News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Memahami Sutta Menggunakan Logika

Started by Satria, 25 May 2011, 02:02:51 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Satria

Quote from: sriyeklina
Jika anda sudah tahu pengertian mereka tidak sama seperti anda, terus untuk apa dilanjutkan lagi.

untuk mencoba menjelaskan bagaimana pengertian logika menurut yang saya fahami.

Quote
Sesuatu cara yang cocok dengan anda belum tentu sesuai dengan orang lain. Sesuatu yang berharga bagi anda belum tentu berharga bagi orang lain. Sama seperti kacamata, jika kacamata anda -3 sedangkan kacamata saya +3 . Apakah jika kacamata itu kita tukar pakai, maka saya atau anda menjadi lebih nyaman?  Bukan terbantu jadi-nya malah menyusahkan. Bukankah begitu?

anda benar sekali. maka sejak awal diskusi, saya slalu menanyakan tolak ukur kebenarannya yang bisa dimufakati bersama. artinya sebelum diskusi berlarut-larut, sebenarnya saya ingin mencari "apa kriteria yang bisa dianggap cocok" oleh kita bersama.

tolak ukur itu misalnya "Tipitaka". saya yakin, bila kita mengutup sabda sang Buddha, maka yang menajdi tolak ukurnya adalah Tipitaka. "Apakah benar kata-kata itu tertulis di sana?" jika benar tertulis, maka pernyataan tersebut memiliki referensi yang benar. maka kita menjadikan Tipitaka sebagai Tolak Ukur kebenaran referentif yang bisa dimufakati bersama oleh umat Buddhis. bandingkan bila saya mengukur keenaran referentif itu dengan Quran? tentu ini tidak akan dimufakati oleh umat Buddhis.

jadi, dengan menentukan tolak ukurnya, tidak ada lagi istilah "cocok di sana, tapi tidak cocok di kamu" atau "masuk akal menruut saya, tapi tidak masuk akal menurut kamu" atau "kita menggunakan kaca mata berbeda". karna kita mufakat untuk menggunakan "satu kacamata" untuk digunakan bersama secara begantian. kendatipun ukuran kaca mata berbeda-beda, tidak mustahil kita bisa menemukan kaca mata yang nyaman untuk dipakai oleh semua orang yang hadir di sini.

Sostradanie

Quote from: Satria on 26 May 2011, 11:29:28 PM
terima kasih atas nasihat anda.

mohon di perhatikan hal berikut ini :

telah lama saya prihatin atas kesalahan fahaman umat terhadap agamanya masing-masing. yang saya maksud umat bukan hanya umat Buddhis, tapi umat manusia pada umumnya. agama di dunia ini sangat beragam. padahal jalan untuk mencapai keselamatan hanyalah satu jalan. setiap nabi pada setiap agama, termasuk sang Buddha buddha menjelaskan bahwa apa yang diajarkannya adlah "satu-satunya jalan" menuju kebahagiaan.


semua kelompok agama mengaku "no. 1", semua mengaku "paling benar" dan semua "saling menyalahkan". Akhirnya di dunia ini banyak pertiakain atas nama agama. termasuk "pertikaian kecil" kita di forum ini. tpai seringkali pertiakan itu terjadi krena kita mempertentangkan hal-hal yang sebenarnya tidak bertentangan. atau menyamakan hal-hal yang sesungguhnya berbeda. ini akibat orang-orang kehilangan kemampuan "melihat apa adanya".

salah satu penyebab munculnya "ajaran-ajaran sesat" di dunia ini adalah karena penyalah gunaan logika. salah satu cara menghadang ajaran sesat itu adalah dengan logika juga. kemarhan, kebencian, keserakahan bisa dikikis melalui praktik meditasi dan moral. tapi kesalahan logika, bisa dihancurkan dengan logika yang bnar.

saya merasa, saya telah mempeajari dan memahami logika yang benar. tanpa bermaksud sombong, saya merasa ahli dan terampil di bidang ilmu logika. hal inipun disertai dengan kesadaran "itu baru menurut saya sendiri, belum lah tentu menurut orang lain". Tapi karena saya merasa telah memperoleh manfaat yang nyata dari logika ini, maka saya berusaha mensosialisaikan logika ini kepada orang lain, di mana dan kapan pun.

tetapi, umumnya orang tidak tertarik dengan kajian logika. waktu saya ke perpustakaan daerah, buku-buku logika diperpustakaan merupakan buku yang paling berdebu, karena mungkin merupakan buku yang paling jarang dibaca orang. bahkan Josyuf Syu`ib seorang guru besar ilmu logika menyatakan pernyataan yang menyiratkan amat parahnya pendidikan logika di Indonesia ini. maka bila sya mensosialisasikan logika ini dengan cara baik dan santun, tak satupun orang yang akan sudi meperhatikannya. dan hal itu saya alami bertahun-tahun.

akhirnya saya menemukan suatu cara, bahwa dengan cara menyentuh sisi emosi lawan diskusi saya, orang-orang jadi sangat kritis dan mau menyimak serta memikirkan apa yang saya sampaikan tentang logika. kendatipun orang-orang sangat menentang, tapi tanpa disadari, pengetahuan yang ingin saya sosialisaikan pun terserap oleh batin-batin orang yang "membenci". di sini saya melihat kesamaan antara benci dan cinta, yaitu sama-sama "samyojana", kemelekatan batin.

bagi saya, ketika menawarkan logika, maka ada tiga opsi bagi orang lain "cintai, benci atau tak dibenci pun tak dicintai".  jika logika ini dicintai, maka logika akan dipelajari. jika logika ini dibenci, logika ini juga akan dipelajari. tapi jika logika ini tak dibenci dan tak juga dicintai, maka mereka akan mengabaikan.

mungkin saja, metoda yang saya gunakan tersebut salah atau kurang tepat. tapi belum ada yang mengajarkan kepada saya tentang cara yang lebih baik dari itu tentang bagaimana cara agar orang-orang mau mendiskusikan persoalan logika dengan saya.

kendatipun begitu, saya datang ke forum ini bukan untuk mengajari logika kepada umat Buddhis. tapi ingin mempelajari, bagaimana tanggapan umat buddhis tentang logika. sampai saat ini, sudah banyak tanggapan kawan-kawan DC tentang logika, tapi itu belum selesai. banyak hal yang ingin saya sodorkan, untuk melihat bagaimana tanggapannya dari anda dan kawan-kwan anda di sini.



Ini sudah saya jelaskan bukan. Apa yang cocok sama anda belum tentu cocok untuk orang lain.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Sostradanie

Quote from: Satria on 26 May 2011, 11:39:39 PM
untuk mencoba menjelaskan bagaimana pengertian logika menurut yang saya fahami.

anda benar sekali. maka sejak awal diskusi, saya slalu menanyakan tolak ukur kebenarannya yang bisa dimufakati bersama. artinya sebelum diskusi berlarut-larut, sebenarnya saya ingin mencari "apa kriteria yang bisa dianggap cocok" oleh kita bersama.

tolak ukur itu misalnya "Tipitaka". saya yakin, bila kita mengutup sabda sang Buddha, maka yang menajdi tolak ukurnya adalah Tipitaka. "Apakah benar kata-kata itu tertulis di sana?" jika benar tertulis, maka pernyataan tersebut memiliki referensi yang benar. maka kita menjadikan Tipitaka sebagai Tolak Ukur kebenaran referentif yang bisa dimufakati bersama oleh umat Buddhis. bandingkan bila saya mengukur keenaran referentif itu dengan Quran? tentu ini tidak akan dimufakati oleh umat Buddhis.

jadi, dengan menentukan tolak ukurnya, tidak ada lagi istilah "cocok di sana, tapi tidak cocok di kamu" atau "masuk akal menruut saya, tapi tidak masuk akal menurut kamu" atau "kita menggunakan kaca mata berbeda". karna kita mufakat untuk menggunakan "satu kacamata" untuk digunakan bersama secara begantian. kendatipun ukuran kaca mata berbeda-beda, tidak mustahil kita bisa menemukan kaca mata yang nyaman untuk dipakai oleh semua orang yang hadir di sini.
Bro, sepertinya anda tidak berusaha memahami maksud yang ingin saya sampaikan. Jika anda masih berkutat menurut anda itu yang terbaik silahkan. Kebetulan saya bukan tipe orang yang hobi menjelaskan berkali-kali.
SELAMAT MALAM.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Satria

Quote from: sriyeklina
Inilah yang nama-nya sebab akibat. Seharusnya anda perhatikan, apa penyebab-nya seseorang mengatakan begitu?
Adakah yang berlebihan dari kata-kata anda?
Tidak usah jauh-jauh. Contoh saja saya, dulu saya bertanya pada anda secara baik. Setelah makin lama, anda lihat sendiri yang terjadi sesudah-nya. Dan lihat sekarang. Jelas berbeda. Semua orang berusaha memberitahu tapi dengan cara-nya sendiri-sendiri. Akhirnya semua menempuh jalan yang sama.Dan anda merasa diolok-olok. Padahal tidak semua-nya dengan niat seperti itu. Dan hari ini saya berminat berdiskusi dengan anda karena saya melihat sedikit perubahan dari sebelum-nya.
Jika anda masih seperti sebelum-nya, jujur saja yah. Paling saya ikut nimbrung jika ingin mencari humor. Minimal ada manfaat-nya juga anda bisa membuat orang terhibur dan tertawa.

di dalam diskusi sebelumnya, tidak ada pernyataan bahwa saya mengaku telah mencpai Jhana. yang ada adalah saya menceritakan kisah mistik, atau kekuatan supranatural yang muncul saat saya dikeroyok belasan pemuda. dan pada saat itulah sdr. wang ai lie menyebut-nyebut Jhana. yang saya ingat dia berkata, "anda mempunyai Jhana, ngaca dulu?"

saya tidak ingat kalo saya mengaku telah mencapai jhana, dan saya tidak mengerti mengapa wang ai lie berkata demikian. lalu saya berpikir bahwa wang ai lie menyimpulkan saya mengaku mencapai jhana karena saya mengaku dpat mengalahkan belasan pemuda dnegan kekuatan supranatural. itulah awal mulanya pembicaraan tentang Jhana.

selanjutnya, saya memberi tau bahwa asalnya saya tidak mengenal jhana. tapi dulu, ketika id saya candra_mulslim,saya mengkolsultasikan pengalaman meditasi saya kepada kawan-kwan di DC ini. lalu mereka sendiri yang menyimpulkan bahwa apa yang telah saya alami adalah pencapaian jhana itu sendiri. belakangan, kesimpulan itu mereka batalkan karena mereka melihat sifat yang burk pada diri saya.

jadi, tidak ada pernyataan bahwa saya mengaku telah mencapai Jhana.

adapun kisah menglahkan belasan pemuda itu saya ceritakan dengan sejujur-jujurnya, tanpa bermaksud memamerkan dan sombong "ini aku seorang jagoan" saya hanya menceritakan sebuah kisah, yang bila bagian itu tidak disampaikan maka kisahnya menjadi "kurang lengkap. sewaktu saya menceritakan guru saya yang bertanya, "mengapa kamu tidak mempergunakan ilmu yang saya ajarkan?" maka saya menjelaskan alasannya. ini benar-benar sekedar mengisahkan pengalan hidup, bukan unjuk kesaktian di hadapan anda. tapi saya tidak menyangka kalau hal itu kemudian menjadi hal yang sangat dipermasalahkan.

sama sekali saya tidak keberatan dengan sikap tidak percaya orang yang tidak percaya kalau saya telah pernah menglahkan belasan pemuda dengan sebuah kekuatan supranatural. saya hanya bertanya, "Bagaimana mereka dpat memastikan bahwa saya berbohong, sedangkan mereka tidak menyaksikan ketika  peristiwa itu terjadi? apakah mereka memiliki mata Buddha yang bisa mengetahui hal-hal yang pernah terjadi?" atau dengna pertnyaan saya yang lain : apakah yang membuat orang berpikir "mustahil Satria memiliki kemampuan seperti itu" ? harus digaris bawahi, ini hanyalah pertanyaan. dan sangat mengejutkan, ketika selanjutnya pertanyaan ini seakan menjadi "masalah yang begitu berat" bagi kawan-kawan di DC.

Satria

#64
Quote from: sriyeklina on 26 May 2011, 11:45:56 PM
Ini sudah saya jelaskan bukan. Apa yang cocok sama anda belum tentu cocok untuk orang lain.

saya tidak mengingkari apa yang anda katakan. saya menyatakan bahwa apa yang anda katakan itu adalah "benar". setelah itu kemudian saya mengajukan pertanyaan ini kepad anda. "Apakah tidak mungkin kita bisa menemukan apa yang cocok pada diri anda, juga bisa cocok pada diri saya?"

apakah anda bisa memahami maksud saya?


lagi pula, seandainya anda memahami bahwa apa yang cocok buat anda, belum tentu cocok buat saya, seharusnya anda tidak tampak kesal seperti yang terlihat pada kata-kata anda berikut :

Quote
Bro, sepertinya anda tidak berusaha memahami maksud yang ingin saya sampaikan. Jika anda masih berkutat menurut anda itu yang terbaik silahkan. Kebetulan saya bukan tipe orang yang hobi menjelaskan berkali-kali.
SELAMAT MALAM.

wang ai lie

Quote from: Satria on 27 May 2011, 12:00:16 AM
di dalam diskusi sebelumnya, tidak ada pernyataan bahwa saya mengaku telah mencpai Jhana. yang ada adalah saya menceritakan kisah mistik, atau kekuatan supranatural yang muncul saat saya dikeroyok belasan pemuda. dan pada saat itulah sdr. wang ai lie menyebut-nyebut Jhana. yang saya ingat dia berkata, "anda mempunyai Jhana, ngaca dulu?"

saya tidak ingat kalo saya mengaku telah mencapai jhana, dan saya tidak mengerti mengapa wang ai lie berkata demikian. lalu saya berpikir bahwa wang ai lie menyimpulkan saya mengaku mencapai jhana karena saya mengaku dpat mengalahkan belasan pemuda dnegan kekuatan supranatural. itulah awal mulanya pembicaraan tentang Jhana.

selanjutnya, saya memberi tau bahwa asalnya saya tidak mengenal jhana. tapi dulu, ketika id saya candra_mulslim,saya mengkolsultasikan pengalaman meditasi saya kepada kawan-kwan di DC ini. lalu mereka sendiri yang menyimpulkan bahwa apa yang telah saya alami adalah pencapaian jhana itu sendiri. belakangan, kesimpulan itu mereka batalkan karena mereka melihat sifat yang burk pada diri saya.

jadi, tidak ada pernyataan bahwa saya mengaku telah mencapai Jhana.

adapun kisah menglahkan belasan pemuda itu saya ceritakan dengan sejujur-jujurnya, tanpa bermaksud memamerkan dan sombong "ini aku seorang jagoan" saya hanya menceritakan sebuah kisah, yang bila bagian itu tidak disampaikan maka kisahnya menjadi "kurang lengkap. sewaktu saya menceritakan guru saya yang bertanya, "mengapa kamu tidak mempergunakan ilmu yang saya ajarkan?" maka saya menjelaskan alasannya. ini benar-benar sekedar mengisahkan pengalan hidup, bukan unjuk kesaktian di hadapan anda. tapi saya tidak menyangka kalau hal itu kemudian menjadi hal yang sangat dipermasalahkan.

sama sekali saya tidak keberatan dengan sikap tidak percaya orang yang tidak percaya kalau saya telah pernah menglahkan belasan pemuda dengan sebuah kekuatan supranatural. saya hanya bertanya, "Bagaimana mereka dpat memastikan bahwa saya berbohong, sedangkan mereka tidak menyaksikan ketika  peristiwa itu terjadi? apakah mereka memiliki mata Buddha yang bisa mengetahui hal-hal yang pernah terjadi?" atau dengna pertnyaan saya yang lain : apakah yang membuat orang berpikir "mustahil Satria memiliki kemampuan seperti itu" ? harus digaris bawahi, ini hanyalah pertanyaan. dan sangat mengejutkan, ketika selanjutnya pertanyaan ini seakan menjadi "masalah yang begitu berat" bagi kawan-kawan di DC.

bisa di share di tread apa, kapan ? seperti yang di bold di atas  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

wang ai lie

#66
Quote from: wang ai lie on 17 May 2011, 01:29:42 PM
nah bukannya anda sendiri yang bilang, seharunya anda lebih sadar lagi, dari sekian banyak tread yang anda munculkan dan setiap postingan anda. apakah tidak menunjukan bahwa diri anda yang memamerkan kelebihan pada orang lain, tapi anda sendiri tidak sanggup menerima kelebihan orang lain dan itu lebih dari lebih sombong lagi, coba anda membeli kaca dan berkaca, apakah anda sombong? apakah anda suka memamerkan kelebihan? bukannya anda sendiri bilang bisa meragah sukma (kalau saya bisanya merogoh kantong :P) bisa berkelahi lawan 15 orang, dan anda mempunyai jhana?... please deh berkaca dulu sebelum berkata  :))
apakah kata2 itu? apakah saya mengucapkan dengan konotasi kata seperti yang anda cantumkan di atas?
Quotepada saat itulah sdr. wang ai lie menyebut-nyebut Jhana. yang saya ingat dia berkata, "anda mempunyai Jhana, ngaca dulu?"

tentang jhana bukankah anda sendiri yang mengatakan? dan bukan hanya saya yang mengatakan anda seperti itu juga, coba baca tread yang lain secara teliti _/\_

Quote from: Satria on 17 May 2011, 12:01:50 AM
suatu waktu, dalam meditasi saya, saya mengalami "meraga sukma". anda tau kan meraga sukma?

ketika "ruh" (tubuh batin) saya ada di langit, saya melihat seluruh makhluk ini sebenarnya merupakan kumpulan cahaya dengan kadar terang yang berbeda-beda. manusia yang cahayanya paling terang, itulah yang paling suci, yang darinya telah hilang "rajas" (kebodohan batin). lalu saya memandang ke arah barat daya, di sana saya melihat ada makhluk yang cahayanya terang benderang, menyentuh segenap penjuru semesta. tapi ia berada di bumi. maka saya yakin, makhluk adalah manusia agung yang paling suci, yang tercerahkan sempurna.

setelah saya kembali ke alam raga saya, lalu saya berkelana untuk mencari manusia agung itu ... setahun....dua tahun... naik gunung, turun gunung, saya terus besabar, ...demi bertemu manusia agung itu.

bersambung ....
nah itu bersambung.. sambungannya kenapa tidak di lanjutkan ;)
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

wang ai lie

Quote from: Satria on 24 May 2011, 04:27:48 PM
ya.

saya mencoba menyelami dan mempraktikan meditasi samatha dan vipasana. keduanya merupakan teknik meditasi yang hebat, dan kaya akan teori. tapi untuk mengembangkan konsentrasi, trus terang, dengan menggunakan teknik samatha saya merasa 10 kali lebih sulit dari menggunakan meditasi kracht. dalam kurun waktu tertentu, karena ingin menyelami mditasi samatha, setiap hari saya bermeditasi samatha dan meninggalkan meditasi karcht. efeknya, sangat sulit bagi saya untuk mencapai jhana. walaupun akhirnya pun saya berhasl mncapai jhana dengan meditasi samatha, tapi itu butuh waktu sangat lama. sedangkan melalui meditasi kracht, saya tidak perlu selama itu untuk mencapai jhana. akan tetapi, kelebihan meditasi budhis terletak pada meditasi vippsananya. dengan jujur saya katakan, meditasi vippasana budhis ini tidak ada bandingannya di dunia ini. ia adalah teknik meditasi terbaik yang pernah saya pelajari.

Quote from: Satria on 18 May 2011, 10:16:04 PM
saya tidak keberatan dengan ketidak percayaan anda. kepercayaan adalah hak masing-masing.

saya memahami bahwa di dalam budhisme adalah Meditasi Asubha, yaitu meditasi yang efeknya bisa mengurangi keserakahan terhadap hal-hal duniawi.

tapi apakah anda belum pernah membaca sabda sang Buddha yang berkata, "Apa manfaatnya bila konsentrasi berkembang? Semua nafsu ditinggalkan."

ketika Jhana tercapai, maka semua nafsu ditinggalkan (mengendap). dan dengan pikiran yang mendalam itu, yang tanpa nafsu, maka orang akan melihat seorang wanita itu tak lain hanyalah "tulang terbungkus daging" dengan pandangan yang tenang, bukan dengan pandangan yang jijik.

tetapi, batin itu berproses dengan cepat. setelah mencapai upekha (ketenangan batin), kualitas batin menurun secara cepat atau lambat, dan pemikiran-pemikiran terjadi. ketika pemikiran-pemikiran ini terjadi, maka saya merenungkan hal-hal tadi, seperti "singkatnya kehidupan", atau hal-hal yang menjijikan dari "selera rendahan".  perenungan tersebut sama saja dengan meditasi Asubha. dan apabila dilakukan stelah Jhana, efek perenungan tersebut akan menjadi sangat luar biasa.

saya menjelaskan sebisa mungkin, sesuai yang saya alami. percaya atau tidak percaya, saya tidak keberatan. silahkan!


jadi siapa yang mengatakan memiliki jhana?  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

hendrako

Alkisah, seorang pengusaha mengunjungi suatu bar,
dia duduk dan melihat seseorang yang telinganya tersumbat pisang,
ya...., sebuah pisang ada di dalam telinganya!
Dan dia berpikir," Alangkah baiknya jika saya memberitahukan hal itu kepadanya....
hmm...jangan, itu bukan urusan saya."
Tetapi pemikiran untuk memberitahukan itu terus mengganggu pikirannya.
Dengan demikian sesudah dia minum beberapa gelas, dia berkata kepada orang itu.
"Maaf, di telinga Anda ada sebuah pisang."
Orang itu berkata, " Apa?"
Pengusaha itu mengulangi, "Di telinga Anda ada sebuah pisang."
Sekali lagi orang itu berkata, "Apa maksud Anda?"
"Di telinga Anda ada sebuah pisang!" teriak pengusaha itu.
"Berbicaralah lebih keras." kata orang itu, "Di telinga saya ada sebuah pisang!"



Sumber (cerita) : Awareness oleh Anthony de Mello

yaa... gitu deh

wang ai lie

Quote from: hendrako on 27 May 2011, 08:55:20 AM
Alkisah, seorang pengusaha mengunjungi suatu bar,
dia duduk dan melihat seseorang yang telinganya tersumbat pisang,
ya...., sebuah pisang ada di dalam telinganya!
Dan dia berpikir," Alangkah baiknya jika saya memberitahukan hal itu kepadanya....
hmm...jangan, itu bukan urusan saya."
Tetapi pemikiran untuk memberitahukan itu terus mengganggu pikirannya.
Dengan demikian sesudah dia minum beberapa gelas, dia berkata kepada orang itu.
"Maaf, di telinga Anda ada sebuah pisang."
Orang itu berkata, " Apa?"
Pengusaha itu mengulangi, "Di telinga Anda ada sebuah pisang."
Sekali lagi orang itu berkata, "Apa maksud Anda?"
"Di telinga Anda ada sebuah pisang!" teriak pengusaha itu.
"Berbicaralah lebih keras." kata orang itu, "Di telinga saya ada sebuah pisang!"



Sumber (cerita) : Awareness oleh Anthony de Mello
_/\_ sekiranya apa maksud tersirat yang ingin disampaikan dengan perumpaan tersebut bro, mohon pencerahannya  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

hendrako

Quote from: wang ai lie on 27 May 2011, 08:58:31 AM
_/\_ sekiranya apa maksud tersirat yang ingin disampaikan dengan perumpaan tersebut bro, mohon pencerahannya  _/\_


Kira2 maksudnya adalah, seseorang tidak akan dapat menolong orang lain yang memang tidak ingin berubah.
yaa... gitu deh

wang ai lie

 _/\_ terima kasih atas pencerahannya
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Uncle Rain

REQUEST :

Mohon kepada Admin agar sudi kiranya memindahkan thread ini ke kafe jongkok.
Karena dari judulnya cukup menyesatkan bagi pemula yg ingin belajar dhamma. Tq

fran

Quote from: Satria on 26 May 2011, 09:44:06 PM
segala sesuatu, memiliki persamaan dan perbedaan. karakteristik umat buddha memiliki banyak perbedaan dengan umat lainnya, tak sedikit pula persamaannya. terlebih dahulu, akansaya kemukakan persamaannya.

umumnya orang tidak memahami logika dengan baik. <= ini persamaan umat Buddha dengan umat-umat agama lain.

umat fanatik pada ajaran agamanya <= ini persamaan umat buddha dengan umat lainnya


mempercayai sesuatu belum mereka lihat. Umat agama  lain mempercayai adanya Tuhan, yang belum pernah mereka lihat, dan mereka mempersembahkan seluruh hidupnya pada sesuatu yang mereka belum lihat tersebut. sdangkan umat Buddha mempercayai adanya Nibana, seluruh aktifitas hidup ditarik ke dalam Jalan Mulia berunsur 8, yang semuanya ditujukan untuk merealisaikan nibbana, sesuatu yang belum pernah mereka lihat pula. sama saja.

egois dan emosional. semua umat juga bersikap amat baik dan lemah lembut. mereka tampak penuh kasih dan sayang. tapi cobalah sentil "keyakinan" mereka. semua umat juga, termasuk umat buddha juga kemarahannya akan sangat meluap-luap.

perbedannya.

kalo umat lain emosional disebut "kebakaran jenggot"

kalo umat buddha marah disebut "kebakaran bulu ketek".

nah itu ...

dan masih banyak lagi.

Maaf saya hanya baca di tread ini. Sudikiranya bro Satria jawab meskipun sdh dijawab di thread yg lain :
Apakah bro Satria percaya Tuhan ?
Apakah bro Satria percaya Nibbana ?
Apa yg bro Satria percaya ?
Apakah logika itu kekal atao tidak kekal ?
Apakah api itu ada ?
Apakah api itu kekal ?
Apa warna api ?
Apakah warna api kekal ?

Kalo bisa di jawab dgn Ya dan Tidak, beserta argumen penguat/pendukung..

Trims.
Apa yg bisa saya "lepaskan" jika saya memilih agama Buddha ?

Satria

di sini, saya telah berhasil membuat forum menjadi "hot". saya merasa senang hati dala memainkan mental penghuni DC. setelah mereka dapat merasakan penderitaan karena suka dan benci, kini saatnya saya mengarahkan mereka kepada kedamaian dan ketenangan batin.

segala hujatan, fitnah, cacian dan makian, serta kesalah fahaman adalah ujian atas kesabaran. sseorang tidak bisa disebut "penyabar" bila orang-orang disekitarnya memang berbuat baik padanya, lemah lembut dan sopan santun. seseoran hanya bisa terlihat kesabarannya ketika orang-orang disekitarnya adalah penghujat, pencaci, bersikap keras dan menganiaya dirinya.

setelah sampai pada kondisi seperti ini, saya ingin tau, siapakah yang bisa membuat saya marah? tidak akan ada seorangpun di sini yang akan bisa membuat saya marah atau merasa kesal. Ancaman maut dari Tuhan DC pun tidak menggetarkan hati saya. toh, hidup atau mati sama saja. mungkin adalah alam DC yang penuh penderitaan. bila saya mati, mungkin akan bertumimbal lahir di alam sorgawi. :))

anggapan bahwa semua proses diskusi ini sangat menyenangkan, atau sangat membencikan, inilah yang menjadi sumber penderitaan karena kemekatan. selama orang berpikir bahwa di dunia ini ada hal-hal yang menyenangkan yang berharga untuk dinikmati, maka ia tidak akan dapat melepaskan diri dari kemalasan. dan kemalasan itu adalah Dukha itu sendiri.


melalui meditasi samatha, seharusnya kita mampu mencapai suatu ketenangan yang mendalam, yang karenanya kita menjadi teguh, kuat dan tenang, seteguh batu karang.

melalui meditasi vipasana seharusnya kita mampu melepaskan segala sesuatunya untuk muncul, berubah dan berlalu, sehingga tidak ada keberaratan apapun terhadap segala yang dilakukan oleh orang lain.

seandainya saya masih keberatan dengan hal-hal yang dilakukan dan dikatakan oleh penghuni DC kepada saya, berarti saya tidak sungguh belajar bervipasana.

maka, silahkan anda semua menguji diri saya di sini sebisa anda.