Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...

Started by Edward, 21 February 2009, 03:52:27 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.


purnama

Quote from: naviscope on 16 April 2009, 03:47:58 PM
[at] bro purnama

santai bro, santai...

bisa tlg di tulis lebih lengkap judul buku-nya
jd penasaran pengen baca... :P



ada bos di http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,10009.0.html
Tinggal telpon orangnya mau rela antar, Bro Hendra itu Orangnya baik lok, kalo dia orang didc g bisa GRP 100. mau rela antar kerumah g tanpa pungutan biaya.

Karena itu g nanti mau ketemu lagi sama dia, mau diskusikan masalah buku ini agar bisa di PDFkan disumbangkan ke DC. karena itu perlu perizinan dari Romo Khrisnanda sendiri Bos. Bagi yang mau tau isi buku ini, G janji bawa buku ini pas kopdar nanti ;D

sobat-dharma

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Saya tahu bahwa sebagai manusia, kita masih membutuhkan bantuan orang lain. Semua keberhasilan yang dapat kita raih pada dasarnya dibantu pula oleh orang lain.
Namun maksud saya, yang bisa membantu diri sendiri untuk merealisasi Pencerahan adalah diri sendiri tentunya. Sang Buddha hanya sebagai guru dan penunjuk jalan.
Diri yang mana? Kukira anda juga bersepakat kalau diri itu pada prinsipnya adalah anatta?

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Oleh karena itu, saya kurang mengerti dengan konsep Mahayanis yang menyatakan :
"...saya baru akan mau menjadi Buddha setelah semua makhluk terbebas dari penderitaan..."

Cobalah membuka diri, anda pasti akan mengerti....

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Tekad dan semangatnya sangat baik dan positif. Namun satu hal yang kurang pas di akal sehat saya adalah nilai logisnya.
Akal sehat dan logika tidak akan membantu seseorang merealisasikan nirvana, justru dengan tekad dan semangat yang positif Sang Buddha akhirnya merealisasi nirvana

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Karena :
- Kita tidak mungkin mampu menolong semua makhluk.
- Seandainya semua makhluk sudah terbebas, akhirnya tinggal kita yang belum terbebas. Saat itu bila kita membutuhkan pertolongan, maka tidak ada satu makhluk pun yang ada untuk mau / mampu menolong kita.
Jika anda melihat semua makhluk secara kuantitas belaka....  Eihh... kalau nggak salah ada nada takut sendirian di sini? Ketakutan jika tidak ada yang menolong nanti kalau sendirian bro?  ;D Bukankah kalau sendirian bisa dengan usaha sendiri, setidaknya menurut keyakinan bro demikian kan?  :))

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
- Jumlah makhluk hidup di samsara ini tidak terhitung. Kalau semua orang kerjanya hanya menunda, ujung-ujungnya hanya ada hukum timbal-balik antara penunda dengan orang yang ditunggu. Alias berjalan di tempat.

Kalau pada dasarnya nibbana sudah ada di sini, saat ini, maka sebenarnya nggak ada yang menunda-nunda ataupun yang ditunggu...

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
- Menurut saya (ini menurut saya yha...), samsara ini selalu ada... Jadi tidak mungkin samsara ini kehabisan penghuninya / makhluk hidup.
Ucapan singa!  Saya pikir ini tidak berdasarkan logika, tapi lebih berdasarkan keyakinan bukan?

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
- dan kalau semua poin itu benar, maka tekad 'menolong makhluk lain' ini hanya menjadi aksi kebaikan yang merugikan diri sendiri - ibarat memberi makan pada semua pengemis di dunia, tapi diri sendiri akhirnya mati kelaparan.
- dll..
Barang siapa yang takut merugikan diri sendiri, silahkan saja mempertahankan pikiran demikian. Saya pingin tahu apa yang masih mempertahankan pikiran 'takut merugikan diri sendiri' bisa menghilangkan klesa... Selama seseorang masih mempertahankan pikiran untung dan rugi saya nggak tahu apa yang bisa dicapainya... mungkin sukses dalam berdagang kali..:)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

Quote from: dilbert on 16 April 2009, 11:08:57 AM

bukan hanya pada "hilang"-nya tubuh (rupa) yang merupakan salah satu khandha dari panca khanda... tetapi semua khanda sudah tidak bersatu padu lagi. Terhenti proses bersatu-nya khanda-khanda itu...

Bukannya kandha yang lain muncul karena tubuh (atau indera) ada. Maaf kalau saya salah...
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

naviscope

Quote from: sobat-dharma on 16 April 2009, 04:26:41 PM
Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Saya tahu bahwa sebagai manusia, kita masih membutuhkan bantuan orang lain. Semua keberhasilan yang dapat kita raih pada dasarnya dibantu pula oleh orang lain.
Namun maksud saya, yang bisa membantu diri sendiri untuk merealisasi Pencerahan adalah diri sendiri tentunya. Sang Buddha hanya sebagai guru dan penunjuk jalan.
Diri yang mana? Kukira anda juga bersepakat kalau diri itu pada prinsipnya adalah anatta?

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Oleh karena itu, saya kurang mengerti dengan konsep Mahayanis yang menyatakan :
"...saya baru akan mau menjadi Buddha setelah semua makhluk terbebas dari penderitaan..."

Cobalah membuka diri, anda pasti akan mengerti....

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Tekad dan semangatnya sangat baik dan positif. Namun satu hal yang kurang pas di akal sehat saya adalah nilai logisnya.
Akal sehat dan logika tidak akan membantu seseorang merealisasikan nirvana, justru dengan tekad dan semangat yang positif Sang Buddha akhirnya merealisasi nirvana

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Karena :
- Kita tidak mungkin mampu menolong semua makhluk.
- Seandainya semua makhluk sudah terbebas, akhirnya tinggal kita yang belum terbebas. Saat itu bila kita membutuhkan pertolongan, maka tidak ada satu makhluk pun yang ada untuk mau / mampu menolong kita.
Jika anda melihat semua makhluk secara kuantitas belaka....  Eihh... kalau nggak salah ada nada takut sendirian di sini? Ketakutan jika tidak ada yang menolong nanti kalau sendirian bro?  ;D Bukankah kalau sendirian bisa dengan usaha sendiri, setidaknya menurut keyakinan bro demikian kan?  :))

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
- Jumlah makhluk hidup di samsara ini tidak terhitung. Kalau semua orang kerjanya hanya menunda, ujung-ujungnya hanya ada hukum timbal-balik antara penunda dengan orang yang ditunggu. Alias berjalan di tempat.

Kalau pada dasarnya nibbana sudah ada di sini, saat ini, maka sebenarnya nggak ada yang menunda-nunda ataupun yang ditunggu...

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
- Menurut saya (ini menurut saya yha...), samsara ini selalu ada... Jadi tidak mungkin samsara ini kehabisan penghuninya / makhluk hidup.
Ucapan singa!  Saya pikir ini tidak berdasarkan logika, tapi lebih berdasarkan keyakinan bukan?

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
- dan kalau semua poin itu benar, maka tekad 'menolong makhluk lain' ini hanya menjadi aksi kebaikan yang merugikan diri sendiri - ibarat memberi makan pada semua pengemis di dunia, tapi diri sendiri akhirnya mati kelaparan.
- dll..
Barang siapa yang takut merugikan diri sendiri, silahkan saja mempertahankan pikiran demikian. Saya pingin tahu apa yang masih mempertahankan pikiran 'takut merugikan diri sendiri' bisa menghilangkan klesa... Selama seseorang masih mempertahankan pikiran untung dan rugi saya nggak tahu apa yang bisa dicapainya... mungkin sukses dalam berdagang kali..:)


mantafff, langsung to the point, ga neko2, mudah dicerna....

plus 1 ya, ;D
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Indra

Quote from: sobat-dharma on 16 April 2009, 04:26:41 PM
Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Saya tahu bahwa sebagai manusia, kita masih membutuhkan bantuan orang lain. Semua keberhasilan yang dapat kita raih pada dasarnya dibantu pula oleh orang lain.
Namun maksud saya, yang bisa membantu diri sendiri untuk merealisasi Pencerahan adalah diri sendiri tentunya. Sang Buddha hanya sebagai guru dan penunjuk jalan.
Diri yang mana? Kukira anda juga bersepakat kalau diri itu pada prinsipnya adalah anatta?

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Oleh karena itu, saya kurang mengerti dengan konsep Mahayanis yang menyatakan :
"...saya baru akan mau menjadi Buddha setelah semua makhluk terbebas dari penderitaan..."

Cobalah membuka diri, anda pasti akan mengerti....


hatRed

i'm just a mammal with troubled soul



Indra

numpang belok dikit, setelah ini silahkan lanjut lagi.

merujuk pada persamaan Nirvana=Samsara, apakah ini berarti bahwa kita semua sudah mencapai Nirvana? yes/no

_/\_

sobat-dharma

Quote from: Indra on 16 April 2009, 04:45:12 PM
Quote from: sobat-dharma on 16 April 2009, 04:26:41 PM
Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Saya tahu bahwa sebagai manusia, kita masih membutuhkan bantuan orang lain. Semua keberhasilan yang dapat kita raih pada dasarnya dibantu pula oleh orang lain.
Namun maksud saya, yang bisa membantu diri sendiri untuk merealisasi Pencerahan adalah diri sendiri tentunya. Sang Buddha hanya sebagai guru dan penunjuk jalan.
Diri yang mana? Kukira anda juga bersepakat kalau diri itu pada prinsipnya adalah anatta?

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Oleh karena itu, saya kurang mengerti dengan konsep Mahayanis yang menyatakan :
"...saya baru akan mau menjadi Buddha setelah semua makhluk terbebas dari penderitaan..."

Cobalah membuka diri, anda pasti akan mengerti....


"membuka diri" adalah istilah dalam bahasa indonesia untuk lebih terbuka dengan perbedaan. Seperti halnya "makan hati", bukan berarti kita memakan hati yang sebenarnya bukan :))
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

Quote from: Indra on 16 April 2009, 04:48:46 PM
numpang belok dikit, setelah ini silahkan lanjut lagi.

merujuk pada persamaan Nirvana=Samsara, apakah ini berarti bahwa kita semua sudah mencapai Nirvana? yes/no

_/\_

Wah ini mau bikin kuesioner ya...? :) Kalau si penanya memaksakan suatu pilihan yang terbatas pada penjawabnya, maka ia hanya menginginkan "kepastian", bukan diskusi. maaf bro, kalau diberi pilihan kaku demikian, saya enggan menjawab. Trims.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Indra

Quote from: sobat-dharma on 16 April 2009, 04:51:58 PM
Quote from: Indra on 16 April 2009, 04:45:12 PM
Quote from: sobat-dharma on 16 April 2009, 04:26:41 PM
Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Saya tahu bahwa sebagai manusia, kita masih membutuhkan bantuan orang lain. Semua keberhasilan yang dapat kita raih pada dasarnya dibantu pula oleh orang lain.
Namun maksud saya, yang bisa membantu diri sendiri untuk merealisasi Pencerahan adalah diri sendiri tentunya. Sang Buddha hanya sebagai guru dan penunjuk jalan.
Diri yang mana? Kukira anda juga bersepakat kalau diri itu pada prinsipnya adalah anatta?

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Oleh karena itu, saya kurang mengerti dengan konsep Mahayanis yang menyatakan :
"...saya baru akan mau menjadi Buddha setelah semua makhluk terbebas dari penderitaan..."

Cobalah membuka diri, anda pasti akan mengerti....


"membuka diri" adalah istilah dalam bahasa indonesia untuk lebih terbuka dengan perbedaan. Seperti halnya "makan hati", bukan berarti kita memakan hati yang sebenarnya bukan :))

Sebaiknya diskusi yang sehat bukan mencari-cari syntax error, saya bisa dan saya yakin anda juga memahami bahwa "diri sendiri" yang dimaksud oleh Bro upasaka, adalah kita semua sebagai gabungan pancakkhandha. kita sebagai buddhist  memang sudah sepakat bahwa tidak ada diri (anatta), tapi dalam percakapan sehari2, bahkan Sang Buddha (dalam Sutta) juga sering menggunakan kata diri sebagai suatu konvensi bahasa.

Indra

Quote from: sobat-dharma on 16 April 2009, 04:56:39 PM
Quote from: Indra on 16 April 2009, 04:48:46 PM
numpang belok dikit, setelah ini silahkan lanjut lagi.

merujuk pada persamaan Nirvana=Samsara, apakah ini berarti bahwa kita semua sudah mencapai Nirvana? yes/no

_/\_

Wah ini mau bikin kuesioner ya...? :) Kalau si penanya memaksakan suatu pilihan yang terbatas pada penjawabnya, maka ia hanya menginginkan "kepastian", bukan diskusi. maaf bro, kalau diberi pilihan kaku demikian, saya enggan menjawab. Trims.

itu karena saya menggunakan pendekatan matematis, tapi tentu anda tetap diperbolehkan memberikan penjelasan sepanjang yg anda mau. anyway, demi kenyamanan anda, saya akan meralat:

jika, nirvana=samsara, apakah ini berarti bahwa kita semua sudah mencapai nirvana? boleh dijawab dengan jawaban apapun yg anda anggap benar.

semoga Bro sobat-dharma tidak enggan menjawab.

naviscope

Quote from: sobat-dharma on 16 April 2009, 04:56:39 PM
Quote from: Indra on 16 April 2009, 04:48:46 PM
numpang belok dikit, setelah ini silahkan lanjut lagi.

merujuk pada persamaan Nirvana=Samsara, apakah ini berarti bahwa kita semua sudah mencapai Nirvana? yes/no

_/\_

Wah ini mau bikin kuesioner ya...? :) Kalau si penanya memaksakan suatu pilihan yang terbatas pada penjawabnya, maka ia hanya menginginkan "kepastian", bukan diskusi. maaf bro, kalau diberi pilihan kaku demikian, saya enggan menjawab. Trims.

i like your style :P
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Nevada

Quote from: sobat-dharmaDalam hal ini, tentu kita dibatasi bahasa dalam menyampaikan apa yang dimaksudkan. Seringkali kita menggunakan analogi untuk menyebutkan misalnya 'orang yang merealisasi nibbana', namun jelas-jelas ini cuma analogi belaka. Begitu juga nama "Buddha", jelas hanyalah metafora untuk menyampaikan sesuatu yang lebih tinggi. Kata "Buddha" berarti "Yang Mengetahui" atau "Yang Sadar", jika kata ini digunakan kita pun seharusnya bertanya siapa yang sadar? siapa yang mengetahui? Kalau pada dasarnya "tidak ada diri" saat seseorang merealisasi nibbana.  

Karena itu walaupun digunakan bahasa yang seolah-olah menyebutkan tentang 'diri',  memang tidak ada 'diri' yang merealisasi. Artinya tidak ada diri-ego yang sebagaimana kita alami sebagai manusia awam. Begitu juga juga soal 'keluar' dan 'masuk', karena sejak semula tidak ada yang keluar ataupun masuk, karena nibbana/nirvana itu identik dengan samsara, sekaligus bukan identik :) Lebih jauh lagi sobat, nirvana itu berada di luar hukum alam semesta, karena bagaimana pun hukum alam semesta (sebatas pengetahuan manusia) adalah bagian dari dunia samsara yang dikenali oleh ego-diri (pikiran). Namun  bagi seorang yang merealisasi nibbana, tidaklah berbeda antara alam semesta dan nibbana/nirvana itu sendiri.

Sobat...

Jika memang tidak ada diri, lalu siapa atau apa yang bisa memancarkan maitri-karuna itu?

Apakah orang yang telah merealisasi Nirvana itu akan kekal?

Nevada

Quote from: sobat-dharma on 16 April 2009, 04:26:41 PM
Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Saya tahu bahwa sebagai manusia, kita masih membutuhkan bantuan orang lain. Semua keberhasilan yang dapat kita raih pada dasarnya dibantu pula oleh orang lain.
Namun maksud saya, yang bisa membantu diri sendiri untuk merealisasi Pencerahan adalah diri sendiri tentunya. Sang Buddha hanya sebagai guru dan penunjuk jalan.
Diri yang mana? Kukira anda juga bersepakat kalau diri itu pada prinsipnya adalah anatta?

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Oleh karena itu, saya kurang mengerti dengan konsep Mahayanis yang menyatakan :
"...saya baru akan mau menjadi Buddha setelah semua makhluk terbebas dari penderitaan..."

Cobalah membuka diri, anda pasti akan mengerti....

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Tekad dan semangatnya sangat baik dan positif. Namun satu hal yang kurang pas di akal sehat saya adalah nilai logisnya.
Akal sehat dan logika tidak akan membantu seseorang merealisasikan nirvana, justru dengan tekad dan semangat yang positif Sang Buddha akhirnya merealisasi nirvana

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
Karena :
- Kita tidak mungkin mampu menolong semua makhluk.
- Seandainya semua makhluk sudah terbebas, akhirnya tinggal kita yang belum terbebas. Saat itu bila kita membutuhkan pertolongan, maka tidak ada satu makhluk pun yang ada untuk mau / mampu menolong kita.
Jika anda melihat semua makhluk secara kuantitas belaka....  Eihh... kalau nggak salah ada nada takut sendirian di sini? Ketakutan jika tidak ada yang menolong nanti kalau sendirian bro?  ;D Bukankah kalau sendirian bisa dengan usaha sendiri, setidaknya menurut keyakinan bro demikian kan?  :))

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
- Jumlah makhluk hidup di samsara ini tidak terhitung. Kalau semua orang kerjanya hanya menunda, ujung-ujungnya hanya ada hukum timbal-balik antara penunda dengan orang yang ditunggu. Alias berjalan di tempat.

Kalau pada dasarnya nibbana sudah ada di sini, saat ini, maka sebenarnya nggak ada yang menunda-nunda ataupun yang ditunggu...

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
- Menurut saya (ini menurut saya yha...), samsara ini selalu ada... Jadi tidak mungkin samsara ini kehabisan penghuninya / makhluk hidup.
Ucapan singa!  Saya pikir ini tidak berdasarkan logika, tapi lebih berdasarkan keyakinan bukan?

Quote from: upasaka on 16 April 2009, 10:18:19 AM
- dan kalau semua poin itu benar, maka tekad 'menolong makhluk lain' ini hanya menjadi aksi kebaikan yang merugikan diri sendiri - ibarat memberi makan pada semua pengemis di dunia, tapi diri sendiri akhirnya mati kelaparan.
- dll..
Barang siapa yang takut merugikan diri sendiri, silahkan saja mempertahankan pikiran demikian. Saya pingin tahu apa yang masih mempertahankan pikiran 'takut merugikan diri sendiri' bisa menghilangkan klesa... Selama seseorang masih mempertahankan pikiran untung dan rugi saya nggak tahu apa yang bisa dicapainya... mungkin sukses dalam berdagang kali..:)


1) Anda tidak perlu memainkan tendensi kata-kata. :) Saya rasa Anda sudah paham siapa itu diri sendiri yang saya maksud.

2) Saya sudah bisa menerimanya dari dulu. Tapi hanya sebatas kalimat motivasi, bukan filsafat realitas.

3) Akal sehat dan logika memang bukan hal utama yang dibutuhkan untuk merealisasikan Nirvana. Namun bila kita berangkat tanpa akal sehat dan logika, kita mudah sekali dibutakan oleh dunia. Ini ibarat Anda menyatakan : "tidak perlu akal sehat dan logika, yang kau butuhkan hanyalah tekad dan semangat untuk dapat menghentikan revolusi Bumi."

4) Anda tidak perlu memainkan kontekstual makna dalam kalimat saya. :) Saya mengajukan pertanyaan yang saya ambil dari pemahaman Mahayana saya yang masih dangkal. Maksudnya, saya ingin menerka masa depan samsara ditinjau dari pandangan Mahayana. Jikalau semua makhluk sudah terbebas dari penderitaan, lantas apa yang akan dilakukan oleh 'sang juru selamat' setelah itu...?

5) Nirvana bisa direalisasikan di hidup ini, bukannya sudah ada di sini. Kata "di sini" yang Anda pakai saja secara implisit menunjukkan pemahaman Anda bahwa Nirvana adalah sebuah tempat. Dan satu lagi... Kalau tidak ada yang perlu ditunda atau ditunggu, kenapa bodhisatva dengan lantang menyerukan "...saya tunda pencapaian kebuddhaan saya, karena...", ...?

6) Kan sudah saya bilang, ini menurut saya. Alasan saya menyatakan demikian karena samsara itu tiada berawal. Jadi akan menjadi terlalu berspekulasi kalau saya menyatakan bahwa samsara juga akan lenyap. Kalau menurut Anda sendiri, bagaimana?

7) Tidak mementingkan keuntungan diri sendiri, memberi keuntungan pada orang lain; adalah tindakan terpuji. Tapi bukan berarti lebih baik menjadi orang baik hati yang bodoh. Di sinilah letak kebijaksanaan berperan, apakah seseorang ingin melakukan kebaikan dengan cara yang arif atau monoton...