Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: Peacemind on 09 August 2010, 12:03:45 AM

Title: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Peacemind on 09 August 2010, 12:03:45 AM
Saya tidak tahu apakah topik ini sudah pernah dibahas di sini atau belum. Namun topik ini telah menjadi kontroversi di kalangan umat Buddha. Ada beberapa berpendapat bahwa seorang ariya tidak akan mungkin bunuh diri dengan alasan bahwa bahkan hanya seorang sotapana pun tidak akan mungkin membunuh makhluk hidup, sehingga ia pun tidak akan mungkin membunuh dirinya. Namun ada juga beberapa berpendapat bahwa seorang sotapanna bisa melakukan bunuh diri. DI Sri Lanka, pernah ada satu kasus seorang bhikkhu dari luar negeri bernama Bhikkhu Gñanavira. Beliau meninggal  dengan cara bunuh diri. Namun sebelum meninggal,  beliau meninggalkan surat yang mengatakan bahwa beliau telah mencapai sotapanna. Bagi beberapa orang yang dekat dengan beliau, mereka percaya bahwa bhikkhu ini telah mencapai kesucian terutama melihat dari tingkah laku dan pembicaraan beliau. Oleh karena itu, beberapa berpendapat bahwa seorang sotapanna bisa melakukan bunuh diri.

Bagaimana pendapat teman-teman di sini?
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Indra on 09 August 2010, 12:15:47 AM
Sebelum mencapai Arahat, IMO masih mungkin melakukan bunuh diri. beberapa sutta ada menyebutkan kasus bunuh diri dimana setelah bunuh diri menjelang mati mencapai Kearahatan. ada kemungkinan ketika melakukan bunuh diri sudah mencapai tingkat kesucian pra-Arahat. ini pendapat pribadi, blm cek ke sutta.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Adhitthana on 09 August 2010, 12:36:30 AM
Godhika Thera, pada suatu kesempatan, melatih meditasi ketenangan dan pandangan terang, di atas lempengan batu di kaki gunung Isigili di Magadha. Ketika beliau telah mencapai Jhana, beliau jatuh sakit; dan kondisi ini mempengaruhi latihannya. Dengan mengabaikan rasa sakitnya, dia tetap berlatih dengan keras; tetapi setiap kali beliau mencapai kemajuan beliau merasa kesakitan. Beliau mengalami hal ini sebanyak enam kali. Akhirnya, beliau memutuskan untuk berjuang keras hingga mencapai tingkat arahat, walaupun ia harus mati untuk itu.
Tanpa beristirahat beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dengan memilih perasaan sakit sebagai obyek meditasi, beliau memotong lehernya sendiri dengan pisau. Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau dapat memusatkan pikirannya dan mencapai arahat, tepat sebelum beliau meninggal.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: hendrako on 09 August 2010, 12:37:09 AM
Kenapa Bhikkhu Gñanavira bunuh diri?
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 09 August 2010, 12:46:41 AM
Secara spekulasi, sangat mungkin, karena seorang Anagami pun masih terbelenggu oleh BHAVA-TANHA atau VIBHAVA-TANHA.

[at] Sam
Bhikkhu Nanavira kalau tidak salah makan obat ya waktu bunuh dirinya? Teman seangkatannya Bhikkhu Nanamoli penerjemah awal MN kan? Mungkin karena menyesal atas perbuatannya dulu semasa perang? :)
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Quote from: hendrako on 09 August 2010, 12:37:09 AM
Kenapa Bhikkhu Gñanavira bunuh diri?

Menurut surat beliau, keputusan beliau untuk bunuh diri karena sakit berkepanjangan dan serius sehingga sangat menganggu dalam  praktik Dhammanya.

Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:46:41 AM
Secara spekulasi, sangat mungkin, karena seorang Anagami pun masih terbelenggu oleh BHAVA-TANHA atau VIBHAVA-TANHA.

Pertanyaannya, setelah mengetahui bahwa bunuh diri bukan jalan menuju pembebasan, meskipun mereka masih terbelenggu oleh bhava-tanha dan vibhavatanha, mengapa masih memutuskan untuk bunuh diri?



Quote
[at] Sam
Bhikkhu Nanavira kalau tidak salah makan obat ya waktu bunuh dirinya? Teman seangkatannya Bhikkhu Nanamoli penerjemah awal MN kan? Mungkin karena menyesal atas perbuatannya dulu semasa perang? :)

Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Peacemind on 09 August 2010, 06:41:03 AM
Quote from: Indra on 09 August 2010, 12:15:47 AM
Sebelum mencapai Arahat, IMO masih mungkin melakukan bunuh diri. beberapa sutta ada menyebutkan kasus bunuh diri dimana setelah bunuh diri menjelang mati mencapai Kearahatan. ada kemungkinan ketika melakukan bunuh diri sudah mencapai tingkat kesucian pra-Arahat. ini pendapat pribadi, blm cek ke sutta.

Dalam channovādasutta, memang bhikkhu Channa bunuh diri dan mencapai kesucian arahat. Dari sutta yang ada, tampaknya beliau bunuh diri setelah mencapai kesucian arahat, tetapi kitab komentar mengatakan bahwa beliau mencapai kesucian arahat setelah beliu memotong lehernya. Jadi setelah percobaan bunuh diri.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Peacemind on 09 August 2010, 06:42:32 AM
Quote from: Virya on 09 August 2010, 12:36:30 AM
Godhika Thera, pada suatu kesempatan, melatih meditasi ketenangan dan pandangan terang, di atas lempengan batu di kaki gunung Isigili di Magadha. Ketika beliau telah mencapai Jhana, beliau jatuh sakit; dan kondisi ini mempengaruhi latihannya. Dengan mengabaikan rasa sakitnya, dia tetap berlatih dengan keras; tetapi setiap kali beliau mencapai kemajuan beliau merasa kesakitan. Beliau mengalami hal ini sebanyak enam kali. Akhirnya, beliau memutuskan untuk berjuang keras hingga mencapai tingkat arahat, walaupun ia harus mati untuk itu.
Tanpa beristirahat beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dengan memilih perasaan sakit sebagai obyek meditasi, beliau memotong lehernya sendiri dengan pisau. Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau dapat memusatkan pikirannya dan mencapai arahat, tepat sebelum beliau meninggal.


Cerita ini betul sekali namun beliau bunuh diri sebelum mencapai kesucian, sperti cerita bhikkhu Channa dalam Channovādasutta jika kitab komentar benar adanya.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Peacemind on 09 August 2010, 06:46:08 AM
Di bawah adalah surat beliau sebelum meninggal yang diberikan kepada ketua Sangha di Kolombo dan diminta untuk dibuka setelah beliau meninggal:

NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMĀSAMBUDDHASSA

—Ekam samayam Ñānavīro bhikkhu Būndalagāme viharati araññakutikāyam. Tena kho pana samayena Ñānavīro bhikkhu rattiyā pathamam yāmam cankamena āvaranīyehi dhammehi cittam parisodheti, yathāsutam yathāpariyattam dhammam cetasā anuvitakketi anuvicāreti manasānupekkhati. Atha kho Ñānavīrassa bhikkhuno evam yathāsutam yathāpariyattam dhammam cetasā anuvitakkayato anuvicārayato manasānupekkhato virajam vītamalam dhammacakkhum udapādi, Yam kiñci samudayadhammam sabbam tam nirodhadhammanti.
So dhammānusārī māsam hutvā ditthipatto hoti.

Beliau menulis dalam bahasa Pali, yang diartikan sebagai berikut:

—At one time the monk Ñānavīra was staying in a forest hut near Bundala village. It was during that time, as he was walking up and down in the first watch of the night, that the monk Ñānavīra made his mind quite pure of constraining things, and kept thinking and pondering and reflexively observing the Dhamma as he had heard and learnt it. Then, while the monk Ñānavīra was thus engaged in thinking and pondering and reflexively observing the Dhamma as he had heard and learnt it, the clear and stainless Eye of the Dhamma arose in him: 'Whatever has the nature of arising, all that has the nature of ceasing.'
Having been a teaching-follower for a month, he became one attained to right view.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 09 August 2010, 06:53:09 AM
Rev.Peacemind, pls accept my bow to u as my respect.

how to get this letter? so wonderful and so interested.

mettacittena,
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 09 August 2010, 06:57:22 AM
tentang pertanyaan hal "bunuh diri" sebenarnya pelanggaran sila, malah sila paling pertama, sedang kita amat mengerti bahwa seorang Ariya "tidak mungkin melanggar sila" berarti ada yang "missing" disini, mohon penjelasan lebih lanjut dari Rev.Peacemind.

sy pengin krm GRP utk surat yg amat berharga ini, sangat langka bisa dpt surat wasiat....sayang ga bisa kirim double....udah pernah kirim kemarin....hehehe....
bagaimana bisa dpt surat itu Rev ....?

mettacittena,
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: kur0bane on 09 August 2010, 04:58:35 PM
wah2 topik yang menarik. btw izin nyimak deh. nanti gw tes tanya2 juga ke orang yang lebih mendalami dharma. kalo saya ada dapat jawaban nanti gw post juga di sini:d
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: tesla on 09 August 2010, 05:30:20 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Seingat saya,
pertama, beliau mencoba bunuh diri, namun berhasil diselamatkan orang lain.
karena melihat gelagat beliau yg tidak beres, maka mau ga mau surat wasiat tsb dibuka.
padahal surat itu diharapkan dibuka setelah kematiannya.
percobaan ke2 bunuh dirinya sukses.

di surat tsb beliau menyatakan mata dhammanya telah terbuka, alias sotapanna
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 09 August 2010, 05:35:58 PM
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:30:20 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Seingat saya,
pertama, beliau mencoba bunuh diri, namun berhasil diselamatkan orang lain.
karena melihat gelagat beliau yg tidak beres, maka mau ga mau surat wasiat tsb dibuka.
padahal surat itu diharapkan dibuka setelah kematiannya.
percobaan ke2 bunuh dirinya sukses.

di surat tsb beliau menyatakan mata dhammanya telah terbuka, alias sotapanna

sharing ceritanya donk....baca dimana bro....
cerita ini baru kali pertama saya dengar....ehh...baca.....khan di DC baca dg mata bukan mendengar dg telinga....

tapi rasanya aneh seorang Sotapanna putus asa....
bagaimana pandangan anda bro...

mettacittena,
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: tesla on 09 August 2010, 05:37:08 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:42:32 AM
Cerita ini betul sekali namun beliau bunuh diri sebelum mencapai kesucian, sperti cerita bhikkhu Channa dalam Channovādasutta jika kitab komentar benar adanya.

sepertinya cerita bhikkhu Channa memiliki kontroversi lebih mendalam daripada bhikkhu2 yg mencapai arahat menjelang kematiannya. sebab menurut beberapa versi penterjemah, bahwa bhikkhu Channa telah menyatakan dirinya "blameless" menggunakan pisau sebelum aksinya & hal tsb dipertegas oleh Buddha. Sang Buddha menjawab kepada Sariputta berdasarkan pernyataan Channa, yg scr tersirat sudah menunjukkan Channa juga sudah blameless...
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: tesla on 09 August 2010, 05:39:09 PM
Quote from: pannadevi on 09 August 2010, 05:35:58 PM
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:30:20 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Seingat saya,
pertama, beliau mencoba bunuh diri, namun berhasil diselamatkan orang lain.
karena melihat gelagat beliau yg tidak beres, maka mau ga mau surat wasiat tsb dibuka.
padahal surat itu diharapkan dibuka setelah kematiannya.
percobaan ke2 bunuh dirinya sukses.

di surat tsb beliau menyatakan mata dhammanya telah terbuka, alias sotapanna

sharing ceritanya donk....baca dimana bro....
cerita ini baru kali pertama saya dengar....ehh...baca.....khan di DC baca dg mata bukan mendengar dg telinga....

tapi rasanya aneh seorang Sotapanna putus asa....
bagaimana pandangan anda bro...

mettacittena,

dalam pilihan lepas jubah atau bunuh diri, beliau memilih bunuh diri.
menurut saya beliau benar2 seorang yg sepenuh hati menjalankan kehidupan suci.

coba search di google aja, surat2nya dpt dibaca di internet (rasanya lengkap)
beliau jg merilis buku "Clearing The Path" yg kontroversi (menurut saya sangat mencerahkan)
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 09 August 2010, 05:43:41 PM
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:39:09 PM
Quote from: pannadevi on 09 August 2010, 05:35:58 PM
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:30:20 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Seingat saya,
pertama, beliau mencoba bunuh diri, namun berhasil diselamatkan orang lain.
karena melihat gelagat beliau yg tidak beres, maka mau ga mau surat wasiat tsb dibuka.
padahal surat itu diharapkan dibuka setelah kematiannya.
percobaan ke2 bunuh dirinya sukses.

di surat tsb beliau menyatakan mata dhammanya telah terbuka, alias sotapanna

sharing ceritanya donk....baca dimana bro....
cerita ini baru kali pertama saya dengar....ehh...baca.....khan di DC baca dg mata bukan mendengar dg telinga....

tapi rasanya aneh seorang Sotapanna putus asa....
bagaimana pandangan anda bro...

mettacittena,

dalam pilihan lepas jubah atau bunuh diri, beliau memilih bunuh diri.
menurut saya beliau benar2 seorang yg sepenuh hati menjalankan kehidupan suci.

bro Tesla yg baik,
thanks atas jwbn nya, tapi sy utarakan bhw "aneh seorang Sotapanna putus asa" karena mengacu keterangan Rev.Peacemind yg mengatakan beliau sakit berkepanjangan tidak sembuh2 sehingga memilih bunuh diri...jadi terkesan putus asa. Disisi lain jawaban anda dihadapkan pada 2 pilihan lepas jubah atau bunuh diri, kayaknya ga deh...ada seorang Ariya disodorin pilihan demikian....bisa lebih detail lagi cerita nya bro...bener2 saya minat....GRP krm deh sbg thanks...

mettacittena,
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 09 August 2010, 05:47:12 PM
link ini ya ... http://www.clearingthepath.ca/ctpindex

tapi ga ada surat2 nya tuh bro....thanks seblm n sessdhnya....

mettacittena,
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: tesla on 09 August 2010, 05:48:43 PM
seingat saya saja yah...

beliau tinggal di tempat yg sangat terpencil menyendiri
menderita bbrp penyakit, telinga gara2 mandi lumpur, jg ada masalah gara2 terlalu banyak meditasi di tempat keras.
kalau ga salah juga menderita nympho (dorongan sexual yg sangat tinggi).
ada yg menganjurkan utk lepas jubah, dan keluar dari kehidupannya yg menyendiri, beliau menolak.
& keputusan beliau utk bunuh diri memang diinspirasi oleh cerita sutta dimana bhikkhu2 yg bunuh diri berhasil mencapai kemajuan. sebaliknya, tidak ada bhikkhu2 yg lepas jubah mencapai kemajuan.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 09 August 2010, 06:01:13 PM
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:48:43 PM
seingat saya saja yah...

beliau tinggal di tempat yg sangat terpencil menyendiri
menderita bbrp penyakit, telinga gara2 mandi lumpur, jg ada masalah gara2 terlalu banyak meditasi di tempat keras.
kalau ga salah juga menderita nympho (dorongan sexual yg sangat tinggi).
ada yg menganjurkan utk lepas jubah, dan keluar dari kehidupannya yg menyendiri, beliau menolak.
& keputusan beliau utk bunuh diri memang diinspirasi oleh cerita sutta dimana bhikkhu2 yg bunuh diri berhasil mencapai kemajuan. sebaliknya, tidak ada bhikkhu2 yg lepas jubah mencapai kemajuan.

bro Tesla yg baik,
nah ini baru clear, kalo gini khan tidak nampak keputusan yg diambil karena putus asa.

karena kalo hanya alasan sakit yg diderita tanpa penjelasan apapun kesannya orang yg putus asa, sedangkan ini adalah way out yg terbaik (menurut beliau), shg beliau tidak mau meninggalkan kehidupan sucinya, tp memilih berangkat menyeberang ke alam lain, dimana hny tinggal max.7 kali kelahiran.
sungguh keputusan yg berani....tapi sebenarnya beliau tidak perlu berkecil hati, bukan kah menjadi umat awam juga bisa meraih arahat. kenapa beliau berkecil hati dg menganggap tidak mencapai kemajuan jika lepas jubah....tapi semua ini tentu sudah melalui pertimbangan beliau yg panjang dan masak2..
sekali lagi thanks bro....

mettacittena,
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: bond on 09 August 2010, 07:06:16 PM
Mungkin ini pernah dibahas dan mungkin jawabannya sama yakni 'tanpa aku' tetapi karena muncul kembali topiknya bahas lagi biar detil  ;D

Bagaimana dengan YM. Ananda, ketika sebelum meninggal beliau membakar diri sendiri? apakah itu bunuh diri?( kalau bisa jangan jawabannya tidak ada diri yang dibunuh ya/klise  ^-^)
dan mempertontonkan kesaktian di dua penduduk desa, dimana ia terbang di atas sungai dan kemudian membakar diri? Apakah itu tidak melanggar vinaya dengan mempertontonkan abinna walaupun niatnya baik?

Tidakkah ada cara lain menghilang begitu saja tanpa diketahui orang lain sama sekali. sehingga tidak ada spekulasi bunuh diri atau mempertontonkan kesaktian.
Dan saat itu pun sayang sekali tidak ada Sang Buddha lagi.  Adakah yang mengetahui kedetilan batin YM. Ananda saat itu atau hanya asumsi saja?

Adakah penjelasan detil seperti Sang Buddha menjelaskan tentang Pilinda Vacca ataupun YM. Pindola, YM. Bhikkhu Canna dalam kasus YM. Ananda membakar diri dimasa setelah tidak ada lagi Sang Buddha.

Dalam kasus Bhikkhu Canna jika dalam penjelasan sebelum meninggal beliau mencapai arahat, apakah mungkin sebelum menggorok lehernya sudah mencapai tingkat kesucian di bawahnya?Adakah penjelasan didalam sutta?

metta.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 09 August 2010, 08:08:42 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:46:41 AM
Secara spekulasi, sangat mungkin, karena seorang Anagami pun masih terbelenggu oleh BHAVA-TANHA atau VIBHAVA-TANHA.
Pertanyaannya, setelah mengetahui bahwa bunuh diri bukan jalan menuju pembebasan, meskipun mereka masih terbelenggu oleh bhava-tanha dan vibhavatanha, mengapa masih memutuskan untuk bunuh diri?
Justru itu, karena masih terbelenggu oleh bhava dan vibhava tanha makanya masih bisa melakukan tindakan bunuh diri. Keinginan untuk menjadi ini dan tidak menjadi itu. Dalam pertanyaan Sam udah ada jawabannya toh? :D

Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Quote
[at] Sam
Bhikkhu Nanavira kalau tidak salah makan obat ya waktu bunuh dirinya? Teman seangkatannya Bhikkhu Nanamoli penerjemah awal MN kan? Mungkin karena menyesal atas perbuatannya dulu semasa perang? :)

Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Berikut ini kutipan kesaksian dari orang yang dekat keberadaannya dengan Bhikkhu Nanavira, Kingsley Heendeniya.
[spoiler]"Nanavira Thera mencapai sotapatti dan phala pada 27 Juni 1959 dan menulis sepucuk surat dalam Bahasa Pali, menyegelnya, "Untuk dibuka setelah kematianku" dan mengirimkannya pada bhikkhu senior di Island Hermitage. ......

Surat itu dibuka pada tahun 1964, satu tahun setelah ia mencabut nyawanya sendiri. Ia menghirup sebotol kecil etil klorida yang diberikan ibu saya setelah ia menggunakan sebotol yang saya berikan padanya untuk digunakan sebagai anestesi lokal untuk radang menyakitkan akibat gigitan serangga. Ia membius dirinya sendiri dengan mengenakan masker wajah dari kertas kaca buatan tangan yang sederhana. Ketika ditemukan oleh seorang penduduk desa yang pergi bersama gilampasa sore, Nanavira Thera telah wafat, tidur dengan posisi singa, satu tangan jatuh di samping botol kecil kosong yang tergeletak di lantai. Ia wafat pada 5 Juli 1965 pada usia 44 tahun. ......

Nanavira Thera menggunakan kemampuan linguistik dan pemikiran disiplinnya untuk menulis tentang Dhamma ketika ia menemukan bahwa ia tidak dapat mencapai arahatta. Dengan tanpa harapan akan Nibbana di sini dan sekarang, tidak mampu berlatih samadhi secara intensif, dihukum dengan hukuman hidup berupa penyakit dan gangguan kesehatan, diracuni oleh obat yang diberikan kepadanya, ia menulis, "Satu-satunya hal yang aku anggap serius adalah Dhamma. Jika aku tidak dapat berlatih seperti yang aku inginkan, aku tidak memiliki keinginan untuk hidup lagi." Ia menolak saran untuk melepas jubah, karena itu dianggap sebagai kematian di dalam Dhamma. "Tidak seorang pun," ia menulis, "yang telah menjadi arahat dengan tindakan melepas jubah." Orang-orang yang iri hati, yang tidak dapat mendekatinya dan jalan itu, salah menganggap bahwa Nanavira Thera tidak dapat memahami Dhamma -- seolah arahat yang membawa pisau pada masa Buddha juga gagal memahami Dhamma. Atau, bahwa dialog Socrates tidak memiliki nilai karena ia meminum racun daripada melarikan diri seperti yang diatur oleh para sahabatnya. ...." [/spoiler]
Dari hal. 148-150 buku "Buddha dan Ajarannya" oleh Kingsley Heendeniya
Kesimpulannya, apa yang diingat Sam Peacemind dan Sam Santacitto sama benarnya.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 09 August 2010, 08:11:30 PM
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:30:20 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Seingat saya,
pertama, beliau mencoba bunuh diri, namun berhasil diselamatkan orang lain.
karena melihat gelagat beliau yg tidak beres, maka mau ga mau surat wasiat tsb dibuka.
padahal surat itu diharapkan dibuka setelah kematiannya.
percobaan ke2 bunuh dirinya sukses.

di surat tsb beliau menyatakan mata dhammanya telah terbuka, alias sotapanna
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:48:43 PM
seingat saya saja yah...

beliau tinggal di tempat yg sangat terpencil menyendiri
menderita bbrp penyakit, telinga gara2 mandi lumpur, jg ada masalah gara2 terlalu banyak meditasi di tempat keras.
kalau ga salah juga menderita nympho (dorongan sexual yg sangat tinggi).
ada yg menganjurkan utk lepas jubah, dan keluar dari kehidupannya yg menyendiri, beliau menolak.
& keputusan beliau utk bunuh diri memang diinspirasi oleh cerita sutta dimana bhikkhu2 yg bunuh diri berhasil mencapai kemajuan. sebaliknya, tidak ada bhikkhu2 yg lepas jubah mencapai kemajuan.
Sekadar saran, lebih baik berargumen dengan bukti dan bukan berdasarkan ingatan belaka Bro Tesla. :)
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: kullatiro on 09 August 2010, 08:16:58 PM
kalau seorang ariya mendalami Sila (pancasila, dasasila dll) terang terang tidak mungkin melakukan pembunuhan terhadap mahluk lain apalagi terutama terhadap diri sendiri karena bunuh diri berarti melenyapkan akar kebaikan (karma baik) dan mengganti nya dengan karma buruk, dalam hal ini membunuh diri sendiri menghilangkan kemungkinan mencapai pencerahan pada saat tersebut atau pada masa dia hidup.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 09 August 2010, 09:00:53 PM
Quote from: bond on 09 August 2010, 07:06:16 PM
Mungkin ini pernah dibahas dan mungkin jawabannya sama yakni 'tanpa aku' tetapi karena muncul kembali topiknya bahas lagi biar detil  ;D

Bagaimana dengan YM. Ananda, ketika sebelum meninggal beliau membakar diri sendiri? apakah itu bunuh diri?( kalau bisa jangan jawabannya tidak ada diri yang dibunuh ya/klise  ^-^)
dan mempertontonkan kesaktian di dua penduduk desa, dimana ia terbang di atas sungai dan kemudian membakar diri? Apakah itu tidak melanggar vinaya dengan mempertontonkan abinna walaupun niatnya baik?

Tidakkah ada cara lain menghilang begitu saja tanpa diketahui orang lain sama sekali. sehingga tidak ada spekulasi bunuh diri atau mempertontonkan kesaktian.
Dan saat itu pun sayang sekali tidak ada Sang Buddha lagi.  Adakah yang mengetahui kedetilan batin YM. Ananda saat itu atau hanya asumsi saja?

Adakah penjelasan detil seperti Sang Buddha menjelaskan tentang Pilinda Vacca ataupun YM. Pindola, YM. Bhikkhu Canna dalam kasus YM. Ananda membakar diri dimasa setelah tidak ada lagi Sang Buddha.

Dalam kasus Bhikkhu Canna jika dalam penjelasan sebelum meninggal beliau mencapai arahat, apakah mungkin sebelum menggorok lehernya sudah mencapai tingkat kesucian di bawahnya?Adakah penjelasan didalam sutta?

metta.

wah....udah balik dari tugas maha secret ya mr.Bond....
met datang....GRP krm dlu deh buat ngucapin met datang....

sebenarnya itu pula yg saya pikirkan, tindakan mereka lantas masuk dalam kategori apa? karena jelas2 membunuh diri sendiri....tetapi klo Ven.Ananda memang ini masih sedikit referensi nya....wlu pun arahat telah terbebas dari vipaka, karena tidak terlahir kembali, tapi sy tetap merasa ganjil, namun krn ada referensi Tipitaka yang mana sang Buddha sendiri yg membabarkan, jadi saya menyimak dlu aja deh....TS nya semoga memberikan detailnya....

mr.Bond tolong donk di quote kan yg ini "Pilinda Vacca ataupun YM. Pindola", bagi saya baru kali ini dengar, kalo Ven.Godhika dan Ven.Channa udah baca di Tipitaka, sedang yg ini belum....thanks sblm n se sdhnya...
mettacittena,
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 09 August 2010, 09:04:14 PM
Quote from: daimond on 09 August 2010, 08:16:58 PM
kalau seorang ariya mendalami Sila (pancasila, dasasila dll) terang terang tidak mungkin melakukan pembunuhan terhadap mahluk lain apalagi terutama terhadap diri sendiri karena bunuh diri berarti melenyapkan akar kebaikan (karma baik) dan mengganti nya dengan karma buruk, dalam hal ini membunuh diri sendiri menghilangkan kemungkinan mencapai pencerahan pada saat tersebut atau pada masa dia hidup.

iya sama bro, pengertian saya juga demikian, namun ini ada ke-khusus-an dimana sewaktu menggorok leher rasa sakit itu dijadikan obyek meditasi, dan berhasil menembus Arahat, tapi anda jangan coba2 ya....Sotapanna aja dulu deh.... ;D
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 09 August 2010, 09:07:36 PM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 08:08:42 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:46:41 AM
Secara spekulasi, sangat mungkin, karena seorang Anagami pun masih terbelenggu oleh BHAVA-TANHA atau VIBHAVA-TANHA.
Pertanyaannya, setelah mengetahui bahwa bunuh diri bukan jalan menuju pembebasan, meskipun mereka masih terbelenggu oleh bhava-tanha dan vibhavatanha, mengapa masih memutuskan untuk bunuh diri?
Justru itu, karena masih terbelenggu oleh bhava dan vibhava tanha makanya masih bisa melakukan tindakan bunuh diri. Keinginan untuk menjadi ini dan tidak menjadi itu. Dalam pertanyaan Sam udah ada jawabannya toh? :D

Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Quote
[at] Sam
Bhikkhu Nanavira kalau tidak salah makan obat ya waktu bunuh dirinya? Teman seangkatannya Bhikkhu Nanamoli penerjemah awal MN kan? Mungkin karena menyesal atas perbuatannya dulu semasa perang? :)

Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Berikut ini kutipan kesaksian dari orang yang dekat keberadaannya dengan Bhikkhu Nanavira, Kingsley Heendeniya.
[spoiler]"Nanavira Thera mencapai sotapatti dan phala pada 27 Juni 1959 dan menulis sepucuk surat dalam Bahasa Pali, menyegelnya, "Untuk dibuka setelah kematianku" dan mengirimkannya pada bhikkhu senior di Island Hermitage. ......

Surat itu dibuka pada tahun 1964, satu tahun setelah ia mencabut nyawanya sendiri. Ia menghirup sebotol kecil etil klorida yang diberikan ibu saya setelah ia menggunakan sebotol yang saya berikan padanya untuk digunakan sebagai anestesi lokal untuk radang menyakitkan akibat gigitan serangga. Ia membius dirinya sendiri dengan mengenakan masker wajah dari kertas kaca buatan tangan yang sederhana. Ketika ditemukan oleh seorang penduduk desa yang pergi bersama gilampasa sore, Nanavira Thera telah wafat, tidur dengan posisi singa, satu tangan jatuh di samping botol kecil kosong yang tergeletak di lantai. Ia wafat pada 5 Juli 1965 pada usia 44 tahun. ......

Nanavira Thera menggunakan kemampuan linguistik dan pemikiran disiplinnya untuk menulis tentang Dhamma ketika ia menemukan bahwa ia tidak dapat mencapai arahatta. Dengan tanpa harapan akan Nibbana di sini dan sekarang, tidak mampu berlatih samadhi secara intensif, dihukum dengan hukuman hidup berupa penyakit dan gangguan kesehatan, diracuni oleh obat yang diberikan kepadanya, ia menulis, "Satu-satunya hal yang aku anggap serius adalah Dhamma. Jika aku tidak dapat berlatih seperti yang aku inginkan, aku tidak memiliki keinginan untuk hidup lagi." Ia menolak saran untuk melepas jubah, karena itu dianggap sebagai kematian di dalam Dhamma. "Tidak seorang pun," ia menulis, "yang telah menjadi arahat dengan tindakan melepas jubah." Orang-orang yang iri hati, yang tidak dapat mendekatinya dan jalan itu, salah menganggap bahwa Nanavira Thera tidak dapat memahami Dhamma -- seolah arahat yang membawa pisau pada masa Buddha juga gagal memahami Dhamma. Atau, bahwa dialog Socrates tidak memiliki nilai karena ia meminum racun daripada melarikan diri seperti yang diatur oleh para sahabatnya. ...." [/spoiler]
Dari hal. 148-150 buku "Buddha dan Ajarannya" oleh Kingsley Heendeniya
Kesimpulannya, apa yang diingat Sam Peacemind dan Sam Santacitto sama benarnya.

thanks bro Jerry yg baik...yg saya tanyakan ke bro Tesla dilengkapi anda berikut referensi nya, tolong donk share linknya...atau buku juga boleh....sbg ucapan makasih udah dikirim tuh...

mettacittena,
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: kullatiro on 09 August 2010, 09:09:08 PM
harus hati hati terhadap hal inikarena bila tidak akan terjadi pengertian yang salah terhadap hal ini hingga bisa menjadi belenggu bagi kita di kemudian hari. 
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 09 August 2010, 09:10:11 PM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 08:11:30 PM
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:30:20 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Seingat saya,
pertama, beliau mencoba bunuh diri, namun berhasil diselamatkan orang lain.
karena melihat gelagat beliau yg tidak beres, maka mau ga mau surat wasiat tsb dibuka.
padahal surat itu diharapkan dibuka setelah kematiannya.
percobaan ke2 bunuh dirinya sukses.

di surat tsb beliau menyatakan mata dhammanya telah terbuka, alias sotapanna
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:48:43 PM
seingat saya saja yah...

beliau tinggal di tempat yg sangat terpencil menyendiri
menderita bbrp penyakit, telinga gara2 mandi lumpur, jg ada masalah gara2 terlalu banyak meditasi di tempat keras.
kalau ga salah juga menderita nympho (dorongan sexual yg sangat tinggi).
ada yg menganjurkan utk lepas jubah, dan keluar dari kehidupannya yg menyendiri, beliau menolak.
& keputusan beliau utk bunuh diri memang diinspirasi oleh cerita sutta dimana bhikkhu2 yg bunuh diri berhasil mencapai kemajuan. sebaliknya, tidak ada bhikkhu2 yg lepas jubah mencapai kemajuan.
Sekadar saran, lebih baik berargumen dengan bukti dan bukan berdasarkan ingatan belaka Bro Tesla. :)

tapi info beliau udah amat membantu sy....saya aja juga sering lupa baca di buku mana.....
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 09 August 2010, 09:33:14 PM
Quote from: pannadevi on 09 August 2010, 09:10:11 PM
[spoiler]
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 08:11:30 PM
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:30:20 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Seingat saya,
pertama, beliau mencoba bunuh diri, namun berhasil diselamatkan orang lain.
karena melihat gelagat beliau yg tidak beres, maka mau ga mau surat wasiat tsb dibuka.
padahal surat itu diharapkan dibuka setelah kematiannya.
percobaan ke2 bunuh dirinya sukses.

di surat tsb beliau menyatakan mata dhammanya telah terbuka, alias sotapanna
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:48:43 PM
seingat saya saja yah...

beliau tinggal di tempat yg sangat terpencil menyendiri
menderita bbrp penyakit, telinga gara2 mandi lumpur, jg ada masalah gara2 terlalu banyak meditasi di tempat keras.
kalau ga salah juga menderita nympho (dorongan sexual yg sangat tinggi).
ada yg menganjurkan utk lepas jubah, dan keluar dari kehidupannya yg menyendiri, beliau menolak.
& keputusan beliau utk bunuh diri memang diinspirasi oleh cerita sutta dimana bhikkhu2 yg bunuh diri berhasil mencapai kemajuan. sebaliknya, tidak ada bhikkhu2 yg lepas jubah mencapai kemajuan.
Sekadar saran, lebih baik berargumen dengan bukti dan bukan berdasarkan ingatan belaka Bro Tesla. :)
[/spoiler]

tapi info beliau udah amat membantu sy....saya aja juga sering lupa baca di buku mana.....
Memang, tapi penggalan informasi yang terpotong-potong dan sepatah-patah bisa menggiring ke pemahaman lainnya. Misalnya dikatakan ada 2x percobaan bunuh diri dan surat wasiat yang dibuka sebelum kematiannya.
Kemudian ada dikatakan mengenai Nanavira Thera menderita satyriasis dan kemudian kalimat setelahnya yang mengatakan ada yang menganjurkan untuk lepas jubah. Ini membentuk pemahaman bahwa alm. Nanavira Thera dianjurkan untuk melepas jubah karena menderita satyriasis. Sementara kalau kita baca lebih lengkap, kita dapat menyimpulkan anjuran itu bukan karena hal tersebut melainkan karena kehidupan pertapaan Nanavira Thera yang sangat keras dan cenderung menyiksa diri. Oleh karena itu saya menganjurkan untuk mengutipkan bukti dan referensi yang jelas. Demikian..
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Peacemind on 09 August 2010, 11:21:23 PM
Saya menemukan kisah Mahanama yang berniat bunuh diri dalam kitab komentar Mahāsamayasutta. Setelah raja Vidudabha mengadakan pembunuhan besar2an terhadap kaum Sakya, ia tidak membunuh kakeknya yakni Mahanama dan para pengikutnya. Namun di tengah perjalanan menuju kerajaan Kosala ketika melewati sunga Aciravati, Mahānama melakukan percobaan bunuh diri. Ia mengikat jembol kakinya dengan rambut di kepalanya dan terjun ke sungai Aciravati. Ia melakukan usaha bunuh diri karena jika ia dan para ksatria Sakya pengikutnya tidak mau makan bersama-sama dngan Raja Vidudabha, mereka akan dibunuh. Daripada dibunuh oleh Vidudabha, ia mencoba bunuh diri dengan cara di atas. Namun kemudian ia diselamatkan oleh dewa Naga. Perlu dicatat di sini bahwa Mahānama telah dikenal sebagai orang ariya yang telah mencapai kesucian anagami.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 09 August 2010, 11:37:21 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 11:21:23 PM
Saya menemukan kisah Mahanama yang berniat bunuh diri dalam kitab komentar Mahāsamayasutta. Setelah raja Vidudabha mengadakan pembunuhan besar2an terhadap kaum Sakya, ia tidak membunuh kakeknya yakni Mahanama dan para pengikutnya. Namun di tengah perjalanan menuju kerajaan Kosala ketika melewati sunga Aciravati, Mahānama melakukan percobaan bunuh diri. Ia mengikat jembol kakinya dengan rambut di kepalanya dan terjun ke sungai Aciravati. Ia melakukan usaha bunuh diri karena jika ia dan para ksatria Sakya pengikutnya tidak mau makan bersama-sama dngan Raja Vidudabha, mereka akan dibunuh. Daripada dibunuh oleh Vidudabha, ia mencoba bunuh diri dengan cara di atas. Namun kemudian ia diselamatkan oleh dewa Naga. Perlu dicatat di sini bahwa Mahānama telah dikenal sebagai orang ariya yang telah mencapai kesucian anagami.
Kesimpulannya, mungkin gak seorang ariya melakukan apa yang di mata seorang puthujjana adalah tindakan bunuh diri?
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: bond on 10 August 2010, 08:50:07 AM
Quote from: pannadevi on 09 August 2010, 09:00:53 PM
Quote from: bond on 09 August 2010, 07:06:16 PM
Mungkin ini pernah dibahas dan mungkin jawabannya sama yakni 'tanpa aku' tetapi karena muncul kembali topiknya bahas lagi biar detil  ;D

Bagaimana dengan YM. Ananda, ketika sebelum meninggal beliau membakar diri sendiri? apakah itu bunuh diri?( kalau bisa jangan jawabannya tidak ada diri yang dibunuh ya/klise  ^-^)
dan mempertontonkan kesaktian di dua penduduk desa, dimana ia terbang di atas sungai dan kemudian membakar diri? Apakah itu tidak melanggar vinaya dengan mempertontonkan abinna walaupun niatnya baik?

Tidakkah ada cara lain menghilang begitu saja tanpa diketahui orang lain sama sekali. sehingga tidak ada spekulasi bunuh diri atau mempertontonkan kesaktian.
Dan saat itu pun sayang sekali tidak ada Sang Buddha lagi.  Adakah yang mengetahui kedetilan batin YM. Ananda saat itu atau hanya asumsi saja?

Adakah penjelasan detil seperti Sang Buddha menjelaskan tentang Pilinda Vacca ataupun YM. Pindola, YM. Bhikkhu Canna dalam kasus YM. Ananda membakar diri dimasa setelah tidak ada lagi Sang Buddha.

Dalam kasus Bhikkhu Canna jika dalam penjelasan sebelum meninggal beliau mencapai arahat, apakah mungkin sebelum menggorok lehernya sudah mencapai tingkat kesucian di bawahnya?Adakah penjelasan didalam sutta?

metta.

wah....udah balik dari tugas maha secret ya mr.Bond....
met datang....GRP krm dlu deh buat ngucapin met datang....

sebenarnya itu pula yg saya pikirkan, tindakan mereka lantas masuk dalam kategori apa? karena jelas2 membunuh diri sendiri....tetapi klo Ven.Ananda memang ini masih sedikit referensi nya....wlu pun arahat telah terbebas dari vipaka, karena tidak terlahir kembali, tapi sy tetap merasa ganjil, namun krn ada referensi Tipitaka yang mana sang Buddha sendiri yg membabarkan, jadi saya menyimak dlu aja deh....TS nya semoga memberikan detailnya....

mr.Bond tolong donk di quote kan yg ini "Pilinda Vacca ataupun YM. Pindola", bagi saya baru kali ini dengar, kalo Ven.Godhika dan Ven.Channa udah baca di Tipitaka, sedang yg ini belum....thanks sblm n se sdhnya...
mettacittena,

Kalau yang Pilinda Vacca dan YM. Pindola bukan kasus bunuh diri, saya memberikan contoh kasus itu sebagai hal yang berhubungan semasa Sang Buddha masih hidup dimana SB bisa melihat batin mereka yang secara kasat mata seperti melanggar vinaya. Kenyataanya tidak melanggar sama sekali.

Untuk mengetahui tentang nanavira sebenarnya mudah untuk mengetahuinya, tetapi biarkan diskusi berlanjut terlebih dahulu  :)

Metta
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Peacemind on 10 August 2010, 05:38:50 PM
Quote from: bond on 09 August 2010, 07:06:16 PM
Mungkin ini pernah dibahas dan mungkin jawabannya sama yakni 'tanpa aku' tetapi karena muncul kembali topiknya bahas lagi biar detil  ;D

Bagaimana dengan YM. Ananda, ketika sebelum meninggal beliau membakar diri sendiri? apakah itu bunuh diri?( kalau bisa jangan jawabannya tidak ada diri yang dibunuh ya/klise  ^-^)
dan mempertontonkan kesaktian di dua penduduk desa, dimana ia terbang di atas sungai dan kemudian membakar diri? Apakah itu tidak melanggar vinaya dengan mempertontonkan abinna walaupun niatnya baik?

Tidakkah ada cara lain menghilang begitu saja tanpa diketahui orang lain sama sekali. sehingga tidak ada spekulasi bunuh diri atau mempertontonkan kesaktian.

Dalam kasus seorang arahat, biasanya mereka tahu kapan mereka akan meninggal. Karena tahu kapan akan meninggal, banyak arahat meninggal setelah memilih cara bagaimana ia akan memasuki parinibbana, dan juga terkadang memilih tempat di mana ia akan meninggal. Sebagai contoh, Bhikkhu Aññā Kondañña memilh Himalaya sebagai tempat parinibbāna, Bhikkhu Rahula di sorga Tavatimsa, atau Bhikkhu Sāriputta di tempat kelahirannya sendiri. Dalam kasusnya Bhikkhu Ananda, beliau pun tahu kapan akan meninggal. DIkatakan ketika mengetahui umurnya hanya tinggal tujuh hari lagi, beliau mengumumkan waktu parinibbāna.Para penduduk yang tinggal di hulu sungai Rohini meminta beliau untuk parinibbana di sana, sedangkan para penduduk yang tinggal di hilir sungai Rohini meminta beliau untuk Parinibbāna di tempatnya. Untuk menghindari pertengkaran, bhikkhu Ananda akhirnya memutuskan untuk masuk ke jhana menggunakan element api (tejodhatu). Dalam kasus ini, tampak sekali tidak ada aksi pertunjukkan. Beliau juga tidak bunuh diri karena pada dasarnya beliau tahu kapan waktu kematiannya. Mengenai parinibbana menggunakn tejodhatu, bhikkhu Bakula juga melakukan hal sama di depan bhikkhusangha. Kitab komentar dari Bākulasutta mengatakan bahwa beliau tidak ingin membuat beban bagi bhikkhusangha sehingga ia memasuki tejodhatu pada saat parinibbāna.

Quote
Dan saat itu pun sayang sekali tidak ada Sang Buddha lagi.  Adakah yang mengetahui kedetilan batin YM. Ananda saat itu atau hanya asumsi saja?

Cerita parinibbana di atas dicatat dalam kitab komentar, dan bisa saja ada para arahat lain yang mengetahui pikiran bhikkhu Ananda alasan mengapa beliau menggunakan tejodhatu di saat parinibbāna. Pada jaman kuno, masih banyak para arahat yang memiliki kemampuan batin untuk melihat pikiran orang lain, jadi kemungkinan demikian masih ada.

Quote
Dalam kasus Bhikkhu Canna jika dalam penjelasan sebelum meninggal beliau mencapai arahat, apakah mungkin sebelum menggorok lehernya sudah mencapai tingkat kesucian di bawahnya?Adakah penjelasan didalam sutta?

Di sutta tidak dijelaskan apakah beliau sudah mencapai kesucian tingkat tertentu sebelum bunuh diri atau tidak.

metta.
[/quote]
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Peacemind on 10 August 2010, 05:39:50 PM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 11:37:21 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 11:21:23 PM
Saya menemukan kisah Mahanama yang berniat bunuh diri dalam kitab komentar Mahāsamayasutta. Setelah raja Vidudabha mengadakan pembunuhan besar2an terhadap kaum Sakya, ia tidak membunuh kakeknya yakni Mahanama dan para pengikutnya. Namun di tengah perjalanan menuju kerajaan Kosala ketika melewati sunga Aciravati, Mahānama melakukan percobaan bunuh diri. Ia mengikat jembol kakinya dengan rambut di kepalanya dan terjun ke sungai Aciravati. Ia melakukan usaha bunuh diri karena jika ia dan para ksatria Sakya pengikutnya tidak mau makan bersama-sama dngan Raja Vidudabha, mereka akan dibunuh. Daripada dibunuh oleh Vidudabha, ia mencoba bunuh diri dengan cara di atas. Namun kemudian ia diselamatkan oleh dewa Naga. Perlu dicatat di sini bahwa Mahānama telah dikenal sebagai orang ariya yang telah mencapai kesucian anagami.
Kesimpulannya, mungkin gak seorang ariya melakukan apa yang di mata seorang puthujjana adalah tindakan bunuh diri?

Wah...tidak berani berasumsi. Mungkin lebih baik ditanyakan ke seorang ariya saja nih.. hehe...
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 10 August 2010, 09:59:55 PM
Quote from: Peacemind on 10 August 2010, 05:39:50 PM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 11:37:21 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 11:21:23 PM
Saya menemukan kisah Mahanama yang berniat bunuh diri dalam kitab komentar Mahāsamayasutta. Setelah raja Vidudabha mengadakan pembunuhan besar2an terhadap kaum Sakya, ia tidak membunuh kakeknya yakni Mahanama dan para pengikutnya. Namun di tengah perjalanan menuju kerajaan Kosala ketika melewati sunga Aciravati, Mahānama melakukan percobaan bunuh diri. Ia mengikat jembol kakinya dengan rambut di kepalanya dan terjun ke sungai Aciravati. Ia melakukan usaha bunuh diri karena jika ia dan para ksatria Sakya pengikutnya tidak mau makan bersama-sama dngan Raja Vidudabha, mereka akan dibunuh. Daripada dibunuh oleh Vidudabha, ia mencoba bunuh diri dengan cara di atas. Namun kemudian ia diselamatkan oleh dewa Naga. Perlu dicatat di sini bahwa Mahānama telah dikenal sebagai orang ariya yang telah mencapai kesucian anagami.
Kesimpulannya, mungkin gak seorang ariya melakukan apa yang di mata seorang puthujjana adalah tindakan bunuh diri?

Wah...tidak berani berasumsi. Mungkin lebih baik ditanyakan ke seorang ariya saja nih.. hehe...
OK kalau itu maunya Sam. Ntar kita hadirkan Ariyo_botax di sini heheheh.. :D
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: tesla on 11 August 2010, 07:38:13 AM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 09:33:14 PM
Quote from: pannadevi on 09 August 2010, 09:10:11 PM
[spoiler]
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 08:11:30 PM
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:30:20 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Seingat saya,
pertama, beliau mencoba bunuh diri, namun berhasil diselamatkan orang lain.
karena melihat gelagat beliau yg tidak beres, maka mau ga mau surat wasiat tsb dibuka.
padahal surat itu diharapkan dibuka setelah kematiannya.
percobaan ke2 bunuh dirinya sukses.

di surat tsb beliau menyatakan mata dhammanya telah terbuka, alias sotapanna
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:48:43 PM
seingat saya saja yah...

beliau tinggal di tempat yg sangat terpencil menyendiri
menderita bbrp penyakit, telinga gara2 mandi lumpur, jg ada masalah gara2 terlalu banyak meditasi di tempat keras.
kalau ga salah juga menderita nympho (dorongan sexual yg sangat tinggi).
ada yg menganjurkan utk lepas jubah, dan keluar dari kehidupannya yg menyendiri, beliau menolak.
& keputusan beliau utk bunuh diri memang diinspirasi oleh cerita sutta dimana bhikkhu2 yg bunuh diri berhasil mencapai kemajuan. sebaliknya, tidak ada bhikkhu2 yg lepas jubah mencapai kemajuan.
Sekadar saran, lebih baik berargumen dengan bukti dan bukan berdasarkan ingatan belaka Bro Tesla. :)
[/spoiler]

tapi info beliau udah amat membantu sy....saya aja juga sering lupa baca di buku mana.....
Memang, tapi penggalan informasi yang terpotong-potong dan sepatah-patah bisa menggiring ke pemahaman lainnya. Misalnya dikatakan ada 2x percobaan bunuh diri dan surat wasiat yang dibuka sebelum kematiannya.
Kemudian ada dikatakan mengenai Nanavira Thera menderita satyriasis dan kemudian kalimat setelahnya yang mengatakan ada yang menganjurkan untuk lepas jubah. Ini membentuk pemahaman bahwa alm. Nanavira Thera dianjurkan untuk melepas jubah karena menderita satyriasis. Sementara kalau kita baca lebih lengkap, kita dapat menyimpulkan anjuran itu bukan karena hal tersebut melainkan karena kehidupan pertapaan Nanavira Thera yang sangat keras dan cenderung menyiksa diri. Oleh karena itu saya menganjurkan untuk mengutipkan bukti dan referensi yang jelas. Demikian..

maaf, saya hanya numpang lewat... lagi sibuk dalam kehidupan perumahtangga soalnya...
ga punya waktu utk membongkar referensi lagi, jadi saya hanya bisa mengatakan apa yg ada diingatan saya.
tingkat keakuratannya jg tidak 100%, makanya saya tulis berdasarkan ingatan saja...
sekali lagi, maaf
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 11 August 2010, 07:06:44 PM
It's ok bro.. :)
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Peacemind on 11 August 2010, 07:09:51 PM
Belum ada kesimpulan nih... Kesimpulannya gimana nih?
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Indra on 11 August 2010, 09:22:48 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?

salah satu syarat pembunuhan, adalah korbannya mati, kalo gak jadi mati blm termasuk "bunuh"
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 11 August 2010, 09:47:13 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 09:22:48 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?

salah satu syarat pembunuhan, adalah korbannya mati, kalo gak jadi mati blm termasuk "bunuh"

jadi...?
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Indra on 11 August 2010, 09:50:37 PM
Quote from: pannadevi on 11 August 2010, 09:47:13 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 09:22:48 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?

salah satu syarat pembunuhan, adalah korbannya mati, kalo gak jadi mati blm termasuk "bunuh"

jadi...?


saya mencoba untuk mengemukakan fakta yg harus dijadikan pertimbangan dalam mengambil kesimpulan, saya sendiri tidak memiliki kapasitas untuk menyimpulkan
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 11 August 2010, 09:51:35 PM
Quote from: tesla on 11 August 2010, 07:38:13 AM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 09:33:14 PM
Quote from: pannadevi on 09 August 2010, 09:10:11 PM
[spoiler]
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 08:11:30 PM
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:30:20 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Seingat saya,
pertama, beliau mencoba bunuh diri, namun berhasil diselamatkan orang lain.
karena melihat gelagat beliau yg tidak beres, maka mau ga mau surat wasiat tsb dibuka.
padahal surat itu diharapkan dibuka setelah kematiannya.
percobaan ke2 bunuh dirinya sukses.

di surat tsb beliau menyatakan mata dhammanya telah terbuka, alias sotapanna
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:48:43 PM
seingat saya saja yah...

beliau tinggal di tempat yg sangat terpencil menyendiri
menderita bbrp penyakit, telinga gara2 mandi lumpur, jg ada masalah gara2 terlalu banyak meditasi di tempat keras.
kalau ga salah juga menderita nympho (dorongan sexual yg sangat tinggi).
ada yg menganjurkan utk lepas jubah, dan keluar dari kehidupannya yg menyendiri, beliau menolak.
& keputusan beliau utk bunuh diri memang diinspirasi oleh cerita sutta dimana bhikkhu2 yg bunuh diri berhasil mencapai kemajuan. sebaliknya, tidak ada bhikkhu2 yg lepas jubah mencapai kemajuan.
Sekadar saran, lebih baik berargumen dengan bukti dan bukan berdasarkan ingatan belaka Bro Tesla. :)
[/spoiler]

tapi info beliau udah amat membantu sy....saya aja juga sering lupa baca di buku mana.....
Memang, tapi penggalan informasi yang terpotong-potong dan sepatah-patah bisa menggiring ke pemahaman lainnya. Misalnya dikatakan ada 2x percobaan bunuh diri dan surat wasiat yang dibuka sebelum kematiannya.
Kemudian ada dikatakan mengenai Nanavira Thera menderita satyriasis dan kemudian kalimat setelahnya yang mengatakan ada yang menganjurkan untuk lepas jubah. Ini membentuk pemahaman bahwa alm. Nanavira Thera dianjurkan untuk melepas jubah karena menderita satyriasis. Sementara kalau kita baca lebih lengkap, kita dapat menyimpulkan anjuran itu bukan karena hal tersebut melainkan karena kehidupan pertapaan Nanavira Thera yang sangat keras dan cenderung menyiksa diri. Oleh karena itu saya menganjurkan untuk mengutipkan bukti dan referensi yang jelas. Demikian..

maaf, saya hanya numpang lewat... lagi sibuk dalam kehidupan perumahtangga soalnya...
ga punya waktu utk membongkar referensi lagi, jadi saya hanya bisa mengatakan apa yg ada diingatan saya.
tingkat keakuratannya jg tidak 100%, makanya saya tulis berdasarkan ingatan saja...
sekali lagi, maaf

maaf baru baca hari ini, kemarin tidak online.
untuk bro Tesla, info anda amat membantu saya, memang bagi saya tidak masalah, jadi ga apa2 kok. saya udah dpt judul buku aslinya, nanti klo saya luang mo nyari buku itu, anda minat? jadi ada referensi asli....gimana? utk bro Jerry thanks ya udah kasih bocoran judul aslinya....

mettacittena,
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 11 August 2010, 10:19:05 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 09:22:48 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?

salah satu syarat pembunuhan, adalah korbannya mati, kalo gak jadi mati blm termasuk "bunuh"
Meski gagal, tapi ada usaha. Dan usaha pembunuhan diri ini dimotori oleh kehendak. Kehendak ini didasari oleh tanha [vibhava-tanha]
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: ian chen on 11 August 2010, 10:25:51 PM
wow makin seru bacanya neh(maklum pendatang baru)
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Indra on 11 August 2010, 10:28:25 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 10:19:05 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 09:22:48 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?

salah satu syarat pembunuhan, adalah korbannya mati, kalo gak jadi mati blm termasuk "bunuh"
Meski gagal, tapi ada usaha. Dan usaha pembunuhan diri ini dimotori oleh kehendak. Kehendak ini didasari oleh tanha [vibhava-tanha]

dalam hal sila/vinaya, sekedar kehendak belum cukup untuk melanggar
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: gajeboh angek on 11 August 2010, 10:29:07 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 10:19:05 PM
Meski gagal, tapi ada usaha. Dan usaha pembunuhan diri ini dimotori oleh kehendak. Kehendak ini didasari oleh tanha [vibhava-tanha]

untuk menambah masalah, kalau yang niatnya maha kiriya gimana?
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 11 August 2010, 10:29:24 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 09:50:37 PM
Quote from: pannadevi on 11 August 2010, 09:47:13 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 09:22:48 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?

salah satu syarat pembunuhan, adalah korbannya mati, kalo gak jadi mati blm termasuk "bunuh"

jadi...?


saya mencoba untuk mengemukakan fakta yg harus dijadikan pertimbangan dalam mengambil kesimpulan, saya sendiri tidak memiliki kapasitas untuk menyimpulkan

nah sama, tapi TS kasih thread ini khan gunanya utk di diskusi kan, stlh ada bukti2, bisa diambil benang merahnya, walau tidak berani ambil kesimpulan paling tidak ada sesuatu yg bisa di intisarikan....
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: seniya on 11 August 2010, 10:30:30 PM
Bagaimana dengan ini???

QuoteThe commentary on Vin. III. 82 (Vin. A. 467) says:

(1) And here, not only is (oneself) not to be cast off, also by whatever other means, even by stopping eating, one is not to be killed: whoever is ill and, when there is medicine and attendants, desires to die and interrupts his food, this is wrongdoing, surely.

(2) But of whom there is a great illness, long-lasting, (and) the attending monks are wearied, are disgusted, and worry 'what now if we were to set (him) free from sickness?': if he, (thinking): 'this body being nursed does not endure, and the monks are wearied', stops eating, does not take medicine, it is acceptable (vattati).

(3) Who (thinking) 'this illness is intense, the life-activities do not persist, and this special (meditative) attainment (visesadhigamo) of mine is seen as if I can put my hand on it' stops (eating): it is acceptable, surely.

(4) Moreover, for one who is not ill, for whom a sense of religious urgency (samvega) has arisen, (thinking) 'the search of food is, indeed, an obstacle: I will just attend to the meditation object', stopping (eating) under the heading of the meditation object is acceptable.

(5) Having declared a special (meditative) attainment, he stops eating: it is not acceptable. (numbers added)

This extends the prohibition on throwing oneself off a cliff to any method of suicide, even a 'passive' method such as self-starvation (1), as used by Jain saints. It does, however, allow that some instances of selfstarvation are acceptable. It is acceptable when one has no time to collect food because one is inspired to practise a meditation intently (4), but not if one has already attained a specific meditative state and thinks one need do nothing more (cf. A. IV.22) (5). It is not acceptable if one is ill, but help is to hand (1). It is acceptable in two other cases of illness: when there is a severe, long-lasting illness, and a monk allows himself to die so as not to trouble those who attend on him (2), and where there is an intense illness, the person is clearly dying, and he knows he has attained a meditative state he had been aiming at (3). Here, self-starvation is seen as acceptable when it is because it is an unintended side-effect of a more important task (4), when it is part of a compassionate act (2), or when death is already imminent and further eating would be futile, not even allowing the completion of a meditative task(3).

Sumber: An Introduction to Buddhist Ethics oleh Peter Harvey

Jadi menurut komentar Vinaya di atas, bunuh diri diperbolehkan dalam kasus sakit yang berkepanjangan tetapi sang bhikkhu tidak mau merepotkan para perawatnya (poin 2), seorang bhikkhu yang sakit tetapi merasa pencapaian meditasinya akan berkembang jika berhenti makan (poin 3), atau dengan berpikir bahwa mengumpulkan makanan adalah halangan untuk pencapaian meditasinya dan memutuskan untuk berhenti makan (poin 4). Bunuh diri tidak dapat diterima (melanggar) jika kondisi sakit tetapi terdapat obat dan perawatan (poin 1) dan mengakui telah mencapai tingkat meditasi tertentu lalu bunuh diri (poin 5).

Sepertinya kasus Bhikkhu Nanavira itu termasuk poin 2 atau 3, jadi masih diperbolehkan menurut Vinaya.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 11 August 2010, 10:31:57 PM
Quote from: ian chen on 11 August 2010, 10:25:51 PM
wow makin seru bacanya neh(maklum pendatang baru)

dah lama ga posting ya?
itu baru posisi 7 postingan, ku krm GRP buat semangat biar sering muncul...
ayo dr pd main FB, belajar dhamma aja disini bro...

mettacittena,
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 11 August 2010, 10:35:45 PM
bro Seniya, nice post, mo kirim GRP ga bisa (waiting 720 hr)
wah ini bisa dipake data buat ujian....thanks.

mettacittena,
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 11 August 2010, 10:36:51 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 10:28:25 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 10:19:05 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 09:22:48 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?

salah satu syarat pembunuhan, adalah korbannya mati, kalo gak jadi mati blm termasuk "bunuh"
Meski gagal, tapi ada usaha. Dan usaha pembunuhan diri ini dimotori oleh kehendak. Kehendak ini didasari oleh tanha [vibhava-tanha]

dalam hal sila/vinaya, sekedar kehendak belum cukup untuk melanggar
Itu secara sila, berbeda lagi dengan maksud Sam membuat thread ini. Maksud pertanyaan Sam adalah: apakah mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan usaha bunuh diri.

Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 11 August 2010, 10:29:07 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 10:19:05 PM
Meski gagal, tapi ada usaha. Dan usaha pembunuhan diri ini dimotori oleh kehendak. Kehendak ini didasari oleh tanha [vibhava-tanha]

untuk menambah masalah, kalau yang niatnya maha kiriya gimana?
Kiriya aja aye nda tau apa dan bagaimana itu.. Apalagi Maha kiriya. :hammer:
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: ian chen on 11 August 2010, 10:41:25 PM
dah lama ga posting ya?
itu baru posisi 7 postingan, ku krm GRP buat semangat biar sering muncul...
ayo dr pd main FB, belajar dhamma aja disini bro...

mettacittena,




sering baca2 di sini,kebanyakan tanpa posting

mettacittena
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: seniya on 11 August 2010, 10:50:54 PM
Quote from: pannadevi on 11 August 2010, 10:35:45 PM
bro Seniya, nice post, mo kirim GRP ga bisa (waiting 720 hr)
wah ini bisa dipake data buat ujian....thanks.

mettacittena,

Ya, sama2, sam. Pannadevi. Btw ini belum menjawab diskusi ini apakah seorang ariya bisa melakukan bunuh diri.....

Menurut saya, seorang ariya yang masih diliputi kekotoran batin/asava (sotapanna, sakadagami, anagami) bisa melakukan bunuh diri karena kekotoran batinnya, tetapi tidak dengan seorang Arahat. Dalam Milinda Panha dijelaskan demikian:

QuoteRaja Milinda (M): "Apakah orang yang tidak akan terlahir kembali merasakan kesakitan?"

Bhikkhu Nagasena (N): "Mungkin ia merasakan kesakitan secara fisik, O Baginda, tetapi bukan kesakitan mental."

M: "Jika ia merasakan kesakitan fisik, mengapa ia tidak mati saja dan mencapai keadaan lenyapnya kemelekatan, dari menghentikan penderitaan?"

N: "Para arahat tidak memiliki kesukaan atau kebencian terhadap kehidupan. Ia tidak menebang pohon agar buahnya yang masih belum matang  jatuh, melainkan menanti sehingga buahnya masak.[/u] Karena ini dikatakan oleh Bhante Sariputta, murid utama Sang Buddha:

     'Bukanlah kematian, atau kelahiran yang saya nantikan;
     Seperti orang sewaan menanti gaji, saya menantikan waktuku.
     Bukan kematian dan kelahiran yang saya rindukan,
     Waspada dan dengan jelas mengerti,
     Beginilah saya menantikan waktuku' ."

Sumber: Milinda Panha : II, 4
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 11 August 2010, 10:51:51 PM
Quote from: ian chen on 11 August 2010, 10:41:25 PM
dah lama ga posting ya?
itu baru posisi 7 postingan, ku krm GRP buat semangat biar sering muncul...
ayo dr pd main FB, belajar dhamma aja disini bro...

mettacittena,




sering baca2 di sini,kebanyakan tanpa posting

mettacittena


bagus bro, sekarang dah tahu, jadi mulai donk posting2, mumpung anda juga kenal baik ama TS...nanya apa gtu....krn thread ini juga menarik, seorang Ariya mungkin ga melakukan bunuh diri?

mettacittena,
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Indra on 11 August 2010, 10:52:29 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 10:36:51 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 10:28:25 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 10:19:05 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 09:22:48 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?

salah satu syarat pembunuhan, adalah korbannya mati, kalo gak jadi mati blm termasuk "bunuh"
Meski gagal, tapi ada usaha. Dan usaha pembunuhan diri ini dimotori oleh kehendak. Kehendak ini didasari oleh tanha [vibhava-tanha]

dalam hal sila/vinaya, sekedar kehendak belum cukup untuk melanggar
Itu secara sila, berbeda lagi dengan maksud Sam membuat thread ini. Maksud pertanyaan Sam adalah: apakah mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan usaha bunuh diri.


nah, kalau "misalnya" saya seorang arahat yg konon tidak mungkin membunuh, trus kalo gue mau bunuh diri, ente mau apa? kan gue udah bebas, bunuh siapapun gak akan kenapa2 apalagi cuma bunuh diri. dengan mengesampingkan Vinaya, maka adalah MUNGKIN saja seorang ariya bunuh diri
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 11 August 2010, 10:58:10 PM
Quote from: seniya on 11 August 2010, 10:50:54 PM
Quote from: pannadevi on 11 August 2010, 10:35:45 PM
bro Seniya, nice post, mo kirim GRP ga bisa (waiting 720 hr)
wah ini bisa dipake data buat ujian....thanks.

mettacittena,

Ya, sama2, sam. Pannadevi. Btw ini belum menjawab diskusi ini apakah seorang ariya bisa melakukan bunuh diri.....

Menurut saya, seorang ariya yang masih diliputi kekotoran batin/asava (sotapanna, sakadagami, anagami) bisa melakukan bunuh diri karena kekotoran batinnya, tetapi tidak dengan seorang Arahat. Dalam Milinda Panha dijelaskan demikian:

QuoteRaja Milinda (M): "Apakah orang yang tidak akan terlahir kembali merasakan kesakitan?"

Bhikkhu Nagasena (N): "Mungkin ia merasakan kesakitan secara fisik, O Baginda, tetapi bukan kesakitan mental."

M: "Jika ia merasakan kesakitan fisik, mengapa ia tidak mati saja dan mencapai keadaan lenyapnya kemelekatan, dari menghentikan penderitaan?"

N: "Para arahat tidak memiliki kesukaan atau kebencian terhadap kehidupan. Ia tidak menebang pohon agar buahnya yang masih belum matang  jatuh, melainkan menanti sehingga buahnya masak.[/u] Karena ini dikatakan oleh Bhante Sariputta, murid utama Sang Buddha:

     'Bukanlah kematian, atau kelahiran yang saya nantikan;
     Seperti orang sewaan menanti gaji, saya menantikan waktuku.
     Bukan kematian dan kelahiran yang saya rindukan,
     Waspada dan dengan jelas mengerti,
     Beginilah saya menantikan waktuku' ."

Sumber: Milinda Panha : II, 4

berarti bisa melakukan bunuh diri, dan tidak terjatuh ke alam menderita (4 alam menyedihkan).....
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 11 August 2010, 11:03:06 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 10:52:29 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 10:36:51 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 10:28:25 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 10:19:05 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 09:22:48 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?

salah satu syarat pembunuhan, adalah korbannya mati, kalo gak jadi mati blm termasuk "bunuh"
Meski gagal, tapi ada usaha. Dan usaha pembunuhan diri ini dimotori oleh kehendak. Kehendak ini didasari oleh tanha [vibhava-tanha]

dalam hal sila/vinaya, sekedar kehendak belum cukup untuk melanggar
Itu secara sila, berbeda lagi dengan maksud Sam membuat thread ini. Maksud pertanyaan Sam adalah: apakah mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan usaha bunuh diri.


nah, kalau "misalnya" saya seorang arahat yg konon tidak mungkin membunuh, trus kalo gue mau bunuh diri, ente mau apa? kan gue udah bebas, bunuh siapapun gak akan kenapa2 apalagi cuma bunuh diri. dengan mengesampingkan Vinaya, maka adalah MUNGKIN saja seorang ariya bunuh diri
Ane ngga mau apa2 koq gan.. Kan hanya mencari sebuah kesimpulan. :D
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 11 August 2010, 11:10:19 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 11:03:06 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 10:52:29 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 10:36:51 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 10:28:25 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 10:19:05 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 09:22:48 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?

salah satu syarat pembunuhan, adalah korbannya mati, kalo gak jadi mati blm termasuk "bunuh"
Meski gagal, tapi ada usaha. Dan usaha pembunuhan diri ini dimotori oleh kehendak. Kehendak ini didasari oleh tanha [vibhava-tanha]

dalam hal sila/vinaya, sekedar kehendak belum cukup untuk melanggar
Itu secara sila, berbeda lagi dengan maksud Sam membuat thread ini. Maksud pertanyaan Sam adalah: apakah mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan usaha bunuh diri.


nah, kalau "misalnya" saya seorang arahat yg konon tidak mungkin membunuh, trus kalo gue mau bunuh diri, ente mau apa? kan gue udah bebas, bunuh siapapun gak akan kenapa2 apalagi cuma bunuh diri. dengan mengesampingkan Vinaya, maka adalah MUNGKIN saja seorang ariya bunuh diri
Ane ngga mau apa2 koq gan.. Kan hanya mencari sebuah kesimpulan. :D

iya bro batara Indra, kita2 semua disini khan berusaha mencari kesimpulan atau jawaban....bukan mau apa2....(kasihan deh bro Jerry jadi takut ama Batara Indra...) saya juga masih menunggu TS nya nih...kok belum kasih tanggapan apapun....
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Indra on 11 August 2010, 11:10:46 PM
Quote from: pannadevi on 11 August 2010, 10:58:10 PM
Quote from: seniya on 11 August 2010, 10:50:54 PM
Quote from: pannadevi on 11 August 2010, 10:35:45 PM
bro Seniya, nice post, mo kirim GRP ga bisa (waiting 720 hr)
wah ini bisa dipake data buat ujian....thanks.

mettacittena,

Ya, sama2, sam. Pannadevi. Btw ini belum menjawab diskusi ini apakah seorang ariya bisa melakukan bunuh diri.....

Menurut saya, seorang ariya yang masih diliputi kekotoran batin/asava (sotapanna, sakadagami, anagami) bisa melakukan bunuh diri karena kekotoran batinnya, tetapi tidak dengan seorang Arahat. Dalam Milinda Panha dijelaskan demikian:

QuoteRaja Milinda (M): "Apakah orang yang tidak akan terlahir kembali merasakan kesakitan?"

Bhikkhu Nagasena (N): "Mungkin ia merasakan kesakitan secara fisik, O Baginda, tetapi bukan kesakitan mental."

M: "Jika ia merasakan kesakitan fisik, mengapa ia tidak mati saja dan mencapai keadaan lenyapnya kemelekatan, dari menghentikan penderitaan?"

N: "Para arahat tidak memiliki kesukaan atau kebencian terhadap kehidupan. Ia tidak menebang pohon agar buahnya yang masih belum matang  jatuh, melainkan menanti sehingga buahnya masak.[/u] Karena ini dikatakan oleh Bhante Sariputta, murid utama Sang Buddha:

     'Bukanlah kematian, atau kelahiran yang saya nantikan;
     Seperti orang sewaan menanti gaji, saya menantikan waktuku.
     Bukan kematian dan kelahiran yang saya rindukan,
     Waspada dan dengan jelas mengerti,
     Beginilah saya menantikan waktuku' ."

Sumber: Milinda Panha : II, 4

berarti bisa melakukan bunuh diri, dan tidak terjatuh ke alam menderita (4 alam menyedihkan).....

seorang ariya tidak mungkin terlahir kembali di alam sengsara, pasti mencapai kebebasan dalam max 7 kali kelahiran
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: pannadevi on 11 August 2010, 11:30:08 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 11:10:46 PM
Quote from: pannadevi on 11 August 2010, 10:58:10 PM
Quote from: seniya on 11 August 2010, 10:50:54 PM
Quote from: pannadevi on 11 August 2010, 10:35:45 PM
bro Seniya, nice post, mo kirim GRP ga bisa (waiting 720 hr)
wah ini bisa dipake data buat ujian....thanks.

mettacittena,

Ya, sama2, sam. Pannadevi. Btw ini belum menjawab diskusi ini apakah seorang ariya bisa melakukan bunuh diri.....

Menurut saya, seorang ariya yang masih diliputi kekotoran batin/asava (sotapanna, sakadagami, anagami) bisa melakukan bunuh diri karena kekotoran batinnya, tetapi tidak dengan seorang Arahat. Dalam Milinda Panha dijelaskan demikian:

QuoteRaja Milinda (M): "Apakah orang yang tidak akan terlahir kembali merasakan kesakitan?"

Bhikkhu Nagasena (N): "Mungkin ia merasakan kesakitan secara fisik, O Baginda, tetapi bukan kesakitan mental."

M: "Jika ia merasakan kesakitan fisik, mengapa ia tidak mati saja dan mencapai keadaan lenyapnya kemelekatan, dari menghentikan penderitaan?"

N: "Para arahat tidak memiliki kesukaan atau kebencian terhadap kehidupan. Ia tidak menebang pohon agar buahnya yang masih belum matang  jatuh, melainkan menanti sehingga buahnya masak.[/u] Karena ini dikatakan oleh Bhante Sariputta, murid utama Sang Buddha:

     'Bukanlah kematian, atau kelahiran yang saya nantikan;
     Seperti orang sewaan menanti gaji, saya menantikan waktuku.
     Bukan kematian dan kelahiran yang saya rindukan,
     Waspada dan dengan jelas mengerti,
     Beginilah saya menantikan waktuku' ."

Sumber: Milinda Panha : II, 4

berarti bisa melakukan bunuh diri, dan tidak terjatuh ke alam menderita (4 alam menyedihkan).....

seorang ariya tidak mungkin terlahir kembali di alam sengsara, pasti mencapai kebebasan dalam max 7 kali kelahiran

iya sama bro.... ;D
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Peacemind on 12 August 2010, 08:02:13 AM
Quote from: seniya on 11 August 2010, 10:30:30 PM
Bagaimana dengan ini???

QuoteThe commentary on Vin. III. 82 (Vin. A. 467) says:

(1) And here, not only is (oneself) not to be cast off, also by whatever other means, even by stopping eating, one is not to be killed: whoever is ill and, when there is medicine and attendants, desires to die and interrupts his food, this is wrongdoing, surely.

(2) But of whom there is a great illness, long-lasting, (and) the attending monks are wearied, are disgusted, and worry 'what now if we were to set (him) free from sickness?': if he, (thinking): 'this body being nursed does not endure, and the monks are wearied', stops eating, does not take medicine, it is acceptable (vattati).

(3) Who (thinking) 'this illness is intense, the life-activities do not persist, and this special (meditative) attainment (visesadhigamo) of mine is seen as if I can put my hand on it' stops (eating): it is acceptable, surely.

(4) Moreover, for one who is not ill, for whom a sense of religious urgency (samvega) has arisen, (thinking) 'the search of food is, indeed, an obstacle: I will just attend to the meditation object', stopping (eating) under the heading of the meditation object is acceptable.

(5) Having declared a special (meditative) attainment, he stops eating: it is not acceptable. (numbers added)

This extends the prohibition on throwing oneself off a cliff to any method of suicide, even a 'passive' method such as self-starvation (1), as used by Jain saints. It does, however, allow that some instances of selfstarvation are acceptable. It is acceptable when one has no time to collect food because one is inspired to practise a meditation intently (4), but not if one has already attained a specific meditative state and thinks one need do nothing more (cf. A. IV.22) (5). It is not acceptable if one is ill, but help is to hand (1). It is acceptable in two other cases of illness: when there is a severe, long-lasting illness, and a monk allows himself to die so as not to trouble those who attend on him (2), and where there is an intense illness, the person is clearly dying, and he knows he has attained a meditative state he had been aiming at (3). Here, self-starvation is seen as acceptable when it is because it is an unintended side-effect of a more important task (4), when it is part of a compassionate act (2), or when death is already imminent and further eating would be futile, not even allowing the completion of a meditative task(3).

Sumber: An Introduction to Buddhist Ethics oleh Peter Harvey

Jadi menurut komentar Vinaya di atas, bunuh diri diperbolehkan dalam kasus sakit yang berkepanjangan tetapi sang bhikkhu tidak mau merepotkan para perawatnya (poin 2), seorang bhikkhu yang sakit tetapi merasa pencapaian meditasinya akan berkembang jika berhenti makan (poin 3), atau dengan berpikir bahwa mengumpulkan makanan adalah halangan untuk pencapaian meditasinya dan memutuskan untuk berhenti makan (poin 4). Bunuh diri tidak dapat diterima (melanggar) jika kondisi sakit tetapi terdapat obat dan perawatan (poin 1) dan mengakui telah mencapai tingkat meditasi tertentu lalu bunuh diri (poin 5).

Sepertinya kasus Bhikkhu Nanavira itu termasuk poin 2 atau 3, jadi masih diperbolehkan menurut Vinaya.

Btw, pernyataan di atas merujuk kepada para bhikkhu saja atau juga temasuk mereka yang telah mencapai kesucian? Untuk kasus nomor 4 saya ingat cerita para bhikkhu pada zaman Buddha Kassapa yang pergi ke gunung dan hanya meditasi tanpa makan. Tapi mereka waktu itu belum mencapai kesucian, meskipun pada akhirnya ada beberapa yang mencapai kesucian. Di Sri Lanka ada kasus kelaparan yang melanda Sri Lanka selama 12 tahun. Karena sulitnya mendapatkan makanan, 24.000 arahat berhenti berpindapata, hanya duduk bermeditasi sampai mereka semua meninggal. Apakah ini juga bunuh diri? :)


[at] Sdr Jerry:

Kalau mengutip kejadian Mahanama, memang ada kemungkinan kasus bunuh diri untuk seorang yang telah mencapai kesucian ada. Tapi hanya asumsi semata stelah mengutip kejadian Mahanama di Kitab komentar. Untuk yang sebenarnya, ah..lebih baik bertanya kepada seorang ariya.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Sumedho on 12 August 2010, 08:16:20 AM
ini menjadi topik kontroversi lagi, apakah bunuh diri itu pasti "jatuh" ke alam rendah. Harus kita lihat lagi apa yg membuat seseorang "jatuh", yah ketika mau meninggal itu misalnya.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: DragonHung on 12 August 2010, 02:43:41 PM
Kalo orang biasa bunuh diri pasti permasalahan yg meliputi pikirannya ialah strees, jalan buntu, kecewa serta segudang perasaan negatif lainnya.  Makanya tidak heran orang biasa bunuh diri trus jatuh ke alam sengsara.
Pasti tidak ada orang biasa yg bunuh diri karena terlalu bahagia atau karena menang lotre trus mau bunuh diri.

Kalo untuk orang suci, gak bisa kasih komen deh
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 12 August 2010, 06:44:52 PM
 [at] Sam
Cerita menarik mengenai yang Sri Lanka itu. Kalau begitu biar nambah pelik lagi, kasus Sang Buddha pun bisa dimasukkan dalam kategori bunuh diri menurut pikiran puthujjana. Karena udah tau makanan beracun tapi masih dimakan juga.
Kalau dijawab para ariya tidak melakukan bunuh diri karena memang tidak ada diri yang dibunuh, nanti dibilang jawaban klise lagi. :|

Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: seniya on 12 August 2010, 07:20:15 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 11:10:46 PM
Quote from: pannadevi on 11 August 2010, 10:58:10 PM

berarti bisa melakukan bunuh diri, dan tidak terjatuh ke alam menderita (4 alam menyedihkan).....

seorang ariya tidak mungkin terlahir kembali di alam sengsara, pasti mencapai kebebasan dalam max 7 kali kelahiran

Jadi bingung juga, tetapi kenyataannya terdapat beberapa contoh di mana seorang ariya memilih untuk mengakhiri hidupnya (istilah "bunuh diri" kayaknya lebih berkonotasi negatif), seperti disebutkan pada awal thread ini.....

Jika mengatakan seorang ariya yang mengakhiri hidupnya karena kekotoran batin akan terlahir di alam menderita, maka sama dengan mengatakan kejatuhan/kemunduran seorang ariya, padahal para ariya tidak akan mundur dari Magga dan Phala, bahkan seorang Sotapanna yang dikatakan telah memasuki arus kesucian dan tidak akan mundur/jatuh lagi.....

Mungkin seorang ariya tidak akan terlahir kembali di alam menderita walaupun mengakhiri hidupnya karena kekotoran batin (asava). Hal ini karena setitik kekotoran batin yang timbul saat mengakhir hidupnya tidak menodai kesucian batinnya, seperti sesendok garam yang dimasukkan ke dalam sebuah kolam tidak akan mengubah/mempengaruhi rasa air kolam tersebut.

[at] peacemind:

Itu kan peraturan Vinaya yang berlaku untuk semua anggota Sangha apakah masih putthujana ataupun sudah ariya......

Untuk kasus para Arahat di Sri Lanka yang berhenti berpindapatta dan bermeditasi sampai mati memang bunuh diri, tetapi menurut saya itu mungkin tidak dipicu oleh kekotoran batin (keinginan untuk mengakhiri hidup/vibhava tanha), melainkan pertimbangan kondisi sulit saat itu. Jika mereka tetap berpindapatta, kemungkinan besar tetap tidak akan mendapatkan makanan dan bisa merepotkan para umat yang berbakti (tentunya umat yang berbakti akan berusaha memberikan makanan kepada mereka bagaimana pun caranya, dan bisa saja melakukan hal yang ekstrem seperti memberikan daging sendiri untuk dimasak).

Btw dengan duduk bermeditasi menanti datangnya kematian merupakan upaya mengakhiri hidup yang pasif, sehingga masih bisa ditolerir daripada tindakan yang aktif (langsung melakukan upaya nyata untuk segera mengakhiri hidup, misalnya menjatuhkan diri dari tebing yang curam). Juga hal ini bisa dipandang sebagai tindakan "menghitung hari" seperti syair YA Sariputta dari Milinda Panha di atas:

"Bukanlah kematian, atau kelahiran yang saya nantikan;
Seperti orang sewaan menanti gaji, saya menantikan waktuku.
Bukan kematian dan kelahiran yang saya rindukan,
Waspada dan dengan jelas mengerti,
Beginilah saya menantikan waktuku."
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Adhitthana on 12 August 2010, 10:47:18 PM
Dengar dari Ceramah dan seminar  ;D

Pada suatu saat ada sekelompok Bhikkhu di hutan berlatih meditasi dengan objek meditasi Asubha ....
selang bebrapa lama .... ada bebrapa Bhikkhu melakukan bunuh diri di karnakan merasa jijik dengan tubuh sendiri
kemudian Sang Buddha mengetahui kejadian ini ..... lalu mulai saat itu di terapkan peraturan (vinaya)
para Bhikkhu tidak bole melakukan bunuh diri .....

Tidak dijelaskan ada sutta dimana ato sudah dijelaskan tapi gw lupa  :hammer:
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Indra on 12 August 2010, 11:14:51 PM
Quote from: Virya on 12 August 2010, 10:47:18 PM
Dengar dari Ceramah dan seminar  ;D

Pada suatu saat ada sekelompok Bhikkhu di hutan berlatih meditasi dengan objek meditasi Asubha ....
selang bebrapa lama .... ada bebrapa Bhikkhu melakukan bunuh diri di karnakan merasa jijik dengan tubuh sendiri
kemudian Sang Buddha mengetahui kejadian ini ..... lalu mulai saat itu di terapkan peraturan (vinaya)
para Bhikkhu tidak bole melakukan bunuh diri .....

Tidak dijelaskan ada sutta dimana ato sudah dijelaskan tapi gw lupa  :hammer:


ada di Samyutta Nikaya, tapi lupa sebelah kanan, kiri, depan atau belakang. dan gak diceritakan apakah mereka Ariya atau bukan
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Peacemind on 12 August 2010, 11:35:03 PM
Quote from: Jerry on 12 August 2010, 06:44:52 PM
[at] Sam
Cerita menarik mengenai yang Sri Lanka itu. Kalau begitu biar nambah pelik lagi, kasus Sang Buddha pun bisa dimasukkan dalam kategori bunuh diri menurut pikiran puthujjana. Karena udah tau makanan beracun tapi masih dimakan juga.
Kalau dijawab para ariya tidak melakukan bunuh diri karena memang tidak ada diri yang dibunuh, nanti dibilang jawaban klise lagi. :|



Emang makanan itu beracunkah? Justru menurut kitab Komentar, makanan yang dipersembahkan Cunda sangat lezat. Ditambahkan jika Sang Buddha tidak makan sukkaramaddava, rasa sakit yang akan diderita akan terasa lebih dahsyat. Makanan itu sesungguhnya membantu beliau untuk memperingan perasaan sakitnya.

[at] Seniya: Dalam konteks yang dibicarakan memang demikianlah adanya, dan demikian yang tertulis dalam kitabnya. Sesuai dengan konteks yang ada tentunya berdasarkan pada kitab komentar yang tercatat, saya setuju dengan anda.

[at] Viriya: Cerita yang anda berikan ada dalam kisah yang melatar belakangi munculnya peraturan Parajika ketiga yakni membunuh manusia. Sebenarnya setelah kejadian para bhikkhu yang bunuh diri dan juga dibunuh bhikkhu lain setelah mereka jijik dengan tubuh mereka, Sang BUddha tidak memberikan peraturan bahwa seorang bhikkhu tidak seharusnya bunuh diri, tetapi beliau memberikan peraturan bahwa seorang bhikku tidak boleh membunuh manusia. Jika membunuh manusia, ia melanggar peraturan parajikan dan harus dikeluarkan dari sangha. Peraturan ini dikeluarkan karena bhikkhu Migalaṇḍika membantu membunuh para bhikkhu yang jijik dengan tubuh mereka.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Peacemind on 12 August 2010, 11:41:05 PM
Quote from: Indra on 12 August 2010, 11:14:51 PM
Quote from: Virya on 12 August 2010, 10:47:18 PM
Dengar dari Ceramah dan seminar  ;D

Pada suatu saat ada sekelompok Bhikkhu di hutan berlatih meditasi dengan objek meditasi Asubha ....
selang bebrapa lama .... ada bebrapa Bhikkhu melakukan bunuh diri di karnakan merasa jijik dengan tubuh sendiri
kemudian Sang Buddha mengetahui kejadian ini ..... lalu mulai saat itu di terapkan peraturan (vinaya)
para Bhikkhu tidak bole melakukan bunuh diri .....

Tidak dijelaskan ada sutta dimana ato sudah dijelaskan tapi gw lupa  :hammer:


ada di Samyutta Nikaya, tapi lupa sebelah kanan, kiri, depan atau belakang. dan gak diceritakan apakah mereka Ariya atau bukan

Yap, cerita ini juga ada di Samyuttanikaya, tepatnya di bagian Mahāvagga, Vesālīsutta.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 13 August 2010, 01:35:59 AM
Quote from: Peacemind on 12 August 2010, 11:35:03 PM
Quote from: Jerry on 12 August 2010, 06:44:52 PM
[at] Sam
Cerita menarik mengenai yang Sri Lanka itu. Kalau begitu biar nambah pelik lagi, kasus Sang Buddha pun bisa dimasukkan dalam kategori bunuh diri menurut pikiran puthujjana. Karena udah tau makanan beracun tapi masih dimakan juga.
Kalau dijawab para ariya tidak melakukan bunuh diri karena memang tidak ada diri yang dibunuh, nanti dibilang jawaban klise lagi. :|

Emang makanan itu beracunkah? Justru menurut kitab Komentar, makanan yang dipersembahkan Cunda sangat lezat. Ditambahkan jika Sang Buddha tidak makan sukkaramaddava, rasa sakit yang akan diderita akan terasa lebih dahsyat. Makanan itu sesungguhnya membantu beliau untuk memperingan perasaan sakitnya.
Kalau begitu bukan makanan melainkan usia tua? Tapi di mana-mana, entah sumber internal buddhisme atau eksternal luar buddhisme pasti menceritakan bahwa makanan tersebut lah yang menyebabkan Sang Buddha mangkat. Bagaimana Sam bisa meluruskan hal yang sudah diterima secara luas? Mungkin dengan menerbitkan karya Sam dan meluruskan yang sebenarnya? :D

be happy
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 13 August 2010, 01:42:01 AM
Quote from: Virya on 12 August 2010, 10:47:18 PM
Dengar dari Ceramah dan seminar  ;D

Pada suatu saat ada sekelompok Bhikkhu di hutan berlatih meditasi dengan objek meditasi Asubha ....
selang bebrapa lama .... ada bebrapa Bhikkhu melakukan bunuh diri di karnakan merasa jijik dengan tubuh sendiri
kemudian Sang Buddha mengetahui kejadian ini ..... lalu mulai saat itu di terapkan peraturan (vinaya)
para Bhikkhu tidak bole melakukan bunuh diri .....

Tidak dijelaskan ada sutta dimana ato sudah dijelaskan tapi gw lupa  :hammer:

Gak diceritakan tentang pencapaian mereka, ini terjadi ketika Sang Buddha mengajarkan meditasi dengan tema asubha dan kemudian Sang Buddha pergi menyepi. Ketika kembali Sang Buddha menyadari peserta retreat :hammer: para bhikkhu menjadi sangat berkurang. Ananda menceritakan hal tersebut dan Sang Buddha lalu membabarkan Anapanasati karena nafas adalah objek yang netral. Oleh karenanya, berhati2lah dalam mengembangkan asubha.
Tapi menurut saya sebenarnya tema asubha sangat penting untuk menumbuh-kembangkan kualitas nibbida. Tentu saja khususnya bagi mereka yang telah meninggalkan keduniawian dan bertekad merealisasi Nibbana.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: seniya on 13 August 2010, 07:29:44 AM
Quote from: Jerry on 13 August 2010, 01:35:59 AM

Kalau begitu bukan makanan melainkan usia tua? Tapi di mana-mana, entah sumber internal buddhisme atau eksternal luar buddhisme pasti menceritakan bahwa makanan tersebut lah yang menyebabkan Sang Buddha mangkat. Bagaimana Sam bisa meluruskan hal yang sudah diterima secara luas? Mungkin dengan menerbitkan karya Sam dan meluruskan yang sebenarnya? :D

be happy

Bukannya itu udah ada di RAPB.......
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: gajeboh angek on 13 August 2010, 08:53:43 AM
Loh, bukannya Sammasambuddha cuma bisa parinibanna jika memang dikehendaki sendiri?
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Peacemind on 13 August 2010, 09:31:40 AM
Quote from: seniya on 13 August 2010, 07:29:44 AM
Quote from: Jerry on 13 August 2010, 01:35:59 AM

Kalau begitu bukan makanan melainkan usia tua? Tapi di mana-mana, entah sumber internal buddhisme atau eksternal luar buddhisme pasti menceritakan bahwa makanan tersebut lah yang menyebabkan Sang Buddha mangkat. Bagaimana Sam bisa meluruskan hal yang sudah diterima secara luas? Mungkin dengan menerbitkan karya Sam dan meluruskan yang sebenarnya? :D

be happy

Bukannya itu udah ada di RAPB.......

Betul, dan bisa dilihat dalam kitab Komentar Mahāparinibbānasutta.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: yasavaddhano on 13 August 2010, 10:32:36 AM
Quote from: Peacemind on 13 August 2010, 09:31:40 AM
Quote from: seniya on 13 August 2010, 07:29:44 AM
Quote from: Jerry on 13 August 2010, 01:35:59 AM

Kalau begitu bukan makanan melainkan usia tua? Tapi di mana-mana, entah sumber internal buddhisme atau eksternal luar buddhisme pasti menceritakan bahwa makanan tersebut lah yang menyebabkan Sang Buddha mangkat. Bagaimana Sam bisa meluruskan hal yang sudah diterima secara luas? Mungkin dengan menerbitkan karya Sam dan meluruskan yang sebenarnya? :D

be happy

Bukannya itu udah ada di RAPB.......

Betul, dan bisa dilihat dalam kitab Komentar Mahāparinibbānasutta.
..... . Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Ananda," Di kemudian hari, Ananda, mungkin ada orang yang menyesali Cunda, si pandai besi, dengan mengatakan," Anda tidak mendapat pahala apa-apa, sahabat Cunda, tetapi justru mendapat rugi karena setelah Sang Tathagata makan di rumah anda untuk terakhir kali, Beliau harus mangkat." Dan Ananda, penyesalan Cunda harus dihilangkan dengan cara seperti ini,"Sesungguhnya merupakan keuntungan, sahabat Cunda, bahwa dari kamulah Sang Tathagata memperoleh hidangan yang terakhir, sebelum Beliau mangkat. Karena dari Sang Bhagava sendiri aku mendengar dan diberitahu," Terdapat 2 persembahan makanan yang akan memberikan buah yg sama, yg akan memberi akibat yg sama, dalam kemuliaannya melampaui buah dan akibat dari persembahan makanan yg manapun juga. Apakah 2 persembahan makanan itu? Yang pertama ialah persembahan makanan sebelum Sang Tathagata mencapai Penerangan Agung, Penerangan Sempurna yang tiada bandingannya. Dan yang kedua ialah hidangan yang disantap oleh Tathagata,sebelum Beliau mencapai parinibbana, ketika tidak lagi tersisa unsur-unsur kemelekatan.
Dengan persembahan itu Cunda telah menghimpun jasa sehingga ia akan memperoleh umur panjang, keindahan rupa, kesejahteraan, kemuliaan, kelahiran dalam alam-alam surga dan kedudukan yang tinggi.
Dengan cara ini, Ananda, penyesalan dari Cunda harus dihilangkan.
( dikutip dari Mahāparinibbāna sutta ).
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Sumedho on 13 August 2010, 10:56:24 AM
 [at] PeaceMind: Sam, kalau ada yg buat komentar lagi tapi beda versi bagaimana?
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Peacemind on 13 August 2010, 11:13:26 AM
Quote from: Sumedho on 13 August 2010, 10:56:24 AM
[at] PeaceMind: Sam, kalau ada yg buat komentar lagi tapi beda versi bagaimana?

Siapapun kan boleh berkomentar.... hehehe.... tapi tentu harus diselidiki apakah komentarnya masuk akal atau tidak.
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 13 August 2010, 09:42:30 PM
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 13 August 2010, 08:53:43 AM
Loh, bukannya Sammasambuddha cuma bisa parinibanna jika memang dikehendaki sendiri?
Kalo gitu bener dong 'bunuh diri'? Andaikan ini istilah dari perspektif seorang awam, puthujjana, yang tidak mengenal ajaran Buddha. Bagaimana menjelaskannya bahwa itu bukan bunuh diri? :)
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Indra on 13 August 2010, 10:40:55 PM
Quote from: Jerry on 13 August 2010, 09:42:30 PM
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 13 August 2010, 08:53:43 AM
Loh, bukannya Sammasambuddha cuma bisa parinibanna jika memang dikehendaki sendiri?
Kalo gitu bener dong 'bunuh diri'? Andaikan ini istilah dari perspektif seorang awam, puthujjana, yang tidak mengenal ajaran Buddha. Bagaimana menjelaskannya bahwa itu bukan bunuh diri? :)

itu adalah Dhammata
Title: Re: Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?
Post by: Jerry on 13 August 2010, 10:57:13 PM
Quote from: Indra on 13 August 2010, 10:40:55 PM
Quote from: Jerry on 13 August 2010, 09:42:30 PM
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 13 August 2010, 08:53:43 AM
Loh, bukannya Sammasambuddha cuma bisa parinibanna jika memang dikehendaki sendiri?
Kalo gitu bener dong 'bunuh diri'? Andaikan ini istilah dari perspektif seorang awam, puthujjana, yang tidak mengenal ajaran Buddha. Bagaimana menjelaskannya bahwa itu bukan bunuh diri? :)

itu adalah Dhammata
Oh OK..