News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Memahami Sutta Menggunakan Logika

Started by Satria, 25 May 2011, 02:02:51 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Satria

Jalan kebahagiaan sejati, akan kita cari. dengan mengembangkan konsentrasi dan kesadaran, itulah jalan kebahagiaan bagi kita.

Satria

salah satu alasan, mengapa orang malas bermeditasi? karna ia terlena oleh kesenangan indrawi. makanan yang enak, minuman, pakaian, kesehatan tubuh, harta kekayaan, kawan-kawan yang baik dan santun, kekasih yang dicintai. walaupun mereka tahu bahwa semua kesenangan itu hanyalah ilusi, tapi mereka membiarkan diri hidup dalam ilusi itu. sedangkan mereka yang mengalami penderitaan di dalam hidupnya, ia menemukan kesadaran "Inilah penderitaan, dan aku ingin terbebas darinya", maka ia mencari jalan kebebasan itu.

Satria

keserakahan dan kebencian adalah penyakit yang menimbulkan ketegangan pada jasmani. dari sanalah mulanya berbagai penyakit muncul, seperti jantung, kolesterol, mag, sakit kepala, dan lain sebagainya. dpat dikatkan, seluruh penyakit berasal dari keserakahan dan kebencian itu sendiri. jadi, marilah kita untuk hidup sehat, dengan mengenyahkan keserakahan dan kebencian dari dalam diri kita sendiri.

No Pain No Gain

Quote from: Satria on 27 May 2011, 04:21:57 PM
salah satu alasan, mengapa orang malas bermeditasi? karna ia terlena oleh kesenangan indrawi. makanan yang enak, minuman, pakaian, kesehatan tubuh, harta kekayaan, kawan-kawan yang baik dan santun, kekasih yang dicintai. walaupun mereka tahu bahwa semua kesenangan itu hanyalah ilusi, tapi mereka membiarkan diri hidup dalam ilusi itu. sedangkan mereka yang mengalami penderitaan di dalam hidupnya, ia menemukan kesadaran "Inilah penderitaan, dan aku ingin terbebas darinya", maka ia mencari jalan kebebasan itu.

cerewetttt...
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Satria

tidak ada yang ingin dikatakan oleh orang yang baik, kecuali hal-hal baik.

Blacquejacque

Quote from: No Pain No Gain on 27 May 2011, 04:27:48 PM
cerewetttt...

Jangan begitu. Sepatutnya, simpati yang dipancarkan. Dan sepatutnya, jadikan dia sebagai contoh dan teladan dalam hidup.

Contoh dari betapa menipu dan berbahayanya pikiran.

Satria

kebencian, kemarahan, kesedihan, dan semua bentuk-bentuk mental, merupakan energi yang mengalir di tubuh. dengan mengembangkan konsentrasi dengan objek pusar/perut, seluruh energi tadi akan berhimpun di sana dan bertranformasi menjadi "energi Shakti". silahkan dicoba!

Satria

anda semua telah mmbantu saya menghimpun energi

Satria

nafsu keinginan adalah sumber penderitaan. oleh karna itu, kita harus melihat jauh ke dalam, tentang apa keinginan kita, apa saja motivasi-motivasi dari perbuatan kita.

Satria

saya sudah berhasil membuat thread ini jadi "dingin".

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1

dilbert

Vayadhamma sankhara. Appamadena sampadetha
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Borsalino

mau tny kpd master2 di sini:
bagaimana cr terampuh utk mengikis ego?
bagaimana cr mengasihi semua makhluk seperti mengasihi saudara kandung?
bagaimana cr terbaik utk melatih kesabaran?
ditunggu jawabannya.........

Kelana

Saya merasa topik TS ini seperti utak-atik gatuk ala non-Buddhis yang berusaha mengklaim Borobudur sebagai milik agamanya.

Petikan Angutara Nikaya. TS menggunakan buku ini. Buku apakah ini? Siapa yang menyusunnya? Dalam Bahasa apa? Sampai sekarang mungkin belum ada yang tahu termasuk saya. Kemungkinan besar berbahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan menjadi bahasa Indonesia. Indikasinya dapat dilihat dari topik "Kata Temanku tentang Sang Buddha" yang berakhir karena kesalahan terjemahan.
Belajar dari pengalaman di atas maka tidak menutup kemungkinan topik yang menggunakan buku yang sama ini juga berawal dari salah terjemahan. Mari kita coba kita ikuti dulu permainan kata dari TS.
TS mengutip dan menerjemahkan

Quote from: Satria on 25 May 2011, 02:02:51 PMPara Bhikkhu, ada tiga tanda yang terkondisi dari yang terkondisi. Apakah yang tiga itu? Asal mulanya difahami, lenyapnya difahami, perubahannya ketika masih berlangsung difahami.


Mengapa TS menggunakan awalan 'ter-' pada kata "kondisi" pada kata "yang terkondisi" pertama (bold merah)? Saya memperkirakan karena menerjemahkan "fabricated characteristics" (jika TS menggunakan versi Bhikkhu Thanissaro) menjadi "tanda yang terkondisi", padahal yang tepat adalah "karakteristik/tanda kondisi" atau "karakteristik/tanda yang telah menjadi kondisi" (adanya '–ed' pada kata fabricated menunjukkan bentuk lampau, sehingga jika diperlukan digunakan kata "telah" dalam terjemahannya atau dihilangkan.). Jika benar maka sampai di sini semua penjelasan TS selanjutnya menjadi tidak berarti.

Dengan kalimat terjemahan TS tersebut dapat menimbulkan pemahaman bahwa keberadaan 'tiga tanda' tersebut dipengaruhi oleh 'yang terkondisi' (kata yang kedua).

Selanjutnya, mari kita lihat kesalahan TS dalam memahami fungsi kata "yang" dari terjemahan kutipan sutta tempaan TS sendiri, jika terjemahan versinya yang benar.

QuoteJadi, kalau ditanyakan "Apa itu yang terkondisi?", maka jawaban yang tepat adalah "Yang terkondisi adalah yang munculnya, perubahannya serta lenyapnya dapat difahami".

TS menganggap "yang terkondisi" pertama (bold Merah) dengan "yang terkondisi" kedua (bold Biru) adalah sama. Padahal, kata "yang terkondisi" pertama berbeda dengan yang kedua. Mengapa? Karena pada kata "yang" pada kata "yang terkondisi" pertama di sana berfungsi untuk menjelaskan bahwa bagian kalimat yg berikutnya menjelaskan kata yg di depan. Dengan demikian seharusnya "yang terkondisi" pertama adalah milik/berhubungan dengan "tiga tanda" yang berhubungan juga dengan 3 poin yang disebutkan (asal mula, lenyap, berlangsung)
Sedangkan kata "yang" pada "yang terkondisi" kedua bukanlah kata yang menjelaskan kata yang di depannya, tetapi berfungsi sebagai pronominal (kata ganti). Kata ganti apa ? kata ganti untuk "apa-apa saja yang terbentuk dari perpaduan" (bahasa Palinya : sankhara) . Jadi penjabaran dari Sdr. Kainyn_Kutho http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20406.0;message=350801 menjelaskan secara gamblang keanehan pada kesimpulan TS

Quote
Petikan Angutara Nikaya No. 48 hal 166 :

Semua bentukan tidak kekal.................
...............Bila kalimat tersebut digabung dengan kalimat tentang yang terkondisi, maka sebagai berikut :

Semua bentukan tidak kekal.
Semua yang terkondisi adalah tidak kekal

Lalu bagaimana kesimpulannya?

Sayangnya, kedua kalimat tersebut tidak dapat dan tidak boleh melahirkan kesimpulan apapun, karena melanggar hukum dasar logika No. 6, yaitu premis tidak boleh sama-sama menidak.

Tetapi, bila kita mengkonversi nya ke dalam kata benda, maka apakah kita dapat membuat suatu kesimpulan?

Pertanyaannya adalah mengapa TS berusaha mengkonversi ke dalam kata benda? Apa tujuannya? Sepemahaman saya, tujuannya adalah untuk menciptakan kalimat baru sesuai dengan pemahamannya sendiri, yaitu "Setiap yang tidak kekal adalah yang terkondisi" dan  untuk mempertanyakan keberadaan kata "setiap" dalam kalimatnya tersebut apakah ada di dalam sutta atau tidak.
Singkatnya menciptakan perkataan sendiri dan mencari pengesahannya dalam sutta. Ini adalah hal yang lucu bagi saya.

Terlebih lagi lucunya TS berusaha mengkonversi 2 kalimat yang pada dasarnya sama yang ia anggap berbeda.

Semua bentukan tidak kekal.
Semua yang terkondisi adalah tidak kekal


Meskipun kalimat yang kedua adalah salah penggunaan awalan 'ter-', namun kedua nya pada dasarnya adalah memiliki makna yang sama yaitu sabbe sankhara anicca (semua bentukan/yang berkondisi/yang bersyarat/yang berpadu adalah tidak kekal).  Jadi hal ini lucu karena kurang kerjaan. Dan saya jadi ikutan "kurang kerjaan" karena khawatir mereka yang masih "lugu" terjebak dalam artikel yang diragukan ini.

Terakhir, jika berdasarkan Input output, apa yang disampaikan TS adalah meragukan. TS menggunakan sumber yang meragukan dengan demikian kesimpulan yang disajikan pun diragukan kebenarannya.


NB: buku Petikan Angutara Nikaya yang menjadi sumber TS ternyata juga dipergunakan non-Buddhis untuk hal-hal tertentu seperti mempengaruhi orang lain, memutarbalikkan fakta.
Entah yang menggunakan adalah orang yang sama atau tidak.  Sayang sekali jika ada orang yang percaya begitu saja .

Wasalam.. _/\_




GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Indra

Quote from: Kelana on 27 May 2011, 09:28:32 PM
NB: buku Petikan Angutara Nikaya yang menjadi sumber TS ternyata juga dipergunakan non-Buddhis untuk hal-hal tertentu seperti mempengaruhi orang lain, memutarbalikkan fakta.
Entah yang menggunakan adalah orang yang sama atau tidak.  Sayang sekali jika ada orang yang percaya begitu saja .

benar2 menyedihkan sekali TS ini dan gerombolannya