//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Abhidhamma & vipassana  (Read 201186 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #270 on: 02 August 2008, 04:02:44 PM »
Tapi saya juga berbeda pendapat dengan Pak Hudoyo bahwa Abhidhamma tidak kompatibel dengan Vipassana. Vipassana menyadari gerak pikiran, dan pikiran itu bisa juga berupa ajaran Abhidhamma, ajaran agama lain, ilmu pengetahuan dan bahkan kegiatan sehari-hari. Vipassana yang berada di luar tataran konsep, tidak bisa dikatakan "kompatibel" ataupun "tidak kompatibel" dengan suatu konsep.

'Compatible' menurut kamus Oxford artinya: "able to be used together at the same time". Jadi maksud saya, vipassana dan abhidhamma tidak bisa digunakan bersama-sama pada waktu yang sama.
Ya, tidak akan bisa digunakan pada saat yang bersamaan. Bahkan bukan hanya Abhidhamma, tapi juga seluruh ajaran dan ilmu pengetahuan lain.



Quote
Quote
Singkatnya, berangkat dari gerak pikiran (ajaran/konsep/teori) apapun, ketika dia menyadarinya dan "berhenti" (meminjam istilah dari MMD), maka di situlah "ditemukan" vipassana. Jadi di dalam ajaran/konsep/teori apapun, seseorang bisa "menemukan" vipassana;

Kalimat yang dibold merah di atas perlu dilengkapi: "Di dalam ajaran/konsep/teori apapun, seseorang bisa "menemukan" vipassana KETIKA ajaran/konsep/teori itu diatasi/dilampaui/ditransendensikan."

Ini berbeda dengan anggapan sementara siswa Abhidhamma, bahwa abhidhamma bisa dipakai dalam vipassana untuk mengenali citta-citta yang muncul dsb dsb. Kalau orang masih membanding-bandingkan dengan suatu teori untuk 'mengenali', ia jelas tidak sedang bervipassana.
Ya betul. Maksudnya begitu, ketika ajaran/teori/konsep itu dilampaui/ditransendensi, maka tidak ada perbedaan apakah asalnya dari ajaran/teori/konsep A atau B, semuanya sama saja.

Kalau menurut pendapat saya, dalam meditasi (baik Vipassana dan Samatha), tidak memerlukan kompleksitas pikiran. Semakin sederhana, justru semakin mendukung. Bahkan dalam Samatha, objek yang terlalu kompleks menghalangi orang untuk masuk dalam jhana.

Kegunaan Abhidhamma bagi saya adalah untuk mendukung penalaran dan pola pikir. Bisa juga digunakan sebagai pedoman (mungkin seperti sila yang mengingatkan kita) dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kalau untuk "ditembus" sendiri dalam meditasi, rasanya sulit. Bahkan, konon Abhidhamma hanya bisa "ditembus" oleh seorang Samma Sambuddha (siapa pula yang bisa menghitung kecepatan pikiran secepat itu?) dan hanya bisa dimengerti dengan baik secara analitis oleh para Ariya yang memiliki patisambidha. Juga diterangkan di Tavatimsa untuk para Deva & Brahma, yang notabene memiliki khanda yang tentu saja berbeda dengan manusia :)

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #271 on: 02 August 2008, 04:14:04 PM »
Sebenarnya Abhidhamma dan vipasanna itu bisa saling mendukung dan saling sinergi asalkan kita menempatkan keduanya dalam sebuah kesatuan yg proposional. Jikalau ada mereka yg mempelajari Abhidhamma secara text book dan mendapatkan manfaatnya ok2 saja, apalagi jika belum ada kesempatan melatih vipasanna langsung yg dikarenakan kondisi dan buah karma baik yg mendukung belum berbuah. Perbedaan hanya terjadi hanya ketika kita masing menggenggam kuat persepsi kita sendiri dan ini tidak terjadi pada yg mengandalkan teori tetapi bisa juga terjadi pada praktisi vipasanna yg menanggap apa yg dialami sebagai kebenaran mutlak dan memiliki keyakinan yg berlebihan dan semangat terhadap pengetahuan yg dimilikinya tetapi mereka lupa bahwa mereka sedang terperangkap dalam rintangan meditasi, yg mana mereka berpikir telah maju tetapi sebenarnya hanya jalan ditempat atau OMONG KOSONG BELAKA. Sampai2 dengan gampangnya loncat untuk "tanpa aku" tidak perlu sutta, harus dari mulut Sang Buddha lha, tidak ada tujuan dalam vipasanna di saat awal. Itu semua sebenarnya masih dalam sebuah ilusi yg menyesatkan sebuah pandangan. Melatih mencapai nibanna harus ada tahapan sesuai kondisi batin masing yg harus disikapi secara bijaksana. Contohnya : kalau kita akan duduk meditasi, disitu ada "ingin" , "duduk" dsb bukankah itu tujuan, mau makan saja sudah tujuan, jadi banyak orang membuat vipasana ngejlimet dengan khayalan2 belaka saja. Demikian sebaliknya teori bisa membawa kemajuan hanya pada tahap tertentu saja, selanjutnya harus praktek. Bagaimana membawa vipasanna berguna bagi kehidupan sehari2, kekuatan dari latihan khusus meditasi vipasanalah yg digunakan yg mana terdapat kekuatan sati yg murni. Hendaknya juga mereka yg telah berlatih dalam Dhamma tidaklah menambah ego karena pengetahuan. jangan berpikir semua serba instant dan tidak ada tahapan, tidak ada jalan dan tidak ada konsep yg benar dsb, kalau begini , orang semacam ini lupa akan realita kehidupan yg sebenarnya dan mungkin salah satu pandangan ekstrem kiri atau kanan bukan jalan tengahlah yg diajarkan Sang Tathagata. Belajarlah langsung dari mereka yg telah benar2 mencapai apa yg harus dicapai sebagai kalyanimita, jangan  takabur bahwa kita bisa seperti Buddha mencapai pencerahan sendiri. Sang Buddha pun mencapainya karena parami yg luar biasa disertai tanda khusus yg menyertainya. Marilah renungkan kembali apa yg terjadi pada diri kita.

Jadi perkembangan batin masing2 tentu titik awal kemajuannya berbeda-beda. Ada yg mulai dari teori (dalam hal ini Abhidhamma) dan ada yg berawal dari praktek dan ada juga dari keduanya.  Dengan menganggap meniadakan salah satu adalah kebodohan yg amat sangat. Janganlah berpikir kita telah mahir dalam praktek Dhamma atau merasa sebagai praktisi yg hebat kalau menjadi manusia seutuhnya  saja belum becus dan mulailah dari hal2 yg kecil dalam keseharian kita , kalau itu saja sudah bisa kita lakukan maka baru bisa maju selangkah demi selangkah.Demikian pula yg memilki intelektual yg baik hendaknya tidak memahami Dhamma sebatas pemikiran saja. Seperti Anda memilki 2 tangan dan kaki, bila salah satu tidak ada maka disebut cacat, yg parah kalau terjadi cacat mental. ;D

Saya melihat seluruh isi posting Rekan Bond ini dimaksudkan sebagai kritik terhadap MMD. Kritik itu salah arah dan salah substansi karena Rekan Bond tidak pernah mencoba menjalankan MMD itu sendiri. Mungkin saja Rekan Bond adalah pemeditasi vipassana versi lain, saya tidak tahu. Tetapi memang jelas vipassana versi MMD sangat berbeda dengan vipassana versi-versi lain. Rujukannya saja sudah berbeda; vipassana versi-versi lain merujuk pada Mahasatipatthana-sutta, sedangkan vipassana versi MMD merujuk pada Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta. Khususnya vipassana versi MMD berbeda dengan vipassana versi Mahasi Sayadaw; kedua versi vipassana itu mempunyai perbedaan-perbedaan mendasar yang tidak bisa dihindari. Kritik serupa dengan yang dilontarkan Rekan Bond ini pernah bahkan sering saya dengar datang dari para pemeditasi senior versi Mahasi Sayadaw.

Saya rasa tidak perlu saya menanggapi substansi (isi) kritik Rekan Bond, karena memang saya tidak berniat mengubah pandangan Rekan Bond; dengan kata lain, saya tidak berniat berdebat--memperebutkan kalah-menang--dengan Rekan Bond. Saya menyadari bahwa berdiskusi dengan orang yang sudah mempunyai pandangan yang menetap (fixed) hanya akan membawa pada debat kusir yang tidak ada manfaatnya dan tidak ada akhirnya.

Saya hanya bersedia berdiskusi dengan mereka yang ingin belajar MMD, di forum atau media apa saja. Oleh karena itu saya tidak akan menanggapi substansi kritikan Rekan Bond terhadap pemahaman & praktik MMD. Dan mulai sekarang rasanya tidak ada gunanya saya berdiskusi tentang vipassana/MMD dengan Rekan Bond lagi.

Kepada rekan-rekan yang ingin belajar MMD, mohon bersabar sebentar. Tidak lama lagi akan keluar Buku Panduan MMD yang lengkap di mana seluruh prinsip pemikiran dan praktik MMD diuraikan secara lengkap; seluruh kritik Rekan Bond di atas akan terjawab dengan lugas dalam buku itu. Buku itu akan diberi pengantar oleh seorang bhikkhu senior kita.

Kepada Rekan Bond saya sampaikan, lakukan vipassana yang sesuai dengan pemahaman Anda; Anda tidak perlu mengomentari vipassana yang tidak pernah Anda lakukan sendiri; selain tidak relevan, malah terdengar lucu di telinga praktisi MMD. Sadarilah bahwa di dunia ini ada berbagai cara untuk memahami dan melaksanakan ajaran Sang Buddha, bukan hanya pemahaman dan praktik vipassana menurut versi A,B,C, atau menurut Anda sendiri.

Saya selalu mengatakan, bahwa tidak ada satu versi vipassana yang cocok untuk SEMUA orang. Versi Mahasi Sayadaw tidak, versi MMD pun tidak. Setujukah Anda dengan pernyataan ini? Silakan dijawab, terima kasih.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 02 August 2008, 05:44:32 PM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #272 on: 02 August 2008, 04:16:27 PM »
Demikianlah, BhagavĂ , Purana Kassapa, ketika ditanya tentang buah saat ini dari kehidupan tanpa rumah, menjelaskan tentang tidak melakukan apa-apa kepadaku. (Samanaphala Sutta)

'Sadar' di dalam MMD sama sekali tidak ada hubungannya dengan ajaran Purana Kassapa. Kalau mau tahu di mana perbedaannya, lakukan sendiri lebih dulu MMD. Jangan mengasosiasikan begitu saja dengan mengandalkan satu-dua patah kata saja.

Salam,
hudoyo

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #273 on: 02 August 2008, 04:21:59 PM »
ada kok anak TK yang disuruh lompat ke universitas contohnya xxxxxxx(ge sensor sendiri namanya).....alhasil keblinger soal Dhamma dan cuman bisa berkoak koak untuk diam tapi ga bisa diam. salah siapa?


wkwkwk.... yg "xxxxxxxxx" itu = jinaraga ato si anak itu  ;D

Offline san

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 475
  • Reputasi: 35
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #274 on: 02 August 2008, 04:37:04 PM »
Apa ada kemungkinan bahwa kita mempelajari buddhisme dengan cara yang salah?

Misalkan (klo tidak salah baca) ada pernyataan dalam buddhisme yang mengatakan:
-Sungguh beruntung terlahir sebagai seorang manusia, karena sulit sekali terlahir sebagai manusia, karenanya hargailah kehidupan
-Tubuh ini sebenarnya menjijikkan, keluar cairan, bau, hanyalah kantong sampah
-Kita sebenarnya hanya terdiri dari 2 hal nama dan rupa: tubuh fisik dan batin.

Ketiga pernyataan tersebut diucapkan dalam konteks yang berbeda-beda:
- yang pertama merupakan dorongan agar orang tidak berlalai-lalai untuk "mencari" pembebasan;
- yang kedua dimaksudkan agar orang tidak melekat pada tubuh ini, sebagaimana kebanyakan orang melekat;
- yang ketiga adalah pernyataan faktual yang bersifat netral.

Jadi di antara ketiga pernyataan itu tidak saling berkontradiksi satu sama lain, asal saja kita bisa membedakan konteksnya.

Dalam vipassana, ketiga-tiganya disadari sebagai pikiran (dan mungkin sikap batin), sehingga tidak dilekati lagi.

Salam,
hudoyo

Jadi apakah mungkin untuk melihat abhidhamma dan vipassana tidak saling berkontradiksi satu sama lain, asal saja kita bisa membedakan konteksnya?

Atau abhidhamma adalah abhidhamma dan vipassana adalah vipassana, masing2x memberikan manfaat sendiri 2x sesuai prakteknya, dan lebih baik tidak mencampuradukkan keduanya??
« Last Edit: 02 August 2008, 04:45:41 PM by san »
be happy ^^

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #275 on: 02 August 2008, 04:41:01 PM »
 [at]  Bro Riky...

Diskusi2 yg lain rasanya tidak perlu kita lanjutkan karena kelihatannya sudah mentok  ;D

Sy akan jawab yg Bro Riky tanyakan saja, sbb:

Quote
Pertama-tama perlu dipahami esensi Abhidhamma, tidak perlu secara lengkap dan tanpa perlu menghapalkan istilah2 rumit nya.
Pemahaman yg perlu, misalnya:
~ Jenis2 citta yg bermanfaat dan tidak bermanfaat
~ Mengapa citta2 yg bermanfaat perlu dikembangkan, bagaimana mengembangkannya
~ Mengapa citta yg tidak bermanfaat perlu dikikis, bagaimana mengikisnya
~ dsbnya
Apakah dari 1 sampai 4 yang anda tuliskan itu tidak perlu dihapalkan?^-^
Jenis2,mau dikenali pasti anda hapal dahulu bukan,nanti muncul A oh ya di Abhidhamma ini disebut A dan seterusnya....

Tidak, tak perlu dihapalkan, hanya perlu dipahami dan dimengerti

Quote
Mengapa harus dipilah2 antara yang baik dan buruk?

Karena Bro Riky paling senang bertanya sumber Tipitaka (meski dilain pihak Bro bilang nggak peduli dgn Tipitaka dan Bro bukan murid Sang Buddha, sy tidak mengerti untuk apa Bro selalu meminta sumber di Tipitaka kpd orang2?), maka akan sy jawab pake sumber di Tipitaka saja:

"Perbuatan buruk akan menyebabkan penyesalan, ratapan dan air mata
Perbuatan baik tidak menyebabkan penyesalan, dan mengakibatkan kegembiraan dan kebahagiaan
"
(Dhammapada 67-68)

Quote
Saya tidak menganggap antara Baik dan Buruk...
Semuanya SAMA dari AKU...
Lantas kenapa saya harus memilah2nya?
Menolak yang buruk,senang akan yang Baik?
Bukankah saya seperti sedang menipu diri saya sendiri?:)

Tidak sama.
Justru menganggap sama antara perbuatan baik dan buruk berarti  Bro Riky sedang membodohi diri sendiri.
Mungkin perlu Bro renungkan nasehat Sang Buddha yg sy tulis diatas

Quote
Quote
Sang Buddha juga mengatakan pentingnya menjaga moral yg baik (sila), yg berguna untuk samadhi dan panna.
Silakan anda memberikan saya referensi perkataan SB tersebut...

Jika anda menutup mata anda dan membuka Tipitaka secara acak, sy yakin, anda akan gampang menemukan anjuran Sang Buddha akan pentingnya perbuatan baik. Isi Tipitaka sarat dengan anjuran berbuat baik.
Saya akan copas satu untuk Bro Riky:

"Mengembangkan kebajikan, dapatlah dilakukan. Apabila tidak dapat dilakukan maka Saya tidak akan menganjurkan engkau melakukannya, tapi karena itu membawa keberuntungan dan kebahagiaan, Saya menganjurkan engkau: Kembangkanlah Kebajikan"
(Anguttara Nikaya, I:227)

Satu lagi:

"Bagi wanita dan pria, berdana dan bermoral baik, dapat menahan nafsu dan pengendalian diri, merupakan timbunan harta terbaik. Oleh karena itu orang bijaksana selalu bertekad untuk melakukan kebajikan itu"
(Khuddaka Nikaya, Nidhikkhanda Sutta)

juga:

"Setiap orang mewarisi kammanya masing-masing...dstnya..."

Quote
Dan saya rasa sila bukan hanya diartikan sebagai moral yang baik...:)
Sila itu luas,begitu juga dengan dana dll...

Kalo begitu bisa di-share disini pengertian Bro Riky mengenai SILA?
Juga DANA?

Salam,
willi

::

« Last Edit: 02 August 2008, 04:49:17 PM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #276 on: 02 August 2008, 04:51:58 PM »
Ego itu mesti disadari, ketika kita sadar bahwa pada saat itu kita sedang marah, selanjutnya kita mempunyai pilihan, mau marah terus atau mau disudahi? Biasanya ketika kegiatan memilih*) ini berlangsung, kekuatan EGO (kemarahan) tadi sudah sedikit melemah.... selanjutnya terserah kita....
(Pada saat 'memilih' tsb, segala pemahaman yg telah kita pelajari biasanya akan muncul dan akan menjadi bahan pertimbangan kita; jika makin sering dipelajari dan direnungkan, maka akan semakin kuat mengontrol pertimbangan kita).

Bandingkan jika tanpa memahami Dhamma (bahwa kemarahan itu tidak baik bagi kita, bahwa pikiran merupakan busa yg menyerap setiap pikiran baru; berakumulasi, dsbnya), jika tidak memahami hal2 begitu maka kita akan terus 'menikmati' kemarahan kita dengan semakin berapi-api... akibatnya sudah bisa ditebak: jantung semakin keras berdebar (sumber segala penyakit) dan batin kita sudah terupgrade menjadi 'semakin pemarah' (lama kelamaan akan menjadi 'sifat' kita).

Bagi seseorang yg mempraktikkan Abhidhamma, pemahaman2 dasar begini akan membantunya mengambil sikap ketika EGO-nya muncul. Pemahaman2 yg didapat dari belajar, membaca adan diskusi (Suttamayapanna) akan meningkat menjadi pemahaman realisasi (Cintamayapanna) yg untuk selanjutnya jika dilakukan dengan intents (vipassana) maka akan menjadi pemahaman penembusan (Bhavanamayapanna).

Menurut hemat saya, orang tidak bisa "memilih" untuk bebas. ... Apa yang dikenal sebagai 'kehendak bebas' (free will) adalah ilusi dilihat dari sudut batin yang bebas. Orang yang katanya mempertimbangkan begini-begitu dan menentukan suatu pilihan, sebenarnya sudah ditentukan lebih dulu oleh faktor-faktor pengkondisi sebelumnya, apakah itu "baik" atau "tidak baik". Faktor pengkondisi yang terdalam dan terakhir adalah akunya sendiri.

Bahkan keputusan untuk bermeditasi vipassana itu pun tidak bisa membawa pada--dan bukan sebab dari--pembebasan itu sendiri. Itu tidak lebih dari sebuah keinginan, yang membuat ia duduk diam dengan tujuan dalam batinnya untuk "mencapai nibbana", "menjadi arahat". Bahkan ketika ia duduk diam mengamati pikirannya, selama masih ada tujuan dalam batinnya, ia hanya akan berputar-putar terbelenggu oleh pikirannya sendiri, tidak mungkin bebas.

Baru ketika pikirannya diam, di situ ada pembebasan. Tetapi diamnya pikiran itu bukan hasil dari usahanya, bukan hasil dari duduk diamnya, bukan hasil dari meditasinya, bukan hasil dri "pilihannya", bukan hasil dari akunya yang ingin mencapai diam sebagai tujuan. Diamnya pikiran itu datang dengan sendirinya, tidak bisa diharapkan, tidak bisa dilatih, tidak bisa didesak untuk datang.

Orang bisa belajar etika, orang bisa berlatih menjalankan etika, tapi semua itu masih berada dalam lingkup si aku. Itu mungkin bisa membuatnya menjadi "orang baik" di mata masyarakat dan di matanya sendiri, tapi tidak mungkin membawanya pada pembebasan. Pembebasan tidak ada kaitannya sama sekali dengan menjadi "orang baik".

Oleh karena itu, untuk bebas tidak perlu mempelajari Buddha-Dhamma, tidak perlu belajar sila, samadhi dan pannya, apalagi belajar Abhidhamma, melainkan langsung dengan 'sadar' akan badan & batinnya sendiri pada saat sekarang. 'Sadar' itu sendiri merupakan 'sila', 'samadhi' dan 'pannya' secara langsung, tanpa harus dipelajari teorinya secara intelektual. Orang yang 'sadar' tidak akan pernah melanggar sila (sekalipun ia tidak pernah belajar sila); orang yang 'sadar' berarti berada dalam samadhi tanpa harus belajar teori "samadhi" lebih dulu; orang yang 'sadar' berarti ada pannya dalam batinnya, sekalipun ia tidak merasa seperti itu.

'Sadar' atau 'tidak sadar', itulah kuncinya, bukan belajar Dhamma, apalagi belajar Abhidhamma.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 02 August 2008, 05:37:37 PM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #277 on: 02 August 2008, 04:57:52 PM »
SY teringat ketika berdiskusi dengan Bp. Ngestoe Rahardjo (pemilik milis BeCeKa), Beliau -yg cukup netral, tidak berpihak kepada salah satu aliran dan kebetulan agama asli Beliau adalah Agama Hindu- mengatakan bahwa "Madam Nina Van Golkom diduga oleh banyak orang sebagai sedikit dari mereka yg telah mencapai sotapanna."
----
Sehubungan hal tsb diatas, sy pikir percakapan Madam Nina cukup bisa kita pertimbangkan.

Bagi saya sendiri, saya tidak perlu membaca lagi Nina van Gorkom (yang pernah saya baca dengan teliti 40 tahun yang lalu). Beliau tidak lebih dari praktisi Abhidhamma, bukan praktisi vipassana. Tentang apakah beliau sudah menjadi Sotapanna atau belum ,hal itu tidak relevan bagi saya.

Bahkan YM Mahasi Sayadaw sendiri ada yang mengatakan bahwa beliau sudah arahat. Betul atau tidak, tidak ada yang tahu. Tapi itu tidak menyurutkan saya dari menolak beberapa aspek dari teknik vipassana beliau dan menggantikannya dengan versi MMD.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 02 August 2008, 05:23:54 PM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #278 on: 02 August 2008, 05:17:12 PM »
Kegunaan Abhidhamma bagi saya adalah untuk mendukung penalaran dan pola pikir. Bisa juga digunakan sebagai pedoman (mungkin seperti sila yang mengingatkan kita) dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kalau untuk "ditembus" sendiri dalam meditasi, rasanya sulit. Bahkan, konon Abhidhamma hanya bisa "ditembus" oleh seorang Samma Sambuddha (siapa pula yang bisa menghitung kecepatan pikiran secepat itu?) dan hanya bisa dimengerti dengan baik secara analitis oleh para Ariya yang memiliki patisambidha. Juga diterangkan di Tavatimsa untuk para Deva & Brahma, yang notabene memiliki khanda yang tentu saja berbeda dengan manusia :)

Yang dibold biru saya setuju.

Yang dibold merah, implikasinya ialah citta-vithi yang 17 itu hanyalah hafalan/pengetahuan saja bagi kita dan tidak ada manfaatnya dalam praktik vipassana, karena tidak seorang pun bisa "melihat" atau "mengalami" citta-vithi itu pada saat munculnya ... Membandingkan pengalaman batin pada saat sekarang dengan teori yang didapat dari Abhidhamma pada masa lampau adalah jeda/gap dari praktik vipassana yang murni, karena orang harus kembali kepada pikiran dan ingatan/pengetahuan dari masa lampau.

Selebihnya no comment, karena sudah menyangkut konsep-konsep dan asumsi-asumsi dalam Agama Buddha yang tidak relevan buat saya.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 02 August 2008, 05:39:37 PM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #279 on: 02 August 2008, 05:22:34 PM »
Jadi apakah mungkin untuk melihat abhidhamma dan vipassana tidak saling berkontradiksi satu sama lain, asal saja kita bisa membedakan konteksnya?
Atau abhidhamma adalah abhidhamma dan vipassana adalah vipassana, masing2x memberikan manfaat sendiri 2x sesuai prakteknya, dan lebih baik tidak mencampuradukkan keduanya??

Saya setuju sekali dengan yang dibold biru.

Salam,
hudoyo

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #280 on: 02 August 2008, 06:17:47 PM »
Sebenarnya Abhidhamma dan vipasanna itu bisa saling mendukung dan saling sinergi asalkan kita menempatkan keduanya dalam sebuah kesatuan yg proposional. Jikalau ada mereka yg mempelajari Abhidhamma secara text book dan mendapatkan manfaatnya ok2 saja, apalagi jika belum ada kesempatan melatih vipasanna langsung yg dikarenakan kondisi dan buah karma baik yg mendukung belum berbuah. Perbedaan hanya terjadi hanya ketika kita masing menggenggam kuat persepsi kita sendiri dan ini tidak terjadi pada yg mengandalkan teori tetapi bisa juga terjadi pada praktisi vipasanna yg menanggap apa yg dialami sebagai kebenaran mutlak dan memiliki keyakinan yg berlebihan dan semangat terhadap pengetahuan yg dimilikinya tetapi mereka lupa bahwa mereka sedang terperangkap dalam rintangan meditasi, yg mana mereka berpikir telah maju tetapi sebenarnya hanya jalan ditempat atau OMONG KOSONG BELAKA. Sampai2 dengan gampangnya loncat untuk "tanpa aku" tidak perlu sutta, harus dari mulut Sang Buddha lha, tidak ada tujuan dalam vipasanna di saat awal. Itu semua sebenarnya masih dalam sebuah ilusi yg menyesatkan sebuah pandangan. Melatih mencapai nibanna harus ada tahapan sesuai kondisi batin masing yg harus disikapi secara bijaksana. Contohnya : kalau kita akan duduk meditasi, disitu ada "ingin" , "duduk" dsb bukankah itu tujuan, mau makan saja sudah tujuan, jadi banyak orang membuat vipasana ngejlimet dengan khayalan2 belaka saja. Demikian sebaliknya teori bisa membawa kemajuan hanya pada tahap tertentu saja, selanjutnya harus praktek. Bagaimana membawa vipasanna berguna bagi kehidupan sehari2, kekuatan dari latihan khusus meditasi vipasanalah yg digunakan yg mana terdapat kekuatan sati yg murni. Hendaknya juga mereka yg telah berlatih dalam Dhamma tidaklah menambah ego karena pengetahuan. jangan berpikir semua serba instant dan tidak ada tahapan, tidak ada jalan dan tidak ada konsep yg benar dsb, kalau begini , orang semacam ini lupa akan realita kehidupan yg sebenarnya dan mungkin salah satu pandangan ekstrem kiri atau kanan bukan jalan tengahlah yg diajarkan Sang Tathagata. Belajarlah langsung dari mereka yg telah benar2 mencapai apa yg harus dicapai sebagai kalyanimita, jangan  takabur bahwa kita bisa seperti Buddha mencapai pencerahan sendiri. Sang Buddha pun mencapainya karena parami yg luar biasa disertai tanda khusus yg menyertainya. Marilah renungkan kembali apa yg terjadi pada diri kita.

Jadi perkembangan batin masing2 tentu titik awal kemajuannya berbeda-beda. Ada yg mulai dari teori (dalam hal ini Abhidhamma) dan ada yg berawal dari praktek dan ada juga dari keduanya.  Dengan menganggap meniadakan salah satu adalah kebodohan yg amat sangat. Janganlah berpikir kita telah mahir dalam praktek Dhamma atau merasa sebagai praktisi yg hebat kalau menjadi manusia seutuhnya  saja belum becus dan mulailah dari hal2 yg kecil dalam keseharian kita , kalau itu saja sudah bisa kita lakukan maka baru bisa maju selangkah demi selangkah.Demikian pula yg memilki intelektual yg baik hendaknya tidak memahami Dhamma sebatas pemikiran saja. Seperti Anda memilki 2 tangan dan kaki, bila salah satu tidak ada maka disebut cacat, yg parah kalau terjadi cacat mental. ;D

Saya melihat seluruh isi posting Rekan Bond ini dimaksudkan sebagai kritik terhadap MMD. Kritik itu salah arah dan salah substansi karena Rekan Bond tidak pernah mencoba menjalankan MMD itu sendiri. Mungkin saja Rekan Bond adalah pemeditasi vipassana versi lain, saya tidak tahu. Tetapi memang jelas vipassana versi MMD sangat berbeda dengan vipassana versi-versi lain. Rujukannya saja sudah berbeda; vipassana versi-versi lain merujuk pada Mahasatipatthana-sutta, sedangkan vipassana versi MMD merujuk pada Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta. Khususnya vipassana versi MMD berbeda dengan vipassana versi Mahasi Sayadaw, kedua versi vipassana itu mempunyai perbedaan-perbedaan mendasar yang tidak bisa dihindari. Kritik serupa dengan yang dilontarkan Rekan Bond ini pernah bahkan sering saya dengar datang dari para pemeditasi senior versi Mahasi Sayadaw.

Saya rasa tidak perlu saya menanggapi substansi (isi) kritik Rekan Bond, karena memang saya tidak berniat mengubah pandangan Rekan Bond; dengan kata lain, saya tidak berniat berdebat dengan Rekan Bond. Saya menyadari bahwa berdiskusi dengan orang yang sudah mempunyai pandangan yang menetap (fixed) hanya akan membawa pada debat kusir yang tidak ada manfaatnya dan tidak ada akhirnya.

Saya hanya bersedia berdiskusi dengan mereka yang ingin belajar MMD, di forum atau media apa saja. Oleh karena itu saya tidak akan menanggapi substansi kritikan Rekan Bond terhadap pemahaman & praktik MMD. Dan mulai sekarang rasanya tidak ada gunanya saya berdiskusi tentang vipassana/MMD dengan Rekan Bond lagi.

Kepada rekan-rekan yang ingin belajar MMD, mohon bersabar sebentar. Tidak lama lagi akan keluar Buku Panduan MMD yang lengkap di mana seluruh prinsip pemikiran dan praktik MMD diuraikan secara lengkap; seluruh kritik Rekan Bond di atas akan terjawab dengan lugas dalam buku itu. Buku itu akan diberi pengantar oleh seorang bhikkhu senior kita.

Kepada Rekan Bond saya sampaikan, lakukan vipassana yang sesuai dengan pemahaman Anda; Anda tidak perlu mengomentari vipassana yang tidak pernah Anda lakukan sendiri; selain tidak relevan, malah terdengar lucu di telinga praktisi MMD. Sadarilah bahwa di dunia ini ada berbagai cara untuk memahami dan melaksanakan ajaran Sang Buddha, bukan hanya pemahaman dan praktik vipassana menurut versi A,B,C, atau menurut Anda sendiri.

Saya selalu mengatakan, bahwa tidak ada satu versi vipassana yang cocok untuk SEMUA orang. Versi Mahasi Sayadaw tidak, versi MMD pun tidak. Setujukah Anda dengan pernyataan ini?

Salam,
hudoyo

Terserah Pak Hud aja, kalau merasa terkritik MMD ya monggo. Silakan juga menggunakan pengantar bhikkhu senior dsb yg mungkin untuk melegitimasi MMD, itu semua adalah hak Pak Hud .

Tetapi sekali lagi saya tidak pernah sama sekali mengkritik MMD dalam tulisan saya diatas lalu bagaimana mungkin salah arah karena memang tidak ada arah dan tidak ada sasaran dan tidak ada substansi, yg saya kemukakan adalah sebuah pandangan2 yg ada saja . Nah kalau  ternyata merasa terkritik menurut saya hanya perasaan saja. Dan hal yg lucu bagi saya apakah saya mengomentari suatu teknik vipasana secara khusus apalagi MMD? menulis hal sederhana saja, banyak yang merasa tersindir. Ya sutralah. Mungkin itulah hasil praktek yg dikatakan "tanpa aku" dsb. Ternyata banyak juga yg sensi ;D.
Maaf kalau kata2 saya mungkin pak Hud artikan sebagai sebuah kritik yg mana Pak Hud mungkin tidak menyukainya. Saya rasa semua orang di forum memiliki hak untuk mengemukakan pendapat.

Hanya pesan saya kepada semuanya boleh diterima dan boleh juga tidak yaitu seringkali manusia senang pada kenyamanan dan bersifat defensif apabila egonya merasa terserang dalam suatu diskusi yg sebenarnya tidak ada apa2 dan kemudian hanya bersembunyi dengan kata2 menghindari perdebatan atau debat kusir, pertanyaanya adalah apakah itu merupakan penyembunyian dari suatu ketidak tahuan beserta egonya atau hanya menghindari luapan emosi yg berlebihan atau memang benar2 arif dan bijaksana.
 
Ok lah saya sudahi saja karena memang saya adalah orang buta yg dungu berjalan di kegelapan dan  asal bicara di telaga yg sunyi, biarlah hingar bingar berlalu lalang dalam kemeriahan dengan segala kemegahan yg ditonjolkan.

Saya persilakan Pak Hudoyo dan praktisi MMD untuk melanjutkan pembicaraanya bersama rekan2 lainnya.

    :lotus:  _/\_





« Last Edit: 02 August 2008, 07:32:01 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #281 on: 02 August 2008, 07:42:45 PM »
Tidak, tak perlu dihapalkan, hanya perlu dipahami dan dimengerti
Waw...Berati praktisi Abhidhamma hebat2 ya :)
Hanya dengan melihat tulisan2 ,dia bisa memahami dan mengerti sehingga tidak perlu dihapal...
4Kebenaran Mulia,Paticca Samupadda,Hukum Kamma dan Punabhava,Tilakhana,masih banyak lagi,apakah anda sudah memahami dan mengerti tentangnya?
Mungkin jika anda bilang "mengerti" saya masih bisa percaya,tapi jika anda bilang anda sudah "memahami" atau lebih tepatnya "menembus"nya,saya agak "meragukannya" :)

Quote
Karena Bro Riky paling senang bertanya sumber Tipitaka (meski dilain pihak Bro bilang nggak peduli dgn Tipitaka dan Bro bukan murid Sang Buddha, sy tidak mengerti untuk apa Bro selalu meminta sumber di Tipitaka kpd orang2?), maka akan sy jawab pake sumber di Tipitaka saja:
Bukankah anda dan rekan2 anda selalu "bangga" dengan Tipitaka tersebut?
Saya hanya ingin membandingkannya saja melalui pengalaman pribadi saya,apakah itu dilarang didalam Tipitaka?:)

Quote
"Perbuatan buruk akan menyebabkan penyesalan, ratapan dan air mata
Perbuatan baik tidak menyebabkan penyesalan, dan mengakibatkan kegembiraan dan kebahagiaan
"
(Dhammapada 67-68)
Perbuatan buruk menyebabkan penyesalan? :)
Banyak orang yang membunuh tapi tidak menyesal kok,tapi sebaliknya banyak yang berbuat baik dia menyesal...:)
Perbuatan baik mengakibatkan orang ingin dan ingin lagi berbuat baik,tujuannya sudah jelas bukan?

Quote
Tidak sama.
Justru menganggap sama antara perbuatan baik dan buruk berarti  Bro Riky sedang membodohi diri sendiri.
Mungkin perlu Bro renungkan nasehat Sang Buddha yg sy tulis diatas
Sudah jelas bagi saya,AKU ingin BERBUAT BAIK supaya AKU bisa BAHAGIA,AKU tidak mau BERBUAT JAHAT karena AKU takut akan PENDERITAAN,padahal sudah jelas bahwa HIDUP ADALAH DUKKHA bukan?:)

Quote
Jika anda menutup mata anda dan membuka Tipitaka secara acak, sy yakin, anda akan gampang menemukan anjuran Sang Buddha akan pentingnya perbuatan baik. Isi Tipitaka sarat dengan anjuran berbuat baik.
Saya baru tahu dari anda bahwa SB itu "mementingkan" kebaikan,jadi menurut saya tidak ada bedanya sama sekali ajaran SB dengan ajaran LAINNYA karena setahu saya setiap ajaran/aliran di dunia ini mengajarkan "kebaikkan"...:)

Quote
"Mengembangkan kebajikan, dapatlah dilakukan. Apabila tidak dapat dilakukan maka Saya tidak akan menganjurkan engkau melakukannya, tapi karena itu membawa keberuntungan dan kebahagiaan, Saya menganjurkan engkau: Kembangkanlah Kebajikan"
(Anguttara Nikaya, I:227)
Mengembangkan kejahatan, dapatlah dilakukan.Apabila tidak dapat dilakukan maka Riky_dave tidak akan pernah melihat pembunuhan,pencurian,pemerkosaan dimana2 lagi...:)
Karena kejahatan itu membawa penderitaan dan malapetaka,maka Riky_dave menganjurkan engkau: Hindarilah kejahatan :)

Quote
"Bagi wanita dan pria, berdana dan bermoral baik, dapat menahan nafsu dan pengendalian diri, merupakan timbunan harta terbaik. Oleh karena itu orang bijaksana selalu bertekad untuk melakukan kebajikan itu"
(Khuddaka Nikaya, Nidhikkhanda Sutta)
Saya rasa itu bagus untuk para umat awam bukan?Hal tersebut saya rasa tidak relevan lagi untuk seorang pencari kebenaran...:)
Umat awam ingin kaya,sukses,terhormat itu adalah hal yang wajar maka kembangkanlah KEBAJIKAN,hindarilah KEJAHATAN...:)
"Orang bijaksana?" tolong artikan kata orang bijaksana tersebut...

Quote
Kalo begitu bisa di-share disini pengertian Bro Riky mengenai SILA?
Juga DANA?
Dana dan Sila tidak berati apa2 bagi saya...
Tapi jika anda ingin mendengar pendapat dana dan sila,silakan saya akan mengkajinya untuk anda berdasarkan dari yang pernah saya dengar....
Dana adalah kerelaan yang tidak hanya mencakup rela memberi seperti yang banyak orang ketahui...
Tetapi pada saat meditasi kita rela/melepas/menerima segalanya yang terjadi pada saat bermeditasi...
Tapi yang sila saya sudah lupa,entah diartikan sebagai apa...:)

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #282 on: 02 August 2008, 07:58:38 PM »
Quote
Terserah Pak Hud aja, kalau merasa terkritik MMD ya monggo. Silakan juga menggunakan pengantar bhikkhu senior dsb yg mungkin untuk melegitimasi MMD, itu semua adalah hak Pak Hud .
Wah2...Dengan segala hormat saya katakan kepada anda untuk meralat pernyataan bahwa Bhikkhu senior mungkin digunakan untuk MELEGITIMASI MMD...:)
Saya rasa,jelas bahwa setiap orang lebih percaya kepada orang yang sudah "terkenal" dan "senior",jadi soal LEGITIMASI itu SALAH,karena BHIKKHU itu bukan asal NYALAK,dia tahu apa yang DIA LAKUKAN...:)

Quote
Tetapi sekali lagi saya tidak pernah sama sekali mengkritik MMD dalam tulisan saya diatas lalu bagaimana mungkin salah arah karena memang tidak ada arah dan tidak ada sasaran dan tidak ada substansi, yg saya kemukakan adalah sebuah pandangan2 yg ada saja . Nah kalau  ternyata merasa terkritik menurut saya hanya perasaan saja. Dan hal yg lucu bagi saya apakah saya mengomentari suatu teknik vipasana secara khusus apalagi MMD? menulis hal sederhana saja, banyak yang merasa tersindir. Ya sutralah. Mungkin itulah hasil praktek yg dikatakan "tanpa aku" dsb. Ternyata banyak juga yg sensi .
Pantas sekali pribahasa orang Indonesia buat anda
"Anjing mengongong kafilah berlalu"
"Lempar batu sembunyi tangan"
"Lidah tak bertulang"


Quote
Maaf kalau kata2 saya mungkin pak Hud artikan sebagai sebuah kritik yg mana Pak Hud mungkin tidak menyukainya. Saya rasa semua orang di forum memiliki hak untuk mengemukakan pendapat.
Saya rasa anda tidak usah meminta maaf terus menerus...Karena ini belum Hari Raya Idul Fitri :)
Saya jadi penasaran apa sih arti kata "Maaf" bagi anda? :)

Quote
Hanya pesan saya kepada semuanya boleh diterima dan boleh juga tidak yaitu seringkali manusia senang pada kenyamanan dan bersifat defensif apabila egonya merasa terserang dalam suatu diskusi yg sebenarnya tidak ada apa2 dan kemudian hanya bersembunyi dengan kata2 menghindari perdebatan atau debat kusir, pertanyaanya adalah apakah itu merupakan penyembunyian dari suatu ketidak tahuan beserta egonya atau hanya menghindari luapan emosi yg berlebihan atau memang benar2 arif dan bijaksana.
Wah...
Ngomong salah,tidak ngomong salah...
AKU siapa yang lebih KUAT?
Aneh banget.....
AKU AKU AKU,sendiri DIBUTAKAN terus menerus bilang ORANG DIBUTAKAN...
 
Quote
Ok lah saya sudahi saja karena memang saya adalah orang buta yg dungu berjalan di kegelapan dan  asal bicara di telaga yg sunyi, biarlah hingar bingar berlalu lalang dalam kemeriahan dengan segala kemegahan yg ditonjolkan.
Inikah trik anda?Setelah mencemooh sekarang mencari simpati?

Quote
Saya persilakan Pak Hudoyo dan praktisi MMD untuk melanjutkan pembicaraanya bersama rekan2
Tidak perlu anda persilakan kami tetap akan melanjutkannya...
Tanpa anda atau dengan ada anda,MMD selalu ada....

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #283 on: 02 August 2008, 08:01:58 PM »
Tidak, tak perlu dihapalkan, hanya perlu dipahami dan dimengerti
Waw...Berati praktisi Abhidhamma hebat2 ya :)
Hanya dengan melihat tulisan2 ,dia bisa memahami dan mengerti sehingga tidak perlu dihapal...
4Kebenaran Mulia,Paticca Samupadda,Hukum Kamma dan Punabhava,Tilakhana,masih banyak lagi,apakah anda sudah memahami dan mengerti tentangnya?
Mungkin jika anda bilang "mengerti" saya masih bisa percaya,tapi jika anda bilang anda sudah "memahami" atau lebih tepatnya "menembus"nya,saya agak "meragukannya" :)

Emangnya kamu uda ngerti juga ya? Ingat diatas langit masih ada langit :))


Quote
"Bagi wanita dan pria, berdana dan bermoral baik, dapat menahan nafsu dan pengendalian diri, merupakan timbunan harta terbaik. Oleh karena itu orang bijaksana selalu bertekad untuk melakukan kebajikan itu"
(Khuddaka Nikaya, Nidhikkhanda Sutta)
Saya rasa itu bagus untuk para umat awam bukan?Hal tersebut saya rasa tidak relevan lagi untuk seorang pencari kebenaran...:)
Umat awam ingin kaya,sukses,terhormat itu adalah hal yang wajar maka kembangkanlah KEBAJIKAN,hindarilah KEJAHATAN...:)
"Orang bijaksana?" tolong artikan kata orang bijaksana tersebut...

ck ck ck pencari kebenaran udah hebat ya, superman gitu . Jangan2 si pencari kebenaran versi Riky yg suka kerumah bordil, khan tidak relevan lagi

Quote
Kalo begitu bisa di-share disini pengertian Bro Riky mengenai SILA?
Juga DANA?
Dana dan Sila tidak berati apa2 bagi saya...
Tapi jika anda ingin mendengar pendapat dana dan sila,silakan saya akan mengkajinya untuk anda berdasarkan dari yang pernah saya dengar....
Dana adalah kerelaan yang tidak hanya mencakup rela memberi seperti yang banyak orang ketahui...
Tetapi pada saat meditasi kita rela/melepas/menerima segalanya yang terjadi pada saat bermeditasi...
Tapi yang sila saya sudah lupa,entah diartikan sebagai apa...:)

Meditasi nya gimana bro benar2 melepas atau lepas kendali
Salam,
Riky

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #284 on: 02 August 2008, 08:04:15 PM »
Quote
Emangnya kamu uda ngerti juga ya? Ingat diatas langit masih ada langit
Emangnya saya bilang saya mengerti?:)

Quote
ck ck ck pencari kebenaran udah hebat ya, superman gitu . Jangan2 si pencari kebenaran versi Riky yg suka kerumah bordil, khan tidak relevan lagi
Ckckckck,saya rasa ini tidak perlu ditanggapi,anda kan sudah "hebat" bukan?:)

Quote
Meditasi nya gimana bro benar2 melepas atau lepas kendali
Jangan berkoak2 deh....

Salam,
Riky

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

 

anything