Abhidhamma & vipassana

Started by hudoyo, 29 July 2008, 09:45:38 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hudoyo

Quote from: bond on 05 August 2008, 12:08:27 PM
Ya sudah, terserah apa kata Anda lah, baru tahu MMD labelnya itu 'tanpa usaha' :)) tidur aja tanpa usaha, berarti MMD dong.
Ok lah saya anggap thread ini milik anda, saya tidak akan tulis apa2 lagi. Moderator saja tidak komplain tulisan mo ditulis berapa kali. Tulisan trio kwek2 (bapak, anak, satpam) juga ngulang2. :))
Ini lah hasil diam akhirnya beneran diam. Ternyata melekat sekali yak sama label MMD :)) jangan2 takut pasarnya habis =))
Ok bye trio kwek2  ;D
Smoga Anda bermeditasi dengan tenang tidak terganggu oleh tulisan ini :))
_/\_

Baru tahu Rekan Bond bisa juga ngejunk ... :))

Salam,
hudoyo

dilbert

Quote from: hudoyo on 05 August 2008, 12:11:15 PM
Quote from: dilbert on 05 August 2008, 12:01:29 PM
Hanya mengamati apakah bukan juga usaha ? Apakah usaha hanya dianggap sebagai aktivitas baik fisik maupun mental. jadi OOT nih...

Memikir-mikir tentang hal ini juga 'usaha' ... Anda tidak akan bisa memahami apa itu 'tanpa-usaha' tanpa melakukan vipassana versi MMD. ... Jadi, maaf, saya tidak mampu menjelaskannya kepada Anda ... Cobalah sendiri kalau mau. ...

gimana dengan anapanasati bhavana... hanya mengamati pernafasan saja... apakah ini juga labelnya "TANPA USAHA" ?? mohon dicerahkan...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

hudoyo

meditasi anapanasati bukan MMD ...
Dalam MMD, napas adalah salah satu fenomena badan & batin yang disadari seluas-luasnya, di samping semua fenomena yang lain ... tapi tidak ada konsentrasi pada napas saja sebagai obyek yang fixed dengan mengesampingkan fenomena-fenomena badan & batin yang lain.

dilbert

Quote from: hudoyo on 05 August 2008, 12:22:26 PM
meditasi anapanasati bukan MMD ...
Dalam MMD, napas adalah salah satu fenomena badan & batin yang disadari seluas-luasnya, di samping semua fenomena yang lain ... tapi tidak ada konsentrasi pada napas saja sebagai obyek yang fixed dengan mengesampingkan fenomena-fenomena badan & batin yang lain.

saya melihat konteks diskusi tentang MMD dan non-MMD adalah di label "TANPA USAHA" dan "USAHA", makanya ditanyakan apa bedanya dengan anapanasati yang juga hanya mengamati nafas saja. Apakah konsentrasi pada nafas sebagai satu satunya objek berbeda dengan konsentrasi pada fenomena fenomena badan & batin yang lain. SAya kira sama toh... Ketika dalam anapanasati bhavana, semua fenomena badan dan bathin juga hadir, hanya saja dengan anapanasati semua fenomena dan bathin itu SAMPAI DISADARI DAN DIAMATI TANPA DIPERSEPSI DAN DICERAP dengan TEKNIK berkonsentrasi pada pernafasan.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Sekedar sharing aja sih, mudah-mudahan bisa jadi masukan.

Pengalaman saya di forum asing, Theravada ada sub forum lagi, modern dan klasik.

Klasik khusus untuk mereka yang ingin berdiskusi tentang Theravada yang berdasarkan komentar-komentar dari Mahavihara dan turunannya, seperti Buddhagosa. Biasanya memuat pandangan-pandangan yang sejalan dengan Mahasi Sayadaw, Pa Auk Sayadaw, Bhante Narada, terjemahan Bhikkhu Bodhi (tidak termasuk catatan kakinya yang sering memuat pandangan pribadi beliau yang modern)

Modern khusus mereka yang ingin berdiskusi tentang Theravada yang berdasarkan pengajar-pengajar modern atau pemikiran-pemikiran modern, seperti Bhante Thannisaro, Tolle, Ajahn Mun dan pengikutnya (Ajahn Maha Boowa, Ajahn Chah, Ajahn Brahm, dsb), Ajahn Buddhadasa.

Jadi misalnya kalau ada yang mau berdiskusi tentang penghidupan benar, tapi tidak mau menerima pemikiran modern seperti tidak ada jalan, tidak ada usaha, dll, silahkan posting di Theravada Klasik.

Kalau ada yang mau membahas kebangkitan Sangha Bhikkhuni tapi tidak mau menerima masukan dari Theravada klasik yang menolak kebangkitan kembali Sangha Bhikkhuni, silahkan membahas di Theravada Modern.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

hudoyo


hudoyo

Quote from: dilbert on 05 August 2008, 12:33:30 PM
saya melihat konteks diskusi tentang MMD dan non-MMD adalah di label "TANPA USAHA" dan "USAHA", makanya ditanyakan apa bedanya dengan anapanasati yang juga hanya mengamati nafas saja. Apakah konsentrasi pada nafas sebagai satu satunya objek berbeda dengan konsentrasi pada fenomena fenomena badan & batin yang lain. SAya kira sama toh... Ketika dalam anapanasati bhavana, semua fenomena badan dan bathin juga hadir, hanya saja dengan anapanasati semua fenomena dan bathin itu SAMPAI DISADARI DAN DIAMATI TANPA DIPERSEPSI DAN DICERAP dengan TEKNIK berkonsentrasi pada pernafasan.

Saya tidak pernah lagi menggunakan kata 'berkonsentrasi' dalam mengajar MMD. ... Alih-alih, saya menggunakan kata 'menyadari' atau 'sadar', sekalipun ini tetap bisa diterima secara salah. ... Pada dasarnya 'konsentrasi' adalah tindakan AKTIF dari si aku ... 'sadar' adalah 'bukan tindakan', melainkan 'keadaan batin pasif'.

Contoh yang sering saya gunakan ialah orang yang sedang melamun. ... Ketika orang yang sedang melamun tiba-tiba 'sadar' bahwa ia melamun ... maka seketika itu juga lamunannya berhenti. ... Ini pengalaman semua orang ... Tetapi 'sadar' itu datang begitu saja, tiba-tiba saja ... bukan hasil 'usaha' dari orang yang sedang melamun, bukan hasil 'konsentrasi' dari orang yang sedang melamun ... Itulah 'sadar' yang dimaksud dalam MMD.

Salam,
hudoyo

K.K.

Ini hanya tebak2an, tolong dikoreksi kalo salah.
Kalo dalam MMD, bisa juga menyadari nafas ketika "gerak pikiran" muncul pada nafas, dan diamati.
Kalo dalam anapanasati, memang kesadaran dan konsentrasi diarahkan kepada nafas.
Betul begitu?

dilbert

Quote from: hudoyo on 05 August 2008, 01:00:11 PM
Quote from: dilbert on 05 August 2008, 12:33:30 PM
saya melihat konteks diskusi tentang MMD dan non-MMD adalah di label "TANPA USAHA" dan "USAHA", makanya ditanyakan apa bedanya dengan anapanasati yang juga hanya mengamati nafas saja. Apakah konsentrasi pada nafas sebagai satu satunya objek berbeda dengan konsentrasi pada fenomena fenomena badan & batin yang lain. SAya kira sama toh... Ketika dalam anapanasati bhavana, semua fenomena badan dan bathin juga hadir, hanya saja dengan anapanasati semua fenomena dan bathin itu SAMPAI DISADARI DAN DIAMATI TANPA DIPERSEPSI DAN DICERAP dengan TEKNIK berkonsentrasi pada pernafasan.

Saya tidak pernah lagi menggunakan kata 'berkonsentrasi' dalam mengajar MMD. ... Alih-alih, saya menggunakan kata 'menyadari' atau 'sadar', sekalipun ini tetap bisa diterima secara salah. ... Pada dasarnya 'konsentrasi' adalah tindakan AKTIF dari si aku ... 'sadar' adalah 'bukan tindakan', melainkan 'keadaan batin pasif'.

Contoh yang sering saya gunakan ialah orang yang sedang melamun. ... Ketika orang yang sedang melamun tiba-tiba 'sadar' bahwa ia melamun ... maka seketika itu juga lamunannya berhenti. ... Ini pengalaman semua orang ... Tetapi 'sadar' itu datang begitu saja, tiba-tiba saja ... bukan hasil 'usaha' dari orang yang sedang melamun, bukan hasil 'konsentrasi' dari orang yang sedang melamun ... Itulah 'sadar' yang dimaksud dalam MMD.

Salam,
hudoyo

ketika "sadar" dari lamunan, "siapakah" yang sadar ? Bagaimana seseorang itu jadi "sadar" lamunannya berhenti, tentu ada objek pikiran yang jadi "sadar" bahwa tadi sedang melamun. Apakah "sadar" itu hanya satu titik/point saja ? Lantas bagaimana pikiran setelah "sadar" dari lamunan ?
Menurut saya, latihan meditasi, baik dalam postur duduk bersila, meditasi berdiri, berjalan ataupun postur lainnya yang masih dalam LABEL KEGIATAN yang DISADARI sebagai MEDITASI adalah SUATU LATIHAN SAJA. LATIHAN itu diarahkan supaaya "KESADARAN" itu bergerak sedemikian rupa cepatnya seiring dengan pikiran, pencerapan dan perasaan bekerja.
Ketika KESADARAN bergerak secepat pikiran, pencerapan dan perasaan bekerja, dan berhasil untuk menekannya supaya tidak muncul, maka bentuk bentuk pikiran tidak akan muncul, bentuk bentuk pikiran tidak muncul maka tidak ada perbuatan melalui pikiran, ucapan dan perbuatan. Pada tahap ini, karma baru sudah tidak terbentuk.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

hudoyo

Quote from: dilbert on 05 August 2008, 05:23:15 PM
ketika "sadar" dari lamunan, "siapakah" yang sadar ? Bagaimana seseorang itu jadi "sadar" lamunannya berhenti, tentu ada objek pikiran yang jadi "sadar" bahwa tadi sedang melamun. Apakah "sadar" itu hanya satu titik/point saja ? Lantas bagaimana pikiran setelah "sadar" dari lamunan ?

Anda bertanya terus ... Anda sudah pernah mencoba, belum? ... Kalau Anda sudah pernah mencoba dan mengalami 'berhentinya pikiran' Anda akan bisa menjawab sendiri pertanyaan2 Anda itu ... Kalau Anda belum mengalaminya, pertanyaan2 itu tidak perlu Anda ajukan, karena hanya akan menghalangi kesadaran yang sesungguhnya sehingga tidak bisa muncul ... dan saya, bahkan Sang Buddha pun, tidak mungkin menjelaskannya kepada Anda sehingga Anda tidak ragu-ragu lagi. Jadi praktik atau tidak praktik ... jangan berteori saja.

Jawaban pertanyaan Anda dari pengalaman saya:

- Ketika sadar sedetik dari lamunan, tidak ada subyek, tidak ada aku, tidak ada "siapa" ... sedetik lagi muncul lagi pikiran baru dengan si aku. ...

- "Bagaimana seseorang jadi 'sadar' lamunannya berhenti" ... Anda pernah mengalaminya tidak? ... "Tentu ada obyek pikiran" ... bagaimana bisa ada 'obyek pikiran kalau pikiran itu berhenti (sedetik)? ...

- 'Sadar' itu bisa sekejap mata, bisa sedetik, bisa dua detik, bisa semenit, bisa sejam ... dan akhirnya akan menetap (permanen). ...

- "Bagaimana 'pikiran' setelah 'sadar' dari lamunan?" ... Maksud Anda, bagaimana 'batin' setelah 'sadar'? (Tolong dibedakan 'batin' dari 'pikiran'.) ... Ketika 'sadar' tidak ada pikiran ... sedetik kemudian 'pikiran' baru bisa muncul kembali.


QuoteMenurut saya, latihan meditasi, baik dalam postur duduk bersila, meditasi berdiri, berjalan ataupun postur lainnya yang masih dalam LABEL KEGIATAN yang DISADARI sebagai MEDITASI adalah SUATU LATIHAN SAJA. LATIHAN itu diarahkan supaaya "KESADARAN" itu bergerak sedemikian rupa cepatnya seiring dengan pikiran, pencerapan dan perasaan bekerja.

Selama masih ada aku & pikiran, maka semua gerak-gerik orang itu berasal dari pikirannya ... entah itu "meditasi", entah itu "sila", dsb. ... Ketika aku & pikiran berhenti ... semua gerak-gerik tubuhnya tidak berasal dari pikiran lagi, orang tidak merasa "bermeditasi", orang tidak merasa "berlatih" ... Tubuh & pancaindranya sekadar berfungsi pada saat kini ... kalau lapar makan, kalau haus minum, kalau ngantuk tidur ... tidak ada pikiran ke masa depan ... tidak ada kesadaran "sedang berlatih meditasi" untuk mencapai sesuatu di masa depan.

Salam,
Hudoyo

ryu

Pak, mau tanya, kalau ingatan itu masuk nya kemana?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

hudoyo

bawah-sadar ... bhavanga, entah apa namanya dalam Abhidhamma ...
ingatan muncul kembali ke dalam kesadaran lewat pintu batin ...

Riky_dave

#358
Quote from: fabian on 05 August 2008, 02:47:20 AM
Kulonuwun...
Ini diskusinya kayaknya nggak pernah berujung yah?
Ya...Bagaimana bisa berujung?
Antara "tanpa usaha" dengan "usaha"?
Ya tentu disana tidak akan ketemu "titik temunya"

QuoteKadang kadang saya heran dengan orang yang menganggap Abhidhamma sebagai tafsir...  :( kalau memang benar itu hasil tafsir bukan berdasarkan pengetahuan yang didapat dari pengalaman bermeditasi, maka luar biasa sekali pemikir pemikir Abhidhamma itu, yang bisa berpikir sehebat itu, bisa mengetahui impulse-impulse batin yang halus yang disebut sankhara, bisa mengetahui kelompok kelompok materi yang sangat kecil yang bahkan tidak nampak dengan mikroskop.
Abhidhamma atau kata2 apapun menurut saya tetap merupakan "konsep"...
Begini saja untuk mempermudahnya,apakah anda sudah membuktikan seluruh Abhidhamma itu?
Mungkin Abhidhamma itu langsung dalam pengalaman meditasi SB,tapi apakah itu sudah terbukti oleh anda sendiri secara LANGSUNG?Jika belum,itu sama saja dengan NIHIL,kata2 didalam Abhidhamma itu sama saja kosong....

QuoteSulit bagi mereka yang belum pernah mengalami secara langsung, untuk mengerti apa yang dimaksud dengan melihat segala sesuatu apa adanya yang dikatakan oleh para guru meditasi...
Saya setuju dengan anda...Memang benar sangat sulit untuk yang belum mengalami secara langsung....

QuoteSebenarnya yang dimaksud dengan melihat segala sesuatu apa adanya yaitu melihat apapun yang muncul pada kesadaran kita tanpa terseret atau terbawa olehnya.
Secara sadar atau tidak sadar selalu setiap saat kita terbawa (bereaksi) terhadap segala sesuatu fenomena yang timbul pada batin dan jasmani, mungkin banyak orang yang tidak mengerti bagaimana sih sebenarnya keadaan batin yang tidak terbawa itu? Saya akan memberi perumpamaan:
suatu ketika anda melihat mobil kijang yang sudah berusia sepuluh atau limabelas tahun lewat dijalan raya, apakah batin anda bereaksi? sebagian besar orang dan termasuk anda tentu akan menjawab tidak... karena mobil seperti itu tidak menarik perhatian. Tetapi bagaimana jika jendela mobil itu kemudian terbuka dan anda melihat orang yang anda cintai berada di dalam mobil itu sedang ditodong pisau di lehernya..? apakah anda dapat membuat batin anda tidak terseret..? tentu tidak bisa kan...? Nah dalam kehidupan sehari hari batin kita cenderung terseret oleh berbagai hal yang menjadi perhatian kita.
Terseret disini ada dua hal yaitu terseret dengan bereaksi menolak seperti dalam contoh diatas, maka timbullah kebencian dsbnya. Dan terseret dengan bereaksi menerima....maka timbullah keinginan untuk mengalami kembali atau lobha..
Sungguh,saya tidak bisa mencerna makna dari kata2 saudara yang diatas....
Bagaimana suatu hal yang disebut "menerima" itu adalah "Keinginan untuk mengalami kembali atau lobha?"

QuoteAnda mau tahu apa itu terseret..? itulah kemelekatan... kita hidup dengan berbagai kemelekatan batin, mulai dari kebiasaan yang kita anggap baik hingga hal hal yang buruk. Dari yang halus hingga yang paling kasar.
Semuanya bukankah berawal dari pikiran bukan.....
Baik atau buruk itu sama saja,pada akhirnya "membelenggu" untuk "melihat apa adanya"

QuoteBagaimana anda dapat melihat segala sesuatu apa adanya bila melihat rasa sakit yang timbul pada badan jasmani anda terseret dan merasa sangat menderita? hanya apabila anda mampu melihat rasa sakit tanpa merasa sakit maka anda sudah mulai bisa melihat apa adanya, karena rasa sakit hanya fenomena tidak lebih, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para guru meditasi, rasa sakit terjadi karena batin kita yang mengkonsepkannya. Rasa sakit hanya termasuk fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani.
Ini yang saya tidak mengerti juga,apakah anda sedang berteori atau menceritakan pengalaman anda sendiri?
"Melihat rasa sakit tanpa merasa sakit"....
Menurut saya tidak begitu,Sakit ya sakit,bagaimana "melihat sakit" dan menjadi "tanpa sakit",jika begitu itu hanya "akal2an" AKU yang ingin/berharap "tidak sakit"...
Menurut saya ketika SB terluka timbul juga rasa sakit,tetapi bagi SB rasa sakit itu adalah fenomena alam yang diterimanya sehingga bagi SB itu sama sekali tidak sakit....
SB itu tidak melekat lagi pada tubuhnya(Karena dia sudah SADAR SEPENUHNYA),karena SB sudah tidak melekat maka disana tidak ada perbandingan lagi dari si AKU,yakni "Baik buruk" "Kecewa Gembira" dstnya,disana tidak ada lagi DUKKHA.......


Quote
Lantas apakah pengetahuan Abhidhamma berguna bagi seorang meditator? entah Vipassana atau Samatha? jelas tentu saja !!!!!
Benarkah?Saya saja tidak pernah membaca 1 kali pun tentang Abhidhamma dan tidak tahu Abhidhamma itu isinya apa....Dan sampai saat ini meditasi vipasanna saya oke2 saja...:)

QuoteBisakah anda bayangkan seorang meditator bermeditasi dengan tidak tidak belajar teori dan tidak tahu apa itu thinamidha (kemalasan dan keengganan) yang merupakan penghalang meditasi dan juga tidak mengerti bahwa viriya (semangat) harus dibangkitkan untuk mengatasinya? jika ia tidak tahu maka kemungkinan besar meditator itu akan melatih meditabok...!!!
belum lagi keragu-raguan (vichikiccha), yang bila tidak diatasi akan membuat meditator selalu bingung sehingga tak akan maju maju...!!!
Justru untung saya tidak tahu apa yang anda sebutkan...Karena menurut saya secara PRIBADI bahwa apa yang anda sebutkan sebagai THINAMIDHA dan VIRIYA adalah DEBU penghalang untuk MELIHAT APA ADANYA...
Kenapa saya mengatakan begitu?
Anda membuat versus antara Kemalasan VS semangat yang menurut saya kedua2nya adalah ciptaan AKU,yang tidak berguna...
Contoh simpelnya begini saja:
Dulu ketika saya ingin bermeditasi,maka pada saat waktu meditasi tiba2 saya menjadi "malas" karena kecapekan untuk meditasi,tapi akhirnya saya meditasi juga,hasilnya?NIHIL karena disana ada "Keterpaksaan" atau "suatu beban" dalam DIRI saya....MAKA HASILNYA 0 besar....
Kemudian pada saat2 yang lainnya, saya sangat bersemangat bermeditasi,sehari bisa 3kali tapi hasilnya? NIHIL juga toh...
Kenapa begitu?Karena saya hanya "ingin" bermeditasi...
Itu adalah "keinginan" dari saya sedangkan didalam meditasi yang saya pelajari tidak ada usaha,keinginan dan banyak lagi tidak adanya...
Sehingga saya tersadar bahwa saya bak robot yang sudah diberi "perintah" atau bak komputer yang sudah "diset" sesuai "jawdal"...
Sekarang ini "meditasi" saya lakukan "langsung" pada SAAT INI bukan direncana2kan kedepan...
Contohnya seperti malam ini saya tidur,dan besok mau bangun cepat untuk meditasi>>>Jelas disini ada "keinginan" dan "usaha" untuk cepat bangun dan bermeditasi dipagi hari,sehingga ketika pada saatnya tiba BATIN INI MALAHAN MENJADI TERSIKSA DAN TERBEBANI,TIDAK ADA KETENANGAN DISANA SAMA SEKALI...
Jadi saya merubahnya dengan MEDITASI TEPAT PADA SAAT ITU JUGA,disana tidak ada keinginan,usaha dan masih banyak tidak adanya....:)


QuoteMemang pada waktu melatih meditasi kita tidak boleh mengingat pelajaran yang kita dapatkan misalnya Abhidhamma. Tetapi pengetahuan Abhidhamma yang telah kita pelajari ada kemungkinan muncul sendiri memberikan pertolongan pada saat kita membutuhkannya,umpamanya pada waktu meditasi kita mulai semakin malas-malasan, kemudian sekonyong konyong kita ingat akan pelajaran Abhidhamma bahwa malas-malasan adalah bentuk thinamiddha dan itu akan menghalangi meditasi... lalu kita tidak mau malas malasan lagi, bukankah ini berarti bahwa belajar Abhidhamma itu sangat berguna..?
yang saya bold diatas lebih "gila" lagi...Anda mengatakan "tidak boleh" mengingat pelajaran...Tapi pada kalimat kedua anda berkata bahwa apa yang telah dipelajari mungkin bisa menolong...
Apakah anda tahu bahwa pikiran itu sangat cepat bahkan mungkin melebihi kecepatan cahaya?
Bagaimana hal tsb bisa menolong?Bukankah itu anda mengingatnya?
Seperti umpama yang anda tuliskan,"umpamanya pada waktu meditasi kita mulai semakin malas-malasan, kemudian sekonyong konyong kita ingat akan pelajaran Abhidhamma bahwa malas-malasan adalah bentuk thinamiddha dan itu akan menghalangi meditasi... lalu kita tidak mau malas malasan lagi, bukankah ini berarti bahwa belajar Abhidhamma itu sangat berguna..?"
>>>Tiba2 ingat?Saya "meragukan" hal tersebut yang ada menurut saya adalah "mengingatnya" tidak ada "tiba2" mengingat dan dalam sekejab menjadi "semangat"....:) disana ada USAHA yang berasal dari AKU,walaupun hal tersebut + tapi tetap saja malah memperkuat AKU...:)


QuoteTidak tepat bila ada orang yang menyatakan bahwa berlatih meditasi kita harus melepaskan teori, yang tepat adalah pada waktu bermeditasi kita jangan mengingat teori, tidak mengingat bukan berarti kita melepaskan, tetapi melepaskan berarti kita tidak mempergunakan...
"mengingat" dan "melepas"?
Menurut saya hanya orang yang "bodoh" yang pada saat meditasi "berusaha" untuk "jangan mengingat teori" :))
Ngapain lagi ditahan2 teori2 tersebut?
Bagi saya lebih baik "melepas"kan semua beban2 "teori" tersebut...
MASALAH SEKARANG SELESAIKAN SEKARANG,MASALAH DETIK INI SELESAIKAN DETIK INI JUGA...:)

Salam,
Riky

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Riky_dave

Quote from: bond on 05 August 2008, 12:08:27 PM
Ya sudah, terserah apa kata Anda lah, baru tahu MMD labelnya itu 'tanpa usaha' :)) tidur aja tanpa usaha, berarti MMD dong.
Ok lah saya anggap thread ini milik anda, saya tidak akan tulis apa2 lagi. Moderator saja tidak komplain tulisan mo ditulis berapa kali. Tulisan trio kwek2 (bapak, anak, satpam) juga ngulang2. :)) terlihat jelas  hanya ingin memonopoli (ini juga ilmu tafsir om).
Ini lah hasil diam akhirnya beneran diam. Ternyata melekat sekali yak sama label MMD :)) jangan2 takut pasarnya habis =))
Ok bye trio kwek2  ;D
Smoga Anda bermeditasi dengan tenang tidak terganggu oleh tulisan ini :))
Owh...Saudara Bond yang terhormat dengan segala "kebaikkan" anda....:))
Maaf saja,TRIO KWEK2 itu penyanyi,dan saya rasa bahwa saya bukan lah seorang penyanyi...:)
dan yang pastinya saya juga bukan "seekor bebek" yang bisa "bercuap2" saja kemudian "Lepas" tanggung jawab...:)
Bebek kan biasanya hanya bisa kwek kwek kwek(Bercuap2 tanpa tahu apa yang dia cuapkan,malahan mungkin sering kali apa yang dia cuapkan,dia sendiri belum pernah "mengalaminya" dan yang lebih parah lagi si bebek itu sering kali "menyembunyikan" kemunafikannya didalam cuap2annya)
Sekian dari saya....:)
Semoga orang yang merasa AKUnya itu sudah tidak bisa kesamber,tidak tergerak oleh kata2 saya diatas...
_/\_


Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...