Mencapai pencerahan dengan sex?

Started by morpheus, 26 July 2007, 10:58:55 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

GandalfTheElder

Quote from: upasaka on 11 February 2009, 09:38:52 AM
Quote from: bond on 11 February 2009, 09:34:36 AM
bisa kasi referensi atau dijelaskan rinciannya?. Soalnya aneh juga yah, ada lawan jenis dihadapan kita bugil dan ngak ejakulasi :)) (impotenkah?  ^-^), nah trus si wanitanya ngapain? dan...mungkinkah wanitanya asubha...atau nenek2 yg tidak membangkitkan nafsu.

Kalau hanya sebatas pikiran doang dengan visualisasi ,lebih bisa diterima.

Rasanya memang pembahasan ini ngak ada habisnya karena ditutupi dari dulu dan keliatannya ngak bener praktik tantrik sex (absolutely) . Jadi penasaran kalau ada praktisi tantrik ini kalao ada cewek ngak ejakulasi, coba kalo dihadapannya San he gyo atau zhang zi yi :))

^-^
Lucu juga komentar Anda.

Teman saya yang suka meditasi samatha mampu menahan ejakulasi loh. Dalam ceritanya, dia mengatakan selalu membiarkan istrinya untuk orgasme dulu sebelum akhirnya pun dia ejakulasi. Maksudnya, teman saya itu bisa menahan ejakulasi selama dia menginginkannya.

Tidak akan pernah ejakulasi sebenarnya absurd. Dalam aktivitas seks itu sendiri, organ kelamin laki-laki pasti akan mengeluarkan air mani. Sedangkan organ kelamin wanita itu juga pasti akan mengeluarkan cairan pelumas, kecuali wanita itu sudah menopause. Itu kan namanya ejakulasi juga, hanya belum orgasme (puncak).

Wah kalau impoten [ubhavyanjanaka / ubhatobyanjanaka / pandaka] ya tentu nggak qualified jadi consort Tantrik.

Dengan pemahaman awam seperti kita, tentu kesannya tidak mungkin kalau tidak akan pernah ejakulasi.

Sama seperti pencerahan... dengan pemahaman awam seperti kita apakah pencerahan itu mungkin? Pencerahan ini hanya sebatas taraf belief saja... apa ilmu pengetahuan bisa 100% membuktikan pencerahan sampai saat ini?

Dalai Lama ke-14 Tenzin Gyatso pernah mengatakan bahwa baik laki-laki maupun wanita yang melakukan karmamudra dengan benar tidak akan pernah "kehilangan cairan" mereka.

Karena kita tidak pernah mengalami, lebih baik kita jangan terlalu banyak membahas soal ini. Bukannya ditutup2i, tapi memang praktek Tantra ada beberapa yang dirahasiakan. Kalau ada yang menganggapnya sebagai sesuatu yang sengaja ditutup2i [dengan adanya maksud tertenu yang bersifat duniawi], maka sebenarnya dia telah melangkahi nasehat Sang Bhagava sendiri.

Kalau meditasi Samatha udah bisa menahan... lantas bisa nggak dia menyalurkannya kembali ke anggota tubuh yang sesuai?  ^-^  ^-^

Meskipun tampaknya berhasil, bisa saja apa yang dilakukannya adalah kekeliruan. Saya pernah diceritai teman saya yang Tantra, dia pernah tahu ada seorang suami istri yang melakukan karmamudra tanpa inisiasi... nampaknya berhasil sih.... tapi akhirnya malah jatuh sakit-sakitan tuh si suami.... hiiiii.... akhirnya dia minta tolong sama seorang Rinpoche untuk nyembuhin....

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

GandalfTheElder

QuoteItu kan dalam tataran Tantrayana, bukan dari kacamata universal. Kalau alasannya seperti itu, saya malah melihat ada 'pengecualian' dalam beraktivitas seks di Tantrayana.

Membunuh mungkin perbuatan buruk di mata kita. Tapi dengan menyadari gejolak batin dan penuh perhatian pada nama dan rupa, praktisi itu diyakini oleh Candra Mukti bisa mencapai Pencerahan. Saya rasa ada tingkat kemiripannya dengan Tantric Sex.

Ini lagi membahas praktek Vajrayana maka mbahasnya ya dari kacamata Vajrayana.

Sama seperti kriteria perzinahan pun di mana-mana ya nggak ada yang sama. Ada yang bolehin seks pra nikah ada yang nggak, ada yang bolehin incest ada yang nggak. Nah terus yang namanya berzinah itu persisnya yang gimana ya??

Mirip bukan berarti sama.... bahkan Mara pun bisa berpenampilan seperti Buddha di hadapan Arya Upagupta.... tapi... apa Mara = Buddha??

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

nyanadhana

Meskipun tampaknya berhasil, bisa saja apa yang dilakukannya adalah kekeliruan. Saya pernah diceritai teman saya yang Tantra, dia pernah tahu ada seorang suami istri yang melakukan karmamudra tanpa inisiasi... nampaknya berhasil sih.... tapi akhirnya malah jatuh sakit-sakitan tuh si suami.... hiiiii.... akhirnya dia minta tolong sama seorang Rinpoche untuk nyembuhin....

jokes : Rinpochenya nyembuhinnya pakai tantra seks ama istrinya suami itu...hahhahahaa

Kalau meditasi Samatha udah bisa menahan... lantas bisa nggak dia menyalurkannya kembali ke anggota tubuh yang sesuai?
yaph karena dalam tantra seks itu ,cairan itu disedot kembali ke tulang punggung melewati jalur shusumna...jadi cairan itu tidak keluar,doh gimana yah kalo kita lihat dari kacamata masyarakat pasti dikira lagi seks.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Nevada

#123
Quote from: GandalfTheElder on 11 February 2009, 10:08:51 AMWah kalau impoten [ubhavyanjanaka / ubhatobyanjanaka / pandaka] ya tentu nggak qualified jadi consort Tantrik.

Dengan pemahaman awam seperti kita, tentu kesannya tidak mungkin kalau tidak akan pernah ejakulasi.

Sama seperti pencerahan... dengan pemahaman awam seperti kita apakah pencerahan itu mungkin? Pencerahan ini hanya sebatas taraf belief saja... apa ilmu pengetahuan bisa 100% membuktikan pencerahan sampai saat ini?

Dalai Lama ke-14 Tenzin Gyatso pernah mengatakan bahwa baik laki-laki maupun wanita yang melakukan karmamudra dengan benar tidak akan pernah "kehilangan cairan" mereka.

Karena kita tidak pernah mengalami, lebih baik kita jangan terlalu banyak membahas soal ini. Bukannya ditutup2i, tapi memang praktek Tantra ada beberapa yang dirahasiakan.[/i] Kalau ada yang menganggapnya sebagai sesuatu yang sengaja ditutup2i [dengan adanya maksud tertenu yang bersifat duniawi], maka sebenarnya dia telah melangkahi nasehat Sang Bhagava sendiri.

Kalau meditasi Samatha udah bisa menahan... lantas bisa nggak dia menyalurkannya kembali ke anggota tubuh yang sesuai?  ^-^  ^-^

Meskipun tampaknya berhasil, bisa saja apa yang dilakukannya adalah kekeliruan. Saya pernah diceritai teman saya yang Tantra, dia pernah tahu ada seorang suami istri yang melakukan karmamudra tanpa inisiasi... nampaknya berhasil sih.... tapi akhirnya malah jatuh sakit-sakitan tuh si suami.... hiiiii.... akhirnya dia minta tolong sama seorang Rinpoche untuk nyembuhin....

_/\_
The Siddha Wanderer

Air mani dan cairan pelumas yang keluar saat beraktivitas seks itu seperti air liur yang keluar saat mengunyah makanan. Mekanisme keluarnya sangat natural dan tidak mungkin tidak keluar.

Pencerahan itu sangat logis, bisa dijelaskan secara Matematika, Fisika, Biologi, Sosiologi, dan Psikologi. Kecuali Anda memandang Pencerahan itu dalam kacamata amazing, mystique dan superstition.

Kalau tidak ingin ditutupi, kenapa harus dirahasiakan?

Ya, sepertinya teman saya itu hanya bisa menahan ejakulasi. Cuma ada kabar baik, ternyata ada cara lain untuk tidak mengkonsumsi obat kuat. ^-^

GandalfTheElder

La dirahasiakan ini kan atas anjuran Sang Buddha sendiri.... dirahasiakan karena memang tidak boleh dipraktekkan sembarangan tanpa pemahaman yang cukup.

Saya sendiri tidak terlalu jelas apakah yang dimaksud Dalai Lama itu termasuk air mani atau cairan pelumas juga. Tapi ada baiknya anda baca ini [kepanjangan, males nerjemahin]:

Advice for Keeping the Vows and Beginning Kalachakra Practice

The Vow Not to Lose Seminal Energy-Drops
Berzin: Many Westerners are married, what about the close bond of not losing (mi-nyams) seminal energy-drops (khu-ba)?

His Holiness: What lay householders should do, I don't know.

Berzin: Is this just referring to when practicing the complete stage (rdzogs-rim)?

His Holiness: What should I say? In Kalachakra, for achieving a devoid form (stong-gzugs), you need supreme unchanging bliss (mi-'gyur-ba'i bde-ba). Kalachakra speaks a great deal about the necessity for maintaining non-weakened seminal energy-drops and therefore not losing semen. That being the case, then if a person practicing the Kalachakra complete stage is a male, it would seem that it is pervasive with the person abandoning home life (rab-byung) and becoming celibate. But, I wonder if that is so? I don't know.

Berzin: For instance, Serkong Rinpoche said when you are practicing the complete stage, this is an absolute necessity. But before you reach that point, if you simply have confident belief in this and set the intention that when you reach that point you will practice like that, then it is probably OK.

His Holiness: Probably it is like that, better to explain it like that, because being able to have sexual contact without releasing semen is something needed when you practice the advanced stages of the complete stage. But to say that you are not permitted to before you reach the point [of being able to dissolve into the central channel the downward-voiding energy-winds (thur-sel-gyi rlung)] so that you are able to have sexual contact without releasing semen, that would be difficult, wouldn't it? To say that it is necessary for everyone who takes the initiation to act like monks would be difficult.

On the other hand, if I give the impression of telling them to go ahead and release semen, that wouldn't do at all. This is because if you really are practicing Kalachakra, you need to have no release or loss of semen whatsoever. Moreover, there is probably no division to be made in this respect between practitioners of the generation stage and of the complete stage. To state this clearly is probably better.

Now, as for the actual root downfall of discarding bodhichitta, this is talking about having the mind that wishes liberation through the bliss of orgasmic release ('dzag-bde grol-ba 'dod-kyi sems). As for this bliss of orgasmic release, some non-Buddhist traditions (mu-stegs-pa) assert that offering a homa fire puja of semen in the reality source of a woman pleases Ishvara (dBang-phyug, Shiva) and that through this one can achieve moksha, liberation. But, liberation doesn't happen like that. Therefore, specifically to stop this mistaken practice, the vow was made that if, with a mind wishing for liberation through the bliss of orgasmic release, one ejaculates one's constituent source energy-drops externally (phyi-rol-du khams-phong-ba), it is a root downfall. Usually, however, when one has and ejaculates semen, there is no thought of wishing liberation through the bliss of releasing it. Thus, it is not a root downfall.

However, there is a transgression and ignoring (chag-'dor) of the root vow. One was not taking care about one's seminal energy-drops (khu-ba bdag-po-ma-byed). Thus, there is a transgression of the root vow, but not a complete root downfall. If one is a practitioner and one's constituent-source energy-drops are lost (khams nyams-pa yin-pa), then one weakens the generation of unchanging bliss.

Kadrubjey said that in Kalachakra, it is necessary for constituent-source energy-drops never to be lost at all. He states this in conjunction with the point concerning methods for actualizing blissful awareness. In Chakrasamvara and Guhyasamaja, one actualizes an illusory body. In Kalachakra, however, one actualizes a devoid form and a devoid form is actualized within a state of supreme unchanging blissful awareness. Because of that, it is extremely important never to degenerate, weaken, or lose one's constituent-source energy-drops, he says.

Therefore, to constitute a root downfall, one needs the mind of wishing liberation from the bliss of orgasmic release. Furthermore, although root downfalls will not occur [without such a wish], still the flaw can occur of being stained with the fault of an infraction of the vow. To avoid this, one needs to safeguard against losing one's seminal energy-drops [if one is a serious practitioner of Kalachakra, at any stage of the practice.] Nevertheless, to say that this pertains mainly to complete stage practice and leave it at that is probably OK.


Women Not Emitting Seminal Energy-Drops
Berzin: How should women understand the vow not to emit seminal energy-drops?

His Holiness: When Kalachakra speaks of constituent-source energy-drops being emitted, they are not necessarily a gross liquid and do not necessarily have to come out of the body externally. What we need to eliminate are the propensities for these subtle energy-drops to move (g.yo-ba'i bag-chags). We have to cease (' gag, stop) all movement of the constituent-source energy-drops and bind them unmovingly.

For instance, in terms of men, not merely is it not having constituent-source energy-drops fall (lhung) outside the body with gross liquid drops of semen. In addition, when the constituent-source energy-drops cascade down (mar-babs) first through the chakras in the central energy channel [as white bodhichitta], we need to make that which has fallen remain stable (brtan-par gnas). That is what unmoving means.

[In other words, when the subtle constituent-source energy-drops descend in the central energy-channel through the burning of the inner heat of tummo in advanced complete stage practice, they need to stay put there. One does not put an end to the blissful awareness by having the subtle drops join with seminal fluid and move outside the body. One needs to maintain this blissful awareness to have it focus on voidness.]

Not only outside, but even inside the central channel, the constituent-source energy-drops may move back up (yar-log-pa). We must bind them so that they don't return up. This requires stacking them inside the central channel, like building a wall - stacking or piling them up one on top of the next.

This non-moving of the constituent-source energy-drops comes from relying on a devoid-form mahamudra (great sealing partner). In the stages of meditation, union with a visualized jnanamudra (deep awareness partner) causes the constituent-source energy-drops to drip down and brings moving blissful awareness (g.yo-ba'i bde-ba) [since the drops move back up the central channel]. Practice with a devoid-form mahamudra brings the unchanging blissful awareness of the constituent-source energy-drops not moving or shifting, either externally [outside the body in connection with gross liquids] or internally [back up the central channel].

Berzin: So women have this vow too?

His Holiness: Yes, yes.

Berzin: Is it to be understood only on an internal level of not having their constituent-source energy-drops move in their central channels? Or, does it also refer to their worldly bliss of an orgasmic external release of constituent energy-drops?

His Holiness: I really don't know. It is difficult to say, since it is not clear in any text, but women undoubtedly have something similar. If we consider men, when constituent-source energy-drops fall outside (lhung-na), then at that point, since the basis for the blissful awareness has been lost (bde-ba'i rten nyams-pa), the blissful awareness itself ceases, doesn't it? So if men can bind (bcings, hold) the basis for the blissful awareness, the bodhichitta drops, without it being lost (nyams), the blissful awareness will not go away, will it? Women must have something analogous, whether or not it entails a release of gross fluids.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

GandalfTheElder

Quotejokes : Rinpochenya nyembuhinnya pakai tantra seks ama istrinya suami itu...hahhahahaa

Seingetku kasus suami istri di atas itu terjadi di Indo.... wah kalau beneran Rinpoche-nya gitu.... bakal lebih heboh dibanding kasus Ferry nih.....  ^-^  ^-^

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

bond

Quote from: upasaka on 11 February 2009, 10:19:01 AM
Quote from: GandalfTheElder on 11 February 2009, 10:08:51 AMWah kalau impoten [ubhavyanjanaka / ubhatobyanjanaka / pandaka] ya tentu nggak qualified jadi consort Tantrik.

Dengan pemahaman awam seperti kita, tentu kesannya tidak mungkin kalau tidak akan pernah ejakulasi.

Sama seperti pencerahan... dengan pemahaman awam seperti kita apakah pencerahan itu mungkin? Pencerahan ini hanya sebatas taraf belief saja... apa ilmu pengetahuan bisa 100% membuktikan pencerahan sampai saat ini?

Dalai Lama ke-14 Tenzin Gyatso pernah mengatakan bahwa baik laki-laki maupun wanita yang melakukan karmamudra dengan benar tidak akan pernah "kehilangan cairan" mereka.

Karena kita tidak pernah mengalami, lebih baik kita jangan terlalu banyak membahas soal ini. Bukannya ditutup2i, tapi memang praktek Tantra ada beberapa yang dirahasiakan.[/i] Kalau ada yang menganggapnya sebagai sesuatu yang sengaja ditutup2i [dengan adanya maksud tertenu yang bersifat duniawi], maka sebenarnya dia telah melangkahi nasehat Sang Bhagava sendiri.

Kalau meditasi Samatha udah bisa menahan... lantas bisa nggak dia menyalurkannya kembali ke anggota tubuh yang sesuai?  ^-^  ^-^

Meskipun tampaknya berhasil, bisa saja apa yang dilakukannya adalah kekeliruan. Saya pernah diceritai teman saya yang Tantra, dia pernah tahu ada seorang suami istri yang melakukan karmamudra tanpa inisiasi... nampaknya berhasil sih.... tapi akhirnya malah jatuh sakit-sakitan tuh si suami.... hiiiii.... akhirnya dia minta tolong sama seorang Rinpoche untuk nyembuhin....

_/\_
The Siddha Wanderer

Air mani dan cairan pelumas yang keluar saat beraktivitas seks itu seperti air liur yang keluar saat mengunyah makanan. Mekanisme keluarnya sangat natural dan tidak mungkin tidak keluar.

Pencerahan itu sangat logis, bisa dijelaskan secara Matematika, Fisika, Biologi, Sosiologi, dan Psikologi. Kecuali Anda memandang Pencerahan itu dalam kacamata amazing, mystique dan superstition.

Kalau tidak ingin ditutupi, kenapa harus dirahasiakan?

Ya, sepertinya teman saya itu hanya bisa menahan ejakulasi. Cuma ada kabar baik, ternyata ada cara lain untuk tidak mengkonsumsi obat kuat. ^-^

Itu karena ada ritme permainan makanya bisa ditahan, coba pas ereksi, adiknya di hajar terus non-stop, pasti muntah tanpa bisa terbendung :)).
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

K.K.

Quote from: Hendi Wijaya on 11 February 2009, 09:54:57 AM
lucu juga sih  ^-^
ejakulasi=crot... (maap)

kalo cuma lihat lawan jenis bugil doank mana bisa langsung ejakulasi...
kalo ada berarti ada kelainan itu orang...masa blom diapa"in cuma lihat dengan mata doank bisa lgs cr*t...  :))
Thx.

btw,ini thread jadi nomer 1 lho...rame benerrrrrrrrrrr kalo menyangkut 3 kata tersebut....  ^-^
Siapa bilang liat bugil ga bisa ejakulasi? Orang kelainan seksual Voyeurism, bisa orgasme bahkan hanya melihat sesuatu yang menurutnya adalah aktifitas seksual. Ada juga yang menggesek-gesekan alat kelamin juga bisa ejakulasi (frotteurism). Berurusan dengan nafsu seksual adalah berurusan dengan pikiran, bukan hanya dengan tubuh dan objek tertentu saja.



Quote from: upasaka on 11 February 2009, 09:38:52 AM
Teman saya yang suka meditasi samatha mampu menahan ejakulasi loh. Dalam ceritanya, dia mengatakan selalu membiarkan istrinya untuk orgasme dulu sebelum akhirnya pun dia ejakulasi. Maksudnya, teman saya itu bisa menahan ejakulasi selama dia menginginkannya.
Bukannya orang meditasi Samatha mampu menahan diri dari nafsu?


GandalfTheElder

QuoteSiapa bilang liat bugil ga bisa ejakulasi? Orang kelainan seksual Voyeurism, bisa orgasme bahkan hanya melihat sesuatu yang menurutnya adalah aktifitas seksual.

Ussuyapandaka atau Irsyapandaka

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 11 February 2009, 10:32:57 AM
Quote from: upasaka on 11 February 2009, 09:38:52 AM
Teman saya yang suka meditasi samatha mampu menahan ejakulasi loh. Dalam ceritanya, dia mengatakan selalu membiarkan istrinya untuk orgasme dulu sebelum akhirnya pun dia ejakulasi. Maksudnya, teman saya itu bisa menahan ejakulasi selama dia menginginkannya.
Bukannya orang meditasi Samatha mampu menahan diri dari nafsu?

Teman saya masih perumah-tangga biasa. Dia hanya sering mempraktikkan samatha bhavana. Jadi maksudnya dengan mengendalikan nafsu maka ejakulasi juga dikendalikan?

K.K.

Quote from: upasaka on 11 February 2009, 10:37:27 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 11 February 2009, 10:32:57 AM
Quote from: upasaka on 11 February 2009, 09:38:52 AM
Teman saya yang suka meditasi samatha mampu menahan ejakulasi loh. Dalam ceritanya, dia mengatakan selalu membiarkan istrinya untuk orgasme dulu sebelum akhirnya pun dia ejakulasi. Maksudnya, teman saya itu bisa menahan ejakulasi selama dia menginginkannya.
Bukannya orang meditasi Samatha mampu menahan diri dari nafsu?

Teman saya masih perumah-tangga biasa. Dia hanya sering mempraktikkan samatha bhavana. Jadi maksudnya dengan mengendalikan nafsu maka ejakulasi juga dikendalikan?


Seperti bond bilang, mungkin karena dia ga menaikkan "ritme" permainannya dengan cara menjaga gejolak nafsunya. Kalau soal ketahanan senggama itu, sepertinya lebih pada fungsi fisiknya sendiri.


BTW, bro Upasaka, kalau membahas Buddhisme tradisi lain, tidak bisa dibandingkan dengan Tradisi Theravada. Contoh gampangnya, dalam tradisi Theravada sering terdengar "Sihanada" atau "raungan singa". Itu adalah sikap menyatakan ajaran secara terang-terangan, tidak disembunyikan, tanpa takut dari kesalahan. Dengan kata lain, tidak ada yang namanya "ajaran rahasia" dalam aliran Theravada. Itu salah satu kualitas Buddha yang sangat dipuja oleh Thera Nagita, salah seorang bhikkhu pembantu Buddha (sebelum ada bhikkhu pembantu tetap).


kuang

Hm....
Apa itu napsu? => keinginan yang timbul, rasa ingin untuk memuaskan diri sendiri
jika waktu lihat dan tidak ada rasa ingin... tidak akan terjadi ejakulasi...
dipaksa secara fisik memang bisa, tapi itu juga paksa supaya dia jadi ingin...
Dosa itu dimulai dari pikiran, dimana kita mulai berpikir untuk melakukannya, bukan waktu kita melakukannya saja.
sebelum anda melakukan dosa, sudah berbuat dosa anda dalam napsu/keinginan anda.
Keinginan Pribadi orang berbeda-beda, ada yang baek dan ada yang jahat...
secara ilmiah/kedokteran, 2/3x seminggu ejakulasi itu sehat...

Lily W

Quote from: upasaka on 11 February 2009, 09:41:34 AM
Quote from: GandalfTheElder on 11 February 2009, 09:35:38 AM
QuoteSaya agak bingung, karena yang saya tahu Sang Buddha tidak pernah mengajarkan metode seks untuk mencapai Pencerahan. Tapi kenapa aliran Tantrayana merekomendasikannya untuk mencapai Pencerahan. Kalau ini bukan ajaran Sang Buddha, kenapa justru terkandung di dalam Tantrayana sendiri.

Mohon penjelasannya.

Di kalangan Vajrayana, tentu "metode seks" ini diajarkan oleh Sang Buddha Sakyamuni sendiri, Sumber Utama Semua Ajaran. Sang Buddha membabarkan metode ini dalam kitab-kitab Tantra. Dalam membabarkan Tantra Sang Buddha seringkali berwujud sebagai Vajradhara Buddha, yaitu wujud Tantrik dari Buddha Gotama.

Seperti misalnya Guhyasamaja Tantra atau Tathagataguhyaka Sutra yang mencul sekitar 300 M [kitab Tantra paling awal].

_/\_
The Siddha Wanderer

Rupanya Sang Buddha juga mengajarkan toh... hmmm....

Kekna ga masuk di akal... kalo Sang Buddha mengajarkan "Metode Seks".
Metode Seks itu kan termasuk "kemelekatan" dan "kemelekatan" itulah sumber dukkha.

_/\_ :lotus:

~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Nevada

Quote from: Kainyn_KuthoBTW, bro Upasaka, kalau membahas Buddhisme tradisi lain, tidak bisa dibandingkan dengan Tradisi Theravada. Contoh gampangnya, dalam tradisi Theravada sering terdengar "Sihanada" atau "raungan singa". Itu adalah sikap menyatakan ajaran secara terang-terangan, tidak disembunyikan, tanpa takut dari kesalahan. Dengan kata lain, tidak ada yang namanya "ajaran rahasia" dalam aliran Theravada. Itu salah satu kualitas Buddha yang sangat dipuja oleh Thera Nagita, salah seorang bhikkhu pembantu Buddha (sebelum ada bhikkhu pembantu tetap).

Yah... Saya mengerti...
Salam untuk semuanya. _/\_

K.K.

Quote from: Lily W on 11 February 2009, 11:10:56 AM

Kekna ga masuk di akal... kalo Sang Buddha mengajarkan "Metode Seks".
Metode Seks itu kan termasuk "kemelekatan" dan "kemelekatan" itulah sumber dukkha.

_/\_ :lotus:



Menurut saya, yang mungkin adalah bahwa Buddha menyuruh kita melihat kenikmatan seks apa adanya, nafsu seksual apa adanya, dan menyadari bagaimana kemelekatan itu timbul dari kenikmatan seksual. Bukan mengajarkan metode seks-nya ataupun jalan pencerahan lewat hubungan seksual. Tapi sekali lagi, ini juga hanya spekulasi dari saya saja.