MMD [pool]

Started by Semit, 06 August 2008, 01:56:09 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

apakah praktik MMD sesuai dengan Buddhisme Theravada?

Sesuai
22 (52.4%)
Tidak sesuai
20 (47.6%)

Total Members Voted: 41

Voting closed: 11 August 2008, 12:01:45 AM

Suchamda

#225
Quote from: Sumedho on 07 August 2008, 07:06:59 PM
[at] Suchamda: gambar2x sih utk selingan boleh, tapi gambar yg bisa memicu pertikaian antar aliran tentu tidak terpuji, silahkan hapus gambar tersebut.

Hehehehe....bang!
Gambar bisa saya hapus , dan itu mudah saja.
Tapi bisakah anda menghapus kefanatikan sebagian orang-orang tersebut terlebih dulu?
Saya cuman menggambarkan apa yang terjadi saja.

Si Semit yang dengan tegas di awal menyatakan standpointnya sebagai theravadin yg menolak bahkan mengusir Riky Dave untuk keluar dari Buddhism. Apa-apaan ini?? Anda bahkan tidak mengingatkannya sama sekali perbuatan takabur begitu??!!

Quote from: Reply #84 on: Yesterday at 08:44:00 PMRiky, saya bukan Samma Sambuddha dan juga tidak mempunyai kekuatan, tetapi saya akan sangat gembira jika anda meninggalkan agama Buddha.

Si Bond yang secara jelas menuduh sbg ajaran capcay (gado-gado).

Quote from: Reply #48 on: Yesterday at 04:46:24 PM Yg diungkapkan Bro Kemenyan sudah jelas singkat dan padat. Jadi MMD itu isinya capcay, telor sama ikan asin.

Intinya, rekan2 theravadin puritan ingin mengesankan bahwa mereka lebih murni, puritan dan moralis. Sedangkan diluar itu semua tidak bermoral. Apakah bukan demikian esensi semua debat kusir ini?
Oleh karena itu saya memilih tidak menjawab dengan kata-kata tapi dengan gambar. Supaya bisa menjadi cerminan buat dia orang semua.

Saya cuman mengharapkan kenetralan anda. Bukankah si pembuat topik ini yang lebih dulu mengedepankan issue aliran? Mereka yang mulai duluan kok.
QuotePolling : apakah praktik MMD sesuai dengan Buddhisme Theravada?
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

williamhalim

Quote from: hudoyo on 07 August 2008, 05:57:08 PM
Spekulasi Anda ini didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu yang tidak sesuai dengan kenyataan; Anda tidak kenal dengan para praktisi MMD dari berbagai agama.

Justru gara-gara melihat para praktisi MMD lah maka sy berpendapat begini Pak.

Quote
Di zaman sekarang sama saja dengan zaman Sang Buddha, ada sedikit orang yang sudah tipis debu yang menutupi matanya, sebagian besar masih melekat pada ajaran/agama yang dianut, termasuk "agama Buddha". Kapan akan bebas? ...

Kita berbeda pendapat soal ini Pak. Sy berpendapat di zaman sekarang ini orang2 makin tebal debunya.
Para Arahat semakin sedikit dibanding dulu (bahkan mungkin sudah tidak ada lagi). Pendapat sy ini ditunjang oleh sutta (mungkin Bapak akan mengatakan bahwa sutta ini juga palsu?  :) ). Oleh karena itu sy berani mengatakan bahwa 'hanya' berpijak pada Bahiya Sutta dan meremehkan perbaikan perilaku moral akan berbahaya bagi si praktisi.

Soal kemelekatan akan ajaran, sy setuju bahwa melekat terhadap ajaran apapun baik Buddhism maupun MMD, tetap tidak bermanfaat, tidak akan bisa terbebas.

Quote
Kalau orang mengira bahwa memperbaiki sila lebih dulu penting untuk vipassana, ia tidak akan pernah bervipassana. Ini alasan yang paling sering dikemukakan orang untuk menghindari bervipassana: "Sila saya belum cukup". Sila, samadhi dan panna menyatu tanpa bisa dan tidak perlu dibedakan lagi di dalam 'kesadaran' vipassana.

Tidak ada yg mengatakan bahwa perbaiki sila dulu baru ber vipassana.
Sy mengatakan bahwa moral (sila), konsentrasi dan kebijaksanaan dijalankan bersama2, ibarat tripod kaki tiga, saling menguatkan.

Quote
Anda mengatakan menggunakan Bahiya-sutta "berbahaya"... Anda mengira orang yang mengintegrasikan sila di dalam 'sadar' adalah orang yang bersikap 'semau gue' ... Anda mengatakan bahwa orang yang bervipassana menurut Bahiya-sutta egonya semakin kuat.

Sy yakin Bapak mengerti sekali tulisan sy tadi., jadi tolong jangan diplesetkan, Pak... syy tidak mengatakan begitu.
Sy mengatakan jika hanya berpijak pada Bahiya (dan menganggap moral tidak penting) maka akan berbahaya bagi si praktisi. Bahiya Sutta hanya untuk orang2 yg cocok, bagi orang2 yg mempunyai parami yg cukup. Orang2 begini tidak banyak, jarang sekali. Orang2 yg tebal LDM (Lobha Dosa dan Moha) nya memerlukan aLaDaM (Metta Karuna Mudita dan Upekkha), oleh karena banyak manusia yg begini, makanya Sang Buddha menganjurkan kita untuk Perbanyak berbuat baik, Kurangi Kejahatan dan Sucikan Pikiran

Quote
Rekan Willibordus, dengan singkat saya katakan: Anda sama sekali tidak memahami Bahiya-sutta. Oleh karena jelas tidak tampak kemajuan dalam "diskusi" dengan Anda, maka sampai di sini saja. Jelas ini sudah menjadi debat kusir. Tidak ada gunanya meneruskan diskusi dengan Anda.

Tidak masalah Pak  :)

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

bond

#227
Maaf deh, kalo2 kata saya menusuk, emang gua suka iseng dan ngetest sejauh mana perkembangan batin dan teori seseorang ketika orang itu berbicara sebagai jagoan yg bisa melihat batin seseorang yg menampakan dirinya sudah terlatih tanpa bukti dan fakta jelas.  Kepada moderator supaya suasana kondusif, saya rela seluruh tulisan junk saya yg membuat orang2  itu merasa teraniaya dihapus khususnya yang ditujukan untuk Pak Hudoyo, Riky Dave dan Suchamda. Dengan dihapusnya tulisan junk saya, atau yg menusuk hati terdalam mereka, saya berharap pekerjaan moderator2 disini menjadi mudah. Karena saya menyadari tidak ada satupun yg harus dilekati ataupun dipertahankan (anicca).

Silakan moderator membantu menghapus tulisan junk saya yg menciptakan konflik agar forum ini terlihat bersih sebagai cerminan orang yg mengerti Buddha Dhamma.

Saya minta maaf sebesar-besarnya kepada semua pihak yg akan dampak  yg luar biasa ini. Smoga Anda semua dapat bermeditasi dengan tenang dan berbahagia.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Sumedho

QuoteHehehehe....bang!
Gambar bisa saya hapus , dan itu mudah saja.
Tapi bisakah anda menghapus kefanatikan sebagian orang-orang tersebut terlebih dulu?
Saya cuman menggambarkan apa yang terjadi saja.
pembenaran yg luar biasa. Andai kalau saya bisa, tentu semua saya rubah, utk memuaskan ego saya. Apakah tindakan yg bro lakukan sudah tepat?

Quote
Si Semit yang dengan tegas di awal menyatakan standpointnya sebagai theravadin yg menolak bahkan mengusir Riky Dave untuk keluar dari Buddhism. Apa-apaan ini?? Anda bahkan tidak mengingatkannya sama sekali perbuatan takabur begitu??!!
Utk urusan antar pribadi saya tidak mau ikut campur terlalu banyak, mereka bisa menyelesaikan sendiri2x.

QuoteSi Bond yang secara jelas menuduh sbg ajaran capcay (gado-gado).
Utk postingan Bro Bond, ini saya akui saya kelewatan, akan saya *sensor*, mohon bantuannya jika menemukan hal seperti itu klik "Report to moderator". Saya sendiri sering kali tidak membaca semua satu persatu dan mungkin terlewat.

QuoteIntinya, rekan2 theravadin puritan ingin mengesankan bahwa mereka lebih murni, puritan dan moralis. Sedangkan diluar itu semua tidak bermoral. Apakah bukan demikian esensi semua debat kusir ini?
Oleh karena itu saya memilih tidak menjawab dengan kata-kata tapi dengan gambar. Supaya bisa menjadi cerminan buat dia orang semua.
Utk ini bro bisa diskusikan disini, coba ungkapkan maksud bro. Nanti didiskusikan, lebih baik daripada mengumpat dibelakang.

QuoteSaya cuman mengharapkan kenetralan anda. Mereka yang mulai duluan kok.
Saya berusaha untuk tidak campur tangan karena kenetralan sangat relatif tapi jika ada sesuatu yg berpotensi membuat perselisihan karena ada menghina golongan, mohon bantuannya utk memberitahu.
There is no place like 127.0.0.1

williamhalim

Quote from: hudoyo on 07 August 2008, 06:45:57 PM
Quote from: willibordus on 07 August 2008, 12:27:08 PM
Sekarang tergantung diri sendiri, apakah merasa diri sendiri sebagai Arahat sehingga tidak perlu berbuat baik, atau merasa diri masih manusia biasa yg memerlukan perbuatan baik.

Seorang Arahat tidak perlu berbuat baik? Ini pandangan yang sangat keliru. ...
Orang yang bebas tidak merasa dirinya berbuat baik, sekalipun seluruh pikiran, perkataan dan perbuatannya yang sudah tanpa-aku itu akan disebut "baik" oleh orang lain. Tapi ia sendiri tidak merasa menjadi "orang baik".

Maaf, sy tidak tau karena sy belum merealisasi Arahat.

Tapi bagus juga karna pada akhirnya Pak Hud setuju bahwa "Perbuatan baik" diperlukan, sekalipun pada tingkatan Arahat.  

Sy ada sedikit sharing, ketika kita sungguh2 melakukan "perbuatan baik", misalnya 'berdana' (uang, tenaga, waktu, dsbnya) pada saat itu, tidak timbul sedikitpun EGO / AKU yg berbuat baik, seperti yg Pak Hud tulis itu. Yg ada pada saat sungguh2 berbuat baik adalah: Perbuatan (pikiran) baik itu sendiri, tiada batasan antara milik gue dan milik lu terhadap yg akan didanakan.

Ketika suatu perbuatan baik dilakukan untuk mendapat pahala, untuk mendapat pujian dan semacam itu, pada saat itu memang ada ke AKU-an (EGO). Tapi, masih mending daripada tidak berbuat baik, karena minimal, ada yg terbantu.

Jadi suatu perbuatan baik yg murni, ataupun tidak murni, masih lebih bermanfaat daripada tidak berbuat baik sama sekali.

Ingat nasehat Sang Guru:

~ Kembangkanlah pikiran/perbuatan baik yg sudah ada.
~ Timbulkan pikiran/perbuatan baik yg belum muncul.
~ Padamkan pikiran/perbuatan buruk yg sudah ada
~ Halangi pikiran/perbuatan buruk yg belum muncul.

Menurut Pak Hud, apakah Sang Buddha hanya bercanda saja ketika menyampaikan nasehat itu?

Quote
Jadi, selama orang tetap ingin menjadi "orang baik", kapan pembebasan tercapai? ... Ia akan menjadi puthujjana selamanya, tidak pernah bebas dari 'baik' dan 'buruk'.

Jika perbuatan baiknya sudah mencukupi, artinya kamma baiknya telah dapat menetralkan kumpulan kamma buruknya (mungkin istilahnya: paraminya mencukupi) maka ia akan siap untuk memasuki level kesucian. Ada saatnya, ada tahapannya. Bisa lama, bisa sebentar. Siapa tau? Yg penting berbuat bajiklah, tidak usah pusingin pembebasan..... Tidak usah dicari, saat itu akan datang sesuai dengan kamma yg kita tanam.


::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Suchamda

#230
Quote from: bond on 07 August 2008, 08:08:05 PM
Maaf deh, kalo2 kata saya menusuk, emang gua suka iseng dan ngetest sejauh mana perkembangan batin dan teori seseorang ketika orang itu berbicara sebagai jagoan yg bisa melihat batin seseorang yg menampakan dirinya sudah terlatih tanpa bukti dan fakta jelas.  Kepada moderator supaya suasana kondusif, saya rela seluruh tulisan junk saya yg membuat orang2  itu merasa teraniaya dihapus khususnya yang ditujukan untuk Pak Hudoyo, Riky Dave dan Suchamda. Dengan dihapusnya tulisan junk saya, atau yg menusuk hati terdalam mereka, saya berharap pekerjaan moderator2 disini menjadi mudah. Karena saya menyadari tidak ada satupun yg harus dilekati ataupun dipertahankan (anicca).

Silakan moderator membantu menghapus tulisan junk saya yg menciptakan konflik agar forum ini terlihat bersih sebagai cerminan orang yg mengerti Buddha Dhamma.

Saya minta maaf sebesar-besarnya kepada semua pihak yg berdampak yg luar biasa ini. Smoga Anda semua dapat bermeditasi dengan tenang dan berbahagia.


Saya rasa apa yang sudah dilakukan tidak perlu ditutup-tutupi. Kesalahan yang terjadi bisa dijadikan pelajaran, baik buat anda sendiri ataupun pembaca yang lainnya.
Kalau hanya mau kelihatan "bersih", maka bukankah itu semata menutupi rasa malu ybs?
Saya prihatin dengan sikap Anda yg selalu maunya lempar batu sembunyi tangan.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Suchamda

#231
Quote from: Sumedho on 07 August 2008, 08:08:31 PM
QuoteHehehehe....bang!
Gambar bisa saya hapus , dan itu mudah saja.
Tapi bisakah anda menghapus kefanatikan sebagian orang-orang tersebut terlebih dulu?
Saya cuman menggambarkan apa yang terjadi saja.
pembenaran yg luar biasa. Andai kalau saya bisa, tentu semua saya rubah, utk memuaskan ego saya. Apakah tindakan yg bro lakukan sudah tepat?

Quote
Si Semit yang dengan tegas di awal menyatakan standpointnya sebagai theravadin yg menolak bahkan mengusir Riky Dave untuk keluar dari Buddhism. Apa-apaan ini?? Anda bahkan tidak mengingatkannya sama sekali perbuatan takabur begitu??!!
Utk urusan antar pribadi saya tidak mau ikut campur terlalu banyak, mereka bisa menyelesaikan sendiri2x.

QuoteSi Bond yang secara jelas menuduh sbg ajaran capcay (gado-gado).
Utk postingan Bro Bond, ini saya akui saya kelewatan, akan saya *sensor*, mohon bantuannya jika menemukan hal seperti itu klik "Report to moderator". Saya sendiri sering kali tidak membaca semua satu persatu dan mungkin terlewat.

QuoteIntinya, rekan2 theravadin puritan ingin mengesankan bahwa mereka lebih murni, puritan dan moralis. Sedangkan diluar itu semua tidak bermoral. Apakah bukan demikian esensi semua debat kusir ini?
Oleh karena itu saya memilih tidak menjawab dengan kata-kata tapi dengan gambar. Supaya bisa menjadi cerminan buat dia orang semua.
Utk ini bro bisa diskusikan disini, coba ungkapkan maksud bro. Nanti didiskusikan, lebih baik daripada mengumpat dibelakang.

QuoteSaya cuman mengharapkan kenetralan anda. Mereka yang mulai duluan kok.
Saya berusaha untuk tidak campur tangan karena kenetralan sangat relatif tapi jika ada sesuatu yg berpotensi membuat perselisihan karena ada menghina golongan, mohon bantuannya utk memberitahu.

Soal benar atau pembenaran, tak ada seorangpun yang tahu kecuali diri sendiri.
Dan saya tahu/ sadar apa yang saya lakukan dengan pertimbangan2 yg masak. Semenjak kemaren 2 hari yg lalu saya sudah menyimak diskusi ini sambil merenungkan.

Kalau anda memang tidak bisa bertindak apa2 terhadap mereka, ya jangan bertindak apa2 juga terhadap kami. Itu baru adil. Tidak perlu pake ego-egoan.

Tugas anda sebagai admin atau moderator adalah untuk memoderasi, artinya : mencegah sikap-sikap ekstrim dan menjembatani rekonsiliasi dari kedua belah pihak. Kalau anda tidak menginginkan pertikaian, tentu semenjak awal sudah dilakukan tindakan memoderasi atau mengingatkan. Kalau perlu, melarang topik seperti ini bisa muncul.

Dan juga, saya tidak mengumpat seperti yg anda tuduhkan. Anda sudah tendensius sekali.
Justru saya mencari cara yang sederhana untuk menyingkapkan esensi semua kekonyolan yg terjadi disini ini secara gamblang tapi mudah. Dan itu menurut hemat saya adalah melalui gambar. Karena melalui simbolisme, kita lebih mudah bercermin.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

williamhalim

Quote from: hudoyo on 07 August 2008, 05:42:41 PM
Quote from: willibordus on 07 August 2008, 12:19:43 PM
Quote from: hudoyo on 07 August 2008, 10:46:20 AM
Quote from: willibordus on 07 August 2008, 09:45:18 AM
Itulah, Buddhism yg paling modern sekalipun, masih tetap mengakui JMB-8...
Dalam Buddhisme yang paling kuno, Bahiya-sutta, tidak ada JMB-8.

Dalam Buddhisme yg lebih kuno lagi, malah ditegaskan JMB-8  :)

::

Menurut Anda "Dhammacakkapavattana-sutta"? ... Itu sutta yang relatif baru disusunnya, banyak penambahan-penambahan. Aslinya tidak seperti itu. ...

Dalam berdiskusi, kita tidak dapat seenaknya mengatakan sumber kita ASLI, sementara sumber orang lain adalah PALSU (ditambahkan belakangan, tidak dari mulut SB, dll). Padahal kita memegang TIPITAKA yg sama.

Quote
Menurut Anda "Dhammacakkapavattana-sutta"? ... Itu sutta yang relatif baru disusunnya, banyak penambahan-penambahan. Aslinya tidak seperti itu. ...

'Asli'nya seperti apa Pak?

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Sukma Kemenyan

EGO oh EGO...
Mujur bagi saya yg selalu memilih mengunakan kata "Siddartha" tidak ditegur,
karena tidak mengunakan kata "Sang Buddha"


Riky_dave

#234
Quote from: nyanadhana on 07 August 2008, 08:32:28 AM
Setelah melakukan pengamatan atas thread ini,maka nyana coba angkat bicara, jika kurang berkenan kepada member semua, nyana minta maaf terlebih dahulu.
Saya sangat berterima kasih jikalau anda "mengkritik" saya secara terbuka tanpa maksud2 didalam kata2 anda sendiri...Tapi perlu anda ketahui juga setiap "kritikan" anda ,bila saya anggap hanya cara anda untuk "menyudutkan" maka saya akan menanggapinya dengan apa yang anda maksudkan "kasar"(Mungkin saja anda type orang yang suka melihat kata2 yang indah,bagus,munafik,sok suci gitu seperti rekan2 anda,tapi itu bukan saya....Dan anda tidak akan bisa melihat kata2 tersebut keluar dari saya jika yang memberi tanggapan itu seperti anda dan rekan2 anda,yang selalu ingin "menghujat" tapi takut balik "dihujat" dengan segala macam alasan seperti "Oh jadi ini produk MMD" "Saya jadi muak terhadap MMD" "Katanya sudah TANPA AKU" "Masih melekat" dll,inikan jurus ampuh dari semua PENGHAPAL TEORI)
"Member" termaksuk saya bukan?Saya sangat berkenan dan senang atas "pengamatan" yang telah anda lakukan,dan setelah membaca posting anda ini,maka riky juga akan mencoba angkat bicara atau lebih tepatnya menanggapi apa yang anda tuliskan,apakah tepat atau hanya sekedar mengarang2 doank...:)
Riky juga mengucapkan permohonan maaf dulu jika ada rekan2 yang merasa terpojok oleh kata2 Riky atau mungkin "dianggap" sebagai kata2 "kasar"(Saya tidak tahu apa itu definisi kata2 "kasar" dan kata2 yang "tidak kasar".Bagaimana mereka bisa tahu kata2 saya kasar atau tidak kasar,bermanfaat atau tidak bermanfaat,makna dan isinya apa...Tolong dong bagi yang tahu definisi kata "kasar" atau kalimat saya yang "kasar" diquote kasih saya ya....) :))

Quote1. Setelah melirik semua postingan MMD baik oleh sepuh Hudoyo dan "anak" Riky Dave, semua punya satu hal yang merujuk pada arogansi kata-kata dan hal ini tidak membuat seseorang menjadi menerima MMD apa adanya.
Anda tidak perlu membawa2 nama "pak hudoyo",karena rujukan anda itu tertuju kepada saya dari kalimat "arogansi".. :))
Apakah anda lebih mementing apa yang ditulis daripada isinya?Jika begitu saya mengundurkan diri berdiskusi dengan anda...Karena semuanya sia2 belaka...:)
Dan silakan anda menjudge saya sepuas2nya,tapi jika saya menganggap apa yang anda tulis tidak relevan,tidak sopan,mengada2,maka saya akan tanggapi dengan kata2 yang anda anggap "kasar" tersebut...

QuoteHal ini telah saya pelajari dan sering saya tanyakan yaitu Apakah orang-orang yang memiliki Jalan menuju Pencerahan (Magga dan Phala) itu tidak menjaga perbuatan,ucapan dan pikirannya sendiri.
Saya kaji dahulu menurut pendapat saya kepada anda....Orang2 yang memiliki Jalan menuju Pencerahan (Magga dan Phala)
Dalam kalimat yang saya bold itu sudah "aneh" ,pertama karena didalam MMD yang saya praktikkan tidak ada kata "memiliki jalan",kedua tanggapan saya "JALAN MENUJU PENCERAHAN"=Ini belum selesai dan hanya dimimpi2kan oleh orang2 yang mungkin seperti anda dan rekan2 anda,jadi disini TIDAK ADA PENCERAHAN,yang ada MIMPI UNTUK TERCERAHKAN....Jadi jelas bukan?Disana tidak ada TANPA AKU,jelas disana ada AKU...Jangan munafik ya....^-^

QuoteSaya pikir ini harus diselesaikan oleh rekan Riky Dave yang tampaknya postingan hanya menjaga pikiran tapi tidak menjaga ucapan.
Tentu,saya yang harus selesaikan,kalimat2 anda yang saya lihat lebih banyak tertuju kepada saya secara pribadi dan langsung,tetapi anda mungkin dengan "sengaja" mengait2kan dengan pak Hudoyo dan MMD...:))
Darimana anda bisa tahu bahwa saya hanya menjaga pikiran tetapi tidak menjaga ucapkan?
Saya persilakan anda untuk mengquote kalimat2 saya yang anda anggap "tidak menjaga ucapan"...Silakan quote secara terbuka dan to the poin tidak usah dengan kata2 yang sekilas nampak "menuduh" dan berdasarkan "pemikiran anda sendiri"...
Quote saja kalimat2 saya,saya akan tantang anda dengan kalimat saya,"Apakah benar Riky_dave itu asal nyalak saja kayak bebek?"

QuoteKarena permasalahan muncul ketika tulisan anda membuat orang lain menjadi berang dan bukan membuat orang lain belajar mengerti apa itu MMD dan mempraktikan MMD itu sendiri,saya nyatakan kamu GAGAL dalam memahami konteks pencerahan Sang Buddha.
Saya tidak berharap untuk memahami konteks manapun atau lebih tepatnya "mengerti" konteks manapun baik itu dalam MMD maupun BUDDHA....
Mau tau alasannya?
Anda tidak tahu tentang saya,tapi anda bisa berkata apapun dengan bebas tentang saya...Biar anda tahu saja,pengertian saya akan MMD secara TEORI itu SUDAH SANGAT KUAT,silakan ditest....
Tapi bagi saya itu hanya "sampah" belaka,kenapa begitu?Karena itu hanya dalam tataran teori dan pikiran sedangkan PRAKTEKNYA saya belum MENGALAMINYA SAMA SEKALI,jadi buat apa teori tsbt?Menggunakan TEORI agar mendapatkan HASIL PRAKTEK?Menurut saya secara pribadi jika hal tsb dilakukan dalam praktek MMD,maka saya menyebutnya TINDAKAN BODOH..
Berikut kalimat yang akan saya quote dari thread Abdhidhamma dan vipasanna untuk memperjelas "status" saya :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,3803.msg64166.html#msg64166

QuoteGuru Buddha dalam catatan Sutta tidak menggunakan sebuah cara yang kasar agar orang mau belajar Dhamma tapi membuat orang itu selalu gembira(delight) dalam Dhamma. bukan oleh ucapan,pikiran dan perbuatan yang kasar karena semua itu menggambarkan apa hasil yang dicapai seseorang.
Langsung saja deh,jangan bawa2 nama Buddha jika anda sendiri saja "tidak beres" dan lagi saya itu BUKAN BUDDHA....Saya ini hanya Riky_dave tak lebih tak kurang...
Pertama saya tegaskan kepada anda bahwa saya tidak sedang mengajak orang untuk belajar DHAMMA atau MMD...
Kedua saya katakan kepada anda bahwa saya bukan penjilat,yang selalu menulis "apa yang diinginkan orang lain" dan tidak menulis "kata2 yang anda anggap kasar karena takut dicela oleh orang lain"
Ketiga saya katakan bahwa,"Semua kata2 saya yang anda anggap "kasar" secara langsung itu adalah tanggapan saya terhadap kata2 saudara semit yang mungkin menurut anda "tidak kasar"? "
Saya tidak tahu apakah anda dan rekan2 anda bersifat berat sebelah atau apalah dan saya tidak peduli akan hal itu.Setiap kalimat atau kata2 anda terhadap saya,saya sanggup mengklarifikasikan semuanya,jadi silakan saja anda membawa semua kalimat saya ke dalam thread manapun akan saya layani...

QuoteDengan rekan Hudoyo, saya sering mendapatkan gambaran MMD yang baik terlepas dari kontroversi apapun,namun dengan tulisan rekan Riky Dave,saya sedikit muak dengan MMD yang memperlihatkan arogansi dan sikap defensif yang berlebihan.
Yang saya boldkan diatas...
Apakah tulisan saya mengajak anda untuk "bergabung" dalam MMD?MMD itu tidak ada paksaan dan masih banyak tidak ada laginya...
Jadi anda jangan gunakan "saya" menjadi alasan anda untuk bercuap2...
Dan perlu anda ketahui bahwa saya akan selalu begini dan tidak ada yang bisa mengubah saya,sampai saya sendiri sudah berada pada tahap ANATTA...
Dan juga anda harus bercermin sendiri dahulu sebelum melakukan "pengamatan" terhadap orang lain...Dari sekian banyak kata2 anda yang saya quote kan itu lebih tertuju kepada saya daripada MMD atau pak Hudoyo,kenapa anda tidak bersikap lebih fair dan gentle?Jika memang saya yang anda sedang "tanyakan" langsung saja tujukan kepada saya kenapa bawa2 yang lainnya?
Apakah ketika saya berucap,berpikir,berbuat sesuatu itu adalah kesalahan pak hudoyo?
Jika begitu saya berani berkata AGAMA BUDDHA=SAMPAH...
Kenapa?Karena didalam AGAMA BUDDHA sendiri banyak toh yang lebih tidak bermoral daripada saya,contoh FERRY SURYA PRAKASA...Bhikkhu DI INDIA yang memperkosa,masih banyak perlu saya jelaskan 1 persatu kepada anda biar anda merasa puas?
Dan lebih daripada itu lagi,pernahkah saya ketika menuliskan posting sambil berkata,"SAYA MENULISKAN POSTING INI DENGAN PENUH SADAR,BEBAS DARI AKU?"


Quote2. MMD dan Jalan seorang Buddha......menurut saya sendiri bukanlah hal yang bertentangan karena ujungnya bermuara pada "akhir dukkha" namun cara penyampaian yang terlihat kasar membuat semua orang tidak belajar apa-apa dari pengetahuan seorang Hudoyo.
Sekarang saya tanyakan balik kepada anda,"Apakah pak hudoyo memaksa anda untuk belajar MMD?"
Anda silakan secara tegas saja mengatakan bahwa saya yang anda anggap cara penyampaiannya kasar,jangan pakai kata2 yang terselubung begitu....
Kemudian hal yang ingin saya tanyakan adalah anda selalu mengejar2 teori MMD dan berharap itu dapat sesuai dengan tataran pikiran anda...Saya rasa dari dulu sampai sekarang anda TIDAK BELAJAR APA2 dari pak HUDOYO maupun dari PRAKTISI MMD LAINNYA...


Quote3. Saya tidak akan mempermasalahkan MMD sama dengan Buddhism atau tidak karena setiap guru meditasi memiliki cara khas tersendiri dan setidaknya telah menempuh Jalan dan memberitakan bahwa teknik yang diajarkan bermanfaat bagi banyak orang.
sama seperti saya belajar Yoga, begitu banyak guru dan ciri khas masing-masing namun semua bermuara pada tujuannya yaitu memahami Filosofi Yoga.
Benarkah anda tidak mempermasalahkannya?Jadi apa yang sedang anda lakukan sekarang? :) "Jangan munafik deh..."

QuoteJadi saya tidak perlu mempermasalahkan MMD itu sendiri. namun jika saya berpraktik MMD dan akhirnya membuat saya hampir mirip seperti Riky Dave,saya nyatakan,tidak berkeinginan belajar sampai adanya satu prove bahwa MMD selain membawa orang pada akhir dukkha namun semasa hidupnya membawa orang pada sikap perbuatan,ucapan dan pemikiran yang baik dan positif.
Menurut saya ini pernyataan "terbodoh" yang pernah saya baca...
Apakah anda pikir bahwa "kualitas" batin setiap orang itu sama?
Apakah anda sudah pernah mencoba MMD?
Apakah anda berakhir seperti saya?
Itu hanya karangan dan akal2 anda saja untuk menyudutkan MMD dengan membawa2 nama saya...Silakan saja,saya akan tantang anda secara terbuka jika anda merasa ada kata2 saya yang kurang berkenan bagi anda...

QuoteTerima Kasih. untuk polling,sikap saya netral.tidak perlu untuk mengklik setuju dan tidak setuju. saya melihat sebuah Jalan Tengah dan ini yang saya jalankan dan tidak bertentangan dengan batin saya sendiri.
Jadi ini ya produknya si JALAN TENGAH?

QuoteMaaf kalo tulisan saya kurang ada Dhammanya seperti yang dikatakan beberapa rekan disini. saya ga tahu cara berbicara "Dhamma" sebagai produk label,tapi saya berbicara Dhamma dari apa yang saya pelajari dan praktekan dalam sisi hidup saya.
Setelah "menghujat" tidak usah berpura2 lagi...
Mau buka topeng jangan setengah2,buka seluruhnya,jangan naif...

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Semit

Quote from: Suchamda on 07 August 2008, 07:38:57 PM
Si Semit yang dengan tegas di awal menyatakan standpointnya sebagai theravadin yg menolak bahkan mengusir Riky Dave untuk keluar dari Buddhism. Apa-apaan ini?? Anda bahkan tidak mengingatkannya sama sekali perbuatan takabur begitu??!!

Sdr Suchamda,

Saya hanya memberikan jawaban atas komentar Sdr. Riky, ada mungkin dengan sengaja atau tidak sengaja menutup mata atas postingan Sdr. Riky.
Sdr. Riky mengatakan bahwa beliau akan meninggalkan Buddhism jika saya adalah Samma Sambuddha, dan saya menjawab bahwa saya bukan Buddha, namun saya akan gembira kalau Sdr.Riky meninggakan agama Buddha. jadi tuduhan anda bahwa saya "mengusir" adalah sungguh tidak beralasan.

Sumedho

Quote
Soal benar atau pembenaran, tak ada seorangpun yang tahu kecuali diri sendiri.
Dan saya tahu/ sadar apa yang saya lakukan dengan pertimbangan2 yg masak. Semenjak kemaren 2 hari yg lalu saya sudah menyimak diskusi ini sambil merenungkan.

Kalau anda memang tidak bisa bertindak apa2 terhadap mereka, ya jangan bertindak apa2 juga terhadap kami. Itu baru adil. Tidak perlu pake ego-egoan.
Maksudnya kami? Saya terpaksa meminta bro utk mencabut gambar karena gambar terakhir yg dipasang itu menurut saya bisa menimbulkan perseteruan (gambar tentara dengan senjata yg tentu konotasi negatif). Itu saja. Jika itu dibilang saya memihak, yah apa yang bisa saya lakukan lagi?

QuoteTugas anda sebagai admin atau moderator adalah untuk memoderasi, artinya : mencegah sikap-sikap ekstrim dan menjembatani rekonsiliasi dari kedua belah pihak. Kalau anda tidak menginginkan pertikaian, tentu semenjak awal sudah dilakukan tindakan memoderasi atau mengingatkan. Kalau perlu, melarang topik seperti ini bisa muncul.
Tugas Admin dan moderator di sini bukan yg seperti bro katakan. Diskusi lebih dilepas karena diskusi dengan moderasi biasanya malahan jadi ala si moderator itu.

QuoteDan juga, saya tidak mengumpat seperti yg anda tuduhkan. Anda sudah tendensius sekali.
Justru saya mencari cara yang sederhana untuk menyingkapkan esensi semua kekonyolan yg terjadi disini ini secara gamblang tapi mudah. Dan itu menurut hemat saya adalah melalui gambar. Karena melalui simbolisme, kita lebih mudah bercermin.
Buat saya postingan2x gambar sindiran itu seperti umpatan yg bro akui itu sebelumnya.
There is no place like 127.0.0.1

Suchamda

#237
Quote from: Kemenyan on 07 August 2008, 08:50:54 PM
EGO oh EGO...
Mujur bagi saya yg selalu memilih mengunakan kata "Siddartha" tidak ditegur,
karena tidak mengunakan kata "Sang Buddha"



Saya rasa kita semua disini masih memiliki ego. Coba tunjukkan siapa yang mengatakan tidak punya ego? atau siapa yang menyatakan diri tidak punya ego?
Karena semua ego, maka tidak perlu membuat verbal defense berlindung/ menuding orang lain dengan masalah ego. Dan karena semua masih punya ego, maka kalau anda memancing2 orang lain tanpa alasan yg jelas supaya marah itu adalah tindakan yg kekanak-kanakan.

Yang jelas, semua dalam masyarakat itu ada aturannya, ada norma-norma, etika dan etiket yang harus diselarasi. Sebagai Buddhist, semestinya sudah harus paham bahwa semua itu timbal balik. Kalau anda tidak ingin dicubit ya jangan mencubit. Saya rasa cukup jelas.

Nah, kalau sehubungan dengan diskusi/ debat. Memang selalu disitu ada beda pendapat. Tapi beda pendapat itu tidak harus diikuti oleh suatu permusuhan (dimasukkan hati). Dalam diskusi adalah menyampaikan argumen bukan memojokkan.
Argumen itu adalah suatu rangkaian pernyataan yang merupakan suatu alasan untuk mendasarkan kebenaran pendapatnya. Jadi kalau tidak bisa memberi balasan argumen, ya jangan menyerang pribadi apalagi memojokkan.
Orang yang bisa mempertahankan argumennya itu dengan alasan yg kuat adalah terhormat, jangan lalu ditafsirkan sebagai ego.
Justru yang egois itu apabila :
- tidak bisa menjawab suatu argumen lalu menyerang secara pribadi.
- menyindir secara tersirat tetapi kala kemudian ditunjukkan kesalahannya tidak mau mengakuinya, bahkan berdalih macam-macam.

Menurut saya, yg penting sikap sportif saja dulu dibina.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Suchamda

#238
Quote from: Semit on 07 August 2008, 09:05:08 PM
Quote from: Suchamda on 07 August 2008, 07:38:57 PM
Si Semit yang dengan tegas di awal menyatakan standpointnya sebagai theravadin yg menolak bahkan mengusir Riky Dave untuk keluar dari Buddhism. Apa-apaan ini?? Anda bahkan tidak mengingatkannya sama sekali perbuatan takabur begitu??!!

Sdr Suchamda,

Saya hanya memberikan jawaban atas komentar Sdr. Riky, ada mungkin dengan sengaja atau tidak sengaja menutup mata atas postingan Sdr. Riky.
Sdr. Riky mengatakan bahwa beliau akan meninggalkan Buddhism jika saya adalah Samma Sambuddha, dan saya menjawab bahwa saya bukan Buddha, namun saya akan gembira kalau Sdr.Riky meninggakan agama Buddha. jadi tuduhan anda bahwa saya "mengusir" adalah sungguh tidak beralasan.


Saya tidak menutup mata spt yang anda tuduhkan.
Tapi syukurlah anda mengakui dengan jujur bahwa anda akan sangat gembira kalau Sdr.Riky meninggalkan agama Buddha.
Riky mengatakan bahwa bila anda adalah Sammasambuddha maka dia akan meninggalkan agama Buddha. Tapi anda jelas menjawabnya bahwa anda bukan Sammasambuddha tapi [namun] akan sangat gembira bila Riky bisa keluar dari agama Buddha. Bukankah ini indikasi yg jelas sekali sikap anda tersebut?
Sudahlah....tidak perlu ditutup2i dengan berdalih. Sudah jelas kelihatan kok attitude anda.

Biarlah pembaca yg disini yang bisa menilainya apakah tindakan anda itu bukan berarti pengusiran walau secara halus.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Suchamda

#239
Quote from: Sumedho on 07 August 2008, 09:07:33 PM
Quote from: suchamdaTugas anda sebagai admin atau moderator adalah untuk memoderasi, artinya : mencegah sikap-sikap ekstrim dan menjembatani rekonsiliasi dari kedua belah pihak. Kalau anda tidak menginginkan pertikaian, tentu semenjak awal sudah dilakukan tindakan memoderasi atau mengingatkan. Kalau perlu, melarang topik seperti ini bisa muncul.
Tugas Admin dan moderator di sini bukan yg seperti bro katakan. Diskusi lebih dilepas karena diskusi dengan moderasi biasanya malahan jadi ala si moderator itu.

Ya, silakan melepas. Tapi jangan pakai standar ganda.
Biarlah masukan kita dengar dari pembaca2 disini saja.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho