News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

AJAHN BRAHM kontroversi

Started by dilbert, 12 January 2013, 03:40:00 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Indra

Quote from: Kainyn_Kutho on 30 March 2013, 11:27:52 AM

Sebetulnya cara begini pun saya kurang setuju, karena nanti bisa membentuk budaya 'dana titip'. Titip mobil 7 hari, sudah berdana mobil. Bayangkan dengan kreativitas umat bhikkhu yang tamak dana, entah apa lagi nanti yang akan 'dititipkan'.

Idealnya bhikkhu hanya menerima dana yang sesuai. Nanti orang berbondong2 dana I-phone, laptop, rumah, limosin, jet pribadi, lalu umat lain akan melihatnya dan berpikir: 'oh ternyata bhikkhu boleh yah terima gituan.'


Munhkin saja si pemberi itu buksn benar2 memberikan mobil, melainkan hanya numpang parkir atau titip selama 7 hari dinas luat kota

will_i_am

Quote from: Indra on 30 March 2013, 01:23:49 PM
Munhkin saja si pemberi itu buksn benar2 memberikan mobil, melainkan hanya numpang parkir atau titip selama 7 hari dinas luat kota
:)) :))

:hammer:
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

K.K.

Quote from: will_i_am on 30 March 2013, 01:13:28 PM
Iya, emang riskan juga kalau dipraktekkan secara massal, tapi kalau secara Individual, semoga masih aman-aman aja...  ;D
Masa' sih pelanggaran bisa ga bahaya kalo ga dilakukan secara massal? Kalo kata Boss, bahkan ga boleh lengah pada kesalahan terkecil, seperti tetes air hujan yang remeh, kalo dibiarinin akan mengisi penuh kendi juga akhirnya.


Quote from: Indra on 30 March 2013, 01:23:49 PM
Munhkin saja si pemberi itu buksn benar2 memberikan mobil, melainkan hanya numpang parkir atau titip selama 7 hari dinas luat kota
Ini lebih bahaya lagi. Berkenaan dengan naiknya tarif parkir DKI Jakarta terhitung 2013, maka bisa banyak umat yang "berdana mobil" di vihara.

Mo beli roti tawar nih, tapi masa' cuma masuk 10 menit kudu bayar Rp.4000,-? Ada solusinya. Cari bhante, danakan mobil anda selama 15 menit. Parkir gretong, pahala dapet. I love Buddhism.

will_i_am

Quote from: Kainyn_Kutho on 30 March 2013, 01:59:18 PM
Masa' sih pelanggaran bisa ga bahaya kalo ga dilakukan secara massal? Kalo kata Boss, bahkan ga boleh lengah pada kesalahan terkecil, seperti tetes air hujan yang remeh, kalo dibiarinin akan mengisi penuh kendi juga akhirnya.
kalo terima dana mobil melanggar vinaya yah om??
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

K.K.

#259
Quote from: will_i_am on 30 March 2013, 02:09:00 PM
kalo terima dana mobil melanggar vinaya yah om??

1.12. '"Sementara beberapa petapa dan Brāhmaṇa memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, cenderung menikmati barang-barang simpanan seperti makanan, minuman, pakaian, alat transportasi, tempat tidur, pengharum, daging, Petapa Gotama menjauhi kenikmatan demikian."'

DN 1. Brahmajalasutta.



14. "Ia puas dengan jubah untuk melindungi tubuhnya dan dengan dana makanan untuk memelihara perutnya, dan ke manapun ia pergi, ia pergi dengan hanya membawa benda-benda ini. Bagaikan seekor burung, ke manapun ia pergi, ia terbang hanya dengan sayapnya sebagai beban satu-satunya, demikian pula bhikkhu itu puas dengan jubah untuk melindungi tubuhnya dan dengan dana makanan untuk memelihara perutnya, dan ke manapun ia pergi, ia pergi dengan hanya membawa benda-benda ini. Dengan memiliki kelompok moralitas mulia ini, ia mengalami dalam dirinya suatu kebahagiaan yang tanpa cela.

MN 27. Culahatthipadopamasutta.


will_i_am

Quote from: Kainyn_Kutho on 30 March 2013, 02:12:48 PM
1.12. '"Sementara beberapa petapa dan Brāhmaṇa memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, cenderung menikmati barang-barang simpanan seperti makanan, minuman, pakaian, alat transportasi, tempat tidur, pengharum, daging, Petapa Gotama menjauhi kenikmatan demikian."'

DN 1. Brahmajalasutta.



14. "Ia puas dengan jubah untuk melindungi tubuhnya dan dengan dana makanan untuk memelihara perutnya, dan ke manapun ia pergi, ia pergi dengan hanya membawa benda-benda ini. Bagaikan seekor burung, ke manapun ia pergi, ia terbang hanya dengan sayapnya sebagai beban satu-satunya, demikian pula bhikkhu itu puas dengan jubah untuk melindungi tubuhnya dan dengan dana makanan untuk memelihara perutnya, dan ke manapun ia pergi, ia pergi dengan hanya membawa benda-benda ini. Dengan memiliki kelompok moralitas mulia ini, ia mengalami dalam dirinya suatu kebahagiaan yang tanpa cela.

MN 27. Culahatthipadopamasutta.
kalau cuma diparkir tanpa "dinikmati"?? ;D

di Vinaya kira2 ada di atur ga yah masalah ini?
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

K.K.

Quote from: will_i_am on 30 March 2013, 02:19:14 PM
kalau cuma diparkir tanpa "dinikmati"?? ;D

di Vinaya kira2 ada di atur ga yah masalah ini?
Jangan dicari-cari celahnya lah. Vinaya itu dipahami bukan untuk ikutin apa yang boleh dan ga boleh, tapi memahami kenapa sesuatu boleh dan lainnya ga boleh.

Dalam hal A. Chah, IMO pikirannya ga ternoda sama keserakahan, dari sudut pandang batinnya ga tercela. Tapi bisa dicela dari sudut pandang masyarakat karena orang akan menilai 'bhikkhu menerima barang mewah', atau bisa juga bhikkhu lain yang belum ngerti, ikut-ikutan dan akhirnya mundur dalam latihan.


will_i_am

#262
Quote from: Kainyn_Kutho on 30 March 2013, 02:25:07 PM
Jangan dicari-cari celahnya lah. Vinaya itu dipahami bukan untuk ikutin apa yang boleh dan ga boleh, tapi memahami kenapa sesuatu boleh dan lainnya ga boleh.

Dalam hal A. Chah, IMO pikirannya ga ternoda sama keserakahan, dari sudut pandang batinnya ga tercela. Tapi bisa dicela dari sudut pandang masyarakat karena orang akan menilai 'bhikkhu menerima barang mewah', atau bisa juga bhikkhu lain yang belum ngerti, ikut-ikutan dan akhirnya mundur dalam latihan.
yah itu jg maksud sy, kalau cuma si A. Chah sendiri yang melakukannya sih gpp, tapi kalau muridnya ikut-ikutan, itu yang bahaya...

kalau celaan dari masyarakat sih memang bakalan ada, bahkan arahant pun masih mengalaminya kok... ;D

OK, BTT aja deh.. ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

adi lim

Quote from: will_i_am on 30 March 2013, 02:09:00 PM
kalo terima dana mobil melanggar vinaya yah om??

Quote from: Kainyn_Kutho on 30 March 2013, 02:12:48 PM
1.12. '"Sementara beberapa petapa dan Brāhmaṇa memakan makanan pemberian mereka yang berkeyakinan, cenderung menikmati barang-barang simpanan seperti makanan, minuman, pakaian, alat transportasi, tempat tidur, pengharum, daging, Petapa Gotama menjauhi kenikmatan demikian."'

DN 1. Brahmajalasutta.

14. "Ia puas dengan jubah untuk melindungi tubuhnya dan dengan dana makanan untuk memelihara perutnya, dan ke manapun ia pergi, ia pergi dengan hanya membawa benda-benda ini. Bagaikan seekor burung, ke manapun ia pergi, ia terbang hanya dengan sayapnya sebagai beban satu-satunya, demikian pula bhikkhu itu puas dengan jubah untuk melindungi tubuhnya dan dengan dana makanan untuk memelihara perutnya, dan ke manapun ia pergi, ia pergi dengan hanya membawa benda-benda ini. Dengan memiliki kelompok moralitas mulia ini, ia mengalami dalam dirinya suatu kebahagiaan yang tanpa cela.

MN 27. Culahatthipadopamasutta.

[pembela AB] bukan pelanggaran Vinaya kok, tapi pelanggaran Sutta kok :))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

adi lim

#264
Quote from: Kainyn_Kutho on 30 March 2013, 02:25:07 PM
Jangan dicari-cari celahnya lah. Vinaya itu dipahami bukan untuk ikutin apa yang boleh dan ga boleh, tapi memahami kenapa sesuatu boleh dan lainnya ga boleh.

Dalam hal A. Chah, IMO pikirannya ga ternoda sama keserakahan, dari sudut pandang batinnya ga tercela. Tapi bisa dicela dari sudut pandang masyarakat karena orang akan menilai 'bhikkhu menerima barang mewah', atau bisa juga bhikkhu lain yang belum ngerti, ikut-ikutan dan akhirnya mundur dalam latihan.

mendingan kalau mundur dalam latihan dan menjadi umat baik, dan tidak merusak nama komunitas yang mewadahinya.

ada yang merasa tetap benar, dan bertahan.
akhirnya di keluarkan dari komunitas Sangha, tempat asal muasal jadi Bhikkhu, kemudian bergerak sendiri dan supaya nama tetap eksis maka diajak kerjasama dengan organisasi utk mencari Dana.
jadinya kesan seperti Bhikkhu Partikelir.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Mahadeva

#265
Quote from: dilbert on 12 January 2013, 03:40:00 PM
Gimana Kalau seorang Bhikkhu sudah tidak diakui di-silsilah sangha yang menabhiskannya ? apakah masih termasuk bhikkhu ?

selama bhikkhu tersebut tidak melakukan pelanggaran parajika ya masih masuk bhikkhu

dalam Dhammapada pada Bhikkhu Vagga, Buddha bilang kalau:

Apabila seseorang tidak lagi melekat pada
konsepsi "aku" atau "milikku",
baik yang berkenaan dengan batin maupun jasmani,
dan tidak bersedih terhadap apa yang tidak dimilikinya,
maka orang seperti itu layak disebut bhikkhu.

dan

Seseorang yang mengendalikan
tangan dan kakinya, ucapan dan pikirannya,
yang bergembira dalam samadhi
dan memiliki batin yang tenang,
yang puas berdiam seorang diri,
maka orang lain menamakan dia seorang "bhikkhu".

selama bhikkhu itu memiliki kualitas yang seperti yang dibilang Buddha di atas meski dia tidak diakui oleh organisasi yang  menaunginya ya masih tetep jadi bhikkhu kok

gryn tea

Quote from: Mahadeva on 30 March 2013, 06:05:13 PM
selama bhikkhu tersebut tidak melakukan pelanggaran parajika ya masih masuk bhikkhu

dalam Dhammapada pada Bhikkhu Vagga, Buddha bilang kalau:

Apabila seseorang tidak lagi melekat pada
konsepsi "aku" atau "milikku",
baik yang berkenaan dengan batin maupun jasmani,
dan tidak bersedih terhadap apa yang tidak dimilikinya,
maka orang seperti itu layak disebut bhikkhu.

dan

Seseorang yang mengendalikan
tangan dan kakinya, ucapan dan pikirannya,
yang bergembira dalam samadhi
dan memiliki batin yang tenang,
yang puas berdiam seorang diri,
maka orang lain menamakan dia seorang "bhikkhu".

selama bhikkhu itu memiliki kualitas yang seperti yang dibilang Buddha di atas meski dia tidak diakui oleh organisasi yang  menaunginya ya masih tetep jadi bhikkhu kok


Gmn klo bhikku itu memiliki pandangan salah tp dia menganggap diri ne bener???
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Mahadeva

Quote from: gryn tea on 30 March 2013, 06:15:31 PM

Gmn klo bhikku itu memiliki pandangan salah tp dia menganggap diri ne bener???

dulu saya pernah baca ada beberapa kisah bhikkhu yang punya pandangan salah namun Buddha menegur dan meluruskan pandangan mereka dan Buddha tidak mencabut status kebhikkhuan mereka. dan mempunyai pandangan salah tidak termasuk pelanggaran parajika.

gryn tea

Quote from: Mahadeva on 30 March 2013, 06:25:59 PM
dulu saya pernah baca ada beberapa kisah bhikkhu yang punya pandangan salah namun Buddha menegur dan meluruskan pandangan mereka dan Buddha tidak mencabut status kebhikkhuan mereka. dan mempunyai pandangan salah tidak termasuk pelanggaran parajika.

So mnrt gryn
Sisilah yg menahbiskan
Or sanghaya tak mgkn sembarangan jg mencabut ato tidak memgakui seorang yg dianggap bukan bhikku lagi
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

gryn tea

Klo bhikku theravada gx diakui di sangha theravada
Trz bhikku itu masuk aliran mahayana

Apa bisa ,?
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya