Manusia

Started by sukma, 01 December 2008, 06:42:00 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

sukma

Minta Izin diskusi Species manusia tanpa zat "roh" sesuai Ajaran Buddhis, dan tidak bersumber dari Agama dan Keyakinan lain, bila thread ini tidak sesuai aturan main Web DC, silahkan dierase.


Manusia terdiri atas Jiwa dan Badan tidak merupakan soal. Meskipun dapat terjadi., bahwa jiwa atau badan dianggap merupakan dan di sebut manusia, namun, betapapun harus dipertahankan, bahwa keduanya-duanya betul-betul berbeda, namun sebenarya badan bukan manusia jikalau jiwa tidak ada untuk menjiwainya, dan sebaliknya jiwa pun bukan manusia jikalau badan tidak di jiwai olehnya. Jadi, bagaimana pun juga, kedua-duanya digabungkan menjadi suatu kesatuan, untuk mendirikan manusia dalam arti utuh. Tetapi dengan demikian masih belum jelas, bagaimana kesatuan ini dapat dimengerti.

Kita dapat berkenalan dengan definisi, yang katanya, diberikan oleh orang-orang bijaksana dari dahulu kala, yakni bahwa manusia adalah mahluk yang berakal budi yang dapat mati. Defenisi ini disatu pihak menyatakan,bahwa manusia termasuk yang genius, dan di lain pihak bahwa sebagai berakal budi ia menurut speciesnya berbeda dengan binatang-binatang..

Akan tetapi defenisi ini tidak menentukan bagaimana perbedaan dan hubungan jiwa dengan badan harus dipikirkan. Pada hematnya, "jiwa adalah semacam subtansi berakal budi yang dipersiapkan untuk mengemudi badan, tetapi itu berarti bahwa badan juga harus dianggap merupakan suati subtansi, dan akhirnya manusia sendiri menjadi suatu subtansi yang ketiga, yang terdiri dari dua subtansi yang lainnya. Hanya, ya tidaklah harus diakui bahwa menjadi sulit memandang subtansi yang terakhir itu sebagai betul-betul satu subtansi,yakni sebagai sesuatu, yang memiliki kesatuan yang perlu, agar subtansi betul-betul menjadi satu subtansi.

Ambillah sebagai contoh pasangan suami isteri. Betapapun mereka dipersatukan dan malahan ditunjukkan dengan memakai satu kata saja (pasutri),mereka tetap dua subtansi dan kesatuan mereka bukan subtansi (tetapi relasi). Atau dapat dikatakan bahwa manusia ialah badan yang siap dipakai atau dihidupkan oleh jiwa, sebagaimana alat yang dapat dihidupkan untuk menerangi kenyataan sekitar yang kita sebut lampu. Ataukah harus dikatakan bahwa manusia adalah jiwa yang memakai badan , sebagaimana kita berbicara tentang abang becak, yang memang abang becak, karena ia memakai becak sebagai alatnya.??

Bisa kah jika manusia kita di definisikan sebagai ; "jiwa berakal budi yang memakai badan yang dapat mati".? Perhatikanlah, bahwa rumus tradisional "mahluk hidup(atau binatang) berakal budi(animal rationale)" diubah menjadi "jiwa berakal budi(animal rationalis)". Jadi, manusia menurut hakikat yang sebenarnya disamakan dengan jiwa. Lalu, rupanya apabila jiwa disebutkan,maka badan pun harus disebutkan, yakni sebagai apa yang dipakai jiwa tersebut. Lantas, dimana kesatuan manuia.?

Ataukah dengan kata lain kita sebut bahwa manusia adalah "jiwa yang mempunyai badan dan tidak membuat dua pribadi tetapi satu orang", namun, pernyataan ini tidak bernada betul-betul meyakinkan. Ada pertanyaan, bagaimana di dalam diri manusia itu adanya dan fungsi badan dapat dimengerti.?

Tidakkah timbul kesan bahwa di dalam kenyataan manusiawi yang kita kenali badan sebenarnya sessuatu yang asing, yang tidak ikut mendefinisikan hakikat kenyataan manusiawi tersebut.?. Tidak sulit kelihatannya bahwa suatu cara menilai badan seperti itu mudah dikembangkan menjadi suatu penilaian negativ, seolah-olah entah apa sebabnya harus disesali, bahwa badan itu ada. Dan sebenrnya sudah ada pelbagai Ajaran Meditasi yang menjurus ke arah itu dan menekankan bahwa jiwa seharusnya mencoba melepaskan diri dari badannya.

hatRed

kalo menurut saya secara simpelnya

Manusia adalah makhluk hidup

makhluk hidup terdiri dari Nama dan Rupa

yang membedakan Manusia dan Makhluk Hidup lainnya adalah tingkat Dukkha
i'm just a mammal with troubled soul



sukma

Quote from: hatRed on 01 December 2008, 06:55:35 PM
kalo menurut saya secara simpelnya

Manusia adalah makhluk hidup

makhluk hidup terdiri dari Nama dan Rupa

yang membedakan Manusia dan Makhluk Hidup lainnya adalah tingkat Dukkha

hatRed, kita pengikut Ajaran Buddhis setiap hari berhubungan dengan sesama manusia dan lebih sering pertemuan hubungan ini terjadi pada kelompok manusia yang tidak sama Paguyuban, Agama, dll. Kapan kah kita diluar tidak ketemu diskusi secara ilmiah kedokteran atau paham Universal.? Saya perhatikan banyak sekali kita sbagai manusia sendiri tidak mengetahui unsur apa itu jiwa.? Mau easy come easy going ya aku setuju dengan jawaban hatRed diatas,

hatRed

 [at] sukma

heheh.... kalo konsep jiwa ini, aye emang blon ngarti banget dan setuju ma pernyataan aye sendiri.

itu mah jawaban urang buddhist euy.

kalo secara pribadi, sih. sampai sekarang gak percaya jiwa itu ada.

malah bingung juga. pernah sih mikir waktu mo concern ke robotika.

malah sempat dapet ilham kalo jiwa itu kek listrik. apapun badannya listriknya tetep sama.

listrik itu cuma memberi tenaga agar tu robot jalan. tetapi semua listrik kan sama. cuma badannya aja yang beda.

jadi lsitrik yg dipake di kipas angin juga bisa jalan di Tv kan?

tapi gak tau lagi deh. lagipula penjelasan sukma juga keknya copast dari pelajaran Pancasila/kewarganegaraan  deh.

kalo sukma sendiri mikir jiwa tuh kek gmana?
i'm just a mammal with troubled soul



sukma

Quote from: hatRed on 01 December 2008, 07:11:39 PM
[at] sukma

heheh.... kalo konsep jiwa ini, aye emang blon ngarti banget dan setuju ma pernyataan aye sendiri.

itu mah jawaban urang buddhist euy.

kalo secara pribadi, sih. sampai sekarang gak percaya jiwa itu ada.

malah bingung juga. pernah sih mikir waktu mo concern ke robotika.

malah sempat dapet ilham kalo jiwa itu kek listrik. apapun badannya listriknya tetep sama.

listrik itu cuma memberi tenaga agar tu robot jalan. tetapi semua listrik kan sama. cuma badannya aja yang beda.

jadi lsitrik yg dipake di kipas angin juga bisa jalan di Tv kan?

tapi gak tau lagi deh. lagipula penjelasan sukma juga keknya copast dari pelajaran Pancasila/kewarganegaraan  deh.

kalo sukma sendiri mikir jiwa tuh kek gmana?

hatRed, yang pasti jiwa itu bukan "Bendawi". Sesuatu yang bendawi bercirikan besar dan luas, sesuai dengan ukuran-ukuran ketiga matranya yaitu ; panjang, lebar, dan tinggi, dan mengisi sebagian ruangan -yang lebih kecil atau yang lebih besar- sesuai ukuran-ukuran tersebut. Adapun, bagaimana pun juga jiwa tidak bercirikan demikian toch.?

sukma

Bagaimana bila kita sebut kehadiran jiwa kepada dirinya kita sebut KESADARAN,?

hatRed

hmm..... Kesadaran

kalau orang gila gmana?

trus kalo pingsan?

yang koma?
i'm just a mammal with troubled soul



sukma

Saya ada dan saya ketahui, bahwa saya ada, dan saya ketahui, bahwa saya mencintai diri saya.? Dan jikalau seseorang penganut Skeptisme dari perguruan Akademis bertanya, bagaimana jikalau saya keliru.?, maka saya menjawab ; "Juga jikalau saya keliru, saya Ada" . Jadi, jikalau saya keliru saya mempunyai kepastian, jadi pengenalan pasti bahwa saya ada. Tetapi bukan hanya itu saja dengan mudah menampakkan bahwa ada pelbagai kepastian lain yang terimplikasi dalam kepastian yang pertama itu. Demikian, bahwa saya yang keliru ini hidup, bahwa saya sedang berpikir, dan sebab itu, bahwa saya mempunyai daya berpikir atau akal - budi.

hatRed

Quote from: sukma on 01 December 2008, 07:35:21 PM
Saya ada dan saya ketahui, bahwa saya ada, dan saya ketahui, bahwa saya mencintai diri saya.? Dan jikalau seseorang penganut Skeptisme dari perguruan Akademis bertanya, bagaimana jikalau saya keliru.?, maka saya menjawab ; "Juga jikalau saya keliru, saya Ada" . Jadi, jikalau saya keliru saya mempunyai kepastian, jadi pengenalan pasti bahwa saya ada. Tetapi bukan hanya itu saja dengan mudah menampakkan bahwa ada pelbagai kepastian lain yang terimplikasi dalam kepastian yang pertama itu. Demikian, bahwa saya yang keliru ini hidup, bahwa saya sedang berpikir, dan sebab itu, bahwa saya mempunyai daya berpikir atau akal - budi.


ini maksudnya pa

jadi binun neh g. apa hubannya.

tulung relasinya di explicitin.
i'm just a mammal with troubled soul



K.K.

#9
Quote from: sukma on 01 December 2008, 06:42:00 PM
Minta Izin diskusi Species manusia tanpa zat "roh" sesuai Ajaran Buddhis, dan tidak bersumber dari Agama dan Keyakinan lain, bila thread ini tidak sesuai aturan main Web DC, silahkan dierase.


Manusia terdiri atas Jiwa dan Badan tidak merupakan soal. Meskipun dapat terjadi., bahwa jiwa atau badan dianggap merupakan dan di sebut manusia, namun, betapapun harus dipertahankan, bahwa keduanya-duanya betul-betul berbeda, namun sebenarya badan bukan manusia jikalau jiwa tidak ada untuk menjiwainya, dan sebaliknya jiwa pun bukan manusia jikalau badan tidak di jiwai olehnya. Jadi, bagaimana pun juga, kedua-duanya digabungkan menjadi suatu kesatuan, untuk mendirikan manusia dalam arti utuh. Tetapi dengan demikian masih belum jelas, bagaimana kesatuan ini dapat dimengerti.

Kita dapat berkenalan dengan definisi, yang katanya, diberikan oleh orang-orang bijaksana dari dahulu kala, yakni bahwa manusia adalah mahluk yang berakal budi yang dapat mati. Defenisi ini disatu pihak menyatakan,bahwa manusia termasuk yang genius, dan di lain pihak bahwa sebagai berakal budi ia menurut speciesnya berbeda dengan binatang-binatang..

Akan tetapi defenisi ini tidak menentukan bagaimana perbedaan dan hubungan jiwa dengan badan harus dipikirkan. Pada hematnya, "jiwa adalah semacam subtansi berakal budi yang dipersiapkan untuk mengemudi badan, tetapi itu berarti bahwa badan juga harus dianggap merupakan suati subtansi, dan akhirnya manusia sendiri menjadi suatu subtansi yang ketiga, yang terdiri dari dua subtansi yang lainnya. Hanya, ya tidaklah harus diakui bahwa menjadi sulit memandang subtansi yang terakhir itu sebagai betul-betul satu subtansi,yakni sebagai sesuatu, yang memiliki kesatuan yang perlu, agar subtansi betul-betul menjadi satu subtansi.

Ambillah sebagai contoh pasangan suami isteri. Betapapun mereka dipersatukan dan malahan ditunjukkan dengan memakai satu kata saja (pasutri),mereka tetap dua subtansi dan kesatuan mereka bukan subtansi (tetapi relasi). Atau dapat dikatakan bahwa manusia ialah badan yang siap dipakai atau dihidupkan oleh jiwa, sebagaimana alat yang dapat dihidupkan untuk menerangi kenyataan sekitar yang kita sebut lampu. Ataukah harus dikatakan bahwa manusia adalah jiwa yang memakai badan , sebagaimana kita berbicara tentang abang becak, yang memang abang becak, karena ia memakai becak sebagai alatnya.??

Bisa kah jika manusia kita di definisikan sebagai ; "jiwa berakal budi yang memakai badan yang dapat mati".? Perhatikanlah, bahwa rumus tradisional "mahluk hidup(atau binatang) berakal budi(animal rationale)" diubah menjadi "jiwa berakal budi(animal rationalis)". Jadi, manusia menurut hakikat yang sebenarnya disamakan dengan jiwa. Lalu, rupanya apabila jiwa disebutkan,maka badan pun harus disebutkan, yakni sebagai apa yang dipakai jiwa tersebut. Lantas, dimana kesatuan manuia.?

Ataukah dengan kata lain kita sebut bahwa manusia adalah "jiwa yang mempunyai badan dan tidak membuat dua pribadi tetapi satu orang", namun, pernyataan ini tidak bernada betul-betul meyakinkan. Ada pertanyaan, bagaimana di dalam diri manusia itu adanya dan fungsi badan dapat dimengerti.?

Tidakkah timbul kesan bahwa di dalam kenyataan manusiawi yang kita kenali badan sebenarnya sessuatu yang asing, yang tidak ikut mendefinisikan hakikat kenyataan manusiawi tersebut.?. Tidak sulit kelihatannya bahwa suatu cara menilai badan seperti itu mudah dikembangkan menjadi suatu penilaian negativ, seolah-olah entah apa sebabnya harus disesali, bahwa badan itu ada. Dan sebenrnya sudah ada pelbagai Ajaran Meditasi yang menjurus ke arah itu dan menekankan bahwa jiwa seharusnya mencoba melepaskan diri dari badannya.

Teori yang cukup menarik.

Jadi maksudnya ada sesuatu yang namanya jiwa, sedangkan tubuh hanyalah suatu kendaraan untuk memuat jiwa, begitu? Baik, kalau begitu saya mau tanya: Menurut anda, bagi seorang yang terlahir dengan jasmani buta, apakah jiwanya mengenal bentuk-bentuk?

Jasmani (becak) maksudnya tidak menyatakan hakikat jiwa dan tidak berinteraksi dengan jiwa (si Tukang Becak)? Saya mau tanya, antara ketika kita kecil, sebelum hormon seksual berkembang dan ketika kita dewasa, setelah hormon seksual berkembang, apakah "jiwa" (sewaktu anak2 dan dewasa) definisi anda itu sama atau berbeda?


sukma

Quote from: hatRed on 01 December 2008, 07:39:51 PM
Quote from: sukma on 01 December 2008, 07:35:21 PM
Saya ada dan saya ketahui, bahwa saya ada, dan saya ketahui, bahwa saya mencintai diri saya.? Dan jikalau seseorang penganut Skeptisme dari perguruan Akademis bertanya, bagaimana jikalau saya keliru.?, maka saya menjawab ; "Juga jikalau saya keliru, saya Ada" . Jadi, jikalau saya keliru saya mempunyai kepastian, jadi pengenalan pasti bahwa saya ada. Tetapi bukan hanya itu saja dengan mudah menampakkan bahwa ada pelbagai kepastian lain yang terimplikasi dalam kepastian yang pertama itu. Demikian, bahwa saya yang keliru ini hidup, bahwa saya sedang berpikir, dan sebab itu, bahwa saya mempunyai daya berpikir atau akal - budi.


ini maksudnya pa

jadi binun neh g. apa hubannya.

tulung relasinya di explicitin.

inilah yang di bilang saya "ada" di sini seperti Ajaran Buddhis kita Ke - aku-an yang sangat melekat walau sudah kleiru namun tetap "ada", itulah pikran manusia.

hatRed

tunggu dulu,

pas baca2 lagi,

ini sukma mo bicarain tentang jiwa menurut Buddhism atau diluar itu?
i'm just a mammal with troubled soul



sukma

Banyak Filsuf-Filsuf yang dengan sekonsekuen-konsekuennya menerima bahwa jiwa itu hanya sesuatu yang bendawi atau jasmani saja. Ada yang mengatakan bahwa jiwa itu adalah darah, menurut yang lain jiwa itu adalah otak, atau jantung (yakni bukan jantung dalam arti kiasan, melainkan dalam arti harfiah, jadi jantung yang dari daging itu). Ada juga yang erpikir jiwa itu terdiri dari atas atom-atom. Lain lagi menyatakan subtansi jiwa sama dengan anasir udara atau anasir api.

Dan masih ada teori yang menyatakan bahwa jiwa, yang terdiri dari dirinya sendiri tidak dapat dipikirkan sebagai subtansi, karena bukan sesuatu benda, adalah keselarasan antara anasir-anasie yang bersama-sama membentuk badan.

sukma

(At hatRed)

Come on.! jiwa universal seluruh manusia di bumi, dan bagaimana nantinya saya bisa masuk ke dalam jiwa menurut Ajaran Buddhis dan menjabarkan nya secara ilmu kedokteran.


  Masih ada Filsuf –filsuf yang bertolak dari pendapat bahwa jiwa bukan jasmani atau bendawi, melainkan menurut subtansinya adalah hidup, yang menghidupkan badan, berusaha membuktikan bahwa jiwa tidak dapat mati (mungkin kah ini yang di maksud Inkarnasi di Buddhis.?), karena tidak mungkin hidup itu sendiri tidak hidup.

Masih ada pendapat, yang menyamakan yang menyamakan jiwa dengan apa mereka sebut anasir yang kelima dan mereka gabungkan dengan badan, yang terdiri atas keempat anasir yang terkenal itu.  Tetapi, barangkali mereka pun harus digolongkan bersama dengan mereka yang menyamakan jiwa dengan yang bendawi menurut arti yang biasa.

Ternyata, adanya begitu banyak pendapat mengenal jiwa merupakan pertanda bahwa jiwa itu TIDAK DIKENAL.

sukma

Quote from: Kainyn_Kutho on 01 December 2008, 07:55:22 PM
Quote from: sukma on 01 December 2008, 06:42:00 PM
Minta Izin diskusi Species manusia tanpa zat "roh" sesuai Ajaran Buddhis, dan tidak bersumber dari Agama dan Keyakinan lain, bila thread ini tidak sesuai aturan main Web DC, silahkan dierase.


Manusia terdiri atas Jiwa dan Badan tidak merupakan soal. Meskipun dapat terjadi., bahwa jiwa atau badan dianggap merupakan dan di sebut manusia, namun, betapapun harus dipertahankan, bahwa keduanya-duanya betul-betul berbeda, namun sebenarya badan bukan manusia jikalau jiwa tidak ada untuk menjiwainya, dan sebaliknya jiwa pun bukan manusia jikalau badan tidak di jiwai olehnya. Jadi, bagaimana pun juga, kedua-duanya digabungkan menjadi suatu kesatuan, untuk mendirikan manusia dalam arti utuh. Tetapi dengan demikian masih belum jelas, bagaimana kesatuan ini dapat dimengerti.

Kita dapat berkenalan dengan definisi, yang katanya, diberikan oleh orang-orang bijaksana dari dahulu kala, yakni bahwa manusia adalah mahluk yang berakal budi yang dapat mati. Defenisi ini disatu pihak menyatakan,bahwa manusia termasuk yang genius, dan di lain pihak bahwa sebagai berakal budi ia menurut speciesnya berbeda dengan binatang-binatang..

Akan tetapi defenisi ini tidak menentukan bagaimana perbedaan dan hubungan jiwa dengan badan harus dipikirkan. Pada hematnya, "jiwa adalah semacam subtansi berakal budi yang dipersiapkan untuk mengemudi badan, tetapi itu berarti bahwa badan juga harus dianggap merupakan suati subtansi, dan akhirnya manusia sendiri menjadi suatu subtansi yang ketiga, yang terdiri dari dua subtansi yang lainnya. Hanya, ya tidaklah harus diakui bahwa menjadi sulit memandang subtansi yang terakhir itu sebagai betul-betul satu subtansi,yakni sebagai sesuatu, yang memiliki kesatuan yang perlu, agar subtansi betul-betul menjadi satu subtansi.

Ambillah sebagai contoh pasangan suami isteri. Betapapun mereka dipersatukan dan malahan ditunjukkan dengan memakai satu kata saja (pasutri),mereka tetap dua subtansi dan kesatuan mereka bukan subtansi (tetapi relasi). Atau dapat dikatakan bahwa manusia ialah badan yang siap dipakai atau dihidupkan oleh jiwa, sebagaimana alat yang dapat dihidupkan untuk menerangi kenyataan sekitar yang kita sebut lampu. Ataukah harus dikatakan bahwa manusia adalah jiwa yang memakai badan , sebagaimana kita berbicara tentang abang becak, yang memang abang becak, karena ia memakai becak sebagai alatnya.??

Bisa kah jika manusia kita di definisikan sebagai ; "jiwa berakal budi yang memakai badan yang dapat mati".? Perhatikanlah, bahwa rumus tradisional "mahluk hidup(atau binatang) berakal budi(animal rationale)" diubah menjadi "jiwa berakal budi(animal rationalis)". Jadi, manusia menurut hakikat yang sebenarnya disamakan dengan jiwa. Lalu, rupanya apabila jiwa disebutkan,maka badan pun harus disebutkan, yakni sebagai apa yang dipakai jiwa tersebut. Lantas, dimana kesatuan manuia.?

Ataukah dengan kata lain kita sebut bahwa manusia adalah "jiwa yang mempunyai badan dan tidak membuat dua pribadi tetapi satu orang", namun, pernyataan ini tidak bernada betul-betul meyakinkan. Ada pertanyaan, bagaimana di dalam diri manusia itu adanya dan fungsi badan dapat dimengerti.?

Tidakkah timbul kesan bahwa di dalam kenyataan manusiawi yang kita kenali badan sebenarnya sessuatu yang asing, yang tidak ikut mendefinisikan hakikat kenyataan manusiawi tersebut.?. Tidak sulit kelihatannya bahwa suatu cara menilai badan seperti itu mudah dikembangkan menjadi suatu penilaian negativ, seolah-olah entah apa sebabnya harus disesali, bahwa badan itu ada. Dan sebenrnya sudah ada pelbagai Ajaran Meditasi yang menjurus ke arah itu dan menekankan bahwa jiwa seharusnya mencoba melepaskan diri dari badannya.

Teori yang cukup menarik.

Jadi maksudnya ada sesuatu yang namanya jiwa, sedangkan tubuh hanyalah suatu kendaraan untuk memuat jiwa, begitu? Baik, kalau begitu saya mau tanya: Menurut anda, bagi seorang yang terlahir dengan jasmani buta, apakah jiwanya mengenal bentuk-bentuk?

Jasmani (becak) maksudnya tidak menyatakan hakikat jiwa dan tidak berinteraksi dengan jiwa (si Tukang Becak)? Saya mau tanya, antara ketika kita kecil, sebelum hormon seksual berkembang dan ketika kita dewasa, setelah hormon seksual berkembang, apakah "jiwa" (sewaktu anak2 dan dewasa) definisi anda itu sama atau berbeda?



Jiwa waktu janin dalam kandungan, balita, pubertas, dewasa, adalah jiwa yang sama, namun terjadi Proses naik level