'korban', barangnya langsung diambil-paksa oleh si jambret.

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Indra on 24 October 2011, 10:14:27 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 09:57:23 AM
Sekarang ini, saya memang tidak bermaksud menyelidiki citta seseorang dari satu kasus, tapi membahas secara teknisnya saja jika citta-nya 'begini', maka bisa dibilang berdana, jika 'citta'-nya begitu, ga bisa.

Sebelumnya dengan Sis dhammadinna, saya sudah setuju bahwa pemberian yang disertai pikiran 'memberi manfaat bagi penerima' bisa disebut dana. Jadi memang menurut pendapat saya, jika seseorang dalam keadaan dipalak, betulan bisa mengembangkan keinginan memberi demi kebaikan si pemalak, maka dalam kasus khusus itu, bisa disebutkan dia berdana. Seperti kasus di komik Zen itu ada maling masuk minta duit, lalu si guru memberikannya tanpa merasa terpaksa dan bahkan mengajarinya mengucapkan terima kasih, bisa jadi itu disebut berdana.

Kembali lagi bedanya kalau dijambret, misalnya, tidak ada kesempatan untuk memunculkan niat tersebut, sebab tanpa keputusan dari si 'korban', barangnya langsung diambil-paksa oleh si jambret.



menjelang pelepasan keduniawian, sumedha sang calon buddha melakukan maha dana, dimana termasuk dalam benda2 yg didanakan adalah minuman keras, kira2 bagaimanakah penjelasan atas manfaat dari berdana minuman keras bagi penerimanya? sumber:RAPB
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dhammadinna on 24 October 2011, 11:16:34 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 09:47:28 AM
Nah, kena lagi point-nya. Jika pemberiannya adalah untuk manfaat si penerima, maka pemberian itu dikatakan berdana. Jadi kalau saya misalnya saya beri kopi ke seseorang dengan harapan: "semoga sakit maag-mu kambuh", maka tidak bisa dibilang sedang berdana, walaupun di situ ada 'pemberian'.

Iya, seperti itu.

Quote
Lalu bagaimana dari sisi barangnya sendiri? Apakah yang memberikan barang tapi bukan miliknya sendiri, dengan maksud manfaat bagi si penerima, bisa dikatakan berdana?

Menurut saya, pemberian tersebut juga disebut berdana. Walaupun di sisi lain, jika dia mengambil barang milik orang lain (sebagai objek dana) berarti dia melakukan pelanggaran sila ke 2.
______________________

Saya kepikiran, bagaimana kalau seseorang 'memberi' karena dilandasi ketamakan? misalnya seseorang berdana karena ingin terlahir di alam surga, ingin kaya di kehidupan mendatang, atau bahkan karena gengsi?

Lalu kepikiran lagi, IMHO, itu juga termasuk berdana, selama dia juga mempertimbangkan manfaat yang akan diterima si penerima.

Quote from: Indra on 24 October 2011, 10:14:27 AM
menjelang pelepasan keduniawian, sumedha sang calon buddha melakukan maha dana, dimana termasuk dalam benda2 yg didanakan adalah minuman keras, kira2 bagaimanakah penjelasan atas manfaat dari berdana minuman keras bagi penerimanya? sumber:RAPB

Kisahnya bagaimana yak? ringkasnya aja..
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 11:26:52 AM
Quote from: Indra on 24 October 2011, 10:14:27 AM
menjelang pelepasan keduniawian, sumedha sang calon buddha melakukan maha dana, dimana termasuk dalam benda2 yg didanakan adalah minuman keras, kira2 bagaimanakah penjelasan atas manfaat dari berdana minuman keras bagi penerimanya? sumber:RAPB
Yang dimaksud "bermanfaat bagi penerima" di sini adalah dalam hal yang memang diinginkan/dibutuhkan oleh si penerima. Hal ini belum tentu adalah barang/hal yang berguna bagi kemajuan bathin seseorang. Misalnya memberi miras, senapan, atau pornografi ke orang lain. Hal tersebut tidak bermanfaat bagi perkembangan bathin, namun karena memang 'disetujui' oleh si penerima dana, maka dana terjadi.
Dalam penjelasan dana dari Ledi Sayadaw (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=15307.msg247392#msg247392), maka ini termasuk adhamma-dana, dan nilainya lebih kecil.

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dhammadinna on 24 October 2011, 11:34:55 AM
Quote from: Indra on 24 October 2011, 10:14:27 AM
menjelang pelepasan keduniawian, sumedha sang calon buddha melakukan maha dana, dimana termasuk dalam benda2 yg didanakan adalah minuman keras, kira2 bagaimanakah penjelasan atas manfaat dari berdana minuman keras bagi penerimanya? sumber:RAPB

Hasil googling:

QuoteSebelum pergi menjadi petapa, Sumedha melakukan Mahadana. Dengan tabuhan genderang besar, ia mengumumkan di seluruh kota Amaravati, "Kepada siapa pun yang menginginkan kekayaanku, silakan datang dan ambil." Dan ia mendanakan kekayaannya dalam suatu mahadana kepada semua orang tanpa membedakan status miskin atau kaya. Setelah melakukan Mahadana, Sumedha sang calon Buddha masa depan, melepaskan keduniawian dan pergi menuju Pegunungan Himalaya dengan tujuan Gunung Dhammika pada hari itu juga.

Sumber (http://ratnakumara.wordpress.com/2009/09/23/apa-yang-harus-dilakukan-untuk-menjadi-seorang-buddha/)

Saya pernah baca, ada yang disebut berdana, ada yang disebut 'melepas'. Berdana adalah seperti yang sedang kita bahas sekarang.

Sedangkan 'melepas' adalah memberi karena tidak ada lagi keinginan untuk memiliki. Apa benar demikian? jadi, apakah mahadana Sumedha ini lebih dikatakan "pelepasan" dan bukan berdana?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 11:36:34 AM
Kalo ane sih dana emang artinya memberi.
Kalo yang diberikan baik hasilnya baik.
kalo yang diberikan buruk hasilnya buruk.

Memberi yang baik kepada orang yang baik hasilnya sangat baik.
Memberi yang baik kepada orang yang tidak baik hasilnya tetap baik
Walau memang tidak sebaik memberi yang baik kepada yang baik.

Memberi yang buruk kepada orang yang buruk hasilnya tetap buruk.
Memberi yang buruk kepada orang yang baik hasilnya  sangat buruk.
Bahkan lebih buruk daripada memberi yang buruk kepada orang yang buruk.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 24 October 2011, 11:38:11 AM
Quote from: dhammadinna on 24 October 2011, 11:34:55 AM
Hasil googling:

Saya pernah baca, ada yang disebut berdana, ada yang disebut 'melepas'. Berdana adalah seperti yang sedang kita bahas sekarang.

Sedangkan 'melepas' adalah memberi karena tidak ada lagi keinginan untuk memiliki. Apa benar demikian? jadi, apakah mahadana Sumedha ini lebih dikatakan "pelepasan" dan bukan berdana?
menurut saya mahadana Sumedha itu berdana..
berdana kan melepas juga.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 11:40:11 AM
Berdana pasti melepas.
Melepas belum tentu berdana.
Tapi orang yang melepas gampang untuk berdana.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 11:44:49 AM
Quote from: dhammadinna on 24 October 2011, 11:16:34 AM
Iya, seperti itu.

Menurut saya, pemberian tersebut juga disebut berdana. Walaupun di sisi lain, jika dia mengambil barang milik orang lain (sebagai objek dana) berarti dia melakukan pelanggaran sila ke 2.
Kalau memberikan yang bukan milik sendiri disebut berdana, maka pendana terbesar di dunia ini adalah sejenis UPS/DHL/FedEx dan sejenisnya donk? (Di Indonesia: TIKI/JNE dan sejenisnya.) ;D


QuoteSaya kepikiran, bagaimana kalau seseorang 'memberi' karena dilandasi ketamakan? misalnya seseorang berdana karena ingin terlahir di alam surga, ingin kaya di kehidupan mendatang, atau bahkan karena gengsi?

Lalu kepikiran lagi, IMHO, itu juga termasuk berdana, selama dia juga mempertimbangkan manfaat yang akan diterima si penerima.

Kisahnya bagaimana yak? ringkasnya aja..
Ya, menurut saya juga itu tetap berdana selama memang dananya diterima (sesuai dengan penerima dana). Keinginannya tersebut tetap akan terwujud, namun hasilnya dikatakan 'kurang' bermanfaat karena tidak membawa pada lenyapnya penderitaan. (Setelah hasil kamma-nya habis, maka dia kembali 'jatuh' dari alam surga, atau kembali miskin (kalau ada kamma buruk berbuah), juga gengsinya jatuh.)

Kisah di sini maksudnya contoh di Tipitaka atau analogi sendiri?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 24 October 2011, 11:47:47 AM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 11:40:11 AM
Berdana pasti melepas.
Melepas belum tentu berdana.
Tapi orang yang melepas gampang untuk berdana.
memang betul melepas belum tentu berdana.. tapi dalam kasus di atas menurut saya itu berdana karena mahadewa menyebutkan memberi kepada siapa saja yg mau mengambil barang miliknya.. apakah menurut bro kasus di atas bukan berdana?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 11:49:48 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 11:44:49 AM
Kalau memberikan yang bukan milik sendiri disebut berdana, maka pendana terbesar di dunia ini adalah sejenis UPS/DHL/FedEx dan sejenisnya donk? (Di Indonesia: TIKI/JNE dan sejenisnya.) ;D


Pencuri yang mendanakan hasil curiannya tetap berdana sekaligus di lain pihak mencuri. Dua kasus yang berbeda dalam satu rangkaian dengan hasil masing2.
Ekpedisi pengiriman barang bukan berdana atau memberi tapi sekedar nganterin. (perpanjangan tangan bukan panjang tangan)
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 11:50:18 AM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 11:36:34 AM
Kalo ane sih dana emang artinya memberi.
Kalo yang diberikan baik hasilnya baik.
kalo yang diberikan buruk hasilnya buruk.

Memberi yang baik kepada orang yang baik hasilnya sangat baik.
Memberi yang baik kepada orang yang tidak baik hasilnya tetap baik
Walau memang tidak sebaik memberi yang baik kepada yang baik.

Memberi yang buruk kepada orang yang buruk hasilnya tetap buruk.
Memberi yang buruk kepada orang yang baik hasilnya  sangat buruk.
Bahkan lebih buruk daripada memberi yang buruk kepada orang yang buruk.
Apa kriteria pemberian tersebut sehingga bisa disebut baik atau buruk?



Quote from: hendrako on 24 October 2011, 11:40:11 AM
Berdana pasti melepas.
Melepas belum tentu berdana.
Tapi orang yang melepas gampang untuk berdana.
Mengapa melepas belum tentu berdana?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 11:50:22 AM
Quote from: stephen chow on 24 October 2011, 11:47:47 AM
memang betul melepas belum tentu berdana.. tapi dalam kasus di atas menurut saya itu berdana karena mahadewa menyebutkan memberi kepada siapa saja yg mau mengambil barang miliknya.. apakah menurut bro kasus di atas bukan berdana?

Yup, menurut ane kasus tersebut termasuk berdana.
Emangnye ane ada protes kalo kasus tsb bukan berdana?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Sumedho on 24 October 2011, 11:50:54 AM
utk menyempilkan,

QuoteThe Anguttara Nikaya (A.iv,236) enumerates the following eight motives of Dana:

Asajja danam deti: one gives with annoyance, or as a way of offending the recipient, or with the idea of insulting him.[5]
Bhaya danam deti: fear also can motivate a person to make an offering.
Adasi me ti danam deti: one gives in return for a favor done to oneself in the past.
Dassati me ti danam deti one also may give with the hope of getting a similar favor for oneself in the future.
Sadhu danan ti danam deti: one gives because giving is considered good.
Aham pacami, ime ne pacanti, na arahami pacanto apacantanam adatun ti danam deti: "I cook, they do not cook. It is not proper for me who cooks not to give to those who do not cook." Some give urged by such altruistic motives.
Imam me danam dadato kalyano kittisaddo abbhuggacchati ti danam deti: some give alms to gain a good reputation.
Cittalankara-cittaparikkarattham danam deti: still others give alms to adorn and beautify the mind.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 11:51:58 AM
Quote from: Sumedho on 24 October 2011, 11:50:54 AM
utk menyempilkan,

The Anguttara Nikaya (A.iv,236) enumerates the following eight motives of Dana:
Quote
Asajja danam deti: one gives with annoyance, or as a way of offending the recipient, or with the idea of insulting him.[5]
Bhaya danam deti: fear also can motivate a person to make an offering.
Adasi me ti danam deti: one gives in return for a favor done to oneself in the past.
Dassati me ti danam deti one also may give with the hope of getting a similar favor for oneself in the future.
Sadhu danan ti danam deti: one gives because giving is considered good.
Aham pacami, ime ne pacanti, na arahami pacanto apacantanam adatun ti danam deti: "I cook, they do not cook. It is not proper for me who cooks not to give to those who do not cook." Some give urged by such altruistic motives.
Imam me danam dadato kalyano kittisaddo abbhuggacchati ti danam deti: some give alms to gain a good reputation.
Cittalankara-cittaparikkarattham danam deti: still others give alms to adorn and beautify the mind.


Kesimpulannya?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 11:55:07 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 11:50:18 AM
Apa kriteria pemberian tersebut sehingga bisa disebut baik atau buruk?

Contoh memberi yang buruk adalah memberi bogem.
Contoh memberi yang baik adalah memberi makan pada yang memerlukan.

Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 11:50:18 AM
Mengapa melepas belum tentu berdana?

Bedana harus dua arah
Jadi ada penerima.
Melepas tidak harus dua arah.
Jadi tidak harus ada penerima.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Sumedho on 24 October 2011, 11:55:43 AM
wah itu cuma kasih salah satu rujukan aja, bukan utk menyimpulkan :P

silahken disimpulken, ta' cari rujukan2 lain dulu
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 11:55:49 AM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 11:49:48 AM
Pencuri yang mendanakan hasil curiannya tetap berdana sekaligus di lain pihak mencuri. Dua kasus yang berbeda dalam satu rangkaian dengan hasil masing2.
Ekpedisi pengiriman barang bukan berdana atau memberi tapi sekedar nganterin. (perpanjangan tangan bukan panjang tangan)
Betul. Itu yang memang ingin saya jelaskan perbedaannya. Dalam kasus mencuri, hal yang bukan miliknya sudah dijadikan miliknya, dia berkuasa atas itu. Sedangkan kalau memberi yang bukan miliknya itu seperti jasa pengiriman barang. Barang itu memang ada pada si tukang pos, namun ia terbatas pada syarat dan tidak berkuasa pada barang tersebut (misalnya barang harus sampai pada tanggalnya, tidak boleh dibuka, dll).

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 24 October 2011, 11:56:37 AM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 11:50:22 AM
Yup, menurut ane kasus tersebut termasuk berdana.
Emangnye ane ada protes kalo kasus tsb bukan berdana?
gk protes sih.. cuma tanya abang kasus tersebut dana ato bukan..  :D
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Sumedho on 24 October 2011, 11:58:19 AM
melepas yg dimaksud itu nekkhamma bukan?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 11:58:40 AM
Quote from: Sumedho on 24 October 2011, 11:55:43 AM
wah itu cuma kasih salah satu rujukan aja, bukan utk menyimpulkan :P

silahken disimpulken, ta' cari rujukan2 lain dulu

Ane yang minta disimpulken kok malah disuruh nyimpulin.  :hammer:
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 12:00:13 PM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 11:55:07 AM
Contoh memberi yang buruk adalah memberi bogem.
Contoh memberi yang baik adalah memberi makan pada yang memerlukan.
Kriterianya, bang, bukan contohnya.
Misalnya seseorang termakan racun lalu kita berikan bogem di perut supaya muntah, apakah itu 'pemberian buruk'?



QuoteBedana harus dua arah
Jadi ada penerima.
Melepas tidak harus dua arah.
Jadi tidak harus ada penerima.
Setuju, melepas adalah perbuatan internal, yaitu merelakan miliknya menjadi bukan miliknya lagi. Hal ini tidak bergantung pada adanya penerima seperti dalam hal dana.

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 12:00:57 PM
Kesimpulannya nanti aja, kita bahas dikit2 dulu.

[at]  Suhu

Kalo dari sutta itu, kriteria apa aja jadinya yang didapat?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 12:01:32 PM
Quote from: stephen chow on 24 October 2011, 11:56:37 AM
gk protes sih.. cuma tanya abang kasus tersebut dana ato bukan..  :D

Iye, nurut abang itu emang berdane. :))
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 12:08:26 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 12:00:13 PM
Kriterianya, bang, bukan contohnya.
Misalnya seseorang termakan racun lalu kita berikan bogem di perut supaya muntah, apakah itu 'pemberian buruk'?


Setuju, melepas adalah perbuatan internal, yaitu merelakan miliknya menjadi bukan miliknya lagi. Hal ini tidak bergantung pada adanya penerima seperti dalam hal dana.



Kriteria silaken disimpulken dari contoh yang diberiken.

Dari contoh keracunan diatas efeknya tetap ganda
Sakit karena bogem tetap buruk dan
Selamat dari keracunan adalah yang baik (terutama karena bogemnya emang diniatin untuk menyembuhkan).
Kurang lebih sama dengan kasus pencuri berdana, rangkaian perbuatan yang berbeda dengan hasil masing2 yang berbeda.

Pada kasus lain apabila seseorang keracunan dan ada musuhnya yang langsung memberi bogem, trus dia muntah dan racun hilang.
Sang musuh hanya memberi yang buruk. Sementara kesembuhan orang yang keracunan semata-mata vipaka baik dimana vipaka buruk yaitu di bogem adalah faktor penunjang vipaka baik. Sang pembogem tidak ada niat baik, jadi tidak ada hasil baik bagi beliau. Apalagi, pas muntah orang tersebut tetap dibogem abis2an... :))
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dhammadinna on 24 October 2011, 12:11:26 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 11:26:52 AM
Yang dimaksud "bermanfaat bagi penerima" di sini adalah dalam hal yang memang diinginkan/dibutuhkan oleh si penerima. Hal ini belum tentu adalah barang/hal yang berguna bagi kemajuan bathin seseorang. Misalnya memberi miras, senapan, atau pornografi ke orang lain. Hal tersebut tidak bermanfaat bagi perkembangan bathin, namun karena memang 'disetujui' oleh si penerima dana, maka dana terjadi.
Dalam penjelasan dana dari Ledi Sayadaw (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=15307.msg247392#msg247392), maka ini termasuk adhamma-dana, dan nilainya lebih kecil.

saya copas sekalian keterangan adhamma-dana.

Adhamma Dana; Pemberian berupa minuman keras, senjata, mesiu, alat atau gambar (porno) yang dapat menimbulkan kekotoran batin, dan sebagainya, barang-barang yang berbahaya, yang mungkin menjadikan seseorang melanggar Panati atau Surameraya Sila. Pemberian dana semacam ini akan menghasilkan perbuatan yang tidak baik [akusala kamma]. Tetapi bila seseorang memberikan racun yang diberikan untuk tujuan menyembuhkan penyakit ataupun senjata dan mesiu tidak berbahaya untuk keperluan vihara, maka hal ini adalah perbuatan baik [kusala kamma].
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dhammadinna on 24 October 2011, 12:11:53 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 11:44:49 AM
Kalau memberikan yang bukan milik sendiri disebut berdana, maka pendana terbesar di dunia ini adalah sejenis UPS/DHL/FedEx dan sejenisnya donk? (Di Indonesia: TIKI/JNE dan sejenisnya.) ;D

Saya kira maksud Kainyn sebelumnya itu seperti koruptor/pencuri, yang mendanakan sebagaian hasil curiannya. Tapi setelah dipikir-pikir, memang hasil curian yang telah berhasil dicuri, berarti adalah milik si pencuri itu.

QuoteYa, menurut saya juga itu tetap berdana selama memang dananya diterima (sesuai dengan penerima dana). Keinginannya tersebut tetap akan terwujud, namun hasilnya dikatakan 'kurang' bermanfaat karena tidak membawa pada lenyapnya penderitaan. (Setelah hasil kamma-nya habis, maka dia kembali 'jatuh' dari alam surga, atau kembali miskin (kalau ada kamma buruk berbuah), juga gengsinya jatuh.)

Setuju.

Quote
Kisah di sini maksudnya contoh di Tipitaka atau analogi sendiri?

Maksud saya, kisah Sumedha. Tapi uda ketemu.

Quote from: Sumedho on 24 October 2011, 11:58:19 AM
melepas yg dimaksud itu nekkhamma bukan?

Nekkhama =  melepaskan keduniawian ya? wah, bingung juga saya ???

Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 12:00:13 PM
[...]
Setuju, melepas adalah perbuatan internal, yaitu merelakan miliknya menjadi bukan miliknya lagi. Hal ini tidak bergantung pada adanya penerima seperti dalam hal dana.

Jadi, apakah sumedha dalam hal ini "melepas"? karena tidak memikirkan tentang penerima? intinya, dia memberi karena tidak ada keinginan untuk memiliki lagi?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 12:12:29 PM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 12:08:26 PM
Kriteria silaken disimpulken dari contoh yang diberiken.

Dari contoh keracunan diatas efeknya tetap ganda
Sakit karena bogem tetap buruk dan
Selamat dari keracunan adalah yang baik (terutama karena bogemnya emang diniatin untuk menyembuhkan).
Kurang lebih sama dengan kasus pencuri berdana, rangkaian perbuatan yang berbeda dengan hasil masing2 yang berbeda.

Pada kasus lain apabila seseorang keracunan dan ada musuhnya yang langsung memberi bogem, trus dia muntah dan racun hilang.
Sang musuh hanya memberi yang buruk. Sementara kesembuhan orang yang keracunan semata-mata vipaka baik dimana vipaka buruk yaitu di bogem adalah faktor penunjang vipaka baik. Sang pembogem tidak ada niat baik, jadi tidak ada hasil baik bagi beliau. Apalagi, pas muntah orang tersebut tetap dibogem abis2an... :))
Jadi, buruk itu ditinjau dari niat atau hasil?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 24 October 2011, 12:12:45 PM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 12:08:26 PM
Kriteria silaken disimpulken dari contoh yang diberiken.

Dari contoh keracunan diatas efeknya tetap ganda
Sakit karena bogem tetap buruk dan
Selamat dari keracunan adalah yang baik (terutama karena bogemnya emang diniatin untuk menyembuhkan).
Kurang lebih sama dengan kasus pencuri berdana, rangkaian perbuatan yang berbeda dengan hasil masing2 yang berbeda.

Pada kasus lain apabila seseorang keracunan dan ada musuhnya yang langsung memberi bogem, trus dia muntah dan racun hilang.
Sang musuh hanya memberi yang buruk. Sementara kesembuhan orang yang keracunan semata-mata vipaka baik dimana vipaka buruk yaitu di bogem adalah faktor penunjang vipaka baik. Sang pembogem tidak ada niat baik, jadi tidak ada hasil baik bagi beliau.
maksudnya?
apakah memberi bogem kepada orang yg keracunan untuk menolong supya yg keracunan sembuh termasuk karma buruk yg memberi bogem?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 12:13:18 PM
Quote from: Sumedho on 24 October 2011, 11:58:19 AM
melepas yg dimaksud itu nekkhamma bukan?

Yup.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dhammadinna on 24 October 2011, 12:15:59 PM
waww... cepet amat pertambahan postingannya.. saya tunggu sampe reda dulu-lah ;D
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 12:17:25 PM
Quote from: stephen chow on 24 October 2011, 12:12:45 PM
maksudnya?
apakah memberi bogem kepada orang yg keracunan untuk menolong supya yg keracunan sembuh termasuk karma buruk yg memberi bogem?

Yup, dan juga karma baik karena niat menyembuhkan, efek ganda.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 12:17:34 PM
Quote from: dhammadinna on 24 October 2011, 12:11:53 PM
Saya kira maksud Kainyn sebelumnya itu seperti koruptor/pencuri, yang mendanakan sebagaian hasil curiannya. Tapi setelah dipikir-pikir, memang hasil curian yang telah berhasil dicuri, berarti adalah milik si pencuri itu.
Saya memang sengaja pasang perangkapnya, ampun, sis! ^:)^ 
Hal ini karena orang sering menganggap barang yang dicuri dari A, selamanya milik si A, padahal tentu saja sudah jadi milik si pencuri, dalam kekuasaannya si pencuri.



QuoteNekkhama =  melepaskan keduniawian ya? wah, bingung juga saya ???

Jadi, apakah sumedha dalam hal ini "melepas"? karena tidak memikirkan tentang penerima? intinya, dia memberi karena tidak ada keinginan untuk memiliki lagi?
Kalau menurut saya, kita bisa melepas sesuatu tanpa men-tekadkannya diberikan pada pihak lain. Jika kita tekadkan pada pihak lain dan ada pihak lain tersebut yang menerimanya, maka baru terjadi dana.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 12:18:23 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 12:12:29 PM
Jadi, buruk itu ditinjau dari niat atau hasil?

Niat.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 24 October 2011, 12:18:35 PM
Quote from: dhammadinna on 24 October 2011, 12:11:53 PM

Jadi, apakah sumedha dalam hal ini "melepas"? karena tidak memikirkan tentang penerima? intinya, dia memberi karena tidak ada keinginan untuk memiliki lagi?
menurut saya..  :jempol:
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 24 October 2011, 12:20:10 PM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 12:17:25 PM
Yup, dan juga karma baik karena niat menyembuhkan, efek ganda.
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 12:18:23 PM
Niat.
kok beda ya? mana yg benar bang.. :-?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 12:20:46 PM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 12:18:23 PM
Niat.
Jika niat baik, hasilnya buruk, maka apakah itu dana yang baik atau dana yang buruk?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 12:22:16 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 12:20:46 PM
Jika niat baik, hasilnya buruk, maka apakah itu dana yang baik atau dana yang buruk?

Tetap dana yang baik.
Tapi tetap lebih baik dana yang baik dengan hasil yang baik.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 24 October 2011, 12:22:49 PM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 12:17:25 PM
Yup, dan juga karma baik karena niat menyembuhkan, efek ganda.
apakah seorang dokter gigi cabut gigi orang, dan orang yg di cabut giginya teriak kesakitan..
apakah dokter melakukan karma buruk karena memberi kesakitan dan melakukan karma baik mencabut gigi orang supaya ke depannya gk sakit gigi lagi?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 12:23:17 PM
Quote from: dhammadinna on 24 October 2011, 12:15:59 PM
waww... cepet amat pertambahan postingannya.. saya tunggu sampe reda dulu-lah ;D
Karena memang formatnya analisa kasus, jadi banyak tanya jawab. Otomatis posting biasa tidak panjang, tapi frekuensinya banyak. Sebetulnya seperti ini cocok sekali kalau didiskusikan secara temu muka langsung.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 12:23:22 PM
Quote from: stephen chow on 24 October 2011, 12:20:10 PM
kok beda ya? mana yg benar bang.. :-?

Pemberi bogem tentu tahu kalo bogem itu menyakitkan, jadi pada saat membogem emang ada pikiran bogem ini akan menyakitkan sekaligus untuk menyembuhkan.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 12:24:26 PM
Quote from: stephen chow on 24 October 2011, 12:22:49 PM
apakah seorang dokter gigi cabut gigi orang, dan orang yg di cabut giginya teriak kesakitan..
apakah dokter melakukan karma buruk karena memberi kesakitan dan melakukan karma baik mencabut gigi orang supaya ke depannya gk sakit gigi lagi?

Yup, tetap efek ganda.
Tapi jelas jauh lebih baik daripada mencabut gigi orang yang masih sehat sekedar bersenang-senang untuk membuat orang itu terlihat ompong.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dhammadinna on 24 October 2011, 12:27:03 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 12:23:17 PM
Karena memang formatnya analisa kasus, jadi banyak tanya jawab. Otomatis posting biasa tidak panjang, tapi frekuensinya banyak. Sebetulnya seperti ini cocok sekali kalau didiskusikan secara temu muka langsung.

iya betul. Kalau di forum, kayak angin ribut. Nanti kalau sudah agak reda, baru saya baca lagi pelan-pelan.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 12:27:31 PM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 12:24:26 PM
Quote from: stephen chow on 24 October 2011, 12:22:49 PM
apakah seorang dokter gigi cabut gigi orang, dan orang yg di cabut giginya teriak kesakitan..
apakah dokter melakukan karma buruk karena memberi kesakitan dan melakukan karma baik mencabut gigi orang supaya ke depannya gk sakit gigi lagi?
Yup, tetap efek ganda.
Ketika seorang guru, demi kasihnya pada muridnya, melarang, mencegah seorang murid memenuhi kesenangan indriahnya walaupun sedang ingin, sehingga si murid menderita karena larangan tersebut, apakah bisa disebut guru tersebut menanam karma buruk karena membuat si murid menderita?

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 24 October 2011, 12:29:30 PM
Quote from: dhammadinna on 24 October 2011, 12:27:03 PM
iya betul. Kalau di forum, kayak angin ribut. Nanti kalau sudah agak reda, baru saya baca lagi pelan-pelan.
makanya datang diskusi di RG.. jgn nyuci baju mulu..  :hammer:

:outoftopic:
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 12:32:10 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 12:27:31 PM
Yup, tetap efek ganda.

Ketika seorang guru, demi kasihnya pada muridnya, melarang, mencegah seorang murid memenuhi kesenangan indriahnya walaupun sedang ingin sehingga si murid menderita karena larangan tersebut, apakah bisa disebut guru tersebut menanam karma buruk karena membuat si murid menderita?



Larangan untuk berbuat tidak baik adalah dana baik.

Yang membuat murid menderita adalah murid itu sendiri, bukan larangan sang guru. Sang muridkan bisa aja tidak menuruti larangan guru dengan bersenang-senang, atau murid dengan bijaksana mengerti bahwa ini adalah nasehat bukan siksaan, so...larangan guru bukan penyebab penderitaan murid. Tapi keterikatan murid dengan kesenangan.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 12:33:16 PM
Quote from: stephen chow on 24 October 2011, 12:29:30 PM
makanya datang diskusi di RG.. jgn nyuci baju mulu..  :hammer:

:outoftopic:

Buka jasa laundry yah?
Off dulu ntar baru lanjut......
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 24 October 2011, 12:38:04 PM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 12:24:26 PM
Yup, tetap efek ganda.
Tapi jelas jauh lebih baik daripada mencabut gigi orang yang masih sehat sekedar bersenang-senang untuk membuat orang itu terlihat ompong.
sory bang menurut saya ini salah..  ^:)^
menolong orang walaupun yg di tolong merasa sakit dan sembuh dan deal atas rasa sakitnya demi yg baik di dapat..
si penolong tidak melakukan karma buruk menurut saya..
itu konsekuensi korban soal sakitnya jadi gk ada karma buruk yg menolong..

sungguh mengerikan propesi dokter, demi menolong orang tapi melakukan karma buruk..

sungguh mengerikan jika ada orang yg kakinya luka bakar parah, dan saya menabuh obat supaya kakinya sembuh tapi dia teriak kesakitan parah karena perih kena obatnya.. dan akhirnya saya melakukan karma buruk..  :o
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 24 October 2011, 12:43:17 PM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 12:33:16 PM
Buka jasa laundry yah?
Off dulu ntar baru lanjut......
bilang aja mau makan..  :hammer:
jadi teringat rooney kalo soal makan..  8->
:outoftopic:
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 12:46:15 PM
Quote from: stephen chow on 24 October 2011, 12:38:04 PM
sory bang menurut saya ini salah..  ^:)^
menolong orang walaupun yg di tolong merasa sakit dan sembuh dan deal atas rasa sakitnya demi yg baik di dapat..
si penolong tidak melakukan karma buruk menurut saya..
itu konsekuensi korban soal sakitnya jadi gk ada karma buruk yg menolong..

sungguh mengerikan propesi dokter, demi menolong orang tapi melakukan karma buruk..

sungguh mengerikan jika ada orang yg kakinya luka bakar parah, dan saya menabuh obat supaya supaya kakinya sembuh tapi dia teriak kesakitan parah karena perih kena obatnya.. dan akhirnya saya melakukan karma buruk..  :o


Itung untung rugi bang, sakit dikit dengan kesembuhan tetap jauh efek dari hasil dari kesembuhan. Ibarat perumpamaan air dan garam, kesembuhan adalah ibarat air sebaskom sementara rasa sakit cuman setitik garam.
Contoh lain adalah mendisiplinkan anak dengan memukul, walau niatnya agar anaknya disiplin, tetap aja tuh pukulan ada efek buruknya.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: hendrako on 24 October 2011, 12:47:57 PM
 
Quote from: stephen chow on 24 October 2011, 12:43:17 PM
bilang aja mau makan..  :hammer:
jadi teringat rooney kalo soal makan..  8->
:outoftopic:

Wah udah  bisa baca pikiran nih...
Sekalian mau keluar juga.... ;D silaken diskusi dilanjutken...
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 24 October 2011, 01:14:20 PM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 12:46:15 PM
Itung untung rugi bang, sakit dikit dengan kesembuhan tetap jauh efek dari hasil dari kesembuhan. Ibarat perumpamaan air dan garam, kesembuhan adalah ibarat air sebaskom sementara rasa sakit cuman setitik garam.
Contoh lain adalah mendisiplinkan anak dengan memukul, walau niatnya agar anaknya disiplin, tetap aja tuh pukulan ada efek buruknya.
maaf kalo memukul dengan kasus ini menurut saya pandangan salah.. ini jelas salah dan karma buruk..
apakah cara dengan memukul adalah cara yg tepat/benar dalam mendisiplinkan anak..
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 24 October 2011, 01:15:55 PM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 12:47:57 PM

Wah udah  bisa baca pikiran nih...
Sekalian mau keluar juga.... ;D silaken diskusi dilanjutken...
baru tahu ya SC bisa baca pikiran..  :o
berguru lah bang..  :hammer:
pertama gratis tapi selanjutnya..  :D
:outoftopic:
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: johan3000 on 24 October 2011, 01:17:30 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 12:00:13 PM
Kriterianya, bang, bukan contohnya.
Misalnya seseorang termakan racun lalu kita berikan bogem di perut supaya muntah, apakah itu 'pemberian buruk'?

Setuju, melepas adalah perbuatan internal, yaitu merelakan miliknya menjadi bukan miliknya lagi. Hal ini tidak bergantung pada adanya penerima seperti dalam hal dana.

pemberian yg baik atas dasar niat yg baik, pengetahuan yg benar, kebijaksanaan yg memadai dan
  dgn probabiliti besar akan menghasilkan output yg baik.


QuoteContohnya seseorang dipalak, lalu dia berpikir daripada harus berantem, lebih baik memberikan saja uangnya sejumlah tertentu.
Kalau dijambret, seseorang tidak bisa memutuskan memberi atau tidak, karena langsung dijambret. Keputusannya adalah 'melawan atau tidak melawan'.
bisa memberikan training, pertolongan, tips, dll utk menghadapin palak maupun jambret!
bisa menciptakan alat utk menghadapin palak maupun jambret! dst  ;D
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 01:37:05 PM
Quote from: hendrako on 24 October 2011, 12:32:10 PM
Larangan untuk berbuat tidak baik adalah dana baik.

Yang membuat murid menderita adalah murid itu sendiri, bukan larangan sang guru. Sang muridkan bisa aja tidak menuruti larangan guru dengan bersenang-senang, atau murid dengan bijaksana mengerti bahwa ini adalah nasehat bukan siksaan, so...larangan guru bukan penyebab penderitaan murid. Tapi keterikatan murid dengan kesenangan.
OK, tidak kena. Saya ganti kasusnya.

Seandainya kita ada dendam kesumat sama seseorang, kebetulan dia punya tekanan darah tinggi parah, tapi doyan makan kambing. Lalu kita dengan sengaja, dilandasi kebencian, memberikan dia sop kambing dengan niat "biar cepet mati." Kita juga tahu bahwa dengan makan sop kambing itu, orang itu merasa senang.

Di sini niat buruk tapi menghasilkan perasaan menyenangkan. Apakah bisa dibilang ini efek ganda dan ada perbuatan baik di sini?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 01:43:03 PM
Quote from: johan3000 on 24 October 2011, 01:17:30 PM
pemberian yg baik atas dasar niat yg baik, pengetahuan yg benar, kebijaksanaan yg memadai dan
  dgn probabiliti besar akan menghasilkan output yg baik.
Niat yang baik itu apa kriterianya? Apakah niat agar penerima cepat berpindah alam, atau gimana?
Pengetahuan yang benar juga apa kriterianya? Apakah yang penting menimbulkan perasaan senang?
Bagaimanakah output yang baik? Dikatakan setelah menerima makanan (terakhir) dari Cunda, Buddha Gotama sakit perut luar biasa. Apakah ini karena dananya buruk?


Quotebisa memberikan training, pertolongan, tips, dll utk menghadapin palak maupun jambret!
bisa menciptakan alat utk menghadapin palak maupun jambret! dst  ;D
Tidak bisa. Secara umum: waspada, jangan berpenampilan menyolok (=toko emas berjalan), bawa uang secukupnya (jangan jadi ATM berjalan).
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dhammadinna on 24 October 2011, 01:43:55 PM
selagi menunggu Hendrako dan SC makan, saya posting dulu.

Quote from: Sumedho on 24 October 2011, 11:50:54 AM
The Anguttara Nikaya (A.iv,236) enumerates the following eight motives of Dana:

Asajja danam deti: one gives with annoyance, or as a way of offending the recipient, or with the idea of insulting him.[5]
Bhaya danam deti: fear also can motivate a person to make an offering.
Adasi me ti danam deti: one gives in return for a favor done to oneself in the past.
Dassati me ti danam deti: one also may give with the hope of getting a similar favor for oneself in the future.
Sadhu danan ti danam deti: one gives because giving is considered good.
Aham pacami, ime ne pacanti, na arahami pacanto apacantanam adatun ti danam deti: "I cook, they do not cook. It is not proper for me who cooks not to give to those who do not cook." Some give urged by such altruistic motives.
Imam me danam dadato kalyano kittisaddo abbhuggacchati ti danam deti: some give alms to gain a good reputation.
Cittalankara-cittaparikkarattham danam deti: still others give alms to adorn and beautify the mind.

yang ungu, mirip yang ini:

Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 09:47:28 AM
Jika pemberiannya adalah untuk manfaat si penerima, maka pemberian itu dikatakan berdana. Jadi kalau saya misalnya saya beri kopi ke seseorang dengan harapan: "semoga sakit maag-mu kambuh", maka tidak bisa dibilang sedang berdana, walaupun di situ ada 'pemberian'.

Apakah pengertian dana di sutta, sama dengan yang kita bahas sekarang. Atau dana=pemberian. Maksudnya, semua jenis pemberian = dana ?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dhammadinna on 24 October 2011, 01:45:06 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 12:17:34 PM
Saya memang sengaja pasang perangkapnya, ampun, sis! ^:)^ 
Hal ini karena orang sering menganggap barang yang dicuri dari A, selamanya milik si A, padahal tentu saja sudah jadi milik si pencuri, dalam kekuasaannya si pencuri.

Ya, dimaafkan. Tidak perlu sujud lagi, silakan berdiri.

Quote
Kalau menurut saya, kita bisa melepas sesuatu tanpa men-tekadkannya diberikan pada pihak lain. Jika kita tekadkan pada pihak lain dan ada pihak lain tersebut yang menerimanya, maka baru terjadi dana.

jadi sumedha, melepas ya?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dhammadinna on 24 October 2011, 02:00:13 PM
Quote from: stephen chow on 24 October 2011, 12:29:30 PM
makanya datang diskusi di RG.. jgn nyuci baju mulu..  :hammer:

:outoftopic:

hehe.. inget aje..
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: johan3000 on 24 October 2011, 02:40:01 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 24 October 2011, 01:43:03 PM
Niat yang baik itu apa kriterianya? Apakah niat agar penerima cepat berpindah alam, atau gimana?
Pengetahuan yang benar juga apa kriterianya? Apakah yang penting menimbulkan perasaan senang?
Bagaimanakah output yang baik? Dikatakan setelah menerima makanan (terakhir) dari Cunda, Buddha Gotama sakit perut luar biasa. Apakah ini karena dananya buruk?

Tidak bisa. Secara umum: waspada, jangan berpenampilan menyolok (=toko emas berjalan), bawa uang secukupnya (jangan jadi ATM berjalan).
Niat baik adalah niat yg memperbaikin GIZI nya penerima sehingga lebih mendekatin PENCERAHAN,
bisa juga dlm hal mempercepat berpindah alam (spt atas bantuan Cunda)
Pengetahuan benar adalah mengerti tentang carakerja ajaran Buddhist, dan penimbulan perasaan senang atau tidak hanya produk sampingan aja.
Output yg baik adalah membantu pengumpulan POINT utk mencapai Pencerahan (karma baiknya bertambah)
Menurut Buddha Gautama, Cunda telah berdana yg kebaikannya tidak kalah dari dana semangkok nasi dan susu (pencerahan Buddha).

sementara begitu dulu bro... soalnya kepala gw udah cenat-cenut... ;D ;D ;D
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 03:04:00 PM
Quote from: dhammadinna on 24 October 2011, 01:43:55 PM
selagi menunggu Hendrako dan SC makan, saya posting dulu.
QuoteThe Anguttara Nikaya (A.iv,236) enumerates the following eight motives of Dana:

Asajja danam deti: one gives with annoyance, or as a way of offending the recipient, or with the idea of insulting him.[5]

yang ungu, mirip yang ini:
QuoteJika pemberiannya adalah untuk manfaat si penerima, maka pemberian itu dikatakan berdana. Jadi kalau saya misalnya saya beri kopi ke seseorang dengan harapan: "semoga sakit maag-mu kambuh", maka tidak bisa dibilang sedang berdana, walaupun di situ ada 'pemberian'.

Apakah pengertian dana di sutta, sama dengan yang kita bahas sekarang. Atau dana=pemberian. Maksudnya, semua jenis pemberian = dana ?
Yang diposting suhu beda nomornya, mungkin berdasarkan buku ke berapa. Di Tipitaka saya, ada di Anguttara Nikaya, 8. Atthakanipata, Pathamapannasaka, Danavaggo, 1. Pathamadanasutta.

Saya memahami artinya berbeda:
Āsajja dānaṃ deti: dana diberikan karena kerelaan
bhayā dānaṃ deti: dana diberikan karena rasa takut
'adāsi me'ti dānaṃ deti: dana diberikan karena berpikir, 'aku telah diberi'
'dassati me'ti dānaṃ deti: dana diberikan karean berpikir, 'aku (akan) diingat'
'sāhu dāna'nti dānaṃ deti: dana diberikan karena berpikir, 'dana adalah baik'
'ahaṃ pacāmi, ime na pacanti; nārahāmi pacanto apacantānaṃ dānaṃ adātu'nti dānaṃ deti: dana diberikan karena berpikir, 'saya memasak, dia tidak memasak; adalah tidak sesuai bagi yang memasak jika tidak memberikan pada yang tidak memasak'
'imaṃ me dānaṃ dadato kalyāṇo kittisaddo abbhuggacchatī'ti dānaṃ deti: dana diberikan karena berpikir, 'dengan dana ini, maka nama baik dan popularitasku akan meningkat'
cittālaṅkāracittaparikkhāratthaṃ dānaṃ deti: dana diberikan demi kebaikan pikiran dan keindahan pikiran.

Khususnya Asajja di sini, berbeda jauh. Kalau menghina atau melecehkan, yang saya temukan, istilahnya "Abhisajjati." Kalau dipaksa 'a + sajja' justru bisa jadi artinya adalah 'tanpa menghina, tanpa melecehkan, dst."
Tapi sepertinya tidak juga, karena itu bukan motif, tapi cara memberikan yang baik, yaitu pemberian dana dengan hormat (sakkaccaṃ dānaṃ deti).
Jadi saya menyimpulkan yang pertama itu adalah motif karena 'a' = tidak + 'sajjati' = melekat; atau 'a' = tidak + 'sajjati' = dipersiapkan, alias spontan. Hal ini karena sukar diterima kalau Buddha menyatakan 'pikiran untuk menzolimi' orang lain adalah motif dari berdana.

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 03:07:02 PM
Koreksi, setelah lihat lagi, "Āsajja", bukan "Asajja", jadi saya masih belum bisa menyimpulkan.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 24 October 2011, 03:16:27 PM
Quote from: dhammadinna on 24 October 2011, 02:00:13 PM
hehe.. inget aje..
saya ud capai arahat jadi ingat kejadian lampau..  :hammer:
ato ingat karena cewe ya..  :-[
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 24 October 2011, 03:42:44 PM
Quote from: dhammadinna on 24 October 2011, 01:45:06 PM
Ya, dimaafkan. Tidak perlu sujud lagi, silakan berdiri.
;D

Quotejadi sumedha, melepas ya?
Sepertinya selain melepas, juga sekaligus berdana karena ditekadkan untuk diberikan ke orang lain, dan ada penerimanya.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 25 October 2011, 03:26:15 PM
Lanjut lagi karena ada titik terang...
Menurut penjelasan dari Samanera Santacitto, "Āsajja" ini secara literal adalah "setelah duduk", maksudnya adalah kalau ada seorang yang dianggap penerima dana, seseorang langsung memberikan dana secara spontan. Jadi bukan dalam artian "melecehkan atau menghina".

Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: dhammadinna on 25 October 2011, 04:13:39 PM
^ ^ ^
Source: Pali-English Dictionary, TW Rhys Davids, William Stede, Description:

Āsajja (indecl.) [ger. of āsādeti, Caus. of āsīdati, ā + sad; Sk. āsādya] --

1. sitting on, going to, approaching; allocated, belonging to; sometimes merely as prep. acc. "near" (cp. āsanna) Sn 418 (āsajja naŋ upāvisi he came up near to him), 448 (kāko va selaŋ ā. nibbijjāpema Gotamaŋ); J ii.95; vi.194; Miln 271. --

2. put on to (lit. sitting or sticking on), hitting, striking S i.127 (khaṇuŋ va urasā ā. nibbijjapetha Gotamā "ye've thrust as 't were your breast against a stake. Disgusted, come ye hence from Gotama" trsl. p. 159; C. expls. by paharitvā, which comes near the usual paraphrase ghaṭṭetvā) <->

3. knocking against or "giving one a setting -- to", insulting, offending, assailing D i.107 (ā. ā. avocāsi = ghaṭṭetvā DA i.276); A iii.373 (tādisaŋ bhikkhuŋ ā.); J v.267 (isiŋ ā. Gotamaŋ; C. p. 272 āsādetvā); Pv iv.710 (isiŋ ā. = āsādetvã PvA 266). --  

4. "sitting on", i. e. attending constantly to, persevering, energetically, with energy or emphasis, willingly, spontaneously M i.250; D iii.258 = A iv.236 (dānaŋ deti); Vv 106 (dānaŋ adāsiŋ; cp. VvA 55 samāgantvā). See āsada, āsādeti, āsīdeti, āsajjana.

Sumber (http://sumber:%20http://glossary.buddhistdoor.com/en/word/75841/asajja)
______________

Ternyata Āsajja banyak artinya. Kalau googling tentang sutta ini, hampir semua terjemahan pake yang warna hijau. Tapi saya juga lebih cocok yang ungu..
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: Sumedho on 25 October 2011, 04:18:29 PM
Terjemahan Walshe sih, Asajja itu pada ada kesempatan

http://dhammacitta.org/dcpedia/Dana#Motivasi_melakukan_Dana (http://dhammacitta.org/dcpedia/Dana#Motivasi_melakukan_Dana)
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 25 October 2011, 04:35:46 PM
Quote from: dhammadinna on 25 October 2011, 04:13:39 PM
^ ^ ^
Source: Pali-English Dictionary, TW Rhys Davids, William Stede, Description:

Āsajja (indecl.) [ger. of āsādeti, Caus. of āsīdati, ā + sad; Sk. āsādya] --

1. sitting on, going to, approaching; allocated, belonging to; sometimes merely as prep. acc. "near" (cp. āsanna) Sn 418 (āsajja naŋ upāvisi he came up near to him), 448 (kāko va selaŋ ā. nibbijjāpema Gotamaŋ); J ii.95; vi.194; Miln 271. --

2. put on to (lit. sitting or sticking on), hitting, striking S i.127 (khaṇuŋ va urasā ā. nibbijjapetha Gotamā "ye've thrust as 't were your breast against a stake. Disgusted, come ye hence from Gotama" trsl. p. 159; C. expls. by paharitvā, which comes near the usual paraphrase ghaṭṭetvā) <->

3. knocking against or "giving one a setting -- to", insulting, offending, assailing D i.107 (ā. ā. avocāsi = ghaṭṭetvā DA i.276); A iii.373 (tādisaŋ bhikkhuŋ ā.); J v.267 (isiŋ ā. Gotamaŋ; C. p. 272 āsādetvā); Pv iv.710 (isiŋ ā. = āsādetvã PvA 266). --  

4. "sitting on", i. e. attending constantly to, persevering, energetically, with energy or emphasis, willingly, spontaneously M i.250; D iii.258 = A iv.236 (dānaŋ deti); Vv 106 (dānaŋ adāsiŋ; cp. VvA 55 samāgantvā). See āsada, āsādeti, āsīdeti, āsajjana.

Sumber (http://sumber:%20http://glossary.buddhistdoor.com/en/word/75841/asajja)
______________

Ternyata Āsajja banyak artinya. Kalau googling tentang sutta ini, hampir semua terjemahan pake yang warna hijau. Tapi saya juga lebih cocok yang ungu..
Ya, memang agak membingungkan. Barusan lihat2 lagi, di salah satu terjemahan berarti 'secara teratur', dan terjemahan lain (yang saya ambil dari SP), menuliskan 'secara spontan'. Keduanya saya pikir masih sesuai juga. Pada masa itu memang ada orang-orang tertentu yang menyiapkan tempat-tempat bagi petapa yang datang ke sana. Jadi ketika petapa datang dan duduk di tempat yang disiapkan, maka dana diberikan. Sepertinya dana model begini yang dimaksud dengan "Āsajja dānaṃ deti".



Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 25 October 2011, 04:37:18 PM
Quote from: Sumedho on 25 October 2011, 04:18:29 PM
Terjemahan Walshe sih, Asajja itu pada ada kesempatan

http://dhammacitta.org/dcpedia/Dana#Motivasi_melakukan_Dana (http://dhammacitta.org/dcpedia/Dana#Motivasi_melakukan_Dana)
Kalau konteks seperti yang saya bahas di atas, sepertinya bisa juga. Dana ini memang dipersiapkan, tapi tidak ditujukan kepada penerima tertentu. Begitu ada petapa yang datang menerima dana, maka pada kesempatan itulah dana diberikan.
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: M14ka on 28 October 2011, 02:38:10 PM
QuoteKualitas penerima dana dari kita sangat menentukan besarnya pahala yang dihasilkan.

Gmn cara kita tau penerima dana itu orang baik, orang suci, orang jahat, dll? Bagaimana seandainya itu orang jahat tpi kita kira orang baik?
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 28 October 2011, 03:14:42 PM
Quote from: M14ka on 28 October 2011, 02:38:10 PM
Gmn cara kita tau penerima dana itu orang baik, orang suci, orang jahat, dll? Bagaimana seandainya itu orang jahat tpi kita kira orang baik?
Kalau memang mau berdana, kita tidak usah terlalu memperhitungkan si penerima, walaupun tentu saja harus bijaksana. Menurut Buddha, dana itu bisa 'dimurnikan' dari sisi pemberi atau penerima atau keduanya. Jadi seandainya penerimanya orang super-bejad saja, jika pemberiannya memang diberikan berdasarkan pandangan benar (yang berarti dimurnikan dari sisi pemberi), akan sangat bermanfaat; apalagi kalau si penerima adalah orang baik atau bahkan mulia. (Dalam Dakkhinavibhanga sutta, dikatakan pemberian ke hewan saja, bisa diharapkan berbuah sampai 100x lipat; ke orang jahat, bisa sampai 1000x lipat.)
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: stephen chow on 28 October 2011, 03:23:24 PM
Quote from: M14ka on 28 October 2011, 02:38:10 PM
Gmn cara kita tau penerima dana itu orang baik, orang suci, orang jahat, dll? Bagaimana seandainya itu orang jahat tpi kita kira orang baik?
bang KK ud jawab dengan benar menurut saya.. mau tmbahin, harus BIJAKSANA ini kuncinya menurut saya juga..

apakah gk boleh dana dhamma kepada orang jahat..  ;)
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: ChandraOyuget on 16 April 2012, 08:37:16 PM
kondisi batin seseorang ketika dipalak  :'( .... tentunya berbeda2....
dari apakah ada duit atau tidak ketika dipalak....
dari keberanian seseorang ketika dipalak, apakah tenang, apakah marah, atau terganggu kondisi takut

ada yang ngasih tanpa rasa takut.... ga banyak mikir....
ada yang ngasih tanpa rasa takut.... setelah itu tidak senang dan nyumpah2....
ada yang ngasih tanpa rasa takut.... setelah itu malu.... wah saya kelihatan bodoh di depan mata tmen2....
ada yang ga ngasih tanpa rasa takut.... ga banyak mikir.... langsung hantam
ada yang ga ngasih tanpa rasa takut.... ngedoain orang tersebut agar cepat sadar.... tidak berniat brantem dan rela digebukin walaupun ada duit
ada yang ga ngasih tanpa rasa takut.... setelah itu malu.... wah saya kelihatan bodoh di depan mata tmen2....
ada yang diemin doank... ga ngasih ... nganggap ga ada.... (cerita selanjutnya yah mungkin berantem yah mungkin cuman diancam).....
ada yang ga ngasih, karna ga ada duit dan bicara dengan ketakutan kepada pemalak...
ada juga yang ga ngasih, karna ga ada duit, tapi ga takut bicara ke pemalak... sy ga ada dengan nada berani...
ada jg yang ga ngasih, karna ga ada duit, dengan nada kasar ke si pemalak....
aduh maaf ya....
capek nih sesiung wkwkwk.... mau susun rapi2 ga bakal habis .... blom lagi tingkat kebijaksanaan orang beda2... serta lokasinya juga beda2....
ini aja untuk pemalakan doank blom habisdiurai.... apalagi yg laen.... huhufff.....
setidaknya sy sdh ikut berpartisipasi sensus member DC  _/\_
Title: Re: Menguji Kemampuan Analitis
Post by: K.K. on 19 April 2012, 08:32:54 AM
Quote from: ChandraOyuget on 16 April 2012, 08:37:16 PM
kondisi batin seseorang ketika dipalak  :'( .... tentunya berbeda2....
dari apakah ada duit atau tidak ketika dipalak....
dari keberanian seseorang ketika dipalak, apakah tenang, apakah marah, atau terganggu kondisi takut

ada yang ngasih tanpa rasa takut.... ga banyak mikir....
ada yang ngasih tanpa rasa takut.... setelah itu tidak senang dan nyumpah2....
ada yang ngasih tanpa rasa takut.... setelah itu malu.... wah saya kelihatan bodoh di depan mata tmen2....
ada yang ga ngasih tanpa rasa takut.... ga banyak mikir.... langsung hantam
ada yang ga ngasih tanpa rasa takut.... ngedoain orang tersebut agar cepat sadar.... tidak berniat brantem dan rela digebukin walaupun ada duit
ada yang ga ngasih tanpa rasa takut.... setelah itu malu.... wah saya kelihatan bodoh di depan mata tmen2....
ada yang diemin doank... ga ngasih ... nganggap ga ada.... (cerita selanjutnya yah mungkin berantem yah mungkin cuman diancam).....
ada yang ga ngasih, karna ga ada duit dan bicara dengan ketakutan kepada pemalak...
ada juga yang ga ngasih, karna ga ada duit, tapi ga takut bicara ke pemalak... sy ga ada dengan nada berani...
ada jg yang ga ngasih, karna ga ada duit, dengan nada kasar ke si pemalak....
aduh maaf ya....
capek nih sesiung wkwkwk.... mau susun rapi2 ga bakal habis .... blom lagi tingkat kebijaksanaan orang beda2... serta lokasinya juga beda2....
ini aja untuk pemalakan doank blom habisdiurai.... apalagi yg laen.... huhufff.....
setidaknya sy sdh ikut berpartisipasi sensus member DC  _/\_
Iya, thanks untuk sharing pendapatnya. Inti yang mau saya sampaikan adalah ketika orang dicopet/dirampok, maka barang itu langsung pindah tangan, tidak lagi ada padanya dan dia tidak bisa memilih. Sedangkan kalau dipalak/ditodong, barang masih ada di dia, dan dia bisa memutuskan apa yang harus dilakukan. Adanya pertimbangan pikiran antara memberi/tidak itulah yang menjadi perbedaan.