Mungkinkah seorang ariya bunuh diri?

Started by Peacemind, 09 August 2010, 12:03:45 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Peacemind

Saya tidak tahu apakah topik ini sudah pernah dibahas di sini atau belum. Namun topik ini telah menjadi kontroversi di kalangan umat Buddha. Ada beberapa berpendapat bahwa seorang ariya tidak akan mungkin bunuh diri dengan alasan bahwa bahkan hanya seorang sotapana pun tidak akan mungkin membunuh makhluk hidup, sehingga ia pun tidak akan mungkin membunuh dirinya. Namun ada juga beberapa berpendapat bahwa seorang sotapanna bisa melakukan bunuh diri. DI Sri Lanka, pernah ada satu kasus seorang bhikkhu dari luar negeri bernama Bhikkhu Gñanavira. Beliau meninggal  dengan cara bunuh diri. Namun sebelum meninggal,  beliau meninggalkan surat yang mengatakan bahwa beliau telah mencapai sotapanna. Bagi beberapa orang yang dekat dengan beliau, mereka percaya bahwa bhikkhu ini telah mencapai kesucian terutama melihat dari tingkah laku dan pembicaraan beliau. Oleh karena itu, beberapa berpendapat bahwa seorang sotapanna bisa melakukan bunuh diri.

Bagaimana pendapat teman-teman di sini?

Indra

Sebelum mencapai Arahat, IMO masih mungkin melakukan bunuh diri. beberapa sutta ada menyebutkan kasus bunuh diri dimana setelah bunuh diri menjelang mati mencapai Kearahatan. ada kemungkinan ketika melakukan bunuh diri sudah mencapai tingkat kesucian pra-Arahat. ini pendapat pribadi, blm cek ke sutta.

Adhitthana

Godhika Thera, pada suatu kesempatan, melatih meditasi ketenangan dan pandangan terang, di atas lempengan batu di kaki gunung Isigili di Magadha. Ketika beliau telah mencapai Jhana, beliau jatuh sakit; dan kondisi ini mempengaruhi latihannya. Dengan mengabaikan rasa sakitnya, dia tetap berlatih dengan keras; tetapi setiap kali beliau mencapai kemajuan beliau merasa kesakitan. Beliau mengalami hal ini sebanyak enam kali. Akhirnya, beliau memutuskan untuk berjuang keras hingga mencapai tingkat arahat, walaupun ia harus mati untuk itu.
Tanpa beristirahat beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dengan memilih perasaan sakit sebagai obyek meditasi, beliau memotong lehernya sendiri dengan pisau. Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau dapat memusatkan pikirannya dan mencapai arahat, tepat sebelum beliau meninggal.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

hendrako

yaa... gitu deh

Jerry

Secara spekulasi, sangat mungkin, karena seorang Anagami pun masih terbelenggu oleh BHAVA-TANHA atau VIBHAVA-TANHA.

[at] Sam
Bhikkhu Nanavira kalau tidak salah makan obat ya waktu bunuh dirinya? Teman seangkatannya Bhikkhu Nanamoli penerjemah awal MN kan? Mungkin karena menyesal atas perbuatannya dulu semasa perang? :)
appamadena sampadetha

Peacemind

Quote from: hendrako on 09 August 2010, 12:37:09 AM
Kenapa Bhikkhu Gñanavira bunuh diri?

Menurut surat beliau, keputusan beliau untuk bunuh diri karena sakit berkepanjangan dan serius sehingga sangat menganggu dalam  praktik Dhammanya.

Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:46:41 AM
Secara spekulasi, sangat mungkin, karena seorang Anagami pun masih terbelenggu oleh BHAVA-TANHA atau VIBHAVA-TANHA.

Pertanyaannya, setelah mengetahui bahwa bunuh diri bukan jalan menuju pembebasan, meskipun mereka masih terbelenggu oleh bhava-tanha dan vibhavatanha, mengapa masih memutuskan untuk bunuh diri?



Quote
[at] Sam
Bhikkhu Nanavira kalau tidak salah makan obat ya waktu bunuh dirinya? Teman seangkatannya Bhikkhu Nanamoli penerjemah awal MN kan? Mungkin karena menyesal atas perbuatannya dulu semasa perang? :)

Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Peacemind

Quote from: Indra on 09 August 2010, 12:15:47 AM
Sebelum mencapai Arahat, IMO masih mungkin melakukan bunuh diri. beberapa sutta ada menyebutkan kasus bunuh diri dimana setelah bunuh diri menjelang mati mencapai Kearahatan. ada kemungkinan ketika melakukan bunuh diri sudah mencapai tingkat kesucian pra-Arahat. ini pendapat pribadi, blm cek ke sutta.

Dalam channovādasutta, memang bhikkhu Channa bunuh diri dan mencapai kesucian arahat. Dari sutta yang ada, tampaknya beliau bunuh diri setelah mencapai kesucian arahat, tetapi kitab komentar mengatakan bahwa beliau mencapai kesucian arahat setelah beliu memotong lehernya. Jadi setelah percobaan bunuh diri.

Peacemind

Quote from: Virya on 09 August 2010, 12:36:30 AM
Godhika Thera, pada suatu kesempatan, melatih meditasi ketenangan dan pandangan terang, di atas lempengan batu di kaki gunung Isigili di Magadha. Ketika beliau telah mencapai Jhana, beliau jatuh sakit; dan kondisi ini mempengaruhi latihannya. Dengan mengabaikan rasa sakitnya, dia tetap berlatih dengan keras; tetapi setiap kali beliau mencapai kemajuan beliau merasa kesakitan. Beliau mengalami hal ini sebanyak enam kali. Akhirnya, beliau memutuskan untuk berjuang keras hingga mencapai tingkat arahat, walaupun ia harus mati untuk itu.
Tanpa beristirahat beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dengan memilih perasaan sakit sebagai obyek meditasi, beliau memotong lehernya sendiri dengan pisau. Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau dapat memusatkan pikirannya dan mencapai arahat, tepat sebelum beliau meninggal.


Cerita ini betul sekali namun beliau bunuh diri sebelum mencapai kesucian, sperti cerita bhikkhu Channa dalam Channovādasutta jika kitab komentar benar adanya.

Peacemind

Di bawah adalah surat beliau sebelum meninggal yang diberikan kepada ketua Sangha di Kolombo dan diminta untuk dibuka setelah beliau meninggal:

NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMĀSAMBUDDHASSA

—Ekam samayam Ñānavīro bhikkhu Būndalagāme viharati araññakutikāyam. Tena kho pana samayena Ñānavīro bhikkhu rattiyā pathamam yāmam cankamena āvaranīyehi dhammehi cittam parisodheti, yathāsutam yathāpariyattam dhammam cetasā anuvitakketi anuvicāreti manasānupekkhati. Atha kho Ñānavīrassa bhikkhuno evam yathāsutam yathāpariyattam dhammam cetasā anuvitakkayato anuvicārayato manasānupekkhato virajam vītamalam dhammacakkhum udapādi, Yam kiñci samudayadhammam sabbam tam nirodhadhammanti.
So dhammānusārī māsam hutvā ditthipatto hoti.

Beliau menulis dalam bahasa Pali, yang diartikan sebagai berikut:

—At one time the monk Ñānavīra was staying in a forest hut near Bundala village. It was during that time, as he was walking up and down in the first watch of the night, that the monk Ñānavīra made his mind quite pure of constraining things, and kept thinking and pondering and reflexively observing the Dhamma as he had heard and learnt it. Then, while the monk Ñānavīra was thus engaged in thinking and pondering and reflexively observing the Dhamma as he had heard and learnt it, the clear and stainless Eye of the Dhamma arose in him: 'Whatever has the nature of arising, all that has the nature of ceasing.'
Having been a teaching-follower for a month, he became one attained to right view.

pannadevi

Rev.Peacemind, pls accept my bow to u as my respect.

how to get this letter? so wonderful and so interested.

mettacittena,

pannadevi

tentang pertanyaan hal "bunuh diri" sebenarnya pelanggaran sila, malah sila paling pertama, sedang kita amat mengerti bahwa seorang Ariya "tidak mungkin melanggar sila" berarti ada yang "missing" disini, mohon penjelasan lebih lanjut dari Rev.Peacemind.

sy pengin krm GRP utk surat yg amat berharga ini, sangat langka bisa dpt surat wasiat....sayang ga bisa kirim double....udah pernah kirim kemarin....hehehe....
bagaimana bisa dpt surat itu Rev ....?

mettacittena,

kur0bane

wah2 topik yang menarik. btw izin nyimak deh. nanti gw tes tanya2 juga ke orang yang lebih mendalami dharma. kalo saya ada dapat jawaban nanti gw post juga di sini:d

tesla

Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Seingat saya,
pertama, beliau mencoba bunuh diri, namun berhasil diselamatkan orang lain.
karena melihat gelagat beliau yg tidak beres, maka mau ga mau surat wasiat tsb dibuka.
padahal surat itu diharapkan dibuka setelah kematiannya.
percobaan ke2 bunuh dirinya sukses.

di surat tsb beliau menyatakan mata dhammanya telah terbuka, alias sotapanna
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

pannadevi

Quote from: tesla on 09 August 2010, 05:30:20 PM
Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:38:32 AM
Seingat saya beliau memang bunuh diri karena makan obat, tapi samanera Dhammasiri mengatakan karena beliau menutup kepalanya dengan plastik. Sesuai dengan cerita2 dan surat2 beliau, keputusan untuk bunuh diri karena penyakit yang berkepanjangan. Betul, beliau seangkatan dengan Bhikkhu Nanamoli.

Seingat saya,
pertama, beliau mencoba bunuh diri, namun berhasil diselamatkan orang lain.
karena melihat gelagat beliau yg tidak beres, maka mau ga mau surat wasiat tsb dibuka.
padahal surat itu diharapkan dibuka setelah kematiannya.
percobaan ke2 bunuh dirinya sukses.

di surat tsb beliau menyatakan mata dhammanya telah terbuka, alias sotapanna

sharing ceritanya donk....baca dimana bro....
cerita ini baru kali pertama saya dengar....ehh...baca.....khan di DC baca dg mata bukan mendengar dg telinga....

tapi rasanya aneh seorang Sotapanna putus asa....
bagaimana pandangan anda bro...

mettacittena,

tesla

Quote from: Peacemind on 09 August 2010, 06:42:32 AM
Cerita ini betul sekali namun beliau bunuh diri sebelum mencapai kesucian, sperti cerita bhikkhu Channa dalam Channovādasutta jika kitab komentar benar adanya.

sepertinya cerita bhikkhu Channa memiliki kontroversi lebih mendalam daripada bhikkhu2 yg mencapai arahat menjelang kematiannya. sebab menurut beberapa versi penterjemah, bahwa bhikkhu Channa telah menyatakan dirinya "blameless" menggunakan pisau sebelum aksinya & hal tsb dipertegas oleh Buddha. Sang Buddha menjawab kepada Sariputta berdasarkan pernyataan Channa, yg scr tersirat sudah menunjukkan Channa juga sudah blameless...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~