MMD [pool]

Started by Semit, 06 August 2008, 01:56:09 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

apakah praktik MMD sesuai dengan Buddhisme Theravada?

Sesuai
22 (52.4%)
Tidak sesuai
20 (47.6%)

Total Members Voted: 41

Voting closed: 11 August 2008, 12:01:45 AM

F.T

Back to topic ... Hasil Polling ... :

apakah praktik MMD sesuai dengan Buddhisme Theravada?
Sesuai    - 16 (55.2%)
Tidak sesuai    - 13 (44.8%)
   
Total Voters: 29

_/\_


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] [url="//yahoo.com"]yahoo.com[/url]

Semit

Quote from: ryu on 07 August 2008, 11:17:06 PM
Ayo sapa yang mau GRP dari aye absen sini :)) 'lirik2 suhu'
Udah terlanjur GRP ryu, tolong dikembalikan

F.T

wogh sekali lg ada ajang GRP, thread di LOCK !!!

Terima kasih atas perhatiannya _/\_


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] [url="//yahoo.com"]yahoo.com[/url]

hudoyo

#288
Quote from: willibordus on 07 August 2008, 08:26:36 PM
Dalam berdiskusi, kita tidak dapat seenaknya mengatakan sumber kita ASLI, sementara sumber orang lain adalah PALSU (ditambahkan belakangan, tidak dari mulut SB, dll). Padahal kita memegang TIPITAKA yg sama.

Apa yang saya katakan adalah pendapat para pakar Tipitaka ... Dalam menggunakan kitab suci, kita perlu meninjau sampai di mana keabsahannya. Ini sesuai dengan ajaran Sang Buddha agar bersikap kritis terhadap ajaran apa pun. ... Kalau Anda memperlakukan Tipitaka Pali dari A sampai Z dengan keabsahan yang sama ("semuanya berasal dari Sang Buddha"), lalu Anda mau menggunakan SELURUH isi Tipitaka itu untuk menuntun praktik spiritual Anda, silakan. ... Itu salah satu perbedaan penting antara pemahaman Anda dan pemahaman saya.

Andalah yang menggunakan kata "PALSU" di sini. Saya sama sekali tidak mengatakan bagian-bagian yang lebih muda dalam Tipitaka Pali itu "PALSU". Sama seperti saya tidak pernah mengatakan bahwa kitab-kitab Maha-prajnaparamita dari Mahayana itu itu "PALSU", sebagaimana dilontarkan oleh sementara orang. ... Semua kitab-kitab itu, baik Theravada maupun Mahayana, adalah tulisan pengarangnya/penghafalnya dalam rangka memahami ajaran Sang Guru yang dalam beberapa hal kemungkinan besar aslinya tidak sama dengan apa yang tertulis belakangan.

Quote
Quote
Menurut Anda "Dhammacakkapavattana-sutta"? ... Itu sutta yang relatif baru disusunnya, banyak penambahan-penambahan. Aslinya tidak seperti itu. ...

'Asli'nya seperti apa Pak?

Aslinya tidak seorang pun tahu. ... Yang jelas bagi saya, tidak mungkin secara aktual Sang Buddha berkhotbah seperti yang kita baca dalam 'Dhammacakkasutta' itu. ... Mendengar khotbah kata demi kata seperti yang tercantum itu, lengkap dengan pengulangan-pengulangannya, barangkali kelima pertapa itu sudah tertidur. ...

Kitab yang paling tua dari Tipitaka adalah Udana dan Itivuttaka. Di situ tidak ada konsep-konsep seperti empat KM, lima bala, tujuh bojjhanga, delapan jalan utama dsb dsb. Semakin tua sebuah kitab (semakin dekat ke zaman Sang Buddha) semakin sedikit mengandung enumerasi-enumerasi seperti itu (yang berkembang belakangan untuk memudahkan penghafalan berbagai aspek dari ajaran, bagi mereka para penghafal Tipitaka). 

Salam,
hudoyo


hudoyo

Quote from: Kemenyan on 07 August 2008, 07:01:39 PM
Heran...
Semua tidak relevan...
Bahkan 4+8 yg ditegaskan sekali lagi kepada Malunkyaputta, juga dianggap tidak relevan...
Setelah beberapa wacana yang saya bawa, kelihatannya pada tidak relevan, tidak berhubungan dengan MMD
Kelihatannya saya sudah masuk pada kesimpulan...
Conclusions...
Semua sutta di tipitaka tidak relevan untuk meng-compare MMD dan Buddhism
Final words.... this is the "Egonya semakin tebal"

:)) :)) :))

hudoyo

#290
Ini posting lama yang belum saya tanggapi:

Quote from: bond on 06 August 2008, 04:46:24 PM
Kalo Vipasanna lainnya itu berakar pada Jalan mulia beruas 8 dan bersumber dari Bhikkhu yg telah membuktikan sendiri.

Krishnamurti bicara dari pengalaman batinnya sendiri, bukan dari kitab suci mana pun. Seperti saya yakin Sang Buddha telah bebas sempurna, begitu pula saya yakin Krishnamurti telah bebas sempurna. ...

QuoteApakah J.krisnamurti adalah arahat?

Terserah Anda mempersoalkan apakah Krishnamurti arahat, pacceka-buddha, atau samma-sambuddha ... yang jelas dia sudah keluar dari konteks konsep-konsep Buddhis.

QuoteMenurut ajaran Buddha seorang arahat sudah memadamkan nafsu seks.

Soal nafsu seks, setahu saya hanya di dalam Theravada saja lenyapnya nafsu seks dikaitkan dengan pencerahan; ini mencerminkan sikap puritanisme Theravada ... Dalam mazhab-mazhab lain belum tentu dipercaya demikian. Dalam Vajrayana, nafsu seks malah digunakan sebagai instrumen untuk mencapai pencerahan, sekalipun saya tidak pernah mengalaminya sendiri.

QuoteJadi pemirsa silakan liat sendiri. J. krisnamurti ---Brahminisme.

Rekan Bond ini bicara tanpa mengerti apa yang diomongkannya. Tolong tampilkan referensinya ucapan Krishnamurti yang membuktikan ia seorang penganut Brahminisme. ... Brahminisme itu apa dulu ...

Semit

Quote from: hudoyo on 08 August 2008, 01:26:44 AM
Ini posting lama yang belum saya tanggapi:

QuoteApakah J.krisnamurti adalah arahat?

Terserah Anda mempersoalkan apakah Krishnamurti arahat, pacceka-buddha, atau samma-sambuddha ... yang jelas dia sudah keluar dari konteks konsep-konsep Buddhis.


Karena statement ini menyatakan bahwa Krishnamurti berada di luar konteks konsep Buddhis, maka Krishnamurti DAN ajarannya tentunya tidak "relevan" kita diskusikan di sini, mengingat ini adalah forum Buddhis.

Adhitthana

Quote from: hudoyo on 07 August 2008, 11:01:07 AM
Quote from: HokBen on 07 August 2008, 10:55:15 AM
[at] menyan...
mau URL Bahiya Sutta atau gw copas aje isinya disini?
http://forum.wgaul.com/archive/thread/t-63861-Kumpulan-Artikel-Buddhis.html
cari aja disitu ada yang post ttg Bahiya Sutta..

Bukan, yang diminta Kemenyan adalah URL Malunkyaputta-sutta dalam bahasa Indonesia


Culamalunkyaputta-sutta
(Sumber : Kumpulan sutta Majjhima Nikaya II ,
Oleh team Penterjemah Kitab suci Agama Buddha)


copas dr Singthung





Demikian yang saya dengar.

1. Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, taman milik Anathapindika, Savatthi. Kotbah ini dibabarkan berkenaan dengan pertanyaan Malunkyaputta kepada Sang Buddha.


2. Pada suatu ketika bhikkhu Malunkyaputta sedang berdedikasi sendiri dan muncul tentang:


3.
1. Dunia kekal
2. Dunia tidak kekal
3. Dunia terbatas
4. Dunia tak terbatas
5. Jiwa sama dengan jasmani
6. Jiwa tidak sama dengan jasmani
7. Setelah meninggal, Tathagata ada
8. Setelah meninggal, Tathagata tidak ada
9. Setelah meninggal, Tathagata ada dan tidak ada
10.Setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada

Saya akan menanyakan hal-hal ini kepada Sang Bhagava. Jika, Sang Bhagava menerangkan salah satu diri hal-hal itu, maka saya akan tetap melaksanakan penghidupan suci di bawah bimbingan beliau; bila ia tidak menerangkannya, saya akan meninggalkan penghidupan suci.

4. Ketika hari telah petang, Malunkyaputta bangun dari meditasi dan pergi menjumpai Sang Buddha. Malunkyaputta menanyakan sepuluh hal itu dan mohon Sang Buddha memberikan jawaban dapat menjawabnya atau tidak. "Malunkyaputta, apakah saya pernah mengatakan kepadamu: Malunkyaputta, datang dan laksanakanlah penghidupan suci (brahmacari) di bawah bimbinganku dan saya akan menerangkan padamu bahwa, 'dunia kekal', 'dunia tidak kekal', setelah menilai, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada."
"Tidak. Bhante." "Apakah engkau pernah mengatakan kepadaku: 'Saya akan melaksanakan penghidupan suci di bawah bimbingan Sang Bhagava, dan Sang Bhagava akan menerangkan kepadaku tentang 'dunia kekal', 'dunia tidak kekal', .... setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada."
"Tidak, Bhante."
"Bila demikian, siapakah anda dan yang akan kau tinggalkan?

5. Jika ada orang berkata: 'Saya tidak akan melaksanakan penghidupan suci di bawah bimbingan Sang Bhagava bila Sang Bhagava tidak menerangkan padamu 'dunia kekal', ....... setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada'; karena hal itu belum diterangkan oleh Sang Tathagata maka orang itu akan mati. Misalnya, ada orang yang terkena panah beracun, lukanya dalam, karena kenalan dan keluarganya membawa seorang dokter operasi, tetapi orang itu berkata: 'Saya tak mau dokter saya, kedudukannya, aramanya, apakah ia pendek atau tinggi, hitam atau cerah kulitnya, ia tinggal di kota atau di desa .... bentuk panah yang melukai itu. Hal-hal itu belum dapat diketahui, orang itu telah meninggal, demikian pula halnya dengan kamu Malunkyaputta.

6. Tidak ada penghidupan suci (brahmacari) bila masih ada pandangan, 'dunia kekal', 'dunia tidak kekal', .... setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada, juga masih ada kelahiran, usia tua, kematian, penderitaan, kesedihan, kesakitan, ratap tangis dan putus asa, yang saya terangkan untuk dilenyapkan sekarang di sini.

7. Malunkyaputta ingatlah apa yang saya tidak terangkan adalah tidak diterangkan, apa yang saya terangkan adalah diterangkan. Apakah yang saya tidak terangkan? Itu adalah 'dunia kekal, dunia tidak kekal, ..... setelah meninggal Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada.' Apa yang saya tidak terangkan ini adalah tidak menghubungkan dengan kesejahteraan, itu tidak termasuk dalam prinsip berhubungan dengan kesejahteraan, itu tidak termasuk dalam prinsip penghidupan suci (brahmacari) itu tidak mengarah ke pelenyapan nafsu, pemusnahan, kedamaian. Pengetahuan langsung (abhinna), penerangan agung (sambodhi), nibbana.

8. Apakah yang saya terangkan ? Itu adalah dukkha, asal mula dukkha, lenyapnya dukkha serta jalan melenyapkan dukkha (magga).


9. Mengapa saya terangkan ? Karena itu berhubungan dengan kesejahteraan, termasuk dalam prinsip brahmacari, mengarah ke pelenyapan nafsu, pemusnahan, kedamaian, pengetahuan langsung, penerangan agung (sambodhi), nibbana."
Itulah yang dibabarkan Sang Bhagava Bhikkhu Malunkyaputta menjadi puas dan gembira.


  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Suchamda

Quote from: Semit on 08 August 2008, 01:38:52 AM
Quote from: hudoyo on 08 August 2008, 01:26:44 AM
Ini posting lama yang belum saya tanggapi:

QuoteApakah J.krisnamurti adalah arahat?

Terserah Anda mempersoalkan apakah Krishnamurti arahat, pacceka-buddha, atau samma-sambuddha ... yang jelas dia sudah keluar dari konteks konsep-konsep Buddhis.


Karena statement ini menyatakan bahwa Krishnamurti berada di luar konteks konsep Buddhis, maka Krishnamurti DAN ajarannya tentunya tidak "relevan" kita diskusikan di sini, mengingat ini adalah forum Buddhis.

Tidak relevannya dimana? Apakah anda pernah mempelajari Krishnamurti ?
Apakah karena Krishnamurti tidak berlabel Buddhism lantas serta merta tidak layak untuk dibicarakan di forum Buddhis? Bukankah ini mentalitas fundamentalis radikal yg sempit?
Saya lihat lama-lama anda memang memiliki sifat ala Taliban. Mau jihad ala Buddhis?
Bagaimana dengan junk dan sampah yang seharusnya juga tidak layak untuk dibicarakan di forum buddhis?
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

hudoyo

#294
Quote from: willibordus on 07 August 2008, 07:50:27 PM
Quote from: hudoyo on 07 August 2008, 05:57:08 PM
Spekulasi Anda ini didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu yang tidak sesuai dengan kenyataan; Anda tidak kenal dengan para praktisi MMD dari berbagai agama.

Justru gara-gara melihat para praktisi MMD lah maka sy berpendapat begini Pak.

Quote
Di zaman sekarang sama saja dengan zaman Sang Buddha, ada sedikit orang yang sudah tipis debu yang menutupi matanya, sebagian besar masih melekat pada ajaran/agama yang dianut, termasuk "agama Buddha". Kapan akan bebas? ...

Kita berbeda pendapat soal ini Pak. Sy berpendapat di zaman sekarang ini orang2 makin tebal debunya.
Para Arahat semakin sedikit dibanding dulu (bahkan mungkin sudah tidak ada lagi). Pendapat sy ini ditunjang oleh sutta (mungkin Bapak akan mengatakan bahwa sutta ini juga palsu?  :) ). Oleh karena itu sy berani mengatakan bahwa 'hanya' berpijak pada Bahiya Sutta dan meremehkan perbaikan perilaku moral akan berbahaya bagi si praktisi.

Soal kemelekatan akan ajaran, sy setuju bahwa melekat terhadap ajaran apapun baik Buddhism maupun MMD, tetap tidak bermanfaat, tidak akan bisa terbebas.

Quote
Kalau orang mengira bahwa memperbaiki sila lebih dulu penting untuk vipassana, ia tidak akan pernah bervipassana. Ini alasan yang paling sering dikemukakan orang untuk menghindari bervipassana: "Sila saya belum cukup". Sila, samadhi dan panna menyatu tanpa bisa dan tidak perlu dibedakan lagi di dalam 'kesadaran' vipassana.

Tidak ada yg mengatakan bahwa perbaiki sila dulu baru ber vipassana.
Sy mengatakan bahwa moral (sila), konsentrasi dan kebijaksanaan dijalankan bersama2, ibarat tripod kaki tiga, saling menguatkan.

Quote
Anda mengatakan menggunakan Bahiya-sutta "berbahaya"... Anda mengira orang yang mengintegrasikan sila di dalam 'sadar' adalah orang yang bersikap 'semau gue' ... Anda mengatakan bahwa orang yang bervipassana menurut Bahiya-sutta egonya semakin kuat.

Sy yakin Bapak mengerti sekali tulisan sy tadi., jadi tolong jangan diplesetkan, Pak... syy tidak mengatakan begitu.
Sy mengatakan jika hanya berpijak pada Bahiya (dan menganggap moral tidak penting) maka akan berbahaya bagi si praktisi. Bahiya Sutta hanya untuk orang2 yg cocok, bagi orang2 yg mempunyai parami yg cukup. Orang2 begini tidak banyak, jarang sekali. Orang2 yg tebal LDM (Lobha Dosa dan Moha) nya memerlukan aLaDaM (Metta Karuna Mudita dan Upekkha), oleh karena banyak manusia yg begini, makanya Sang Buddha menganjurkan kita untuk Perbanyak berbuat baik, Kurangi Kejahatan dan Sucikan Pikiran

Quote
Rekan Willibordus, dengan singkat saya katakan: Anda sama sekali tidak memahami Bahiya-sutta. Oleh karena jelas tidak tampak kemajuan dalam "diskusi" dengan Anda, maka sampai di sini saja. Jelas ini sudah menjadi debat kusir. Tidak ada gunanya meneruskan diskusi dengan Anda.

Tidak masalah Pak  :)

::


Tidak ada yang baru dalam posting Anda ini. Tidak perlu saya tanggapi lagi, agar tidak menjadi debat kusir, kecuali ini:..

QuoteJustru gara-gara melihat para praktisi MMD lah maka sy berpendapat begini Pak.

Siapa praktisi MMD yang Anda lihat itu? Saya, Riky? ... Sudahkah Anda membaca posting Fery, Andi Cahya Wijaya, N.N. (Bali) dalam thread "Abhidhamma & vipassana"?

hudoyo

Semit

Sdr. Suchamda.

Saya tentu saja ingin melanjutkan diskusi ini. jika anda meminta penjelasan, saya akan menjelaskan, tapi dengn kalimat-kalimat yang anda lontarkan, saya merasa terintimidasi. jadi maaf, saya tidak mau melayani, paling2 saya akan dikatakan "LEMPAR TANGAN SEMBUNYI BATU".   _/\_

Suchamda

#296
Quote from: Semit on 08 August 2008, 02:02:55 AM
Sdr. Suchamda.

Saya tentu saja ingin melanjutkan diskusi ini. jika anda meminta penjelasan, saya akan menjelaskan, tapi dengn kalimat-kalimat yang anda lontarkan, saya merasa terintimidasi. jadi maaf, saya tidak mau melayani, paling2 saya akan dikatakan "LEMPAR TANGAN SEMBUNYI BATU".   _/\_

Ya , saya cuman minta penjelasan. Apakah anda sudah memahami Krishnamurti?
Dan apakah yang anda pahami tentang Krishnamurti sampai anda mengatakan tidak relevan dibahas di forum buddhist?
Pertanggungjawabkanlah saja pernyataan anda sebelumnya, sehingga kata2 yg bersifat intimidasi itu akan saya tarik kembali. Tapi kalau anda tidak menjawab, berarti benarlah dugaan saya, bahwa anda membaca sekalipun tentang Krishnamurti pun tidak, apalagi mengerti, tapi berani memvonis tidak relevan. bukankah begitu duduk persoalan yg sebenarnya?
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

hudoyo

#297
Quote from: willibordus on 07 August 2008, 08:09:04 PM
Quote from: hudoyo on 07 August 2008, 06:45:57 PM
Seorang Arahat tidak perlu berbuat baik? Ini pandangan yang sangat keliru. ...
Orang yang bebas tidak merasa dirinya berbuat baik, sekalipun seluruh pikiran, perkataan dan perbuatannya yang sudah tanpa-aku itu akan disebut "baik" oleh orang lain. Tapi ia sendiri tidak merasa menjadi "orang baik".
Maaf, sy tidak tau karena sy belum merealisasi Arahat.

Tidak perlu jadi arahat untuk memahami apa yang saya tulis. Setiap orang yang pernah mengalami berhentinya pikiran/si aku akan bisa memahaminya.

QuoteTapi bagus juga karna pada akhirnya Pak Hud setuju bahwa "Perbuatan baik" diperlukan, sekalipun pada tingkatan Arahat.

Saya bilang, orang yang bebas (tidak perlu jadi arahat) tidak merasa menjadi "orang baik", sekalipun seluruh pikiran, perkataan dan perbuatannya akan dibilang "baik" oleh orang lain.  

QuoteSy ada sedikit sharing, ketika kita sungguh2 melakukan "perbuatan baik", misalnya 'berdana' (uang, tenaga, waktu, dsbnya) pada saat itu, tidak timbul sedikitpun EGO / AKU yg berbuat baik, seperti yg Pak Hud tulis itu. Yg ada pada saat sungguh2 berbuat baik adalah: Perbuatan (pikiran) baik itu sendiri, tiada batasan antara milik gue dan milik lu terhadap yg akan didanakan.

Teorinya saja begitu ... tapi itu cuma teori. ... Orang yang berdana selalu berdana dari akunya (atta) ... biasanya semakin banyak dananya, semakin bangga ia ('mana'). ... Dana yang paling besar adalah melepaskan aku, karena orang hanya bisa melepaskan aku, kalau ia melepaskan segala sesuatu yang dimilikinya.

QuoteKetika suatu perbuatan baik dilakukan untuk mendapat pahala, untuk mendapat pujian dan semacam itu, pada saat itu memang ada ke AKU-an (EGO). Tapi, masih mending daripada tidak berbuat baik, karena minimal, ada yg terbantu.
Jadi suatu perbuatan baik yg murni, ataupun tidak murni, masih lebih bermanfaat daripada tidak berbuat baik sama sekali.

Seorang yang bebas (tanpa harus menjadi arahat) tidak memusingkan apakah ia menjadi "orang baik" atau tidak, sekalipun seluruh pikiran, perkataan dan perbuatannya akan disebut "baik" oleh orang-orang di sekitarnya./

QuoteIngat nasehat Sang Guru:
~ Kembangkanlah pikiran/perbuatan baik yg sudah ada.
~ Timbulkan pikiran/perbuatan baik yg belum muncul.
~ Padamkan pikiran/perbuatan buruk yg sudah ada
~ Halangi pikiran/perbuatan buruk yg belum muncul.
Menurut Pak Hud, apakah Sang Buddha hanya bercanda saja ketika menyampaikan nasehat itu?

Itu nasehat umum yang banyak diberikan oleh para guru spiritual lain juga. Tidak perlu seorang Buddha untuk mengatakannya. Ajaran yang hanya seorang Buddha atau Krishnamurti bisa menyatakannya adalah vipassana seperti yang tercantum dalam Bahiya-sutta.

QuoteJika perbuatan baiknya sudah mencukupi, artinya kamma baiknya telah dapat menetralkan kumpulan kamma buruknya (mungkin istilahnya: paraminya mencukupi) maka ia akan siap untuk memasuki level kesucian. Ada saatnya, ada tahapannya. Bisa lama, bisa sebentar. Siapa tau? Yg penting berbuat bajiklah, tidak usah pusingin pembebasan..... Tidak usah dicari, saat itu akan datang sesuai dengan kamma yg kita tanam.

Oh, itukah pengertian Anda? ... Jelas bertolak belakang dengan pengertian saya: pembebasan bukan buah karma, bukan hasil perbuatan baik yang ditanam. Pembebasan terletak di luar hukum karma. ... Perbuatan sebaik apa pun masih berada dalam lingkup hukum karma, lingkup atta, hasilnya orang tidak bisa lepas dari samsara ini. ... Kalau mau bebas, orang harus melepaskan kelekatan pada perbuatan baik maupun buruk, harus berhenti berbuat karma baik maupun buruk. ... "Kamu masih berlari terus. Apa yang kamu cari?" (Buddha Gautama)

Dengan berkata seperti di atas, Anda telah memangkas pokok ajaran Buddha. ... Kenapa tidak jadi Keristen atau Muslim saja? Mereka juga bisa bilang: "Yg penting berbuat bajiklah, tidak usah pusingin pembebasan."

hudoyo

Quote from: dilbert on 07 August 2008, 09:22:51 PM
tentang "aku", saya lebih afdol dgn cerita BUDDHA dgn URUVELA KASSAPA...
Jawaban Buddha atas pertanyaan Uruvela Kassapa tentang ATTA !!
"Penyebab penderitaan adalah kebodohan bathin, suatu cara yang keliru untuk melihat realita. Berpikir bahwa yang tidak kekal sebagai kekal merupakan kebodohan bathin. Berpikir ada diri sementara tak ada yang disebut diri merupakan kebodohan bathin. Dari kebodohan bathin lahirlah keserakahan, ketakutan, iri hati, dan penderitaan yang tak terhitung jumlahnya. Jalan menuju pembebasan adalah jalan untuk melihat segala sesuatu secara mendalam agar benar benar mampu memahami sifat dasar ketidak kekalan (Anicca), tiada diri yang terpisah (An-atta), akan saling ketergantungan dari segala sesuatu (Pattica Samupada). Jalan ini adalah jalan untuk mengatasi kebodohan bathin. Setelah kebodohan bathin di atasi, penderitaan pun terlampaui. Itulah pembebasan sejati. Tak perlu ada suatu diri di sana untuk dibebaskan."

Penyebab penderitaan adalah ketidaktahuan, dan ketidaktahuan ini menciptakan aku/atta. Atta ini yang berbuat karma, entah baik entah buruk, dan tunggang langgang di dalam samsara. ... Bila ini dipahami dengan sepenuh hati, maka ketidaktahuan lenyap, atta pun lenyap, samsara berakhir ... dan orang itu sebagai individu tidak ada lagi. (Bahiya-sutta)

*****

Selebihnya yang ditampilkan dalam posting ini adalah kontroversi klasik antara 'pencerahan bertahap' (gradual enlightenment) dari Shenxiu--yang melaihrkan pengertian-pengertian seperti "pantai seberang", "rakit" dsb dan 'pencerahan seketika' (sudden enlightenment) dari Huineng. ... Saya sependapat dengan Huineng.

Salam,
hudoyo

hudoyo

Quote from: ryu on 07 August 2008, 09:39:08 PM
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.

Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.

Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.

Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Demikianlah Firman Allah. Amin. Marilah kita berdoa:
"Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah namamu ... Ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun mengampuni orang yang bersalah kepada kami ..."