News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?

Started by Peacemind, 09 August 2010, 12:03:45 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Peacemind

Saya menemukan kisah Mahanama yang berniat bunuh diri dalam kitab komentar Mahāsamayasutta. Setelah raja Vidudabha mengadakan pembunuhan besar2an terhadap kaum Sakya, ia tidak membunuh kakeknya yakni Mahanama dan para pengikutnya. Namun di tengah perjalanan menuju kerajaan Kosala ketika melewati sunga Aciravati, Mahānama melakukan percobaan bunuh diri. Ia mengikat jembol kakinya dengan rambut di kepalanya dan terjun ke sungai Aciravati. Ia melakukan usaha bunuh diri karena jika ia dan para ksatria Sakya pengikutnya tidak mau makan bersama-sama dngan Raja Vidudabha, mereka akan dibunuh. Daripada dibunuh oleh Vidudabha, ia mencoba bunuh diri dengan cara di atas. Namun kemudian ia diselamatkan oleh dewa Naga. Perlu dicatat di sini bahwa Mahānama telah dikenal sebagai orang ariya yang telah mencapai kesucian anagami.

Jerry

Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 11:21:23 PM
Saya menemukan kisah Mahanama yang berniat bunuh diri dalam kitab komentar Mahāsamayasutta. Setelah raja Vidudabha mengadakan pembunuhan besar2an terhadap kaum Sakya, ia tidak membunuh kakeknya yakni Mahanama dan para pengikutnya. Namun di tengah perjalanan menuju kerajaan Kosala ketika melewati sunga Aciravati, Mahānama melakukan percobaan bunuh diri. Ia mengikat jembol kakinya dengan rambut di kepalanya dan terjun ke sungai Aciravati. Ia melakukan usaha bunuh diri karena jika ia dan para ksatria Sakya pengikutnya tidak mau makan bersama-sama dngan Raja Vidudabha, mereka akan dibunuh. Daripada dibunuh oleh Vidudabha, ia mencoba bunuh diri dengan cara di atas. Namun kemudian ia diselamatkan oleh dewa Naga. Perlu dicatat di sini bahwa Mahānama telah dikenal sebagai orang ariya yang telah mencapai kesucian anagami.
Kesimpulannya, mungkin gak seorang ariya melakukan apa yang di mata seorang puthujjana adalah tindakan bunuh diri?
appamadena sampadetha

bond

#32
Quote from: pannadevi on 09 August 2010, 09:00:53 PM
Quote from: bond on 09 August 2010, 07:06:16 PM
Mungkin ini pernah dibahas dan mungkin jawabannya sama yakni 'tanpa aku' tetapi karena muncul kembali topiknya bahas lagi biar detil  ;D

Bagaimana dengan YM. Ananda, ketika sebelum meninggal beliau membakar diri sendiri? apakah itu bunuh diri?( kalau bisa jangan jawabannya tidak ada diri yang dibunuh ya/klise  ^-^)
dan mempertontonkan kesaktian di dua penduduk desa, dimana ia terbang di atas sungai dan kemudian membakar diri? Apakah itu tidak melanggar vinaya dengan mempertontonkan abinna walaupun niatnya baik?

Tidakkah ada cara lain menghilang begitu saja tanpa diketahui orang lain sama sekali. sehingga tidak ada spekulasi bunuh diri atau mempertontonkan kesaktian.
Dan saat itu pun sayang sekali tidak ada Sang Buddha lagi.  Adakah yang mengetahui kedetilan batin YM. Ananda saat itu atau hanya asumsi saja?

Adakah penjelasan detil seperti Sang Buddha menjelaskan tentang Pilinda Vacca ataupun YM. Pindola, YM. Bhikkhu Canna dalam kasus YM. Ananda membakar diri dimasa setelah tidak ada lagi Sang Buddha.

Dalam kasus Bhikkhu Canna jika dalam penjelasan sebelum meninggal beliau mencapai arahat, apakah mungkin sebelum menggorok lehernya sudah mencapai tingkat kesucian di bawahnya?Adakah penjelasan didalam sutta?

metta.

wah....udah balik dari tugas maha secret ya mr.Bond....
met datang....GRP krm dlu deh buat ngucapin met datang....

sebenarnya itu pula yg saya pikirkan, tindakan mereka lantas masuk dalam kategori apa? karena jelas2 membunuh diri sendiri....tetapi klo Ven.Ananda memang ini masih sedikit referensi nya....wlu pun arahat telah terbebas dari vipaka, karena tidak terlahir kembali, tapi sy tetap merasa ganjil, namun krn ada referensi Tipitaka yang mana sang Buddha sendiri yg membabarkan, jadi saya menyimak dlu aja deh....TS nya semoga memberikan detailnya....

mr.Bond tolong donk di quote kan yg ini "Pilinda Vacca ataupun YM. Pindola", bagi saya baru kali ini dengar, kalo Ven.Godhika dan Ven.Channa udah baca di Tipitaka, sedang yg ini belum....thanks sblm n se sdhnya...
mettacittena,

Kalau yang Pilinda Vacca dan YM. Pindola bukan kasus bunuh diri, saya memberikan contoh kasus itu sebagai hal yang berhubungan semasa Sang Buddha masih hidup dimana SB bisa melihat batin mereka yang secara kasat mata seperti melanggar vinaya. Kenyataanya tidak melanggar sama sekali.

Untuk mengetahui tentang nanavira sebenarnya mudah untuk mengetahuinya, tetapi biarkan diskusi berlanjut terlebih dahulu  :)

Metta
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Peacemind

Quote from: bond on 09 August 2010, 07:06:16 PM
Mungkin ini pernah dibahas dan mungkin jawabannya sama yakni 'tanpa aku' tetapi karena muncul kembali topiknya bahas lagi biar detil  ;D

Bagaimana dengan YM. Ananda, ketika sebelum meninggal beliau membakar diri sendiri? apakah itu bunuh diri?( kalau bisa jangan jawabannya tidak ada diri yang dibunuh ya/klise  ^-^)
dan mempertontonkan kesaktian di dua penduduk desa, dimana ia terbang di atas sungai dan kemudian membakar diri? Apakah itu tidak melanggar vinaya dengan mempertontonkan abinna walaupun niatnya baik?

Tidakkah ada cara lain menghilang begitu saja tanpa diketahui orang lain sama sekali. sehingga tidak ada spekulasi bunuh diri atau mempertontonkan kesaktian.

Dalam kasus seorang arahat, biasanya mereka tahu kapan mereka akan meninggal. Karena tahu kapan akan meninggal, banyak arahat meninggal setelah memilih cara bagaimana ia akan memasuki parinibbana, dan juga terkadang memilih tempat di mana ia akan meninggal. Sebagai contoh, Bhikkhu Aññā Kondañña memilh Himalaya sebagai tempat parinibbāna, Bhikkhu Rahula di sorga Tavatimsa, atau Bhikkhu Sāriputta di tempat kelahirannya sendiri. Dalam kasusnya Bhikkhu Ananda, beliau pun tahu kapan akan meninggal. DIkatakan ketika mengetahui umurnya hanya tinggal tujuh hari lagi, beliau mengumumkan waktu parinibbāna.Para penduduk yang tinggal di hulu sungai Rohini meminta beliau untuk parinibbana di sana, sedangkan para penduduk yang tinggal di hilir sungai Rohini meminta beliau untuk Parinibbāna di tempatnya. Untuk menghindari pertengkaran, bhikkhu Ananda akhirnya memutuskan untuk masuk ke jhana menggunakan element api (tejodhatu). Dalam kasus ini, tampak sekali tidak ada aksi pertunjukkan. Beliau juga tidak bunuh diri karena pada dasarnya beliau tahu kapan waktu kematiannya. Mengenai parinibbana menggunakn tejodhatu, bhikkhu Bakula juga melakukan hal sama di depan bhikkhusangha. Kitab komentar dari Bākulasutta mengatakan bahwa beliau tidak ingin membuat beban bagi bhikkhusangha sehingga ia memasuki tejodhatu pada saat parinibbāna.

Quote
Dan saat itu pun sayang sekali tidak ada Sang Buddha lagi.  Adakah yang mengetahui kedetilan batin YM. Ananda saat itu atau hanya asumsi saja?

Cerita parinibbana di atas dicatat dalam kitab komentar, dan bisa saja ada para arahat lain yang mengetahui pikiran bhikkhu Ananda alasan mengapa beliau menggunakan tejodhatu di saat parinibbāna. Pada jaman kuno, masih banyak para arahat yang memiliki kemampuan batin untuk melihat pikiran orang lain, jadi kemungkinan demikian masih ada.

Quote
Dalam kasus Bhikkhu Canna jika dalam penjelasan sebelum meninggal beliau mencapai arahat, apakah mungkin sebelum menggorok lehernya sudah mencapai tingkat kesucian di bawahnya?Adakah penjelasan didalam sutta?

Di sutta tidak dijelaskan apakah beliau sudah mencapai kesucian tingkat tertentu sebelum bunuh diri atau tidak.

metta.
[/quote]

Peacemind

Quote from: Jerry on 09 August 2010, 11:37:21 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 11:21:23 PM
Saya menemukan kisah Mahanama yang berniat bunuh diri dalam kitab komentar Mahāsamayasutta. Setelah raja Vidudabha mengadakan pembunuhan besar2an terhadap kaum Sakya, ia tidak membunuh kakeknya yakni Mahanama dan para pengikutnya. Namun di tengah perjalanan menuju kerajaan Kosala ketika melewati sunga Aciravati, Mahānama melakukan percobaan bunuh diri. Ia mengikat jembol kakinya dengan rambut di kepalanya dan terjun ke sungai Aciravati. Ia melakukan usaha bunuh diri karena jika ia dan para ksatria Sakya pengikutnya tidak mau makan bersama-sama dngan Raja Vidudabha, mereka akan dibunuh. Daripada dibunuh oleh Vidudabha, ia mencoba bunuh diri dengan cara di atas. Namun kemudian ia diselamatkan oleh dewa Naga. Perlu dicatat di sini bahwa Mahānama telah dikenal sebagai orang ariya yang telah mencapai kesucian anagami.
Kesimpulannya, mungkin gak seorang ariya melakukan apa yang di mata seorang puthujjana adalah tindakan bunuh diri?

Wah...tidak berani berasumsi. Mungkin lebih baik ditanyakan ke seorang ariya saja nih.. hehe...

Jerry

Quote from: Peacemind on 10 August 2010, 05:39:50 PM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 11:37:21 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 11:21:23 PM
Saya menemukan kisah Mahanama yang berniat bunuh diri dalam kitab komentar Mahāsamayasutta. Setelah raja Vidudabha mengadakan pembunuhan besar2an terhadap kaum Sakya, ia tidak membunuh kakeknya yakni Mahanama dan para pengikutnya. Namun di tengah perjalanan menuju kerajaan Kosala ketika melewati sunga Aciravati, Mahānama melakukan percobaan bunuh diri. Ia mengikat jembol kakinya dengan rambut di kepalanya dan terjun ke sungai Aciravati. Ia melakukan usaha bunuh diri karena jika ia dan para ksatria Sakya pengikutnya tidak mau makan bersama-sama dngan Raja Vidudabha, mereka akan dibunuh. Daripada dibunuh oleh Vidudabha, ia mencoba bunuh diri dengan cara di atas. Namun kemudian ia diselamatkan oleh dewa Naga. Perlu dicatat di sini bahwa Mahānama telah dikenal sebagai orang ariya yang telah mencapai kesucian anagami.
Kesimpulannya, mungkin gak seorang ariya melakukan apa yang di mata seorang puthujjana adalah tindakan bunuh diri?

Wah...tidak berani berasumsi. Mungkin lebih baik ditanyakan ke seorang ariya saja nih.. hehe...
OK kalau itu maunya Sam. Ntar kita hadirkan Ariyo_botax di sini heheheh.. :D
appamadena sampadetha

tesla

Quote from: Jerry on 09 August 2010, 09:33:14 PM
Quote from: pannadevi on 09 August 2010, 09:10:11 PM
[spoiler]
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 08:11:30 PM
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:30:20 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Seingat saya,
pertama, beliau mencoba bunuh diri, namun berhasil diselamatkan orang lain.
karena melihat gelagat beliau yg tidak beres, maka mau ga mau surat wasiat tsb dibuka.
padahal surat itu diharapkan dibuka setelah kematiannya.
percobaan ke2 bunuh dirinya sukses.

di surat tsb beliau menyatakan mata dhammanya telah terbuka, alias sotapanna
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:48:43 PM
seingat saya saja yah...

beliau tinggal di tempat yg sangat terpencil menyendiri
menderita bbrp penyakit, telinga gara2 mandi lumpur, jg ada masalah gara2 terlalu banyak meditasi di tempat keras.
kalau ga salah juga menderita nympho (dorongan sexual yg sangat tinggi).
ada yg menganjurkan utk lepas jubah, dan keluar dari kehidupannya yg menyendiri, beliau menolak.
& keputusan beliau utk bunuh diri memang diinspirasi oleh cerita sutta dimana bhikkhu2 yg bunuh diri berhasil mencapai kemajuan. sebaliknya, tidak ada bhikkhu2 yg lepas jubah mencapai kemajuan.
Sekadar saran, lebih baik berargumen dengan bukti dan bukan berdasarkan ingatan belaka Bro Tesla. :)
[/spoiler]

tapi info beliau udah amat membantu sy....saya aja juga sering lupa baca di buku mana.....
Memang, tapi penggalan informasi yang terpotong-potong dan sepatah-patah bisa menggiring ke pemahaman lainnya. Misalnya dikatakan ada 2x percobaan bunuh diri dan surat wasiat yang dibuka sebelum kematiannya.
Kemudian ada dikatakan mengenai Nanavira Thera menderita satyriasis dan kemudian kalimat setelahnya yang mengatakan ada yang menganjurkan untuk lepas jubah. Ini membentuk pemahaman bahwa alm. Nanavira Thera dianjurkan untuk melepas jubah karena menderita satyriasis. Sementara kalau kita baca lebih lengkap, kita dapat menyimpulkan anjuran itu bukan karena hal tersebut melainkan karena kehidupan pertapaan Nanavira Thera yang sangat keras dan cenderung menyiksa diri. Oleh karena itu saya menganjurkan untuk mengutipkan bukti dan referensi yang jelas. Demikian..

maaf, saya hanya numpang lewat... lagi sibuk dalam kehidupan perumahtangga soalnya...
ga punya waktu utk membongkar referensi lagi, jadi saya hanya bisa mengatakan apa yg ada diingatan saya.
tingkat keakuratannya jg tidak 100%, makanya saya tulis berdasarkan ingatan saja...
sekali lagi, maaf
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Jerry

appamadena sampadetha

Peacemind

Belum ada kesimpulan nih... Kesimpulannya gimana nih?

Jerry

Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?
appamadena sampadetha

Indra

Quote from: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?

salah satu syarat pembunuhan, adalah korbannya mati, kalo gak jadi mati blm termasuk "bunuh"

pannadevi

Quote from: Indra on 11 August 2010, 09:22:48 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?

salah satu syarat pembunuhan, adalah korbannya mati, kalo gak jadi mati blm termasuk "bunuh"

jadi...?

Indra

Quote from: pannadevi on 11 August 2010, 09:47:13 PM
Quote from: Indra on 11 August 2010, 09:22:48 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?

salah satu syarat pembunuhan, adalah korbannya mati, kalo gak jadi mati blm termasuk "bunuh"

jadi...?


saya mencoba untuk mengemukakan fakta yg harus dijadikan pertimbangan dalam mengambil kesimpulan, saya sendiri tidak memiliki kapasitas untuk menyimpulkan

pannadevi

Quote from: tesla on 11 August 2010, 07:38:13 AM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 09:33:14 PM
Quote from: pannadevi on 09 August 2010, 09:10:11 PM
[spoiler]
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 08:11:30 PM
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:30:20 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Seingat saya,
pertama, beliau mencoba bunuh diri, namun berhasil diselamatkan orang lain.
karena melihat gelagat beliau yg tidak beres, maka mau ga mau surat wasiat tsb dibuka.
padahal surat itu diharapkan dibuka setelah kematiannya.
percobaan ke2 bunuh dirinya sukses.

di surat tsb beliau menyatakan mata dhammanya telah terbuka, alias sotapanna
Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:48:43 PM
seingat saya saja yah...

beliau tinggal di tempat yg sangat terpencil menyendiri
menderita bbrp penyakit, telinga gara2 mandi lumpur, jg ada masalah gara2 terlalu banyak meditasi di tempat keras.
kalau ga salah juga menderita nympho (dorongan sexual yg sangat tinggi).
ada yg menganjurkan utk lepas jubah, dan keluar dari kehidupannya yg menyendiri, beliau menolak.
& keputusan beliau utk bunuh diri memang diinspirasi oleh cerita sutta dimana bhikkhu2 yg bunuh diri berhasil mencapai kemajuan. sebaliknya, tidak ada bhikkhu2 yg lepas jubah mencapai kemajuan.
Sekadar saran, lebih baik berargumen dengan bukti dan bukan berdasarkan ingatan belaka Bro Tesla. :)
[/spoiler]

tapi info beliau udah amat membantu sy....saya aja juga sering lupa baca di buku mana.....
Memang, tapi penggalan informasi yang terpotong-potong dan sepatah-patah bisa menggiring ke pemahaman lainnya. Misalnya dikatakan ada 2x percobaan bunuh diri dan surat wasiat yang dibuka sebelum kematiannya.
Kemudian ada dikatakan mengenai Nanavira Thera menderita satyriasis dan kemudian kalimat setelahnya yang mengatakan ada yang menganjurkan untuk lepas jubah. Ini membentuk pemahaman bahwa alm. Nanavira Thera dianjurkan untuk melepas jubah karena menderita satyriasis. Sementara kalau kita baca lebih lengkap, kita dapat menyimpulkan anjuran itu bukan karena hal tersebut melainkan karena kehidupan pertapaan Nanavira Thera yang sangat keras dan cenderung menyiksa diri. Oleh karena itu saya menganjurkan untuk mengutipkan bukti dan referensi yang jelas. Demikian..

maaf, saya hanya numpang lewat... lagi sibuk dalam kehidupan perumahtangga soalnya...
ga punya waktu utk membongkar referensi lagi, jadi saya hanya bisa mengatakan apa yg ada diingatan saya.
tingkat keakuratannya jg tidak 100%, makanya saya tulis berdasarkan ingatan saja...
sekali lagi, maaf

maaf baru baca hari ini, kemarin tidak online.
untuk bro Tesla, info anda amat membantu saya, memang bagi saya tidak masalah, jadi ga apa2 kok. saya udah dpt judul buku aslinya, nanti klo saya luang mo nyari buku itu, anda minat? jadi ada referensi asli....gimana? utk bro Jerry thanks ya udah kasih bocoran judul aslinya....

mettacittena,

Jerry

Quote from: Indra on 11 August 2010, 09:22:48 PM
Quote from: Jerry on 11 August 2010, 09:01:58 PM
Sesuai yang terakhir kali Sam kutipkan bagaimana Mahanama hendak bunuh diri, sementara saat itu Mahanama dikenal sebagai seorang Anagami. Kira2 kesimpulannya, mungkin atau tidak mungkin seorang ariya melakukan bunuh diri?

salah satu syarat pembunuhan, adalah korbannya mati, kalo gak jadi mati blm termasuk "bunuh"
Meski gagal, tapi ada usaha. Dan usaha pembunuhan diri ini dimotori oleh kehendak. Kehendak ini didasari oleh tanha [vibhava-tanha]
appamadena sampadetha