Abhidhamma & vipassana

Started by hudoyo, 29 July 2008, 09:45:38 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

asunn

wow baru tau ada thread ini... seru juga yah.... baca dari page 1 sampe disini...sampe mudeq sendiri hehehhe

hudoyo

Kalo ingin tahu seluruh posting seseorang caranya adalah: klik nama orang itu > akan tampil "profile" orang itu > klik kalimat "Show the last posts of this person" (di bag bawah profile itu) > akan tampil seluruh posting orang itu di SEMUA thread, dimulai dari yang paling baru > klik judul posting yang diminati > akan tampil thread di mana posting itu berada.

Salam,
hudoyo

williamhalim

Quote from: hudoyo on 03 August 2008, 01:09:56 PM
Quote from: Suchamda on 03 August 2008, 10:08:43 AM
Nah, berdasarkan pemahaman sejauh ini yg didapat dari diskusi dengan anda dan rekan2 "abhidhammaist" (just for sake of identification), --menurut pendapat saya-- apa yang kalian lakukan itu bukanlah vipassana. Baik ditinjau dari sudut metode Mahasi Sayadaw (visuddhimagga), MMD (Bahiyasutta). Lebih tepat kalau disebut, suatu usaha untuk mempraktekkan dharma yg disebut renunsiasi. Dengan kata lain, titik kulminasi dari cara anda tersebut adalah cintamayapanna, dan bukannya bhavanamayapanna.
Setuju sekali. Mempraktikkan Abhidhamma dengan berpegang pada pikiran, pada pengenalan & pembandingan, tidak bisa lebih dalam daripada cintamaya-panna. Untuk mengembangkan bhavanamaya-panna, pikiran harus diamati sampai berhenti sendiri seperti diajarkan Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta.

[at]  Rekan Suchamda dan Pak Hudoyo,

Saya juga setuju, karena sd saat ini, sy yakin sekali Abhidhamma bisa menembus suttamayapanna dan cintamayapanna, yaitu: pemahaman secara intelektual dan pemahaman secara praktik, namun apakah akan bisa menembus Bhavanamayapanna, mungkin orang2 yg sudah tembus saja yg bisa mengatakan bisa / tidak. Pendapat Rekan Suchamda dan Pak Hud diatas, sangat sy hargai.

Untuk sy pribadi rasanya pembahasan sudah cukup mentok dan -sedikit banyak- sy telah memetik beberapa manfaat dari diskusi ini.

anumodana,
willi

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

williamhalim

Quote from: Riky_dave on 03 August 2008, 12:46:37 PM

Ya sudah toh,karena menurut saya,mungkin bahwa anda sudah "berniat" untuk mengakihiri diskusi,maka saya akhiri saja diskusi ini(Tapi jika anda memang masih "berniat" berdiskusi,maka saya akan dengan senang hati untuk melayani anda sampai tahapan2 tertentu yang saya rasa pantas/mampu ;D)...

Karena tidak ada pertanyaan lagi dari Sdr. Riky, sy pikir diskusi kita di topik ini kita akhiri saja.
Sy sependapat bahwa memang kuncinya di praktik dan kecocokkan pribadi masing-masing terhadap Ajaran.

Anumodana Bro,
willi

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

hudoyo

Quote from: willibordus on 04 August 2008, 08:37:58 AM
[at]  Rekan Suchamda dan Pak Hudoyo,
Saya juga setuju, karena sd saat ini, sy yakin sekali Abhidhamma bisa menembus suttamayapanna dan cintamayapanna, yaitu: pemahaman secara intelektual dan pemahaman secara praktik, namun apakah akan bisa menembus Bhavanamayapanna, mungkin orang2 yg sudah tembus saja yg bisa mengatakan bisa / tidak. Pendapat Rekan Suchamda dan Pak Hud diatas, sangat sy hargai.
Untuk sy pribadi rasanya pembahasan sudah cukup mentok dan -sedikit banyak- sy telah memetik beberapa manfaat dari diskusi ini.
anumodana,
willi

Rekan Willi yang baik,

Saya setuju, topik ini sudah jenuh: maksudnya, segala sesuatu yang perlu disampaikan sudah disampaikan oleh semua pihak. Jadi bagi saya sebaiknya diakhiri saja.

PS: Kalau boleh saya koreksi sedikit ya:
- sutamaya-panna: kebijaksanaan yang diperoleh dari mendengar [kata-kata orang lain] -- suta = mendengar;
- cintamaya-panna: kebijaksanaan yang diperoleh dari perenungan, kegiatan intelektual -- cinta = berpikir (thinking);
- bhavanamaya-panna: kebijaksanaan yang diperoleh dari 'pengembangan' batin, maksudnya meditasi.

Salam,
hudoyo

K.K.

Quote from: Arale on 02 August 2008, 09:30:22 PM
jadi mengamati batin orang lain = mengamati proyeksi batin sendiri tentang yg diluar.

Jika g mengamati proyeksi batin sendiri tentang diluar itu kita mengamati batin orang lain?
bagaimana caranya mengamati proyeksi batin sendiri tentang diluar itu bang?

Arale,

Mengamati bathin orang lain itu tidak bisa dilakukan, kecuali dengan Abhinna(kebathinan) yang bisa menembus langsung jalan pikiran orang tersebut.
Proyeksi bathin kita tentang dalam dan luar, adalah berbeda antara masing2 individu. Jadi kita tidak bisa menilai bathin orang lain berdasarkan kriteria kita tentang bathin itu sendiri. Yang bisa dilakukan hanyalah "mengira-ngira" yang tentu saja masih subjektif, walaupun kadang2 bisa benar juga.



Suchamda

#321
Kalau boleh saya simpulkan sampai sejauh ini --menurut saya--:

- Secara teoritis, yaitu apabila anda study secara mendalam mengenai Abhidhamma, Visuddhimagga, psikologi, dll dan di lain sisi mencoba memahami proses vipassana secara teoritis, maka antara Abhidhamma dan Vipassana secara analitis dapat ditemukan titik temunya.
Bagi mereka yg tertarik pada diskursi intelektual, saya sarankan untuk membaca : http://www.cs.ru.nl/~henk/G.pdf

  • Akan tetapi permasalahannya, banyak orang yg sulit untuk memahami secara mendalam dan   sungguh-sungguh dalam tataran teoritis kedua macam sistem penjabaran tersebut.
  • Pemahaman teoritis yang parsial, akan menyebabkan kekeliruan dalam penerapan / aplikasi praktisnya.

- Secara praktek vipassana, maka segala macam teori, termasuk Abhidhamma harus ditanggalkan.

  • Praktek vipassana adalah suatu bhavana, yaitu dengan cara menyelami batin itu sendiri secara langsung. Menyadari segala gerak-gerik pikiran sampai pikiran itu sendiri berhenti. Ini yg menghasilkan bhavanamaya-panna (realisasi dgn melihat langsung).

  • Sedangkan komprehensi atau analisa, adalah suatu gerak pikiran yang mencoba memahami secara intelektual apa yang terjadi. Hal ini tidak mungkin membawa orang untuk menembusi. Dengan pikiran --yang mana adalah suatu usaha/effort-- tidak akan mungkin menghentikan pikiran. Kulminasinya adalah Cintamaya-panna (komprehensi melalui intellectual integration)

- Untuk mencapai realisasi 'melihat langsung apa adanya', pemahaman teoritis memiliki beberapa disadvantage spt berikut :

  • Membutuhkan upaya / energi intellectual yang besar (tidak semua orang bisa dan mau)
  • Membutuhkan waktu yang lama dan proses penyelidikan yang tiada pernah puas.
  • Ada indikasi bahwa pembelajaran teoritis, menyebabkan terjadinya 'vipassana-semu'. Yang mana ybs merasa telah melakukan pengamatan batin, namun sesungguhnya hanyalah suatu superimposisi teori terhadap pengamatannya tsb. Dengan kata lain, menggunakan filter teori sehingga yang teramati adalah pembenaran konseptualnya.
  • Pada saatnya nanti dibutuhkan utk bhavana, ybs akan mengalami kesulitan untuk melepas kembali teori yg sudah dipahami secara intelektual tersebut. Hal ini menjadi hambatan yg bukan kecil.

Meskipun demikian, orang lebih merasa nyaman untuk mengarungi melalui jalur teoritis, dikarenakan :

  • Merasa lebih aman karena tidak perlu berhadapan langsung dengan The Intangible (sesuatu yg tak dapat diketahui). Pikirannya mendapat suatu pegangan yg dapat diketahui sehingga memberi rasa aman.

  • Kebanyakan orang [Buddhist] memasuki jalur Buddhism melalui tataran konsep , yaitu pengajaran agama. Oleh karena itu, ia terkondisi untuk selalu mencocokkan konsep barunya dengan konsep lamanya untuk menghasilkan integrasi pemahaman. Hal ini pada lanjutnya menyebabkan kesulitan untuk melepas.

  • Tataran konseptual pengajaran Buddhism (ie.Theravada) memang menekankan renunsiasi. Hal ini menyebabkan seorang Buddhist, merasa memerlukan untuk meniti jalur itu secara bertahap (ie. mulai dari menata diri, moralitas, komprehensi teori, dst baru pd akhirnya menempuh jalur bhavana).

  • Orthodoxy agama Buddha (ie.Theravada) telah menciptakan suatu belief baru, yang menurut saya sebetulnya merupakan secondary skillful means untuk menghantarkan seseorang menuju inti pesan Siddharta Gautama itu sendiri yaitu pembebasan, yg sekarang dirangkum dalam 'tradisi' vipassana.

- Dalam memahami debat dalam topik ini, sudah selayaknya pembaca memahami perbedaan antara teori dan instruksi. Teori adalah menjabarkan "What is" (eg. teori Abhidhamma tentang batin), sedangkan instruksi adalah mengarahkan pada "How to" (eg. instruksi / prosedur bermeditasi vipassana).
QuoteThe Abhidhamma Model of Consciousness
Pg.19

Evidence comes from Mindfulness Based Stress Reduction
(MBSR) developed by Kabat-Zinn, see his [2003] for a review, and later
Mindfulness Based Cognitive Therapy (MBCT), see Segal et al. [2002]. Kabat-
Zinn emphasizes that therapists using MBSR and MBCT should have a pretty
good experience with mindfulness meditation. This is an important remark for
at least two reasons. Firstly the practice of mindfulness cannot be taught in
an intellectual level
, but needs a living example.
The second reason is that
it is important for the therapist to have first hand experience with the three
characteristics of existence.

Demikianlah pemandangan saya yg saya dapat dari diskusi ini. Apabila ada yg ingin ditambahkan, silakan menambahkan.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Arale

Quote from: Kainyn_Kutho on 04 August 2008, 09:56:31 AM
Quote from: Arale on 02 August 2008, 09:30:22 PM
jadi mengamati batin orang lain = mengamati proyeksi batin sendiri tentang yg diluar.

Jika g mengamati proyeksi batin sendiri tentang diluar itu kita mengamati batin orang lain?
bagaimana caranya mengamati proyeksi batin sendiri tentang diluar itu bang?

Arale,

Mengamati bathin orang lain itu tidak bisa dilakukan, kecuali dengan Abhinna(kebathinan) yang bisa menembus langsung jalan pikiran orang tersebut.
Proyeksi bathin kita tentang dalam dan luar, adalah berbeda antara masing2 individu. Jadi kita tidak bisa menilai bathin orang lain berdasarkan kriteria kita tentang bathin itu sendiri. Yang bisa dilakukan hanyalah "mengira-ngira" yang tentu saja masih subjektif, walaupun kadang2 bisa benar juga.



Yang g tahu juga gitu bang. maka itu tanya sama bang suchamda, tapi belum dibalas. pengen tahu gimana caranya mengamati batin orang lain.....
"N'cha"

fabian

#323
Kulonuwun...
Ini diskusinya kayaknya nggak pernah berujung yah? Kadang kadang saya heran dengan orang yang menganggap Abhidhamma sebagai tafsir...  :( kalau memang benar itu hasil tafsir bukan berdasarkan pengetahuan yang didapat dari pengalaman bermeditasi, maka luar biasa sekali pemikir pemikir Abhidhamma itu, yang bisa berpikir sehebat itu, bisa mengetahui impulse-impulse batin yang halus yang disebut sankhara, bisa mengetahui kelompok kelompok materi yang sangat kecil yang bahkan tidak nampak dengan mikroskop.

Sulit bagi mereka yang belum pernah mengalami secara langsung, untuk mengerti apa yang dimaksud dengan melihat segala sesuatu apa adanya yang dikatakan oleh para guru meditasi...
Sebenarnya yang dimaksud dengan melihat segala sesuatu apa adanya yaitu melihat apapun yang muncul pada kesadaran kita tanpa terseret atau terbawa olehnya.

Secara sadar atau tidak sadar selalu setiap saat kita terbawa (bereaksi) terhadap segala sesuatu fenomena yang timbul pada batin dan jasmani, mungkin banyak orang yang tidak mengerti bagaimana sih sebenarnya keadaan batin yang tidak terbawa itu? Saya akan memberi perumpamaan:
suatu ketika anda melihat mobil kijang yang sudah berusia sepuluh atau limabelas tahun lewat dijalan raya, apakah batin anda bereaksi? sebagian besar orang dan termasuk anda tentu akan menjawab tidak... karena mobil seperti itu tidak menarik perhatian. Tetapi bagaimana jika jendela mobil itu kemudian terbuka dan anda melihat orang yang anda cintai berada di dalam mobil itu sedang ditodong pisau di lehernya..? apakah anda dapat membuat batin anda tidak terseret..? tentu tidak bisa kan...? Nah dalam kehidupan sehari hari batin kita cenderung terseret oleh berbagai hal yang menjadi perhatian kita.

Terseret disini ada dua hal yaitu terseret dengan bereaksi menolak seperti dalam contoh diatas, maka timbullah kebencian dsbnya. Dan terseret dengan bereaksi menerima....maka timbullah keinginan untuk mengalami kembali atau lobha..

Anda mau tahu apa itu terseret..? itulah kemelekatan... kita hidup dengan berbagai kemelekatan batin, mulai dari kebiasaan yang kita anggap baik hingga hal hal yang buruk. Dari yang halus hingga yang paling kasar.

Kembali ke melihat apa adanya, hal ini hanya bisa dialami sendiri, sulit digambarkan apabila belum merasakannya. Kemampuan ini tidak muncul pada seseorang yang berlatih meditasi Vipassana hanya pada tingkat-tingkat awal. Hanya apabila anda telah mencapai sankharupekkha nana maka anda mulai dapat melihat segala sesuatu apa adanya.

Bagaimana anda dapat melihat segala sesuatu apa adanya bila melihat rasa sakit yang timbul pada badan jasmani anda terseret dan merasa sangat menderita? hanya apabila anda mampu melihat rasa sakit tanpa merasa sakit maka anda sudah mulai bisa melihat apa adanya, karena rasa sakit hanya fenomena tidak lebih, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para guru meditasi, rasa sakit terjadi karena batin kita yang mengkonsepkannya. Rasa sakit hanya termasuk fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani.

Guru-guru besar Vipassana mengatakan bahwa rasa sakit adalah kunci ke Nibbana. Ini adalah pernyataan yang berdasarkan praktek, bukan berdasarkan teori, mengapa? terdapat ikatan yang kuat antara batin yang merasakan dan jasmani yang memberi impulse, kemelekatan kuat yang timbul dari kekhawatiran dan kegelisahan batin membuat kita merasa sangat menderita.

Dengan bertambahnya latihan vipassana (sebaiknya dibawah bimbingan guru yang berpengalaman) maka semakin lama kemelekatan kita terhadap fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani kita semakin kendur, hingga akhirnya terlepas. Dengan terlepasnya kemelekatan batin yang mengamati terhadap fenomena yang terjadi di jasmani maka mulai terlepas juga kemelekatan terhadap fenomena fenomena yang lain,  dengan demikian batin mulai mampu mengamati fenomena batin yang lebih halus, yaitu bahwa semua fenomena itu sebenarnya hanya merupakan impuls belaka. setiap impuls memiliki sifat alami bagai gelombang yaitu timbul, memuncak dan tenggelam kembali, menurut teori dalam bahasa Pali disebut upada, thiti, bhanga. Nah pada tahap ini anda mulai melihat lebih jelas lagi kaitan antara praktek dengan teori.

melihat timbul dan tenggelamnya fenomena inilah yang disebut melihat anicca dalam arti kata sesungguhnya, yang membawa kearah sang jalan...

Rangkaian proses timbul tenggelam inilah yang dapat padam, maksudnya suatu ketika impuls impuls yang timbul tenggelam ini berhenti, maka yang tersisa hanya kesadaran murni yang mengetahui, dan tidak bereaksi. Kesadaran murni ini hanya diam dan mengetahui... :|
Sebenarnya apabila kita mempraktekkan meditasi, maka kita akan mengetahui bahwa yang disebut Abhidhamma adalah hasil pengalaman yang disusun sedemikian rupa dengan menggunakan struktur bahasa yang berbeda dengan kita.
Pengalaman praktek-praktek Vipassana yang dilakukan oleh para praktisi sekarang ini hanya merupakan pengulangan pengetahuan yang berdasarkan pengalaman para praktisi Vipassana jaman dahulu yang dituangkan dalam buku yang disebut "Abhidhamma"

Lantas apakah pengetahuan Abhidhamma berguna bagi seorang meditator? entah Vipassana atau Samatha? jelas tentu saja !!!!!
Bisakah anda bayangkan seorang meditator bermeditasi dengan tidak tidak belajar teori dan tidak tahu apa itu thinamidha (kemalasan dan keengganan) yang merupakan penghalang meditasi dan juga tidak mengerti bahwa viriya (semangat) harus dibangkitkan untuk mengatasinya? jika ia tidak tahu maka kemungkinan besar meditator itu akan melatih meditabok...!!!
belum lagi keragu-raguan (vichikiccha), yang bila tidak diatasi akan membuat meditator selalu bingung sehingga tak akan maju maju...!!!

Memang pada waktu melatih meditasi kita tidak boleh mengingat pelajaran yang kita dapatkan misalnya Abhidhamma. Tetapi pengetahuan Abhidhamma yang telah kita pelajari ada kemungkinan muncul sendiri memberikan pertolongan pada saat kita membutuhkannya, umpamanya pada waktu meditasi kita mulai semakin malas-malasan, kemudian sekonyong konyong kita ingat akan pelajaran Abhidhamma bahwa malas-malasan adalah bentuk thinamiddha dan itu akan menghalangi meditasi... lalu kita tidak mau malas malasan lagi, bukankah ini berarti bahwa belajar Abhidhamma itu sangat berguna..?

Tidak tepat bila ada orang yang menyatakan bahwa berlatih meditasi kita harus melepaskan teori, yang tepat adalah pada waktu bermeditasi kita jangan mengingat teori, tidak mengingat bukan berarti kita melepaskan, tetapi melepaskan berarti kita tidak mempergunakan...

Agak kepanjangan ya..? nanti deh disambung lagi saya takut anda enggan membaca bila kepanjangan.

sukhi hotu,

Fabian.

Hendra Susanto


Adhitthana

iya ... manteepp  :jempol:

kk .. fabian, sering2 postiing dunkk  _/\_
bagi-bagi ilmu di siniii    ;D


Thanks yaaakk ......
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Arale

keren, keren. Lagi bang....
"N'cha"

53121f4n71

 [at] fabian
posting lg dong lanjutannya....
saya msh baru belajar Dhamma...
bagi2 ilmunya ya... :)

thx...
this too will pass

Semit

Well said, Fabian. _/\_
sayang masih belum bisa kirim GRP, masih newcomer juga ;D

hudoyo

Quote from: fabian on 05 August 2008, 02:47:20 AM
Lantas apakah pengetahuan Abhidhamma berguna bagi seorang meditator? entah Vipassana atau Samatha? jelas tentu saja !!!!!
Bisakah anda bayangkan seorang meditator bermeditasi dengan tidak tidak belajar teori dan tidak tahu apa itu thinamidha (kemalasan dan keengganan) yang merupakan penghalang meditasi dan juga tidak mengerti bahwa viriya (semangat) harus dibangkitkan untuk mengatasinya? jika ia tidak tahu maka kemungkinan besar meditator itu akan melatih meditabok...!!!
belum lagi keragu-raguan (vichikiccha), yang bila tidak diatasi akan membuat meditator selalu bingung sehingga tak akan maju maju...!!!

Dalam pengalaman retret MMD selama ini, banyak teman-teman Muslim, Keristen dll yang non-Buddhis mampu menjalankan vipassana TANPA belajar Abhidhamma. Sebaliknya, tidak sedikit teman-teman Buddhis yang batinnya telah dipenuhi teori, mendapat kesulitan untuk "melihat apa adanya" tanpa teori. Itu pengalaman dalam retret MMD yang diikuti oleh teman-teman dari berbagai agama.

Dalam retret MMD, saya memang mengajarkan panca-nivaranani, tanpa mengemasnya sebagai Abhidhamma, karena kelima "rintangan" batin itu adalah pengalaman sehari-hari manusia, apa pun agamanya.

Tapi di lain pihak, saya tidak pernah mengupas panca-balani, karena ternyata tidak perlu. Ternyata, Viriya akan berkembang dengan sendirinya bersama sati, tidak perlu dikembangkan secara khusus, yang hanya akan menjadi kelekatan baru bagi si aku/atta.

Itu saja yang ingin saya kemukakan.

Salam,
hudoyo