Memahami Sutta Menggunakan Logika

Started by Satria, 25 May 2011, 02:02:51 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Satria

sekarang saya menyadari bahwa memang saya "tidak dapat menerima" dan seharusnya "saya bisa menerima"

rasa tidak dapat menerima itu muncul dari "kemelekatan", dan kemelekatan itu muncul dari "keserakahan dan kebencian".

itu saya sedang introspeksi diri dan menghitung-hitung kesalahan yang tlah saya lakukan sendiri.

Satria

selama 12 tahun saya mengajar di sekolah, kadang-kadang saya jengkel karena murid-murid sulit mengerti pelajaran yang saya berikan. seharusnya saya mengingat, bahwa ketika saya menjadi muridpun dahulu, kadang guru marah kepada saya karena saya sulit mengerti pelajaran yang dia berikan. dan say tau, kemarahan guru tersebut sangat tidak menyenangkan. tapi entah mengapa, justru saya menirukan sikap yang tidak menyenangkan tersebut. seharusnya saya mengajar murid dengan perasaan kasih, dan tidak boleh marah sedikitpun, kendatipun murid tersebut sangat sulit mengerti.

Satria

seandainya saya benar merupakan orang yang paling ahli dalam logika yang berusaha mensosialisasikan logika kepada orang lain, mengapa saya harus marah bila orang lain tersebut sulit mengerti apa yang hendak saya sampaikan? seharusnya saya memandang semua orang dengan kasih. rela hati dan menerima, tanggapan apapun yang mereka berikan.

hendrako

Quote from: Satria on 28 May 2011, 02:00:05 PM
sekarang saya menyadari bahwa memang saya "tidak dapat menerima" dan seharusnya "saya bisa menerima"

rasa tidak dapat menerima itu muncul dari "kemelekatan", dan kemelekatan itu muncul dari "keserakahan dan kebencian".

itu saya sedang introspeksi diri dan menghitung-hitung kesalahan yang tlah saya lakukan sendiri.

;D

Quote from: Satria on 28 May 2011, 02:03:54 PM
selama 12 tahun saya mengajar di sekolah, kadang-kadang saya jengkel karena murid-murid sulit mengerti pelajaran yang saya berikan. seharusnya saya mengingat, bahwa ketika saya menjadi muridpun dahulu, kadang guru marah kepada saya karena saya sulit mengerti pelajaran yang dia berikan. dan say tau, kemarahan guru tersebut sangat tidak menyenangkan. tapi entah mengapa, justru saya menirukan sikap yang tidak menyenangkan tersebut. seharusnya saya mengajar murid dengan perasaan kasih, dan tidak boleh marah sedikitpun, kendatipun murid tersebut sangat sulit mengerti.

Quote from: Satria on 28 May 2011, 02:06:25 PM
seandainya saya benar merupakan orang yang paling ahli dalam logika yang berusaha mensosialisasikan logika kepada orang lain, mengapa saya harus marah bila orang lain tersebut sulit mengerti apa yang hendak saya sampaikan? seharusnya saya memandang semua orang dengan kasih. rela hati dan menerima, tanggapan apapun yang mereka berikan.

:hammer:
yaa... gitu deh

Satria

pelejaran matematika mungkin merupakan pelajaran yang beharga bagi para murid disekolah. tapi rasa kasih itu lebih penting dari pada pelajaran matematika. guru yang mengajarkan matematika dengan rasa amarah dan kebencian seperti memberi racun pada para murid itu. dan justru bisa membuat murid-murid benci pula terhadap pelajaran matematika itu.

demikian pula halnya dengan logika, sekarang saya sadar, bahwa mungkin logika itu merupakan pelajaran yang penting. tapi bila saya mensosialisasikan dengan rasa marah dan benci, justru sama dengan menyebarkan racun yang berbahaya yang bisa membuat orang-orang malah membenci pelajaran logika itu sendiri. dan terutama, kebencian itu akan meracuni diri saya sendiri. oleh karena itu, tidak seharusnya saya menganggap menyebarkan logika itu lebih penting dari pada menyebarkan kasih.

Satria

sekarang, bila masih ada kebencian di dalam hati saya, bagaimana cara mengikisnya dan menggantinya dengan metta, karuna, mudita dan upekkha?

Satria

dengan mengulang-ngulang pikiran "Semoga kalian semua berbahagia!" berharap, dosa di dalam hati saya terkikis, dan berganti menjadi metta. untuk sementara akan saya lupakan tentang logika.

Satria

saya sadar, seandainya saya ingin mengjarkan logika pada seseorang, maka orang itu akan memeriksa, "apa yang ada bersama pelajaran ini, kasih ataukah dosa". jika mereka melihat kasih, maka pasti mereka akan menerima. jika mereka melihat dosa, maka pasti mereka akan menolak.

Sunyata

Semoga metta dapat muncul di hati anda. Terima kasih _/\_

Satria

seandainya ada orang yang memberikan makanan yang enak,  sehat dan bergizi kepada saya, namun disertai dengan kata-kata kasar, kotor dan menyakitkan, maka tentu sayapun tidak sudi menerima makanan itu, dan lebih sudi menganggap makanan itu beracun. kendatipun saya tau bahwa makanan itu sehat bergizi. itu kaerna saya menolak "kebencian". sebaliknya, kendatipun ada orang yang memberikan makanan yang kurang enak, dan kurang bergizi, namun diberikan dengan rasa kasih, tentu saya akan menerimanya sepenuh hati.

demikian pula saya, seandainya saya ingin mensosialisasikan logika, sudah pasti semua orang akan menolak, bila saya menyampaikan tanpa dengan rasa kasih.

Satria

kini saya telah melihat bahwa berbicara atas dasar kasih, itu jauh lebih berharga dari pada berbicara atas dasar logika.

kendatipun misalnya saya mengatakan hal-hal yang benar atas dasar logika, bila hati saya dipenuhi dengan kemarahan dan kebencian, maka semakin banyak saya bicara, saya akan semakin masuk ke dalam penderitaan karena dosa, karena penolakan di dalam hati saya. maka sebaiknya saya berhenti berbicara tentang logika, sebelum metta benar-benar muncul di dalam hati saya.

Satria

setelah melalui proses diskusi yang panjang ini, apakah hasil yang ku dapat? rasa amarah yang mengakar di dalam hati dan sulit dibersihkan. lalu saya seperti orang yang terbawa arus banjir, mencari tempat pegangan, tetapi sulit menemukan, dan saya terus terbawa banjir. berpegang kepada beberapa akar pohon, namun rapuh semua putus. ini mengerikan. "banjir" ini tidak bisa diredakan dengan Logika.

Satria

dan hal yang lebih mengerikan adalah sulitnya diri ini memaafkan diriku sendiri. maka bagaimana saya dapt beharap maaf dari orang lain?

Satria

saya bertekad, tidak akan mencela orang yang mencela saya. tidak akan menghina orang yang menghina saya. dan tekad ini, tidak mungkin dapat saya laksanakan, bila di dalam hati saya "tidak ada metta, karuna, mudita dan upekha".

Satria

semoga batin semua orang tercerahkan
semoga batin kita dipenuhi dengan kedamaian
semoga hati kita diliputi ketenangan
salah sejahtra bagi seluruh makhluk