Pandangan Buddhist Terhadap Pandangan Nasrani pada Buddhisme

Started by Rico Tsiau, 24 October 2011, 10:27:48 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

abgf

Quote from: Mas Tidar on 02 June 2012, 10:25:03 AM
memang anda sudah menyadari diri Anda sendiri ?

mengapa polanya (mereka yang merasa sebagai pembina) dalam diskusi selalu seperti ini?

jangan tanyakan pada diri orang lain lebih dahulu...
tanyakan pada diri kalian sendiri lebih dulu.....
meditasi itu bukan mencari (memandang) keluar....
khayal diri saja salah (mengembara)....
tiada realitas kebenaran
sudah kujawab pertanyaanmu : jadilah apa yang menurut ukuranmu, padamu bukan padaku.
dalam tulisan pengungkapan kenyataan.....

_/\_abgf

Mas Tidar

karena Anda tidak menjawab pertanyaan-nya

marilah kita memakai ukuran kita masing2 seperti hal tertulis dibawah ini (Matius 7:1-6):
7:1. "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
7:6 "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."


jadi pertanyaan-nya masih sama seperti tempoe doeloe: memang anda sudah menyadari diri Anda sendiri ?
kalau Anda menjawab-nya: "SUDAH" lebih baik Anda ke forum2 nasrani untuk membimbing mereka kejalan yang benar
daripada Anda berargumen memaksakan kehendak dengan ukuran iman Anda kepada kami disini.

Quote from: abgf on 02 June 2012, 10:39:13 AM

Quote from: Mas Tidar on 02 June 2012, 10:25:03 AM
memang anda sudah menyadari diri Anda sendiri ?



mengapa polanya (mereka yang merasa sebagai pembina) dalam diskusi selalu seperti ini?

jangan tanyakan pada diri orang lain lebih dahulu...
tanyakan pada diri kalian sendiri lebih dulu.....
meditasi itu bukan mencari (memandang) keluar....
khayal diri saja salah (mengembara)....
tiada realitas kebenaran
sudah kujawab pertanyaanmu : jadilah apa yang menurut ukuranmu, padamu bukan padaku.
dalam tulisan pengungkapan kenyataan.....

_/\_abgf
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

abgf

Quote from: Mas Tidar on 02 June 2012, 10:58:35 AM
karena Anda tidak menjawab pertanyaan-nya

marilah kita memakai ukuran kita masing2 seperti hal tertulis dibawah ini (Matius 7:1-6):
7:1. "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
7:6 "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."


jadi pertanyaan-nya masih sama seperti tempoe doeloe: memang anda sudah menyadari diri Anda sendiri ?
kalau Anda menjawab-nya: "SUDAH" lebih baik Anda ke forum2 nasrani untuk membimbing mereka kejalan yang benar
daripada Anda berargumen memaksakan kehendak dengan ukuran iman Anda kepada kami disini.


mengapa polanya (mereka yang merasa sebagai pembina) dalam diskusi selalu seperti ini?

jangan tanyakan pada diri orang lain lebih dahulu...
tanyakan pada diri kalian sendiri lebih dulu.....
meditasi itu bukan mencari (memandang) keluar....
khayal diri saja salah (mengembara)....
tiada realitas kebenaran
sudah kujawab pertanyaanmu : jadilah apa yang menurut ukuranmu, padamu bukan padaku.
dalam tulisan pengungkapan kenyataan.....

_/\_abgf

baca lagi semua tulisan saya baik-baik....
wow... Firman kebenaran yang sangat baik mengingatkan kita... sebagai (human) being dan atas kebanggaan pengetahuan kebenaran kita.
apakah aku menghakimi?
apakah aku mengeluarkan selumbar dari matamu?
apakah aku mengukur pakai ukuranku kepada orang lain jika aku menulis jadilah apa yang menurut ukuranmu, padamu bukan padaku.?
jika aku menulis laporan kenyataan kejadian dilapangan....?
apakah aku memaksakan kehendak?
ini forum topik diskusi yang dibuka....
sudah sadarkah anda atas kalimat kutipan ini :
Quote from: Kainyn_Kutho on 30 May 2012, 02:45:47 PM
    Misalnya dalam kasus di sini, ada orang yang memberikan argumen yang menyalahi argumennya sendiri.
    Dia berpendapat:
    - tulisan dirinya bermuatan dhamma, sedangkan tulisan orang lain tidak.
    - objek adalah netral.
    -> Berdasarkan kedua statement ini, kita bisa lihat kebodohannya yang menyatakan dirinya sendiri gagal melihat tulisan2 itu sebagai netral dan terjerumus pada penilaian yang tendensius.

    Dalam komunitas yang dewasa, seseorang dinilai dari seberapa bermanfaat tulisannya, bukan dari seberapa sering dia berkoar-koar atau seberapa tinggi dia menilai dirinya sendiri. Jadi jangan khawatir, lanjutkan saja.


padahal saya sudah memberi penjelasan loh.... pada reply tulisan bro kainyn tersebut...
masihkan teman-teman tidak menangkap pengertian benar atas tulisan pengungkapan kenyataan bro kainyn tersebut?

_/\_abgf

will_i_am

hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

abgf

Quote from: will_i_am on 02 June 2012, 09:22:08 PM
ini termasuk ego bukan??

klo (kualitas) isi tulisan sebatas ini, baru termasuk ego.
gak nyadarkah?!!!

sati..sati..sati
sobat DHAMMA
_/\_abgf

abgf


Mas Tidar

Quote from: abgf on 04 June 2012, 09:14:39 AM
klo (kualitas) isi tulisan sebatas ini, baru termasuk ego.
abgf nyadarkah?!!!

sati..sati..sati
sobat DHAMMA
_/\_abgf
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

will_i_am

A: kamu sudah makan belum??
B: kebanyakan ego lu, nanya melulu...


aneh ??? ??? ???
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

dilbert

Anguttara Nikaya, Bab V, Kelompok Lima, V-159

107. Cara yang Benar untuk Mengajarkan Dhamma

Pada satu ketika Sang Buddha berdiam di Kosambi, di Vihara Ghosita. YM Udayi duduk di sana di tengah banyak umat awam dan mengajarkan Dhamma kepada mereka. Ketika melihat hal ini, YM Ananda pergi menghadap Yang Terberkahi dan melaporkan hal ini. (Yang Terberkahi kemudian berkata:)

"Ananda, adalah tidak mudah mengajarkan Dhamma kepada orang-orang lain. Ketika mengajarkan Dhamma kepada orang-orang lain, orang seharusnya membangun lima standar di dalam dirinya sendiri untuk melakukan hal itu. Apakah yang lima itu?

" 'Saya akan memberikan kotbah yang bertingkat:29 dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang-orang lain.

" 'Saya akan memberikan khotbah yang masuk-akal': dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang-orang lain.

" 'Saya akan berbicara karena tergerak oleh simpati':30 dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang-orang lain.

" 'Saya akan berbicara bukan demi keuntungan duniawi': dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang-orang lain.

" 'Saya akan berbicara tanpa menyindir diri sendiri atau orang lain':31 dengan cara itulah seharusnya Dhamma diajarkan kepada orang-orang lain.

"Sungguh Ananda, adalah tidak mudah mengajarkan Dhamma kepada orang-orang lain. Ketika melakukannya, orang seharusnya membangun lima standar ini di dalam dirinya.

(V,159)

FootNote :
29. yaitu, orang harus bicara dengan cara yang menuju pada topik-topik yang makin mendalam dan makin tinggi, atau orang harus mengajar Dhamma dengan cara yang sesuai dengan kecenderungan mental dari para pendengarnya. Lihat Teks 158.

----
Kutipan Teks VIII.21 (Teks.158)

(2) "Dengan sepenuh hati kemudian saya menunggu Yang Terberkahi. Kemudian Yang Terberkahi memberikan Ajaran bertahap, yaitu Ajaran tentang berdana, tentang moralitas, tentang surga-surga, tentang bahaya, penipuan dan ketidakmurnian kenikmatan indera, serta tentang manfaat meninggalkan keduniawian. Ketika Yang Terberkahi melihat bahwa pikiran saya telah siap, bisa menerima, bebas dari penghalang-penghalang, terang dan jelas, Beliau kemudian mengungkapkan kepada saya Ajaran Dhamma yang khusus bagi para Buddha, yaitu, mengenai penderitaan, asal mulanya, berhentinya, dan Sang Jalan. Seperti halnya selembar kain bersih tanpa noda akan menyerap pewarna dengan sempurna, demikian pula pada waktu saya sedang duduk di tempat itu, timbul di dalam diri saya pandangan yang tak-ternoda, tak-tercela tentang Dhamma: "Apa pun yang memiliki asal pasti akan lenyap." Dan setelah melihat Dhamma, mencapai Dhamma, memahami Dhamma, menembus Dhamma, setelah mengatasi keraguan, membuang ketidakpastian dan memperoleh keyakinan pada Ajaran Sang Guru11 tanpa bergantung pada yang lain – pada saat itu juga saya pergi berlindung pada Buddha, Dhamma, dan Sangha, dan saya menjalani (lima) peraturan latihan dengan kehidupan selibat sebagai yang kelima.12 Inilah kualitas kedua yang menakjubkan dan luar biasa yang dapat ditemukan di dalam diri saya.

---
30 AA: "Digerakkan oleh harapan: 'Aku akan membebaskan para makhluk yang berada di dalam tekanan penderitaan yang besar
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

K.K.

Quote from: will_i_am on 04 June 2012, 11:34:49 AM
A: kamu sudah makan belum??
B: kebanyakan ego lu, nanya melulu...


aneh ??? ??? ???
Besoknya....
B: Udah makan blom?
A: Lho kok nanya juga, kebanyakan ego yah?
B: Kalo kualitas tanya hanya sebatas ini, berarti ego. Ga nyadar yah?

;D

K.K.

Tambahan lagi, dalam DN 12, Lohicca Sutta, dikisahkan ada 3 jenis guru yang patut dicela, salah satunya adalah yang si guru sendiri belum mencapai buah ajaran, lalu dalam mengajar pun ditolak dan tidak didengarkan oleh murid-muridnya. Seperti pria yang memeluk wanita pujaannya dari belakang walaupun wanita itu telah berpaling dan menolaknya.

Mirip juga di sini ada 'guru' yang ajarannya tidak diterima, tapi tetap melekat pada 'murid-murid' dan bersikeras mau mengajar.


Rico Tsiau


Judah

Quote from: Kainyn_Kutho on 04 June 2012, 02:37:30 PM
Tambahan lagi, dalam DN 12, Lohicca Sutta, dikisahkan ada 3 jenis guru yang patut dicela, salah satunya adalah yang si guru sendiri belum mencapai buah ajaran, lalu dalam mengajar pun ditolak dan tidak didengarkan oleh murid-muridnya. Seperti pria yang memeluk wanita pujaannya dari belakang walaupun wanita itu telah berpaling dan menolaknya.

Mirip juga di sini ada 'guru' yang ajarannya tidak diterima, tapi tetap melekat pada 'murid-murid' dan bersikeras mau mengajar.

Maksudnya saudaraku? Saya tidak mengerti guru siapa yang dimaksud? Mohon saudaraku mnjlaskan.

Apakah setiap orang mencari jalan yang benar? Tentunya butuh pengorbanan

K.K.

Quote from: Judah on 15 October 2012, 12:58:23 AM
Maksudnya saudaraku? Saya tidak mengerti guru siapa yang dimaksud? Mohon saudaraku mnjlaskan.

Anda silahkan lihat post-post sebelumnya ada seseorang yang memposisikan diri sebagai guru di sini, membuat ajaran baru (yang bukan Buddhisme juga bukan Kr1sten), namun tidak ada yang mendengarkannya. Inilah type guru yang dikatakan belum mencapai tujuan, dan mengajar pun ditolak oleh muridnya.


Judah

Quote from: Kainyn_Kutho on 15 October 2012, 09:04:00 AM
Anda silahkan lihat post-post sebelumnya ada seseorang yang memposisikan diri sebagai guru di sini, membuat ajaran baru (yang bukan Buddhisme juga bukan Kr1sten), namun tidak ada yang mendengarkannya. Inilah type guru yang dikatakan belum mencapai tujuan, dan mengajar pun ditolak oleh muridnya.

Ok...thanx atas pencerahannya...

:)

Apakah setiap orang mencari jalan yang benar? Tentunya butuh pengorbanan