Dari hasil diskusi dengan umat Buddhis di forum dhammacitta.org, saya mengetahui bahwa umumnya umat Buddhis tidak mengenal atau kurang mengenal apa itu Logika. Pengertian mereka tentang Logika, berbeda dari yang seharusnya. Dan setelah saya perkenalkan, apa dan bagaimana itu logika kemudian mereka menganggap Logika hanyalah sintaksisme, ilmu menyusun kalimat yang gak penting. Maka tidak henti-hentinya mereka melecehkan Logika itu sendiri, di mana logika merupakan karya besar seorang filsuf ternama, yaitu Aristoteles. Padahal Logika, kendatipun hanya merupakan bagian dari ilmu bahasa, ia sangat penting untuk menguji dan memahami suatu kebenaran. Tapi umat Buddhis ini tidak percaya, kalo logika bisa digunakan untuk menguji dan memahami suatu kebenaran secara pasti, kebenaran yang sah, valid, tanpa keraguan, tepat, serta tidak terbantahkan. Logika bisa bermanfaat untuk menguji dan memahami kebenaran ajaran-ajaran di dalam sutta-sutta dan di dalam Budhisme. Oleh karena itu, saya akan memberikan contoh mengenai bagaimana memahami sutta dengan menggunakan logika.
Dalam buku Petikan Angutara Nikaya, Kelompok Tiga No. 29 Hal 119 :
Para Bhikkhu, ada tiga tanda yang terkondisi dari yang terkondisi. Apakah yang tiga itu? Asal mulanya difahami, lenyapnya difahami, perubahannya ketika masih berlangsung difahami.
Mari kita telaah satu persatu kalimat dari sabda sang Buddha tersebut sehingga kita memiliki pengertian yang jelas.
Tiga Tanda Yang Terkondisi
ada tiga tanda yang terkondisi dari yang terkondisi dari yang terkondisi
Kalau dikonversi ke dalam bahasa logika yang baku, sebagai berikut :
Yang terkondisi itu memiliki tiga tanda yang terkondisi
Dan apa ketiga tanda tersebut ?
- Kemunculannya dapat difahami
- Perubahannya dapat difahami
- Kelenyapannya dapat difahami
Jadi, kalau ditanyakan "Apa itu yang terkondisi?", maka jawaban yang tepat adalah "Yang terkondisi adalah yang munculnya, perubahannya serta lenyapnya dapat difahami".
Muncul, berubah dan lenyap, apakah itu cocok dengan sifat ketidak kekalan? Ya cocok. Bahkan muncul, berubah dan lenyap adalah makna dari ketidak kekalan itu sendiri. Dengan demikian berarti, segala yang terkondisi adalah tidak kekal.
Sabda sang Buddha, dalam Petikan Angutara Nikaya No. 48 hal 166 :
Semua bentukan tidak kekal.
Bila kalimat tersebut digabung dengan kalimat tentang yang terkondisi, maka sebagai berikut :
Semua bentukan tidak kekal.
Semua yang terkondisi adalah tidak kekal
Lalu bagaimana kesimpulannya?
Sayangnya, kedua kalimat tersebut tidak dapat dan tidak boleh melahirkan kesimpulan apapun, karena melanggar hukum dasar logika No. 6, yaitu premis tidak boleh sama-sama menidak.
Tetapi, bila kita mengkonversi nya ke dalam kata benda, maka apakah kita dapat membuat suatu kesimpulan?
Semua bentukan adalah yang tidak kekal
Semua yang terkondisi adalah yang tidak kekal
Penambahan kata "yang" tersebut tidak mengubah essensi dari kalimatnya, jadi penambahan kata "yang" diperbolehkan sepanjang tidak melanggar hukum logika. Tapi sayang, kedua kalimat itupun melanggar hukum dasar logika untuk disimpulkan, yaitu hukum dasar yang ke-3 yang menyatakan bahwa midle term harus bersifat "meniap". Sedangkan dalam kedua kalimat tersebut kedua midle term tidak meniap. Jadi tidak bisa dan tidak boleh melahirkan kesimpulan apapun. Masalahnya, apakah kita boleh mengubah posisi term agar bisa disimpulkan dengan benar?
Misalnya, "Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi."
Apakah itu kalimat yang benar berdasarkan sabda sang Budda dalam sutta? Jika benar, maka kalimat tersebut merupakan definisi, bukan sebagai proposisi. Apakah kita boleh menyimpulkan suatu definisi? Boleh saja, selama tidak melanggar 6 hukum dasar logika dan 19 modusnya. Lalu bagaimana kesimpulannya? Sebagai berikut :
"Setiap bentukan adalah yang terkondisi"
Bagaimana dengan isi kesimpulan tersebut, apakah itu sebuah proposisi ataukah sebuah definisi? Itu adalah sebuah definisi, dan bukan proposisi bentuk A. Bagaimana cara kita mengetahuinya? Mudah saja, karena kedua term bersifat meniap (universal), sedangkan kalimat tersebut tidak berbentuk E. Oleh karena itu, secara otomatis itu merupakan sebuah definisi. Dan kita boleh menyebut definisi tersebut diberikan oleh sang Buddha, adapun kita hanyalah menyimpulkannya saja, serta tidak menambahkan sedikitpun opini kita terhadap sabda sang Buddha yang tertulis di dalam Sutta tersebut.
Apakah sampai di sini berarti kajiannya selesai? Belum karena kita harus menanyakan kebenaran kalimat ini ?
"Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi."
Di situ ada penambahan kata "Setiap" pada term awal. Dari mana asal usul kata "Setiap" tersebut, mengapa tidak menggunakan kata "sebagian" ? Apakah tertulis dalam sutta sang Buddha secara langsung mengatakan demikian? Bila "ya" berarti sempurnalah kesimpulan tadi. Tapi bila dalam sutta sang Buddha tidak menyatakan demikian secara langsung, maka kita harus menyelidiki terlebih dahulu dari mana asal-usul kata "Setiap" tersebut?
Bila atas dasar pengalaman dan pengamatan kita sendiri kita tidak menemukan bentuk apapun yang kekal, dan selalu semuanya yang kita lihat muncul, berubah dan lenyap, lalu kita menyimpulkan "Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi". Berarti kita telah melihat Dhamma. Bila kalimat itu memang tidak tertulis di dalam sutta, berarti kita melihat Dhamma yang nyata yang tidak tertulis di dalam sutta. Ini adalah kebenaran ilmiah yang tidak dapat dibantah lagi. Sang Buddha dan umat buddha, umat non buddha dan seluruh umat manusia, tidak akan dapat menemukan "yang tidak kekal" selain "yang terkondisi", maka pernyataan "setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi" merupakan Dhamma, hukum kebenaran yang tidak dapat dibantah oleh siapapun. Dan segala dhamma adalah sesuai dengan ajaran sang Buddha. Dengan demikian kesimpulan "Setiap bentukan adalah yang terkondisi" merupakan definisi yang diberikan oleh sang Buddha itu sendiri mengenai "Bentukan" atau "yang terkondisi" serta merupakan kesimpulan yang sah, valid, benar, tepat, tidak diragukan, tidak dapat dan tidak boleh dibantah oleh siapapun.
logika BADAK hanya digunakan untuk mencari celah2 untuk menyesatkan Buddhisme, berhati-hatilah
para pembaca diharapkan membaca postingan dari member satu ini dengan hati2, dan disarankan untuk tidak mempercayai apa pun yg ia tuliskan, karena berpotensi menyesatkan
Quote from: Indra on 25 May 2011, 02:10:21 PM
logika BADAK hanya digunakan untuk mencari celah2 untuk menyesatkan Buddhisme, berhati-hatilah
para pembaca diharapkan membaca postingan dari member satu ini dengan hati2, dan disarankan untuk tidak mempercayai apa pun yg ia tuliskan, karena berpotensi menyesatkan
cuma bisa mengejek, tidak bisa membantah.
Quote from: Satria on 25 May 2011, 02:13:05 PM
cuma bisa mengejek, tidak bisa membantah.
saya hanya membaca judulnya, dan tidak tertarik utk membaca tulisan anda, karena dari semua tulisan anda tidak ada satu pun yg bermanfaat. hanya seputar logika BADAK (dengan hurud besar) dan urusan seksual dengan PSK dan hal2 tidak penting lainnya.
jadi bagian mana yg harus saya bantah jika saya tidak tahu apa yg anda tuliskan? dan saya cukup rendah hati mengaku bahwa saya tidak memiliki kemampuan membaca pikiran spt anda, walaupun saya bisa membaca dengkul anda.
Quote from: Indra on 25 May 2011, 02:20:01 PM
saya hanya membaca judulnya, dan tidak tertarik utk membaca tulisan anda, karena dari semua tulisan anda tidak ada satu pun yg bermanfaat. hanya seputar logika BADAK (dengan hurud besar) dan urusan seksual dengan PSK dan hal2 tidak penting lainnya.
jadi bagian mana yg harus saya bantah jika saya tidak tahu apa yg anda tuliskan? dan saya cukup rendah hati mengaku bahwa saya tidak memiliki kemampuan membaca pikiran spt anda, walaupun saya bisa membaca dengkul anda.
sikap anda sudah cukup jelas. anda melekat pada masa lalu. padahal dalam budhisme diajarkan, tidak ada yang selalu sama dalam setiap waktu. seorang penjahat yang kemarin jahatpun, belum tentu hari ini jahat. seharusnya kita membiarkan kemarahan dan rasa benci itu berlalu, jangan memeliharanya. mengapa anda memelihara prasaan benci yang anda tafsirkan dengan rasa kasihan itu?
saya mnunggu, apakah kawan lainnya juga akan menyatakan sikap yang sama dengan bro indra atau ada yang berbeda?
Quote from: Satria on 25 May 2011, 02:23:29 PM
sikap anda sudah cukup jelas. anda melekat pada masa lalu. padahal dalam budhisme diajarkan, tidak ada yang selalu sama dalam setiap waktu. seorang penjahat yang kemarin jahatpun, belum tentu hari ini jahat. seharusnya kita membiarkan kemarahan dan rasa benci itu berlalu, jangan memeliharanya. mengapa anda memelihara prasaan benci yang anda tafsirkan dengan rasa kasihan itu?
benar, mungkin saya akan melayani anda, jika anda tidak menggunakan kata "logika" atau padanannya. karena logika anda sudah terbukti salah, dan menyesatkan
Quote from: Indra on 25 May 2011, 02:27:15 PM
benar, mungkin saya akan melayani anda, jika anda tidak menggunakan kata "logika" atau padanannya. karena logika anda sudah terbukti salah, dan menyesatkan
ya, saya akui logika saya salah dan menyesatkan. tapi harus jelas dulu, itu tolak ukurnya apa? dan siapa yang menilainya?
yang menilainya adalah anda. dan yang menjadi tolak ukurya adalah pengetahuan anda. maka sudah pasti, logika saya salah dan menyesatkan. maka dari itu, saya tidak keberatan dengan penilaian tersebut, tidak membantah dan tidak perlu saya mengingkarinya selama yang menjadi tolak ukurnya jelas.
Quote from: Satria on 25 May 2011, 02:30:23 PM
ya, saya akui logika saya salah dan menyesatkan. tapi harus jelas dulu, itu tolak ukurnya apa? dan siapa yang menilainya?
yang menilainya adalah anda. dan yang menjadi tolak ukurya adalah pengetahuan anda. maka sudah pasti, logika saya salah dan menyesatkan. maka dari itu, saya tidak keberatan dengan penilaian tersebut, tidak membantah dan tidak perlu saya mengingkarinya selama yang menjadi tolak ukurnya jelas.
untuk apa membahas tolok ukur jika anda sendiri sudah mengakui? logika dari mana?
Buat memahami bbrp kata saja..penjabarannya begitu..panjang..
Blm lagi jika penjabarannya di jabarkan menurut logika..
Trus hasil penjabarannya..di jabarkan lgi menurut logika..
Quote from: Satria on 25 May 2011, 02:30:23 PM
ya, saya akui logika saya salah dan menyesatkan. tapi harus jelas dulu, itu tolak ukurnya apa? dan siapa yang menilainya?
yang menilainya adalah anda. dan yang menjadi tolak ukurya adalah pengetahuan anda. maka sudah pasti, logika saya salah dan menyesatkan. maka dari itu, saya tidak keberatan dengan penilaian tersebut, tidak membantah dan tidak perlu saya mengingkarinya selama yang menjadi tolak ukurnya jelas.
logikanya di mana koq bro disebut badak n dengkul n kalkun n belut ?
kalau bro meditasi di ruang kerja PSK, apakah masih HALAL ?
thx atas jawaban secepatnya.... gw gak sabar nunggu lama2...
dengar2 dari kabar burung bro mau diseberangkan lhooo, gw jadi prihatin...
[at] bro satria , tolong pahami ini,
AN 3.22 PTS: A i 120
Gilana Sutta: Sick People
translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu
© 1997–2011
"There are these three types of sick people to be found existing in the world. Which three?
"There is the case of the sick person who — regardless of whether he does or does not receive amenable food, regardless of whether he does or does not receive amenable medicine, regardless of whether he does or does not receive proper nursing — will not recover from that illness. There is the case of the sick person who — regardless of whether he does or does not receive amenable food, regardless of whether he does or does not receive amenable medicine, regardless of whether he does or does not receive proper nursing — will recover from that illness. There is the case of the sick person who will recover from that illness if he receives amenable food, amenable medicine, & proper nursing, but not if he doesn't.
"Now, it is because of the sick person who will recover from that illness if he receives amenable food, amenable medicine, & proper nursing — but not if he doesn't — that food for the sick has been allowed, medicine for the sick has been allowed, nursing for the sick has been allowed. And it is because there is this sort of sick person that the other sorts of sick persons are to be nursed as well.[1]
"These are the three types of sick people to be found existing in the world.
"In the same way, these three types of people, like the three types of sick people, are to be found existing in the world. Which three?
"There is the case of the person who — regardless of whether he does or doesn't get to see the Tathagata, regardless of whether he does or doesn't get to hear the Dhamma & Discipline proclaimed by the Tathagata — will not alight on the lawfulness, the rightness of skillful mental qualities. There is the case of the person who — regardless of whether he does or doesn't get to see the Tathagata, regardless of whether he does or doesn't get to hear the Dhamma & Discipline proclaimed by the Tathagata — will alight on the lawfulness, the rightness of skillful mental qualities. There is the case of the person who will alight on the lawfulness, the rightness of skillful mental qualities if he gets to see the Tathagata and gets to hear the Dhamma & Discipline proclaimed by the Tathagata, but not if he doesn't.
"Now, it is because of the person who will alight on the lawfulness, the rightness of skillful mental qualities if he gets to see the Tathagata and gets to hear the Dhamma & Discipline proclaimed by the Tathagata — but not if he doesn't — that the teaching of the Dhamma has been allowed. And it is because there is this sort of person that the other sorts of persons are to be taught the Dhamma as well [on the chance that they may actually turn out to need and benefit from the teaching].
"These are the three types of people, like the three types of sick people, to be found existing in the world." _/\_
Hiburan baru nih.
Evolusi logika 'master':
I
Semua bentukan tidak kekal.
Semua yang terkondisi adalah tidak kekal
II
Semua bentukan adalah yang tidak kekal
Semua yang terkondisi adalah yang tidak kekal
III
Setiap bentukan adalah yang terkondisi
Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi.
------------------
I
Semua kalkun bersayap
Semua kampret bersayap
II
Semua kalkun adalah yang bersayap
Semua kampret adalah yang bersayap
III
Setiap kalkun adalah kampret
Setiap yang bersayap adalah kampret.
Demikianlah yang berkesimpulan setiap yang bersayap termasuk pinguin adalah kampret, dan setiap kalkun = kampret, telah melihat dhamma.
Sekian dan terima kasih.
Jangan dipisah juragan...
Gajah itu adalah adalah keseluruhan dari apa yang dikatakan oleh 5 orang buta.
Jangan malah dipisah berdasarkan masing-masing pendapat orang buta
Kalo menurut ane,
Melalui contoh dari TS, contoh penerapan logika yang disajikan di atas justru menunjukkan ke-sia2an penggunaan logika di dalam memahami sabda Buddha. Hal ini bahkan diungkapkan oleh TS sendiri pada paragraf yang terakhir. (bold biru pada kutipan dibawah).
Quote from: Satria on 25 May 2011, 02:02:51 PM
Bila atas dasar pengalaman dan pengamatan kita sendiri kita tidak menemukan bentuk apapun yang kekal, dan selalu semuanya yang kita lihat muncul, berubah dan lenyap, lalu kita menyimpulkan "Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi". Berarti kita telah melihat Dhamma. Bila kalimat itu memang tidak tertulis di dalam sutta, berarti kita melihat Dhamma yang nyata yang tidak tertulis di dalam sutta. Ini adalah kebenaran ilmiah yang tidak dapat dibantah lagi. Sang Buddha dan umat buddha, umat non buddha dan seluruh umat manusia, tidak akan dapat menemukan "yang tidak kekal" selain "yang terkondisi", maka pernyataan "setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi" merupakan Dhamma, hukum kebenaran yang tidak dapat dibantah oleh siapapun. Dan segala dhamma adalah sesuai dengan ajaran sang Buddha. Dengan demikian kesimpulan "Setiap bentukan adalah yang terkondisi" merupakan definisi yang diberikan oleh sang Buddha itu sendiri mengenai "Bentukan" atau "yang terkondisi" serta merupakan kesimpulan yang sah, valid, benar, tepat, tidak diragukan, tidak dapat dan tidak boleh dibantah oleh siapapun.
Setelah panjang lebar memaparkan penerapan logika pada satu kalimat dari Sutta, pada kesimpulan akhir TS malah merujuk pada "dasar" PENGALAMAN dan PENGAMATAN sebagai metoda pengujian kebenaran Sutta. Jadi secara tidak langsung, TS sendiri mengakui bahwa pengetahuan akan kebenaran suatu Sutta adalah berdasarkan PENGALAMAN dan PENGAMATAN, bukan utak utik kata dengan suatu metoda, bahkan mengarang kalimat yang disebut tidak ada dalam sutta hanya dengan sedikit plintiran agar sesuai dengan hukum2 logika, yang mana kalimat tersebut secara penggunaan bahasa Indonesia adalah tidak wajar dan terlalu dibuat-buat seperti orang yang kemampuan berbahasa komunikatifnya kurang.
Dengan kata lain, penjelasan penerapan hukum logika di atas adalah bagaikan seseorang yang mengklaim suatu kemenangan yang dimenangkan oleh orang lain, yaitu metoda logika diklaim sebagai pemenang, sementara yang benar2 memenanginya adalah "pengalaman dan pengamatan" (langsung).
Jadi apabila seluruh usaha penerapan metoda logika pada contoh di atas dihilangkan, dengan menyisakan bagian PENGALAMAN dan PENGAMATAN saja, dan tanpa mengganti kalimat dengan penambahan kata "yang" dan merubah posisi tidak kekal ke depan serta mengganti kata segala menjadi setiap, yaitu ke bentuk aslinya "SEMUA BENTUKAN TIDAK KEKAL". Maka seseorang yang melakukan pengamatan dan mengalami ketidakkekalan segala bentukan secara langsung oleh dirinya sendiri akan meyakini sabda Buddha tersebut, tanpa harus mengutak-utik kalimat itu ke dalam metoda logika yang notabene adalah termasuk di dalam kategori yang disebut sebagai "bentukan" itu sendiri, yaitu bentukan pikiran.
Jadi, secara tidak langsung TS sendiri menyatakan ke-absurdan metoda logikanya sendiri. Sehingga berdasarkan pada penjelasan contoh di atas itu sendiri, mengarahkan bahwa, judul thread ini menjadi ada sambungannya, yaitu,
Memahami Sutta Menggunakan Logika .......adalah sia-sia.
Karena "hanya" melalui pengalaman pengamatan secara langsung oleh diri sendiri sajalah seseorang dapat mengetahui kebenaran.
(Lihat kembali yang dibold biru pada kutipan di atas)
Quote from: Satria on 25 May 2011, 02:30:23 PM
ya, saya akui logika saya salah dan menyesatkan. tapi harus jelas dulu, itu tolak ukurnya apa? dan siapa yang menilainya?
yang menilainya adalah anda. dan yang menjadi tolak ukurya adalah pengetahuan anda. maka sudah pasti, logika saya salah dan menyesatkan. maka dari itu, saya tidak keberatan dengan penilaian tersebut, tidak membantah dan tidak perlu saya mengingkarinya selama yang menjadi tolak ukurnya jelas.
bukannya anda sendiri yang mengakui dan menilai? dan kata2 anda yang seperti di bold diatas sebagai tolak ukur nya.
anda yang mengatakan, anda yang mengakui, maka anda juga harus dapat menerima :)
Muter2 ngomongnya jd ribet n ngejelimet numpang nge junk ah ga mau nambah dosa :)
kalau dilihat dari tempat lokasi, dan BP (biaya pemasangan spt PLN),
meditasi di kamar PSK adalah kumuh/gelap, jauh dari rumah serta kena BEBAN tinggi (bayaran yg gak murah). Itupun cuma max 2 jam.
Nahhh logika darimana bro satri meditasi di kamar PSK ?
lebih baik bahas master logika yg gak logika sama sekali ini dehhh, dari pada bahas sutta2....
isteri bro hp nomor berapa ? boleh pm ke gw gak ? soalnya gw mau lapor dehhh atas tingkah laku bro yg gak effisien itu lhooo... sehingga uang belanja isteri bro bisa bertambah...
tnjukan logika eluu deh :P
Quote from: johan3000 on 25 May 2011, 10:49:35 PM
kalau dilihat dari tempat lokasi, dan BP (biaya pemasangan spt PLN),
meditasi di kamar PSK adalah kumuh/gelap, jauh dari rumah serta kena BEBAN tinggi (bayaran yg gak murah). Itupun cuma max 2 jam.
Nahhh logika darimana bro satri meditasi di kamar PSK ?
lebih baik bahas master logika yg gak logika sama sekali ini dehhh, dari pada bahas sutta2....
isteri bro hp nomor berapa ? boleh pm ke gw gak ? soalnya gw mau lapor dehhh atas tingkah laku bro yg gak effisien itu lhooo... sehingga uang belanja isteri bro bisa bertambah...
tnjukan logika eluu deh :P
meditasi di kamar psk?
objek nya apa? pada maju mundur?? atau pada kenimatannya?
[at] johan3000 di dongeng lainnya disebutkan istrinya sudah mati, jadi gak logis kalau pakai telepon biasa. Coba di rumah duka, pakai telepon yang buat dibakar.
Quote from: Indra on 25 May 2011, 03:11:38 PM
untuk apa membahas tolok ukur jika anda sendiri sudah mengakui? logika dari mana?
inilah masalahnya, bagaimana kita akan bisa memahami sesuatu itu benar atau tidak, kalau tolak ukurnya tidak jelas?
lagi pula pernyataan saya di atas bukan pengakuan bahwa logika saya salah dan menyesatkan, tapi saya hanya menyatakan bahwa logika saya salah dan sesat jika tolak ukurnya adalah .......
nah, titik-titik itu harus anda isi.
Quote from: The Ronald on 25 May 2011, 03:12:28 PM
Buat memahami bbrp kata saja..penjabarannya begitu..panjang..
Blm lagi jika penjabarannya di jabarkan menurut logika..
Trus hasil penjabarannya..di jabarkan lgi menurut logika..
panjang, tapi dijamin pasti benar, tidak ada keraguan.
lagi pula panjang itu kan bila ditulis. kalo kita sudah terbiasa dengan logika, maka ribuan kesimpulan dapat diambil dalam waktu beberapa detik saja.
Quote from: wang ai lie on 25 May 2011, 08:44:45 PM
bukannya anda sendiri yang mengakui dan menilai? dan kata2 anda yang seperti di bold diatas sebagai tolak ukur nya.
anda yang mengatakan, anda yang mengakui, maka anda juga harus dapat menerima :)
bukan. anda telah salah faham. justru saya menanyakan kepada indra, apa tolak ukurnya. dan saya menyatakan bahwa yang menilai saya itu adalah sdr. Indra. dan saya menduga yang menjadi tolak ukurnya adalah pendapat indra sendiri. itu baru dugaan. jika benar dugaan saya, barulah saya mengakuinya. tapi indra belum memberikan jawaban tentang apa yang menjadi tolak ukurnya, maka kesimpulan pun belum muncul.
Quote from: Kainyn_Kutho on 25 May 2011, 06:47:20 PM
Hiburan baru nih.
Evolusi logika 'master':
I
Semua bentukan tidak kekal.
Semua yang terkondisi adalah tidak kekal
II
Semua bentukan adalah yang tidak kekal
Semua yang terkondisi adalah yang tidak kekal
III
Setiap bentukan adalah yang terkondisi
Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi.
------------------
I
Semua kalkun bersayap
Semua kampret bersayap
II
Semua kalkun adalah yang bersayap
Semua kampret adalah yang bersayap
III
Setiap kalkun adalah kampret
Setiap yang bersayap adalah kampret.
Demikianlah yang berkesimpulan setiap yang bersayap termasuk pinguin adalah kampret, dan setiap kalkun = kampret, telah melihat dhamma.
Sekian dan terima kasih.
saya tidak tau, anda tidak memperhatikan dengan benar, ataukah anda dengan sengaja menyimpangkan logika yang saya contohkan. logika saya, jelas sekali tidak seperti yang anda contohkan itu. alurnya berbeda. anda tidak memperhatikan hal ini :
Quote
Sayangnya, kedua kalimat tersebut tidak dapat dan tidak boleh melahirkan kesimpulan apapun, karena melanggar hukum dasar logika No. 6, yaitu premis tidak boleh sama-sama menidak.
Tetapi, bila kita mengkonversi nya ke dalam kata benda, maka apakah kita dapat membuat suatu kesimpulan?
Semua bentukan adalah yang tidak kekal
Semua yang terkondisi adalah yang tidak kekal
Penambahan kata "yang" tersebut tidak mengubah essensi dari kalimatnya, jadi penambahan kata "yang" diperbolehkan sepanjang tidak melanggar hukum logika. Tapi sayang, kedua kalimat itupun melanggar hukum dasar logika untuk disimpulkan, yaitu hukum dasar yang ke-3 yang menyatakan bahwa midle term harus bersifat "meniap". Sedangkan dalam kedua kalimat tersebut kedua midle term tidak meniap. Jadi tidak bisa dan tidak boleh melahirkan kesimpulan apapun.
Quote from: hendrako on 25 May 2011, 08:22:29 PM
Kalo menurut ane,
Melalui contoh dari TS, contoh penerapan logika yang disajikan di atas justru menunjukkan ke-sia2an penggunaan logika di dalam memahami sabda Buddha. Hal ini bahkan diungkapkan oleh TS sendiri pada paragraf yang terakhir. (bold biru pada kutipan dibawah).
Setelah panjang lebar memaparkan penerapan logika pada satu kalimat dari Sutta, pada kesimpulan akhir TS malah merujuk pada "dasar" PENGALAMAN dan PENGAMATAN sebagai metoda pengujian kebenaran Sutta. Jadi secara tidak langsung, TS sendiri mengakui bahwa pengetahuan akan kebenaran suatu Sutta adalah berdasarkan PENGALAMAN dan PENGAMATAN, bukan utak utik kata dengan suatu metoda, bahkan mengarang kalimat yang disebut tidak ada dalam sutta hanya dengan sedikit plintiran agar sesuai dengan hukum2 logika, yang mana kalimat tersebut secara penggunaan bahasa Indonesia adalah tidak wajar dan terlalu dibuat-buat seperti orang yang kemampuan berbahasa komunikatifnya kurang.
Dengan kata lain, penjelasan penerapan hukum logika di atas adalah bagaikan seseorang yang mengklaim suatu kemenangan yang dimenangkan oleh orang lain, yaitu metoda logika diklaim sebagai pemenang, sementara yang benar2 memenanginya adalah "pengalaman dan pengamatan" (langsung).
Jadi apabila seluruh usaha penerapan metoda logika pada contoh di atas dihilangkan, dengan menyisakan bagian PENGALAMAN dan PENGAMATAN saja, dan tanpa mengganti kalimat dengan penambahan kata "yang" dan merubah posisi tidak kekal ke depan serta mengganti kata segala menjadi setiap, yaitu ke bentuk aslinya "SEMUA BENTUKAN TIDAK KEKAL". Maka seseorang yang melakukan pengamatan dan mengalami ketidakkekalan segala bentukan secara langsung oleh dirinya sendiri akan meyakini sabda Buddha tersebut, tanpa harus mengutak-utik kalimat itu ke dalam metoda logika yang notabene adalah termasuk di dalam kategori yang disebut sebagai "bentukan" itu sendiri, yaitu bentukan pikiran.
Jadi, secara tidak langsung TS sendiri menyatakan ke-absurdan metoda logikanya sendiri. Sehingga berdasarkan pada penjelasan contoh di atas itu sendiri, mengarahkan bahwa, judul thread ini menjadi ada sambungannya, yaitu,
Memahami Sutta Menggunakan Logika .......adalah sia-sia.
Karena "hanya" melalui pengalaman pengamatan secara langsung oleh diri sendiri sajalah seseorang dapat mengetahui kebenaran.
(Lihat kembali yang dibold biru pada kutipan di atas)
berikut ini adalah kesimpulan saya :
Quote"Setiap bentukan adalah yang terkondisi"
dan berikut ini adalah pengalaman dan pengamatan saya yang saya pastikan merupakan penglaman dan pengamatan semua orang yang mau mengamati dengan benar :
Quote"Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi."
coba anda perhatikan sekali lagi, apakaha anda melihat bedanya?
benarlah apa yang di firmankan Allah di dalam Quran,"mereka mengingkari kebenaran dan mereka membohongi diri mereka sendiri karena dzulman dan ulwan. maka perhatikan saja, apa yang akan terjadi pada orang-orang yang bersikap destruktif."
dzulman = faktor mental yang mendorong seseorang menyusahkan diri sendiri karena kebencian dan keserakahan.
ulwan = rasa gengsi.
Ini saya bajak dari bro ryu khusus untuk anda :D
Quote from: ryu on 25 May 2011, 03:31:04 PM
kalau menurut MN 22 Alagaddūpama Sutta perumpamaan ular :
(PERUMPAMAAN ULAR)
10. "Di sini, para bhikkhu, beberapa orang sesat mempelajari Dhamma – khotbah, syair, penjelasan, bait-bait, ungkapan kegembiraan, sabda-sabda, kisah-kisah kelahiran, keajaiban-keajaiban, dan jawaban-jawaban atas pertanyaan – tetapi setelah mempelajari Dhamma, mereka tidak memeriksa makna dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan. Tanpa memeriksa makna-makna dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan, mereka tidak memperoleh penerimaan mendalam akan ajaran-ajaran itu. Sebaliknya mereka mempelajari Dhamma hanya demi untuk mengkritik orang lain dan untuk memenangkan perdebatan, dan mereka tidak mengalami kebaikan yang karenanya mereka mempelajari Dhamma. Ajaran-ajaran itu, karena secara keliru dipahami oleh mereka, akan mengakibatkan bencana dan penderitaan untuk waktu yang lama.
"Misalkan seseorang yang memerlukan seekor ular, mencari seekor ular, mengembara untuk mencari seekor ular, melihat seekor ular besar dan menangkap gulungannya atau ekornya, ular itu akan berbalik dan mengigit tangannya atau lengannya atau anggota tubuh lainnya. [134] dan karena itu ia akan mengalami kematian atau penderitaan mematikan. Mengapakah? Karena ia menangkap ular itu dengan cara yang salah Demikian pula, di sini beberapa orang sesat mempelajari Dhamma ... Ajaran-ajaran itu, karena secara keliru dipahami oleh mereka, akan mengakibatkan bencana dan penderitaan bagi mereka untuk waktu yang lama.
11. "Di sini, para bhikkhu, beberapa anggota keluarga mempelajari Dhamma – khotbah, syair ... jawaban-jawaban atas pertanyaan – tetapi setelah mempelajari Dhamma, mereka memeriksa makna dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan. Dengan memeriksa makna-makna dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan, mereka memperoleh penerimaan mendalam akan ajaran-ajaran itu. Mereka bukan mempelajari Dhamma demi untuk mengkritik orang lain dan bukan untuk memenangkan perdebatan, dan mereka mengalami kebaikan yang karenanya mereka mempelajari Dhamma. Ajaran-ajaran itu, karena secara benar dipahami oleh mereka, akan mengakibatkan kesejahteraan dan kebahagiaan untuk waktu yang lama.
"Misalkan seseorang yang memerlukan seekor ular, mencari seekor ular, mengembara untuk mencari seekor ular, melihat seekor ular besar dan menangkapnya dengan benar menggunakan tongkat penjepit, dan setelah itu, mencengkeramnya tepat di lehernya. Kemudian walaupun ular itu akan membelit tangannya atau lengannya atau bagian tubuh lainnya, tetapi ia tidak akan mengalami kematian atau penderitaan yang mematikan karena belitan itu. Mengapakah? Karena cengkeramannya yang benar pada ular itu. Demikian pula, di sini beberapa anggota keluarga mempelajari Dhamma ... Ajaran-ajaran itu, karena secara benar dipahami oleh mereka, akan mengakibatkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi nereka untuk waktu yang lama.
12. "Oleh karena itu, para bhikkhu, ketika kalian memahami makna dari pernyataanKu, ingatlah itu; dan ketika kalian tidak memahami makna dari pernyataanKu, maka bertanyalah kepadaKu atau kepada para bhikkhu yang bijaksana.
Kesimpulannya mengapa anda membicarakan tolak ukur, mengapa membabarkan logika anda? Mengapa anda mengutak-atik dan memplesetkan isi Tipitaka? Jika punya murid banyak, kenapa anda tidak ajarkan saja kepada mereka agar menc
apai Therajana? ;D
Diskusi yg seperti ini tidak ada manfaatnya dan membuahkan karma buruk buat anda yg bermaksud menyesatkan orang lain.
Semoga anda berhasil digigit ular yang dimaksud ;D
Kutipan Digha Nikaya, 12. Lohiccasutta:
'... Di sini, Lohicca, seorang guru yang telah meninggalkan keduniawian dan menjalani kehidupan tanpa rumah, tetapi belum mencapai buah pertapaan. Dan tanpa mencapai tujuan ini, ia mengajarkan muridnya satu ajaran, dengan mengatakan: "ini untuk kebaikanmu, ini untuk kebahagiaanmu." Namun muridnya tidak ingin memperhatikannya, mereka tidak mendengar, mereka tidak membangkitkan pikiran untuk mencapai pencerahan, dan nasihat si guru dicemooh. Ia harus dicela dengan mengatakan: "Yang Mulia ini telah meninggalkan keduniawian ... nasihatnya dicemooh. Ini bagaikan seorang laki-laki yang terus menerus mendekati seorang perempuan yang menolaknya dan merangkulnya walaupun ia telah berpaling." Aku menyatakan ini sebagai ajaran jahat yang berdasarkan kemelekatan, karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain? Ini adalah guru pertama yang layak dicela ... '
Di sini ada contohnya, tapi lebih parah. Tidak menjalani hidup petapa, berbohong mengenai pencapaian buah pertapaan, mengajar ajaran ngaco dan ditolak, tapi tetap bersikeras mengajar karena kemelekatan. Mungkin karena memang tidak punya malu juga.
Quote from: Satria on 26 May 2011, 03:42:29 PM
benarlah apa yang di firmankan Allah di dalam Quran,"mereka mengingkari kebenaran dan mereka membohongi diri mereka sendiri karena dzulman dan ulwan. maka perhatikan saja, apa yang akan terjadi pada orang-orang yang bersikap destruktif."
dzulman = faktor mental yang mendorong seseorang menyusahkan diri sendiri karena kebencian dan keserakahan.
ulwan = rasa gengsi.
salah forum, 'dak
Quote from: Kainyn_Kutho on 26 May 2011, 04:50:43 PM
Di sini ada contohnya, tapi lebih parah. Tidak menjalani hidup petapa, berbohong mengenai pencapaian buah pertapaan, mengajar ajaran ngaco dan ditolak, tapi tetap bersikeras mengajar karena kemelekatan. Mungkin karena memang tidak punya malu juga.
Seekor katak dalam tempurung akan bersikeras bahwa dunia itu hanyalah kecil. Karena itulah yang dilihat setiap saat,setiap waktu. Bagaimana-pun yang lain sudah menceritakan dunia yang lain, dia TIDAK AKAN BISA MENGERTI.
Tapi jika tempurung-nya sudah terbuka, maka dia baru bisa melihat,"Oh...ternyata inilah dunia yang lain."
Cuma tidak ada satu-pun yang bisa membuka tempurung-nya karena tidak tahu cara-nya. Dan sikatak juga sudah merasa nyaman dalam tempurung-nya. Karena didalam tempurung dia sudah mengalami kebahagiaan.
Quote from: sriyeklina on 26 May 2011, 05:38:56 PM
Seekor katak dalam tempurung akan bersikeras bahwa dunia itu hanyalah kecil. Karena itulah yang dilihat setiap saat,setiap waktu. Bagaimana-pun yang lain sudah menceritakan dunia yang lain, dia TIDAK AKAN BISA MENGERTI.
Tapi jika tempurung-nya sudah terbuka, maka dia baru bisa melihat,"Oh...ternyata inilah dunia yang lain."
Cuma tidak ada satu-pun yang bisa membuka tempurung-nya karena tidak tahu cara-nya. Dan sikatak juga sudah merasa nyaman dalam tempurung-nya. Karena didalam tempurung dia sudah mengalami kebahagiaan.
Sebetulnya katak nyaman dalam tempurung tidak masalah. Yang ini katak lucu yang mengajak ramai-ramai masuk dalam tempurungnya, maka jadi aneh. Biasa juga murid yang memohon pada guru agar diajari, yang ini 'guru' memohon pada 'murid' untuk bisa mengajar. Aneh bin ajaib.
jadi migrain saya liat orang ngotot, udah jelas salah malah nyari celah pembenaran terus, masih mending katak dalam tempurung dah.. ada tempurungnya , dari pada katak dalam karung .. =))
Quote from: Satria on 26 May 2011, 03:36:21 PM
berikut ini adalah kesimpulan saya :
"Setiap bentukan adalah yang terkondisi"
dan berikut ini adalah pengalaman dan pengamatan saya yang saya pastikan merupakan penglaman dan pengamatan semua orang yang mau mengamati dengan benar :
"Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi."
coba anda perhatikan sekali lagi, apakaha anda melihat bedanya?
Tanggapan ente gak nyambung ama tanggapan ane bro............... :outoftopic:
Coba baca sekali lagi, apa yang ane maksud dengan tanggapan ane sebelumnya.
Quote from: hendrako on 25 May 2011, 08:22:29 PM
Kalo menurut ane,
Melalui contoh dari TS, contoh penerapan logika yang disajikan di atas justru menunjukkan ke-sia2an penggunaan logika di dalam memahami sabda Buddha. Hal ini bahkan diungkapkan oleh TS sendiri pada paragraf yang terakhir. (bold biru pada kutipan dibawah).
Quote from: Satria on 25 May 2011, 02:02:51 PM
Bila atas dasar pengalaman dan pengamatan kita sendiri kita tidak menemukan bentuk apapun yang kekal, dan selalu semuanya yang kita lihat muncul, berubah dan lenyap, lalu kita menyimpulkan "Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi". Berarti kita telah melihat Dhamma. Bila kalimat itu memang tidak tertulis di dalam sutta, berarti kita melihat Dhamma yang nyata yang tidak tertulis di dalam sutta. Ini adalah kebenaran ilmiah yang tidak dapat dibantah lagi. Sang Buddha dan umat buddha, umat non buddha dan seluruh umat manusia, tidak akan dapat menemukan "yang tidak kekal" selain "yang terkondisi", maka pernyataan "setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi" merupakan Dhamma, hukum kebenaran yang tidak dapat dibantah oleh siapapun. Dan segala dhamma adalah sesuai dengan ajaran sang Buddha. Dengan demikian kesimpulan "Setiap bentukan adalah yang terkondisi" merupakan definisi yang diberikan oleh sang Buddha itu sendiri mengenai "Bentukan" atau "yang terkondisi" serta merupakan kesimpulan yang sah, valid, benar, tepat, tidak diragukan, tidak dapat dan tidak boleh dibantah oleh siapapun.
Setelah panjang lebar memaparkan penerapan logika pada satu kalimat dari Sutta, pada kesimpulan akhir TS malah merujuk pada "dasar" PENGALAMAN dan PENGAMATAN sebagai metoda pengujian kebenaran Sutta. Jadi secara tidak langsung, TS sendiri mengakui bahwa pengetahuan akan kebenaran suatu Sutta adalah berdasarkan PENGALAMAN dan PENGAMATAN, bukan utak utik kata dengan suatu metoda, bahkan mengarang kalimat yang disebut tidak ada dalam sutta hanya dengan sedikit plintiran agar sesuai dengan hukum2 logika, yang mana kalimat tersebut secara penggunaan bahasa Indonesia adalah tidak wajar dan terlalu dibuat-buat seperti orang yang kemampuan berbahasa komunikatifnya kurang.
Dengan kata lain, penjelasan penerapan hukum logika di atas adalah bagaikan seseorang yang mengklaim suatu kemenangan yang dimenangkan oleh orang lain, yaitu metoda logika diklaim sebagai pemenang, sementara yang benar2 memenanginya adalah "pengalaman dan pengamatan" (langsung).
Jadi apabila seluruh usaha penerapan metoda logika pada contoh di atas dihilangkan, dengan menyisakan bagian PENGALAMAN dan PENGAMATAN saja, dan tanpa mengganti kalimat dengan penambahan kata "yang" dan merubah posisi tidak kekal ke depan serta mengganti kata segala menjadi setiap, yaitu ke bentuk aslinya "SEMUA BENTUKAN TIDAK KEKAL". Maka seseorang yang melakukan pengamatan dan mengalami ketidakkekalan segala bentukan secara langsung oleh dirinya sendiri akan meyakini sabda Buddha tersebut, tanpa harus mengutak-utik kalimat itu ke dalam metoda logika yang notabene adalah termasuk di dalam kategori yang disebut sebagai "bentukan" itu sendiri, yaitu bentukan pikiran.
Jadi, secara tidak langsung TS sendiri menyatakan ke-absurdan metoda logikanya sendiri. Sehingga berdasarkan pada penjelasan contoh di atas itu sendiri, mengarahkan bahwa, judul thread ini menjadi ada sambungannya, yaitu,
Memahami Sutta Menggunakan Logika .......adalah sia-sia.
Karena "hanya" melalui pengalaman pengamatan secara langsung oleh diri sendiri sajalah seseorang dapat mengetahui kebenaran.
(Lihat kembali yang dibold biru pada kutipan di atas)
Quote from: hendrako on 26 May 2011, 08:08:20 PM
Tanggapan ente gak nyambung ama tanggapan ane bro............... :outoftopic:
Coba baca sekali lagi, apa yang ane maksud dengan tanggapan ane sebelumnya.
sebaiknya anda cermati lagi jawaban saya. maka anda akan memahami sambungannya dengan jelas.
Quote from: Kainyn_Kutho on 26 May 2011, 04:50:43 PM
Kutipan Digha Nikaya, 12. Lohiccasutta:
'... Di sini, Lohicca, seorang guru yang telah meninggalkan keduniawian dan menjalani kehidupan tanpa rumah, tetapi belum mencapai buah pertapaan. Dan tanpa mencapai tujuan ini, ia mengajarkan muridnya satu ajaran, dengan mengatakan: "ini untuk kebaikanmu, ini untuk kebahagiaanmu." Namun muridnya tidak ingin memperhatikannya, mereka tidak mendengar, mereka tidak membangkitkan pikiran untuk mencapai pencerahan, dan nasihat si guru dicemooh. Ia harus dicela dengan mengatakan: "Yang Mulia ini telah meninggalkan keduniawian ... nasihatnya dicemooh. Ini bagaikan seorang laki-laki yang terus menerus mendekati seorang perempuan yang menolaknya dan merangkulnya walaupun ia telah berpaling." Aku menyatakan ini sebagai ajaran jahat yang berdasarkan kemelekatan, karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain? Ini adalah guru pertama yang layak dicela ... '
Di sini ada contohnya, tapi lebih parah. Tidak menjalani hidup petapa, berbohong mengenai pencapaian buah pertapaan, mengajar ajaran ngaco dan ditolak, tapi tetap bersikeras mengajar karena kemelekatan. Mungkin karena memang tidak punya malu juga.
menjalani hidup sebagai pertapa, bukan jaminan seseorang akan mencapai pencerahan. di dalam seluruh sutta, sang Buddha tidak pernah menyatakan bahwa semua yang meninggalkan hidup berumah tangga, maka ia akan mencapai pencerahan yang lebih tinggi dari pada perumah tangga. tidak ada pernyataan seperti itu sama sekali.
adakah yang berani menjamin bahwa saya telah berbohong? siapa yang berani mengatakan bahwa dirinya yakin 100 % bahwa saya berbohong? sedangkan dia tidak pernah bertemu saya, tidak pernah menyaksikan saya bermeditasi, dan tidak mengamati apa yang terjadi pada saat saya sedang bermeditasi. bagaimana mungkin dia mengetahui sepenuhnya terhadap buah pertapaan yang saya jalani?
suhu di ruangan ini sdh capai 100 derajat cc
pas utk menyeduh secangkir kopi hangat ~o) di malam hr
Quote from: Sunyata on 26 May 2011, 04:15:25 PM
Ini saya bajak dari bro ryu khusus untuk anda :DKesimpulannya mengapa anda membicarakan tolak ukur, mengapa membabarkan logika anda?
karena saya ingin belajar. apa yang ingin saya pelajari? yaitu karakteristik umat budhis. budhisme itu sendiri bisa saya pelajari dari berbagai referensi yang telah disebarkan oleh umat budhis itu sendiri, tapi karakteristik umat budhis dapat lebih saya selami di sini, di forum dhammacitta ini.
dengan begitu, saya tidak akan menduga-duga lagi, bagaimana karakteristik umat buddhis. ini adalah sebuah pembuktian ilmiah dari sebuah proses hipotesa. inilah yang menjadi tujuannya sebenarnya. jika ada yang berpikir bahwa apa yang saya lakukan adalah untuk memperoleh pujian, atau ingin ideologi saya dapat diterima, itu salah besar. sebagaimana saya katakan, bila saya ingin ideologi saya dapat diterima di forum ini atau di forum lainnya, itu sangat mudah bagi saya. dan saya telah bereskperimen sebelumnya. tapi bukan itu yang saya inginkan. berkali-kali saya katakan ini. jika masih ada yang tidak mengerti maksud dari yang saya lakukan ini, itu karena kebodohannya sendiri.
Quote
Mengapa anda mengutak-atik dan memplesetkan isi Tipitaka? Jika punya murid banyak, kenapa anda tidak ajarkan saja kepada mereka agar menc
apai Therajana? ;D
saya hanya mengkaji tripitaka dengan menggunakan logika. kalau anda tafsirkan "memplesetkan", itu terserah anda. di sini, saya tidak menemukan seorangpun yang bisa melakukan bantahan terhadap argumen-argumen. sangat sulit menemukan orang yang bisa berargumen. tapi menemukan orang yang menghina dan mencaci maki itu mudah dan banyak.
Quote
Diskusi yg seperti ini tidak ada manfaatnya dan membuahkan karma buruk buat anda yg bermaksud menyesatkan orang lain.
Semoga anda berhasil digigit ular yang dimaksud ;D
anda yakin 100 % bahwa saya bermaksud menyesatkan orang lain? apakah sangat mustahil kalau anda yang salah faham terhadap saya?
lagi pula anda itu aneh. menganggap diskusi ini tidak bermanfaat, tapi anda betah di sini. kenapa anda tidak memilih thread lain yang anda anggap bermanfaat?
yai ya lah murid buddha pertama aja pakai logika setelah itu yg 4 lagi juga baru ketemu logikanya makanya langsung jd murid buddha
kalu kg pake logika berarti buddha omong doang.....yg jd muridnya cm denger doang....
untuk apa ehipasiko................
Boleh dishare apa hasil kesimpulan karakteristik umat budhis yg kk sudah pelajari? Apakah lebih baik atau buruk atau sama saja dengan umat lain? Apakah karakter dasar umat budhis yg satu dengan yg lain sama? Apakah kk tau sejauh mana umat tersebut memahami ajarannya?
Quote from: M14ka on 26 May 2011, 09:37:12 PM
Boleh dishare apa hasil kesimpulan karakteristik umat budhis yg kk sudah pelajari? Apakah lebih baik atau buruk atau sama saja dengan umat lain? Apakah karakter dasar umat budhis yg satu dengan yg lain sama? Apakah kk tau sejauh mana umat tersebut memahami ajarannya?
segala sesuatu, memiliki persamaan dan perbedaan. karakteristik umat buddha memiliki banyak perbedaan dengan umat lainnya, tak sedikit pula persamaannya. terlebih dahulu, akansaya kemukakan persamaannya.
umumnya orang tidak memahami logika dengan baik. <= ini persamaan umat Buddha dengan umat-umat agama lain.
umat fanatik pada ajaran agamanya <= ini persamaan umat buddha dengan umat lainnya
mempercayai sesuatu belum mereka lihat. Umat agama lain mempercayai adanya Tuhan, yang belum pernah mereka lihat, dan mereka mempersembahkan seluruh hidupnya pada sesuatu yang mereka belum lihat tersebut. sdangkan umat Buddha mempercayai adanya Nibana, seluruh aktifitas hidup ditarik ke dalam Jalan Mulia berunsur 8, yang semuanya ditujukan untuk merealisaikan nibbana, sesuatu yang belum pernah mereka lihat pula. sama saja.
egois dan emosional. semua umat juga bersikap amat baik dan lemah lembut. mereka tampak penuh kasih dan sayang. tapi cobalah sentil "keyakinan" mereka. semua umat juga, termasuk umat buddha juga kemarahannya akan sangat meluap-luap.
perbedannya.
kalo umat lain emosional disebut "kebakaran jenggot"
kalo umat buddha marah disebut "kebakaran bulu ketek".
nah itu ...
dan masih banyak lagi.
jika kita slalu menanggapi hal2 yg tak berguna, lama2 kita akan berubah seperti nya.....
jgn terlalu sering maen dgn sampah,krn entar org2 yg liat kita juga sampah.....
Quote from: moejaer on 26 May 2011, 10:01:31 PM
jika kita slalu menanggapi hal2 yg tak berguna, lama2 kita akan berubah seperti nya.....
jgn terlalu sering maen dgn sampah,krn entar org2 yg liat kita juga sampah.....
kenapa anda masih bermain di sini? apa yang begitu menarik perhatian anda? adakah ssuatu yang berharga untuk anda komentari?
Quote from: Satria on 26 May 2011, 10:07:10 PM
kenapa anda masih bermain di sini? apa yang begitu menarik perhatian anda? adakah ssuatu yang berharga untuk anda komentari?
saya hanya ingat kan....untuk sesuatu yg sia2 knapa masi aja d bahas....
lalu apa yg sebenar nya d cari?? pembuktian diri sapa yg benar ato salah?? ato siapa yg akhir nya kalah krn lebi dulu emosi??
jika emang diri kmu mau belajar, pertama2 kita harus mendengar....
apapun itu baik semua agama selalu mengarah ke kebaikan....apa cukup kita menghapal semua kitab2 suci d dunia??
Quote from: moejaer on 26 May 2011, 10:11:42 PM
saya hanya ingat kan....untuk sesuatu yg sia2 knapa masi aja d bahas....
lalu apa yg sebenar nya d cari?? pembuktian diri sapa yg benar ato salah?? ato siapa yg akhir nya kalah krn lebi dulu emosi??
jika emang diri kmu mau belajar, pertama2 kita harus mendengar....
apapun itu baik semua agama selalu mengarah ke kebaikan....apa cukup kita menghapal semua kitab2 suci d dunia??
oleh karena itu marilah kita make this world better from today
Quote from: moejaer on 26 May 2011, 10:11:42 PM
saya hanya ingat kan....untuk sesuatu yg sia2 knapa masi aja d bahas....
lalu apa yg sebenar nya d cari?? pembuktian diri sapa yg benar ato salah?? ato siapa yg akhir nya kalah krn lebi dulu emosi??
jika emang diri kmu mau belajar, pertama2 kita harus mendengar....
apapun itu baik semua agama selalu mengarah ke kebaikan....apa cukup kita menghapal semua kitab2 suci d dunia??
orang yang salah faham telah muncul satu lagi.
dan selanjutnya anda akan larut di thread ini. saya jamin sepenuhnya.
di sini, saya tidak membicarakan soal menghafal kitab suci, melainkan "bagaimana memahami kitab suci" dengan benar. ada berbagai cara agar kita bisa memahami kitab suci dengan benar. salah satunya adalah dengan menggunakan logika.
jangan dulu berantipati. seandainya anda tidak keburu benci, dan mau mencoba Logika di dalam memahami sutta, maka anda akan memahami kebenaran yang tidak dapat anda temukan sebelumnya, bahkan tidak dapat anda temukan melalui pengalaman-pengalaman meditasi anda. dan terkadang, apa yang bisa kita temukan melalui logika, itu bisa lebih beharga dari pada apa yang bisa kita temukan melalui pengalaman meditasi.
Sebenarnya, saya juga tidak betah dengan yang seperti ini.
Pembahasan yang berkepanjangan ini, tidak akan membawa manfaat sama sekali. Merugikan dan membebankan pikiran dari kedua belah pihak. Dengan segala hormat, saya minta maaf. Saya sadar saya sendirilah yang telah merusak citra umat buddhis. Seperti yang saya dengar, umat buddhis tidak akan hancur oleh agama dan kepercayaan lain. Tetapi, umat buddhislah yang akan menghancurkan dirinya sendiri. Dengan ini saya mengajak teman teman seDC untuk tenang, sadar dan sabar dalam menghadapi segala situasi. Dengan begitu, tidak akan terjadi hal hal seperti ini, hal hal tidak bermanfaat yang telah merusak citra seorang buddhis. Teman teman seDC, dengan ini, redakanlah emosi masing masing, tenanglah, dan renungkan apa yang telah anda lakukan. Semoga dengan postingan ini, akan mengakhiri konflik selama ini yang terjadi, yang merusak citra umat buddhis dan semoga menumbuhkan kesadaran dalam batin masing masing.
Dengan postingan ini, Saya akan angkat kaki dari thread ini.
Saran saya untuk bro Satria: Jika ingin mempelajari Buddha Dhamma, bersungguh sungguhlah. Jangan hanya mementingkan teori yang diajarkan, tetapi mempraktekannya dalam kehidupan sehari hari.
Teman teman DC, mohon direnungkan, tenangkan emosi masing masing, akhiri permasalahan ini, dan tumbuhkan benih kebuddhaan di dalam diri sendiri.
Kebencian tidak akan berakhir jika dibalas dengan kebencian, tapi Kebencian hanya akan berakhir jika dibalas dengan cinta kasih.
Dengan segala hormat, terima kasih.
Namo Buddhaya _/\_
Mohon teman teman renungkan dengan tenang dan redakan emosi masing masing.
Sekian dari saya, terima kasih. Semoga bermanfaat _/\_
Quote from: Sunyata on 26 May 2011, 10:20:28 PM
Sebenarnya, saya juga tidak betah dengan yang seperti ini.
Pembahasan yang berkepanjangan ini, tidak akan membawa manfaat sama sekali. Merugikan dan membebankan pikiran dari kedua belah pihak. Dengan segala hormat, saya minta maaf. Saya sadar saya sendirilah yang telah merusak citra umat buddhis. Seperti yang saya dengar, umat buddhis tidak akan hancur oleh agama dan kepercayaan lain. Tetapi, umat buddhislah yang akan menghancurkan dirinya sendiri. Dengan ini saya mengajak teman teman seDC untuk tenang, sadar dan sabar dalam menghadapi segala situasi. Dengan begitu, tidak akan terjadi hal hal seperti ini, hal hal tidak bermanfaat yang telah merusak citra seorang buddhis. Teman teman seDC, dengan ini, redakanlah emosi masing masing, tenanglah, dan renungkan apa yang telah anda lakukan. Semoga dengan postingan ini, akan mengakhiri konflik selama ini yang terjadi, yang merusak citra umat buddhis dan semoga menumbuhkan kesadaran dalam batin masing masing.
Dengan postingan ini, Saya akan angkat kaki dari thread ini.
Saran saya untuk bro Satria: Jika ingin mempelajari Buddha Dhamma, bersungguh sungguhlah. Jangan hanya mementingkan teori yang diajarkan, tetapi mempraktekannya dalam kehidupan sehari hari.
Teman teman DC, mohon direnungkan, tenangkan emosi masing masing, akhiri permasalahan ini, dan tumbuhkan benih kebuddhaan di dalam diri sendiri.
Kebencian tidak akan berakhir jika dibalas dengan kebencian, tapi Kebencian hanya akan berakhir jika dibalas dengan cinta kasih.
Dengan segala hormat, terima kasih.
Namo Buddhaya _/\_
Mohon teman teman renungkan dengan tenang dan redakan emosi masing masing.
Sekian dari saya, terima kasih. Semoga bermanfaat _/\_
bro sunyata yang baik, tidak ada kebencian disini, tidak ada rasa panas iri , apalagi emosi, justru kita malah senyum aja kok ^-^
Quote from: wang ai lie on 26 May 2011, 10:24:01 PM
bro sunyata yang baik, tidak ada kebencian disini, tidak ada rasa panas iri , apalagi emosi, justru kita malah senyum aja kok ^-^
beginilah cara orang berkelit.
dalam budhisme disebut Sateya.
di dalam islam disebut Muadziroh.
artinya, mencoba menutupi "hal buruk" yang ada di dalam diri dengan kata-kata agar tampak baik. padahal bersikap jujur itu lebih indah kelihatannya.
jika wajahmu tersenyum, hatimu belum tentu tersenyum........
namun,.......
jika hatimu tersenyum, sdh seharusnnya wajahmu tersenyum pula........
jadi tersenyumlah dgn ht yg tulus, maka senyum itu akan terpancar di wajahmu.
Quote from: Sunyata on 26 May 2011, 10:20:28 PM
Sebenarnya, saya juga tidak betah dengan yang seperti ini.
Pembahasan yang berkepanjangan ini, tidak akan membawa manfaat sama sekali. Merugikan dan membebankan pikiran dari kedua belah pihak. Dengan segala hormat, saya minta maaf. Saya sadar saya sendirilah yang telah merusak citra umat buddhis. Seperti yang saya dengar, umat buddhis tidak akan hancur oleh agama dan kepercayaan lain. Tetapi, umat buddhislah yang akan menghancurkan dirinya sendiri.
terima kasih bro ....
itulah yang saya harapkan. kita bisa memulai suatu diskusi yang lebih indah dan lebih baik, jika kita telah jujur dan sadar diri.
perbedaan pendapat bukan persoalan utamanya. persoalan utama adalah bagaimana kita menyikap perbedaan pendapat tersebut.
Quote
Saran saya untuk bro Satria: Jika ingin mempelajari Buddha Dhamma, bersungguh sungguhlah. Jangan hanya mementingkan teori yang diajarkan, tetapi mempraktekannya dalam kehidupan sehari hari.
sebenarnya, saya berusaha berhati-hati dalam menjelaskan segala sesuatunya. saya mencoba mengajak kawan-kawan di sini untuk mendiskusikan "hal yang lebih sederhana dan mudah untuk didiskusikan", bila apa-apa yang saya nyatakan tampak terlalu rumit untuk difahami. tapi niat baik saya itu malah dianggap "melecehkan", seolah-olah dengan mengajak mendiskusik hal yang lebih mudah saya menganggap mereka lebih bodoh. padhal tidak demikian maksud saya. inilah mulanya terjadi perdebatan panas ini. tapi ini juga mnejadi pelajaran berharga bagi saya. mungkin saya harus mengajak menurunkan "level diskusi" dengan cara yang lebih sopan.
Quote
Teman teman DC, mohon direnungkan, tenangkan emosi masing masing, akhiri permasalahan ini, dan tumbuhkan benih kebuddhaan di dalam diri sendiri.
Kebencian tidak akan berakhir jika dibalas dengan kebencian, tapi Kebencian hanya akan berakhir jika dibalas dengan cinta kasih.
Dengan segala hormat, terima kasih.
Namo Buddhaya _/\_
Mohon teman teman renungkan dengan tenang dan redakan emosi masing masing.
Sekian dari saya, terima kasih. Semoga bermanfaat _/\_
anda memberi nasihat yang baik kepada saya dan kepada kawan-kawan anda lainnya di sini.
Quote from: Borsalino on 26 May 2011, 10:30:23 PM
jika wajahmu tersenyum, hatimu belum tentu tersenyum........
namun,.......
jika hatimu tersenyum, sdh seharusnnya wajahmu tersenyum pula........
jadi tersenyumlah dgn ht yg tulus, maka senyum itu akan terpancar di wajahmu.
jika wajahmu tidak terlihat, maka akan terlihat di dalam kata-kata mu. benar kan? :)
Quote from: Satria on 26 May 2011, 10:35:21 PM
jika wajahmu tidak terlihat, maka akan terlihat di dalam kata-kata mu. benar kan? :)
bs jd......
makannya Wo pingin usul ke moderator DC agar semua member disini pake foto aslinnya biar ga ada sandiwara
jadi bisa face2face kalo perlu pake app webcam anggotannya, agar semua member DC berpikir 2x sblm posting sst
Quote from: Satria on 26 May 2011, 09:00:14 PM
menjalani hidup sebagai pertapa, bukan jaminan seseorang akan mencapai pencerahan. di dalam seluruh sutta, sang Buddha tidak pernah menyatakan bahwa semua yang meninggalkan hidup berumah tangga, maka ia akan mencapai pencerahan yang lebih tinggi dari pada perumah tangga. tidak ada pernyataan seperti itu sama sekali.
Ini betul, dan juga Sang Buddha tidak pernah menyatakan bahwa seorang yang hidup yang berumah-tangga bisa mencapai pencerahan.
Quoteadakah yang berani menjamin bahwa saya telah berbohong? siapa yang berani mengatakan bahwa dirinya yakin 100 % bahwa saya berbohong? sedangkan dia tidak pernah bertemu saya, tidak pernah menyaksikan saya bermeditasi, dan tidak mengamati apa yang terjadi pada saat saya sedang bermeditasi. bagaimana mungkin dia mengetahui sepenuhnya terhadap buah pertapaan yang saya jalani?
Sebenar-nya anda terlalu berpegang erat dengan kata-kata ehipasiko. Dan anda menjadikan seolah-olah kata tersebut sebagai kata mantra ajaib saja yang dipegang oleh umat budhis.
Sekarang saya beri contoh:
- Jika ada seorang manusia dengan dada yang montok,tubuh yang langsing, pantat yang seksi, kulit mulus dengan bulu mata yang lentik dan wajahnya sangat cantik dipandang. Apakah jenis kelamin manusia tersebut?
Apakah harus diperiksa dada-nya beneran atau tidak, apakah harus ditelanjangi untuk melihat jenis-nya?
-Ketika anda melihat awan yang sangat hitam menyelimuti langit. Yang biasanya kita sebut mendung. Kenapa disaat kita melihat itu selalu berpikir hujan akan turun. Dan kita akan mempercepat langkah supaya jangan sampai kehujanan?
-Kenapa daerah di pesisir pantai, jika terjadi gempa hanya dengan kekuatan skala 3SR dilokasi mereka, dan mereka tidak lari karena takut tsunami? Karena gempa dengan kekuatan 3SR tidak akan bisa mengundang tsunami. Bukankah begitu?
Sama seperti kasus yang anda ajukan. Bagi orang yang sudah mengerti dan mendalami , mereka tidak perlu jauh-jauh untuk membuktikan bahwa orang itu sudah mencapai tingkat seperti itu.
Tapi apakah mereka bisa tertipu juga di dunia maya ini tentang tingkat yang dicapai orang, jelas bisa. Cuma kebetulan pada kasus anda, ciri-ciri untuk mencapai tingkat itu jelas tidak kelihatan.
Orang yang sudah mencapai jhana tidak seperti anda sikap-nya. Karena setiap melewati 1 tahap jhana pasti ada faktor batin yang sudah terkikis. Faktor batin apakah? Silahkan anda baca-baca dan cari sendiri.Maka-nya setiap orang yang ingin tercerahkan pasti melakukan meditasi. Karena itu satu-satunya jalan untuk mencapai nibbana.
Quote from: Satria on 26 May 2011, 10:18:24 PM
orang yang salah faham telah muncul satu lagi.
dan selanjutnya anda akan larut di thread ini. saya jamin sepenuhnya.
di sini, saya tidak membicarakan soal menghafal kitab suci, melainkan "bagaimana memahami kitab suci" dengan benar. ada berbagai cara agar kita bisa memahami kitab suci dengan benar. salah satunya adalah dengan menggunakan logika.
jangan dulu berantipati. seandainya anda tidak keburu benci, dan mau mencoba Logika di dalam memahami sutta, maka anda akan memahami kebenaran yang tidak dapat anda temukan sebelumnya, bahkan tidak dapat anda temukan melalui pengalaman-pengalaman meditasi anda. dan terkadang, apa yang bisa kita temukan melalui logika, itu bisa lebih beharga dari pada apa yang bisa kita temukan melalui pengalaman meditasi.
seperti seseorang yg kehausan, yg slalu minum dari air yg d ambil dr sumur d sebelah nya....dengan seember penuh air d minum nya...tapi dia masi slalu merasa haus dan bertanya kepada org2 yg lewat ttg air....
bukan krn rasa haus yg ingin d puaskan nya tapi yg d inginkan hanya org2 tuk perhatikan diri nya....
lebi baek ku melangkah pergi dr sini.....
Quote from: moejaer on 26 May 2011, 10:45:15 PM
seperti seseorang yg kehausan, yg slalu minum dari air yg d ambil dr sumur d sebelah nya....dengan seember penuh air d minum nya...tapi dia masi slalu merasa haus dan bertanya kepada org2 yg lewat ttg air....
bukan krn rasa haus yg ingin d puaskan nya tapi yg d inginkan hanya org2 tuk perhatikan diri nya....
lebi baek ku melangkah pergi dr sini.....
selamat jalan.
tapi ini bukan postingan anda yang terakhir untuk saya.
saya jamin sepenuhnya.
Teman teman juga haruslah lebih bijaksana dalam menanggapi hal ini. Sehingga tidak akan terjadi permasalahan yang berkepanjangan seperti ini lagi.
Mohon direnungkan dengan pikiran tenang _/\_
Quote from: Satria on 25 May 2011, 02:02:51 PM
Dari hasil diskusi dengan umat Buddhis di forum dhammacitta.org, saya mengetahui bahwa umumnya umat Buddhis tidak mengenal atau kurang mengenal apa itu Logika.
Ini hal yang pertama anda harus merubah. Jika anda ingin mempelajari logika atau memberikan contoh cara anda belajar sutta dengan teknik logika anda. Anda tidak perlu mengatas-namakan seperti ini. Manusia-manusia yang belum tercerahkan, sudah pasti masih punya LDM. Dan untuk apa anda mengakui bahwa anda sudah mempelajari buddhisme jika anda masih tidak mengerti situasi manusia?
QuotePengertian mereka tentang Logika, berbeda dari yang seharusnya. Dan setelah saya perkenalkan, apa dan bagaimana itu logika kemudian mereka menganggap Logika hanyalah sintaksisme, ilmu menyusun kalimat yang gak penting. Maka tidak henti-hentinya mereka melecehkan Logika itu sendiri, di mana logika merupakan karya besar seorang filsuf ternama, yaitu Aristoteles. Padahal Logika, kendatipun hanya merupakan bagian dari ilmu bahasa, ia sangat penting untuk menguji dan memahami suatu kebenaran.
Jika anda sudah tahu pengertian mereka tidak sama seperti anda, terus untuk apa dilanjutkan lagi. Sesuatu cara yang cocok dengan anda belum tentu sesuai dengan orang lain. Sesuatu yang berharga bagi anda belum tentu berharga bagi orang lain. Sama seperti kacamata, jika kacamata anda -3 sedangkan kacamata saya +3 . Apakah jika kacamata itu kita tukar pakai, maka saya atau anda menjadi lebih nyaman? Bukan terbantu jadi-nya malah menyusahkan. Bukankah begitu?
QuoteTapi umat Buddhis ini tidak percaya, kalo logika bisa digunakan untuk menguji dan memahami suatu kebenaran secara pasti, kebenaran yang sah, valid, tanpa keraguan, tepat, serta tidak terbantahkan. Logika bisa bermanfaat untuk menguji dan memahami kebenaran ajaran-ajaran di dalam sutta-sutta dan di dalam Budhisme. Oleh karena itu, saya akan memberikan contoh mengenai bagaimana memahami sutta dengan menggunakan logika.
Yah, termasuk saya juga tidak percaya. Karena untuk apa jalan berputar jika tujuan-nya akan sama. Dan saya juga tidak melihat pengetahuan anda tentang buddhisme dengan teknik logika anda. Kebenaran dalam pikiran anda tidak sama dengan kebenaran dalam pikiran orang lain. Dan tidak usah disama-samakan atau dicocok-cocokkan. Biarkan orang menjalani dengan cara-nya sendiri.
Quote from: sriyeklina on 26 May 2011, 10:43:39 PM
Ini betul, dan juga Sang Buddha tidak pernah menyatakan bahwa seorang yang hidup yang berumah-tangga bisa mencapai pencerahan.
hmm.. sebenarnya saya pernah membaca bahwa sang Buddha bersabda sang Tathagatha itu bisa saja seorang perumah tangga. maaf kalo saya salah. hanya seingat saya sang Buddha mengatakan bahwa bila sang Tathagatha itu adalah juga seorang perumah tangga, maka ia akan berwujud sebagai "raja yang bijaksana".
dan menurut saya, perumah tangga pun apakah ia raja atau bukan, ia bisa saja mencapai pencerahan dengan kadar pencerahan yang berbeda-beda.
Quote
Sebenar-nya anda terlalu berpegang erat dengan kata-kata ehipasiko. Dan anda menjadikan seolah-olah kata tersebut sebagai kata mantra ajaib saja yang dipegang oleh umat budhis.
Sekarang saya beri contoh:
- Jika ada seorang manusia dengan dada yang montok,tubuh yang langsing, pantat yang seksi, kulit mulus dengan bulu mata yang lentik dan wajahnya sangat cantik dipandang. Apakah jenis kelamin manusia tersebut?
Apakah harus diperiksa dada-nya beneran atau tidak, apakah harus ditelanjangi untuk melihat jenis-nya?
tidak harus. kita tidak boleh menyatakan bahwa "Dia itu perempuan" dalam pengertian "sudah pasti jenis kelaminnya perempuan". tapi kita boleh menyatakan "Dia itu perempuan" dalam pengertian "berpenampilan perempuan". karena, pengertian dari istilah "perempuan" tidak selalu kepada "jenis" kelamin. dengan cara berpikir seperti ini, maka kita bisa terhindar dari kesalahan.
Quote
-Ketika anda melihat awan yang sangat hitam menyelimuti langit. Yang biasanya kita sebut mendung. Kenapa disaat kita melihat itu selalu berpikir hujan akan turun. Dan kita akan mempercepat langkah supaya jangan sampai kehujanan?
jika awan mendung, maka akan turun hujan.
kita harus memahai "hukum kemestian" pada "kalimat menduga" tersbut, apakah itu kemestian sepihak ataukah kemestian timbal balik.
kalimat tersebut adalah kemestian sepihak. hukum pada kemestian sepihak adalah :
jika P, maka Q
ternyata P,
jadi : belum tentu Q
ternyata Q
jadi : pasti P
karena sifatnya kemestian sepihak, maka "jika awan mendung" tak boleh kita berpikir "pasti hujan turun", tapi berpikir "mungkin hujan akan turun". Dan berdasarkan kemungkinan itu kita boleh mepercepat jalan untuk menghindari kemungkinan turunya hujan. ini cara berpikir yang jelas, bukan?
Quote
-Kenapa daerah di pesisir pantai, jika terjadi gempa hanya dengan kekuatan skala 3SR dilokasi mereka, dan mereka tidak lari karena takut tsunami? Karena gempa dengan kekuatan 3SR tidak akan bisa mengundang tsunami. Bukankah begitu?
untuk lebih memahami alasannya, kita harus menanyakanya secara langsung kepada penduduk pesisir pantai.
Quote
Sama seperti kasus yang anda ajukan. Bagi orang yang sudah mengerti dan mendalami , mereka tidak perlu jauh-jauh untuk membuktikan bahwa orang itu sudah mencapai tingkat seperti itu.
Tapi apakah mereka bisa tertipu juga di dunia maya ini tentang tingkat yang dicapai orang, jelas bisa. Cuma kebetulan pada kasus anda, ciri-ciri untuk mencapai tingkat itu jelas tidak kelihatan.
ya.
tapi seandainya anda mengetahui ciri-ciri seseorang telah mencapai Jhana, misalnya, lalu melihat ciri-ciri itu tidak terdapat pada saya, maka anda dengan tenang hati dapat menjelaskan kepada saya "beginilah ciri-cirinya orang yang mencapai jhana" dan anda juga bisa berkata, "saya tidak melihat ciri-ciri itu pada diri anda", dan tidak perlu berkata "saya tau, kau adalah penipu". bagaimana menurut anda. apakah hal yang saya katakan itu benar?
Quote
Orang yang sudah mencapai jhana tidak seperti anda sikap-nya. Karena setiap melewati 1 tahap jhana pasti ada faktor batin yang sudah terkikis. Faktor batin apakah? Silahkan anda baca-baca dan cari sendiri.Maka-nya setiap orang yang ingin tercerahkan pasti melakukan meditasi. Karena itu satu-satunya jalan untuk mencapai nibbana.
mari kita tanyakan kepada orang-orang yang menguasai sutta dari kawan-kawan anda sendiri di forum ini. begini hal yang ingin saya tanyakan, "Apakah orang yang telah mampu mencapai jhana ke 4, masih mungkinkah ia masih melakukan kesalahan? masih mungkinkan ia melakukan perbuatan tercela seperti halnya berzina?
mari tunggu jawaban kawan-kawan anda.
Quote from: sriyeklina on 26 May 2011, 11:03:04 PM
Ini hal yang pertama anda harus merubah. Jika anda ingin mempelajari logika atau memberikan contoh cara anda belajar sutta dengan teknik logika anda. Anda tidak perlu mengatas-namakan seperti ini. Manusia-manusia yang belum tercerahkan, sudah pasti masih punya LDM. Dan untuk apa anda mengakui bahwa anda sudah mempelajari buddhisme jika anda masih tidak mengerti situasi manusia?
terima kasih atas nasihat anda.
mohon di perhatikan hal berikut ini :
telah lama saya prihatin atas kesalahan fahaman umat terhadap agamanya masing-masing. yang saya maksud umat bukan hanya umat Buddhis, tapi umat manusia pada umumnya. agama di dunia ini sangat beragam. padahal jalan untuk mencapai keselamatan hanyalah satu jalan. setiap nabi pada setiap agama, termasuk sang Buddha buddha menjelaskan bahwa apa yang diajarkannya adlah "satu-satunya jalan" menuju kebahagiaan.
semua kelompok agama mengaku "no. 1", semua mengaku "paling benar" dan semua "saling menyalahkan". Akhirnya di dunia ini banyak pertiakain atas nama agama. termasuk "pertikaian kecil" kita di forum ini. tpai seringkali pertiakan itu terjadi krena kita mempertentangkan hal-hal yang sebenarnya tidak bertentangan. atau menyamakan hal-hal yang sesungguhnya berbeda. ini akibat orang-orang kehilangan kemampuan "melihat apa adanya".
salah satu penyebab munculnya "ajaran-ajaran sesat" di dunia ini adalah karena penyalah gunaan logika. salah satu cara menghadang ajaran sesat itu adalah dengan logika juga. kemarhan, kebencian, keserakahan bisa dikikis melalui praktik meditasi dan moral. tapi kesalahan logika, bisa dihancurkan dengan logika yang bnar.
saya merasa, saya telah mempeajari dan memahami logika yang benar. tanpa bermaksud sombong, saya merasa ahli dan terampil di bidang ilmu logika. hal inipun disertai dengan kesadaran "itu baru menurut saya sendiri, belum lah tentu menurut orang lain". Tapi karena saya merasa telah memperoleh manfaat yang nyata dari logika ini, maka saya berusaha mensosialisaikan logika ini kepada orang lain, di mana dan kapan pun.
tetapi, umumnya orang tidak tertarik dengan kajian logika. waktu saya ke perpustakaan daerah, buku-buku logika diperpustakaan merupakan buku yang paling berdebu, karena mungkin merupakan buku yang paling jarang dibaca orang. bahkan Josyuf Syu`ib seorang guru besar ilmu logika menyatakan pernyataan yang menyiratkan amat parahnya pendidikan logika di Indonesia ini. maka bila sya mensosialisasikan logika ini dengan cara baik dan santun, tak satupun orang yang akan sudi meperhatikannya. dan hal itu saya alami bertahun-tahun.
akhirnya saya menemukan suatu cara, bahwa dengan cara menyentuh sisi emosi lawan diskusi saya, orang-orang jadi sangat kritis dan mau menyimak serta memikirkan apa yang saya sampaikan tentang logika. kendatipun orang-orang sangat menentang, tapi tanpa disadari, pengetahuan yang ingin saya sosialisaikan pun terserap oleh batin-batin orang yang "membenci". di sini saya melihat kesamaan antara benci dan cinta, yaitu sama-sama "samyojana", kemelekatan batin.
bagi saya, ketika menawarkan logika, maka ada tiga opsi bagi orang lain "cintai, benci atau tak dibenci pun tak dicintai". jika logika ini dicintai, maka logika akan dipelajari. jika logika ini dibenci, logika ini juga akan dipelajari. tapi jika logika ini tak dibenci dan tak juga dicintai, maka mereka akan mengabaikan.
mungkin saja, metoda yang saya gunakan tersebut salah atau kurang tepat. tapi belum ada yang mengajarkan kepada saya tentang cara yang lebih baik dari itu tentang bagaimana cara agar orang-orang mau mendiskusikan persoalan logika dengan saya.
kendatipun begitu, saya datang ke forum ini bukan untuk mengajari logika kepada umat Buddhis. tapi ingin mempelajari, bagaimana tanggapan umat buddhis tentang logika. sampai saat ini, sudah banyak tanggapan kawan-kawan DC tentang logika, tapi itu belum selesai. banyak hal yang ingin saya sodorkan, untuk melihat bagaimana tanggapannya dari anda dan kawan-kwan anda di sini.
Quote from: Satria on 26 May 2011, 11:04:21 PM
hmm.. sebenarnya saya pernah membaca bahwa sang Buddha bersabda sang Tathagatha itu bisa saja seorang perumah tangga. maaf kalo saya salah. hanya seingat saya sang Buddha mengatakan bahwa bila sang Tathagatha itu adalah juga seorang perumah tangga, maka ia akan berwujud sebagai "raja yang bijaksana".
Yang kedua yang hampir tepat. Jika seseorang yang sudah terpenuhi parami-nya seperti sang buddha, jika dia memilih kehidupan sebagai perumah tangga maka dia akan menjadi seorang raja pemutar roda. Anggap saja artinya seorang raja yang punya kekuasaan besar dan bijaksana. Jika dia meninggalkan hidup perumah tangga maka dia pasti mencapai pencerahan.
Quotedan menurut saya, perumah tangga pun apakah ia raja atau bukan, ia bisa saja mencapai pencerahan dengan kadar pencerahan yang berbeda-beda.
Disini saya harus tahu dulu apa arti pencerahan bagi anda. Pencerahan yang saya pelajari mempunyai arti dia sudah terbebaskan dan tidak akan terlahir kembali. Dan itu tidak mungkin jika orang itu masih berumah tangga.
Untuk lebih jelas anda cari tahu sendiri. Bukan saya sok pintar, bukan sama sekali. Saya yakin anda bisa mencari tahu lebih baik. Dan anda bisa membuktikan apakah saya benar atau salah. Anda bisa membongkar thread demi thread jika anda serius. Dan anda boleh pahami dengan teknik logika anda.
Quotetidak harus. kita tidak boleh menyatakan bahwa "Dia itu perempuan" dalam pengertian "sudah pasti jenis kelaminnya perempuan". tapi kita boleh menyatakan "Dia itu perempuan" dalam pengertian "berpenampilan perempuan". karena, pengertian dari istilah "perempuan" tidak selalu kepada "jenis" kelamin. dengan cara berpikir seperti ini, maka kita bisa terhindar dari kesalahan.
Jika itu dihadapan anda, apakah anda bisa membedakan jenis kelamin wanita dengan yang berpura-pura? Yang kita bicarakan pandangan secara umum.
Quotejika awan mendung, maka akan turun hujan.
kita harus memahai "hukum kemestian" pada "kalimat menduga" tersbut, apakah itu kemestian sepihak ataukah kemestian timbal balik.
kalimat tersebut adalah kemestian sepihak. hukum pada kemestian sepihak adalah :
jika P, maka Q
ternyata P,
jadi : belum tentu Q
ternyata Q
jadi : pasti P
karena sifatnya kemestian sepihak, maka "jika awan mendung" tak boleh kita berpikir "pasti hujan turun", tapi berpikir "mungkin hujan akan turun". Dan berdasarkan kemungkinan itu kita boleh mepercepat jalan untuk menghindari kemungkinan turunya hujan. ini cara berpikir yang jelas, bukan?
Saya tidak perlu belajar dari bahasa-nya. Karena disaat mendung saya tidak akan melihat kata-kata di mendung tersebut.
Saya lebih tertarik dengan IPA-nya. Mendung adalah awan yang mengandung uap air yang sangat banyak.Dan itu adalah gejala hujan mau turun. Semakin gelap mendung maka semakin banyak kadar air diawan itu. Jadi saya akan mepercepat langkah saya.
Quoteuntuk lebih memahami alasannya, kita harus menanyakanya secara langsung kepada penduduk pesisir pantai.
Untuk kasus ini anda tidak usah jauh-jauh bertanya. Karena saya penduduk pesisir pantai.
Quotetapi seandainya anda mengetahui ciri-ciri seseorang telah mencapai Jhana, misalnya, lalu melihat ciri-ciri itu tidak terdapat pada saya, maka anda dengan tenang hati dapat menjelaskan kepada saya "beginilah ciri-cirinya orang yang mencapai jhana" dan anda juga bisa berkata, "saya tidak melihat ciri-ciri itu pada diri anda", dan tidak perlu berkata "saya tau, kau adalah penipu". bagaimana menurut anda. apakah hal yang saya katakan itu benar?
Inilah yang nama-nya sebab akibat. Seharusnya anda perhatikan, apa penyebab-nya seseorang mengatakan begitu?
Adakah yang berlebihan dari kata-kata anda?
Tidak usah jauh-jauh. Contoh saja saya, dulu saya bertanya pada anda secara baik. Setelah makin lama, anda lihat sendiri yang terjadi sesudah-nya. Dan lihat sekarang. Jelas berbeda. Semua orang berusaha memberitahu tapi dengan cara-nya sendiri-sendiri. Akhirnya semua menempuh jalan yang sama.Dan anda merasa diolok-olok. Padahal tidak semua-nya dengan niat seperti itu. Dan hari ini saya berminat berdiskusi dengan anda karena saya melihat sedikit perubahan dari sebelum-nya.
Jika anda masih seperti sebelum-nya, jujur saja yah. Paling saya ikut nimbrung jika ingin mencari humor. Minimal ada manfaat-nya juga anda bisa membuat orang terhibur dan tertawa.
Quotemari kita tanyakan kepada orang-orang yang menguasai sutta dari kawan-kawan anda sendiri di forum ini. begini hal yang ingin saya tanyakan, "Apakah orang yang telah mampu mencapai jhana ke 4, masih mungkinkah ia masih melakukan kesalahan? masih mungkinkan ia melakukan perbuatan tercela seperti halnya berzina?
mari tunggu jawaban kawan-kawan anda.
Kenapa anda tidak berusaha mencari sendiri dulu? Jika anda bisa mencari, berarti benar anda ingin mempelajari buddhisme. Tapi jika hanya untuk bahan berdebat katakanlah bahwa anda hanya ingin berdebat. Jadi orang yang hobi berdebat akan maju berdebat, yang tidak hobi berdebat maka akan mundur. Tidak perlu amburadul jadi-nya.
Quote from: sriyeklina
Jika anda sudah tahu pengertian mereka tidak sama seperti anda, terus untuk apa dilanjutkan lagi.
untuk mencoba menjelaskan bagaimana pengertian logika menurut yang saya fahami.
Quote
Sesuatu cara yang cocok dengan anda belum tentu sesuai dengan orang lain. Sesuatu yang berharga bagi anda belum tentu berharga bagi orang lain. Sama seperti kacamata, jika kacamata anda -3 sedangkan kacamata saya +3 . Apakah jika kacamata itu kita tukar pakai, maka saya atau anda menjadi lebih nyaman? Bukan terbantu jadi-nya malah menyusahkan. Bukankah begitu?
anda benar sekali. maka sejak awal diskusi, saya slalu menanyakan tolak ukur kebenarannya yang bisa dimufakati bersama. artinya sebelum diskusi berlarut-larut, sebenarnya saya ingin mencari "apa kriteria yang bisa dianggap cocok" oleh kita bersama.
tolak ukur itu misalnya "Tipitaka". saya yakin, bila kita mengutup sabda sang Buddha, maka yang menajdi tolak ukurnya adalah Tipitaka. "Apakah benar kata-kata itu tertulis di sana?" jika benar tertulis, maka pernyataan tersebut memiliki referensi yang benar. maka kita menjadikan Tipitaka sebagai Tolak Ukur kebenaran referentif yang bisa dimufakati bersama oleh umat Buddhis. bandingkan bila saya mengukur keenaran referentif itu dengan Quran? tentu ini tidak akan dimufakati oleh umat Buddhis.
jadi, dengan menentukan tolak ukurnya, tidak ada lagi istilah "cocok di sana, tapi tidak cocok di kamu" atau "masuk akal menruut saya, tapi tidak masuk akal menurut kamu" atau "kita menggunakan kaca mata berbeda". karna kita mufakat untuk menggunakan "satu kacamata" untuk digunakan bersama secara begantian. kendatipun ukuran kaca mata berbeda-beda, tidak mustahil kita bisa menemukan kaca mata yang nyaman untuk dipakai oleh semua orang yang hadir di sini.
Quote from: Satria on 26 May 2011, 11:29:28 PM
terima kasih atas nasihat anda.
mohon di perhatikan hal berikut ini :
telah lama saya prihatin atas kesalahan fahaman umat terhadap agamanya masing-masing. yang saya maksud umat bukan hanya umat Buddhis, tapi umat manusia pada umumnya. agama di dunia ini sangat beragam. padahal jalan untuk mencapai keselamatan hanyalah satu jalan. setiap nabi pada setiap agama, termasuk sang Buddha buddha menjelaskan bahwa apa yang diajarkannya adlah "satu-satunya jalan" menuju kebahagiaan.
semua kelompok agama mengaku "no. 1", semua mengaku "paling benar" dan semua "saling menyalahkan". Akhirnya di dunia ini banyak pertiakain atas nama agama. termasuk "pertikaian kecil" kita di forum ini. tpai seringkali pertiakan itu terjadi krena kita mempertentangkan hal-hal yang sebenarnya tidak bertentangan. atau menyamakan hal-hal yang sesungguhnya berbeda. ini akibat orang-orang kehilangan kemampuan "melihat apa adanya".
salah satu penyebab munculnya "ajaran-ajaran sesat" di dunia ini adalah karena penyalah gunaan logika. salah satu cara menghadang ajaran sesat itu adalah dengan logika juga. kemarhan, kebencian, keserakahan bisa dikikis melalui praktik meditasi dan moral. tapi kesalahan logika, bisa dihancurkan dengan logika yang bnar.
saya merasa, saya telah mempeajari dan memahami logika yang benar. tanpa bermaksud sombong, saya merasa ahli dan terampil di bidang ilmu logika. hal inipun disertai dengan kesadaran "itu baru menurut saya sendiri, belum lah tentu menurut orang lain". Tapi karena saya merasa telah memperoleh manfaat yang nyata dari logika ini, maka saya berusaha mensosialisaikan logika ini kepada orang lain, di mana dan kapan pun.
tetapi, umumnya orang tidak tertarik dengan kajian logika. waktu saya ke perpustakaan daerah, buku-buku logika diperpustakaan merupakan buku yang paling berdebu, karena mungkin merupakan buku yang paling jarang dibaca orang. bahkan Josyuf Syu`ib seorang guru besar ilmu logika menyatakan pernyataan yang menyiratkan amat parahnya pendidikan logika di Indonesia ini. maka bila sya mensosialisasikan logika ini dengan cara baik dan santun, tak satupun orang yang akan sudi meperhatikannya. dan hal itu saya alami bertahun-tahun.
akhirnya saya menemukan suatu cara, bahwa dengan cara menyentuh sisi emosi lawan diskusi saya, orang-orang jadi sangat kritis dan mau menyimak serta memikirkan apa yang saya sampaikan tentang logika. kendatipun orang-orang sangat menentang, tapi tanpa disadari, pengetahuan yang ingin saya sosialisaikan pun terserap oleh batin-batin orang yang "membenci". di sini saya melihat kesamaan antara benci dan cinta, yaitu sama-sama "samyojana", kemelekatan batin.
bagi saya, ketika menawarkan logika, maka ada tiga opsi bagi orang lain "cintai, benci atau tak dibenci pun tak dicintai". jika logika ini dicintai, maka logika akan dipelajari. jika logika ini dibenci, logika ini juga akan dipelajari. tapi jika logika ini tak dibenci dan tak juga dicintai, maka mereka akan mengabaikan.
mungkin saja, metoda yang saya gunakan tersebut salah atau kurang tepat. tapi belum ada yang mengajarkan kepada saya tentang cara yang lebih baik dari itu tentang bagaimana cara agar orang-orang mau mendiskusikan persoalan logika dengan saya.
kendatipun begitu, saya datang ke forum ini bukan untuk mengajari logika kepada umat Buddhis. tapi ingin mempelajari, bagaimana tanggapan umat buddhis tentang logika. sampai saat ini, sudah banyak tanggapan kawan-kawan DC tentang logika, tapi itu belum selesai. banyak hal yang ingin saya sodorkan, untuk melihat bagaimana tanggapannya dari anda dan kawan-kwan anda di sini.
Ini sudah saya jelaskan bukan. Apa yang cocok sama anda belum tentu cocok untuk orang lain.
Quote from: Satria on 26 May 2011, 11:39:39 PM
untuk mencoba menjelaskan bagaimana pengertian logika menurut yang saya fahami.
anda benar sekali. maka sejak awal diskusi, saya slalu menanyakan tolak ukur kebenarannya yang bisa dimufakati bersama. artinya sebelum diskusi berlarut-larut, sebenarnya saya ingin mencari "apa kriteria yang bisa dianggap cocok" oleh kita bersama.
tolak ukur itu misalnya "Tipitaka". saya yakin, bila kita mengutup sabda sang Buddha, maka yang menajdi tolak ukurnya adalah Tipitaka. "Apakah benar kata-kata itu tertulis di sana?" jika benar tertulis, maka pernyataan tersebut memiliki referensi yang benar. maka kita menjadikan Tipitaka sebagai Tolak Ukur kebenaran referentif yang bisa dimufakati bersama oleh umat Buddhis. bandingkan bila saya mengukur keenaran referentif itu dengan Quran? tentu ini tidak akan dimufakati oleh umat Buddhis.
jadi, dengan menentukan tolak ukurnya, tidak ada lagi istilah "cocok di sana, tapi tidak cocok di kamu" atau "masuk akal menruut saya, tapi tidak masuk akal menurut kamu" atau "kita menggunakan kaca mata berbeda". karna kita mufakat untuk menggunakan "satu kacamata" untuk digunakan bersama secara begantian. kendatipun ukuran kaca mata berbeda-beda, tidak mustahil kita bisa menemukan kaca mata yang nyaman untuk dipakai oleh semua orang yang hadir di sini.
Bro, sepertinya anda tidak berusaha memahami maksud yang ingin saya sampaikan. Jika anda masih berkutat menurut anda itu yang terbaik silahkan. Kebetulan saya bukan tipe orang yang hobi menjelaskan berkali-kali.
SELAMAT MALAM.
Quote from: sriyeklina
Inilah yang nama-nya sebab akibat. Seharusnya anda perhatikan, apa penyebab-nya seseorang mengatakan begitu?
Adakah yang berlebihan dari kata-kata anda?
Tidak usah jauh-jauh. Contoh saja saya, dulu saya bertanya pada anda secara baik. Setelah makin lama, anda lihat sendiri yang terjadi sesudah-nya. Dan lihat sekarang. Jelas berbeda. Semua orang berusaha memberitahu tapi dengan cara-nya sendiri-sendiri. Akhirnya semua menempuh jalan yang sama.Dan anda merasa diolok-olok. Padahal tidak semua-nya dengan niat seperti itu. Dan hari ini saya berminat berdiskusi dengan anda karena saya melihat sedikit perubahan dari sebelum-nya.
Jika anda masih seperti sebelum-nya, jujur saja yah. Paling saya ikut nimbrung jika ingin mencari humor. Minimal ada manfaat-nya juga anda bisa membuat orang terhibur dan tertawa.
di dalam diskusi sebelumnya, tidak ada pernyataan bahwa saya mengaku telah mencpai Jhana. yang ada adalah saya menceritakan kisah mistik, atau kekuatan supranatural yang muncul saat saya dikeroyok belasan pemuda. dan pada saat itulah sdr. wang ai lie menyebut-nyebut Jhana. yang saya ingat dia berkata, "anda mempunyai Jhana, ngaca dulu?"
saya tidak ingat kalo saya mengaku telah mencapai jhana, dan saya tidak mengerti mengapa wang ai lie berkata demikian. lalu saya berpikir bahwa wang ai lie menyimpulkan saya mengaku mencapai jhana karena saya mengaku dpat mengalahkan belasan pemuda dnegan kekuatan supranatural. itulah awal mulanya pembicaraan tentang Jhana.
selanjutnya, saya memberi tau bahwa asalnya saya tidak mengenal jhana. tapi dulu, ketika id saya candra_mulslim,saya mengkolsultasikan pengalaman meditasi saya kepada kawan-kwan di DC ini. lalu mereka sendiri yang menyimpulkan bahwa apa yang telah saya alami adalah pencapaian jhana itu sendiri. belakangan, kesimpulan itu mereka batalkan karena mereka melihat sifat yang burk pada diri saya.
jadi, tidak ada pernyataan bahwa saya mengaku telah mencapai Jhana.
adapun kisah menglahkan belasan pemuda itu saya ceritakan dengan sejujur-jujurnya, tanpa bermaksud memamerkan dan sombong "ini aku seorang jagoan" saya hanya menceritakan sebuah kisah, yang bila bagian itu tidak disampaikan maka kisahnya menjadi "kurang lengkap. sewaktu saya menceritakan guru saya yang bertanya, "mengapa kamu tidak mempergunakan ilmu yang saya ajarkan?" maka saya menjelaskan alasannya. ini benar-benar sekedar mengisahkan pengalan hidup, bukan unjuk kesaktian di hadapan anda. tapi saya tidak menyangka kalau hal itu kemudian menjadi hal yang sangat dipermasalahkan.
sama sekali saya tidak keberatan dengan sikap tidak percaya orang yang tidak percaya kalau saya telah pernah menglahkan belasan pemuda dengan sebuah kekuatan supranatural. saya hanya bertanya, "Bagaimana mereka dpat memastikan bahwa saya berbohong, sedangkan mereka tidak menyaksikan ketika peristiwa itu terjadi? apakah mereka memiliki mata Buddha yang bisa mengetahui hal-hal yang pernah terjadi?" atau dengna pertnyaan saya yang lain : apakah yang membuat orang berpikir "mustahil Satria memiliki kemampuan seperti itu" ? harus digaris bawahi, ini hanyalah pertanyaan. dan sangat mengejutkan, ketika selanjutnya pertanyaan ini seakan menjadi "masalah yang begitu berat" bagi kawan-kawan di DC.
Quote from: sriyeklina on 26 May 2011, 11:45:56 PM
Ini sudah saya jelaskan bukan. Apa yang cocok sama anda belum tentu cocok untuk orang lain.
saya tidak mengingkari apa yang anda katakan. saya menyatakan bahwa apa yang anda katakan itu adalah "benar". setelah itu kemudian saya mengajukan pertanyaan ini kepad anda. "Apakah tidak mungkin kita bisa menemukan apa yang cocok pada diri anda, juga bisa cocok pada diri saya?"
apakah anda bisa memahami maksud saya?
lagi pula, seandainya anda memahami bahwa apa yang cocok buat anda, belum tentu cocok buat saya, seharusnya anda tidak tampak kesal seperti yang terlihat pada kata-kata anda berikut :
Quote
Bro, sepertinya anda tidak berusaha memahami maksud yang ingin saya sampaikan. Jika anda masih berkutat menurut anda itu yang terbaik silahkan. Kebetulan saya bukan tipe orang yang hobi menjelaskan berkali-kali.
SELAMAT MALAM.
Quote from: Satria on 27 May 2011, 12:00:16 AM
di dalam diskusi sebelumnya, tidak ada pernyataan bahwa saya mengaku telah mencpai Jhana. yang ada adalah saya menceritakan kisah mistik, atau kekuatan supranatural yang muncul saat saya dikeroyok belasan pemuda. dan pada saat itulah sdr. wang ai lie menyebut-nyebut Jhana. yang saya ingat dia berkata, "anda mempunyai Jhana, ngaca dulu?"
saya tidak ingat kalo saya mengaku telah mencapai jhana, dan saya tidak mengerti mengapa wang ai lie berkata demikian. lalu saya berpikir bahwa wang ai lie menyimpulkan saya mengaku mencapai jhana karena saya mengaku dpat mengalahkan belasan pemuda dnegan kekuatan supranatural. itulah awal mulanya pembicaraan tentang Jhana.
selanjutnya, saya memberi tau bahwa asalnya saya tidak mengenal jhana. tapi dulu, ketika id saya candra_mulslim,saya mengkolsultasikan pengalaman meditasi saya kepada kawan-kwan di DC ini. lalu mereka sendiri yang menyimpulkan bahwa apa yang telah saya alami adalah pencapaian jhana itu sendiri. belakangan, kesimpulan itu mereka batalkan karena mereka melihat sifat yang burk pada diri saya.
jadi, tidak ada pernyataan bahwa saya mengaku telah mencapai Jhana.
adapun kisah menglahkan belasan pemuda itu saya ceritakan dengan sejujur-jujurnya, tanpa bermaksud memamerkan dan sombong "ini aku seorang jagoan" saya hanya menceritakan sebuah kisah, yang bila bagian itu tidak disampaikan maka kisahnya menjadi "kurang lengkap. sewaktu saya menceritakan guru saya yang bertanya, "mengapa kamu tidak mempergunakan ilmu yang saya ajarkan?" maka saya menjelaskan alasannya. ini benar-benar sekedar mengisahkan pengalan hidup, bukan unjuk kesaktian di hadapan anda. tapi saya tidak menyangka kalau hal itu kemudian menjadi hal yang sangat dipermasalahkan.
sama sekali saya tidak keberatan dengan sikap tidak percaya orang yang tidak percaya kalau saya telah pernah menglahkan belasan pemuda dengan sebuah kekuatan supranatural. saya hanya bertanya, "Bagaimana mereka dpat memastikan bahwa saya berbohong, sedangkan mereka tidak menyaksikan ketika peristiwa itu terjadi? apakah mereka memiliki mata Buddha yang bisa mengetahui hal-hal yang pernah terjadi?" atau dengna pertnyaan saya yang lain : apakah yang membuat orang berpikir "mustahil Satria memiliki kemampuan seperti itu" ? harus digaris bawahi, ini hanyalah pertanyaan. dan sangat mengejutkan, ketika selanjutnya pertanyaan ini seakan menjadi "masalah yang begitu berat" bagi kawan-kawan di DC.
bisa di share di tread apa, kapan ? seperti yang di bold di atas _/\_
Quote from: wang ai lie on 17 May 2011, 01:29:42 PM
nah bukannya anda sendiri yang bilang, seharunya anda lebih sadar lagi, dari sekian banyak tread yang anda munculkan dan setiap postingan anda. apakah tidak menunjukan bahwa diri anda yang memamerkan kelebihan pada orang lain, tapi anda sendiri tidak sanggup menerima kelebihan orang lain dan itu lebih dari lebih sombong lagi, coba anda membeli kaca dan berkaca, apakah anda sombong? apakah anda suka memamerkan kelebihan? bukannya anda sendiri bilang bisa meragah sukma (kalau saya bisanya merogoh kantong :P) bisa berkelahi lawan 15 orang, dan anda mempunyai jhana?... please deh berkaca dulu sebelum berkata :))
apakah kata2 itu? apakah saya mengucapkan dengan konotasi kata seperti yang anda cantumkan di atas?
Quotepada saat itulah sdr. wang ai lie menyebut-nyebut Jhana. yang saya ingat dia berkata, "anda mempunyai Jhana, ngaca dulu?"
tentang jhana bukankah anda sendiri yang mengatakan? dan bukan hanya saya yang mengatakan anda seperti itu juga, coba baca tread yang lain secara teliti _/\_
Quote from: Satria on 17 May 2011, 12:01:50 AM
suatu waktu, dalam meditasi saya, saya mengalami "meraga sukma". anda tau kan meraga sukma?
ketika "ruh" (tubuh batin) saya ada di langit, saya melihat seluruh makhluk ini sebenarnya merupakan kumpulan cahaya dengan kadar terang yang berbeda-beda. manusia yang cahayanya paling terang, itulah yang paling suci, yang darinya telah hilang "rajas" (kebodohan batin). lalu saya memandang ke arah barat daya, di sana saya melihat ada makhluk yang cahayanya terang benderang, menyentuh segenap penjuru semesta. tapi ia berada di bumi. maka saya yakin, makhluk adalah manusia agung yang paling suci, yang tercerahkan sempurna.
setelah saya kembali ke alam raga saya, lalu saya berkelana untuk mencari manusia agung itu ... setahun....dua tahun... naik gunung, turun gunung, saya terus besabar, ...demi bertemu manusia agung itu.
bersambung ....
nah itu bersambung.. sambungannya kenapa tidak di lanjutkan ;)
Quote from: Satria on 24 May 2011, 04:27:48 PM
ya.
saya mencoba menyelami dan mempraktikan meditasi samatha dan vipasana. keduanya merupakan teknik meditasi yang hebat, dan kaya akan teori. tapi untuk mengembangkan konsentrasi, trus terang, dengan menggunakan teknik samatha saya merasa 10 kali lebih sulit dari menggunakan meditasi kracht. dalam kurun waktu tertentu, karena ingin menyelami mditasi samatha, setiap hari saya bermeditasi samatha dan meninggalkan meditasi karcht. efeknya, sangat sulit bagi saya untuk mencapai jhana. walaupun akhirnya pun saya berhasl mncapai jhana dengan meditasi samatha, tapi itu butuh waktu sangat lama. sedangkan melalui meditasi kracht, saya tidak perlu selama itu untuk mencapai jhana. akan tetapi, kelebihan meditasi budhis terletak pada meditasi vippsananya. dengan jujur saya katakan, meditasi vippasana budhis ini tidak ada bandingannya di dunia ini. ia adalah teknik meditasi terbaik yang pernah saya pelajari.
Quote from: Satria on 18 May 2011, 10:16:04 PM
saya tidak keberatan dengan ketidak percayaan anda. kepercayaan adalah hak masing-masing.
saya memahami bahwa di dalam budhisme adalah Meditasi Asubha, yaitu meditasi yang efeknya bisa mengurangi keserakahan terhadap hal-hal duniawi.
tapi apakah anda belum pernah membaca sabda sang Buddha yang berkata, "Apa manfaatnya bila konsentrasi berkembang? Semua nafsu ditinggalkan."
ketika Jhana tercapai, maka semua nafsu ditinggalkan (mengendap). dan dengan pikiran yang mendalam itu, yang tanpa nafsu, maka orang akan melihat seorang wanita itu tak lain hanyalah "tulang terbungkus daging" dengan pandangan yang tenang, bukan dengan pandangan yang jijik.
tetapi, batin itu berproses dengan cepat. setelah mencapai upekha (ketenangan batin), kualitas batin menurun secara cepat atau lambat, dan pemikiran-pemikiran terjadi. ketika pemikiran-pemikiran ini terjadi, maka saya merenungkan hal-hal tadi, seperti "singkatnya kehidupan", atau hal-hal yang menjijikan dari "selera rendahan". perenungan tersebut sama saja dengan meditasi Asubha. dan apabila dilakukan stelah Jhana, efek perenungan tersebut akan menjadi sangat luar biasa.
saya menjelaskan sebisa mungkin, sesuai yang saya alami. percaya atau tidak percaya, saya tidak keberatan. silahkan!
jadi siapa yang mengatakan memiliki jhana? _/\_
Alkisah, seorang pengusaha mengunjungi suatu bar,
dia duduk dan melihat seseorang yang telinganya tersumbat pisang,
ya...., sebuah pisang ada di dalam telinganya!
Dan dia berpikir," Alangkah baiknya jika saya memberitahukan hal itu kepadanya....
hmm...jangan, itu bukan urusan saya."
Tetapi pemikiran untuk memberitahukan itu terus mengganggu pikirannya.
Dengan demikian sesudah dia minum beberapa gelas, dia berkata kepada orang itu.
"Maaf, di telinga Anda ada sebuah pisang."
Orang itu berkata, " Apa?"
Pengusaha itu mengulangi, "Di telinga Anda ada sebuah pisang."
Sekali lagi orang itu berkata, "Apa maksud Anda?"
"Di telinga Anda ada sebuah pisang!" teriak pengusaha itu.
"Berbicaralah lebih keras." kata orang itu, "Di telinga saya ada sebuah pisang!"
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2F2.bp.blogspot.com%2F-Y2NNgc3juLI%2FTZaKx5buQtI%2FAAAAAAAAACo%2FK_YsOH0Hctk%2Fs400%2Fbudha_banana.jpg%253Cbr%2520%2F%253E%2520%3BD&hash=d3c82d2b9206bca115bcc861dc529d226c8971da)
Sumber (cerita) : Awareness oleh Anthony de Mello
Quote from: hendrako on 27 May 2011, 08:55:20 AM
Alkisah, seorang pengusaha mengunjungi suatu bar,
dia duduk dan melihat seseorang yang telinganya tersumbat pisang,
ya...., sebuah pisang ada di dalam telinganya!
Dan dia berpikir," Alangkah baiknya jika saya memberitahukan hal itu kepadanya....
hmm...jangan, itu bukan urusan saya."
Tetapi pemikiran untuk memberitahukan itu terus mengganggu pikirannya.
Dengan demikian sesudah dia minum beberapa gelas, dia berkata kepada orang itu.
"Maaf, di telinga Anda ada sebuah pisang."
Orang itu berkata, " Apa?"
Pengusaha itu mengulangi, "Di telinga Anda ada sebuah pisang."
Sekali lagi orang itu berkata, "Apa maksud Anda?"
"Di telinga Anda ada sebuah pisang!" teriak pengusaha itu.
"Berbicaralah lebih keras." kata orang itu, "Di telinga saya ada sebuah pisang!"
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2F2.bp.blogspot.com%2F-Y2NNgc3juLI%2FTZaKx5buQtI%2FAAAAAAAAACo%2FK_YsOH0Hctk%2Fs400%2Fbudha_banana.jpg%253Cbr%2520%2F%253E%2520%3BD&hash=d3c82d2b9206bca115bcc861dc529d226c8971da)
Sumber (cerita) : Awareness oleh Anthony de Mello
_/\_ sekiranya apa maksud tersirat yang ingin disampaikan dengan perumpaan tersebut bro, mohon pencerahannya _/\_
Quote from: wang ai lie on 27 May 2011, 08:58:31 AM
_/\_ sekiranya apa maksud tersirat yang ingin disampaikan dengan perumpaan tersebut bro, mohon pencerahannya _/\_
Kira2 maksudnya adalah, seseorang tidak akan dapat menolong orang lain yang memang tidak ingin berubah.
_/\_ terima kasih atas pencerahannya
REQUEST :
Mohon kepada Admin agar sudi kiranya memindahkan thread ini ke kafe jongkok.
Karena dari judulnya cukup menyesatkan bagi pemula yg ingin belajar dhamma. Tq
Quote from: Satria on 26 May 2011, 09:44:06 PM
segala sesuatu, memiliki persamaan dan perbedaan. karakteristik umat buddha memiliki banyak perbedaan dengan umat lainnya, tak sedikit pula persamaannya. terlebih dahulu, akansaya kemukakan persamaannya.
umumnya orang tidak memahami logika dengan baik. <= ini persamaan umat Buddha dengan umat-umat agama lain.
umat fanatik pada ajaran agamanya <= ini persamaan umat buddha dengan umat lainnya
mempercayai sesuatu belum mereka lihat. Umat agama lain mempercayai adanya Tuhan, yang belum pernah mereka lihat, dan mereka mempersembahkan seluruh hidupnya pada sesuatu yang mereka belum lihat tersebut. sdangkan umat Buddha mempercayai adanya Nibana, seluruh aktifitas hidup ditarik ke dalam Jalan Mulia berunsur 8, yang semuanya ditujukan untuk merealisaikan nibbana, sesuatu yang belum pernah mereka lihat pula. sama saja.
egois dan emosional. semua umat juga bersikap amat baik dan lemah lembut. mereka tampak penuh kasih dan sayang. tapi cobalah sentil "keyakinan" mereka. semua umat juga, termasuk umat buddha juga kemarahannya akan sangat meluap-luap.
perbedannya.
kalo umat lain emosional disebut "kebakaran jenggot"
kalo umat buddha marah disebut "kebakaran bulu ketek".
nah itu ...
dan masih banyak lagi.
Maaf saya hanya baca di tread ini. Sudikiranya bro Satria jawab meskipun sdh dijawab di thread yg lain :
Apakah bro Satria percaya Tuhan ?
Apakah bro Satria percaya Nibbana ?
Apa yg bro Satria percaya ?
Apakah logika itu kekal atao tidak kekal ?
Apakah api itu ada ?
Apakah api itu kekal ?
Apa warna api ?
Apakah warna api kekal ?
Kalo bisa di jawab dgn Ya dan Tidak, beserta argumen penguat/pendukung..
Trims.
di sini, saya telah berhasil membuat forum menjadi "hot". saya merasa senang hati dala memainkan mental penghuni DC. setelah mereka dapat merasakan penderitaan karena suka dan benci, kini saatnya saya mengarahkan mereka kepada kedamaian dan ketenangan batin.
segala hujatan, fitnah, cacian dan makian, serta kesalah fahaman adalah ujian atas kesabaran. sseorang tidak bisa disebut "penyabar" bila orang-orang disekitarnya memang berbuat baik padanya, lemah lembut dan sopan santun. seseoran hanya bisa terlihat kesabarannya ketika orang-orang disekitarnya adalah penghujat, pencaci, bersikap keras dan menganiaya dirinya.
setelah sampai pada kondisi seperti ini, saya ingin tau, siapakah yang bisa membuat saya marah? tidak akan ada seorangpun di sini yang akan bisa membuat saya marah atau merasa kesal. Ancaman maut dari Tuhan DC pun tidak menggetarkan hati saya. toh, hidup atau mati sama saja. mungkin adalah alam DC yang penuh penderitaan. bila saya mati, mungkin akan bertumimbal lahir di alam sorgawi. :))
anggapan bahwa semua proses diskusi ini sangat menyenangkan, atau sangat membencikan, inilah yang menjadi sumber penderitaan karena kemekatan. selama orang berpikir bahwa di dunia ini ada hal-hal yang menyenangkan yang berharga untuk dinikmati, maka ia tidak akan dapat melepaskan diri dari kemalasan. dan kemalasan itu adalah Dukha itu sendiri.
melalui meditasi samatha, seharusnya kita mampu mencapai suatu ketenangan yang mendalam, yang karenanya kita menjadi teguh, kuat dan tenang, seteguh batu karang.
melalui meditasi vipasana seharusnya kita mampu melepaskan segala sesuatunya untuk muncul, berubah dan berlalu, sehingga tidak ada keberaratan apapun terhadap segala yang dilakukan oleh orang lain.
seandainya saya masih keberatan dengan hal-hal yang dilakukan dan dikatakan oleh penghuni DC kepada saya, berarti saya tidak sungguh belajar bervipasana.
maka, silahkan anda semua menguji diri saya di sini sebisa anda.
Psiko
setelah menggodok penghuni DC dengan suka dan benci, sekarang saya masuk ke dalam persemedian. semoga mereka mengikuti saya, masuk ke alam samadhi. Kemudian mereka akan "melihat".
melalui perhatian yang diarahkan pada setiap tarikan dan hembusan nafas, mari kita redakan pemikiran, sampai terasa munculnya kedamaian yang menghancurkan segala suka dan benci.
bila kita telah sampai pada samadhi, maka kita akan "melihat" bahwa kebenaran bukanlah A dan bukan pula bukannya A. Kebenaran apapun yang bisa diucapkan, itu bukanlah kebenaran yang sesungguhnya.
dengan cara begini, saya akan bermeditasi bersama anda, melalui forum ini.
seandainya ada rencana Tuhan DC hendak mencabut nyawa saya, sebelum itu, marilah bermeditasi bersama saya, sekali ini saja.
melalui meditasi samatha-vipasana, kita akan memasuki alam yang ajaib, yang darinya kebijaksanaan akan terpancar. saya bukanlah instrukturnya. tapi mari kita melakukan dan membuktikannya bersama-sama, dari meditasi siapa cahaya itu akan terpancar?
Segala suka dan benci, yang telah anda rasakan melalui diskusi tentang Logika, itu adalah kumpulan impuls batin, di mana "buah karma nya" akan anda lihat di dalam meditasi yang akan kita lakukan. mari kita belajar bersama, untuk melihat dan memahami bagaimana buah karma itu bisa menjdi matang pada saat ini juga!
sepertinnya debat soal logika ga akan ada ujung ujungnya jika terus menerus sprt ini
jd ingat: "jangan berbuat kejahatan, perbanyaklah berbuat kebajikan, sucikan hati dan pikiran"
so sebaiknnya semua member dc yg masih berdebat segera menyadari dgn kebijaksanaannya bhw hal tersebut kurang bermanfaat utk suatu pencapaian spiritual
isilah kehidupan dgn hal yg bermanfaat dan membw kebahagiaan bg diri sendiri dan makhluk lain
melalui tarikan nafas, segala kebencian kita tarika dalam alam dunia fana ini, dengan penuhnya rongga dada oleh udara, kebencian itu menyatu dengan perasaan suka. lalu, dengan menghembuskan nafas, segala sesuatu yang tidak layak ada di dalam diri kita, kita kembalika ke alam semesta.
masih saya tunggu, masih adakah sseorang yang masih penasaran ingin memproduksi kata-kata yang menyakitkan untuk saya? ataukah sudah tidak ada yang penasaran dan mau mengikuti ajarkan saya untuk masuk ke alam samadhi ?
jika ada yang masih penasaran, dipersilahkan untuk mencaci maki saya sampai rasa penasaran itu habis. mumpung saya masih hidup. kalo tuhan DC sudah mencabut nyawa saya, mungkin tidak ada lagi objek untuk menyalurkan hasrat kebencian anda. jadi, silahkan!
Quote from: Satria on 27 May 2011, 11:37:43 AM
melalui meditasi samatha-vipasana, kita akan memasuki alam yang ajaib, yang darinya kebijaksanaan akan terpancar. saya bukanlah instrukturnya. tapi mari kita melakukan dan membuktikannya bersama-sama, dari meditasi siapa cahaya itu akan terpancar?
bapak satria yg baik...
klo kita meditasi sperti yg bapak katakan, bagaimana cara melihat alam goib tersebut, eh salah alam ajaib tersebut pak... maaf pak, maaf seribu maaf, alam ajaib itu apa pak ? bagaimana alam ajaib itu ? dimana alam ajaib itu ?
oh ya, bapak jg mengataken "yang darinya kebijaksanaan akan terpancar" darinya itu maksudnya siapa pak ? tuhan ? allah ? masa kebijaksanaan terpancar ke diri seseorang setelah masuk ke alam ajaib dan diberikan oleh si mahluk yg ga jelas itu pak ?
mohon pencerahan nya pak, biar aa bs masuk ke alam ajaib itu jg pak ... ;D ayo kita merem sama2 meditasi yuks...
Quote from: dhanuttono on 27 May 2011, 11:46:00 AM
bapak satria yg baik...
klo kita meditasi sperti yg bapak katakan, bagaimana cara melihat alam goib tersebut, eh salah alam ajaib tersebut pak... maaf pak, maaf seribu maaf, alam ajaib itu apa pak ? bagaimana alam ajaib itu ? dimana alam ajaib itu ?
oh ya, bapak jg mengataken "yang darinya kebijaksanaan akan terpancar" darinya itu maksudnya siapa pak ? tuhan ? allah ? masa kebijaksanaan terpancar ke diri seseorang setelah masuk ke alam ajaib dan diberikan oleh si mahluk yg ga jelas itu pak ?
mohon pencerahan nya pak, biar aa bs masuk ke alam ajaib itu jg pak ... ;D ayo kita merem sama2 meditasi yuks...
Mkasud satria peninggit , alam ajaib= kantong doraemon :P
Quote from: Satria on 27 May 2011, 11:37:43 AM
melalui meditasi samatha-vipasana, kita akan memasuki alam yang ajaib, yang darinya kebijaksanaan akan terpancar. saya bukanlah instrukturnya. tapi mari kita melakukan dan membuktikannya bersama-sama, dari meditasi siapa cahaya itu akan terpancar?
meditasi samatha apa vipassana Bro? sekaligus keduanya?
::
Quote from: williamhalim on 27 May 2011, 11:48:45 AM
meditasi samatha apa vipassana Bro? sekaligus keduanya?
::
Maksudnya punya pribadi ganda gitu lohhh...
Quote from: bond on 27 May 2011, 11:47:44 AM
Mkasud satria peninggit , alam ajaib= kantong doraemon :P
yah... jgn lsng di vonis dulu, kita liat apa jawaban dari bapak satria... ntar kan keliatan apa yg dia maksud... ;D
Quote from: Uncle Rain on 27 May 2011, 12:01:56 PM
Maksudnya punya pribadi ganda gitu lohhh...
temen uncle gimana nih,
meditasi samatha, vipassana, lalu imaginasikan nafas masuk dan berkumpul dengan kebencian dironga dada lalu dihembuskan ke alam semesta...
ini meditasi gado2 namanya... :))
::
Quote from: williamhalim on 27 May 2011, 12:06:16 PM
temen uncle gimana nih,
meditasi samatha, vipassana, lalu imaginasikan nafas masuk dan berkumpul dengan kebencian dironga dada lalu dihembuskan ke alam semesta...
ini meditasi gado2 namanya... :))
::
tak kirain dia memisahkan diri jadi 2 biji. trs yg 1 medit samatha dan 1 biji lagi medit vipassana.
Sy sebenarnya sdh mulai menyukai cara berpikir bro Satria yg menguasai Logika..
Akan tetapi setelah baca posting2nya yg terakhir2 di thread ini, sepertinya kog Perasaan lbh dominan daripada Logikanya.. Piye toh ?
dengan meneguhkan tekad, kita harus mengembangkan perhatian terhadap nafas. lalu mengabaikan semua, selain dari nafas itu. pertahankan ini dalam jangka waktu lama. konsentrasi akan berkembang. seiring dengan berkembangnya konsentrasi, ketenanganpun berkembang. bila ketengan kita berkembang, thread yang hot ini akan berubah menjadi "tenang", setenang semilir angin yang berhembus dengan lembutnya. mari kita lihat, thread ini akan dipenuhi dengan ketenangan. setelah itu, keindahan akan terlihat.
Quote from: Satria on 27 May 2011, 01:27:01 PM
dengan meneguhkan tekad, kita harus mengembangkan perhatian terhadap nafas. lalu mengabaikan semua, selain dari nafas itu. pertahankan ini dalam jangka waktu lama. konsentrasi akan berkembang. seiring dengan berkembangnya konsentrasi, ketenanganpun berkembang. bila ketengan kita berkembang, thread yang hot ini akan berubah menjadi "tenang", setenang semilir angin yang berhembus dengan lembutnya. mari kita lihat, thread ini akan dipenuhi dengan ketenangan. setelah itu, keindahan akan terlihat.
lebih tenang lagi kalo tdk ada tukang bual ;)
dari kesakitan yang kita alami, dari penderitaan yang terjadi, dari sanalah kita harus memulai bermeditasi, menuju alam yang tenang dan bahagia.
tetapi, sebagaimana anda ketahui bahwa yang mengganggu kita untuk bisa mencapai samadhi adalah pikiran yang terus menerus berpikir. selama akar kebencian dan keserakahan belum tercabut, proses berpikir itu sulit sekali meredanya. maka perhatikanlah, sebenarnya apa yang telah kita benci, dan apa yang kita lekati?
Quote from: No Pain No Gain on 27 May 2011, 01:30:03 PM
lebih tenang lagi kalo tdk ada tukang bual ;)
mari kita perhatikan, dan mari kita buktikan, bila nyawa saya tidak terlalu cepat dicabut, kata-kata yang kotor akan tercabut pula dari thread ini, dan anda tidak akan memiliki kekuatan lagi untuk mengeluarkan kata-kata buruk dan menghina.karena thread ini akan dihiasi ketenangan dan kedamaian. mari kita buktikan!
segala kata-kata buruk yang kita ucapkan, apakah akan berbuah kebaikan? mari kita melihat di dalam meditasi kita, buah karma dari setiap kata yang kita ucapkan. adakah yang bisa melihatnya?
kata-kata yang buruk, yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain, sebenarnya menyakiti diri sendiri, sebelum orang lain itu tersakiti. dan dirinya akan lebih sakit akibat kata-katanya sendiri, ketika melihat orang yang hendak disakitinya tak tersentuh sedikitpun. tujuannya untuk menyakiti tidak tercapai. di sini munculah penderitaan akibat tidak terpenuhinya harapan. setelah memahami ini, masihkan kita ingin menyakiti orang lain?
Quote from: Satria on 27 May 2011, 01:27:01 PM
dengan meneguhkan tekad, kita harus mengembangkan perhatian terhadap nafas. lalu mengabaikan semua, selain dari nafas itu. pertahankan ini dalam jangka waktu lama. konsentrasi akan berkembang. seiring dengan berkembangnya konsentrasi, ketenanganpun berkembang. bila ketengan kita berkembang, thread yang hot ini akan berubah menjadi "tenang", setenang semilir angin yang berhembus dengan lembutnya. mari kita lihat, thread ini akan dipenuhi dengan ketenangan. setelah itu, keindahan akan terlihat.
ini namanya bukan meditasi bersama, tapi usaha untuk mengirimkan 'sugesti' + 'getaran2 pikiran positif' ke lawan diskusi...
Memang akan ada effectnya, tapi itu jika ada yg benci kpd Bro Satria.. Kenyataannya, jika postingan yg bernada keras selama ini dimotivasi bukan krn benci, yah tetap saja akan berjalan seperti biasa...
::
orang bijak tidak memilih kata-kata buruk untuk diucapkan. hanya kata-kata yang baik yang mereka pilih. semoga kita bisa mengikuti apa yang dipilih oleh orang-orang yang bijaksana.
Quote from: fran on 27 May 2011, 12:45:55 PM
Sy sebenarnya sdh mulai menyukai cara berpikir bro Satria yg menguasai Logika..
Akan tetapi setelah baca posting2nya yg terakhir2 di thread ini, sepertinya kog Perasaan lbh dominan daripada Logikanya.. Piye toh ?
Jangan jangan, ini nih yg katanya fans SATRIA "BAJA HITAM"via pm ? :-?
kejujuran merupakan "modal utama" untuk bisa mencapai pencerahan vipasana. bila hati kita marah, katakan saja "marah", bila hati benci, katakan saja "benci", bila merasa jengekal, katakan saja "saya memang merasa jengkel", bila hati merasa kagum, katakan pula dengan jujur "saya merasa kagum". pengingkaran terhadap diri sendiri dapat membuat seseorang hidup di dalam ilusi, karena dia telah membohongi dirinya sendiri. maka, janganlah kita malu mengakui segala sesuatunya secara jujur kepada diri kita sendiri. bil saja kita tidak sanggup untuk berkata jujur, maka diam itu lebih baik dari pada berbohong.
lihatlah bagaimana saya membangun kemarahan pada diri anda semua, dan bagaimana kini saya merobohkannya kembali!
tidak perlu mencari "orang tolol" untuk membuat kita benci dan marah. bila saja kita mau memejamkan mata serta mengamati segala apa yang terjadi, maka kita bisa menemukan segala hal yang membencikan dan yang bisa membuat marah ada di dalam diri kita sendiri, termasuk "ketololan" itu. bila orang bijaksana menyebut tolol pada orang lain, maka akan di akhiri dengan perkataan "seperti halnya diriku". tapi orang tolol, bila menyebut tolol pada orang lain akan diakhiri dengan kalimat "tidak seperti halnya diriku", karena orang tolol tidak bisa melihat ketololan di dalam dirinya. hanya orang bijaksana yang melihat ketololan di dalam dirinya. masalahnya, bila di dalam diri orang bijak itu adalah ketololan, maka sebenarnya dia itu tolol atau bijaksana? renungkanlah itu, jika kalian berakal.
kata-kata orang bijaksana itu indah, mengherankan dan misterius. karena itu, kata-kata orang bijak selalu menarik untuk disimak dan direnungkan. tapi orang jahat, tidak peduli dengan dengan misteri kebijaksanaan.
sampai pada tahap ini, diantara anda, masih adakah yang sanggup untuk marah, masih sanggupkah memilih kata-kata buruk, menghina, mencaci untuk diposting di thread ini? jika masih ada, saya ingin tau, siapa orangnya?
Apakah mungkin org yg terlalu tinggi LOGIKAnya bisa menjadi FRUSTASI ?
Apakah mungkin jika terlalu sering pegang nastar bisa menurunkan tingkat Logika ?
lihatlah, bagaimana halaman ini bisa lebih tenang dari halaman-halaman sebelumnya. apakah ini bukan sebuah bukti bahwa saya merupakan seorang driver "yang handal" di dalam mengarahkan mental para pendiskusi?
selanjutnya thread ini adalah lebih cool lagi. mari kita buktikan!
seandainya ada yang berpikir "Satria ini orang yang sangat tolol", maka cobalah bersamadhi. bila samadhi, yang sebenarnya begitu mudah untuk dicapai, ternyata begitu sulit anda capai. itu berarti anda telah dapat menemukan ketololan di dalam diri anda sendiri. dengan begitu, anda tidak akan membenci sesama "orang tolol". tetapi anda akan mengasihi orang tolol, sebagaimana anda mengasihi diri anda sendiri yang sebenarnya juga tolol.
perhatikan, bagaimana sebagian orang "sedang bingung" mencari kata-kata buruk untuk menyakiti Satria, tapi mereka semakin kesulitan menemukan kata-kata itu. apakah anda mengira, saya tidak dapat membaca apa yang anda pikirkan?
saya akan memberi sedikit jalan .....
Quote from: Satria on 27 May 2011, 01:58:00 PM
lihatlah, bagaimana halaman ini bisa lebih tenang dari halaman-halaman sebelumnya. apakah ini bukan sebuah bukti bahwa saya merupakan seorang driver "yang handal" di dalam mengarahkan mental para pendiskusi?
Kesalahan apa yang telah engkau lakukan dulu nak? Kok sampai seperti ini ? :( :(
silahkan anda memilih, thread ini mau dibuat menjadi "hot" lagi, ataukah mau dibuat menjadi "cool" ? anda yang pilih, dan saya yang akan mengemudikannya.
seorang pria atau seorang wanita, yang kurang harmonis dengan pasangannya, atau perempuan yang menjanda terlalu lama, atau perawan tua, bisa mengalami depresi di dalam kehidupannya. lalu, untuk mengurangi depresi itu, ia suka marah-marah dan mencaci. kegagalan cinta yang pernah dia alami di dalam hidupnya, telah menumbuhkan benih yang jahat di dalam dirinya.
Quote from: Satria on 27 May 2011, 02:14:36 PM
seorang pria atau seorang wanita, yang kurang harmonis dengan pasangannya, atau perempuan yang menjanda terlalu lama, atau perawan tua, bisa mengalami depresi di dalam kehidupannya. lalu, untuk mengurangi depresi itu, ia suka marah-marah dan mencaci. kegagalan cinta yang pernah dia alami di dalam hidupnya, telah menumbuhkan benih yang jahat di dalam dirinya.
cobalah utk share apa yg sebenarnnya terjadi maybe Wo bs membantu.........
Quote from: Satria on 27 May 2011, 02:10:55 PM
silahkan anda memilih, thread ini mau dibuat menjadi "hot" lagi, ataukah mau dibuat menjadi "cool" ? anda yang pilih, dan saya yang akan mengemudikannya.
Saya meminta ini menjadi komedi. Bagaimana?
Pariwara: Forum memiliki fasilitas untuk mengabaikan posting dari member yang kita rasa tak berguna. Caranya mudah sekali.
1. Klik "PROFILE" (letaknya di bawah Header Dhammacitta, di antara "SEARCH" dan "MY MESSAGE" dan halaman akan berganti ke "Profile Info".
2. Arahkan kursor ke "Modify Profile" maka keluar floating list, arahkan ke "Buddies/Ignore List..."
3. Keluar lagi floating list dan pilih "Edit Ignore List"
4. Di bagian bawah ada kotak untuk memasukkan nama orang yang dianggap mengganggu itu, misalnya: "Ksatria Lembah Hitam", lalu klik tombol Add.
Hasilnya adalah segala postingan dari member Ksatria Lembah Hitam akan tersembunyikan saat anda browsing.
koq banyak monolog bro..
apakah anda tidak puas dengan tulisan anda sendiri ? lalu ketika anda kepikiran kata2 untuk "menyelamatkan" martabat anda.. anda lantas menambahkannya.. terus kepikiran lagi.. tambahin lagi.. dan terus dan terus..
hal ini menandakan bahwa anda sendiri seorang yang terburu2 dalam menulis.. mungkin sedang dikuasai emosi.. hehehe
mungkin untuk mempermudah, di forum kan sudah disediakan fungsi modify thread, jadi bisa edit, tanpa harus menambahkan postingan baru.. ;D
Quote from: Kainyn_Kutho on 27 May 2011, 02:22:38 PM
Pariwara: Forum memiliki fasilitas untuk mengabaikan posting dari member yang kita rasa tak berguna. Caranya mudah sekali.
1. Klik "PROFILE" (letaknya di bawah Header Dhammacitta, di antara "SEARCH" dan "MY MESSAGE" dan halaman akan berganti ke "Profile Info".
2. Arahkan kursor ke "Modify Profile" maka keluar floating list, arahkan ke "Buddies/Ignore List..."
3. Keluar lagi floating list dan pilih "Edit Ignore List"
4. Di bagian bawah ada kotak untuk memasukkan nama orang yang dianggap mengganggu itu, misalnya: "Ksatria Lembah Hitam", lalu klik tombol Add.
Hasilnya adalah segala postingan dari member Ksatria Lembah Hitam akan tersembunyikan saat anda browsing.
Sudah dicoba, dan tidak kelihatan. Sangat berguna.
Quote from: sriyeklina on 27 May 2011, 02:27:17 PM
Sudah dicoba, dan tidak kelihatan. Sangat berguna.
memang nona lina ngak butuh hiburan lagi? ;D
Quote from: comel on 27 May 2011, 02:28:49 PM
memang nona lina ngak butuh hiburan lagi? ;D
Segala sesuatu itu harus dicoba dulu. Jadi tinggal dipakai jika kita membutuhkan. Besok saya tidak mau baca postingan anda kan tinggal ketik nama bro ;D
Komedi-nya tidak akan bisa jalan. Jika pemain-nya cuma tunggal.
apakah bukan hal yang baik bila saya mengajak orang lain, "mari kita melakukan sesuatu untuk bisa mengurangi keserakahan kita!" ?
Quote from: Forte on 27 May 2011, 02:24:26 PM
koq banyak monolog bro..
apakah anda tidak puas dengan tulisan anda sendiri ? lalu ketika anda kepikiran kata2 untuk "menyelamatkan" martabat anda.. anda lantas menambahkannya.. terus kepikiran lagi.. tambahin lagi.. dan terus dan terus..
hal ini menandakan bahwa anda sendiri seorang yang terburu2 dalam menulis.. mungkin sedang dikuasai emosi.. hehehe
mungkin untuk mempermudah, di forum kan sudah disediakan fungsi modify thread, jadi bisa edit, tanpa harus menambahkan postingan baru.. ;D
dengan cara itu saya menjawab. bukan hanya kata-kata yang saya jawab, tapi juga hati dan pikiran.
Quote from: sriyeklina on 27 May 2011, 02:27:17 PM
Sudah dicoba, dan tidak kelihatan. Sangat berguna.
benar sekali, forum terasa nyaman seperti seharusnya.
KEANGKUHAN BERSUMBER DARI KETIDAKTAHUAN
Para pakar ilmuwan seperti Newton, Einstein dan yang lainnya setelah mencapai puncak ilmu pengetahuan, mereka masih tetap berpikir dengan penuh rasa hormat dan segan terhadap hukum alam semesta, mereka semuanya bukan hanya memiliki sikap agung, bermurah hati dan lapang dada dalam menerima kritikan dari orang lain, sikap mereka terhadap orang lain juga semakin rendah hati.
Sebenarnya orang berpengetahuan tinggi di dunia ini, mereka semua mengerti prinsip untuk bersikap rendah hati terhadap orang lain. Hanya mereka yang buta pengetahuan barulah bisa bersikap congkak, sombong; dengan memandang rendah keberadaan hukum alam semesta yang juga merupakan semacam manifestasi dari kecongkakan dan ketidaktahuan.
Dalam realita kehidupan, tidak sedikit contoh seperti ini. Menurut cerita, pada abad-19, ada seorang pelukis ternama dari Perancis bernama Elie Delaunay (1828-1891), suatu saat dia pergi berlibur ke Swiss, setiap hari memikul rak gambarnya pergi ke semua tempat untuk melukis dan membuat sketsa dari alam.
Suatu hari ketika dia sedang melukis dengan serius di pinggir danau Jenewa, di sebelahnya datang mendekat tiga orang turis dari Inggris, setelah melihat pada lukisannya, mereka lalu menuding-nuding pada lukisan itu dan mengritik sana sini.
Yang satu mengatakan bahwa di sebelah sini kurang bagus, yang lain bilang di bagian yang sana kurang bagus, semua kritikan yang dilontarkan ditampung oleh Delaunay dan satu per satu lukisan itu lalu diperbaiki sesuai kritikan yang diterimanya, dan pada akhirnya masih mengucapkan "Terima kasih" kepada mereka bertiga.
Keesokannya, Delaunay sedang ada urusan pergi ke tempat lain, di stasiun kereta api, dia berjumpa lagi dengan ketiga orang yang kemarin bertemu di pinggir danau itu, mereka sedang kasak-kusuk mendiskusikan sesuatu.
Sejenak kemudian, ketiga orang turis dari Inggris itu juga melihat dia, mereka lalu datang menghampiri Delaunay dan bertanya, "Tuan, kami mendengar kabar bahwa pelukis besar Delaunay sedang berlibur di sini, maka kami bermaksud mengunjunginya. Tolong tanya apakah Anda tahu dia sekarang berada dimana?".
Delaunay berdiri agak membongkok menghadap ke mereka dan menjawab, "Sungguh tidak patut saya menerima segala ini, saya adalah Delaunay." Setelah mendengar ucapan ini, ketiganya menjadi sangat terkejut, teringat ketidak-sopanan mereka kemarin, wajah mereka menjadi merah dan satu persatu pergi meninggalkan tempat itu.
Berbalikan dengan contoh di atas, di Jepang saya juga pernah menjumpai seorang anak muda yang berparas menawan, tetapi berwatak pongah dan congkak.
Walaupun dia lulus dari universitas ternama dan bekerja di sebuah perusahaan yang ternama pula, tetapi beberapa kali, saat diperkenalkan untuk dijodohkan selalu ditolak oleh pihak perempuan. Ibunya sangat cemas, karena ingin mengetahui duduk permasalahannya ada dimana, ia lalu mempercayakan saya untuk berdiskusi dengan anak laki-laki-nya itu.
Setelah melalui suatu perbincangan dengannya, saya segera mengetahui dan memahami sebab dari penolakan para perempuan yang diperkenalkan kepada dia. Yaitu dia selalu menganggap dirinya sendiri paling hebat, perkataan yang dilontarkan penuh dengan kecongkakan dan rasa ingin mengunggulkan diri. Dia tidak mengetahui bahwa kesombongan itu menandakan ketidaktahuan, dengan bualan dan omongan kosong hanya ingin untuk mengambil hati perempuan, akhirnya malahan mendatangkan antipati dari para perempuan itu.
Walaupun Anda seorang yang memiliki bakat yang menonjol, jikalau Anda merasa sombong karena memiliki kemampuan, dan tiada henti-hentinya menyombongkan diri, maka kemampuan yang Anda miliki itu hanya bisa membawa kesedihan bagi Anda sendiri.
Seseorang yang hanya ingin membual untuk menarik kepercayaan dari orang lain, tidak peduli dia memiliki kemampuan yang sesungguhnya atau tidak, juga tidak peduli dia memiliki kedudukan yang seberapa tinggi, pada akhirnya juga akan mengungkapkan kekurangan dirinya sendiri karena over actingnya itu.
Sebaliknya, orang yang sangat berbakat tetapi terlihat bodoh acapkali membawakan kekaguman kepada orang lain, orang yang sopan dan rendah hati selalu akan membuat orang lain memuji dan menaruh hormat, dan orang yang congkak dan pongah, oleh karena ketidak-tahuannya mudah menjadi bahan tertawaan orang di seluruh dunia.
Semoga Bermanfaat
Quote from: Borsalino on 27 May 2011, 02:18:51 PM
cobalah utk share apa yg sebenarnnya terjadi maybe Wo bs membantu.........
tunggu saja, sampai ada seseorang yang menceritakannya pada anda. bukan saya.
Quote from: Satria on 27 May 2011, 02:48:26 PM
dengan cara itu saya menjawab. bukan hanya kata-kata yang saya jawab, tapi juga hati dan pikiran.
:))
kasihan juga.. :)
perhatikan saja, orang-orang yang terbiasa mengeluarkan kata-kata kotor, kata-kata yang tidak bijak, menghina dan mencaci, tidak akan sanggup lagi mengeluarkan komentar-komentar yang kotor seperti itu lagi. saya jamin sepenuhnya. satu persatu mereka akan mengubah kebiasaan buruknya karena rasa malu, atau mereka mengundurkan diri dari thread ini. saya jamin 100 %.
bila orang-orang yang tidak baik telah mengundurkan diri, akan maju orang-orang yang baik menggantikan mereka, di thread ini. lihat saja. saya jamin sepenuhnya.
Quote from: sriyeklina on 27 May 2011, 02:42:59 PM
Segala sesuatu itu harus dicoba dulu. Jadi tinggal dipakai jika kita membutuhkan. Besok saya tidak mau baca postingan anda kan tinggal ketik nama bro ;D
Komedi-nya tidak akan bisa jalan. Jika pemain-nya cuma tunggal.
wah nama saya jangan di blacklist dong nona lina :)).
tapi sebenernya, ada loh komedian solo ;D.
Quote from: Satria on 27 May 2011, 02:54:07 PM
perhatikan saja, orang-orang yang terbiasa mengeluarkan kata-kata kotor, kata-kata yang tidak bijak, menghina dan mencaci, tidak akan sanggup lagi mengeluarkan komentar-komentar yang kotor seperti itu lagi. saya jamin sepenuhnya. satu persatu mereka akan mengubah kebiasaan buruknya karena rasa malu, atau mereka mengundurkan diri dari thread ini. saya jamin 100 %.
ketika bro bertemu dengan orang gila yang memukul anda, pada awalnya pasti bro akan marah..
tapi setelah tahu ternyata yang memukul anda adalah orang gila, maka anda tidak marah bahkan tidak menggubrisnya..
jadi thread ini menjadi sepi.. ya karena tidak ada yang mau menggubris lagi seh bro.. bukan karena malu dll hehehehe
akan muncul di dalam kesadaran mereka "Oh ... sudah waktunya bagiku untuk meninggalkan thread", dan dia merasa itu adalah idenya sendiri. padahal, sayalah yang akan mengkondisikan orang-orang itu berpikir demikian. mari kita buktikan!
mereka yang suka bertengkar, tidak akan lagi menemukan pertengkaran di thread ini. maka dari itu bosan, "oh aku sudah tidak bisa bertengkar di sini, sudah tidak pertengkaran yang bisa aku nikmati!" maka ia tidak akan memiliki tenaga untuk beraktifitas di thread ini. saya jamin sepenuhnya.
Quote from: Forte on 27 May 2011, 02:58:23 PM
ketika bro bertemu dengan orang gila yang memukul anda, pada awalnya pasti bro akan marah..
tapi setelah tahu ternyata yang memukul anda adalah orang gila, maka anda tidak marah bahkan tidak menggubrisnya..
jadi thread ini menjadi sepi.. ya karena tidak ada yang mau menggubris lagi seh bro.. bukan karena malu dll hehehehe
tanyalah kepada kawan-kawan anda. sebagian dari merka saat ini ada yang hatinya merasa malu, karna perliku buruk umat yang mengaku buddhis. tapi ia tidak banyak berkomentar, hanya banyak menonton saja. tanyalah dia!
setelah orang-orang tidak baik menyingkir dari thread ini, selama admin tidak menutup thread ini, selama id saya tidak di bann, orang-orang baik akan melanjutkan diskusi di thread ini. mari kita buktikan!
sebagian orang yang aktif di thread ini, kini merasa heran seperti herannya seseorang yang melihat misteri. ia sedang mengalami transisi batin. semoga dia berhasil!
tapi sebagian orang bingung. biarkan ia bingung, akibat dari karmanya sendiri.
selama ini, saya belum membuka mata batin saya. secara perlahan-lahan, saya akan membuka mata batin saya, sehingga jauh atau dekat, tak akan ada bedanya bagi saya. saya akan mengatakan kebenaran, yang anda tidak akan sanggup untuk membantahnya, saya akan menyebutkan apa yang ada di dalam pikiran anda. secara alami, "mata dewa" saya bisa terbuka, akibat kesabaran saya setelah sekian lama di caci maki. maka itulah yang saya sebut "keberuntungan". tidak pernah sekalipun saya memandang hinaan dan caci maki yang ditujukan kepada saya sebagai sebuah kerugian bagi diri saya sendiri.
sekarang, sebagian orang yang tidak baik, sudah memutuskan untuk mengubah perangainya dalam berdiskusi. dan sekarang, orang yang tidak baik telah memutuskan untuk non-aktif dari thread ini. kemudian saya mengundang orang-orang yang baik, mari kita melanjutkan diskusi thread ini, agar orang-orang yang salah faham menyesali kesalah fahamannya.
sekarang, orang yang merasa heran dan bingung makin bertambah. dia merasakn sensasi-sensai aneh di tengkuk atau kepala bagian belakang mereka. semakin lama, semakin terasa sensasi aneh tersebut. bila mengamati dengan baik, ia akan mengetahui bahwa itu adalah buah karma atas kata-kata buruk yang pernah dia kemukakan. bila tidak mengamati dengan benar, ia hanya akan merasakan hal itu sebagai sensasi yang aneh saja.
anda yang sedang menonton di sana, anda adalah orang baik. maka anda perhatikan saja, bagaimana kepiawaian saya dalam membangun dan merobohkan kemarahan orang-orang di sini. dan bagaimana saya mengemudikan bahtera "kebenaran". kehidupan ini adalah banjir. naiklah ke dalam bahtera saya! anda akan selamat dari banjir itu!
sekarang,sebagian orang tidak baik sedang berputus asa, karena tidak dapat lagi menemukan kata-kata kotor, yang bisa digunakan untuk menyakiti perasaan orang lain. tapi masih akan ada satu dua orang yang masih memiliki kekuatan yang akan mengeluarkan kata-kata kotor yang tidak bijak. mari kita tunggu! anda akan tau, siapa orang itu.
Quote from: Forte on 27 May 2011, 02:24:26 PM
koq banyak monolog bro..
apakah anda tidak puas dengan tulisan anda sendiri ? lalu ketika anda kepikiran kata2 untuk "menyelamatkan" martabat anda.. anda lantas menambahkannya.. terus kepikiran lagi.. tambahin lagi.. dan terus dan terus..
hal ini menandakan bahwa anda sendiri seorang yang terburu2 dalam menulis.. mungkin sedang dikuasai emosi.. hehehe
mungkin untuk mempermudah, di forum kan sudah disediakan fungsi modify thread, jadi bisa edit, tanpa harus menambahkan postingan baru.. ;D
Mungkin ada 'sesuatu' yg ingin dia kejar bro ^-^
jika ada yang ingin melihat bukti, bagaimana kemampuan saya dalam membaca pikiran orang-orang dari jarak jauh, maka ia harus mengerti, ada hal-hal yang saya butuhkan untuk membuat kemampuan supranatural saya "terbangun". ejekan, hinaan, dan hal-hal serupa itu, itulah yang akan dpat membuat kemampuan supranatural saya terbangun. oleh karena itu, semakin ada orang yang mencoba memperolok-olok saya, semakin saya merasa beruntung. karena orang-orang baik, akan dapat melihat dhamma secara lebih nyata dari apa yang akan saya perlihatkan.
Quote from: sriyeklina on 27 May 2011, 02:10:47 PM
Kesalahan apa yang telah engkau lakukan dulu nak? Kok sampai seperti ini ? :( :(
"CUCATMEN" gitu yak ;D
ketika pemikiran mulai mereda, itulah awal mulanya terjadi samadhi.
Quote from: Satria on 27 May 2011, 03:21:29 PM
sekarang,sebagian orang tidak baik sedang berputus asa, karena tidak dapat lagi menemukan kata-kata kotor, yang bisa digunakan untuk menyakiti perasaan orang lain. tapi masih akan ada satu dua orang yang masih memiliki kekuatan yang akan mengeluarkan kata-kata kotor yang tidak bijak. mari kita tunggu! anda akan tau, siapa orang itu.
kini anda tau, siapa satu, dua orang tersebut.
masih ada satu, dua orang lagi ... kita tunggu ....
betapa mudahnya memperolok orang lain, betapa mudahnya berkata-kata kotor. betapa susahnya bagi mereka untuk mencapai samadhi.
Quote from: Satria on 27 May 2011, 03:34:24 PM
jika ada yang ingin melihat bukti, bagaimana kemampuan saya dalam membaca pikiran orang-orang dari jarak jauh, maka ia harus mengerti, ada hal-hal yang saya butuhkan untuk membuat kemampuan supranatural saya "terbangun". ejekan, hinaan, dan hal-hal serupa itu, itulah yang akan dpat membuat kemampuan supranatural saya terbangun. oleh karena itu, semakin ada orang yang mencoba memperolok-olok saya, semakin saya merasa beruntung. karena orang-orang baik, akan dapat melihat dhamma secara lebih nyata dari apa yang akan saya perlihatkan.
Kesaktian tidak sama dengan kesucian.
dalam kebenaran logika, ukuran nilai benar atau salah suatu pernyataan itu terletak pada ketepatan argumentasinya. dalam kebenaran batiniah, mengukur benar tidaknya suatu pernyataan terletak pada efeknya terhadap batin.
dan batin yang telah tercerahkan, akan rela terhadap apa saja yang terjadi, termasuk pergi dari alam dunia ini dan tak kembali lagi .......
semoga yang pergi, tidak pergi membawa kesedihan apapun. semoga yang tinggal, tidak tetap tinggal di dalam ilusi keduniawian.
sungguh sangat mengherankan, mengapa orang-orang ini begitu bersemangat dalam berdebat, tapi terlalu malas bermeditasi.
ketika saya mengajak semua orang untuk bertengkar, semua orang setuju untuk berpartisipasi, ikut serta. ketika saya mengajak mereka bermeditasi, tak satupun setuju. mengherankan!
setiap kata muncul dari lubuk hati yang dalam. apakah itu kemarahan, kasih sayang, kebencian ataukah keseimbangan bathin, dapat wewujudkan diri di dalam bentuk lukisan kata-kata.
bener2 teringat pas tadi mau ke kantor, ada orang tua berpakaian compang camping dan ngomong sendiri..
mengapa kita tidak memilih kebahagiaan dengan cara berbuat baik melalui pikiran, perkataan dan perbuatan?
Quote from: Satria on 27 May 2011, 01:33:38 PM
mari kita perhatikan, dan mari kita buktikan, bila nyawa saya tidak terlalu cepat dicabut, kata-kata yang kotor akan tercabut pula dari thread ini, dan anda tidak akan memiliki kekuatan lagi untuk mengeluarkan kata-kata buruk dan menghina.karena thread ini akan dihiasi ketenangan dan kedamaian. mari kita buktikan!
membuktikan untuk apa? pertanyaan bro fran aja belum anda jawab, apa belum menemukan makalah nya ya? atau jurus berputar anda masih akan di keluarkan :)
Quote from: fran on 27 May 2011, 10:03:03 AM
Maaf saya hanya baca di tread ini. Sudikiranya bro Satria jawab meskipun sdh dijawab di thread yg lain :
Apakah bro Satria percaya Tuhan ?
Apakah bro Satria percaya Nibbana ?
Apa yg bro Satria percaya ?
Apakah logika itu kekal atao tidak kekal ?
Apakah api itu ada ?
Apakah api itu kekal ?
Apa warna api ?
Apakah warna api kekal ?
Kalo bisa di jawab dgn Ya dan Tidak, beserta argumen penguat/pendukung..
Trims.
orang yang mengharapkan kebahagiaan bagi orang yang mencintainya adlah biasa. tapi orang yang mengharapkan kebahagiaan bagi orang yang membencinya, ia adalah orang yang luar biasa. tapi tidak ada orang yang mengharapkan kebahagiaan bagi orang yang dibencinya. karena adanya kebencian itu sendiri, berarti hilangnya metta di dalam batinnya.
Quote from: Forte on 27 May 2011, 04:06:44 PM
bener2 teringat pas tadi mau ke kantor, ada orang tua berpakaian compang camping dan ngomong sendiri..
saya malah teringat sama om coe :)).
bener-bener mirip :P.
satu dua orang telah muncul. masih ada satu dua orang lagi ... kita tunggu .....
Quote from: fran on 27 May 2011, 01:56:43 PM
Apakah mungkin jika terlalu sering pegang nastar bisa menurunkan tingkat Logika ?
ngomong2 soal nastar , ada yang mau pesan nastar ;D, cc saya ternyata menerima pesanan nastar :))
seandainya sikap orang-orang ini menyenangkan, mungkin saya terlena di dalam hal-hal yang menyenangkan. tapi bila sikap orang-orang ini menyakitkan, saya akan pergi ke alam meditasi, di mana di sana tidak ada lagi hal-hal yang menyenangkan pun tidak menyakitkan.
Quote from: Forte on 27 May 2011, 04:06:44 PM
bener2 teringat pas tadi mau ke kantor, ada orang tua berpakaian compang camping dan ngomong sendiri..
Orang tua tersebut berkemungkinan besar berada dalam kondisi batin tertekan, kesedihan, dan emosi yang meluap.
Yang disini, berada dalam kondisi yang sama. Perbedaannya hanyalah yang disini berbahagia dalam kondisi tersebut.
Jalan kebahagiaan sejati, akan kita cari. dengan mengembangkan konsentrasi dan kesadaran, itulah jalan kebahagiaan bagi kita.
salah satu alasan, mengapa orang malas bermeditasi? karna ia terlena oleh kesenangan indrawi. makanan yang enak, minuman, pakaian, kesehatan tubuh, harta kekayaan, kawan-kawan yang baik dan santun, kekasih yang dicintai. walaupun mereka tahu bahwa semua kesenangan itu hanyalah ilusi, tapi mereka membiarkan diri hidup dalam ilusi itu. sedangkan mereka yang mengalami penderitaan di dalam hidupnya, ia menemukan kesadaran "Inilah penderitaan, dan aku ingin terbebas darinya", maka ia mencari jalan kebebasan itu.
keserakahan dan kebencian adalah penyakit yang menimbulkan ketegangan pada jasmani. dari sanalah mulanya berbagai penyakit muncul, seperti jantung, kolesterol, mag, sakit kepala, dan lain sebagainya. dpat dikatkan, seluruh penyakit berasal dari keserakahan dan kebencian itu sendiri. jadi, marilah kita untuk hidup sehat, dengan mengenyahkan keserakahan dan kebencian dari dalam diri kita sendiri.
Quote from: Satria on 27 May 2011, 04:21:57 PM
salah satu alasan, mengapa orang malas bermeditasi? karna ia terlena oleh kesenangan indrawi. makanan yang enak, minuman, pakaian, kesehatan tubuh, harta kekayaan, kawan-kawan yang baik dan santun, kekasih yang dicintai. walaupun mereka tahu bahwa semua kesenangan itu hanyalah ilusi, tapi mereka membiarkan diri hidup dalam ilusi itu. sedangkan mereka yang mengalami penderitaan di dalam hidupnya, ia menemukan kesadaran "Inilah penderitaan, dan aku ingin terbebas darinya", maka ia mencari jalan kebebasan itu.
cerewetttt...
tidak ada yang ingin dikatakan oleh orang yang baik, kecuali hal-hal baik.
Quote from: No Pain No Gain on 27 May 2011, 04:27:48 PM
cerewetttt...
Jangan begitu. Sepatutnya, simpati yang dipancarkan. Dan sepatutnya, jadikan dia sebagai contoh dan teladan dalam hidup.
Contoh dari betapa menipu dan berbahayanya pikiran.
kebencian, kemarahan, kesedihan, dan semua bentuk-bentuk mental, merupakan energi yang mengalir di tubuh. dengan mengembangkan konsentrasi dengan objek pusar/perut, seluruh energi tadi akan berhimpun di sana dan bertranformasi menjadi "energi Shakti". silahkan dicoba!
anda semua telah mmbantu saya menghimpun energi
nafsu keinginan adalah sumber penderitaan. oleh karna itu, kita harus melihat jauh ke dalam, tentang apa keinginan kita, apa saja motivasi-motivasi dari perbuatan kita.
saya sudah berhasil membuat thread ini jadi "dingin".
???
Vayadhamma sankhara. Appamadena sampadetha
mau tny kpd master2 di sini:
bagaimana cr terampuh utk mengikis ego?
bagaimana cr mengasihi semua makhluk seperti mengasihi saudara kandung?
bagaimana cr terbaik utk melatih kesabaran?
ditunggu jawabannya.........
Saya merasa topik TS ini seperti utak-atik gatuk ala non-Buddhis yang berusaha mengklaim Borobudur sebagai milik agamanya.
Petikan Angutara Nikaya. TS menggunakan buku ini. Buku apakah ini? Siapa yang menyusunnya? Dalam Bahasa apa? Sampai sekarang mungkin belum ada yang tahu termasuk saya. Kemungkinan besar berbahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan menjadi bahasa Indonesia. Indikasinya dapat dilihat dari topik "Kata Temanku tentang Sang Buddha" yang berakhir karena kesalahan terjemahan.
Belajar dari pengalaman di atas maka tidak menutup kemungkinan topik yang menggunakan buku yang sama ini juga berawal dari salah terjemahan. Mari kita coba kita ikuti dulu permainan kata dari TS.
TS mengutip dan menerjemahkan
Quote from: Satria on 25 May 2011, 02:02:51 PMPara Bhikkhu, ada tiga tanda yang terkondisi dari yang terkondisi. Apakah yang tiga itu? Asal mulanya difahami, lenyapnya difahami, perubahannya ketika masih berlangsung difahami.
Mengapa TS menggunakan awalan 'ter-' pada kata "kondisi" pada kata "yang terkondisi" pertama (bold merah)? Saya memperkirakan karena menerjemahkan "fabricated characteristics" (jika TS menggunakan versi Bhikkhu Thanissaro) menjadi "tanda yang terkondisi", padahal yang tepat adalah "karakteristik/tanda kondisi" atau "karakteristik/tanda yang telah menjadi kondisi" (adanya '–ed' pada kata fabricated menunjukkan bentuk lampau, sehingga jika diperlukan digunakan kata "telah" dalam terjemahannya atau dihilangkan.). Jika benar maka sampai di sini semua penjelasan TS selanjutnya menjadi tidak berarti.
Dengan kalimat terjemahan TS tersebut dapat menimbulkan pemahaman bahwa keberadaan 'tiga tanda' tersebut dipengaruhi oleh 'yang terkondisi' (kata yang kedua).
Selanjutnya, mari kita lihat kesalahan TS dalam memahami fungsi kata "yang" dari terjemahan kutipan sutta tempaan TS sendiri, jika terjemahan versinya yang benar.
QuoteJadi, kalau ditanyakan "Apa itu yang terkondisi?", maka jawaban yang tepat adalah "Yang terkondisi adalah yang munculnya, perubahannya serta lenyapnya dapat difahami".
TS menganggap "yang terkondisi" pertama (bold Merah) dengan "yang terkondisi" kedua (bold Biru) adalah sama. Padahal, kata "yang terkondisi" pertama berbeda dengan yang kedua. Mengapa? Karena pada kata "yang" pada kata "yang terkondisi" pertama di sana
berfungsi untuk menjelaskan bahwa bagian kalimat yg berikutnya menjelaskan kata yg di depan. Dengan demikian seharusnya "yang terkondisi" pertama adalah milik/berhubungan dengan "tiga tanda" yang berhubungan juga dengan 3 poin yang disebutkan (asal mula, lenyap, berlangsung)
Sedangkan kata "yang" pada "yang terkondisi" kedua bukanlah kata yang menjelaskan kata yang di depannya, tetapi
berfungsi sebagai pronominal (kata ganti). Kata ganti apa ? kata ganti untuk "apa-apa saja yang terbentuk dari perpaduan" (bahasa Palinya : sankhara) . Jadi penjabaran dari Sdr. Kainyn_Kutho http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20406.0;message=350801 menjelaskan secara gamblang keanehan pada kesimpulan TS
Quote
Petikan Angutara Nikaya No. 48 hal 166 :
Semua bentukan tidak kekal.................
...............Bila kalimat tersebut digabung dengan kalimat tentang yang terkondisi, maka sebagai berikut :
Semua bentukan tidak kekal.
Semua yang terkondisi adalah tidak kekal
Lalu bagaimana kesimpulannya?
Sayangnya, kedua kalimat tersebut tidak dapat dan tidak boleh melahirkan kesimpulan apapun, karena melanggar hukum dasar logika No. 6, yaitu premis tidak boleh sama-sama menidak.
Tetapi, bila kita mengkonversi nya ke dalam kata benda, maka apakah kita dapat membuat suatu kesimpulan?
Pertanyaannya adalah mengapa TS berusaha mengkonversi ke dalam kata benda? Apa tujuannya? Sepemahaman saya, tujuannya adalah untuk menciptakan kalimat baru sesuai dengan pemahamannya sendiri, yaitu "Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi" dan untuk mempertanyakan keberadaan kata "setiap" dalam kalimatnya tersebut apakah ada di dalam sutta atau tidak.
Singkatnya menciptakan perkataan sendiri dan mencari pengesahannya dalam sutta. Ini adalah hal yang lucu bagi saya.
Terlebih lagi lucunya TS berusaha mengkonversi 2 kalimat yang pada dasarnya sama yang ia anggap berbeda.
Semua bentukan tidak kekal.
Semua yang terkondisi adalah tidak kekalMeskipun kalimat yang kedua adalah salah penggunaan awalan 'ter-', namun kedua nya pada dasarnya adalah memiliki makna yang sama yaitu sabbe sankhara anicca (semua bentukan/yang berkondisi/yang bersyarat/yang berpadu adalah tidak kekal). Jadi hal ini lucu karena kurang kerjaan. Dan saya jadi ikutan "kurang kerjaan" karena khawatir mereka yang masih "lugu" terjebak dalam artikel yang diragukan ini.
Terakhir, jika berdasarkan Input output, apa yang disampaikan TS adalah meragukan. TS menggunakan sumber yang meragukan dengan demikian kesimpulan yang disajikan pun diragukan kebenarannya.
NB: buku Petikan Angutara Nikaya yang menjadi sumber TS ternyata juga dipergunakan non-Buddhis untuk hal-hal tertentu seperti mempengaruhi orang lain, memutarbalikkan fakta.
Entah yang menggunakan adalah orang yang sama atau tidak. Sayang sekali jika ada orang yang percaya begitu saja .
Wasalam.. _/\_
Quote from: Kelana on 27 May 2011, 09:28:32 PM
NB: buku Petikan Angutara Nikaya yang menjadi sumber TS ternyata juga dipergunakan non-Buddhis untuk hal-hal tertentu seperti mempengaruhi orang lain, memutarbalikkan fakta.
Entah yang menggunakan adalah orang yang sama atau tidak. Sayang sekali jika ada orang yang percaya begitu saja .
benar2 menyedihkan sekali TS ini dan gerombolannya
apapun yang saya posting di forum ini, adalah disertai dengan kesadaran bahwa "semua itu mungkin saja salah". Justru karena saya berpikir tentang adanya "kemungkinan salah", maka saya posting di forum ini, berharap diluruskan oleh kawan-kawan buddhis. tapi saya tidak pernah menyangka, kalau umat buddhis punya tradisi meluruskan pandangan dengan fallacy, caci maki dan cemooh :
Quote from: indra
benar2 menyedihkan sekali TS ini dan gerombolannya
masih mending sdr. kelana, walaupun dia menggunakan fallacy
Quote from: kelana
Jadi hal ini lucu karena kurang kerjaan. Dan saya jadi ikutan "kurang kerjaan" karena khawatir mereka yang masih "lugu" terjebak dalam artikel yang diragukan ini.
tapi dia juga memberikan jawaban yang argumentatif.
bagaimana seseorang akan dapat meluruskan pandangan orang lain, kalau menyimak apa yang dikatakan orang lain saja tidak mau. tidak tau isinya, tapi langsung memvonis dan mengejek.
Quote from: indra
saya hanya membaca judulnya, dan tidak tertarik utk membaca tulisan anda, karena dari semua tulisan anda tidak ada satu pun yg bermanfaat. hanya seputar logika BADAK (dengan hurud besar) dan urusan seksual dengan PSK dan hal2 tidak penting lainnya.
yang saya tau, di dalam sutta, tidak seperti itu cara sang Buddha meluruskan pandangan orang lain.
Quote from: Satria on 28 May 2011, 10:22:18 AM
apapun yang saya posting di forum ini, adalah disertai dengan kesadaran bahwa "semua itu mungkin saja salah". Justru karena saya berpikir tentang adanya "kemungkinan salah", maka saya posting di forum ini, berharap diluruskan oleh kawan-kawan buddhis. tapi saya tidak pernah menyangka, kalau umat buddhis punya tradisi meluruskan pandangan dengan fallacy, caci maki dan cemooh :
masih mending sdr. kelana, walaupun dia menggunakan fallacy
tapi dia juga memberikan jawaban yang argumentatif.
bagaimana seseorang akan dapat meluruskan pandangan orang lain, kalau menyimak apa yang dikatakan orang lain saja tidak mau. tidak tau isinya, tapi langsung memvonis dan mengejek.
yang saya tau, di dalam sutta, tidak seperti itu cara sang Buddha meluruskan pandangan orang lain.
Rekan Satria, Dalam sebuah diskusi, alangkah baik bila diskusi tersebut dapat menambah pengetahuan akan hal-hal yang bermanfaat bagi para peserta diskusi.
Dengan dasar pemikiran untuk belajar (*berharap diluruskan oleh kawan-kawan buddhis), hal ini pun amat baik. Namun anda pun perlu memahami sikap-sikap yang diperlukan dalam perkataan tersebut. Dibutuhkan sikap
keikhlasan dan
lapang dada dalam menerima opini-opini yang dsampaikan.
Dengan memiliki kedua sikap tersebut, maka anda akan menjadi seseorang yang mudah diajak bicara, yang mana Sifat tersebut, akan memudahkan anda untuk menyerap maksud yang ingin disampaikan oleh lawan diskusi anda, dan juga akan membuat lawan diskusi anda merasa nyaman berdiskusi dengan anda.
Adapun referensi yang dapat anda baca sekaitan sifat-sifat yang menjadikan seseorang sulit dan mudah diajak bicara, dapat anda pelajari di :
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/anumana-sutta/
Quote from: Kelana on 27 May 2011, 09:28:32 PM
Saya merasa topik TS ini seperti utak-atik gatuk ala non-Buddhis yang berusaha mengklaim Borobudur sebagai milik agamanya.
jika umat buddhis punya argumentasi yang jelas, yang bisa membantah klaim orang lain, akan sangat indah terlihat bila argumentasi itu dikemukakan tanpa harus tampak "marah" dan "jengkel".
Quote
Petikan Angutara Nikaya. TS menggunakan buku ini. Buku apakah ini? Siapa yang menyusunnya? Dalam Bahasa apa? Sampai sekarang mungkin belum ada yang tahu termasuk saya. Kemungkinan besar berbahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan menjadi bahasa Indonesia. Indikasinya dapat dilihat dari topik "Kata Temanku tentang Sang Buddha" yang berakhir karena kesalahan terjemahan.
buku tersebut diterbitkan oleh Yayasan Karaniya
Quote
Belajar dari pengalaman di atas maka tidak menutup kemungkinan topik yang menggunakan buku yang sama ini juga berawal dari salah terjemahan. Mari kita coba kita ikuti dulu permainan kata dari TS.
TS mengutip dan menerjemahkan
Mengapa TS menggunakan awalan 'ter-' pada kata "kondisi" pada kata "yang terkondisi" pertama (bold merah)? Saya memperkirakan karena menerjemahkan "fabricated characteristics" (jika TS menggunakan versi Bhikkhu Thanissaro) menjadi "tanda yang terkondisi", padahal yang tepat adalah "karakteristik/tanda kondisi" atau "karakteristik/tanda yang telah menjadi kondisi" (adanya '–ed' pada kata fabricated menunjukkan bentuk lampau, sehingga jika diperlukan digunakan kata "telah" dalam terjemahannya atau dihilangkan.). Jika benar maka sampai di sini semua penjelasan TS selanjutnya menjadi tidak berarti.
saya tidak mengerti hal itu. cuma di buku tersebut, tertulis "yang terkondisi". saya pikir, penulis buku itu juga bukan orang biasa, tapi cendekiawan buddhis. menyalahkan isi buku tersebut, berarti menyalahkan penulis dan sekelompok bikkhu yang terlibat dalam penulisan buku tersebut.
Quote
Dengan kalimat terjemahan TS tersebut dapat menimbulkan pemahaman bahwa keberadaan 'tiga tanda' tersebut dipengaruhi oleh 'yang terkondisi' (kata yang kedua).
benar. "yang terkondisi" tersebut merupakan sifat dari "tiga tanda". seperti pada frasa "batu hitam". sifat hitam mempengaruhi batu.
Quote
Selanjutnya, mari kita lihat kesalahan TS dalam memahami fungsi kata "yang" dari terjemahan kutipan sutta tempaan TS sendiri, jika terjemahan versinya yang benar.
TS menganggap "yang terkondisi" pertama (bold Merah) dengan "yang terkondisi" kedua (bold Biru) adalah sama.
keliru, sama sekali saya tidak menganggapnya sama. bagaimana anda bisa menyimpulkan seperti itu?
Quote
Padahal, kata "yang terkondisi" pertama berbeda dengan yang kedua. Mengapa? Karena pada kata "yang" pada kata "yang terkondisi" pertama di sana berfungsi untuk menjelaskan bahwa bagian kalimat yg berikutnya menjelaskan kata yg di depan. Dengan demikian seharusnya "yang terkondisi" pertama adalah milik/berhubungan dengan "tiga tanda" yang berhubungan juga dengan 3 poin yang disebutkan (asal mula, lenyap, berlangsung)
Sedangkan kata "yang" pada "yang terkondisi"
saya memahami bahwa makna "yang terkondisi" yang pertama dengan yang kedua itu berbeda.
Quote
Pertanyaannya adalah mengapa TS berusaha mengkonversi ke dalam kata benda? Apa tujuannya? Sepemahaman saya, tujuannya adalah untuk menciptakan kalimat baru sesuai dengan pemahamannya sendiri, yaitu "Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi" dan untuk mempertanyakan keberadaan kata "setiap" dalam kalimatnya tersebut apakah ada di dalam sutta atau tidak.
menambahkan kata "yang" sudah merupakan hal yang dibolehkan menurut logika.
seperti misalnya "saya itu mengajar Logika disebuah univ"
boleh diubah menjadi "saya itu yang mengajar di sebuah univ".
makna "mengajar" dengan "yang mengajar" tentu saja berbeda. tetapi bila kalimat pertama tersebut tidak dapat melahirkan kesimpulan apapun, maka kita boleh mengubahnya ke dalam bentuk kata benda, dengan syarat isi kalimat itu tetap benar. artinya, kalimat pertama kita simpan saja, dan tidak dimasukan ke dalam syllogisme. kini kita memiliki kalimat kedua, dimana telah ditambahkan kalimat "yang". bila kalimat yang pertama adalah benar, maka setelah kalimat itu ditambahkan "yang", iapun dijamin akan tetap benar. oleh karna tidak mengubah nilai dari kalimat tersebut, maka penambahakan kata "yang" diperbolehkan.
Quote
Singkatnya menciptakan perkataan sendiri dan mencari pengesahannya dalam sutta. Ini adalah hal yang lucu bagi saya.
apa yang saya lakukan sesuai dengan hukum logika.
Quote
Terlebih lagi lucunya TS berusaha mengkonversi 2 kalimat yang pada dasarnya sama yang ia anggap berbeda.
saya tidak akan pernah menganggap kalimat yang sama sebagai beda. dan tidak akan menganggap kalimat beda sebagai sama. hal itu mustahil bagi saya.
Quote
Semua bentukan tidak kekal.
Semua yang terkondisi adalah tidak kekal
Meskipun kalimat yang kedua adalah salah penggunaan awalan 'ter-', namun kedua nya pada dasarnya adalah memiliki makna yang sama yaitu sabbe sankhara anicca (semua bentukan/yang berkondisi/yang bersyarat/yang berpadu adalah tidak kekal). Jadi hal ini lucu karena kurang kerjaan. Dan saya jadi ikutan "kurang kerjaan" karena khawatir mereka yang masih "lugu" terjebak dalam artikel yang diragukan ini.[/quote]
menyalahkan penggunakan kata "ter" pada kasus tersebut berarti menyalahkan cendekiawan buddhis yang menulis buku "Petikan Angutara NIkaya" tersebut. saya mencopas sesuai redaksi tulisan yang ada di buku itu.
lagi pula, kalimat pertama dan kalimat kedua itu adalah berbeda, dalam arti berntuk yang berbeda. jika maknanya sama, itu adalah menurut orang yang sudah mengetahui, karena ada yang memberi tahu atau telah sampai pada kesimpulan. jika mereka baru membaca dua bentuk kalimat itu saja, belumlah tentu mereka langsung tau, bahwa kedua kalimat tersebut maknanya sama. justru dengan logika, akhirnya diketahui bahwa makna kedua kalimat tersebut adalah sama, dan diketahui bahwa itu merupakan definisi, dan bukan proposisi.
Quote
Terakhir, jika berdasarkan Input output, apa yang disampaikan TS adalah meragukan. TS menggunakan sumber yang meragukan dengan demikian kesimpulan yang disajikan pun diragukan kebenarannya.
meragukan sumber tulisan saya, berarti meragukan penerjemah buddhis, dan sekelompok bikkhu yang terlibat di dalamnya. dan bila meragukan kesimpulannya, sangat mungkin karena anda belum memahami atau belum setuju dengan aturan logikanya.
Quote
NB: buku Petikan Angutara Nikaya yang menjadi sumber TS ternyata juga dipergunakan non-Buddhis untuk hal-hal tertentu seperti mempengaruhi orang lain, memutarbalikkan fakta.
Entah yang menggunakan adalah orang yang sama atau tidak. Sayang sekali jika ada orang yang percaya begitu saja .
Wasalam.. _/\_
itu opini anda. saya belum melihat fakta yang benar dari yang anda katakan.
Quote from: Blacquejacque on 28 May 2011, 10:56:54 AM
Rekan Satria, Dalam sebuah diskusi, alangkah baik bila diskusi tersebut dapat menambah pengetahuan akan hal-hal yang bermanfaat bagi para peserta diskusi.
Dengan dasar pemikiran untuk belajar (*berharap diluruskan oleh kawan-kawan buddhis), hal ini pun amat baik. Namun anda pun perlu memahami sikap-sikap yang diperlukan dalam perkataan tersebut. Dibutuhkan sikap keikhlasan dan lapang dada dalam menerima opini-opini yang dsampaikan.
apakah anda melihat saya "tidak ikhlas" dan tidak "lapang dada" dalam menerima opini-opini yang disampaikan kepada saya?
saya menerima seluruh opini, dalam arti "saya mempersilahkan orang berpendapat apapun". tetapi saya tidak memaknai kata "menerima" tersebut sebagai "harus percaya" terahdap seluruh masukan yang diberikan kepada saya. jika ada orang yang memberikan suatu pendapat yang tidak benar, menurut saya, maka tentu saya harus menjelaskan kepadanya "mengapa saya tidak atau belum dapat membenarkan pendapatnya".
Quote
Dengan memiliki kedua sikap tersebut, maka anda akan menjadi seseorang yang mudah diajak bicara, yang mana Sifat tersebut, akan memudahkan anda untuk menyerap maksud yang ingin disampaikan oleh lawan diskusi anda, dan juga akan membuat lawan diskusi anda merasa nyaman berdiskusi dengan anda.
apa saya sulit diajak bicara? saya kira tidak. mungkin maksudnya, saya sulit menerima pendapat yang menurut saya tidak benar. kalau yang itu memang benar saya akui.
bisakah anda memberi tahu, apa yang membuat orang-orang di sini merasa tidak nyaman? apakah karena saya menyampaikan suatu pendapat yang tidak sesuai dengan keyakinan mereka?
Quote
Adapun referensi yang dapat anda baca sekaitan sifat-sifat yang menjadikan seseorang sulit dan mudah diajak bicara, dapat anda pelajari di :
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/anumana-sutta/
terima kasih atas referensinya.
Quote
Demikian telah saya dengar : Pada suatu ketika Bhikkhu Mahamoggallana menginap di Sumsumaragira, hutan Bhesakala di Taman Rusa, di daerah suku Bhagga. Kemudian Bhikkhu Mahamoggallana menyapa para bhikkhu, dengan berkata : "Para bhikkhu"."Ya, bhante" jawab para bhikkhu tersebut kepada Bhikkhu Mahamoggallana.Kemudian Bhikkhu Mahamoggallana berkata sebagai berikut :"Para bhikkhu, andaikata seorang bhikkhu mempersilahkan dengan berkata : 'Para bhikkhu, silahkan menegurku, saya patut diberitahu oleh para bhikkhu', tetapi apabila ia merupakan seseorang yang sulit diajak bicara, disertai sifat-sifat yang membuatnya sulit diajak bicara, sukar diatur, tidak mampu menerima petunjuk, maka rekan-rekan pertapanya akan menilai bahwa ia tidak sesuai untuk diajak bicara dan bahwa ia tidak sesuai untuk diberi petunjuk-petunjuk dan orang tersebut tidak patut diberi kepercayaan.
saya mengikuti petunjuk sutta itu.
silahkan menegur saya, silahkan memberi tahu saya, saya patut diberitahu oleh kawan-kawan buddhis di sini. hanya satu yang sya minta, jangan memaksa saya untuk menerima pendapat yang saya belum bisa memahami kebenarannya, dengan kata lain janganlah anda marah, bila saya belum sanggup memahami kebenaran hal-hal yang anda sampaikan kepada saya.
Quote from: Satria on 28 May 2011, 11:06:09 AM
apakah anda tidak melihat saya "tidak ikhlas" dan tidak "lapang dada" dalam menerima opini-opini yang disampaikan kepada saya?
saya menerima seluruh opini, dalam arti "saya mempersilahkan orang berpendapat apapun". tetapi saya tidak memaknai kata "menerima" tersebut sebagai "harus percaya" terahdap seluruh masukan yang diberikan kepada saya. jika ada orang yang memberikan suatu pendapat yang tidak benar, menurut saya, maka tentu saya harus menjelaskan kepadanya "mengapa saya tidak atau belum dapat membenarkan pendapatnya".
apa saya sulit diajak bicara? saya kira tidak. mungkin maksudnya, saya sulit menerima pendapat yang menurut saya tidak benar. kalau yang itu memang benar saya akui.
Sebagai seseorang yang telah "mencapai", terlebih dahulu anda harus bertanya kepada diri anda sendiri / batin anda.
Sikap ikhlas dan lapang dada, dengan "menerima" yang anda maksudkan disini berbeda. Tenangkan dahulu hati anda, maka anda akan memahami maksud saya. Saya kuatir bila saya memaksakan menjelaskan, akan jadi kosong karena hati anda saat ini masih tidak tenang dalam menerima.
Saya tidak menyatakan bahwa anda "harus percaya", bahkan saya tidak berharap bahwa anda sebaiknya percaya akan apa yang saya sampaikan.
Quotebisakah anda memberi tahu, apa yang membuat orang-orang di sini merasa tidak nyaman? apakah karena saya menyampaikan suatu pendapat yang tidak sesuai dengan keyakinan mereka?
saya tidak mengikuti anda sedari awal. Namun beberapa sifat yang akan menjadikan seseorang mudah diajak bicara :
1. Apa yang keluar dari mulut sebaiknya sama dengan apa yang ada di hati ( Keterusterangan). Sebagai contoh : anda berkata bahwa anda "menerima", tetapi di hati anda sebetulnya terjadi pertentangan dan bahkan merendahkan lawan diskusi. Inkonsistensi akan muncul dalam pernyataan anda.
2. Tidak mudah terbawa emosi.
3. Dalam memasuki sebuah diskusi, adalah hal yang lumrah untuk berusaha memperjelas apa yang kurang jelas disampaikan. Dengan ketenangan, hal ini akan dapat dilakukan sehingga lawan bicara pun akan memahami apa maksud anda.
4. Mampu menunjukkan kesalahan-kesalahan yang dsampaikan oleh lawan bicara secara bijaksana.
5. Mau mengakui kesalahan diri sendiri dengan ikhlas.
Benar atau tidaknya, tidak perlu anda sampaikan kepada saya ataupun kepada yang lain. Cukuplah anda sampaikan ke diri anda sendiri.
Quote
Para bhikkhu, kemudian seorang bhikkhu memuji-muji dirinya sendiri dan merendahkan yang lainnya. Bhikkhu siapa pun yang memuji-muji dirinya sendiri dan merendahkan yang lainnya, ini pun merupakan sifat-sifat yang membuatnya sukar diajak bicara.
apakah sya termasuk orang sebagaimana yang dimaksud dalam sutta tersebut?
apakah umat buddhis menganggap saya memuji-muji diri sendiri? di mana dan kapan? apakah karena saya mengatakan bahwa saya adalah seorang "ahli logika".
apakah menyatakan keadaan diri sebagaimana adanya itu disebut memuji-muji diri sendiri?
ketika saya mau bekerja di sebuah tempat, direktur perusahaan tersebut bertanya pada saya, "apakah anda seorang programer?"
saya jawab, "ya saya seorang programer".
saya datang ke perusahaan itu karena perusahaan itu mencari seorang programer. dan adalah sia-sia kalo saya datang tanpa keahlian dibidang pemrograman. dan sia-sia pula saya datang dengan keahlian pemrograman kalo kemudian saya menyatakn kepada direktur tersebut "bukan, saya bukan seorang programer. saya tidak pandai dlam bidang programer. saya hanyalah manusia bodoh". bagaimana saya akan diterima bekerja.
coba tunjukan, dimana saya mengaku diri sebagai "ahli logika" dan perhatikan itu dlam konteks apa, apa dalam konteks memuji-muji diri sendiri atau dalam konteks menyatakan keadaan diri sebagaimana adanya?
Quote from: Blacquejacque on 28 May 2011, 11:24:06 AM
Sebagai seseorang yang telah "mencapai", terlebih dahulu anda harus bertanya kepada diri anda sendiri / batin anda.
sebagaimana telah saya prediksi, bahwa bila orang-orang yang tidak baik telah menyingkir dari thread ini, orang baik akan muncul untuk melanjutkan diskusi di sini. saya melihat anda orang yang baik. semoga benar.
Quote
Sikap ikhlas dan lapang dada, dengan "menerima" yang anda maksudkan disini berbeda. Tenangkan dahulu hati anda, maka anda akan memahami maksud saya. Saya kuatir bila saya memaksakan menjelaskan, akan jadi kosong karena hati anda saat ini masih tidak tenang dalam menerima.
jika saya harus lebih tnang dari keadaan ini, berarti anda harus memberi waktu kepada saya untuk bermeditasi. skarang saya sedng bekerja, belum ada waktu bermeditasi. bagaimana saya meningkatkan ketenangan yang lebih dalam?
Quote
Saya tidak menyatakan bahwa anda "harus percaya", bahkan saya tidak berharap bahwa anda sebaiknya percaya akan apa yang saya sampaikan.
saya tidak mengikuti anda sedari awal. Namun beberapa sifat yang akan menjadikan seseorang mudah diajak bicara :
1. Apa yang keluar dari mulut sebaiknya sama dengan apa yang ada di hati ( Keterusterangan). Sebagai contoh : anda berkata bahwa anda "menerima", tetapi di hati anda sebetulnya terjadi pertentangan dan bahkan merendahkan lawan diskusi. Inkonsistensi akan muncul dalam pernyataan anda.
saya telah berusaha berkata sejujur-jujurnya, sedang berkata jujur dan akan akan berusaha untuk tetap jujur. jika ada hal-hal yang kontradiktif di dalam pernyataan-pernyataan saya, hal itu perlu anda konfirmasikan. karena, seringkali kalimat-kalimat itu tanpak kontradiktif, tapi karna perbedaan makna, jadi sebenarnya tidak kontradiktif.
Quote
2. Tidak mudah terbawa emosi.
ya. saya kadang-kadang marah dan jengkel. sama halnya sperti hampir semua orang buddhis di sini. kendatipun demikian, sepertinya saya lebih menahan diri, dari pada kawan-kawan diskusi yang lainnya di sini.
Quote
3. Dalam memasuki sebuah diskusi, adalah hal yang lumrah untuk berusaha memperjelas apa yang kurang jelas disampaikan. Dengan ketenangan, hal ini akan dapat dilakukan sehingga lawan bicara pun akan memahami apa maksud anda.
setuju
Quote
4. Mampu menunjukkan kesalahan-kesalahan yang dsampaikan oleh lawan bicara secara bijaksana.
semoga anda bisa memberikan contoh yang terbaik kepada saya dan kepadan kawan-kawan buddhis yang ada di sini.
Quote
5. Mau mengakui kesalahan diri sendiri dengan ikhlas.
akan saya akui, jika saya telah sadar dan tau, bahwa sesuatu itu memang kesalahan saya. seperti misalnya "kemarahan" dan "kejengkelan" yang saya alami, itu saya akui sebagai kesalahan saya. dan saya akui dengan ikhlas.
Quote
Benar atau tidaknya, tidak perlu anda sampaikan kepada saya ataupun kepada yang lain. Cukuplah anda sampaikan ke diri anda sendiri.
maksudnya bagaimana? apakah ini berarti saya tidak boleh memberikan penilaian apapun terhadap komentar-komentar anda dan kawan-kawan lainnya?
Quote from: Satria on 28 May 2011, 11:26:06 AM
apakah sya termasuk orang sebagaimana yang dimaksud dalam sutta tersebut?
apakah umat buddhis menganggap saya memuji-muji diri sendiri? di mana dan kapan? apakah karena saya mengatakan bahwa saya adalah seorang "ahli logika".
apakah menyatakan keadaan diri sebagaimana adanya itu disebut memuji-muji diri sendiri?
ketika saya mau bekerja di sebuah tempat, direktur perusahaan tersebut bertanya pada saya, "apakah anda seorang programer?"
saya jawab, "ya saya seorang programer".
saya datang ke perusahaan itu karena perusahaan itu mencari seorang programer. dan adalah sia-sia kalo saya datang tanpa keahlian dibidang pemrograman. dan sia-sia pula saya datang dengan keahlian pemrograman kalo kemudian saya menyatakn kepada direktur tersebut "bukan, saya bukan seorang programer. saya tidak pandai dlam bidang programer. saya hanyalah manusia bodoh". bagaimana saya akan diterima bekerja.
coba tunjukan, dimana saya mengaku diri sebagai "ahli logika" dan perhatikan itu dlam konteks apa, apa dalam konteks memuji-muji diri sendiri atau dalam konteks menyatakan keadaan diri sebagaimana adanya?
Dengan kesaktian yang anda miliki, dapatkah anda melihat batin anda sendiri? Saya tidak berbicara kepada anda selaku umat buddhis. Saya berbicara kepada anda sebagai manusia biasa.
Quote from: Blacquejacque on 28 May 2011, 11:40:38 AM
Dengan kesaktian yang anda miliki, dapatkah anda melihat batin anda sendiri? Saya tidak berbicara kepada anda selaku umat buddhis. Saya berbicara kepada anda sebagai manusia biasa.
dengan praktik meditasi vippasana, saya bisa melihat ke dalam diri saya sendiri. dan bila saya mencapai pencerahan di dalam vipasana, saya bisa lebih tenang dan bijaksana di dalam menghadapi segala sesuatu. selain itu juga, biasanya "hasrat" diskusi di forum inipun jadi hilang. apakah anda bisa menjelaskan, kenapa bisa begitu?
menjadi bijaksana artinya "pergi dari forum ini".
sya juga tau, bahwa motivasi saya diskusi di forum ini juga terdorong oleh Lobha, Dosa dan Moha. dan saya membiarkan saja semua itu terjadi. dan saya berpikir, demikian pula motivasi umat buddhis lainnya di forum ini. semua atau hampir semua, terdorong oleh LDM.
bukan bermaksud sombong, hanya bermaksud menceritakan duduk persoalannya, bahwa melalui meditasi samatha, saya dapat mencapai samadhi. melalui vippasana, saya bisa mencapai pencerahan vippasana. kendatipun dalam kadar yang tidak cukup tinggi, tapi cukup untuk membuat saya tidak lagi dipengaruhi oleh kemarahan, tidak melekat, dan mampu melihat segala sesuatu secara jernih.
tapi, apa yang sedang didiskusikan saat ini bukanlah "persoalan mental", bukan pula persoalan perilaku, melainkan persoalan "sistematika kalimat".
bila saya mengungkapkan masalah-masalah matematika, misalnya, trus ada orang berkata "untuk memahami jawaban dari persoalan ini, anda harus memiliki ketenangan hati, kesabaran, kebijaksanaan, ikhlas dan lapang dada."
saya akui bahwa nasihat untuk menenangkan hati, sabar dan ikhlas itu adalah nasihat yang baik. tapi, masa iya dengan cara seperti itu masalah-masalah matematika bisa terselesaikan. saya hanya butuh jawaban matamatika. kendatipun demikian, saya tidak memaksa seandainya tidak ada yang bisa memberikan jawaban.
anggaplah kita datang berkunjung kepada seorang arahat. kita bisa bertanya berbagai persoalan seperti misalnya tentang akhak, meditasi, dan segala sesuatu menyangkut ajaran sang Buddha. Ia akan dapat menjawbnya. tapi apakah ia akan selalu dapat menjawab semua persoalan matematika? seandainya tidak, berarti ketenangan dan pencerahan vipasana itu tidak bermanfaat untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika.
kendatipun begitu, saya sadar bahwa "menyakiti Perasaan orang lain" berarti menyakiti diri saya sendiri. dan saya sadar, saya telah menyatakan hal-hal yang tidak menyenangkan untuk umat buddhis di forum ini. dan ini adalah suatu kesalahan. dan saya tau, buah karma dari hal-hal ini, akan diterima oleh saya. saya hanya berharap, bisa mengimbanginya dengan perbuatan baik.
sayapun berharap dapat dimaafkan oleh umat buddhis di sini, agar saya bisa memaafkan diri saya sendiri. terlepas dari anggapan bahwa "mereka tidak sanggup memahami hal-hal yang saya kemukakan", tidak sepatutnya saya memandang dengan "rasa benci", karena kebencian itu sudah pastinya akan merugikan diri saya sendiri. seharusnya saya memandang siapa saja dengan perasaan kasih, bukan benci. bila saya merasa benci kepada seorang penjahat, berarti saya ikut bersamanya menjadi seorang penjahat pula.
karena saya telah kehilangan kasih, maka timbul perasaan "tidak bisa menerima" atas sikap orang lain yang saya anggap salah dan bodoh. mungkin inilah yang dimaksud "harus bisa menerima" sebagaimana yang dikatakan oleh bro Jaque. saya bisa mempersilahkan orang-orang itu untuk berkomentar apa saja, tapi hati saya "tidak menerima" bila menurut saya mereka berkomentar dengan cara yang salah atau bodoh. maka apa yang dikatakan oleh bro Blacquejacque adalah hal yang benar.
Quote from: Blacquejacque
Sikap ikhlas dan lapang dada, dengan "menerima" yang anda maksudkan disini berbeda. Tenangkan dahulu hati anda, maka anda akan memahami maksud saya. Saya kuatir bila saya memaksakan menjelaskan, akan jadi kosong karena hati anda saat ini masih tidak tenang dalam menerima.
terima kasih karena anda telah menjelaskan hal yang benar kepada saya.
sekarang saya menyadari bahwa memang saya "tidak dapat menerima" dan seharusnya "saya bisa menerima"
rasa tidak dapat menerima itu muncul dari "kemelekatan", dan kemelekatan itu muncul dari "keserakahan dan kebencian".
itu saya sedang introspeksi diri dan menghitung-hitung kesalahan yang tlah saya lakukan sendiri.
selama 12 tahun saya mengajar di sekolah, kadang-kadang saya jengkel karena murid-murid sulit mengerti pelajaran yang saya berikan. seharusnya saya mengingat, bahwa ketika saya menjadi muridpun dahulu, kadang guru marah kepada saya karena saya sulit mengerti pelajaran yang dia berikan. dan say tau, kemarahan guru tersebut sangat tidak menyenangkan. tapi entah mengapa, justru saya menirukan sikap yang tidak menyenangkan tersebut. seharusnya saya mengajar murid dengan perasaan kasih, dan tidak boleh marah sedikitpun, kendatipun murid tersebut sangat sulit mengerti.
seandainya saya benar merupakan orang yang paling ahli dalam logika yang berusaha mensosialisasikan logika kepada orang lain, mengapa saya harus marah bila orang lain tersebut sulit mengerti apa yang hendak saya sampaikan? seharusnya saya memandang semua orang dengan kasih. rela hati dan menerima, tanggapan apapun yang mereka berikan.
Quote from: Satria on 28 May 2011, 02:00:05 PM
sekarang saya menyadari bahwa memang saya "tidak dapat menerima" dan seharusnya "saya bisa menerima"
rasa tidak dapat menerima itu muncul dari "kemelekatan", dan kemelekatan itu muncul dari "keserakahan dan kebencian".
itu saya sedang introspeksi diri dan menghitung-hitung kesalahan yang tlah saya lakukan sendiri.
;D
Quote from: Satria on 28 May 2011, 02:03:54 PM
selama 12 tahun saya mengajar di sekolah, kadang-kadang saya jengkel karena murid-murid sulit mengerti pelajaran yang saya berikan. seharusnya saya mengingat, bahwa ketika saya menjadi muridpun dahulu, kadang guru marah kepada saya karena saya sulit mengerti pelajaran yang dia berikan. dan say tau, kemarahan guru tersebut sangat tidak menyenangkan. tapi entah mengapa, justru saya menirukan sikap yang tidak menyenangkan tersebut. seharusnya saya mengajar murid dengan perasaan kasih, dan tidak boleh marah sedikitpun, kendatipun murid tersebut sangat sulit mengerti.
Quote from: Satria on 28 May 2011, 02:06:25 PM
seandainya saya benar merupakan orang yang paling ahli dalam logika yang berusaha mensosialisasikan logika kepada orang lain, mengapa saya harus marah bila orang lain tersebut sulit mengerti apa yang hendak saya sampaikan? seharusnya saya memandang semua orang dengan kasih. rela hati dan menerima, tanggapan apapun yang mereka berikan.
:hammer:
pelejaran matematika mungkin merupakan pelajaran yang beharga bagi para murid disekolah. tapi rasa kasih itu lebih penting dari pada pelajaran matematika. guru yang mengajarkan matematika dengan rasa amarah dan kebencian seperti memberi racun pada para murid itu. dan justru bisa membuat murid-murid benci pula terhadap pelajaran matematika itu.
demikian pula halnya dengan logika, sekarang saya sadar, bahwa mungkin logika itu merupakan pelajaran yang penting. tapi bila saya mensosialisasikan dengan rasa marah dan benci, justru sama dengan menyebarkan racun yang berbahaya yang bisa membuat orang-orang malah membenci pelajaran logika itu sendiri. dan terutama, kebencian itu akan meracuni diri saya sendiri. oleh karena itu, tidak seharusnya saya menganggap menyebarkan logika itu lebih penting dari pada menyebarkan kasih.
sekarang, bila masih ada kebencian di dalam hati saya, bagaimana cara mengikisnya dan menggantinya dengan metta, karuna, mudita dan upekkha?
dengan mengulang-ngulang pikiran "Semoga kalian semua berbahagia!" berharap, dosa di dalam hati saya terkikis, dan berganti menjadi metta. untuk sementara akan saya lupakan tentang logika.
saya sadar, seandainya saya ingin mengjarkan logika pada seseorang, maka orang itu akan memeriksa, "apa yang ada bersama pelajaran ini, kasih ataukah dosa". jika mereka melihat kasih, maka pasti mereka akan menerima. jika mereka melihat dosa, maka pasti mereka akan menolak.
Semoga metta dapat muncul di hati anda. Terima kasih _/\_
seandainya ada orang yang memberikan makanan yang enak, sehat dan bergizi kepada saya, namun disertai dengan kata-kata kasar, kotor dan menyakitkan, maka tentu sayapun tidak sudi menerima makanan itu, dan lebih sudi menganggap makanan itu beracun. kendatipun saya tau bahwa makanan itu sehat bergizi. itu kaerna saya menolak "kebencian". sebaliknya, kendatipun ada orang yang memberikan makanan yang kurang enak, dan kurang bergizi, namun diberikan dengan rasa kasih, tentu saya akan menerimanya sepenuh hati.
demikian pula saya, seandainya saya ingin mensosialisasikan logika, sudah pasti semua orang akan menolak, bila saya menyampaikan tanpa dengan rasa kasih.
kini saya telah melihat bahwa berbicara atas dasar kasih, itu jauh lebih berharga dari pada berbicara atas dasar logika.
kendatipun misalnya saya mengatakan hal-hal yang benar atas dasar logika, bila hati saya dipenuhi dengan kemarahan dan kebencian, maka semakin banyak saya bicara, saya akan semakin masuk ke dalam penderitaan karena dosa, karena penolakan di dalam hati saya. maka sebaiknya saya berhenti berbicara tentang logika, sebelum metta benar-benar muncul di dalam hati saya.
setelah melalui proses diskusi yang panjang ini, apakah hasil yang ku dapat? rasa amarah yang mengakar di dalam hati dan sulit dibersihkan. lalu saya seperti orang yang terbawa arus banjir, mencari tempat pegangan, tetapi sulit menemukan, dan saya terus terbawa banjir. berpegang kepada beberapa akar pohon, namun rapuh semua putus. ini mengerikan. "banjir" ini tidak bisa diredakan dengan Logika.
dan hal yang lebih mengerikan adalah sulitnya diri ini memaafkan diriku sendiri. maka bagaimana saya dapt beharap maaf dari orang lain?
saya bertekad, tidak akan mencela orang yang mencela saya. tidak akan menghina orang yang menghina saya. dan tekad ini, tidak mungkin dapat saya laksanakan, bila di dalam hati saya "tidak ada metta, karuna, mudita dan upekha".
semoga batin semua orang tercerahkan
semoga batin kita dipenuhi dengan kedamaian
semoga hati kita diliputi ketenangan
salah sejahtra bagi seluruh makhluk
bila hati dipenuh kasih, kata-kata kotor mustahil dikeluarkan.
dengan konsentrasi aku menenangkan diri, dengan kesadaran aku menyadari
sekarang, waktunya saya bertanya tentang apa yang saya inginkan, sehingga saya masih bertahan di sini?
apakah saya menginginkan pujian, hinaan ataukah tanggapan?
saya tidak terlalu mengerti mengenai dasar motivasinya, saya hanya sadar bahwa saya ingin menumpahkan isi hati di sini.
jalan menuju puncak samadhi, menjadi terjal dan berliku, akibat kurangnya cinta kasih. seandainya saja, tlah lama batin ini diisi dengan kasih, maka perjalanan menuju puncak samadhi tidak akan terlalu melelahkan begini.
tapi, walaupun dengan berjalan tertatih-tatih, penuh luka dan nanah, dengan air mata yang berderai-derai, saya terus berjuang menuju puncak samadhi.
keserakahan telah membuat saya enggan meninggalkan alam dunia ini, sperti halnya keengganan saya meninggalkan DC. dan karena saya telah mengumumkan kejelekan diri sendiri, maka apakah seharusnya saya meras malu?
setelah bermeditasi, ketenangan muncul di dalam diriku. "benar" dan "Salah" terlihat pula dengan jelas di dalam diri ini. lalu muncul kesadaran "sudah waktunya aku pergi dari forum ini". tapi rasanya aku enggan untuk pergi. sepertinya, ini adalah kemelekatan.
saya berpikir bahwa di sini, terlalu banyak hal yang bisa dinikmati. berharap memperoleh banyak hal dari kenikmatan, inilah keserakahan itu sendiri.
tapi aku memahami, ada kesenangan lain yang lebih beharga dari pada kesnangan-kesenangan duniawi, yaitu 4 kesenangan suci.
1. kesenangan yang muncul dari berbuat baik
2. kesenangan yang muncul dari berpikir dengan benar
4. kesenangan yang muncul dari konsentrasi
5. kesenangan yang muncul dari tanpa berpikir
saya dapat mengembangkan salah satu dari kesnangan-kesenangan tersebut sebagai pengganti dari "kesenangan duniawi"
sekarang saya sedang mengembangkan kesenangan yang muncul dari konsentrasi. dan saya dapat merasakan "rasa suka", "rasa bahagia" dan"gembira" karna saya berkonsentrasi, dalam kadar yang kecil, belum cukup kuat untuk membuat saya meninggalkan jagat DC ini.
pencerahan telah muncul di dalam diri saya. kemelekatan itu sudah hilang. karena pikiran-pikiran yang "memproduksi kemelekatan" tersebut telah terpangkas oleh perhatian yang terus menerus ditujukan pada nafas. tidak ada lagi yang saya harapkan dari forum ini. keinginan-keinginan telah lenyap.
keinginan-keinginan yang muncul, segera terpotong oleh kesadaran.
keinginan-keinginan itu kini menjadi objek meditasiku, menggantikan objek nafas.
muncul, berubah dan berlalu
keinginan-keinginan tersebut tidak ada yang kekal.
akhirnya, keinginan-keinginan itu tidak lagi dapat mengendalikan diriku. akulah yang mengendalikan keinginan itu.
dan sudah waktunya saya memutuskan untuk pergi. serta mengucapkan "terima kasih" dan "selamat tinggal" kepada semua kawan-kawan DC.
Quote from: Satria on 28 May 2011, 03:23:58 PM
dan sudah waktunya saya memutuskan untuk pergi. serta mengucapkan "terima kasih" dan "selamat tinggal" kepada semua kawan-kawan DC.
saved
maafkan saya juga karena saya sudah mengucapkan kata yang kurang berkenan _/\_
Quote from: Forte on 28 May 2011, 03:26:49 PM
Quote from: Satria on Yesterday at 03:23:58 PM
dan sudah waktunya saya memutuskan untuk pergi. serta mengucapkan "terima kasih" dan "selamat tinggal" kepada semua kawan-kawan DC.
--------------------------------------------
saved
baru baca, ternyata sudah selesai.
Quote from: Satria on 28 May 2011, 03:23:58 PM
dan sudah waktunya saya memutuskan untuk pergi. serta mengucapkan "terima kasih" dan "selamat tinggal" kepada semua kawan-kawan DC.
maksudnya memahamin sutta dgn menggunakan logika adalah tidak menarik utk dibahas ?
selamat tinggalnya ber quote, jadi masih ragu2 ts nya.... (tipikal manusia tidak tegas!).... =))
AstagaTM. :o
Quote from: upasaka on 06 June 2011, 01:31:55 AM
AstagaTM. :o
gak ada teman debat lagi ya bro... jgn bersedih bro jika di tinggal kekasih hati ^-^
Quote from: wang ai lie on 06 June 2011, 06:27:24 PM
gak ada teman debat lagi ya bro... jgn bersedih bro jika di tinggal kekasih hati ^-^
Saya hanya sedikit kaget kok. ;D