Manusia

Started by sukma, 01 December 2008, 06:42:00 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hatRed

 [at] sukma

pusiing neh... ingatan lagi kacau balau

kalo konsep jiwa menurut saya pribadi sih (apalagi masih skepts gini) gak begitu yakin dengan konsep jiwa.

paling dalam akademis, "Kejiwaan" malah dipandang sebagai situasi kondisi batin seseorang. dalam kata lain ya kesadaran seperti sukma katakan.

kalau menilai filsuf2 tersebut, pandangan mereka seperti menganggap jiwa itu lebih daripada hanya kesadaran. tetapi mengarah kepada pembentuk hidup.

kalau mungkin yg didefkan sebagai jiwa adalah sebagai "Penentu" suatu "Raga" maka, hal ini tidak dapat didef secara ilmu kedokteran.
i'm just a mammal with troubled soul



hatRed

 [at] sukma

melanjuti konsep jiwa seperti listrik.

menurut sukma, dalam buddhism dikenal adanya kehidupan lampau.

anggaplah benar kalau ada yang namanya tumimbal lahir. lalu apa yang berpindah

apa yang berpindah dari kehidupan sebelumnya yang ada di kehidupan sekarang?

kalau seseorang dapat mengingat kehidupan lampaunya, apa yang membuat seseorang dapat mengingatnya?

kalau zat otaknya tidak mungkin kan? apa yang dinamakan jiwa ini?

tetapi kalau jiwa ini yang berpindah, apalah bedanya reinkarnasi dengan tumimbal lahir?
i'm just a mammal with troubled soul



sukma

(At Kainyn)

Saya sudah jawab pertanyaan anda di page 1. Maaf arus internet lagi kacau, bolot.


sukma

Quote from: hatRed on 01 December 2008, 08:55:41 PM
[at] sukma

melanjuti konsep jiwa seperti listrik.

menurut sukma, dalam buddhism dikenal adanya kehidupan lampau.

anggaplah benar kalau ada yang namanya tumimbal lahir. lalu apa yang berpindah

apa yang berpindah dari kehidupan sebelumnya yang ada di kehidupan sekarang?

kalau seseorang dapat mengingat kehidupan lampaunya, apa yang membuat seseorang dapat mengingatnya?

kalau zat otaknya tidak mungkin kan? apa yang dinamakan jiwa ini?

tetapi kalau jiwa ini yang berpindah, apalah bedanya reinkarnasi dengan tumimbal lahir?

hatRed, you got my point.! Justru threads manusia = jasmani + jiwa ini lah yang akan aku lari nya nanti ke pertanyaan Anda diatas. You a smart.

sukma

hatRed

bagaimana pula hubungan Jiwa - Badan dan Pengamatan Indrawi.?

hatRed

Quote from: sukma
Justru threads manusia = jasmani + jiwa ini lah yang akan aku lari nya nanti ke pertanyaan Anda diatas

lah anda nanya, saya juga nanya, yang ngejawab sape?

Quote
bagaimana pula hubungan Jiwa - Badan dan Pengamatan Indrawi.?

hmmmm.......

kalo pandangan Pribadi :

      Jiwa itu hanyalah, sesuatu yg tidak berbentuk dan tidak dapat dibentuk, kek ibarat listrik saya itu.

disini saya anggap

Badan = Robot
Jiwa = Listrik
Pengamatan Indrawi = Pengalaman/Knowledge

anggaplah makhluk itu robot, diberi battrei/listrik.

saat robot ini berinteraksi dengan lingkungan maka ini yang disebut pengamatan indrawi. hasil pengamatan ini, hanya disimpan. tetapi tidak membentuk jiwa. karena jiwa adalah hal lain.

layaknya battrei tersebut. bila battrei tersebut dipakai oleh mesin yang lain (anggap kipas angin) maka mesin tersebut pun dapat hidup/melakukan pengamatan indrawi.

tetapi kipas angin ini tidak dapat mencerna pengamatan indrawi/pengalaman dari robot karena informasi ini tidak dibentuk di battrei tersebut.

karena battrei tersebut murni, (saat bicara battrei ini yg dimaksud adalah listriknya bukan fisiknya).
dan tidak dapat dibentuk.


hmmm.......... semakin bingung saja. karena contoh diatas saya ambil jika saya menganggap Jiwa itu lebih dari sekedar kondisi batin, tetapi lebih mengarah sebagai "Penentu".
i'm just a mammal with troubled soul



sukma

hatRed, ilustrasi badan = robot dan jiwa = listrik, nanti kita bahas ya...

kita sepakati dulu, jiwa menurut definisinya tidak ada luasnya (tidak bendawi)dan sebab itu tidak sebagian hadir dalam bagian badan yang ini dan sebagian hadir dalam bagian badan yang itu. Jiwa hadir dalam badan sedemikian rupa sehingga seluruhnya dalam semua bagian badan bersama-sama dan seluruhnya dalam setiap bagian yang mana pun juga.

Kehadiran itu memang tidak dapat dipikirkan sebagai sebagai suatu kehadiran yang tersebar menurut matra-matra ruang, Kehadiran itu harus dipikirkan sebagai suatu kehadiran yang tersebar melalui semacam perhatian yanh hidup, yang mungkin boleh di sebut semacam kesiapsiagaan.

Ambil saja contoh berikut ini ; suatu titik yang kecil pada kulit di sentuh ; meskipun tempat itu bukan seluruh badan, malahan dalam badan hampir tidak kelihatan, namun sentuhan itu terasa oleh jiwa sebagai keseluruhan dan anehnya, perasaan sentuhan itu tidak tersebar di seluruh badan, tetapi hanya terlokalisasi ditempat di mana  terjadi. Jadi, bagaimana mungkin, bahwa sentuhan itu kena pada seluruh jiwa, meskipun hanya terjadi dalam tempat yang kecil, selain karena jiwa seluruhnya hadir pada tempat sentuhan itu terjadi, namun agar seluruhnya dapat hadir disitu tidak harus meninggalkan bagian-bagian badan yang lain, yang memang juga tetap hidup terus, meskipun tidak di sentuh,

Dan seandainya pada saat yang sama bagian-bagian yang lain itu juga disentuh, maka sntuhan-sentuhan itu pun tentu bukan tidak ketahuan jiwa. Inilah yang saya pahami sebagai hubungan ; Jiwa-Badan dan Pengamatan Indrawi.

sukma

dilanjutkan besok. saya off line. see all of us tomorow  :'(

hatRed

hmmm...

kalau begitu, saat makhluk kehilangan anggota tubuhnya, bukan berarti dia kehilangan sebagian jiwanya atau tidak?

ada salah satu sumber mengatakan, seseorang yang diamputasi kadang2 merasakan nyeri di bagian yang diamputasi karena dalam sadar mereka masih menganggap anggota tubuhnya tersebut masih ada (berarti disini ada Perasaan dan Kesadaran secara "nyata" akan anggota tubuhnya yg hilang).

apakah "hal yang diamputasi ini" merupakan jiwa?
i'm just a mammal with troubled soul



hatRed

Quote from: sukma on 01 December 2008, 09:26:44 PM
dilanjutkan besok. saya off line. see all of us tomorow  :'(

ocre deh.
i'm just a mammal with troubled soul



hendrako

Quote from: sukma on 01 December 2008, 08:48:32 PM
Jiwa waktu janin dalam kandungan, balita, pubertas, dewasa, adalah jiwa yang sama, namun terjadi Proses naik level

Coba kita kembali memperhatikan kalimat yang di bold biru di atas.

Kata namun menunjukkan hal yang bertentangan dengan pernyataan sebelumnya.
Apabila dikatakan bahwa "jiwa yang sama." mestinya jiwa itu tidak berubah atau kekal.
Namun....
ternyata, apa yang dikatakan sebagai jiwa itu mengalami perubahan, yaitu berproses dari saat ke saat, sebagaimana yang saudara/i Sukma katakan dan contohkan.

Hanya kesannya saja sama, karena terdapat kesinambungan, namun hakikinya, karena sifatnya yang berubah dari saat ke saat, maka tidak dapat dikatakan sama atau kekal. Oleh karena ketidakkekalan itulah maka tidak ada yang bersifat tetap pada apa yang dikatakan sebagai jiwa, dan tidak pas dipandang sebagai diri atau jiwa yang kekal.

yaa... gitu deh

hatRed

Quote from: hatRed on 01 December 2008, 08:55:41 PM
[at] sukma

melanjuti konsep jiwa seperti listrik.

menurut sukma, dalam buddhism dikenal adanya kehidupan lampau.

anggaplah benar kalau ada yang namanya tumimbal lahir. lalu apa yang berpindah

apa yang berpindah dari kehidupan sebelumnya yang ada di kehidupan sekarang?

kalau seseorang dapat mengingat kehidupan lampaunya, apa yang membuat seseorang dapat mengingatnya?

kalau zat otaknya tidak mungkin kan? apa yang dinamakan jiwa ini?

tetapi kalau jiwa ini yang berpindah, apalah bedanya reinkarnasi dengan tumimbal lahir?

maksudnya sukma tuh, untuk pertanyaan ini.
i'm just a mammal with troubled soul



hendrako

Quote from: hatRed on 01 December 2008, 09:51:53 PM
Quote from: hatRed on 01 December 2008, 08:55:41 PM
[at] sukma

melanjuti konsep jiwa seperti listrik.

menurut sukma, dalam buddhism dikenal adanya kehidupan lampau.

anggaplah benar kalau ada yang namanya tumimbal lahir. lalu apa yang berpindah

apa yang berpindah dari kehidupan sebelumnya yang ada di kehidupan sekarang?

kalau seseorang dapat mengingat kehidupan lampaunya, apa yang membuat seseorang dapat mengingatnya?

kalau zat otaknya tidak mungkin kan? apa yang dinamakan jiwa ini?

tetapi kalau jiwa ini yang berpindah, apalah bedanya reinkarnasi dengan tumimbal lahir?

maksudnya sukma tuh, untuk pertanyaan ini.

Tumimbal lahir bukan perpindahan, namun kontinuitas, kesinambungan.
yaa... gitu deh

Nevada

#28
Quote from: sukma on 01 December 2008, 09:22:56 PM
hatRed, ilustrasi badan = robot dan jiwa = listrik, nanti kita bahas ya...

kita sepakati dulu, jiwa menurut definisinya tidak ada luasnya (tidak bendawi)dan sebab itu tidak sebagian hadir dalam bagian badan yang ini dan sebagian hadir dalam bagian badan yang itu. (1) Jiwa hadir dalam badan sedemikian rupa sehingga seluruhnya dalam semua bagian badan bersama-sama dan seluruhnya dalam setiap bagian yang mana pun juga.

Kehadiran itu memang tidak dapat dipikirkan sebagai sebagai suatu kehadiran yang tersebar menurut matra-matra ruang, (2) Kehadiran itu harus dipikirkan sebagai suatu kehadiran yang tersebar melalui semacam perhatian yanh hidup, yang mungkin boleh di sebut semacam kesiapsiagaan.

Ambil saja contoh berikut ini ; suatu titik yang kecil pada kulit di sentuh ; meskipun tempat itu bukan seluruh badan, malahan dalam badan hampir tidak kelihatan, namun sentuhan itu terasa oleh jiwa sebagai keseluruhan dan anehnya, perasaan sentuhan itu tidak tersebar di seluruh badan, tetapi hanya terlokalisasi ditempat di mana  terjadi. Jadi, bagaimana mungkin, bahwa sentuhan itu kena pada seluruh jiwa, meskipun hanya terjadi dalam tempat yang kecil, (3) selain karena jiwa seluruhnya hadir pada tempat sentuhan itu terjadi, namun agar seluruhnya dapat hadir disitu tidak harus meninggalkan bagian-bagian badan yang lain, yang memang juga tetap hidup terus, meskipun tidak di sentuh,

(4) Dan seandainya pada saat yang sama bagian-bagian yang lain itu juga disentuh, maka sntuhan-sentuhan itu pun tentu bukan tidak ketahuan jiwa. Inilah yang saya pahami sebagai hubungan ; Jiwa-Badan dan Pengamatan Indrawi.

[at] Sukma

Saya tanggapi kalimat di postingan Anda yg saya beri nomor dan cetak tebal...

(1) Anda mengatakan jiwa itu tidak bisa didefinisi, yakni tidak berbentuk. Namun di kalimat yg saya cetak tebal itu, Anda malah mengeluarkan statement bahwa jiwa itu hadir sepenuhnya pada raga / badan jasmaniah. Saya rasa ini adalah kontradiksi.

(2) Pada paragraf berikutnya, Anda berusaha mengklarisifikasi pernyataan di paragraf sebelumnya, mungkin agar tidak terjadi kesalahpahaman. Namun pada paragraf kedua ini, Anda malah membuat analogi bahwa kehadiran jiwa itu layaknya perhatian / kesiapsiagaan. Secara teoritis ini adalah janggal.

(3) Anda menyimpulkan pernyataan yg berbunyi : 'jiwa itu hadir pada suatu lokasi tertentu' dan 'namun tidak meninggalkan bagian badan2 yg lain'. Ini pernyataan yg kontradiksi lagi.

(4) Di kalimat itu, Anda menyimpulkan bahwa jiwa 'selalu hadir' saat badan mengadakan kontak dengan objek luar. Kenyataannya kadang kala kita tidak sadar (mungkin dalam istilah Anda : 'jiwa tidak hadir') saat ada kontak dengan objek luar.

Mohon penjelasannya kembali...  _/\_

K.K.

Quote from: sukma on 01 December 2008, 08:56:48 PM
(At Kainyn)

Saya sudah jawab pertanyaan anda di page 1. Maaf arus internet lagi kacau, bolot.
Ya, thanx. Saya lihat kok.


QuoteJiwa waktu janin dalam kandungan, balita, pubertas, dewasa, adalah jiwa yang sama, namun terjadi Proses naik level
Naik level ini, apa maksudnya? Mencakup apa saja? Apa saja faktor yang mempengaruhi kenaikan level ini?