Sharing saya tentang berVegetarian untuk Anda orang bijak..^^

Started by nayrexus, 07 March 2013, 04:29:24 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

siswahardy

Quote from: gryn tea on 09 March 2013, 07:47:13 PM
kalo mw nyelamatin makhluk lebh byk,, kamu jd Bhikku az , n ngajarin dhamma,, biar pada tahu ttg dhamma , biar pada bisa nyelamatin diri sendiri,,

apa tak lebih baik jadi Buddha? tapi lebih baik lagi ngak jadi apa2!

Sunya

Quote from: siswahardy on 09 March 2013, 11:11:20 PM
apa tak lebih baik jadi Buddha? tapi lebih baik lagi ngak jadi apa2!

Lebih enak menuruti nafsu dan keinginan. Ingin makanan apa, makan saja. Alasan agamis seperti: "Buddha tidak mengajarkan" bisa jadi pembenaran. Jika Buddha dulu tidak menuruti keinginan untuk menyantap daging, dan hanya makan pemberian, umat sekarang mengikuti hawa nafsu (lobha) dalam menentukan apa yang mau disantap.

Nanti akan ada lagi argumen: "Saya 'kan bukan Buddha, saya juga bukan bhikkhu."

Jawaban saya, "Lalu mengapa harus setaat itu pada Buddha soal menyantap daging, tapi mengesampingkan ajaran Buddha yang lain: Mengikis sifat lobha."

Begini bukan berarti saya menyatakan bervegetarian itu minim lobha (nafsu/keserakahan). Tapi bervegetarian yang benar bisa mengikis sifat lobha dan juga mengurangi tingkat penderitaan makhluk lain (berkaitan dengan sifat konsumtif manusia dan peternakan massal).

Demikian, mohon koreksinya.  _/\_

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

Quote from: ryu on 09 March 2013, 11:21:07 PM
aye termasuk yang tidak suka daging

kalo bikin pengakuan yg lengkap dong, ayo ngaku tidak suka rumput juga

Sunya

Coba katakan ada berapa umat yang masuk ke rumah makan sambil berucap, "Ada makanan apa, maka saya makan apa."

90% bahkan lebih dari umat yang mengaku Buddhis disini dapat dipastikan berucap:
"Ada daging babi tidak?"
"Menu apa paling enak disini?"
"Ayam goreng ada?"
"Hari ini masak apa, Bu?"
"Besok kita makan kepiting saja."

Jika memang ajaran dan perbuatan selaras, ada berapa yang makannya terserah asalkan berasaskan manfaat (sehat, berenergi, ramah lingkungan)?

Mengaku ikut ajaran Buddha tapi setengah-setengah (parsial). :)

Salam.  _/\_

Sunya

Quote from: Indra on 09 March 2013, 11:22:03 PM
kalo bikin pengakuan yg lengkap dong, ayo ngaku tidak suka rumput juga

Rumput laut enak dan bergizi.  _/\_

Indra

Quote from: Sunya on 09 March 2013, 11:26:26 PM
Coba katakan ada berapa umat yang masuk ke rumah makan sambil berucap, "Ada makanan apa, maka saya makan apa."

90% bahkan lebih dari umat yang mengaku Buddhis disini dapat dipastikan berucap:
"Ada daging babi tidak?"
"Menu apa paling enak disini?"
"Ayam goreng ada?"
"Hari ini masak apa, Bu?"
"Besok kita makan kepiting saja."

Jika memang ajaran dan perbuatan selaras, ada berapa yang makannya terserah asalkan berasaskan manfaat (sehat, berenergi, ramah lingkungan)?

Mengaku ikut ajaran Buddha tapi setengah-setengah (parsial). :)

Salam.  _/\_

apakah anda pernah makan di warteg?

Indra

Quote from: Sunya on 09 March 2013, 11:28:20 PM
Rumput laut enak dan bergizi.  _/\_

saya kasih bocoran ke anda ya, orang yg mengaku ini bahkan tidak suka makanan enak dan bergizi

Sunya

Quote from: Indra on 09 March 2013, 11:30:05 PM
apakah anda pernah makan di warteg?

Prasmanan pun menyediakan pilihan, bukan tidak memilih. Jika paham maksud "Buddha hanya makan dari pemberian", maka pola pelayanan rumah makan apapun seharusnya tidak dipertanyakan lagi, sebab kuncinya ada di konsumen bukan di penyedia layanan.

_/\_

Sunya

Quote from: Indra on 09 March 2013, 11:31:05 PM
saya kasih bocoran ke anda ya, orang yg mengaku ini bahkan tidak suka makanan enak dan bergizi

Mungkin dia robot?   ;D

Indra

Quote from: Sunya on 09 March 2013, 11:37:46 PM
Prasmanan pun menyediakan pilihan, bukan tidak memilih. Jika paham maksud "Buddha hanya makan dari pemberian", maka pola pelayanan rumah makan apapun seharusnya tidak dipertanyakan lagi, sebab kuncinya ada di konsumen bukan di penyedia layanan.

_/\_

Para bhikkhu pun diperbolehkan mempertanyakan dan menolak makanan yg diberikan, jika makanan itu mencurigakan. anda seharusnya paham aturan ini jika anda pernah membaca vinaya pitaka

Sunya

Quote from: Indra on 09 March 2013, 11:40:19 PM
Para bhikkhu pun diperbolehkan mempertanyakan dan menolak makanan yg diberikan, jika makanan itu mencurigakan. anda seharusnya paham aturan ini jika anda pernah membaca vinaya pitaka

Memilih itu dalam asas manfaat, seperti sudah saya tulis di atas. Tidak mungkin bhikkhu menyantap sesuatu yang melanggar sila sebagai bhikkhu dan/atau menyantap sesuatu yang beracun atau menyebabkan kematian dan sakit 'kan?  :-[

_/\_

Indra

Quote from: Sunya on 09 March 2013, 11:44:21 PM
Memilih itu dalam asas manfaat, seperti sudah saya tulis di atas. Tidak mungkin bhikkhu menyantap sesuatu yang melanggar sila sebagai bhikkhu dan/atau menyantap sesuatu yang beracun atau menyebabkan kematian dan sakit 'kan?  :-[

_/\_

ternyata anda salah paham, ada vinaya yg melarang bhikkhu memakan makanan tertentu, dan jika makanan itu dicurigai berpotensi melanggar vinaya, maka bhikkhu diperbolehkan menolak, bukan soal mati atau sakit, Sang Buddha sendiri meskipun tau makanan dari Cunda itu beracun toh juga tetap memakannya kok

Sunya

Quote from: Indra on 09 March 2013, 11:46:03 PM
ternyata anda salah paham, ada vinaya yg melarang bhikkhu memakan makanan tertentu, dan jika makanan itu dicurigai berpotensi melanggar vinaya, maka bhikkhu diperbolehkan menolak, bukan soal mati atau sakit, Sang Buddha sendiri meskipun tau makanan dari Cunda itu beracun toh juga tetap memakannya kok

Salah paham dimana? Saya kira saya sudah tulis: Asas manfaat. Jika bhikkhu melanggar sila dalam hal makanan, lalu untuk apa dia berkomitmen menjadi bhikkhu. :)

Sunya

Mungkin Sdr. indra belum memahami maksud dari 'memilih' yang saya maksud, yakni memilih dengan dasar lobha (hawa nafsu), bukan atas dasar manfaat. Untuk jelasnya, dapat dibaca ulang postingan pertama saya di thread ini:

Quote from: Sunya on 09 March 2013, 11:20:22 PM
Lebih enak menuruti nafsu dan keinginan. Ingin makanan apa, makan saja. Alasan agamis seperti: "Buddha tidak mengajarkan" bisa jadi pembenaran. Jika Buddha dulu tidak menuruti keinginan untuk menyantap daging, dan hanya makan pemberian, umat sekarang mengikuti hawa nafsu (lobha) dalam menentukan apa yang mau disantap.

Nanti akan ada lagi argumen: "Saya 'kan bukan Buddha, saya juga bukan bhikkhu."

Jawaban saya, "Lalu mengapa harus setaat itu pada Buddha soal menyantap daging, tapi mengesampingkan ajaran Buddha yang lain: Mengikis sifat lobha."

Begini bukan berarti saya menyatakan bervegetarian itu minim lobha (nafsu/keserakahan). Tapi bervegetarian yang benar bisa mengikis sifat lobha dan juga mengurangi tingkat penderitaan makhluk lain (berkaitan dengan sifat konsumtif manusia dan peternakan massal).

Demikian, mohon koreksinya.  _/\_

_/\_