Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...

Started by Edward, 21 February 2009, 03:52:27 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

naviscope

[at] bro upasaka, dilbert, kainyn kutho

met hav lunch

hehehe.....

saya baru bisa mengerti kenapa aliran T tidak mau disebut egois
karena pada dasar-nya, aliran T itu tidak mengenal ada-nya AKU?
DIRI? bahkan diri sendiri/ aku ini tidak ada, maka bagaimana bisa disebut egois ya?
hehehe... betul tak?

egois itu kan mementingkan diri sendiri? begitu kan?

prinsip aliran T, bahwa air itu mengalir tetap kebawah, jadi tidak mungkin melawan arus, jadi jalan-in saja lah
tidak mgkn kita bisa mengunakan kekuatan, untuk membalik-kan air mengalir menjadi keatas... hehehe...
betul tak ye?

:)
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Lily W

~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

K.K.


K.K.

Quote from: dilbert on 22 April 2009, 11:28:56 AM
modusnya mirip mirip dengan kasus aliran aliran baru di agama lain, misalnya ahmadiyah yang mengatakan bahwa nabi terakhir bukan MUHAMMAD SAW... buat beda gitu loo...
;D
Kalau mau promosi sih, rasanya tidak masalahnya, terutama yang berhubungan dengan kepercayaan (seperti siapa nabi terakhir dalam agama Samawi) karena akhir2nya akan tergantung kecocokan masing-masing. Didebat pun, satu pakai buku A, satu pakai buku B, jadi ga ada habisnya.
Tapi kalau mau bilang sesuatu yang faktual (seperti mengatakan 'umat selain umat saya, sifatnya egois'), sebaiknya dibuktikan terlebih dahulu.



Quote from: upasaka on 22 April 2009, 11:52:20 AM
^
^
Sudah saya tanyakan 3 kali, tapi belum ada jawaban dari pihak Mahayanis...

Quote from: upasaka on 17 April 2009, 10:42:08 AM
Btw...
Saya masih belum menagkap jelas. Memang kalau dalam konsep Mahayana, menolong makhluk lain itu dalam bentuk tindakan yang seperti apa ya?

Quote from: upasaka on 20 April 2009, 10:47:32 PM
OK. :) Lalu bagaimana dengan konsep menolong makhluk lain di Aliran Mahayana? Sejauh apakah pertolongan yang dapat diberikan...?

Quote from: upasaka on 21 April 2009, 05:14:01 PM
Makanya saya tanya, sejauh apakah pertolongan yang dapat diberikan...?
Sudah "Tatiyampi" yah? ;D Ya, sudahlah. Mungkin memang tidak bisa lanjut.


sobat-dharma

Quote from: upasaka on 21 April 2009, 05:14:01 PM
Hehehe... Saya tidak mengerti kenapa Anda belum bisa mengerti...

Sama.


Quote from: upasaka on 21 April 2009, 05:14:01 PM
Kata Anda, tidak ada ukuran yang berlaku untuk segala hal. Jadi apakah membunuh dapat dilihat sebagai karma baik pada suatu keadaan tertentu?

Anda salah paham. Dalam praktik Buddhadharma, ukuran yang digunakan tetap mengutamakan sila. Tetapi kalau anda adalah seorang tentara di medan perang bisakah anda tetap bertahan untuk tidak membunuh?


Quote from: upasaka on 21 April 2009, 05:14:01 PM
...dan hasilnya adalah Nirvana?

Tentu. Memangnya bertanya yang demikian?

Quote from: upasaka on 21 April 2009, 05:14:01 PM
Pantas di postingan sebelumnya Anda mengatakan kepada saya; "selamat berjuang :)". Kenapa Anda tidak mau menolong saya, padahal saya butuh jawaban itu... Tapi, ya sudah terserah Anda. Saya menghargai kehendak bebas orang lain...

Lain kali saja ya, kalau sudah minatnya sudah ada.

Quote from: upasaka on 21 April 2009, 05:14:01 PM
Kita sedang membahas perealisasian di kehidupan kali ini, bukan masalah sabar atau tidak sabar.

Sabar dan tidak sabar dalam konteks bahwa kita harus bersabar kapanpun nirvana terealisasi. Pandangan Mahayana  bahwa bodhisattva siap menunda realisasi nirvana demi makhluk lain mencerminkan sikap sabar tersebut. Sikap sabar adalah bagian dari praktik enam paramita yang justru membantu seseorang merealisasi nirvana, bukan menghambatnya.


Quote from: upasaka on 21 April 2009, 05:14:01 PM
Lah, bukannya Anda mengatakan "saat ini" adalah kehidupan ini? Dan karena kita masih terseret dalam proses penerusan kehidupan, artinya semua kehidupan adalah saat ini. Jadi kapanpun juga, Anda memang mampu merealisasikan Nirvana saat ini. :)

Tetapi saya juga mengatakan setiap kehidupan adalah kehidupan ini. Jadi nirvana ada di dalam setiap kehidupan manapun dan kapanpun. Namun realisasinya tergantung pada kesempurnaan praktik paramita dan bagaimana akhirnya  berhasil menyingkirkan dua rintangan: klesavarana (rintangan kekotoran batin) dan jneyavarana (rintangan pengetahuan).

Quote from: upasaka on 21 April 2009, 05:14:01 PM
Hmmm... Saya juga bingung dengan penjelasan Anda sebelumnya.
Omong-omong dalam konsep Mahayana, bisakah kita menciptakan alam dengan pikiran kita sendiri...?

Bisa. Tapi dalam hal seperti ini rasanya lebih tepat jika kamu tanyakan pada penganut Tantra dan Tanah Murni. Saya kurang kompeten menjelaskan hal demikian.

Quote from: upasaka on 21 April 2009, 05:14:01 PM
Kalau tidak ada pikiran untung-rugi, seharusnya Anda memang mau menolong mereka semua... :)
Kalau bilang mau, tentunya mau. Kalau kemampuan masih dipertanyakan :)

Quote from: upasaka on 21 April 2009, 05:14:01 PM
Jadi Anda tidak pernah mengalami pertentangan di dalam batin...?
^:)^ salutt...
Mohon pencerahan untuk kasus ini...

Tentu saja pernah. Tapi hebatnya anda pertentangan pikiran dan hati yang demikian dibawa terus dan dengan sengaja dipelihara... Itu yang membuat saya heran :)


Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

Quote from: dilbert on 21 April 2009, 05:41:11 PM
Justru di sinilah letak perbedaan sebagian pandangan kaum Mahayanis bahwa kedudukan seorang BODHISATVA itu sedemikian tinggi-nya sehingga melampaui seorang SAVAKA BUDDHA dalam hal pencapaian kesucian. Jika memang sdr.sobat_dhamma setuju bahwa pada dasarnya "keterlibatan" diri sendiri dalam menempuh jalan kesucian/pembebasan itu sangat krusial/penting sekali,
Sebaliknya saya justru mengatakan penekanan akan "keterlibatan diri" adalah hal yang berlebihan.

Quote from: dilbert on 21 April 2009, 05:41:11 PM
maka pada dasarnya ketika seorang BODHISATVA tetap berkutat pada ikrar untuk MEMBEBASKAN MAKHLUK HIDUP (tidak hanya sekedar menolong dalam artian menanam karma baik), maka seorang BODHISATVA itu tidak akan merealisasikan ke-BUDDHA-an...

Justru itu, seorang Bodhisattva rela untuk menunda realisasi Ke-Buddha-an. Tapi tentu saja seorang Bodhisattva sambil menolong sekaligus ia tetap mempraktikkan keenam paramita. Setiap menolong ia selalu ingat untukmerenungkan bahwa "tidak ada yang menolong dan tidak ada yang ditolong, oleh karena itu juga tidak ada perbuatan menolong." Demikianlah seorang Bodhisattva terus menyempurnakan praktik prajna paramita melalui perbuatan menolong. 

Quote from: dilbert on 21 April 2009, 05:41:11 PM
Itu saja... Jelas sekali kok bagaimana seharusnya BODHISATVA bertindak ketika "ingin" mencapai ke-BUDDHA-an (lihat kembali SUTRA INTAN)...

Supaya lebih jelas bagaimana kalau bagian tersebut dikutip juga.

Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

Quote from: naviscope on 22 April 2009, 12:12:20 PM
[at] bro upasaka, dilbert, kainyn kutho

met hav lunch

hehehe.....

saya baru bisa mengerti kenapa aliran T tidak mau disebut egois
karena pada dasar-nya, aliran T itu tidak mengenal ada-nya AKU?
DIRI? bahkan diri sendiri/ aku ini tidak ada, maka bagaimana bisa disebut egois ya?
hehehe... betul tak?

egois itu kan mementingkan diri sendiri? begitu kan?

prinsip aliran T, bahwa air itu mengalir tetap kebawah, jadi tidak mungkin melawan arus, jadi jalan-in saja lah
tidak mgkn kita bisa mengunakan kekuatan, untuk membalik-kan air mengalir menjadi keatas... hehehe...
betul tak ye?

:)


Bro naviscope,
anda menunjukkan keterbukaan pikiran yang baik
salut buat anda  :jempol:

Sekarang bagaimana dengan yg lain? :-?
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

dilbert

Quote from: sobat-dharma on 22 April 2009, 03:25:04 PM
Sebaliknya saya justru mengatakan penekanan akan "keterlibatan diri" adalah hal yang berlebihan.

yang tidak berlebihan yang bagaimana bro.sobat ?

Quote from: sobat-dharma on 22 April 2009, 03:25:04 PM
Justru itu, seorang Bodhisattva rela untuk menunda realisasi Ke-Buddha-an. Tapi tentu saja seorang Bodhisattva sambil menolong sekaligus ia tetap mempraktikkan keenam paramita. Setiap menolong ia selalu ingat untukmerenungkan bahwa "tidak ada yang menolong dan tidak ada yang ditolong, oleh karena itu juga tidak ada perbuatan menolong." Demikianlah seorang Bodhisattva terus menyempurnakan praktik prajna paramita melalui perbuatan menolong. 

Nah, justru karena ketika seorang BODHISATVA, tetap berkutat pada janji/ikrar/sumpahnya untuk menyelamatkan makhluk, tidak bisa merealisasikan ke-BUDDHA-an, TIDAK BISA... BUKAN BISA TAPI DITUNDA... Ini adalah sesuatu yang berbeda konteks-nya... Justru harus melepas keinginan tersebut (bahkan keinginan luhur/chanda) sekalipun...

Ingat makna tersirat dalam proses penyiksaan diri Pangeran Siddharta sebelum mencapai pencerahan sempurna, bagaimana Siddharta yang akhirnya sadar bahwa untuk meninggalkan kehidupan penyiksaan diri (yang ternyata tidak dapat membawa pada pembebasan) selama 6 tahun. Bahwa pada dasarnya KETIKA TIDAK ADA YANG DIKEJAR, MAKA ITULAH HASIL MAKSIMAL YANG BISA DIDAPATKAN.

Ingat juga cerita bagaimana Y.A. Ananda mencapai kesucian Arahat dalam postur setengah miring (ketika akan tidur), yaitu sewaktu Ananda melepaskan KEINGINAN KUAT UNTUK MENCAPAI ARAHAT karena waktu pelaksanaan konsili sangha pada keesokan hari-nya yang begitu mendesak Ananda...

Itu-lah maknanya... Secara alamiah, ajaran BUDDHA mengajarkan kepada umat-nya untuk bersandar pada diri sendiri, karena tidak ada yang bisa menolong kita, kecuali kita sendiri mau ditolong dan bertindak sendiri untuk menolong diri kita sendiri. ITU ESENSI-nya.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

Quote from: sobat-dharma on 22 April 2009, 03:25:04 PM

Quote from: dilbert on 21 April 2009, 05:41:11 PM
Itu saja... Jelas sekali kok bagaimana seharusnya BODHISATVA bertindak ketika "ingin" mencapai ke-BUDDHA-an (lihat kembali SUTRA INTAN)...

Supaya lebih jelas bagaimana kalau bagian tersebut dikutip juga.



Kemudian Subhuti berkata kepada Hyang Buddha, "Yang Dijunjungi, jika seorang laki-laki atau wanita bajik bertekad untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi, bagaimana seharusnya dia bertumpu, bagaimana seharusnya dia mengendalikan hatinya?"

Hyang Buddha memberitahu Subhuti, "Seorang laki-laki atau wanita bajik, yang bertekad untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi harus berpikiran demikian:"Aku harus membebaskan semua makhluk hidup dari arus tumimbal lahir, tetapi bila semua makhluk hidup sudah dibebaskan dari tumimbal lahir, sebenarnya sama sekali tidak ada makhluk hidup yang dibebaskan. Mengapa begitu? Subhuti, jika seorang Bodhisattva masih mempunyai ciri keakuan, ciri manusia, ciri makhluk hidup dan ciri kehidupan, maka dia bukanlah seorang Bodhisattva. Apa sebabnya? Subhuti, sebenarnya tidak ada Dharma tentang tekad untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

K.K.

Quote from: dilbert on 22 April 2009, 04:39:29 PM
Kemudian Subhuti berkata kepada Hyang Buddha, "Yang Dijunjungi, jika seorang laki-laki atau wanita bajik bertekad untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi, bagaimana seharusnya dia bertumpu, bagaimana seharusnya dia mengendalikan hatinya?"

Hyang Buddha memberitahu Subhuti, "Seorang laki-laki atau wanita bajik, yang bertekad untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi harus berpikiran demikian:"Aku harus membebaskan semua makhluk hidup dari arus tumimbal lahir, tetapi bila semua makhluk hidup sudah dibebaskan dari tumimbal lahir, sebenarnya sama sekali tidak ada makhluk hidup yang dibebaskan. Mengapa begitu? Subhuti, jika seorang Bodhisattva masih mempunyai ciri keakuan, ciri manusia, ciri makhluk hidup dan ciri kehidupan, maka dia bukanlah seorang Bodhisattva. Apa sebabnya? Subhuti, sebenarnya tidak ada Dharma tentang tekad untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi.
Wah, ini sutra yang bagus dan dalam. Minta link-nya donk, Bro dilbert ;D



naviscope

^
^
^
sutra intan bro

sutra mahayana yang paling tinggggiiiii.....

vajracheddika prajna paramita sutra (kakak kandung nya prajna paramita sutra, ato sutra hati)
masih ada hubungan saudara :P
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

hatRed

pantas namanya intan :-?

panjang gak sutranya? minta juga ah.. :P
i'm just a mammal with troubled soul



K.K.

Quote from: naviscope on 22 April 2009, 05:09:52 PM
^
^
^
sutra intan bro

sutra mahayana yang paling tinggggiiiii.....

vajracheddika prajna paramita sutra (kakak kandung nya prajna paramita sutra, ato sutra hati)
masih ada hubungan saudara :P
Ooo... Sutra Pemotong Intan yah... OK deh.
Thanx, bro naviscope.

naviscope

Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

marcedes

Quote from: hatRed on 22 April 2009, 05:11:01 PM
pantas namanya intan :-?

panjang gak sutranya? minta juga ah.. :P

panjang, ada 84.000 kata.^^

metta regards
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!