News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Memahami Sutta Menggunakan Logika

Started by Satria, 25 May 2011, 02:02:51 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sunyata

Sebenarnya, saya juga tidak betah dengan yang seperti ini.
Pembahasan yang berkepanjangan ini, tidak akan membawa manfaat sama sekali. Merugikan dan membebankan pikiran dari kedua belah pihak. Dengan segala hormat, saya minta maaf. Saya sadar saya sendirilah yang telah merusak citra umat buddhis. Seperti yang saya dengar, umat buddhis tidak akan hancur oleh agama dan kepercayaan lain. Tetapi, umat buddhislah yang akan menghancurkan dirinya sendiri. Dengan ini saya mengajak teman teman seDC untuk tenang, sadar dan sabar dalam menghadapi segala situasi. Dengan begitu, tidak akan terjadi hal hal seperti ini, hal hal tidak bermanfaat yang telah merusak citra seorang buddhis. Teman teman seDC, dengan ini, redakanlah emosi masing masing, tenanglah, dan renungkan apa yang telah anda lakukan. Semoga dengan postingan ini, akan mengakhiri konflik selama ini yang terjadi, yang merusak citra umat buddhis dan semoga menumbuhkan kesadaran dalam batin masing masing.
Dengan postingan ini, Saya akan angkat kaki dari thread ini.

Saran saya untuk bro Satria: Jika ingin mempelajari Buddha Dhamma, bersungguh sungguhlah. Jangan hanya mementingkan teori yang diajarkan, tetapi mempraktekannya dalam kehidupan sehari hari.

Teman teman DC, mohon direnungkan, tenangkan emosi masing masing, akhiri permasalahan ini, dan tumbuhkan benih kebuddhaan di dalam diri sendiri.

Kebencian tidak akan berakhir jika dibalas dengan kebencian, tapi Kebencian hanya akan berakhir jika dibalas dengan cinta kasih.

Dengan segala hormat, terima kasih.
Namo Buddhaya _/\_

Mohon teman teman renungkan dengan tenang dan redakan emosi masing masing.

Sekian dari saya, terima kasih. Semoga bermanfaat _/\_

wang ai lie

Quote from: Sunyata on 26 May 2011, 10:20:28 PM
Sebenarnya, saya juga tidak betah dengan yang seperti ini.
Pembahasan yang berkepanjangan ini, tidak akan membawa manfaat sama sekali. Merugikan dan membebankan pikiran dari kedua belah pihak. Dengan segala hormat, saya minta maaf. Saya sadar saya sendirilah yang telah merusak citra umat buddhis. Seperti yang saya dengar, umat buddhis tidak akan hancur oleh agama dan kepercayaan lain. Tetapi, umat buddhislah yang akan menghancurkan dirinya sendiri. Dengan ini saya mengajak teman teman seDC untuk tenang, sadar dan sabar dalam menghadapi segala situasi. Dengan begitu, tidak akan terjadi hal hal seperti ini, hal hal tidak bermanfaat yang telah merusak citra seorang buddhis. Teman teman seDC, dengan ini, redakanlah emosi masing masing, tenanglah, dan renungkan apa yang telah anda lakukan. Semoga dengan postingan ini, akan mengakhiri konflik selama ini yang terjadi, yang merusak citra umat buddhis dan semoga menumbuhkan kesadaran dalam batin masing masing.
Dengan postingan ini, Saya akan angkat kaki dari thread ini.

Saran saya untuk bro Satria: Jika ingin mempelajari Buddha Dhamma, bersungguh sungguhlah. Jangan hanya mementingkan teori yang diajarkan, tetapi mempraktekannya dalam kehidupan sehari hari.

Teman teman DC, mohon direnungkan, tenangkan emosi masing masing, akhiri permasalahan ini, dan tumbuhkan benih kebuddhaan di dalam diri sendiri.

Kebencian tidak akan berakhir jika dibalas dengan kebencian, tapi Kebencian hanya akan berakhir jika dibalas dengan cinta kasih.

Dengan segala hormat, terima kasih.
Namo Buddhaya _/\_

Mohon teman teman renungkan dengan tenang dan redakan emosi masing masing.

Sekian dari saya, terima kasih. Semoga bermanfaat _/\_

bro sunyata yang baik, tidak ada kebencian disini, tidak ada rasa panas iri , apalagi emosi, justru kita malah senyum aja kok  ^-^
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Satria

Quote from: wang ai lie on 26 May 2011, 10:24:01 PM
bro sunyata yang baik, tidak ada kebencian disini, tidak ada rasa panas iri , apalagi emosi, justru kita malah senyum aja kok  ^-^


beginilah cara orang berkelit.

dalam budhisme disebut Sateya.
di dalam islam disebut Muadziroh.

artinya, mencoba menutupi "hal buruk" yang ada di dalam diri dengan kata-kata agar tampak baik. padahal bersikap jujur itu lebih indah kelihatannya.

Borsalino

#48
jika wajahmu tersenyum, hatimu belum tentu tersenyum........
namun,.......
jika hatimu tersenyum, sdh seharusnnya wajahmu tersenyum pula........

jadi tersenyumlah dgn ht yg tulus, maka senyum itu akan terpancar di wajahmu.

Satria

Quote from: Sunyata on 26 May 2011, 10:20:28 PM
Sebenarnya, saya juga tidak betah dengan yang seperti ini.
Pembahasan yang berkepanjangan ini, tidak akan membawa manfaat sama sekali. Merugikan dan membebankan pikiran dari kedua belah pihak. Dengan segala hormat, saya minta maaf. Saya sadar saya sendirilah yang telah merusak citra umat buddhis. Seperti yang saya dengar, umat buddhis tidak akan hancur oleh agama dan kepercayaan lain. Tetapi, umat buddhislah yang akan menghancurkan dirinya sendiri.

terima kasih bro ....

itulah yang saya harapkan. kita bisa memulai suatu diskusi yang lebih indah dan lebih baik, jika kita telah jujur dan sadar diri.

perbedaan pendapat bukan persoalan utamanya. persoalan utama adalah bagaimana kita menyikap perbedaan pendapat tersebut.

Quote

Saran saya untuk bro Satria: Jika ingin mempelajari Buddha Dhamma, bersungguh sungguhlah. Jangan hanya mementingkan teori yang diajarkan, tetapi mempraktekannya dalam kehidupan sehari hari.

sebenarnya, saya berusaha berhati-hati dalam menjelaskan segala sesuatunya. saya mencoba mengajak kawan-kawan di sini untuk mendiskusikan "hal yang lebih sederhana dan mudah untuk didiskusikan", bila apa-apa yang saya nyatakan tampak terlalu rumit untuk difahami. tapi niat baik saya itu malah dianggap "melecehkan", seolah-olah dengan mengajak mendiskusik hal yang lebih mudah saya menganggap mereka lebih bodoh. padhal tidak demikian maksud saya. inilah mulanya terjadi perdebatan panas ini.  tapi ini juga mnejadi pelajaran berharga bagi saya. mungkin saya harus mengajak menurunkan "level diskusi" dengan cara yang lebih sopan.

Quote
Teman teman DC, mohon direnungkan, tenangkan emosi masing masing, akhiri permasalahan ini, dan tumbuhkan benih kebuddhaan di dalam diri sendiri.

Kebencian tidak akan berakhir jika dibalas dengan kebencian, tapi Kebencian hanya akan berakhir jika dibalas dengan cinta kasih.

Dengan segala hormat, terima kasih.
Namo Buddhaya _/\_

Mohon teman teman renungkan dengan tenang dan redakan emosi masing masing.

Sekian dari saya, terima kasih. Semoga bermanfaat _/\_

anda memberi nasihat yang baik kepada saya dan kepada kawan-kawan anda lainnya di sini.

Satria

Quote from: Borsalino on 26 May 2011, 10:30:23 PM
jika wajahmu tersenyum, hatimu belum tentu tersenyum........
namun,.......
jika hatimu tersenyum, sdh seharusnnya wajahmu tersenyum pula........

jadi tersenyumlah dgn ht yg tulus, maka senyum itu akan terpancar di wajahmu.

jika wajahmu tidak terlihat, maka akan terlihat di dalam kata-kata mu. benar kan? :)

Borsalino

Quote from: Satria on 26 May 2011, 10:35:21 PM
jika wajahmu tidak terlihat, maka akan terlihat di dalam kata-kata mu. benar kan? :)

bs jd......
makannya Wo pingin usul ke moderator DC agar semua member disini pake foto aslinnya biar ga ada sandiwara
jadi bisa face2face kalo perlu pake app webcam anggotannya, agar semua member DC berpikir 2x sblm posting sst

Sostradanie

Quote from: Satria on 26 May 2011, 09:00:14 PM
menjalani hidup sebagai pertapa, bukan jaminan seseorang akan mencapai pencerahan. di dalam seluruh sutta, sang Buddha tidak pernah menyatakan bahwa semua yang meninggalkan hidup berumah tangga, maka ia akan mencapai pencerahan yang lebih tinggi dari pada perumah tangga. tidak ada pernyataan seperti itu sama sekali.
Ini betul, dan juga Sang Buddha tidak pernah menyatakan bahwa seorang yang hidup yang berumah-tangga bisa mencapai pencerahan.

Quoteadakah yang berani menjamin bahwa saya telah berbohong? siapa yang berani mengatakan bahwa dirinya yakin 100 % bahwa saya berbohong? sedangkan dia tidak pernah bertemu saya, tidak  pernah menyaksikan saya bermeditasi, dan tidak mengamati apa yang terjadi pada saat saya sedang bermeditasi. bagaimana mungkin dia mengetahui sepenuhnya terhadap buah pertapaan yang saya jalani?

Sebenar-nya anda terlalu berpegang erat dengan kata-kata ehipasiko. Dan anda menjadikan seolah-olah kata tersebut sebagai kata mantra ajaib saja yang dipegang oleh umat budhis.

Sekarang saya beri contoh:
- Jika ada seorang manusia dengan dada yang montok,tubuh yang langsing, pantat yang seksi, kulit mulus dengan bulu mata yang lentik dan wajahnya sangat cantik dipandang. Apakah jenis kelamin manusia tersebut?
Apakah harus diperiksa dada-nya beneran atau tidak, apakah harus ditelanjangi untuk melihat jenis-nya?

-Ketika anda melihat awan yang sangat hitam menyelimuti langit. Yang biasanya kita sebut mendung. Kenapa disaat kita melihat itu selalu berpikir hujan akan turun. Dan kita akan mempercepat langkah supaya jangan sampai kehujanan?

-Kenapa daerah di pesisir pantai, jika terjadi gempa hanya dengan kekuatan skala 3SR dilokasi mereka, dan mereka tidak lari karena takut tsunami? Karena gempa dengan kekuatan 3SR tidak akan bisa mengundang tsunami. Bukankah begitu?

Sama seperti kasus yang anda ajukan. Bagi orang yang sudah mengerti dan mendalami , mereka tidak perlu jauh-jauh untuk membuktikan bahwa orang itu sudah mencapai tingkat seperti itu.
Tapi apakah mereka bisa tertipu juga di dunia maya ini tentang tingkat yang dicapai orang, jelas bisa. Cuma kebetulan pada kasus anda, ciri-ciri untuk mencapai tingkat itu jelas tidak kelihatan.

Orang yang sudah mencapai jhana tidak seperti anda sikap-nya. Karena setiap melewati 1 tahap jhana pasti ada faktor batin yang sudah terkikis. Faktor batin apakah? Silahkan anda baca-baca dan cari sendiri.Maka-nya setiap orang yang ingin tercerahkan pasti melakukan meditasi. Karena itu satu-satunya jalan untuk mencapai nibbana.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

moejaer

Quote from: Satria on 26 May 2011, 10:18:24 PM
orang yang salah faham telah muncul satu lagi.

dan selanjutnya anda akan larut di thread ini. saya jamin sepenuhnya.

di sini, saya tidak membicarakan soal menghafal kitab suci, melainkan "bagaimana memahami kitab suci" dengan benar. ada berbagai cara agar kita bisa memahami kitab suci dengan benar. salah satunya adalah dengan menggunakan logika.

jangan dulu berantipati. seandainya anda tidak keburu benci, dan mau mencoba Logika di dalam memahami sutta, maka anda akan memahami kebenaran yang tidak dapat anda temukan sebelumnya, bahkan tidak dapat anda temukan melalui pengalaman-pengalaman meditasi anda. dan terkadang, apa yang bisa kita temukan melalui logika, itu bisa lebih beharga dari pada apa yang bisa kita temukan melalui pengalaman meditasi.

seperti seseorang yg kehausan, yg slalu minum dari air yg d ambil dr sumur d sebelah nya....dengan seember penuh air d minum nya...tapi dia masi slalu merasa haus dan bertanya kepada org2 yg lewat ttg air....

bukan krn rasa haus yg ingin d puaskan nya tapi yg d inginkan hanya org2 tuk perhatikan diri nya....


lebi baek ku melangkah pergi dr sini.....




Satria

Quote from: moejaer on 26 May 2011, 10:45:15 PM
seperti seseorang yg kehausan, yg slalu minum dari air yg d ambil dr sumur d sebelah nya....dengan seember penuh air d minum nya...tapi dia masi slalu merasa haus dan bertanya kepada org2 yg lewat ttg air....

bukan krn rasa haus yg ingin d puaskan nya tapi yg d inginkan hanya org2 tuk perhatikan diri nya....


lebi baek ku melangkah pergi dr sini.....





selamat jalan.

tapi ini bukan postingan anda yang terakhir untuk saya.

saya jamin sepenuhnya.

Sunyata

Teman teman juga haruslah lebih bijaksana dalam menanggapi hal ini. Sehingga tidak akan terjadi permasalahan yang berkepanjangan seperti ini lagi.

Mohon direnungkan dengan pikiran tenang _/\_

Sostradanie

Quote from: Satria on 25 May 2011, 02:02:51 PM
Dari hasil diskusi dengan umat Buddhis di forum dhammacitta.org, saya mengetahui bahwa umumnya umat Buddhis tidak mengenal atau kurang mengenal apa itu Logika.
Ini hal yang pertama anda harus merubah. Jika anda ingin mempelajari logika atau memberikan contoh cara anda belajar sutta dengan teknik logika anda. Anda tidak perlu mengatas-namakan seperti ini. Manusia-manusia yang belum tercerahkan, sudah pasti masih punya LDM. Dan untuk apa anda mengakui bahwa anda sudah mempelajari buddhisme jika anda masih tidak mengerti situasi manusia?

QuotePengertian mereka tentang Logika, berbeda dari yang seharusnya. Dan setelah saya perkenalkan, apa dan bagaimana itu logika kemudian mereka menganggap Logika hanyalah sintaksisme, ilmu menyusun kalimat yang gak penting. Maka tidak henti-hentinya mereka melecehkan Logika itu sendiri, di mana logika merupakan karya besar seorang filsuf ternama, yaitu Aristoteles. Padahal Logika, kendatipun hanya merupakan bagian dari ilmu bahasa, ia sangat penting untuk menguji dan memahami suatu kebenaran.
Jika anda sudah tahu pengertian mereka tidak sama seperti anda, terus untuk apa dilanjutkan lagi. Sesuatu cara yang cocok dengan anda belum tentu sesuai dengan orang lain. Sesuatu yang berharga bagi anda belum tentu berharga bagi orang lain. Sama seperti kacamata, jika kacamata anda -3 sedangkan kacamata saya +3 . Apakah jika kacamata itu kita tukar pakai, maka saya atau anda menjadi lebih nyaman?  Bukan terbantu jadi-nya malah menyusahkan. Bukankah begitu?


QuoteTapi umat Buddhis ini tidak percaya, kalo logika bisa digunakan untuk menguji dan memahami suatu kebenaran secara pasti, kebenaran yang sah, valid, tanpa keraguan, tepat, serta tidak terbantahkan. Logika bisa bermanfaat untuk menguji dan memahami kebenaran ajaran-ajaran di dalam sutta-sutta dan di dalam Budhisme. Oleh karena itu, saya akan memberikan contoh mengenai bagaimana memahami sutta dengan menggunakan logika.
Yah, termasuk saya juga tidak percaya. Karena untuk apa jalan berputar jika tujuan-nya akan sama. Dan saya juga tidak melihat pengetahuan anda tentang buddhisme dengan teknik logika anda. Kebenaran dalam pikiran anda tidak sama dengan kebenaran dalam pikiran orang lain. Dan tidak usah disama-samakan atau dicocok-cocokkan. Biarkan orang menjalani dengan cara-nya sendiri.

PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Satria

Quote from: sriyeklina on 26 May 2011, 10:43:39 PM
Ini betul, dan juga Sang Buddha tidak pernah menyatakan bahwa seorang yang hidup yang berumah-tangga bisa mencapai pencerahan.

hmm.. sebenarnya saya pernah membaca bahwa sang Buddha bersabda sang Tathagatha itu bisa saja seorang perumah tangga. maaf kalo saya salah. hanya seingat saya sang Buddha mengatakan bahwa bila sang Tathagatha itu adalah juga seorang perumah tangga, maka ia akan berwujud sebagai "raja yang bijaksana".

dan menurut saya, perumah tangga pun apakah ia raja atau bukan, ia bisa saja mencapai pencerahan dengan kadar pencerahan yang berbeda-beda.

Quote
Sebenar-nya anda terlalu berpegang erat dengan kata-kata ehipasiko. Dan anda menjadikan seolah-olah kata tersebut sebagai kata mantra ajaib saja yang dipegang oleh umat budhis.

Sekarang saya beri contoh:
- Jika ada seorang manusia dengan dada yang montok,tubuh yang langsing, pantat yang seksi, kulit mulus dengan bulu mata yang lentik dan wajahnya sangat cantik dipandang. Apakah jenis kelamin manusia tersebut?
Apakah harus diperiksa dada-nya beneran atau tidak, apakah harus ditelanjangi untuk melihat jenis-nya?

tidak harus. kita tidak boleh menyatakan bahwa "Dia itu perempuan" dalam pengertian "sudah pasti jenis kelaminnya perempuan". tapi kita boleh menyatakan "Dia itu perempuan" dalam pengertian "berpenampilan perempuan". karena, pengertian dari istilah "perempuan" tidak selalu kepada "jenis" kelamin. dengan cara berpikir seperti ini, maka kita bisa terhindar dari kesalahan.

Quote
-Ketika anda melihat awan yang sangat hitam menyelimuti langit. Yang biasanya kita sebut mendung. Kenapa disaat kita melihat itu selalu berpikir hujan akan turun. Dan kita akan mempercepat langkah supaya jangan sampai kehujanan?

jika awan mendung, maka akan turun hujan.

kita harus memahai "hukum kemestian" pada "kalimat menduga" tersbut, apakah itu kemestian sepihak ataukah kemestian timbal balik.

kalimat tersebut adalah kemestian sepihak. hukum pada kemestian sepihak adalah :

jika P, maka Q

ternyata P,

jadi : belum tentu Q


ternyata Q

jadi : pasti P

karena sifatnya kemestian sepihak, maka "jika awan mendung" tak boleh kita berpikir "pasti hujan turun", tapi berpikir "mungkin hujan akan turun". Dan berdasarkan kemungkinan itu kita boleh mepercepat jalan untuk menghindari kemungkinan turunya hujan. ini cara berpikir yang jelas, bukan?

Quote
-Kenapa daerah di pesisir pantai, jika terjadi gempa hanya dengan kekuatan skala 3SR dilokasi mereka, dan mereka tidak lari karena takut tsunami? Karena gempa dengan kekuatan 3SR tidak akan bisa mengundang tsunami. Bukankah begitu?

untuk lebih memahami alasannya, kita harus menanyakanya secara langsung kepada penduduk  pesisir pantai.

Quote
Sama seperti kasus yang anda ajukan. Bagi orang yang sudah mengerti dan mendalami , mereka tidak perlu jauh-jauh untuk membuktikan bahwa orang itu sudah mencapai tingkat seperti itu.
Tapi apakah mereka bisa tertipu juga di dunia maya ini tentang tingkat yang dicapai orang, jelas bisa. Cuma kebetulan pada kasus anda, ciri-ciri untuk mencapai tingkat itu jelas tidak kelihatan.

ya.

tapi seandainya anda mengetahui ciri-ciri seseorang telah mencapai Jhana, misalnya, lalu melihat ciri-ciri itu tidak terdapat pada saya, maka anda dengan tenang hati dapat menjelaskan kepada saya "beginilah ciri-cirinya orang yang mencapai jhana" dan anda juga bisa berkata, "saya tidak melihat ciri-ciri itu pada diri anda", dan tidak perlu berkata "saya tau, kau adalah penipu". bagaimana menurut anda. apakah hal yang saya katakan itu benar?

Quote
Orang yang sudah mencapai jhana tidak seperti anda sikap-nya. Karena setiap melewati 1 tahap jhana pasti ada faktor batin yang sudah terkikis. Faktor batin apakah? Silahkan anda baca-baca dan cari sendiri.Maka-nya setiap orang yang ingin tercerahkan pasti melakukan meditasi. Karena itu satu-satunya jalan untuk mencapai nibbana.

mari kita tanyakan kepada orang-orang yang menguasai sutta dari kawan-kawan anda sendiri di forum ini. begini hal yang ingin saya tanyakan, "Apakah orang yang telah mampu mencapai jhana ke 4, masih mungkinkah ia masih melakukan kesalahan? masih mungkinkan ia melakukan perbuatan tercela seperti halnya berzina?

mari tunggu jawaban kawan-kawan anda.

Satria

Quote from: sriyeklina on 26 May 2011, 11:03:04 PM
Ini hal yang pertama anda harus merubah. Jika anda ingin mempelajari logika atau memberikan contoh cara anda belajar sutta dengan teknik logika anda. Anda tidak perlu mengatas-namakan seperti ini. Manusia-manusia yang belum tercerahkan, sudah pasti masih punya LDM. Dan untuk apa anda mengakui bahwa anda sudah mempelajari buddhisme jika anda masih tidak mengerti situasi manusia?

terima kasih atas nasihat anda.

mohon di perhatikan hal berikut ini :

telah lama saya prihatin atas kesalahan fahaman umat terhadap agamanya masing-masing. yang saya maksud umat bukan hanya umat Buddhis, tapi umat manusia pada umumnya. agama di dunia ini sangat beragam. padahal jalan untuk mencapai keselamatan hanyalah satu jalan. setiap nabi pada setiap agama, termasuk sang Buddha buddha menjelaskan bahwa apa yang diajarkannya adlah "satu-satunya jalan" menuju kebahagiaan.


semua kelompok agama mengaku "no. 1", semua mengaku "paling benar" dan semua "saling menyalahkan". Akhirnya di dunia ini banyak pertiakain atas nama agama. termasuk "pertikaian kecil" kita di forum ini. tpai seringkali pertiakan itu terjadi krena kita mempertentangkan hal-hal yang sebenarnya tidak bertentangan. atau menyamakan hal-hal yang sesungguhnya berbeda. ini akibat orang-orang kehilangan kemampuan "melihat apa adanya".

salah satu penyebab munculnya "ajaran-ajaran sesat" di dunia ini adalah karena penyalah gunaan logika. salah satu cara menghadang ajaran sesat itu adalah dengan logika juga. kemarhan, kebencian, keserakahan bisa dikikis melalui praktik meditasi dan moral. tapi kesalahan logika, bisa dihancurkan dengan logika yang bnar.

saya merasa, saya telah mempeajari dan memahami logika yang benar. tanpa bermaksud sombong, saya merasa ahli dan terampil di bidang ilmu logika. hal inipun disertai dengan kesadaran "itu baru menurut saya sendiri, belum lah tentu menurut orang lain". Tapi karena saya merasa telah memperoleh manfaat yang nyata dari logika ini, maka saya berusaha mensosialisaikan logika ini kepada orang lain, di mana dan kapan pun.

tetapi, umumnya orang tidak tertarik dengan kajian logika. waktu saya ke perpustakaan daerah, buku-buku logika diperpustakaan merupakan buku yang paling berdebu, karena mungkin merupakan buku yang paling jarang dibaca orang. bahkan Josyuf Syu`ib seorang guru besar ilmu logika menyatakan pernyataan yang menyiratkan amat parahnya pendidikan logika di Indonesia ini. maka bila sya mensosialisasikan logika ini dengan cara baik dan santun, tak satupun orang yang akan sudi meperhatikannya. dan hal itu saya alami bertahun-tahun.

akhirnya saya menemukan suatu cara, bahwa dengan cara menyentuh sisi emosi lawan diskusi saya, orang-orang jadi sangat kritis dan mau menyimak serta memikirkan apa yang saya sampaikan tentang logika. kendatipun orang-orang sangat menentang, tapi tanpa disadari, pengetahuan yang ingin saya sosialisaikan pun terserap oleh batin-batin orang yang "membenci". di sini saya melihat kesamaan antara benci dan cinta, yaitu sama-sama "samyojana", kemelekatan batin.

bagi saya, ketika menawarkan logika, maka ada tiga opsi bagi orang lain "cintai, benci atau tak dibenci pun tak dicintai".  jika logika ini dicintai, maka logika akan dipelajari. jika logika ini dibenci, logika ini juga akan dipelajari. tapi jika logika ini tak dibenci dan tak juga dicintai, maka mereka akan mengabaikan.

mungkin saja, metoda yang saya gunakan tersebut salah atau kurang tepat. tapi belum ada yang mengajarkan kepada saya tentang cara yang lebih baik dari itu tentang bagaimana cara agar orang-orang mau mendiskusikan persoalan logika dengan saya.

kendatipun begitu, saya datang ke forum ini bukan untuk mengajari logika kepada umat Buddhis. tapi ingin mempelajari, bagaimana tanggapan umat buddhis tentang logika. sampai saat ini, sudah banyak tanggapan kawan-kawan DC tentang logika, tapi itu belum selesai. banyak hal yang ingin saya sodorkan, untuk melihat bagaimana tanggapannya dari anda dan kawan-kwan anda di sini.



Sostradanie

Quote from: Satria on 26 May 2011, 11:04:21 PM
hmm.. sebenarnya saya pernah membaca bahwa sang Buddha bersabda sang Tathagatha itu bisa saja seorang perumah tangga. maaf kalo saya salah. hanya seingat saya sang Buddha mengatakan bahwa bila sang Tathagatha itu adalah juga seorang perumah tangga, maka ia akan berwujud sebagai "raja yang bijaksana".
Yang kedua yang hampir tepat. Jika seseorang yang sudah terpenuhi parami-nya seperti sang buddha, jika dia memilih kehidupan sebagai perumah tangga maka dia akan menjadi seorang raja pemutar roda. Anggap saja artinya seorang raja yang punya kekuasaan besar dan bijaksana. Jika dia meninggalkan hidup perumah tangga maka dia pasti mencapai pencerahan.

Quotedan menurut saya, perumah tangga pun apakah ia raja atau bukan, ia bisa saja mencapai pencerahan dengan kadar pencerahan yang berbeda-beda.
Disini saya harus tahu dulu apa arti pencerahan bagi anda. Pencerahan yang saya pelajari mempunyai arti dia sudah terbebaskan dan tidak akan terlahir kembali. Dan itu tidak mungkin jika orang itu masih berumah tangga.
Untuk lebih jelas anda cari tahu sendiri. Bukan saya sok pintar, bukan sama sekali. Saya yakin anda bisa mencari tahu lebih baik. Dan anda bisa membuktikan apakah saya benar atau salah. Anda bisa membongkar thread demi thread jika anda serius. Dan anda boleh pahami dengan teknik logika anda.

Quotetidak harus. kita tidak boleh menyatakan bahwa "Dia itu perempuan" dalam pengertian "sudah pasti jenis kelaminnya perempuan". tapi kita boleh menyatakan "Dia itu perempuan" dalam pengertian "berpenampilan perempuan". karena, pengertian dari istilah "perempuan" tidak selalu kepada "jenis" kelamin. dengan cara berpikir seperti ini, maka kita bisa terhindar dari kesalahan.
Jika itu dihadapan anda, apakah anda bisa membedakan jenis kelamin wanita dengan yang berpura-pura? Yang kita bicarakan pandangan secara umum.

Quotejika awan mendung, maka akan turun hujan.

kita harus memahai "hukum kemestian" pada "kalimat menduga" tersbut, apakah itu kemestian sepihak ataukah kemestian timbal balik.

kalimat tersebut adalah kemestian sepihak. hukum pada kemestian sepihak adalah :

jika P, maka Q

ternyata P,

jadi : belum tentu Q


ternyata Q

jadi : pasti P

karena sifatnya kemestian sepihak, maka "jika awan mendung" tak boleh kita berpikir "pasti hujan turun", tapi berpikir "mungkin hujan akan turun". Dan berdasarkan kemungkinan itu kita boleh mepercepat jalan untuk menghindari kemungkinan turunya hujan. ini cara berpikir yang jelas, bukan?
Saya tidak perlu belajar dari bahasa-nya. Karena disaat mendung saya tidak akan melihat kata-kata di mendung tersebut.
Saya lebih tertarik dengan IPA-nya. Mendung adalah awan yang mengandung uap air yang sangat banyak.Dan itu adalah gejala hujan mau turun. Semakin gelap mendung maka semakin banyak kadar air diawan itu. Jadi saya akan mepercepat langkah saya.

Quoteuntuk lebih memahami alasannya, kita harus menanyakanya secara langsung kepada penduduk  pesisir pantai.
Untuk kasus ini anda tidak usah jauh-jauh bertanya. Karena saya penduduk pesisir pantai.



Quotetapi seandainya anda mengetahui ciri-ciri seseorang telah mencapai Jhana, misalnya, lalu melihat ciri-ciri itu tidak terdapat pada saya, maka anda dengan tenang hati dapat menjelaskan kepada saya "beginilah ciri-cirinya orang yang mencapai jhana" dan anda juga bisa berkata, "saya tidak melihat ciri-ciri itu pada diri anda", dan tidak perlu berkata "saya tau, kau adalah penipu". bagaimana menurut anda. apakah hal yang saya katakan itu benar?
Inilah yang nama-nya sebab akibat. Seharusnya anda perhatikan, apa penyebab-nya seseorang mengatakan begitu?
Adakah yang berlebihan dari kata-kata anda?
Tidak usah jauh-jauh. Contoh saja saya, dulu saya bertanya pada anda secara baik. Setelah makin lama, anda lihat sendiri yang terjadi sesudah-nya. Dan lihat sekarang. Jelas berbeda. Semua orang berusaha memberitahu tapi dengan cara-nya sendiri-sendiri. Akhirnya semua menempuh jalan yang sama.Dan anda merasa diolok-olok. Padahal tidak semua-nya dengan niat seperti itu. Dan hari ini saya berminat berdiskusi dengan anda karena saya melihat sedikit perubahan dari sebelum-nya.
Jika anda masih seperti sebelum-nya, jujur saja yah. Paling saya ikut nimbrung jika ingin mencari humor. Minimal ada manfaat-nya juga anda bisa membuat orang terhibur dan tertawa.




Quotemari kita tanyakan kepada orang-orang yang menguasai sutta dari kawan-kawan anda sendiri di forum ini. begini hal yang ingin saya tanyakan, "Apakah orang yang telah mampu mencapai jhana ke 4, masih mungkinkah ia masih melakukan kesalahan? masih mungkinkan ia melakukan perbuatan tercela seperti halnya berzina?

mari tunggu jawaban kawan-kawan anda.
Kenapa anda tidak berusaha mencari sendiri dulu? Jika anda bisa mencari, berarti benar anda ingin mempelajari buddhisme. Tapi jika hanya untuk bahan berdebat katakanlah bahwa anda hanya ingin berdebat. Jadi orang yang hobi berdebat akan maju berdebat, yang tidak hobi berdebat maka akan mundur. Tidak perlu amburadul jadi-nya.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)